BABI
PENDAHULUAN
1.1, Permasalahan
I. 1. L. Latar Belakang Permasalahan
Kemerdekaan merupakan hak setiap orang, Oleh Karena itu sudah selayeknya orang,
hharus berjuang untuk memperoleh kemerdekaan Ketika ia metasa_ kehidupannya
ditindss
Kemerdeksan di sini dapat dibahas dalam hubungannya dengan kebebasan. Memang
ada nuansa yang berbeda antara kemerdckaan dan Kebebasan, Kemerdekaan dibahas
dalam rangka sejarah politik berkaitan dengan munculaye negara baru dan mempunyai
‘ani sebagai Keadaan yang tak tergantung (ind-pendence) pads negara-newara lain, atau
pada kekuasaan asing Contohnya adalah kemerdekaan yang dicapai olch bangsa
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Sedangkan Kebebasan banyak digunakan
dalam pembicaraan yang lebih luas, menyangkut hakikat manusia dan bisa diartikan
bbaik dalam pengertian “bebas dari” sesuatu hambaten atau kekuatan lain maupun “bebas
untuk” mengungkapkan diri sendiri.
Pengertian di aias menunjukkan bahwa kemerdekaan juga memiliki arti yang mendalam
Karena merupakan hal yang hakiki bagi eksistensi sesuatu bangsa maupun manusia
sebagai pribadi. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa kemerdekaan selalu relevan
Untuk dibicarakan sekarang atau kapanpun dan oleh siapapun. Kenyatean yang ada
‘menunjukkan bahwa orang hanya sampai pada pemahaman kemerdekean itu sendiri dan
belum memikirkan lebih jauh mengenai tangoung jawab yang harus dilakukan ketika
¥ A, Suda S, Porfunngon don Perenjudan Kemerdekaen , Belofr dal Kemerdkoan Bags
indonesia Tele! Kemardekan, Sebuah Tingoan Links Bidang (¥. B, Banavsicatna $1 an
BI. Suvarmo, editor) (Youvakara : Kani, 196), p22.seseorang telah memperoleh kemerdekaan atau kebebasan itu. selain itu bukanlah hal
‘yang modah karena orang bisa terjebak pada pemahaman bahwa kemerdcknan berarti
Kebebasan sebebas-bebasnya. Contoh yong terjadi di negara kita adalah adenya
kKemerdekaan berpendapat yang mengiringi proses demokratisasi dan reformasi di negara
kita, yang temyata disalahmengerti olch banyak orang. Kemerdekaan berpendapat dan
berekspresi dimaknai sebagai bebas betbuat apa saja untuk memuaskan kepentingan diri
sendiri tanpa mau peduli dengan orang lain, Prinsip-prinsip etis dan moralitas yang
diajarkan oleh budaya diabaikan dan selanjutnya yang muncul adalah tindakan-tindakan
yang cenderung mengerah pada Kekerasan dan akibatnya adalah Kekacauan’ dan
penderitean yang berkepanjangan, Kemerdekaan yang semacam ini sama seKali tidak
menyelamatkan tetapi justru mencelakakan,
Dalam Alkitab, Kemerdekaan atau Kebebasan juga dibahas. Perjanjian Lama
perbudakan di tanah Mesir, sedangkan
menggambarkan pembebasan Israel di
Perjanjian Bare menggambarkan pembebasan manusia dari dosa, hukum, dan kematian
melalui kedatangan, korban dan kebangkitan dari Yesus Kristus, Lebih jauh kelaw
dlilihat, tema kemerdekaan atau kebebasan dalam Perjanjian Baru mendapat tempat yang
sangat penting tenutama dalam surat-surat Paulus dan Kemerdekaan di sini lebih pada
kemerdekaan dari perbudakan dosa dan hukum Taurat, Hal ini menimbulkan kontroversi
antara Paulus dengan lewan-lawannya, terutama dari kalangan Yudais yang memegang
‘teguh hukum Taurat. Dalam Kisah Para Rasul 15 -20,29 i jemaat Kristen pertama telah
timbul perselisihan mengenai soal apekah orang-orang bukan Yahudi yang menjadi
Kristen hacus memelihara bukum Taurat atau tidak, Hal ini menyebabkan kesatuan
Jemaat Kristen pertama terancam sehingge menurut Lukas diadakan suatu sidang rasul-
rasul dan penatua di Yerusalem dan keputusannya adalah bahwa orang Kristen buken
Yahudi hans menjahkan diri dari makanian yang telah dicemarkan berhala-berhala, daci
percabulan, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari darah? Hasil sidang ini pula
dlisetujui oleh Paulus, padahal dalam surat Galatia Paulus menolak segala sesuatu yang
* A.B Jocgoneel Hakim Kemerdekaan (Jakarta: BEK Gunung Mulia, 1980) p. 91berhubungan dengan aturat hukum Taurat, Terhadap masalah ini, John Dranc®
‘memberikan tiga pemecahan yang dapat dipertimbangkan. Alasan yang pertama adalah
diduga bahwa sidang para rasul tidak pernah berlangsung, Pandangan ini berangeapan
Dahwa Lukas telah mengarang laporan tersebut dengan ‘maksud menunjukkan masalah
yang ada antara orang Yahudi dan bukan-Yahudi dalam jemaat mula-mula Hal ini
‘merupakan basil dari dugsan bahwa cerita dalam Kisah Para Rasul tidak dapat
dicocokkan dengan isi Galatia 1-2, Hal ini sebenarya bukan maselah dan kita tidak
perlu menduga Lukas tidak tahu atau sengaja memalsukan kisahnya karena telah terbult
kelaw Lukas muncul sebagai seorang sejarawan yang hebat. Alasan yang kedua adalah
diduga bahwa Surat Keputusan Para Rasul dialamatkan hanya kepada suatu kelompok
jemaat-jemaat setempat yang kecil jumlahnya yakni mereka yang disebut datem Kisah
Para Rasul 15:36-16:5. Alasan yang ketiga yang memurut John Drane merupakan
penjelasan yang paling baik adalah babwa Paulus pada dasamya adalah seorang yang
suka berdamai, karena setelah mengutarakan pendiriannya dalam surat Galatia dan
memenangken perdebatan teologis di Yerusclem, is berpendapat bahwe orang-orang
Yahudi harus hidup bersama dalam lingkungan jemaat setewipat, meskipun terdapat
esulitan-kesulitan teologis, dan hal itu dapat tercapai dengan menerima apa yang,
iutarakan dalam surat keputusan tad
Surat Galatia merupakan salah satu surat Paulus yang mengangkat topik
Kemerdekaan Injil yang harus tetap dipertahankan terhadap bahaya tunduk lagi pada
hhukum Taurat* Paulus memulis surat kepada jemaat di Galatia karena ia mendengar
hahwa orang-orang Kristen di Galatia mulai terpengaruh oleh pengajaran-pengajaran
yang bertentangan dengan Injil yang dibawa oleh lawan-lawan Paulus. Menurut Lutgert,
Paulus dalam surat Galatia berperang melawan 2 sektor, yaitu yang pertama aliran
‘Yahudi yang menuntut persestaian total kepada keyahudian dan yang kedua adalah para
enmisias rohani yang cenderung kepada Libertinisme yang membuat Paulus perl
2 Jona Drane, Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis Teotogs (ter), Jakarta: BPK Gurung
Mulia, 2000 9. 329,
“Wii Marsien, Pengantar Perjanjian Bar » Pendekatan Kritis Terhaclap Masalak-masolaivya, lakat:
[RPK Gunung Mulia, 1994 ) p 48-58