You are on page 1of 2

Carpal Tunnel Syndrom / CTS

Carpal Tunnel Syndrom adalah entrapment neuropaty yang paling sering terjadi. Sindroma ini
terjadi akibat adanya tekanan nervus medianus pada saat melalui terowangan carpal di pergelangan
tangan tepatnya di bawah flexor retinakulam (Rambe, 2004). Sindroma ini juga bisa diakibatkan karena
penekanan arteri dan vena sehingga suplai darah ke nerves medianus berkurang. Dulu, sindroma ini juga
disebut dengan nama acroparestesis median tenar neuritis atau partial thenar atropy, Istilah Carpal
Tunnel Syndrom diperkenalkan oleh Moersch pada tehun 1983 (Rambe, 2004).

Etiologi
Terowongan carpal yang sempit selain dilalui oleh nervus medianus juga dilalui oleh beberapa tendon
flexor. Setiap kondisi yang mengakibatkan semakin padatnya terowongan ini dapat menyebabkan
terjadinya penekanan pada nerves medianus sehingga timbul carpal tunnel syndrom.

Carpal tunnel syndrom dapat dibagi menjadi dua yaitu akut dan kronis, namun pada sebagian kasus
etiologinya tidak diketahui ( idiopatik ), terutama pada penderita lanjut usia. Selain itu gerakan yang
berulang-ulang pada pergelangan tangan dapat menambah resiko carpal tunnel syndrom (Maxey, 1990).

Pada keadaan lain lain nerves medianus dapat terjebak juga di carpal tunnel itu. Secara sekunder, carpal
tunnel sindrom dapat timbul pada penderita dengan osteoartitis, diabetes mellitus, miksedema,
akromegali, atau wanita hamil (Sidharta,1984) . Etiologi lain pada kasus carpal tunnel sindrom antara
lain: (1) Herediter (nuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy), (2) Trauma (dislokasi,
fraktur colles atau hematom pada lengan bawah, sprain pergelangan tangan, trauma langsung pada
pergelangan tangan, pekerjaan dengan gerakan mengetuk atau flexi dan ekstensi pergelangan tangan
yang berulang, (3) Infeksi (tenosinovitis, tuberculosis), (4) Metabolik (amiloidesis, gout), (5) Endokrin
(terapi estrogen dan androgen, diabetes mellitus, kahamilan). (6) Neoplasma (Kista ganglion, lipoma,
infiltrsi metastase, mieloma) (7) Penyakit kolagen vaskuler ( artitis rematoid, polimialgia reumatika), (8)
Degenerasi (osteoartitis), (9) Tumor (Harahap, 2003).

Patologi
Carpal tunnel syndrom dapat dikategorikan menjadi dua yaitu akut dan kronis. Ada beberapa hipotesa
mengenai patogenesis dari carpal tunnel syndrom. Sebagian berpendapat bahwa faktor mekanik clan
vaskuler memegang peranan penting dalam terjadonya carpal tunnel syndrom (Maxey, 1990). Tapi pada
umumnya Carpal tunnel syndrome ini terjadi secara kronis dimana terjadi penebalan flexor retinakulum,
yang menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan
mengakibatkan peninggian tekanan intrafasikuler. Akibatnya aliran darah vena intrafasikuler melambat.

Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu nutrisi intrafasikuler lalu diikuti oleh anoxia yang akan
merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema
epineural. Apabila kondisi ini terus berlanjut akan tejadi fibrosis epineural yang merusak serabut saraf.
Lama-kelamaan saraf menjadi atrofi dan akan digantikan oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi
dari nervus medianus terganggu (Rambe, 2004).

Tanda dan gejala


a) Gangguan sensorik
Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja. Gejala awal biasanya adalah
parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa jari seperti terkena aliran listrik (tingling) pada jari dan
setengah sisi radial jari, walaupun kadang-kadang dirasakan mengenai seluruh jari, keluhan parestesia
biasanya lebih menonjol di malam hari. Gejala lainya adalah nyeri ditangan yang juga dirasakan lebih
memberat di malam hari sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya (Coannaly, 1981) Rasa
nyeri umunya agak berkurang bila penderita memijat atau menggerak-gerakan tanganya atau dengan
meletakan tanganya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri juga akan berkurang bila penderita lebih banyak
mengistirahatkan tanganya. Bila penyakit berlanjut rasa nyeri dapat bertambah berat dengan frekuensi
serangan yang semakin sering bahkan dapat menetap. Kadang-kadang nyeri dapat terasa sampai
kelengan atas dan leher, sedangkan parestesia umumnya terbatas di daerah distal pergelangan tangan
(Rambe, 2004).
Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekakuan pada jari-jari tangan dan pergalangan tangan
terutama di pagi hari. Gejala ini akan berkurang setelah penderita menggunakan tanganya. Hiperetesia
dapat dijumpai pada daerah yang implus sensoriknya diinervasi oleh nevus medianus.(Coannaly, 1981).
b) Gangguan motoris
Pada tahap lebih lanjut penderita mengeluh jari-jarinya menjadi kurang terampil misalnya saat atau
memungut benda-benda kecil. Kelemahan pada tangan juga sering dinyatakan dengan keluhan adanya
kesulitan yang penderita sewaktu menggenggam. Pada penderita CTS ini pada tahap lanjut dapat
dijumpai atrofi otot-otot thenar dan otot-otot lainya yang diinervasi oleh nervus medianus.
(Maxey,1990).

You might also like