You are on page 1of 9

JURNAL TEKNIK VOL. 5 NO.

2 /OKTOBER 2015

STUDI ALTERNATIF SOLUSI MASALAH RETAKAN


LANTAI BANGUNAN DI ATAS TANAH LEMPUNG EKPANSIF

Teguh Widodo

Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra


Jalan TR Mataram No. 55-57 Yogyakarta 55231 Telp./Fax. (0274) 543676

ABTRACT
Floor Cracks often occur on a building above ekpansif soil caused by swelling in the rainy season and the shrinkage
in the dry season.
This study is testing in full scale of four alternative solutions used to overcome the floor cracks; 1) replace the layer
of ekpansif with non ekpansif soil, 2) floor reinforced concrete 3) adding of a layer of sand 10 cm thickness at 1,0
m depth below the floor and 4) lime stabilisation of ekpansif soil under the floor. Cracks during the first wet-dry
cycles was observed to measure the degree of damage. Budget analysis was conducted to determine the cost of
each alternative solution. Drilling and laboratory testing performed to identify ekpansif soil..
Based on drilling and laboratory testing known ekpansif soil with high potential swelling are found from the
surface to a depth of 2.1 m. Results of the bugged analysis showed that cost per m2 of floor without improvement,
alternative solutions 1, 2, 3 and 4 is Rp. 46,300, - (forty-six thousand three hundred rupiah), Rp. 188 700, - (one
hundred and eighty-eight thousand seven hundred rupian), Rp. 58.000, - (fifty eight thousand rupiah), Rp. 103,300,
- (one hundred and three thousand three hundred rupiah) and Rp. 76 400, - (seventy six thousand four hundred
rupiah). Alternative 2 have a best performance.

Key word : unconfined compression test, addition of sand, cement and stabilizer.

PENDAHULUAN Menurut Claillere dalam Wahyudi (2002)


Tanah lempung ekpansif adalah tanah yang pada saat pembasahan terjadi penetrasi
memiliki perilaku kembang-susut besar. Jenis air ke dalam mikropori intraparticulaire
dan jumlah mineral lempung menentukan nilai khususnya pada mineral monmorillonite
potensi pengembangan tanah ekpansif. Pada yang mengakibatkan beberapa beberapa layer
saat pembasahan (wetting) kadar air tanah naik, bergerak kesamping (translation mouvement)
dan volume tanah mengembang, sebaliknya bahkan berotasi (turbostatique mouvement).
pada saat pengeringan (drying), volume tanah Pergerakan layer dalam arah vertikal ini
menyusut. Proses pembasahan-pengeringan menyebabkan interlayer distance (d001) semakin
dipengaruhi oleh: perubahan iklim, intensitas besar dan gaya tarik menarik antar partikel
hujan, evaporasi, fluktuasi muka air tanah, semakin kecil. Di sisi lain pembasahan juga
kebocoran pipa air, sistem drainasi permukaan mengakibatkan tanah pada zona aktif menjadi
dan pemompaan air tanah. Siklus gerakan jenuh dan tidak ada lagi tekanan negatif akibat
kembang-susut pada tanah dapat menyebabkan peritiwa kapiler. Peristiwa kapiler adalah
retakan (cracking), kelelahan (fatigue) dan timbulnya tekanan negatif pada tanah tak jenuh
pengembangan sebagian (differential heave) di atas muka air tanah, akibat tanah ekpansif
tanah yang merupakan salah satu penyebab mempunyai butiran partikel dan pori-pori sangat
utama kerusakan lantai dan struktur bangunan kecil yang saling berhubungan. Sebaliknya
(Irsyam, 1993). pada saat pengeringan air keluar dari mikropori

116 ISSN 2088 - 3676


Studi Alternatif ..... Ekpansif Teguh Widodo

intraparticulaire dan menyebabkan interlayer yang untuk mengatasi retakan-retakan lantai


distance (d001) mengecil. Di sisi lain tegangan tersebut adalah: 1) mengganti lapisan tanah
kapiler negatif timbul pada zona aktif akibat lempung ekpansif dengan tanah non ekpansif,
tanah tidak lagi jenuh. Tegangan kapiler negatif 2) modifikasi bangunan dengan cara membuat
tersebut akan mengakibatkan tegangan efektif plat lantai beton bertulang yang menyatu dengan
membesar dan tanah seolah-olah tertekan sloof sehingga mampu menahan pengembangan
sehingga volumenya menyusut. tanah di bawah lantai, 3) pembuatan lapisan
Menurut Holtz (1959) beberapa faktor pasir dengan tebal 10 cm pada kedalaman 1,0 m
yang berpengaruh terhadapi pengembangan di bawah lantai yang berfungsi sebagai separator
tanah antara lain; 1) Jenis dan jumlah mineral untuk menghalangi air masuk ke tanah di bawah
lempung, 2) Kepadatan dan kadar air tanah, 3). untuk meminimalkan pengembangan tanah, dan
Kondisi pembebanan, 4) Struktur tanah. 5) Air 4) stabilisasi kimia yaitu menambahkan kapur
pori 6) Waktu. pada tanah di bawah lantai untuk meminimalkan
Kontrol kepadatan, pembasahan awal (pre pengembangan tanah.
wetting), kontrol kadar air, stabilisasi kimia dan Namun demikian penelitian tentang tingkat
modifikasi struktur bangunan adalah metoda keberhasilan ke empat alternatif solusi di atas
yang sering digunakan untuk meminimalkan dalam mengatasi masalah retakan-retakan pada
pengembangan tanah berdasarkan pertimbangan lantai (tinjauan teknis) dan analisis anggaran
ekonomis dan kemudahan pelaksanaan. biaya (tinjauan ekonomis) dari ke empat
Pemahaman terhadap aplikasi dan keterbatasan alternatif solusi tersebut di atas yang dilakukan
metode, kondisi tanah, tipe struktur, ketersediaan pada skala penuh belum banyak dilakukan.
bahan dan peralatan akan sangat menentukan Penelitian ini merupakan pengujian dalam
keberhasilan dari pelaksanaan stabilisasi tanah. skala penuh dari 4 (empat) alternatif solusi yang
Modifikasi atau desain struktur untuk digunakan untuk mengatasi masalah retakan
mengatasi masalah pengembangan tanah pada lantai. Tingkat keberhasilan diukur dengan
dasarnya dikelompokkan dalam 3 (tiga) metode mengamati keretakan yang terjadi. Analisis
yaitu: 1) Memperkuat struktur sehingga mampu anggaran biaya pelaksanaan dilakukan untuk
untuk menahan pengembangan tanah dengan mengetahui biaya masing-masing alternatif
total pengembangan lebih kecil dari 5 cm, 2) solusi.
Membuat struktur yang fleksibel sehingga
mampu mengikuti pergerakan tanah antara 5 METODOLOGI PENELITIAN
cm sampai dengan 10 cm tanpa runtuh. Metode Penelitian ini merupakan pengujian dalam
ini umumnya dipakai untuk tanah dengan total skala penuh dari 4 (empat) metode yang
pengembangan. Pembuatan sendi plastis pada digunakan untuk mengatasi masalah retakan-
sambungan plat lantai dasar dengan balok sloof retakan yang terjadi pada lantai rumah yang
merupakan salah satu cara membuat struktur dibangun di atas tanah lempung ekpansif.
menjadi fleksibel, (3) Membuat ruang isolasi Lokasi penelitian ini adalah di RT 04 RW
antara struktur dan tanah ekpansif sehingga 23 Dukuh Pereng Dawe, Desa Bale Catur,
pengembangan tanah tidak mempengaruhi Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman,
struktur (gambar 3). Metode ini umumnya Daerah istimewa Yogyakarta. Lokasi ini dipilih
dipakai untuk tanah dengan total pengembangan karena memiliki perlapisan tanah berupa tanah
lebih besar dari 10 cm. lempung ekpansif dengan ketebalan 0,5 sampai
Salah satu kerusakan bangunan yang dengan 2,0 m, terjadi perbedaan muka air tanah
didirikan di atas tanah lempung dengan perilaku yang besar antara musim hujan dan kemarau
kembang susut besar adalah retakan-retakan sehingga banyak terjadi masalah retakan-
yang terjadi pada lantai. Alternatif solusi ratakan lantai di rumah penduduk.

ISSN 2088 - 3676 117


JURNAL TEKNIK VOL. 5 NO. 2 /OKTOBER 2015

Langkah-langkah dalam penelitian ini lantai digali sampai dengan kedalaman


dapat dilihat pada diagram alir (gambar 1) dan 1,0 m dan diurug kembali menggunakan
diuraikan sebagai berikut ini. tanah non ekpansif. Alternatif solusi 1 ini
membutuhkan tanah urugan dari lokasi lain
Persiapan Penelitian dan pembuangan tanah ekpansif galian di
Sebagai langkah awal dalam penelitian ini bawah lantai.
adalah melakukan uji pemboran, pengambilan 3). Sistem lantai-fondasi alternatif solusi
dan pengujian laboratorium contoh tanah di 2, yaitu pembuatan plat beton bertulang
lokasi. Langkah ini bertujuan untuk mengetahui yang disambungkan balok sloof yang
perlapisan tanah, ketebalan dan sifat fisis berfungsi menahan kembang susut tanah
lapisan lempung ekpansif. Pengambilan contoh ekpansif di bawah lantai. Ketebalan plat
tanah dilakukan pada kedalaman 0,5 m, 1,0 m, beton bertulang yang biasa digunakan
1,5 m, dan 2,0 m. Pengujian laboratorium yang oleh masyarakat di lokasi adalah 10-12
dilakukan adalah: cm, sedangkan tulangan yang digunakan
1) Pengujian batas-batas Atterberg adalah φ8 – 400. Tulangan plat beton
2) Kadar air bertulang ditanam/disambungkan dengan
3) Berat volume balok sloof.
4) Specific grafity 4). Sistem lantai-fondasi alternatif solusi
5) Distribusi ukuran butir 3, yaitu stabilisasi tanah menggunakan
Persiapan penelitian ini menghasilkan kapur. Tanah sampai dengan kedalaman
perkiraan potensi pengembangan tanah yang 1,0 m di bawah lantai digali dan kemudian
menyebabkan keretakan lantai di lokasi. dicampur dengan kapur dengan kadar 2,5
% berat kering tanah. Kelebihan alternatif
Pelaksanaan Penelitian solusi ini adalah tidak diperlukan tanah
1. Pembuatan sistem lantai-fondasi urugan dari lokasi dan tanah ekpansif
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan tidak dibuang tetapi distabilisasi sehingga
membuat 5 (lima) sistem lantai-fondasi tidak terjadi pengembangan besar yang
berukuran 300 X 300 cm2 yang biasa digunakan dapat merusak lantai. Namun demikian
pada bangunan rumah dalam skala penuh tingkat keberhasilan dari alternatif solusi
(gambar 5). Ukuran fondasi batu kali adalah ini tergantung pada cara dan homogenitas
ukuran yang biasa digunakan oleh masyarakat di campuran tanah-kapur.
lokasi dan secara empiris sudah terbukti mampu 5). Sistem lantai-fondasi alternatif solusi 4,
menahan beban kembang susut tanah sehingga yaitu memanfaatkan pasir yang berfungsi
tidak mempengaruhi struktur bangunan. sebagai separator sehingga air tidak bisa
Sistem lantai-fondasi yang dibuat adalah merembes ke dalam tanah di bawah lantai
sebaga berikut: sehingga tidak terjadi pengembangan tanah
1). Sistem lantai-fondasi tanpa perbaikan di bawah lantai. Tanah di bawah lantai
merupakan sistem lantai fondasi biasa di digali sampai dengan kedalaman 1,0 m.
atas tanah lempung ekpansif. Sistem lantai- Pada dasar galian diurug dengan lapisan
fondasi tanpa perbaikan ini di buat untuk pasir setebal 10 cm untuk mencegah
mengetahui sejauh mana keretakan yang rembesan air. Alternatif solusi ini sangat
dialami lantai jika tidak dilakukan upaya sederhana, namun demikian keberhasilan
perbaikan. dari alternatif solusi ini tergantung pada
2). Sistem lantai-fondasi alternatif solusi 1, keberhasilan lapisan pasir mencegah
yaitu mengganti tanah dibawah lantai rembesan air.
dengan tanah non ekpansif. Tanah di bawah

118 ISSN 2088 - 3676


Studi Alternatif ..... Ekpansif Teguh Widodo

Gambar 1. Bagan alir penelitian.

2. Pengamatan tanah. Hasil uji pemboran menunjukkan dari


Pengamatan dimaksudkan untuk mem- permukaan tanah sampai dengan kedalaman 2,1
peroleh data yang menggambarkan tingkat m terdapat lapisan lempung hitam mengandung
keberhasilan dari masing-masing alternatif lapukan batu kapur dan di bawahnya sampai
solusi. Pengamatan yang dilakukan adalah dengan kedalaman 4,0 m (akhir pemboran)
sebagai berikut: terdapat lapisan lempung coklat muda berpasir
1). Pengembangan vertikal lantai. halus dengan konsistensi padat. Pada kedalaman
2). Pola, jumlah dan besarnya retakan 1,5 m dan 3,0 m di bawah permukaan tanah
lantai. diambil contoh tanah terganggu untuk keperluan
3). Perubahan kadar air tanah di lokasi uji kadar air, berat jenis, batas-batas atterberg
akibat perubahan cuaca. dan distribusi ukuran butiran di laboratorium.
Hasil uji sifat fisis contoh tanah terganggu pada
3. Analisa anggaran biaya kedalaman 1,5 m dan 3,0 m dari permukaan
Analisa anggaran biaya dilakukan untuk tanah dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. Ploting
mengetahui biaya pembuatan masing-masing nilai batas cair dan indek plastisitas tanah pada
alternatif solusi. diagram plastisitas unified soil clasification
system (USCS) seperti terlihat pada gambar 2
HASIL DAN PEMBAHASAN menujukkan bahwa tanah pada kedalaman 1,5
Perlapisan Tanah di Lokasi m adalah tanah lempung berplastisitas tinggi
Uji Pemboran dangkal dilakukan di lokasi (CH), sedangkan tanah pada kedalaman 3,0
penelitian menggunakan bor tangan dan adalah tanah lanau yang mengandung pasir
mencapai kedalaman 4,0 m dibawah permukaan (MS).

ISSN 2088 - 3676 119


JURNAL TEKNIK VOL. 5 NO. 2 /OKTOBER 2015

Tabel 1. Sifat fisis tanah Gambar 3 menunjukkan ploting nilai


prosentase butiran lempung (<0,002 mm)
Tanah Tanah
No Uji Laboratorium dan nilai aktivitas dari contoh tanah pada
(1,5 m) (3,0 m)
1 Kadar air (%) 11,92 8,15 kedalaman 1,5 m pada grafik Seed dkk. (1962).
2 Berat jenis 2,62 2,57 Hasil ploting menunjukkan bahwa tingkat
3 Batas cair (%) 67,50 53,20
pengembangan contoh tanah pada kedalaman
4 Batas plastis (%) 20,19 40,11
5 Indek plastisitas (%) 47,31 13,09 1,5 m adalah sangat tinggi (very high).
6 Fraksi lempung, < 0.002 mm (%) 23 0 Chen (1962), Snethen (1977), dan Carter
7 Kandungan butiran halus (%) 97,50 63,00 dan Bentley (1991) menggunakan nilai batas-
batas plastisitas tanah untuk identifikasi tanah
Identifikasi Tanah Ekpansif ekpansif . Hasil identifikasi contoh tanah di
Identifikasi tanah di lokasi penelitian lokasi berdasakan kriteria Chen (1962), Snethen
dilakukan untuk mengetahui tingkat ekpansif (1977), dan Carter dan Bentley (1991) dapat
tanah tersebut. Kriteria yang digunakan adalah dilihat pada Tabel 4.2.
Seed dkk. (1962), Chen (1962), Snethen (1977), Berdasarkan perlapisan dan identifikasi
dan Carter dan Bentley (1991). sifat kembang-susut dapat diketahui bahwa
Tanah pada kedalaman 1,5 m mengandung di lokasi penelitian terdapat tanah dengan
butiran lempung (< 0,002 mm), C sebesar 23 potensial pengembangan sangat tinggi dari
% dan indeks plastisitas, PI sebasar 47,5 %, permukaan tanah sampai dengan kedalaman
sehingga nilai aktifitas adalah: 2,1 m di bawah permukaan tanah. Kondisi ini
sangat potensial untuk menimbulkan masalah
retakan lantai bangunan.

Gambar 2. Diagram plastisitas

120 ISSN 2088 - 3676


Studi Alternatif ..... Ekpansif Teguh Widodo

Pengamatan Retakan Plat Lantai


Pengamatan retakan yang mungkin terjadi
pada saat terjadi pengembangan tanah akibat
perubahan kadar air tanah (musim penghujan)
dan kenyamanan penggunaan plat lantai
diamati untuk mengukur tingkat keberhasilan
alternatif solusi dalam mengatasi masalah
retakan plat lantai. Hasil pengamatan adalah
sebagai berikut:
1. pelat lantai di atas tanah lempung
ekpansif tanpa perbaikan mengalami
retakan besar, terangkat ke atas, miring
dan pecah,
2. pelat lantai alternatif solusi 3
mengalami retakan sedang, terangkat
Gambar 3. Potensi pengembangan contoh ke atas, dan miring.
tanah pada kedalaman 1,5 m. 3. pelat lantai alternatif solusi 1 dan 4
mengalami retakan kecil lebar 1-2 mm
Tabel 2. Sifat ekpansif tanah (retak rambut),
4. pelat lantai alternatif solusi 4 tidak
Contoh Contoh
No Kriteria Tanah Tanah mengalami retakan
(1,5 m) (3,0 m) 5. pelat lantai di atas tanah lempung
1 Chen, 1962 sangat rendah ekpansif tanpa perbaikan mengalami
tinggi
retakan sedang, terangkat ke atas, dan
2 Snethen (1977) tinggi rendah
miring.
3 Carter dan Bentley (1991) tinggi rendah
Perbandingan dari alternatif solusi masalah

retalan lantai bangunan di atas tanah lempung
Analisis Anggaran Biaya
ekpansif disajikan pada Tabel 4.4 berikut ini.
Analisis anggaran biaya dilakukan
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
didasarkan pada kebutuhan bahan, tenaga,
alternatif solusi 1, 3, dan 4 yang didasarkan
alat dan komponen biaya lainya pada saat
pada prinsip mencegah pengembangan tanah
pelaksanaan penelitian dengan maksud
di bawah lantai sedalam 1,0 m kurang efektif
mengetahui biaya pelaksanaan dari alternatif
mengatasi retakan lantai. Hai ini disebabkan oleh
solusi sebagaimana telah dijelaskan pada
lapisan tanah ekpansif di lokasi dijumpai sampai
metodologi penelitian sehingga dapat diketahui
kedalaman 2,1 m, sehingga masih ada lapisan
metode mana yang memiliki biaya pelaksanaan
setebal 1,1 m yang mengalami pengembangan
paling murah. Analisis anggara biaya dilakukan
dan mendesak plat lantai. Alternatif solusi 2
pada pekerjaan pembuatan lantai tanpa dan
yang didasarkan pada modifikasi struktur untuk
dengan perbaikan. Hasil analisis dapat dilihat
pada Tabel 3 sampai denga Tabel 8. mengatasi pengembangan bekerja lebih efektif.

Tabel 3. Tabel matrik perbandingan alternatif solusi.


Metode Perbaikan Tanah
Item Pertimbangan
Alternatif Solusi 1 Alternatif Solusi 2 Alternatif Solusi 3 Alternatif Solusi 4
1. Ketersediaan Bahan Baik Baik Baik Baik
2. Pelaksanaan Pekerjaan Cukup Baik Kurang Cukup
3. Biaya Rp. 188.700, Rp. 58.000, Rp. 103.300, Rp. 76.400,
4. Ketahanan Retakan Cukup Baik Kurang Cukup
5. Kenyamanan Cukup Cukup - Cukup
Rekomendasi Kurang Baik Tidak Baik

ISSN 2088 - 3676 121


JURNAL TEKNIK VOL. 5 NO. 2 /OKTOBER 2015

Tabel 4. Analisa harga satuan per m2 pembuatan lantai tanpa perbaikan.

Tabel 5. Analisa harga satuan per m2 alternatif solusi 1.

Tabel 6. Analisa harga satuan per m2 alternatif solusi 2.

122 ISSN 2088 - 3676


Studi Alternatif ..... Ekpansif Teguh Widodo

Tabel 7. Analisa harga satuan per m2 alternatif solusi 3.

Tabel 8. Analisa harga satuan per m2 alternatif solusi 4.

KESIMPULAN tiga ratus rupiah), Rp. 188.700,- (seratus


1. Berdasarkan bor log dan identifikasi contoh delapan puluh delapan ribu tujuh ratus
tanah dapat diketahui bahwa di lokasi rupian), Rp. 58.000,- (lima puluh delapan
penelitian terdapat tanah ekpansif dengan ribu rupiah), Rp. 103.300,- (seratus tiga
potensial pengembangan sangat tinggi dari ribu tiga ratus rupiah), dan Rp. 76.400,-
permukaan tanah sampai dengan kedalaman (tujuh puluh enam ribu empat ratus rupiah).
2,1 m di bawah permukaan tanah. 3. Alternatif solusi yang bekerja optimal
2. Hasil analisis anggaran biaya per m2 dalam mengatasi masalah retakan bangunan
pekerjaan pelat lantai tanpa perbaikan dan paling murah diantara alternatif
tanah, alternatif solusi 1, 2, 3 dan 4 adalah solusi adalah pembuatan plat lantai beton
Rp. 46.300,- (empat puluh enam ribu bertulang (alternatif solusi 2)

ISSN 2088 - 3676 123


JURNAL TEKNIK VOL. 5 NO. 2 /OKTOBER 2015

DAFTAR PUSTAKA and Foundation Division, ASCE


Carter, M., Bently, S.P., 1982, Corellation Tessier, D., 1989, Behavior and Microstructure
of Soil Properties. Pentech Press, of Clay Water System, Incrisat Center
Publisher, London Tucker, R.L. dan Poor, A.R., 1978, Field
Holtz, W.G., 1959, Expabsive Clays-Properties Study of Moisture Effects on Slab
and Problems, Quarterly of the Movement, Journal of the Geotechnical
Colorado School of Mines, Vol. 54, Engineering Division, ASCE.
No. 4. Wahyudi, H., 2002, Swelling Soil Ditinjau
Irsyam, M., 1993, Tanah Mengembang dan dari Aspek Mikroskopis, Seminar
Stabilisasinya, Jurusan Teknik Sipil tentang Perkembangan Terkini
Institut Teknologi Bandung, Bandung dalam Pemecahan Masalah-masalah
Mittchell, J.K., 1993, Fundamental of Soil Geoteknikdi Indonesia, HATTI,
Behavior, John Wiley & Sons, Inc New Surabaya
York. Widodo, T., 2005, Perilaku dan Permasalahan
Seed, H. B., Woodward, R.J., dan Lundgren, R., Tanah Ekpansif, Jurnal Janateknika,
1962, Prediction of Swelling Potential Fakultas Teknik Universitas Janabadra,
for Compacted Clays, Journal of Yogyakarta.
the Soil Machanics and Foundation Widodo, T., 2005, Studi Alaternatif Solusi
Division, ASCE Masalah Retakan Lantai Bangunan
Seed, H. B., dan Ghan C.K., 1959, Structure and di Atas Tanah Lempung Ekpansif,
Strength Caracteristic of Compacted Laporan Penelitian Dosen Muda,
Clays, Journal of the Soil Machanics Yogyakarta.

124 ISSN 2088 - 3676

You might also like