You are on page 1of 9

Hubungan Mekanisme Koping

dengan Tingkat Stres Pada Pasien Fraktur

Rosalina Primarta Mesuria, Emil Huriania, Gusti Sumarsiha


a
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
Email : rosalinameisuri@yahoo.com.

Abstract: Fracture can lead to losing of physical function that could become stressor which create stress. Patients
experience stress was looked nervous, loosed appetite, worried and they tried to avoid their self with be quiet and
day dreaming. The purpose of this study was to determine the relationship between coping mechanism and stress
level of fracture patient at the Trauma centre DR M. Djamil hospital Padang year 2013. This was a correlational
study using cross sectional approach. Total sample of this were 60 respondents that taken by purposive sampling.
Data collection using stress level questionnaire and COPE questionnaire. The univariate analysis was using
frequency distribution and the bivariate analysis was using Lambda. The result showed that 50% respondents low
experiencing level of stress, 68,3% using adaptive coping mechanism. The was a significant relationship between
coping mechanism and the stress level with weak influence and positive direction (p=0,004) and (r=0,300). It is
suggest to the nurses to pay attention for signs and symptoms stress on patient and to fracture patients with
maladaptive coping mechanism to ask someone for solve the stress, to give positive appraisal and suggestion to
using adaptive coping mechanism.

Keywords: fracture, coping mechanism, stress

Abstrak: Fraktur dapat mengakibatkan kehilangan fungsi fisik sehingga dapat mengakibatkan terjadinya stres.
Pasien yang mengalami stres tampak gelisah, kurang nafsu makan, cemas dan mereka berupaya menarik diri dengan
diam dan melamun. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan mekanisme koping dengan tingkat stres
pada pasien fraktur di Ruang Trauma Centre RSUP. Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013. Jenis penelitian adalah
korelasional dengan pendekatan cross sectional study. Jumlah sampel 60 orang, diambil secara Purposive Sampling.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner tingkat stres dan kuesioner COPE. Analisa data univariat yang
digunakan yaitu distribusi frekuensi dan analisa bivariat menggunakan uji Lambda. Hasil analisa univariat
didapatkan 50% mengalami stres ringan, 68,3% menggunakan mekanisme koping adaptif didapatkan hubungan
bermakna antara mekanisme koping dengan tingkat stres dengan kekuatan lemah dan arah positif, dimana (p=0,004)
dan (r=0,300). Disarankan kepada perawat untuk dapat memperhatikan manifestasi klinis stres dan pasien fraktur
yang menggunakan mekanisme koping maladaptif, untuk dapat mengatasi stres dengan cara bertanya pada orang
terdekat, penilaian secara positif dan menganjurkan menggunakan koping adaptif.

Kata kunci: fraktur, mekanisme koping, tingkat stres

Fraktur merupakan suatu kondisi terganggu mental dan psikososial penderita


terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau fraktur.
tulang rawan yang disebabkan oleh rudapaksa, Terganggunya mental dan psikososial
dapat berupa trauma langsung dan trauma penderita fraktur juga dapat disebabkan oleh
tidak langsung (Smeltzer & Bare, 2002). penyembuhan pada fraktur dalam waktu yang
Fraktur memiliki tanda dan gejala yang lama. Menurut American Academy of
dapat merubah fungsi tubuh. Kehilangan Surgeons Orthopedi, penyembuhan pada
fungsi tubuh permanen merupakan kondisi tulang membutuhkan waktu yang lama. Hal ini
yang ditakuti pasien fraktur. Hal ini dapat membuat penderita fraktur memiliki

66
NERS JURNAL KEPERAWATAN Volume 10, No 1, Maret 2014 : 66-74

ketergantungan seiring dengan proses dan rata-rata penderita fraktur mengalami


penyembuhan yang lama. kecemasan, stres bahkan depresi.
Hasil penelitian Haryanti (2002) diperoleh Di Indonesia insiden fraktur dengan jenis
data ketergantungan Activity Day Living yang berbeda dan penyebab berbeda juga
(ADL) pada pasien fraktur femur sebagai ditemukan mereka yang mengalami stres
berikut pasien dengan tingkat ketergantungan psikologis. Mengalami stres psikologis, pada
tinggi sebanyak 17 orang (56,7%), pasien umumnya disebabkan karena cemas dengan
dengan tingkat ketergantungan sedang keadaannya, takut karena penyakitnya. Serta
sebanyak 13 orang (43,3%) dan tidak terdapat adanya ketidakmampuan dalam beradaptasi
pasien dengan tingkat ketergantungan rendah. dengan situasi yang menyebabkan stres.
Berdasarkan penelitian Nurhadini dkk Teori yang dikemukakan oleh Lazarus dan
(2012) tentang “Hubungan Perubahan Citra Folkman (1984, dikutip dalam Huriani, 2006)
Diri dengan Tingkat Stres pada Pasien Fraktur menyebutkan bahwa situasi dari sumber stres,
di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2011” oleh masing-masing individu memiliki respon
dari 36 orang responden 61,1% mengalami yang berbeda, yaitu ada yang berpotensi
stres ringan dan 38,9% tidak stres atau normal. menimbulkan ancaman atau tantangan. Situasi
Hal yang membuat stres pada pasien, yaitu yang dapat menimbulkan stres, maka individu
pasien takut akan penyakitnya karena akan akan melakukan suatu hal untuk mengurangi
mengakibatkan kecacatan pada dirinya. stres. Hal yang dilakukan tersebut merupakan
Sedangkan yang merasa takut mengaku hal bagian dari koping.
tersebut dapat menyebabkan mereka putus asa Mekanisme koping merupakan usaha yang
karena keadaannya akan dapat mempengaruhi digunakan seseorang untuk mempertahankan
kegiatan dan pekerjaannya kelak. rasa kendali terhadap situasi yang mengurangi
Dampak stres yang berlarut-larut dalam rasa nyaman, dan menghadapi situasi yang
intensitas yang tinggi dapat menyebabkan menimbulkan stres (Videbeck, 2008).
penyakit fisik dan mental, yang akhirnya dapat Mekanisme koping terbagi atas dua yaitu
menurunkan produktivitas dan buruknya mekanisme koping adaptif adalah koping yang
hubungan interpersonal (Rasmun, 2004). mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan,
Insiden fraktur memiliki prevalensi tinggi belajar dan mencapai tujuan sedangkan
yang dapat menyebabkan kematian, kecacatan mekanisme koping maladaptif adalah koping
fisik, sehingga dapat mengganggu fungsi yang menghambat fungsi integrasi, memecah
psikologis penderitan fraktur. Menurut World pertumbuhan, menurunkan otonomi dan
Health Organization (WHO) tahun 2009 cenderung menguasai lingkungan (Stuart &
terdapat lebih dari tujuh juta orang meninggal Sundeen, 2006).
karena insiden kecelakaan, sekitar dua juta Individu cendrung menggunakan
orang mengalami kecacatan fisik dan sekitar mekanisme koping adaptif pada situasi yang
46,5% disebabkan karena fraktur. WHO dapat diatasi dan individu menggunakan
menunjukkan bahwa 50% penderita fraktur mekanisme koping maladaptif pada situasi
akan menimbulkan kecacatan seumur hidup yang berat dan diluar kemampuan individu.
Penggunaan mekanisme koping maladaptif

67
Rosalina, dkk, Hubungan Mekanisme Koping dengan Tingkat Stres...

terus menerus juga memiliki dampak lanjut Peneliti mengumpulkan data dengan cara
yaitu tingkat stres akan tinggi dan dapat membagikan kuisioner kepada responden
menyebabkan depresi. untuk menilai tingkat stres dan mekanisme
koping yang digunakan.
Berdasarkan studi pendahuluan yang
Jenis penelitian yang digunakan adalah
dilakukan pada tanggal 8 Februari 2013, deskriptif korelasi yaitu penelitian yang
wawancara yang penulis lakukan pada 5 orang bertujuan untuk melihat hubungan antar
pasien fraktur di Ruang Trauma Centre RSUP. variabel. Desain penelitian yang digunakan
DR. M. Djamil Padang pada tanggal 8 adalah Cross sectional study.
Februari 2013, didapatkan hasil 4 orang pasien Pada penelitian ini jumlah sampel adalah
mengalami stres dan hanya 1 orang yang tidak 60 orang pasien fraktur yang diambil secara
purposive sampling, yaitu teknik penetapan
mengalami stres. Pasien yang mengalami stres
sampel yang dikehendaki peneliti sehingga
tampak gelisah, pandangan kosong, kurang sampel dapat mewakili karakteristik populasi
nafsu makan, cemas dan takut terhadap yang telah dikenal sebelumnya (Notoadmodjo,
kecacatan pada dirinya. Pasien yang tidak 2010).
mengalami stres ditemui dengan wajah yang
tenang dan tidak menunjukan tanda gejala HASIL DAN PEMBAHASAN
stres. Dalam mengatasi hal tersebut, mereka
Tabel 1.
cendrung berupaya menarik diri dengan
Distribusi Frekuensi Karakteristik
perilaku cendrung diam dan melamun serta, Responden Berdasarkan Umur, Jenis
beberapa pertanyaan ada yang dijawab Kelamin, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan
keluarga dibanding berusaha bertanya dan Hari Rawat Ke- di Ruang Trauma
terhadap situasi yang dialami. Centre RSUP DR. M. Djamil Padang
Berdasarkan latar belakang masalah yang Tahun 2013.
telah dipaparkan, maka rumusan masalahnya
Karakteristik f %
adalah “Adakah hubungan mekanisme koping
Umur
dengan tingkat stres pada pasien fraktur di a. Remaja 12-18 th 14 23,3
Ruang Trauma Centre RSUP. DR. M. Djamil b. Dewasa awal 26 43,3
Tahun 2013?”. 19-35 th
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui c. Dewasa tengah 36-60 th 20 33,3
hubungan mekanisme koping dengan tingkat Jenis kelamin
stres pada pasien fraktur di Ruang Trauma a. Laki-laki 48 80
b. Perempuan 12 20
Centre RSUP. DR. M. Djamil Padang Tahun
Pendidikan terakhir
2013.
a. Pendidikan dasar (SD- 36 60
SMP)
METODE b. Pendidikan menengah 24 40
Penelitian ini dilakukan di Ruang (SMA)
Trauma Centre RSUP. DR. M. Djamil Padang. c. Pendidikan tinggi (D3- 0 0
Waktu penelitian ini dilaksanakan dari S3)
tanggal 18 Januari 2013 sampai tanggal 10 Pekerjaan
Oktober 2013. a. Bekerja 31 51,7
b. Tidak bekerja 29 48,3

68
NERS JURNAL KEPERAWATAN Volume 10, No 1, Maret 2014 : 66-74

Hari rawat ke Hasil penelitian berdasarkan Tabel 2.


a. Hari ke 1 10 16,7 menunjukkan 50% responden mengalami stres
b. Hari ke 2 17 28,3 ringan, 28,3% mengalami stres sedang dan
c. Hari ke 3 13 21,7 21,7% mengalami stres berat. Hasil tersebut
d. Hari ke 4 9 15,0 menunjukkan bahwa sebagian pasien fraktur
e. Hari ke 5 11 18,3 dapat beradaptasi dengan stresor yang ada dan
mereka memiliki respon yang berbeda
Tabel 2. terhadap fraktur yang mereka alami.
Distribusi Frekuensi Responden Stres merupakan mekanisme yang bersifat
Berdasarkan Tingkat Stres Pasien yang individual. Menurut Maramis (2004 dikutip
mengalami fraktur di Ruang Trauma dari Jamaluddin, 2007), daya tahan atau
Centre RSUP. DR. M. Djamil Padang penyesuaian individu terhadap stres akan
Tahun 2013. berbeda satu sama lain karena tergantung pada
umur, jenis kelamin, tipe kepribadian, tingkat
Tingkat Stres F (%) inteligensi, emosi, dan status sosial.
Ringan 30 50 Manusia berespon terhadap stres dapat
Sedang 17 28,3 dilihat pada tanda dan gejala. Menurut Stuart
Berat 13 21,7 & Laraia (2005), pada gejala mental, emosi
dan perilaku.
Tabel 3. Hasil penelitian ini sebanyak 50% pasien
Distribusi Frekuensi Responden fraktur mengalami stres ringan. Berdasarkan
Berdasarkan Penggunaan Mekanisme identifikasi dari kuisioner ditemukan
Koping Pasien yang Mengalami Fraktur di manifestasi klinis yang tidak muncul adalah
Ruang Trauma Centre RSUP. DR. M. pada gejala mental ditemukan tidak banyak
Djamil Padang Tahun 2013. pikiran dan tidak ragu-ragu. Pada gejala emosi
didapatkan tidak merasa dirinya tidak
berharga, hidup masih bermanfaat dan pada
gejala perilaku pasien fraktur tidak bereaksi
Mekanisme Koping F (%)
berlebihan terhadap situasi yang dihadapinya.
Adaptif 41 68,3
Hal ini berarti pasien fraktur dalam keadaan
Maladaptif 19 31,7
sakit masih dapat menerima dirinya secara
utuh, meyakini kelebihan dan keistimewaan
Tabel 4. yang dimiliki serta dapat menghargai diri
Hubungan Mekanisme Koping dengan sendiri.
Tingkat Stres Pada Pasien yang Mengalami Sedangkan gejala yang selalu muncul pada
Fraktur di Ruang Trauma Centre RSUP. stres ringan yaitu pada gejala mental
DR. M. Djamil Padang Tahun 2013. responden kehilangan rasa humor, pada gejala
emosi merasa dalam situasi yang
Mekanisme Tingkat Stres mencemaskan, dan pada gejala perilaku
Total
Koping Ringan Sedang Berat merasa gemetar. Menurut Santrock (2003),
F % f % f % f stres
% ringan biasanya tidak merusak aspek
Adaptif 29 70,7 9 22 3 7,3 41 fisiologis,
100 dapat memotivasi individu untuk
Maladaptif 1 5,3 8 42,1 10 52,6 19 belajar
100 dan mampu memecahkan masalah
Total 30 50 17 28,3 13 21,7 60 100
secara efektif.
Faktor yang mempengaruhi separoh pasien
p=0,004 r=0,300
fraktur mengalami stres ringan adalah usia

69
Rosalina, dkk, Hubungan Mekanisme Koping dengan Tingkat Stres...

yaitu sebanyak 60% berada pada rentang usia mudah gelisah dan mengalami penurunan
36-60 tahun. Hal ini karena pada tahap nafsu makan.
perkembangan masa dewasa tengah individu Namun demikian, semakin bertambahnya
memiliki pengetahuan tentang dampak, faktor tekanan atau stresor maka, individu akan dapat
resiko mengenai aspek kesehatan, memiliki mengalami kelelahan sehingga stres dapat
aktivitas untuk meningkatkan kesehatan dan menjadi lebih berat (Hawari, 2011). Dalam
telah memiliki sedikit pengalaman tentang penelitian ini didapatkan 21,7% pasien fraktur
penyakit sehingga kemampuan dalam mengalami stres berat. Berdasarkan
menyelesaikan masalah dapat diatasi dengan identifikasi dari kuisioner pada stres berat
baik ( Potter & Perry, 2005). sudah menunjukkan keadaan yang lebih
Faktor pendidikan juga mempengaruhi buruk. Keluhan yang sering dikemukakan
tingkat stres. Berdasarkan hasil terbanyak yaitu pada gejala mental mudah lupa, pada
didapatkan 54,2% pasien fraktur mengalami gejala emosi responden mudah marah.
stres ringan berada pada pendidikan Sedangkan pada gejala perilaku responden
menengah. Menurut UU RI No 20 Tahun 2003 semakin menunjukkan kegelisahan dan nafsu
pendidikan menengah yaitu tamat SMA. makan semakin menurun.
Respoden tamat SMA adalah pendidikan Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya,
tertinggi pasien fraktur dalam penelitian ini. usia dapat mempengaruhi tingkat stres pada
Tingkat pendidikan berkaitan erat dengan pasien fraktur. Hasil penelitian ini didapatkan
tingkat pengetahuan. Semakin tinggi tingkat 46,2% responden mengalami stres berat
pendidikan maka semakin tinggi pengetahuan berada pada rentang usia 12-18 tahun.
seseorang sehingga kemampuan menghadapi Menurut Prayitno (2006) usia muda cendrung
masalah, menganalisa situasi dan pada memiliki tingkat stres lebih tinggi karena pada
akhirnya memilih tindakan yang tepat dalam usia muda seperti usia remaja, masih
menghadapi masalah (Stuart & Laraia, 2005). menyesuaikan diri dengan standar kelompok
Faktor lain yang mempengaruhi tingkat stres selain itu pada usia remaja adanya perubahan
yaitu status pekerjaan. Berdasarkan yang terjadi pada dirinya seperti terjadinya
identifikasi kuisioner didapatkan sebanyak fraktur aka nada ketakutan adanya penolakan
51,7% pasien fraktur yang memiliki pekerjaan oleh lingkungan. Dan pada usia remaja
mengalami stres. Pasien yang bekerja individu belum dapat mengontrol emosinya
merasakan stresor lebih besar daripada mereka sehingga individu belum dapat menghadapi
yang tidak bekerja. Sementara itu pasien perubahan yang terjadi.
fraktur yang memiliki pekerjaan akan Faktor lain yang mempengaruhi stres berat
meragukan kemampuannya sendiri karena yaitu intensitas stresor dapat dilihat dari hari
adanya keterbatasan fungsi fisik dengan rawat ke. Hasil kuisioner menunjukkan respon
terjadinya fraktur dan pasien menjadi takut yang dirawat pada hari rawat ke-1 sebanyak
karena keadaannya ini akan dapat 80% mengalami stres berat. Dibandingkan
mempengaruhi kegiatan dan pekerjaannya dengan respon yang dirawat pada hari rawat
nanti (Hidayat, 2006). ke 5, sebanyak 81,8% yang mengalami stres
Responden yang mengalami stres sedang. ringan. Menurut Callista Roy dalam Rasmun
Hal ini diidentifikasi dari kuisioner didapatkan (2004) ketika mengalami suatu proses
hasil pada gejala mental pasien fraktur tidak perubahan pada fisik yang dapat disebabkan
antusias dan sulit berkonsentrasi. Pada gejala oleh fraktur individu akan melakukan
emosi ditemukan sering diam dan melamun. penyesuaian atau proses adaptasi yaitu suatu
Sedangkan pada gejala perilaku ditemukan upaya untuk mencapai keseimbangan terhadap
kebutuhan oleh adanya stresor

70
NERS JURNAL KEPERAWATAN Volume 10, No 1, Maret 2014 : 66-74

Hasil penelitian berdasarkan Tabel 3. dapat memetik pelajaran dari situasi yang
didapatkan lebih dari separoh pasien fraktur terjadi. Berdasarkan penelitian empiris,
(68,3%) menggunakan mekanisme koping perilaku mengatasi stres ini penting. Menurut
adaptif. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Lazarus dan Folkman, (1984 dalam Monintja,
pasien fraktur dapat mengontrol emosi pada 2003) individu yang melakukan koping ini
dirinya, memiliki kewaspadaan yang tinggi, lebih mengarahkan usahanya untuk
lebih perhatian pada masalah, memiliki mengendalikan emosi yang tidak
persepsi yang luas dan dapat menerima menyenangkan. Pada koping ini, individu
dukungan dari orang lain (Stuart & Sundeen, mengambil sisi positif dari suatu keadaan.
2006). Dengan cara demikian secara emosional
Individu yang memiliki mekanisme koping individu dapat lebih tenang dan berfikir jernih
adaptif, dapat beradaptasi terhadap stresor sehingga dapat meneruskan atau memulai
yang ada. Hasil ini didukung dari jawaban kembali tindakan koping yang terarah pada
kuisioner didapatkan mekanisme koping masalah secara aktif.
adaptif yang sering digunakan yaitu responden Sementara itu terdapat 31,7%
teratur meminum obat yang diberikan, menggunakan mekanisme koping maladaptif.
mendengarkan saran dan bertanya kepada Mekanisme koping maladaptif berarti individu
sumber yang mengetahui tentang penyakit tidak mampu berfikir atau disorientasi, tidak
yang dihadapinya dan fokus terhadap usaha mampu menyelesaikan masalah dan
untuk menunjang proses kesembuhannya. perilakunya cendrung merusak (Stuart &
Pernyataan di atas merupakan salah satu Sundeen, 2006). Hal ini terlihat dari kuisioner
indikator koping aktif. didapatkan hasil 5% menjawab selalu fokus
Koping aktif merupakan salah satu terhadap situasi stres dan 2% panik terhadap
indikator yang dapat mengurangi stres. situasi yang dihadapinya. Pernyataan tersebut
Menurut Carver dkk (1989 dalam Davidson, merupakan indikator dari koping maladaptif,
2006), disebut aktif karena ada penekanan yaitu focus and venting of emotion. Indikator
pada tindakan aktif individu untuk mencoba ini berupa kecenderungan untuk memusatkan
mengatasi masalah maupun mengurangi diri pada pengalaman yang menekan. Respon
dampak dari masalah tersebut. Koping ini ini dapat menyebabkan individu berlarut-larut
meliputi langkah awal pengambilan tindakan dalam kondisi stres itu sendiri. Selain itu akan
langsung, peningkatan usaha individu dan menggangu perhatian individu dari usaha
upaya untuk mencoba melakukan koping koping yang aktif.
dengan langkah yang bijaksana. Perilaku koping maladaptif seperti
Dalam penelitian ini didapatkan masih ada terjadinya respon panik dapat disebabkan oleh
mekanisme koping adaptif yang hanya salah satu faktor yaitu penilaian individu
sebagian kecil digunakan pasien fraktur. terhadap masalah. Jika individu meyakini
Berdasarkan identifikasi dari kuisioner bahwa situasi atau masalah yang dialami
didapatkan hasil 13,4% responden bertanya masih dapat diubah secara konstruktif maka
kepada orang terdekat. Pernyataan diatas dapat terbentuk koping adaptif. Namun jika
merupakan salah satu indikator mekanisme masalah diyakini sebagai suatu yang
koping adaptif yaitu mencari dukungan sosial mengancam maka akan terbentuk koping
berupa bantuan. maladaptif (Lazarus & Folkman dalam
Mekanisme koping adaptif lain yang Sarafino, 2006). Hal ini berarti individu
jarang digunakan pasien fraktur yaitu menganggap bahwa fraktur yang dialami
penilaian secara positif. Hal ini dapat dilihat merupakan situasi yang menekan dan
dari kuisioner sebanyak 21,7% responden mengancam bagi dirinya.

71
Rosalina, dkk, Hubungan Mekanisme Koping dengan Tingkat Stres...

Responden terbanyak yang menggunakan kekuatan korelasi lemah. Hal ini berarti
mekanisme koping maladaptif adalah pasien apabila mekanisme koping yang digunakan
fraktur pada rentang usia 12-18 tahun yaitu adaptif maka stres yang dialami akan semakin
47,4%. Hal ini disebabkan karena pada usia ringan.
muda seperti usia remaja masih berada pada Individu dapat menggunakan berbagai
tahap perkembangan dengan adanya mekanisme koping adaptif dalam menghadapi
perubahan konsep diri sesuai dengan stres. Menurut Stuart dan Sundeen (2006),
perkembangan biologis. Dan pada masa menyatakan individu yang menggunakan
remaja apabila terjadi perubahan pada dirinya mekanisme koping adaptif merupakan
seperti fraktur yang dialami mereka sulit individu yang memiliki keyakinan atau
menghadapi karena kemampuan dalam pandangan positif, terampil dalam
membangun koping belum optimal dalam memecahkan masalah dan dapat menerima
menghadapi perubahan yang terjadi (Potter & dukungan sosial dari orang lain. Sehingga
Perry, 2005). orang yang menggunakan mekanisme koping
Pada penelitian ini, mekanisme koping adaptif tidak mudah mengalami stres dalam
maladaptif tidak dipengaruhi oleh jenis menghadapi stresor yang datang pada dirinya,
kelamin. Setiap orang berusaha untuk karena individu yang memiliki mekanisme
melakukan mekanisme koping hanya jenis koping adaptif mampu memanfaatkan
mekanisme koping maladaptif perempuan kelebihan yang dimilikinya.
dapat berbeda dari laki-laki. Dalam Dari 19 orang pasien fraktur yang
menggunakan mekanisme koping maladaptif, menggunakan mekanisme koping maladaptif
respon yang sering ditampilkan laki-laki ditemukan 1 orang (5,3%) yang mengalami
ketika menghadapi stres adalah menutup diri stres ringan. Hal ini bisa terjadi karena faktor
(Pease & Pease, 2006). Sedangkan perempuan lain yang mempengaruhi yaitu responden
memiliki kebiasaan untuk mencari dukungan berada pada usia remaja dan berada pada hari
sosial ketika sedang stres dengan tujuan emosi rawat ke 5. Remaja memiliki keterbatasan
dan untuk mendapatkan simpati dengan dalam membentuk koping ketika menghadapi
menceritakan secara berlebihan situasi stres stresor atau perubahan yang terjadi pada
yang dialami. dirinya. Ditambah lagi responden ini berada
Hasil penelitian berdasarkan tabel 4. pada hari rawat ke 5 sehingga manifestasi
didapatkan 41 orang pasien fraktur yang klinis fraktur seperti nyeri mulai berkurang
menggunakan mekanisme koping adaptif karena responden telah beradaptasi terhadap
ditemukan sebanyak 3 orang pasien (7,3%) fraktur yang dialaminya.
mengalami stres berat, bila dibandingkan Koping maladaptif adalah koping yang
dengan 19 orang pasien fraktur yang menghambat fungsi integrasi, memecah
menggunakan mekanisme koping maladaptif pertumbuhan, menurunkan otonomi,
ditemukan 1 orang (5,3%) yang mengalami cenderung menguasai lingkungan dan
stres ringan. Hasil uji statistik korelasi perilakunya cendrung merusak (Stuart &
Lambda, diperoleh nilai r = 0,300 dengan Sundeen 2006). Untuk menghindari perilaku
nilai p = 0,004. Maka, dapat diambil maladaptif, maka faktor yang dapat
kesimpulan bahwa terdapat korelasi yang mendukung adalah mengidentifikasi sumber
bermakna antara mekanisme koping dengan koping yang dapat membantu individu
tingkat stres pada pasien fraktur di Ruang beradaptasi dengan stresor yang ada dengan
Trauma Centre RSUP. RSUP DR. M. Djamil menggunakan sumber koping yang ada.
Padang tahun 2013. Nilai r = 0,300 Salah satu sumber koping yang dapat
menunjukkan arah korelasi positif (+) dengan membantu individu dalam menghindari

72
NERS JURNAL KEPERAWATAN Volume 10, No 1, Maret 2014 : 66-74

perilaku maladaptif yaitu meningkatkan KESIMPULAN DAN SARAN


dukungan sosial. Menurut Sadock & Virginia 1. Separoh pasien fraktur di Ruang Trauma
(2007) dukungan sosial merupakan pendukung Centre RSUP DR. M. Djamil Padang
paling utama dalam membentuk mekanisme Tahun 2013 mengalami stres ringan.
koping yang efektif atau adaptif. Selain itu 2. Lebih dari separoh pasien fraktur di Ruang
dukungan sosial mempengaruhi kesehatan Trauma Centre RSUP DR. M. Djamil
dengan cara melindungi individu dari efek Padang Tahun 2013 menggunakan
negatif stres. Sehingga dengan meningkatkan mekanisme koping adaptif.
dukungan sosial maka akan dapat menurunkan 3. Mekanisme koping berhubungan dengan
perilaku maladaptif. tingkat stres pada pasien fraktur di Ruang
Hasil penelitian dari 41 orang pasien Trauma Centre RSUP DR. M. Djamil
fraktur yang menggunakan mekanisme koping Padang dengan kekuatan lemah dan arah
adaptif ditemukan sebanyak 3 orang pasien yang positif.
(7,3%) mengalami stres berat. Berdasarkan
identifikasi dari kuisioner 2 orang responden
berjenis kelamin laki-laki, memiliki pekerjaan DAFTAR PUSTAKA
dan berada pada usia dewasa tengah dan Davidson, G.C, Neale, J.M & Kring, A.M.
dewasa awal. Sedangkan 1 orang respoden (2006). Psikologi abnormal (Edisi 9).
berjenis kelamin perempuan, berada pada usia Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
dewasa tengah dan tidak bekerja. Hawari, D. (2011). Manajemen stres cemas
Faktor lain yang mempengaruhi yaitu usia dan depresi. Jakarta : FKUI.
dan status pekerjaan. Berdasarkan identifikasi Jamaluddin, M. (2007). Strategi coping stres
kuisioner responden berada pada rentang usia penderita diabetes mellitus dengan self
19-35 tahun dan responden ini memiliki monitoring sebagai variabel mediasi.
pekerjaan. Hal ini yang dapat menjadi stresor Fakultas Psikologi Malang. (tidak
sehingga stres berat dapat terjadi karena dipublikasikan)
responden yang memiliki pekerjaan merasa Kangau, H. (2011). Coping with everyday life
takut dengan fraktur yang terjadi dapat after hip fracture rehabilitation for the
mempengaruhi pekerjaannya nanti. elderly living at home. Human Ageing
Setiap orang yang mengalami stres dalam and Elderly Services. Thesis. Arcada.
menghadapi stresor yang mengancam (tidak dipublikasikan).
kondisinya, memerlukan kemampuan pribadi McPhail, S.M, Dunstan, J, Canning, J &
maupun dukungan dari lingkungan, agar dapat Haines, T.P. (2012). Life impact of
mengurangi stres, cara yang digunakan ankle fractures : qualitative analysis of
individu untuk mengurangi stres disebut patient and clinician experiences.
dengan koping. Keefektifan sebuah koping Journal BMC musculoskeletal
dinilai apabila koping mampu menurunkan disorders, (13), 1-13.
yang dialami seseorang. Apabila koping yang Potter, P & Perry, A. (2005). Buku ajar
digunakan adalah koping adaptif namun tidak fundamental keperawatan : konsep,
dapat menurunkan tingkat stres seseorang, proses dan praktek (Edisi 2), vol.2.
berarti dari hal ini koping yang digunakan Jakarta : EGC.
tidak efektif (Hawari 2011, Rasmun 2004). Prayitno, E. (2006). Psikologi orang dewasa.
Padang : Angkasa Raya.
Rasmun. (2004). Stres, koping dan adaptasi
teori dan pohon masalah keperawatan
(Edisi 1). Jakarta : Sagung Seto.

73
Rosalina, dkk, Hubungan Mekanisme Koping dengan Tingkat Stres...

Sarafino, E.P. (2006). Healty psychology,


bioshychosocial interactions. (5th ed).
New York : John Wiley & Sons, Inc.
Sari, P.M. (2012). Hubungan kecemasan dan
mekanisme koping pasien kanker
payudara di Rumah Sakit Kanker
Dharmais Jakarta. Skripsi :
Universitas Esa Unggul. (tidak
dipublikasikan)
Smeltzer ,S.C., & Bare, B.G. (2002). Buku
ajar keperawatan medikal bedah
brunner dan suddarth (Edisi 8), vol.3.
Jakarta : EGC.
Stuart, G.W., & Laraia, M.T. (2005).
Principles and practice of psychiatric
nursing (7th ed). Philadelphia. Mosby.
Videbeck, S. (2008). Buku ajar keperawatan
jiwa. Jakarta : EGC

74

You might also like