Bab II Studi Pustaka
Tinjauan Pustaka merupakan langkah awal dalam penelitian yang akan
dilakukan. Hal-hal yang didapatkan dan diketahui dari hasil studi literatur antara
lain :
11.1 Standar Pelayanan Minimal Prasarana Jalan
IL1.1 Definisi Standar Pelayanan Minimal (SPM) Prasarana Jalan
Kata SPM secara umum dimunculkan deala:n pasal 3 ayat 2 Peraturan
Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom bahwa; ”Pemerintah menetapkan
Pedoman Standar Pelayanan Minimal (SPM) dalam bidang pemerintahan yang
wajib dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 (2) UU No. 22 Tahun 1999”, sedangkan dalam pasal 3 ayat 3 PP tersebut
dinyatakan; “Daerah wajib melaksanakan Standar Pelayanan Minimal (SPM)”.
Sedangkan untuk prasarana jalan, kata-kata SPM tercantum dalam Undang-
Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan Bab IV Bagian Kedelapan
Pengawasan Jalan Umum Pasal 37(1)c. yang berbunyi; ”Hasil penyelenggaraan
jalan harus memenuhi standar pelayanan minimal yang ditetapkan”.
Untuk dapat mendifinisikan SPM prasarana jalan, terlebih harus difahami difinisi
kata kunci, yaitu kata-kata; standar, pelayanan, minimal, prasarana, jalan, baik
secara mandiri maupun dalam konjungsi sebagai suatu kalimat.
1) Difinisi kata standar dalam penjelasan pasal 3 PP No. 25 Tahun 2000
adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan sebagai patokan
dalam melakukan kegiatan;
2
Pelayanan menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah kegiatan
memberikan bantuan dan hai-hal segala urusan yang diperlukan. Untuk
prasarana jalan maka obyek pelayanan adalah publik (nasyarakat,
khususnya pengguna jalan),
3) Kata minimum (minimal) menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah
batasan paling kecil atau sekurang-kurangnya;10
4) Prasarana (infrastruktur) didifinisikan sebagai fasilitas fisik untuk
kepentingan publik atau sering pula disebut public works. American
public works association mendifinisikan infrastruktur sebagai struktur
dan fasilitas fisik yang dikembangkan oleh badan pemerintah untuk
menjalankan fungsi pemerintah dalam menyediakan air, tenaga,
penanganan limbah, transportasi, dan layanan sejenisnya untuk
memfasilitasi pencapaian tujuan sosial dan ekonomi (Hudson, et.al,
1977), sedangkan menurut Associated General Contractors of America,
infrastruktur adalah suatu sistem fasilitas umum, baik yang didanai oleh
pemerintah maupun swasta yang menyediakan pelayanan yang penting
dan mendukung pencapaian standar kehidupan (Hudson, et.al, 1977).
Mengacu kepada deskripsi tersebut, maka secara umum pengertian atau
difinisi infrastruktur adalah “bangunan atau fasilitas fisik yang
mendukung keberlangsungan dan pertumbuhan ekonomi dan sosial suatu
masyarakat atau komunitas”;
5) Jalan dalam UU No. 38 Tahun 2004 didifinisikan sebagai prasarana
transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan , termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu-lintas, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan
kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
Dengan merujuk kepada difinisi-difinisi di atas, maka SPM prasarana jalan dapat
diterjemahkan sebagai berikut :
SPM prasarana jalan adalah suatu spesifikasi teknis penyediaan prasarana
jalan yang sekurang-kurangnya disediakan pada suatu wilayah untuk
keperluan lalu-lintas agar fungsi dari joringan jalan dalam memberikan
dukungan pelayanan bagi kegiatan masyarakat dapat dilaksanakan dengan
baik.IL1.2 Konsep Penetapan SPM
Secara sederhana berdasarkan common sense, maka penetapan SPM infrastruktur
akan terakit 2 tujuan utama, yaitu :
1) Terjaminnya pelayanan yang sama bagi masyarakat (equity);
2) Mengidentifikasi adanya kebutuhan penanganan / pengembangan
infrastruktur pelayanan di suatu wilayah untuk memenuhi tujuan a.
Dalam konteks tugas pemerintah dalam menyediakan infrastruktur, maka 2
tujuan akan terkait dengan kebijakan pemerintah dalam menyediakan dana untuk
pemeliharaan dan investasi bagi pengelolaan infrastruktur.
Dalam menetapkan SPM infrastruktur terdapat beberapa prinsip atau kaidah
utama yang harus diperhatikan, yaitu :
1) Bahwa SPM harus berada pada level yang harus lebih tinggi
dibandingkan dengan kebutuhan minimal akan infrastruktur;,
2) Penetapan SPM tidak boleh terlepas dari prinsip ekonomi dimana
penyediaan infrastruktur harus dioptimalkan penggunaannya dan
tercermin dampaknya dalam pengembangan ekonomi masyarakat;
2
Penetapan SPM harus memperhatikan kemampuan pendanaan yang ada,
sehingga tidak membebani keuangan pemerintah secara berlebihan;
4) Mampu mendorong pengurangan kesenjangan penyediaan infrastruktur
dalam jangka panjang.
IL1.3 SPM Jalan di Indonesia
SPM di bidang jalan di Indonesia dikembangkan dalam sudut pandang publik
sebagai pengguna jalan, dimana ukurannya merupakan common indicator yang
diinginkan oleh pengguna. Basis SPM dikembangkan dari 3 keinginan dasar para
pengguna jalan, yaitu :
1) Kondisi jalan yang baik (tidak ada lubang);
2) Tidak macet (lancar sepanjang waktu);
3) Dapat digunakan sepanjang tahun (tidak banjir waktu musim hujan).
Dalam kaitan ini penyelenggara jalan harus mengakomodir tuntutan publik
tethadap SPM dengan mengikuti norma/kaidah/aspek di bidang investasi jalan