You are on page 1of 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM


HEMATOLOGI PADA KASUS DHF (DENGUE HEMORAGIC FEVER)

A. Konsep Dasar Penyakit DHF (Dengue Hemoragic Fever)


1. Pengertian
DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti (betina). (Christantie Effendy, 1995).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan
orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai
ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk
kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty betina (Seoparman ,
1990).
DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah demam khusus yang dibawa oleh
aedes aegepty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam.
Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan
oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegepty (Seoparman, 1996).

2. Klasifikasi DHF Menurut WHO


DHF (Dengue Haemoragic Fever) berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis
dibagi menjadi 4 derajat (Menurut WHO, 1986):
a. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan, uji tourniquet,
trombositopenia dan hemokonsentrasi.
b. Derajat II
Derajat I dan disertai pula perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
c. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan daerah rendah
(hipotensi), gelisah, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari (tanda-tanda dini
renjatan).
d. Derajat IV
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

1
3. Anatomi Fisiologi

Struktur nyamuk terdiri atas ; kepala, toraks yang setiap segmenya


dilengkapi dengan sepasang kaki yang beruas-ruas dan abdomen. Daerah kepala
terdiri atas mata, antena berbentuk poliform yang terdiri atas 15 segmen. Antena
nyamuk betina disebut pilose dengan bulu-bulu yang lebih sedikit sedangkan
yang jantan memiliki banyak bulu disebut plumose. Seperti halnya dengan
serangga lain nyamuk memiliki sepasang mata majemuk oseli (mata tunggal).
Di bagian dorsal toraks terdapat bentuk bercak yang keras berupa dua garis
sejajar pada bagian tengah dan dua garis lengkung di bagian tepi. Vena sayap
meliputi seluruh bagian sayap sampai ke ujung berukuran 2,5 – 3,0 mm. Di
bagian abdomen nyamuk betina berukuran kecil terdapat dua caudal cerci yang
berukuran kecil, sedangkan pada nyamuk jantan terdapat organ seksual yang
disebut hypopygium.

Nyamuk ini bersifat antropofilik ( senang sekali pada manusia), biasanya


nyamuk betina menggit di dalam rumah, kadang-kadang di luar rumah di tempat
yang agak gelap. Pada malam hari nyamuk beristirahat dalam rumah pada
benda-benda yang digantung seperti pakaian, kelambu, pada dinding dan tempat
yang dekat dengan tempat peridukannya. Nyamuk A.aegypti memilliki
kebiasaan menggigit berulang-ulang (multiple biters) yakni menggit beberapa
orang secara bergantian dalam waktu singkat. Keadaan ini sangat berpengaruh
terhadap peranannya sebagai vektor penyebab penyakit DBD ke beberapa orang
dalam sekali waktu. Nyamuk jantan juga tertarik terhadap manusia pada saat
melakukan perkawinan, tetapi tidak menggigit.

Dalam perkembangan hidupnya nyamuk ini mengalami metamorfosis


sempurna (holometabola) yaitu dari telur menetas menjadi larva (jentik),
kemudian menjadi pupa dan selanjutnya menjadi nyamuk dewasa. Dalam
keadaan optimal, perkembangan telur sampai menjadi nyamuk dewasa
berlangsung sekurang-kurangnya selama 9 hari. Nyamuk dewasa baik jantan
maupun betina membutuhkan glukosa sebagai bahan makanan yang dapat
diperoleh dari cairan tumbuhan, sedangkan nyamuk betina membutuhkan
protein-protein dari darah untuk pematangan sel telur setelah perkawinan.

2
yamuk betina dewasa mulai menghisap darah setelah berumur 3 hari, setelah itu
sanggup bertelur sebanyak 100 butir. Nyamuk betina mampu bertahan hidup 2
minggu lebih di alam, sedangkan nyamuk jantan setelah proses kawin dalam
waktu ± 1 minggu akan mati. Nyamuk betina dapat terbang sejauh 20 meter,
kemampuan normalnya adalah ± 40 meter.

4. Etiologi
Penyebab utama : – virus dengue tergolong albovirus.
Vektor utama :
a. Aedes aegypti.
b. Aedes albopictus.
Adanya vektor tesebut berhubungan dengan :
a. Kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan sehari hari.
b. Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
c. Penyediaan air bersih yang langka.
Daerah yang terjangkit DHF adalah wilayah padat penduduk karena.
a. Antar rumah jaraknya berdekatan yang memungkinkan penularan karena jarak
terbang aedes aegypti 40-100 m.
b. Aedes aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple biters)
yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat, (Noer,
1999).

5. Patofisiologi
Setelah virus dengue masuk kedalam tubuh, terjadi viremia yang ditandai
dengan demam, sakit kepala, muak nyeri otot, pegal disekitar tubuh, hiperemia di
tenggorokan, suam atau bintik-bintik merah pada kulit, selain itu kelainan dapat
terjadi pada sistem retikula endotetial, seperti pembatasan kelenjar-kelenjar getah
bening, hati dan limpa. Peningkatan permeabilitas dinding kapiler ehingga cairan
keluar dari intraseluler ke ekstraseluler.
Akibatnya terjadi pengurangan volume plasma, penurunan tekanan darah,
hemokosentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Plasma meembes sejak
permulaan demam dan mencapai puncaknya saat renjatan. Pada pasien dengan
renjatan berat, volume plasma dapat berkurang sampai 30% atau kurang. Bila renjatan
hipopolemik yang terjadi akibatkehilangan plasma tidak segera diatasi, maka akan
terjadi anorekma jaringan, asidosis metabolik, dan kematian. ( Pice, Sylvia A dan
Lortainne M Wilson.. 1995 )

3
6. Pathway

Virus Dengue

Viremia

Hiperthermi Hepatomegali Depresi Permebilitas


Sum – sum kapiler meningkat
tulang

- Anoreksia Manifestasi Trombositopenia


- Mual, Muntah perdarahan

Kehilangan plasma
Perubahan Resiko
Nutrisi Kekurangan Hipovolemia
Volume Cairan Resiko tjd Efusi pleura
kurang dari
perdarahan Ascites
kebutuhan Resiko syok
Hemokonsntrasi
hipovolemia

Syok

Kematian

4
7. Manifestasi Klinis
a. Masa Inkubasi
Sesudah nyamuk menggigit penderita dan memasukkan virus dengue ke dalam
kulit , terdapat masa laten yang berlangsung 4 – 5 hari diikuti oleh demam , sakit
kepala dan malaise.
b. Demam
Demam terjadi secara mendadak berlagsung selama 2 – 7 hari kemudian turun
menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsungnya
demam , gejala- gejala klinik yang tidak spesifik misalnya , anoreksia , nyeri
punggung , nyeri tulang dan persendian , nyeri kepala dan rasa lemah dapat
menyertainya.
c. Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari kedua dari demam dan umumnya terjadi
pada kulit , dan dapat berupa uji turniket yang positif , mudah terjadi perdarahan
pada tempat fungsi vena , petekia dan purpura. Selain itu juga dapat dijumpai
epstaksis dan perdarahan gusi , hematomesis dan melena.
d. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba , meskipun pada anak
yang kurang gizi hati juga sudah teraba. Bila terjadi peningkatan dari
hepatomegali dan hati teraba kenyal , harus diperhatikan kemungkinan akan
terjadinya renjatan pada penderita.
e. Renjatan (syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ketiga sejak sakitnya penderita, dimulai
dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab , dingin pada ujung
hidung , jari tangan dan jari kaki serta cyanosis di sekitar mulut. Bila syok terjadi
pada masa demam maka biasanya menunjukkan prognosis yang buruk. Nadi
menjadi lembut dan cepat , kecil bahkan sering tidak teraba. Tekanan darah
sistolik akan menurun sampai di bawah angka 80 mmHg.
f. Gejala klinik lain
Nyeri epigastrum , muntah – muntah , diare maupun obstipasi dan kejang –
kejang. Keluhan nyeri perut yang hebat seringkali menunjukkan akan terjadinya
perdarahan gastrointestinal dan syok. (Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare.
2002).

8. Pemeriksaan Diagnostik
Patokan WHO (1986) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai berikut :
a. Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 – 7 hari kemudian turun secara lisis
demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah, nyeri.
b. Manifestasi perdarahan :
1) Uji tourniquet positif
2) Petekia, purpura, ekimosi
3) Epistaksis, perdarahan gusi
4) Hematemesis, melena.
c. Pembesaran hati yang nyeri tekan, tanpa ikterus.

5
d. Dengan atau tanpa renjatan.
Renjatan biasanya terjadi pada saat demam turun (hari ke-3 dan hari ke-7 sakit).
Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis buruk.
e. Kenaikan nilai Hematokrit / Hemokonsentrasi
Laboratorium
Terjadi trombositopenia (100.000/ml atau kurang) dan hemokonsentrasi yang
dapat dilihat dan meningginya nilai hematokrit sebanyak 20 % atau lebih
dibandingkan nilai hematokrit pada masa konvalesen.
Pada pasien dengan 2 atau 3 patokan klinis disertai adanya trombositopenia dan
hemokonsentrasi tersebut sudah cukup untuk klinis membuat diagnosis DHF
dengan tepat.
Juga dijumpai leukopenia yang akan terlihat pada hari ke-2 atau ke-3 dan titik
terendah pada saat peningkatan suhu kedua kalinya leukopenia timbul karena
berkurangnyam limfosit pada saat peningkatan suhu pertama kali.

9. Penatalaksanaan Medis
a. Hiperpireksia (suhu 40C atau lebih) diberikan antipiretik dan kompres
b. Kejang yang mungkin timbul diatasi dengan pemberian anti convulsan : luminal
disesuaikan dengan umur dan berat badan
c. Pemberian Inta Venous Fluid Drip (IVFD).
d. Kebutuhan cairan/hari sesuai BB
BB Hari I Hari II Hari III
<7 Kg 220 ml 165 ml 132 ml
7-11 Kg 165 ml 132 ml 88 ml
11-18 Kg 132 ml 88 ml 88 ml
>18 Kg 88 ml 88 ml 88 l
e. Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan kurang) atau
kejang–kejang.
f. Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati uji torniquet positif/negatif,
kesakitan, Hb dan Ht/PCV meningkat, Panas disertai perdarahan, Panas disertai
renjatan.

10. Komplikasi
a. Perdarahan luas.
b. Shock atau renjatan.
c. Effuse pleura
d. Penurunan kesadaran.

6
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan praktek keperawatan yang
langsung diberikan pada klien dengan sebagai tatanan pelayanan kesehatan pada standar
keperawatan yang melandasi etik dan etiket keperawatan dalam lingkup/wewenang serta
tanggung jawab keperawatan. Dengan kata lain bahwa asuhan keperawatan merupakan
pelajaran keperawatan yang dilakukan oleh seorang perawat dengan pendekatan proses
keperawatan.
Proses keperawatan adalah metode sistematik dimana secara langsung perawat dan
klien secara bersama-sama menentukan masalah keperawatan sehingga membutuhkan
asuhan keperawatan, membuat perencanaan dan implementasi serta mengevaluasi hasil
asuhan keperawatan. Penggunaan proses keperawatan sangat bermanfaat bagi klien dan
keluarga. Kegiatan ini mendorong mereka untuk berpartisipasi secara aktif dalam
keperawatan dengan melibatkan mereka ke dalam 5 langkah proses yaitu: pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Nursalam, 2001).

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada.
Data – data yang perlu dikaji :
a. Identitas Pasien dan Penanggung Jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, bangsa, suku,
status perkawinan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis, tanggal
pengkajian, no registrasi, medical record, hubungan dengan klien pada
penanggung jawab (orang tua atau saudara).
b. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama : Pada keluhan utama yang ditanyakan adalah keluhan atau
gejala apa yang menyebabkan klien berobat atau keluhan atau gejala saat awal
dilakukan pengkajian pertama kali yang utama (Hidayat, 2008).
2) Riwayat Penyakit Sekarang : Pada pengumpulan riwayat kesehatan atau
keperawatan sekarang yang perlu ditanyakan faktor yang melatar belakangi
atau hal – hal yang mempengaruhi atau mendahului keluhan, bagaimana sifat
terjadinya gejala (mendadak, perlahan – lahan, terus menerus atau berupa
serangan hilang timbul atau berhubungan dengan waktu ), lokalisasi gejalanya
dimana dan sifatnya bagaimana (menjalar, menyebar, berpindah – pindah atau
menetap), bagaimana berat ringannya keluhan dan perkembangannya apakah
menetap, cenderung bertambah atau berkuarang, lamanya keluhan
berlangsung atau mulai kapan serta upaya yang pernah dilakukan apa saja dan
lain – lain (Hidayat, 2008).
3) Riwayat Penyakit Dahulu : Pada pengumpulan data riwayat kesehatan masa
lalu dapat ditanyakan antara lain :
a) Riwayat pemakaian jenis obat, jumlah dosis, jumlah dosis terakhir dan
pemakaiannya.

7
b) Riwayat atau pengalaman masa lalu tentang kesehatan atau penyakit yang
pernah dialami atau riwayat masuk rumah sakit atau riwayat kecelakaan
(Hidayat, 2008).
c) Riwayat Penyakit Keluaraga : Pada pengumpulan data tentang riwayat
keluarga bagaimana riwayat kesehatan atau keperawatan yang dimiliki
pada salah satu anggota keluarga, apakah ada yang menderita penyakit
yang di derita klien, atau mempunyai penyakit degeneratif lainnya
(Hidayat, 2008).
c. Riwayat Biopsikososial : Pada riwayat biopsikososial ini ditanyakan tentang
masalah – masalah psikologis yang dialami klien yang ada hubungannya dengan
keadaan sosial masyarakat atau keluarga lainnya (Hidayat, 2008). Dalam
pengkajian kebiasaan sehari –hari atau kebutuhan dasar, penulis menggunakan
konsep dasar menurut Virginia Handerson yaitu:
1) Kebutuhan Respirasi
Pengumpulan data tentang pernapasan klien, apakah mengalami gangguan
pernapasan atau tidak.
2) Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
Pada pola cairan dan elektrolit dikaji tentang berapa input dan out put cairan
klien, apakah klien mengalami keadaan dehidrasi, hidrasi atau overhidrasi.
3) Kebutuhan Nutrisi
Pada pola nutrisi yang akan ditanyakan adalah bagaiaman nafsu makan klien,
jumlah makan atau minum serta cairan yang masuk, ada tidaknya mual dan
muntah dan kerusakan pada saat menelan.
4) Kebutuhan Eliminasi
Pada pola eliminasi yang perlu ditanyakan adalah jumlah kebiasaan defekasi
perhari, ada atau tidaknya konstipasi, diare, kebiasaan berkemih, ada tidaknya
disuria, hematuri, retensi dan inkontenensia.
5) Kebutuhan Istirahat Tidur
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah jam tidur pada malam hari,
pagi, dan siang hari. Apakah klien merasa tenang sebelum tidur, masalah
selama tidur, adanya insomnia.
6) Kebutuhan Aktifitas
Pada pengumpulan data ini yang peerlu ditanyakan adalah kemampuan dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari, apakah klien mampu melakukannya sendiri
secra mandiri atau di bantu oleh keluarga maupun perawat.
7) Pola Pengaturan Suhu Tubuh
Pada pengumpulan data ini perlu dikaji apakah klien mengalami gangguan
dalam pengaturan suhu tubuh, klien biasanya mengalami hipertermia.
8) Kebutuhan Nyaman Nyeri
Biasanya ditanyakan bagaiman kenyamanan klien, pengkajian nyeri dengan
menggunakan PQRST. Dimana , P (provokatif) yaitu penyebab nyeri yang
biasanya disebabkan oleh meningkatnya tekanan intra luminal sehingga suplai
darah terganggu dan mengakibatkan terjadinya hipoksia jaringan. Q (kualitas)
yaitu apakah kualitas nyeri ringan, sedang, berat, apakah rasa nyeri seperti

8
ditusuk-tusuk benda tajam atau trauma tumpul. R (region) yaitu daerah
terjadinya / perjalanan nyeri (0-10) atau (0-5). T (time) waktu klien merasakan
nyari, apakah terus menerus atau klien merasakn nyari pada waktu pagi hari,
siang, sore, atau malam.
9) Integritas Ego
Klien merasa tidak tertolong dan tidak ada harapan, emosi labil, sulit
mengontrol kemarahan, kesedihan serta kesulitan mengungkapkan perasaan.
10) Kebutuhan Bekerja
Dalam perawatan maka dalam penilaian terhadap interprestasi terhadap
kebutuhan klien sangat penting, dimana sakit bisa lebih ringan apabila
seseorang dapat terus bekerja.
11) Kebutuhan Berpakaian
Bagaimna kebiasaan klien dalam dalam berpakaian dan beberapa kali klien
mengganti baju dalam sehari.
12) Kebutuhan Bermain/Rekreasi
Pada pengumpulan data ini, hal yang perlu diperhatikan adalah hal-hal apa
saja yang membuat klien merasa tenang dan senang, biasanya tidak dapat
terpenuhi karena klien harus istirahat yang cukup.
13) Kebutuhan Personal Hygiene
Pada pemgumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah berapa kali klien
mandi,menyikat gigi,keramas dan memotong kuku, perlu juga ditanyakan
penggunaan sabun mandi, pasta gigi, dan sampo. Namun hal tersebut
tergantung keadaan klien dan gaya hidup klien, tetapi pada umumnya
kebutuhan personal hygiene dapat terpengaruhi miskipun hanya bantuan
keluarga.
14) Kebutuhan Berkomunikasi dengan Orang Lain
Pada data ini yang perlu ditanyakan adalah bagaimnahubungan klien dengan
keluarga dan orang lain dan bagaimana cara klien berkomunikasi dan
bersosialisasi dengan orang lain.
15) Kebutuhan Spiritual
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya, bagaimana cara klien
mendekatkan diri kepada tuhan dan pantangan dalam agama selama klien
sakit.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Tingkat Kesadaran
a) Composmentis
Sadar akan diri dan punya orientasi penuh.
b) Apatis
Tingkat kesadaran yang tampak lesu dan mengantuk.
c) Latargi
Tingkat kesadaran yang tampak lemah, dengan aktivitas dibantu oleh
perawat dan keluarganya, dan klien terlihat seperti orang yang mengantuk.
d) Delirium
Penurunan kesadaran disertai peningkatan abnormal aktifitas psikomotor
sampai gaduh gelisah.
9
e) Samnolen
Keadaan pasien yang selalu ingin tidur sampai dirangsang bangun lalu
tidur kembali.
f) Koma
Kesadaran yang hilang sama sekali.
2) Tanda-tanda vital
Bagaimana keadaan tanda-tanda vital pasien meliputi tekanan darah, suhu,
nadi, dan respirasi. Perawat bisa mengetahui perkembangan pasien dengan
mengukur tanda-tanda vital.
3) Pemeriksaan Head to toes
a) Kepala :
 Inspeksi
Bentuk kepala, ada kelainan tidak, kemungkinan ditemukan caput
succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar cekung atau
cembung.
 Palpasi
Palpasi daerah kepala, ubun-ubun besar cekung atau cembung
b) Mata
 Inspeksi
Yang perlu diperhatikan pada pasien dengan batu ginjal adalah apakah
warna konjungtiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
konjungtiva atau tidak, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukan
refleksi terhadap cahaya.
 Palpasi
Apakah bentuk simetris atau tidak, ada massa atau tidak, dan apakah
ada nyeri tekan atau tidak.
c) Hidung
 Inspeksi
Apakah pada pasien tidak terdapat tanda-tanda pernapasan cuping
hidung.
 Palpasi
Ada massa atau tidak dan ada nyeri tekan atau tidak.
d) Mulut
 Inspeksi
Yang perlu diperhatikan adalah warna bibir apakah pucat atau merah,
ada lendir atau tidak. Dan apakah lidah kotor atau bersih.
e) Telinga
 Inspeksi
Perhatikan kebersihan dan adanya kelainan atau adanya serumen pada
telinga.
 Palpasi
Pada pemeriksaan palpasi, apakah pada klien tidak ada nyeri tekan.
f) Leher
 Inspeksi

10
Perhatikan kebersihanya. Ada tanda-tanda pembesaran kelenjar tiroid
atau tidak
 Palpasi
Ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis tidak.
g) Thorax
 Inspeksi
Bentuk simetris atau tidak, terdapat tarikan interkostal atau terdapat
tarikan interkosta.
 Palpasi
Apakah ada massa tidak, ada pembesaran jantung tidak.
 Auskultasi
Pada pasien tidak mengalami tanda-tanda suara wheezing dan ronchi.
 Perkusi
Apakah pada pasien tidak terdengar suara redup.
h) Abdomen
 Inspeksi
Pada pemeriksaan abdomen dengan pasien yang perlu diperhatikan
adalah bentuk abdomen, warna kulit abdomen, bersih atau tidak,
 Palpasi
Apakah ada massa atau tidak
 Auskultasi
Yang di auskultasikan adalah bising usus klien, apakah terjadinya
peningkatan atau penurunan.
 Perkusi
Lakukan perkusi, apakah terdapat suara timpani di daerah perut atau
tidak.
i) Ekstremitas
 Inspeksi
Yang perlu diperhatikan adalah warna ekstremitas, apakah terjadi
gerakan lemah atau kuat.
 Palpasi
Apakah ada massa tidak, akral dingin
j) Kulit
 Inspeksi
Perhatikan warna kulit tubuh, tampak kotor atau tidak.
 Palpasi
Pada klien apakah mengalami turgor kulit tidak elastis.
k) Genetalia
 Inspeksi
Apakah genetalia pasien terpasang kateter atau terdapat kelainan
l) Anus
 Inspeksi
Apakah terdapat kelainan atau tidak.

11
m) Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan ini akan dijabarkan hasil lab, rontgen, USG, CT Scan
dan lain-lain demi kesempurnaan asuhan keperawatan.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis Keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu,
keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana
berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara akontabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga,
menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan klien. Setelah
dilakukan pengkajian
a. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan data
tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan
dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien. (Wartonah, 2006).
b. Rumusan Diagnosa
Adapun Diagnosa yang bisa muncul pada klien adalah sebagai berikut:
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue (viremia).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.
3. Resiko Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan mual muntah.
4. Resiko Syok Hipovelemia berhubungan dengan kehilangan plasma akibat
manifestasi.
5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk membantu
klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan
dalam hasil yang diharapkan. Perencanaan yang didapatkan setelah
mendiagnosa sebagai berikut :
Hari/ No. Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Tgl Dx Hasil
1 Setelah dilakukan 1. Kaji suhu dan tanda- 1. Memantau perubahan
tindakan keperawatan tanda vital setiap jam suhu tubuh
diharapkan suhu tubuh 2. Berikan kompres hangat 2. Menurunkan suhu
pasien kembali yang meningkat
normal, dengan kiteria 3. Anjurkan pasien untuk 3. Meingkatkan hidrasi
hasil : banyak minum
 Suhu tubuh pasien 4. Anjurkan untuk tidak 4. pakaian tipis
o memakai selimut dan membantu
antara 36-37 C
 Pasien tidak gelisah pakaian yang tebal mengurangi
penguapan tubuh
5. Berikan terapi cairan
intravena dan obat- 5. pemberian cairan
obatan sesuai program sangat penting bagi
dokter pasien dengan suhu
tinggi

12
2 Setelah dilakukan 1. Beri penjelasan pada 1. Diharapkan pasien
tindakan keperawatan pasien tentang mau makan
diharapkan kebutuhan pentingnya makan bagi
nutrisi pasien tubuh 2. Diharapkan
terpenuhi, dengan 2. Beri porsi makan sedikit kebutuhan nutrisi
kiteria hasil : tapi sering pasien terpenuhi
 Nafsu makan 3. Anjurkan pada keluarga 3. Nafsu makan pasien
meningkat untuk member makan meningkat dan dapat
 Menghabiskan porsi kesukaan klien dalam mengurangi rasa mual
makanan yang keadaan hangat dan pasien
dihidangkan bervariasi
 Berat badan stabil 4. Timbang BB setiap hari 4. Untuk mengetahui
 Keadaan umum baik atau sesuai indikasi perkembangan nutrisi
pasien
5. Observasi tetesan infuse 5. Memenuhi kebutuhan
6. Kolaborasi dengan tim nutrisi melalui infuse
gizi dalam pemberian 6. Diharapkan pasien
diet yang sesuai untuk mendapatkan diit
memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan
nutrisi pasien keadaan penyakit
pasien
3 Setelah dilakukan 1. Pantau tanda dan gejala 1. Penurunan sisrkulasi
tindakan keperawatan kekurangan cairan dan volume cairan
diharapkan elektrolit menyebabkan
keseimbangan cairan kekeringan mukosa
dan elektrolit 2. Pantau intake dan output 2. Dehidrasi dapat
dipertahankan secara meningkatkan laju
maksimal, dengan filtrasi glomerulus
kriteria hasil : membuat keluaran tak
 TTV Stabil dalam adekuat untuk
batas normal membersihkan sisa
 Rasa haus berkurang 3. Timbang BB setiap hari metabolisme.
 Turgor kulit baik atau sesuai indikasi 3. Mendeteksi
 Membrane mukosa kehilangan cairan ,
mulut tidak kering penurunan 1 kg BB
4. Anjurkan keluarga untuk sama dengan
memberi pasien banyak kehilangan cairan 1
minum Liter
5. Observasi tetesan infuse 4. Mengganti cairan dan
elektrolit yang hilang
secara oral
5. Memenuhi kebutuhan
cairan dan elektrolit
melalui infuse
4 Setelah dilakukan 1. Observasi keadaan 1. Memantau kondisi
tindakan keperawatan umum dan TTV pasien selama masa
diharapkan resiko perawatan terutama
terjadinya syok saat terjadi
hipovolmia berkurang, perdarahan untuk
dengan kriteria hasil : memastikan tidak

13
 TTV stabil dalam terjadinya pre syok /
batas normal 2. Ciptakan Lingkungan syok pada pasien.
 Pasien terlihat tidak yang aman dan nyaman 2. Lingkungan yang
gelisah aman dan nyaman
dapat menghilangkan
stress sehingga
3. Ganti spray tempat tidur mempercepat proses
pasien penyembuhan
4. Puasa makan dan minum 3. Diharapkan pasien
pada perdarahan saluran merasa nyaman
cerna 4. Puasa membantu
mengistirahatkan
saluran pencernaan
untuk sementara
selama perdarahan
berasal dari saluran
cerna.
5 Setelah dilakukan 1. Monitor tanda 1. Penurunan trombosit
tindakan keperawatan penurunan trombosit merupakan tanda
diharapkan tidak yang disertai gejala kebocoran pembuluh
terjadi perdarahan, klinis darah.
dengan kriteria hasil : 2. Anjurkan pasien untuk 2. Aktivitas pasien yang
 TTV stabil dalam banyak istirahat tidak terkontrol dapat
batas normal menyebabkan
 Trombosit 150.000- 3. Beri penjelasan untuk perdarahan
400.000 segera melapor bila ada 3. Membantu pasien
tanda perdarahan lebih mendapatkan
lanjut penanganan sedini
4. Anjurkan pasien untuk mungkin
cek lab 2 hari sekali 4. Untuk mengetahui
penurunan/kenaikan
jumlah trombosit
dalam darah

4 Implementasi Keperawatan
Tindakan / pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik (Wartonah, 2006). Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditujukan pada nursing oders untuk membantu klien mencapai
tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan
untuk memodofikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.
(Nursalam, 2008).
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Perencanaan tindakan keperawatan
akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika klien mempunyai keinginan untuk
berpartisipasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Selama tahap pelaksanaan,
perawat harus melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang

14
paling sesuai dengan kebutuhan klien. Semua tindakan keperawatan dicatat ke dalam
format yang telah ditetapkan oleh institusi (Nursalam, 2008)
Pelaksanaan adalah proses untuk melakukan kegiatan yang telah direncanakan
untuk mencapai tujuan dan untuk menanggulangi masalah yang dihadapi oleh klien.
(Dongoes, 2003).

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, dimana proses evaluasi
ini dilakukan terus menerus, diperlukan untuk menentukan seberapa baik rencana
keperawatan bekerja. Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu,
karena setiap tindakan keperawatan yang dilakukan, respon klien dicatat dan di
evaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan. Kemudian,
berdasarkan pada respon klien tersebut dilakukan revisi intervensi keperawatan dan
atau revisi hasil, mungkin diperlukan. (Nursalam, 2008).
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat
untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,
perencanaan, dan pelaksanaan tindakan (Ignatavicius & Bayne, 2006).
Menurut Griffith & Christensen (2007) evaluasi sebagai sesuatu yang
direncanakan, dan perbandingan yang sistematik pada status kesehatan klien.
Dengan mengukur perkembangan klien dalam mencapai suatu tujuan, maka
perawat bisa menentukan efektifitas tindakan keperawatan. Evaluasi merupakan
langkah terakhir dalam proses keperawatan yang merupakan kegiatan sengaja dan
terus menerus yang melibatkan klien perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
Evaluasi di klasifikasikan sebagai berikut :
a. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang diberikan pada saat intervensi dengan
respons segera
b. Evaluasi sumatif merupakan rekapitulassi dari hasil observasi dan analisis
status pasien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada
tahap perencanaan. (Wartonah, 2006).
Tujuan evaluasi adalah :
a. Untuk menilai apakah tujuan dalam rencana perawatan tercapai atau tidak
b. Untuk melakukan pengkajian ulang
c. Untuk dapat menilai apakah tujuan ini tercapai atau tidak dapat dibuktikan
dengan prilaku klien

 Tujuan tercapai jika klien mampu menunjukkan prilaku sesuai dengan


pernyataan tujuan pada waktu atau tanggal yang telah ditentukan
 Tujuan tercapai sebagian jika klien telah mampu menunjukkan perilaku, tetapi
tidak seluruhnya sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah ditentukan
 Tujuan tidak tercapai jika klien tidak mampu atau tidak mau sama sekali
menunjukkan prilaku yang telah ditentukan.

15
Menurut Alimul, (2006) catatan perkembangan merupakan catatan tentang
perkembangan keadaan klien yang didasarkan pada setiap masalah yang ditemui
pada klien. Modifikasi rencana dan tindakan mengikuti perubahan keadaan klien.
Adapun metode yang digunakan dalam catatan perkembangan adalah sebagai
berikut :
S. Data subjektif
Perkembangan keadaan didasarkan pada apa yang dirasakan,
dikeluhkan, dan dikemukakan klien.
O. Data objektif
Perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau tim
kesehatan lain.
A. Analisis
Kedua jenis data tersebut, baik subjektif maupun objektif dinilai dan
dianalisis, apakah perkembangan kearah perbaikan atau kemunduran. Hasil
analisis dapat menguraikan sampai dimana masalah yang ada dapat diatasi atau
adakah perkembangan masalah baru yang menimbulkan diagnosa keperawatan
baru.
P. Perencanaan
Rencana penanganan klien dalam hal ini didasarkan pada hasil analisa
di atas yang berisi malanjutkan rencana sebelumnya apabila keadaan atau
masalah belum teratasi dan membuat rencana baru bila rencana awal tidak
efektif

16
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
K\efdokteran EGC.

Doenges, Marilynn E, dkk, 2000. Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa


Keperawatan. Jakarta : EGC

Hendrayanto. 2004. Ilmu Penyakait Dalam. Jilid 1. Jakarta : FKUIM

Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta

Pice, Sylvia A dan Lortainne M Wilson.. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi Empat Buku Kedua. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Edisi 8. Volume 1. Penerbit Buku Kedokteran : EGC

Soegijarto, Soegeng. 2006. Demam Berdarah Dengue. edisi 2. Surabaya : Aerlangga

Widyastuti, Palupi. 2004. Pencegahan, Pengendalian Dengue Dan Demam Berdarah. Jakarta :
EGC

17

You might also like