You are on page 1of 16

Pengertian Body Mekanik

Body mekanik merupakan penggunaan tubuh yang efisien, terkoordinir dan aman untuk
menghasilkan pergerakan dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas. Istilah body
mekanik pada umumnya digunakan untuk menggambarkan efesiensi pergerakan tubuh
seseorng yang digunakan untuk memindahkan tubuh orang lain atau benda. Mekanika tubuh
dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.
Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar yaitu :
 Body Aligement (Postur Tubuh)
Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang lain.
 Balance / Keseimbangan
Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity dan base of
support.
 Koordinated Body Movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir)
Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem syaraf.

2.2 Prinsip-prinsip Body Mekanik


Mekanika tubuh penting bagi perawat dan klien. Hal ini mempengaruhi tingkat
kesehatan mereka. Mekanika tubuh yang benar diperlukan untuk mendukung kesehatan dan
mencegah kecacatan yang terjadi pada pasien atau penderita.
Perawat menggunakan berbagai kelumpok otot untuk setiap aktivitas keperawatan, seperti
berjalan selama ronde keperawatan, memberikan obat, mengangkat dan memindahkan klien,
dan menggerakan objek. Gaya fisik dari berat dan friksi dapat mempengaruhi pergerakan
tubuh. Jika digunakan dengan benar, kekuatan ini dapat meningkatkan efisiensi perawat.
Penggunaan yang tidak benar dapat mengganggu kemampuan perawat unuk mengangkat,
memindahkan, dan mengubah posisi klien. Perawat juga mengganbungkan pengetahuan
tentang pengaruh fisiologis dan patologis pada mobilisasi dan kesejajaran tubuh.
Prinsip yang digunakan dalam mekanik tubuh adalah sebagai berikut :
 Gravitasi
Merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan dalam melakukann mekanika tubuh
dengan benar, yaitu memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh. Terdapat
tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam gravitasi:
 Pusat gravitasi ( center of gravitasi ), titik yang berada dipertengahan tubuh
 Garis gravitasi ( Line Of gravitasi ), merupakan garis imaginer vertikal melalui pusat
gravitasi.
 Dasar tumpuan ( base of suport ), merupakan dasar tempat seseorang dalam keadaan istirahat
untuk menopang atau menahan tubuh
 Keseimbangan
Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan cara mempertahankan
posisi garis gravitasi diantara pusat gravitasi dan dasar tumpuan.
 Berat
Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat dipehatikan adalah berat atau bobot benda
yang akan diangkat karena berat benda akan mempengaruhi mekanika tubuh.

Pergerakan Dasar Dalam Mekanika Tubuh.

Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia. Sebelum
melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus diperhatikan, di
antaranya :
 Gerakan ( ambulating ).Gerakan yang benar dapat membantu keseimbangan tubuh. Sebagai
contoh, keseimbangan pada saat orang berdiri dan saat orang berjalan kaki berbeda. Orang
berdiri akan lebih mudah stabil dibanding dengan orang yang berjalan, karena pada posisi
berjalan terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu ke sisi yang lain dan pusat gravitasi
selalu berubah pada posisi kaki. Pada saat berjalan terdapat dua fase yaitu fase menahan berat
dan fase mengayun, yang akan menghasilkan gerakan halus dan berirama.
 Menahan ( squating ).Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah. Sebagai
contoh, posisi orang yang duduk akan berbeda dengan orang yang jongkok dan tentunya juga
berbeda dengan posisi membungkuk. Gravitasi adalah hal yang perlu diperhatikan untuk
memberikan posisi yang tepat dalam menahan. Dalam menahan sangat diperlukan dasar
tumpuan yang tepat untuk mencegah kelainan tubuh dan memudahkan gerakan yang akan
dilakukan.
 Menarik ( pulling ).Menarik dengan benar akan memudahkan untuk memindahkan benda.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menarik benda, di antaranya ketinggian,
letak benda ( sebaiknya berada di depan orang yang akan menarik ), posisi kaki dan tubuh
dalam menarik ( seperti condong kedepan dari panggul ), sodorkan telapak tangan dan lengan
atas di bawah pusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku diletakkan pada permukaan tempat
tidur, pinggul, lutut dan pergelangan kaki ditekuk lalu lakukan penarikan.
 Mengangkat ( lifting ).Mengangkat merupakan cara pergerakan daya tarik. Gunakan otot –
otot besar dari tumit, paha bagian atas, kaki bagian bawah, perut dan pinggul untuk
mengurangi rasa sakit pada daerah tubuh bagian belakang.
 Memutar ( pivoting ).Memutar merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan
bertumpu pada tulang belakang. Gerakan memutar yang baik memperhatikan ketiga unsur
gravitasi dalam pergerakan agar tidak memberi pengaruh buruk pada postur tubuh

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Body Mekanik Dan Ambulasi


a. Status kesehatan.
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistem saraf
berupa penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit,
berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari – hari dan lain – lainnya.
b. Nutrisi.
Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan tulang dan
perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan kelemahan otot dan
memudahkan terjadinya penyakit. sebagai contoh tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih
mudah mengalami fraktur.

c. Emosi.
Kondisi psikologis seseorang dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan ambulansi
yang baik, seseorang yang mengalami perasaan tidak aman, tidak bersemangat, dan harga diri
rendah. Akan mudah mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan ambulasi.
d. Situasi dan Kebiasaan.
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseoarang misalnya, sering mengankat benda-benda
berat, akan menyebabkan perubahan mekanika tubuh dan ambulasi.
e. Gaya Hidup.
Gaya hidup, perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan kemungkinan
besar akan menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas, sehingga dapat menganggu
koordinasi antara sistem muskulusletal dan neurologi, yang akhirnya akan mengakibatkan
perubahan mekanika tubuh.
f. Pengetahuan.
Pengetahuan yang baik terhadap penggunaan mekanika tubuh akan mendorong seseorang
untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga mengurangi tenaga yang dikeluarkan.
Sebaliknya, pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan mekanika tubuh akan
menjadikan seseorang beresiko mengalami gangguan koordinasi sistem neurologi dan
muskulusletal.

2.4 Akibat Body Mekanik Yang Buruk

Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi secara
berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang salah
adalah sbb :
1. Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam sistem
muskulusletal.
2. Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal. Seseorang salah dalam berjongkok
atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur muskulusletal,
misalnya kelainan pada tulang vertebrata.

2.5 Pengaturan Posisi berbaring pasien.


Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas (pengankutan Penderita)
disesuaikan dengan tingkat gangguan seperti :
1. Posisi Fowler
Adalah posisi setenganh duduk atau duduk dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi
atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi
fungsi pernafasan pasien. Cara :
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Dudukkan pasien
 Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur, untuk posisi
semi fowler (30-45’) dan untuk fowler (90’)
 Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk

2. Posisi Sim
Adalah posisi miring ke kanan atau miring ke kiri. Posisis ini dilakukan untuk memberi
kenyamanan dan memberi obat per anus ( supositoria). Cara :
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Pasien dalam keadaaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan setengah
telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.
 Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan di atas tempat tidur.
 Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengah telungkup dan kaki kanan lurus,
lutut dan paha kiri ditekuk diarahakan ke dada.
 Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri di atas tempat tidur.

3. Posisi Trabdenburg
Pada posisi ini pasien berbaring ditempat tidur dengan bagian kepala lebiih rendah dari
bagian kaki. Posisi ini digunakan untuk melancarkan peredarahan darah ke otak. Cara :
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Pasien dalam keadaaan berbaring telentang, letakkan bantal diantara kepala dan ujung
tempat tidur pasien, dan berikan bantal dibawah lipatan lutut.
 Berikan balok penonpang pada bagia kaki tempat tidur atau atur tempat tidur khusus dengan
meninggikan bagian kaki.

4. Posisi dorsal recumbent


Pada posisi ini pasien berbaring telentan gdengan kedua lutut fleksi (ditarik atau
direnggangkan) diatas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa
genitalia serta pada proses persalinan. Cara :
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Pasien dalam keadaan berbaring telentang, pakaian bawah dibuka
 Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ke tempat tidur, dan renggangkan
kedua kaki
 Pasang selimut

5. Posisi litotomi
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke
atas bagian perut. Posisi ini dilakukakn untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan,
dan pemasangan alat kontrasepsi. Cara :
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Pasien dalam keadaaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua pahanya dan tarik ke
arah perut

 Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha


 Letakkan bagian lutut atau kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi litotomi
 Pasang selimut
6. Posisi Genu Pektoral
Posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian
alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rektum dan sigmoid. Cara :
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel
pada kasur tempat tidur
 Pasang selimut pada pasien.

Body Mechanics / Mekanika Tubuh


Mekanika Tubuh
A. Pengertian
Mekanika Tubuh adalah suatu usaha mengkoordinasikan sistem muskuloskeletal dan sistem
syaraf dalam mempertahankan keseimbangan, postur dan kesejajaran tubuh selama
mengangkat, membungkuk, bergerak, dan melakukan aktivitas sehari-hari ( Potter & Perry,
2005).
B. Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar yaitu :

1. Body Alignment (Postur Tubuh)


Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh
yang lain.
2. Balance / Keseimbangan
Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity dan base of
support.
3. Koordinated body movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir)
Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem syaraf.
C. Prinsip body mekanik

1. Gravity
2. Balance (Keseimbangan)
3. Weight (berat)

D. Pergerakan dasar yang digunakan dalam Body Mekanik

1. Walking / berjalan
Kestabilan berjalan, sangat berhubungan dg ukuran base of support
2. Squating / jongkok
Squating mempertinggi atau meningkatkan keseimbangan tubuh, ketika seseorang
mengangkat obyek yg terletak dibawah pusat grativitas tubuh.
3. Pulling / menarik
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menarik benda, diantaranya
ketinggian, letak benda, posisi kaki dan tubuh sewaktu menarik (seperti condong ke
depan dari panggul), sodorkan telapak tangan dan lengan atas dibawah pusat gravitasi
pasien, lengan atas dan siku diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut
dan pergelangan kaki ditekuk dan lalu lakukan penarikan.
4. Pivoting / berputar
Pivoting adalah suatu tehnik dimana tubuh dibungkukkan dlm rangka menghindari
terjadinya resiko keseleo tulang

E. Faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik :

1. Status kesehatan
2. Kondisi kesehatan seseorang akan berpengaruh terhadap keseimbangan tubuh
sehingga aktivitasnya menjadi terganggu.
3. Nutrisi
4. Pemenuhan kebutuhan tubuh akan nutrisi sangat penting karena mempengaruhi
produksi energi yang digunakan untuk mobilisasi.
5. Emosi
6. Situasi dan kebiasaan
7. Gaya hidup
8. Pengetahuan

F. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas:

1. Tulang
Tulang merupakan organ yang mempunyai berbagai fungsi, fungsi mekanis untuk
membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai tempat menyimpan
mineral kususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setiap saat sesuai kebutuhan,
fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi pelindung organ-organ
dalam.

2. Otot dan tendo


Tubuh memiliki mempunyai kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak
sesuai keinginan. Otot memiliki origo dan insersinya tulang, serta dihubungkan dengan
tulang melalui tendon, yaitu suatu jaringan ikat yang melekat sangat kuat pada tempat
insersinya tulang.3. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang. Ligamen pada lutut
merupakan penjaga stabilitas.

4. Sistem syaraf
Syaraf terdiri dari syaraf pusat (otak dan medula spinalis) dan syaraf tepi (percabangan dari
syaraf pusat). Bagian somatis memiliki fungsi sensorik dan motorik. Kerusakan pada syaraf
pusat seperti kerusakan tulang belakang akan menyebabkan kelemahan umum, sedangkan
kerusakan saraf tepi menyebabkan terganggunya daerah yang diinervasi dan kerusakan pada
saraf radial akan menyebabkan drop hand atau gangguan sensorik di daerah radial tangan.

5. Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih tulang bertemu.

G. Konsekuensi body mekanik yang buruk

1. Jatuh
2. Cidera belakang

Harber (1985), memberikan daftar penyebab cidera belakang yang paling sering terjadi pada
perawat yang bekerja di rumah sakit yaitu :

1. Mengangkat pasien ke atas tempat tidur (48%)


2. Membantu pasien turun dari tempat tidur (30%)
3. Memindahkan bed (27%)
4. Mengangkat pasien keatas brankat(22%)

A. Macam-macam bodi mekanik

1. Body alignment
a. Membantu pasien berdiri
Pengertian:Suatu tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang imobilisasi atau
klien lemah untuk memberikan bantuan berdiri.b. Membantu pasien duduk
Pengertian:Suatu tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang imobilisasi atau
klien lemah untuk memberikan bantuan duduk ditempat tidur.Tujuan:Mengurangi risiko
cedera muskuloskeletal pada semua orang yang terlibat.c. Mengatur berbagai posisi
klien
1) Posisi fowler

Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala tempat tidur
lebih tinggi atau dinaikkan setinggi 15°- 90°.
Tujuannya untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi kenyamanan
pasien, Melakukan aktivitas ttu, Mengatasi kesulitan pernafasan & KV pernafasan pasien.
Fowler : 45 – 90o dan Semi fowler : 15 – 45o

2) Posisi dorsal recumbent

Adalah dimana posisi kepala dan bahu pasien sedikit mengalami elevasi diatas bantal, kedua
lengan berada di samping sisi tubuh, posisi kaki fleksi dengan telapak kaki datar diatas
tempat tidur. Tujuannya untuk memeriksa daerah genetalia, pasang cateter, serta pada proses
persalinan

3) Posisi Trendelenburg

Adalah posisi pasien berbaring di TT dg bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki
Tujuan : Melancarkan peredaran darah ke otak

4) Posisi antitrendelenberg

Adalah posisi pasien berbaring di TT dengan kaki lebih tinggi dari kepala.
Tujuan : tindakan menurunkan tekanan intrakranial pada pasien trauma kapitis.

5) Posisi pronasi/ tengkurap


Adalah dimana posisi pasien berbaring diatas abdomen dengan kepala menoleh kesalah satu
sisi. Kedua lengan fleksi disamping kepala. Posisi ini memiliki beberapa tujuan diantaranya :

 Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.


 Mencegah terjadinya fleksi kontraktur dari pinggul dan sendi.
 Membantu drainase dari mulut.

6) Posisi lateral (side lying)

Yaitu seorang tidur diatas salah satu sisi tubuh, dengan membentuk fleksi pada pinggul dan
lutut bagian atas dan meletakkannya lebih depan dari bagian tubuh yang lain dengan kepala
menoleh kesamping.
Tujuan posisi ini : Mengurangi lordosis & meningkatkan kelurusan punggung , Baik untuk
posisi tidur & istirahat, Membantu menghilangkan tekanan pada sakrum

7) Posisi supine/ terlentang.

Ini biasanya disebut berbaring telentang, datar dengan kepala dan bahu sedikit elevasi dengan
menggunakan bantal. Posisi pasien harus di tengah-tengah tempat tidur, sekitar tiga inci di
bawah kepala tempat tidur.
Tujuan : Klien pasca operasi dengan anestesi spinal, Mengatasi masalah yg timbul akibat
pemberian posisi pronasi yg tidak tepat.

8) Posisi Sim’s
Adalah posisi dimana tubuh miring kekiri atau kekanan.
Tujuan posisi ini :

 untuk memberikan kenyamanan dan memberikan obat per anus (supositoria).


 Memfasilitasi drainase dari mulut pada klien tidak sadar
 Mengurangi penekanan pada sakrum & trokanter mayor pada klien paralisis
 Memudahkan pemeriksaan perineal
 Untuk tindakan pemberian enema

9) Posisi Genu pectoral/knee chest position

posisi pasien berbaring dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian alas TT
Tujuan : memeriksa daerah rectum & sigmoid

10) Posisi Litotomi

posisi pasien berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya keatas
bagian perut
Tujuan : Merawat atau memeriksa genetalia pada proses persalinan, memasang alat
kontrasepsi

11) Posisi Orthopneik


posisi adaptasi dari fowler tinggi. Klien duduk di TT atau tepi TT dg meja yang menyilang
diatas TT (90o)
Tujuan : membantu mengatasi masalah kesulitan bernafas dg ekspansi dada maksimum,
membantu klien yg mengalami inhalasi

2. Ambulasi

1. Memindahkan klien dari tempat tidur (TT) ke kursi/ kursi roda

1). Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi


Pengertian : Memindahkan klien yang tirah baring ke kursi

2). Memindahkan klien dari tempat tidur (TT) ke kursi roda


Pengertian : Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi roda

2. Memindahkan klien dari tempat tidur (TT) ke brankard (TT) dan sebaliknya

1) Memindahkan klien dari TT ke brankard/ TT dan sebaliknya dengan cara diangkat.


2) Memindahkan klien dari TT ke brankar/ TT dan sebaliknya dengan easy move
3). Memindahkan klien dari TT ke brankard dan sebaliknya dengan Scoop Stretcher

3. Membantu klien berjalan


Tujuan: Memulihkan kembali toleransi aktivitas, Mencegah terjadinya kontraktur sendi dan
flaksid otot

4. Membantu klien dengan alat bantu jalan (Kruk)


Tujuan : Membantu melatih kemampuan gerak klien, melatih dan meningkatkan mobilisasi.
Mencapai kestabilan klien dalam berjalan.
Manfaat : Klien mampu berjalan dengan menggunakan alat bantu dan meningkatnya
kemampuan mobilisasi klien.

Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan bodi mekanik

Pengkajian
Untuk melakukan pengkajian body mekanik dan alignment lakukan inspeksi terhadap pada
pasien pada saat berdiri,duduk maupun berbaring. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam mengkaji antara lain :

Posisi berdiri
Lakukan inspeksi melalui sudut pandang secara : Anterior,Lateral dan posterior. Pasien
dalam posisi berdiri dengan kepala tegak dan mata lurus kedepan serta bahu dan pinggul
harus lurus dan sejajar, apabila posisi tidak sesuai dengan posisi berdiri yang benar maka
dapat diidentifikasikan bahwa ada gangguan pada otot dan tulang pasien.

Posisi duduk
Pada saat keadaan ini normalnya kepala dan dada akan akan memiliki keadaan yang sama
pada saat posisi berdiri yaitu kepala pasien harus tegak lurus dengan leher dan verterba
kolumna telapak kaki lurus berpijak pada lantai. Pasien yang dalam keadaan abnormal akan
mengalami kelemahan otot atau pralis otot serta adanya sensasi (kerusakan saraf)

Posisi berbaring
Letakan pasien pada posisi lateral semua bantal dan penyokong posisi dipindahkan dari
tempat tidur, kemudian tubuh ditopang dengan kasur yang cukup dan vertebra harus lurus
dengan alas yang ada . apabila dijumpai kelainan pada pasien, maka terdapat penurunan
sensasi atau gangguan sirkulasi serta adanya kelemahan.

Cara berjalan
Dikaji untuk mengetahui mobilitas dan kemungkinan resiko cedera akibat dari terjatuh,
pasien diminta berjalan sepanjang 10 langkah kemudian perawat memperhatikan hal-hal
berikut ini :

1) Kepala tegak, pandangan lurus kedepan, punggung tegak.


2) Tumit menyentuh tanah terlebih dahulu sebelum jari-jari kaki.
3) Langkah lembut, terkoordinasi dan ritmik
4) Mudah untuk memulai dan mengakhiri berjalan
5) Jumlah langkah per menit (pace) 70-100 X per menit, kecuali pada orang tua mungkin
40 X per menit.

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan tulang


2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neurovasculer
3. Resiko cedera berhubungan dengan gangguan keseimbangan yang disertai kelemahan
otot
4. Perencanaan Keperawatan

Nyeri akut b.d terputusnya kontinuitas jaringan tulang


Definisi: perasaan sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian rupa; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan
akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi berlangsung < 6 bulan.

Tujuan:
1) Klien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang.
2) Klien dapat mendeskripsikan bagaimana mengontrol nyeri
3) Klien mengatakan kebutuhan istirahat dapat terpenuhi
4) Klien dapat menerapkan metode non farmakologik untuk mengontrol nyeri

Intervensi:
1) Identifikasi nyeri yang dirasakan klien (P, Q, R, S, T)
2) Eksplor faktor-faktor penyebab nyeri
3) Kaji pengalaman klien masa lalu dalam mengatasi nyeri.
4) Pantau tanda-tanda vital.
5) Berikan tindakan kenyamanan.
6) Ajarkan teknik non farmakologik (relaksasi, fantasi, dll) untuk menurunkan nyeri.
7) Jelaskan prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan mengurangi nyeri
8) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian: analgetik sesuai indikasi

Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskuler.


Definisi: keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstrimitas secara
mandiri dan terarah

Tujuan:
1) Aktivitas fisik meningkat
2) ROM normal
3) Melaporkan perasaan peningkatan kekuatan dalam bergerak.
4) Klien bisa melakukan aktivitas.

Intervensi:
1) Pastikan keterbatasan gerak sendi yang dialami.
2) Motivasi klien untuk mempertahankan pergerakan sendi.
3) pastikan klien bebas dari nyeri sebelum diberikan latihan.
4) Ajarkan ROM exercise aktif dan pasif; jadual; keteraturan, latih ROM pasif dan aktif
5) Anjurkan dan Bantu klien duduk di tempat tidur sesuai toleransi.
6) Atur posisi setiap 2 jam atau sesuai toleransi.
7) Fasilitasi penggunaan alat Bantu.
8) Jelaskan manfaat ROM aktif dan pasif
9) Kolaborasi dengan fisioterapi

Pelaksanaan (cheklist terlampir)

Bodi alignment

 Membantu klien dengan masalah berdiri dan duduk


 Mengatur berbagai posisi klien
 Papan sandaran

Ambulasi

 Memindahkan klien dari tempat tidur ke (TT) ke kursi/ kursi roda/ brankar dan
sebaliknya
 Membantu klien berjalan
 Membantu klien dengan alat bantu jalan

Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan postur
tubuh adalah tidak terjadi perubahan atau kesalahan dalam postur tubuh dan pasien mampu
melaksanakan aktifitas dengan mudah serta tidak merasakan kelemahan.

Kelainan postur yg didpat atau congenital mempengaruhi efisiensi system moskuloskeletal,


spt kesejajaran tubuh keseimbangan dan penampilan.
Macam2 abnormal:

a. Tortikolis
Diskripsi: mencondongkan kepala ke sisi yang sakit, dimana otot sternokleidomastoideus
berkontraksi.
Penyebab: kondisi congenital.
Penatalaksanaan: operasi, pemanasan, topangan, atau imobilisasi berdasarkan penyebab dan
tingkat keparahan.

b. Kifosis

Diskripsi : peningkatan kelengkungan pada kurva spinal torakal.


Penyebab : kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket tuberkolosis spinal.
Penatalaksanaan: latihan peregangan spinal, tidur tanpa bantal, menggunakan papan tempat
tidur, memakai jaket, penggabungan spinal (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).

c. Kifolordosis
Diskripsi: kombinasi dari kifosis dan lordosis.
Penyebab: kondisi congenital.
Penatalaksanaan: sama dengan metode yang digunakan untuk kifosis dan lordosis
berdasarkan penyebab.

d. Skoliosis

Diskripsi: kurvatura spinal lateral, tinggi pinggul dan bahu tidak sama.
Penyebab: kondisi congenital, poliomyelitis, paralisis spastic, panjang kaki tidak sama
Penatalaksanaan: immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).

e. Kifoskoliosis
Diskripsi: tidak normalnya kurva spinal anteroposteriol dan lateral.
Penyebab: kondisi congenital, poliomyelitis, kor pulmonal.
Penatalaksanaan: immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).

f. Dysplasia Pnggung Kongenital


Diskripsi: ketidakstabilan pinggul dengan keterbatasan abduksi pinggul, dan kadang-kadang
kontraktur adduksi (kaput vemur tidak bersambung dengan assetatbulum karena abnormal
kedangkalan assetatbulum).
Penyebab: kondisi congenital (biasanya dengan kelahiran sungsang).
Penatalaksanaan: mempertahankan abduksi paha yang terus menerus sehingga kaput vemur
menekan ke bagian tengah assetatbulum, beban abduksi, gips, pembedahan.

g. Knock-knee (genu varum)


diskripsi: kurva kaki yang masuk ke dalam sehingga lutut rapat jika seseorang berjalan.
Penyebab: kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket.
Penatalaksanaan: knee braces, operasi jika tidak dapat diperbaiki oleh pertumbuhan.

h. Lordosis

adalah kelainan pada tulang belakang dimana hyperekstensi dari tulang lumbal.
Diskripsi: kurva anterior pada spinal lumbal yang melengkung berlebihan.
Penyebab: kondisi congenital, kondisi temporer missal, kehamilan.
Penatalaksanaan: latihan peregangan spinal berdasarkan penyebab.

You might also like