You are on page 1of 10

PENGARUH BERDO’A PADA SAAT BEDSIDE HANDOVER TERHADAP

TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG FALMBOYAN


RSUD ’45 KUNINGAN
Aria Pranatha, Tarwiatun Karimah

THE EFFECT OF PRAYING AT BEDSIDE HANDOVER ON PATIENT SATISFACTION


RATE IN FLAMBOYAN ROOM OF RSUD ’45 KUNINGAN

ABSTRACT ABSTRAK
Background: Praying at bedside handover Latar Belakang: Berdo’a pada saat bedside
becomes one of the most important condition of handover menjadi salah satu pemenuhan
spiritual needs of patients who have been under- kebutuhan spiritual pasien yang selama ini
attention. Therefore, efforts need to improve the kurang diperhatikan. Sehingga, perlu upaya untuk
quality nursing services in improving the level of meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
patient satisfaction. This study aims to determine dalam meningkatkan tingkat kepuasan pasien.
the effect of praying at bedside handover to the Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
level of patient satisfaction in the Flamboyan pengaruh berdo’a pada saat bedside handover
room of RSUD ’45 Kuningan. Methods: This terhadap tingkat kepuasan pasien di ruang
research used quasi experiment type research Flamboyan RSUD ’45 Kuningan. Metode
with one group pre and post test without Penelitian: Penelitian ini menggunakan jenis
controling group design. The number of sample penelitian quasi experiment dengan rancangan
were 19 respondents before the application of penelitian one group pre and post test without
praying at bedside handover and 19 respondents control group. Sampel dalam penelitian ini
after the application of praying at bedside sebanyak 19 responden sebelum penerapan
handover. The sampling technique used non berdo’a pada saat bedside handover dan 19
random sampling with total sampling type. The responden sesudah penerapan berdo’a pada saat
research instruments was in the form of patient bedside handover. Teknik pengambilan sampel
satisfaction questionnaire and Standard menggunakan non random sampling dengan jenis
Operational Procedure (SOP) of Handover. total sampling. Instrumen penelitian berupa
Results: The level of patient satisfaction before kuesioner kepuasan pasien dan Standar
application of praying at bedside handover Operasional Prosedur (SOP) Handover. Hasil:
consisted of 9 respondents were satisfied, 9 Tingkat kepuasan pasien sebelum penerapan
respondents were quite satisfied, 1 respondents berdo’a pada saat bedside handover sebanyak 9
was dissatisfied. And the patient satisfaction level responden puas, 9 responden cukup puas, 1
after the application of praying at bedside responden tidak puas dan tingkat kepuasan pasien
handover consisted of 13 respondents were sesudah penerapan berdo’a pada saat bedside
satisfied, 6 respondents were quite satisfied and handover sebanyak 13 responden puas, 6
no dissatisfied respondents. The results of the responden cukup puas dan tidak didapati
independent t-test (2-tailed), obtained p value of responden yang merasa tidak puas. Hasil uji t-test
0.80 (p > 0.05). Conclusions: There was no independent (2-tailed) didapatkan angka p value
significant effect of praying at bedside handover sebesar 0.80 (p > 0.05). Simpulan: Tidak adanya
to patient satisfaction level in Flamboyan room of pengaruh yang signifikan dari penerapan berdo’a
RSUD ’45 Kuningan. It is advisable for hospital pada saat bedside handover terhadap tingkat
to make improvements to existing SOPs by kepuasan pasien di ruang Flamboyan RSUD ’45
adding praying at the bedside handover by Kuningan. Disarankan bagi pihak rumah sakit
emphasizing the nurse executing through the untuk melakukan perbaikan SOP yang sudah ada
head of the room to apply the praying on each dengan menambahkan berdo’a pada saat bedside
bedside handover. handover, dan memberikan penekanan kepada
perawat pelaksana melalui kepala ruangan untuk
Keywords: praying, bedside handover, patient menerapkan berdo’a pada setiap bedside
satisfaction level handover.

Kata Kunci: berdo’a, bedside handover, tingkat


kepuasan pasien
PENDAHULUAN perawat memiliki suatu cara untuk
Salah satu indikator dari mutu menyampaikan informasi tentang keadaan
pelayanan keperawatan menurut Nursalam pasien pada saat pergantian shift yang biasa
(2014) adalah kepuasan pasien terhadap disebut dengan timbang terima atau
pelayanan keperawatan yang diberikan. handover. Handover ini memiliki manfaat
Kepuasan pasien dapat dicapai apabila apa baik bagi sesama perawat maupun antar
yang menjadi kebutuhan, keinginan, atapun perawat dan pasien. Oleh karena itu, salah
harapan dari pasien dapat terpenuhi yang satu cara untuk membangun keakraban antar
dapat diwujudkan dari adanya hubungan baik pasien dan perawat dapat dilakukan dari
yang terjalin antara perawat dan pasien yang adanya komunikasi yang baik saat
dapat dilihat dari adanya komunikasi yang melakukan handover disamping tempat tidur
baik antara keduanya. Hal ini sejalan dengan pasien yang disebut dengan bedside
penelitian yang dilakukan oleh Nurul handover (Nursalam, 2014).
Khotimah dan kawan-kawan (2012) yang Sebuah studi penelitian kualitatif yang
menyatakan adanya hubungan antara dilakukan oleh Triwibowo dan kawan-kawan
komunikasi terapeutik dengan kepuasan (2016) yang berjudul Peran Handover dalam
pelayanan keperawatan di Ruang Inayah meningkatkan Keselamatan Pasien di Rumah
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Sakit pada 7 orang perawat di Rumah Sakit
Gombong. Pirngadi Medan dengan metode wawancara
Namun, salah satu kriteria kepuasan mendalam atau in-depth interviews
pasien diatas bertolak belakang dengan apa menyatakan bahwa, mayoritas dari perawat
yang dijelaskan pada penelitian Akbar dan belum melaksanakan handover dengan baik
kawan-kawan (2013) yang bertajuk walaupun, telah mengetahui bahwa
“Gambaran kepuasan pasien terhadap keselamatan pasien menjadi prioritas dari
pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat pelayanan keperawatan.
di instalasi rawat inap RSUD Labuang Baji Dari sebuah penelitian yang berjudul
Makassar tahun 2013” bahwa pada fase “The Effect of Prayer on Level of Anxiety in
orientasi 23,2% responden puas dan 76,8% Mothers of Children with Cancer” oleh
responden tidak puas. Pada fase kerja, 97,9% Dehghani et al (2012) yang menggunakan
responden puas dan 2,1% responden tidak desain penelitian kuantitatif dengan jenis
puas. Sedangkan pada fase terminasi, 11,6% penelitian quasi experimental dan rancangan
responden puas dan 88,4% responden tidak One Group Pre test and Post test kepada 60
puas. Artinya, dalam penelitian ini tingkat orang ibu yang mempunyai anak penderita
kepuasan pasien terhadap komunikasi kanker, yang terbagi menjadi 2 kelompok,
terapeutik perawat pada fase orientasi dan yaitu 30 orang ibu sebagai kelompok
fase terminasi masih rendah. perlakuan dan 30 orang ibu lainnya sebagai
Penelitian diatas menggambarkan kelompok kontrol. Penelitian ini dilakukan di
bahwa masih adanya kesenjangan Iran dengan hasil, berdo’a dan menjalankan
komunikasi antar pasien dan perawat yang ibadah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan
berdampak pada tingkat kepuasan pasien Yang Maha Esa dapat menurunkan
terhadap pelayanan keperawatan di rumah kecemasan pada ibu dengan anak yang
sakit. Sementara itu, menurut Triwibowo menderita kanker dan sangat berguna untuk
(2013) keperawatan merupakan ujung mereka.
tombak pelayanan dimana perawat Berdasarkan hasil studi pendahuluan di
menghadapi pasien selama 24 jam perawatan RSUD ’45 Kuningan pada tanggal 25
secara terus-menerus guna membantu Februari 2017, didapatkan hasil data
mengatasi masalah pasien dalam aspek rekapitulasi pasien rawat inap di ruang
biologis, psikologis, sosial maupun spiritual. Flamboyan sejak Januari hingga Desember
Dalam proses pelayanan keperawatan, 2016 sebanyak 1511 pasien, dengan jumlah
pasien keluar hidup sebanyak 1462 pasien Polulasi dari penelitian ini adalah semua
dan keluar meninggal sebanyak 49 pasien. pasien di ruang Flamboyan RSUD ’45
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa 97% Kuningan. Teknik pengambilan sampel
pasien yang masuk ruang Flamboyan, keluar dalam penelitian ini menggunakan non
dalam keadaan hidup disertai dengan random sampling dengan jenis total
berbagai tingkat kepuasan terhadap sampling, berdasarkan rata-rata BOR (Bed
pelayanan keperawatan selama dirawat di Occupation Rate) di ruang Flamboyan RSUD
ruangan tersebut. ’45 Kuningan, dimana rata-rata BOR di
Selain itu, dari hasil wawancara pada 3 ruang Flamboyan RSUD ’45 Kuningan yaitu
orang pasien yang telah dirawat minimal 3 93% dari 20 tempat tidur yang ada di
hari perawatan, menunjukkan bahwa ruangan. Sehingga, sampel dari penelitian ini
pelayanan keperawatan di ruang Flamboyan adalah 93% : 20 tempat tidur = 19 responden
sudah cukup memuaskan bagi mereka, untuk pre test dan 19 responden untuk post
karena adanya jalinan komunikasi yang baik test.
antar perawat dan pasien. Pasien juga Pada tahapan prosedur administratif
mengetahui tentang pelaksanaan serah terima pengumpulan data, peneliti mengurus
pasien disamping bed pasien yang dilakukan perijinan di tempat penelitian. Setelah
perawat setiap pergantian shift. Sementara mendapatkan ijin, kemudian dilakukan tahap
itu, untuk kegiatan berdo’a setiap prosedur teknis sebagai berikut:
pelaksanaan serah terima pasien atau bedside 1. Peneliti meminta izin dan bantuan serta
handover yang ditujukan untuk kesembuhan kerjasama kepada kepala ruangan untuk
pasien belum dilakukan oleh perawat, namun dapat mengkoordinasikan perawat yang
berdasarkan tanggapan pasien apabila ada di ruangan tersebut agar peneliti
kegiatan tersebut dilakukan secara rutin dapat dapat mensosialisasikan kegiatan yang
menambah motivasi kepada pasien untuk akan dilakukan selama penelitian kepada
kesembuhannya. seluruh perawat yang ada di ruangan
Tujuan penelitian ini adalah untuk Flamboyan RSUD ’45 Kuningan.
mengetahui pengaruh berdo’a pada saat 2. Peneliti memilih responden penelitian
bedside handover terhadap tingkat kepuasan sesuai dengan kriteria inklusi dibantu oleh
pasien di ruang Flamboyan RSUD ’45 kepala ruangan.
Kuningan. Hasil penelitian ini dapat 3. Peneliti memberikan penjelasan pada
memberikan kontribusi pada pengembangan responden tentang tujuan penelitian,
ilmu keperawatan di bidang manajemen gambaran singkat tentang kegiatan
pelayanan rumah sakit khususnya yang penelitian serta peran yang diharapkan
berkaitan dengan penerapan berdo’a pada dari responden selama penelitian.
saat bedside handover yang berorientasi pada Responden diberikan kesempatan untuk
tingkat kepuasan pasien. menanyakan hal-hal yang tidak
dimengerti. Setiap responden memiliki
kebebasan untuk memberikan persetujuan
METODE PENELITIAN atau menolak menjadi subyek penelitian.
Penelitian ini menggunakan jenis Peneliti memberikan lembar persetujuan
penelitian quasi experiment dengan atau informed consent untuk
menggunakan rancangan one group pre and ditandatangani oleh responden jika
post test without control group. Rancangan bersedia berpartisipasi dalam penelitian.
penelitian ini bertujuan untuk Kemudian menjelaskan SOP handover
membandingkan hasil pengukuran sebelum yang akan dilaksanakan oleh perawat
intervensi dengan hasil pengukuran setelah ruangan kepada responden.
intervensi tanpa menggunakan kelompok 4. Peneliti meminta kepada responden untuk
kontrol. mengisi kuesioner untuk penilaian
kepuasan pasien sebelum dilaksanakan
kegiatan penelitian (pre test).
5. Melakukan intervensi berupa:
a. Peneliti memberikan pelatihan
tentang pelaksanaan handover yang
baik dan benar sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur (SOP) kepada
perawat yang ada di ruang
Flamboyan RSUD ’45 Kuningan.
b. Aplikasi berdo’a pada saat handover
kepada pasien sebanyak 2 kali
selama 2 hari
6. Setelah waktu kegiatan penelitian yang
telah ditentukan selesai, peneliti meminta
responden untuk mengisi kuesioner
sebagai post test pengaruh berdo’a pada
saat handover terhadap kepuasan pasien.
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di
ruang Flamboyan RSUD ’45 Kuningan.
Waktu pelaksanaan penelitian ini mulai
tanggal 8 April – 13 Mei 2017.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1 Distribusi frekuensi tingkat kepuasan pasien sebelum penerapan berdo’a pada saat
bedside handover di ruang Flamboyan RSUD ’45 Kuningan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Tidak Puas 1 5.2
2 Cukup Puas 9 47.4
3 Puas 9 47.4
Total 19 100.0
Sumber: Hasil Penelitian 2017
Dari tabel diatas, dapat dijelaskan pelayanan keperawatan sebelum penerapan
bahwa ada 9 responden (47.4%) merasa puas, berdo’a pada saat bedside handover di ruang
9 responden (47.4%) merasa cukup puas Flamboyan RSUD ’45 Kuningan.
serta 1 responden merasa tidak puas terhadap

Tabel 2 Distribusi frekuensi tingkat kepuasan pasien sesudah penerapan berdo’a pada saat
bedside handover di ruang Flamboyan RSUD ’45 Kuningan
No Kategori Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Tidak Puas 0 0
2 Cukup Puas 6 31.6
3 Puas 13 68.4
Total 19 100.0

Dari tabel diatas, dapat dijelaskan merasa tidak puas terhadap pelayanan
bahwa ada sebanyak 13 responden (68.4%) keperawatan sesudah penerapan berdo’a pada
merasa puas, 6 responden (31.6%) merasa saat bedside handover di ruang Flamboyan
cukup puas dan tidak ada responden yang RSUD ’45 Kuningan.
Hal tersebut dapat disebabkan karena Salah satu penelitian yang dilakukan
berdo’a merupakan salah satu kebutuhan oleh Herliawati dan kawan-kawan (2014)
spiritual manusia yang harus dipenuhi baik tentang “Pengaruh Pendekatan Spiritual
dalam keadaan sehat maupun sakit. Menurut terhadap Tingkat Kesepian pada Lanjut Usia
Potter (2005), pengaruh spiritualitas sangat di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama
penting selama periode sakit. Ketika terserang Kelurahan Timbangan Kecamatan Indralaya
penyakit, kehilangan ataupun nyeri Utara” dengan jenis penelitian pre-
mempengaruhi seseorang, energi orang experimental dengan desain one group pre
tersebut menipis, dan spirit orang tersebut test-post test yang dilakukan selama 3
terpengaruhi. Bagaimana hal ini minggu, diperoleh nilai p value sebesar 0.000
mempengaruhi motivasi seseorang untuk yang berarti bahwa terdapat perbedaan
sembuh, berpartisipasi dalam penyembuhan tingkat kesepian sebelum dan setelah
dan kemampuan untuk berubah sering pendekatan spiritual yang berarti adanya
dianggap remeh. Sehingga, seringkali aspek pengaruh pendekatan spiritual terhadap
spiritual dari pasien tidak diperhatikan bahkan penurunan tingkat kesepian.
seringkali tidak terkaji. Begitu pula yang disebutkan oleh Potter
Hal ini sejalan dengan sebuah artikel (2005) bahwa berdo’a untuk kesembuhan
yang berjudul “Effect of Prayer on Intensity of pasien, sangat dibutuhkan seseorang sebagai
Migrain Headache: A Randomized Clinical kekuatan spiritual yang dapat membantunya
Trial” oleh Tajadini, et al (2016) yang kearah penyembuhan pada saat seseorang
dilakukan selama 8 bulan terhadap 92 pasien terserang penyakit, kehilangan ataupun nyeri
yang terbagi menjadi 2 kelompok, diperoleh menyerang. Menurut Clark et al (1991)
nilai p value sebesar 0.001 yang berarti bahwa dalam Potter (2005) juga mengatakan bahwa
terdapat pengaruh dari berdo’a terhadap kesejahteraan spiritual merupakan suatu
intensitas migrain, sehingga berdo’a dapat aspek yang terintegrasi dari manusia secara
digunakan sebagai terapi nonfarmakologis keseluruhan yang ditandai oleh makna dan
dalam penatalaksanaan nyeri disamping terapi harapan. Oleh karena itu, berdo’a untuk
farmakologis. Sehingga, berdo’a perlu kesembuhan pasien pada saat bedside
diterapkan dalam proses keperawatan yang handover menjadi salah satu pemenuhan
diharapkan akan mempengaruhi proses kebutuhan spiritual pasien dan juga menjadi
penyembuhan pasien dan juga tingkat dukungan perawat kepada pasien untuk
kepuasan pasien. kesembuhannya.

Tabel 3 Analisis tingkat kepuasan pasien sebelum dan sesudah penerapan kegiatan berdo’a
pada saat bedside handover di ruang Flamboyan RSUD ’45 Kuningan
95% Confidence
Std.
Variabel Mean Interval of Difference P value
Dev.
Lower Upper
Sebelum penerapan berdo’a
pada saat bedside handover 83.16 13.70 -8.90 6.90
(pre test) 0.80
Sesudah penerapan berdo’a
pada saat bedside handover 84.16 10.01 -8.92 6.92
(post test)
Berdasarkan hasil uji t-test independent individu perawat, sehingga akan mudah
(2-tailed) dari perbedaan rata-rata skor untuk menerapkan hal tersebut. Perawat juga
tingkat kepuasan pasien sebelum dan sesudah membutuhkan motivasi kerja agar pelayanan
penerapan berdo’a pada saat bedside keperawatan yang diberikan kepada pasien
handover di ruang Flamboyan RSUD ’45 diberikan dengan maksimal. Hal ini
yang tercantum pada tabel diatas, didapatkan dikemukakan oleh Suryata dan kawan-kawan
p value = 0.80 (p > α, dimana α = 0.05) yang (2016) dalam penelitiannya yang berjudul
memiliki arti bahwa tidak adanya pengaruh “Hubungan Motivasi Kerja Perawat dengan
yang signifikan dari penerapan berdo’a pada Kedisiplinan Pelaksanaan Timbang Terima di
saat bedside handover terhadap tingkat Ruangan Bougenville Dan Ruangan Anggrek
kepuasan pasien di ruang Flamboyan RSUD RSUD Manembo Nembo Bitung” yang
’45 Kuningan. dilakukan terhadap 30 responden menyatakan
Hasil uji diatas dipengaruhi oleh rata- bahwa adanya hubungan antar kedua variabel
rata skor tingkat kepuasan pasien sebelum yang diteliti dengan p value = 0.002 dan nilai
dan sesudah penerapan berdo’a pada saat koefisien korelasi (r) sebesar 0.542. Selain
bedside handover yaitu 83.16 untuk pre test itu, faktor lain yang dapat mempengaruhi
dan 84.16 untuk post test. Dari data tersebut belum terlaksananya berdo’a pada saat
dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor bedside handover dengan maksimal dapat
tingkat kepuasan pasien sebelum dan sesudah disebabkan karena kondisi ruangan, beban
penerapan berdo’a pada saat bedside kerja yang terlalu berat dan juga banyaknya
handover di ruang Flamboyan RSUD ’45 masalah pasien yang harus segera ditangani.
Kuningan tidak mengalami peningkatan yang Penerapan berdo’a pada saat bedside
signifikan, sehingga mempengaruhi hasil uji handover, dapat meningkatkan kinerja
SPSS pada penelitian ini. perawat di ruangan yang akan mempengaruhi
Salah satu penyebab hal diatas terjadi yaitu tingkat kepuasan pasien. Hal ini termuat
karena penerapan berdo’a belum dilakukan dalam sebuah penelitian yang berjudul
oleh perawat ruangan sendiri. Hal ini bisa “Hubungan Kinerja Perawat terhadap
disebabkan karena belum terbiasanya Tingkat Kepuasan Pasien Pengguna
perawat menerapkan berdo’a untuk Yankestis dalam Pelayanan Keperawatan di
kesembuhan pasien pada saat bedside RSUD Syech Yusuf Kab. Gowa” oleh Hafid
handover. Menurut Notoatmodjo (2007), (2014) yang dilakukan terhadap 30
perilaku yang terbentuk dari diri seseorang responden dengan menggunakan desain
terdiri dari dua faktor utama yaitu stimulus penelitian cross sectional, didapatkan p value
yang berasal dari luar atau faktor eksternal sebesar 0.008 yang berarti bahwa adanya
dan respon yang berasal dari dalam diri hubungan antara kinerja perawat terhadap
individu. Faktor eksternal merupakan faktor tingkat kepuasan pasien. Sehingga, hal ini
lingkungan fisik maupun nonfisik dalam dapat dijadikan salah satu motivasi bagi
bentuk sosial, budaya, ekonomi, politik dan perawat, untuk meningkatkan kinerja perawat
sebagainya. Faktor eksternal yang paling yang akan berdampak pada meningkatnya
banyak berperan dalam perilaku manusia tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
adalah sosial dan budaya di lingkungan keperawatan yang ada.
dimana seseorang itu berada. Sedangkan, Selain motivasi, dalam pelaksanaan
faktor internal yang menentukan respon penerapan berdo’a pada saat bedside
seseorang terhadap stimulus dari luar adalah handover juga dibutuhkan peningkatan nilai
perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, spiritualitas perawat, karena dalam sebuah
sugesti dan sebagainya. penelitian yang dilakukan oleh Arini dan
Oleh karena itu, perlunya pembiasan kawan-kawan (2015) yang berjudul
pelaksanaan berdo’a pada saat bedside “Hubungan Spiritualitas Perawat dan
handover pada seluruh perawat, agar dapat Kompetensi Asuhan Spiritual” di RSUD dr.
menjadi budaya yang tertanam pada setiap Goetoeng Taroenadibrata Purbalingga
dengan jenis penelitian cross sectional komunikasi yang baik pada saat handover
terhadap 59 perawat, yang dipilih dengan sangatlah dibutuhkan selama perawatan
cara simple random sampling, didapatkan pasien di ruangan. Karena, jika komunikasi
hasil bahwa adanya hubungan sedang positif antar perawat pada saat handover tidak
yang bermakna antara kedua variabel yang berjalan dengan baik maka akan memberikan
diteliti dengan p value sebesar 0.000 dan risiko terhadap keselamatan pasien selama
koefisien korelasi (r) = 0.504. Sehingga, perawatan. Sehingga, timbang terima harus
dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap dilakukan karena merupakan bagian dari
nilai spiritual perawat, memiliki kontribusi salah satu aplikasi MAKP (Model Asuhan
terhadap perkembangan kemampuan Keperawatan Profesional) atau SP2KP
professional untuk memberikan asuhan (Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan
spiritual kepada pasien. Profesional).
Selain perawat, hasil dari penelitian ini juga Berdasarkan hasil penelitian dan
dipengaruhi oleh pasien, dalam hal ini yaitu beberapa teori yang telah diungkapkan diatas,
terkait dengan faktor-faktor yang penerapan berdo’a pada saat bedside
mempengaruhi tingkat kepuasan pasien. handover menjadi salah satu pemenuhan
Dimana, tingkat kepuasan pasien terhadap kebutuhan spiritual pasien, dimana selama ini
mutu pelayanan keperawatan bukan hanya aspek spiritual pasien kurang diperhatikan
dipengaruhi oleh satu faktor saja, tetapi oleh perawat. Meskipun pada hasil uji SPSS
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang telah menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh
dijelaskan sebelumnya. Berdo’a untuk berdo’a pada saat bedside handover, namun
kesembuhan pasien merupakan suatu bentuk jika dilihat dari gambaran distribusi frekuensi
ibadah dan juga sebagai pemenuhan sebelum dan sesudah penerapan berdo’a pada
kebutuhan spiritual pasien. Seperti yang telah saat bedside handover, terdapat peningkatan
kita ketahui, menurut Potter (2005) kesehatan tingkat kepuasan pasien, hanya saja belum
seseorang bergantung pada keseimbangan begitu signifikan. Sehingga, diperlukannya
variabel fisik, psikologis, kultural, pembiasaan penerapan berdo’a untuk
perkembangan dan juga spiritual. kesembuhan pasien pada saat bedside
Hal ini juga diperkuat oleh sebuah handover, agar dapat menjadi budaya
penelitian oleh Kusnanto dan kawan-kawan didalam lingkungan kerja perawat, sehingga
(2016) yang bertajuk “Pengaruh tidak ada perasaan terbebani ataupun
Keperawatan Spiritual Emotional Freedom canggung dalam melaksanakan hal tersebut,
Technique (SEFT) terhadap Kualitas Hidup yang akan mempengaruhi tingkat kepuasan
Penderita Tuberkulosis Paru dengan dengan pasien. Lebih daripada itu, berdo’a pada saat
jenis penelitian quasi experimental, yang bedside handover dapat menjalin ikatan batin
dilakukan terhadap 22 responden, diperoleh p antar perawat dan pasien yang diharapkan
value sebesar 0.003 pada aspek psikologis dapat membantu proses penyembuhan
yang berarti bahwa SEFT mampu pasien.
meningkatkan kualitas hidup responden
secara umum, karena mamapu mengatasi
psychological reversal dan karena pengaruh
dari electrical active cells. Berdasarkan hal
tersebut, dapat kita simpulkan bahwa
kebutuhan dan perawatan spiritual dalam
kerangka kerja proses keperawatan ini telah
terbukti sangat membantu baik dari segi
filosofis maupun praktis.
Pelaksanaan handover dalam proses
keperawatan harus dilakukan dengan benar,
menurut Brimingham, et al (2016)
SIMPULAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat Disarankan kepada rumah sakit untuk


disimpulkan bahwa: melakukan perbaikan Standar Operasional
1. Tingkat kepuasan pasien sebelum Prosedur (SOP) yang sudah ada dengan
penerapan berdo’a pada saat bedside menambahkan penerapan berdo’a pada saat
handover, sebanyak 9 responden (47.4%) bedside handover, dan juga agar dapat
merasa puas dan 9 responden (47.4%) mengadakan pelatihan dan sosialisasi tentang
merasa cukup puas, serta 1 responden penerapan berdo’a pada saat bedside
(5.2%) merasa tidak puas. handover sesuai Standar Operasional
2. Tingkat kepuasan pasien sesudah Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan dalam
penerapan berdo’a pada saat bedside rangka meningkatkan mutu pelayanan
handover sebagian besar merasa puas keperawatan. Selain itu, disarankan kepada
sebanyak 13 responden (68.4%) dan 6 kepala ruangan untuk memberikan
responden (31.6%) merasa cukup puas, penekanan kepada perawat pelaksana untuk
serta tidak didapat responden yang merasa menerapkan berdo’a pada saat bedside
tidak puas. handover dengan terus dilakukan monitoring
3. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dan evaluasi secara komprehensif sehingga
dari penerapan berdo’a pada saat bedside penerapan berdo’a pada saat bedside
handover terhadap tingkat kepuasan handover dapat berjalan dengan baik dan
pasien di ruang Flamboyan RSUD ’45 dapat meningkatkan mutu pelayanan
Kuningan, dengan p value = 0.80 (p > α, keperawatan.
dimana α = 0.05).

DAFTAR PUSTAKA Syech Yusuf Kab. Gowa. Jurnal


1. Arini, Hana Nur, dkk. (2015). Hubungan Kesehatan Vol. VII No. 2I. Diperoleh dari
Spiritualitas Perawat dan Kompetensi www.journal.uin-alauddin.ac.id pada 04
Asuhan Spiritual. Jurnal Keperawatan Juni 2017
Soedirman Vol. 10 No. 2. Diperoleh dari 6. Heriana, Cecep. (2015). Manajemen
www.jks.fikes.unsoed.ac.id pada 24 Mei Pengolahan Data Kesehatan. Bandung:
2017 Refika Aditama
2. Badriah, Dewi Laelatul. (2012). 7. _______. (2015). Modul Epidemiologi.
Metodologi Penelitian Ilmu-Ilmu Kuningan: Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan. Bandung: Multazam Kesehatan Kuningan
3. Birmingham, Patricia et al. (2015) 8. Herliawati, dkk. (2014). Pengaruh
Handoff and Patient Safety: Grasping the Pendekatan Spiritual terhadap Tingkat
Story and Painting a Full Picture. Western Kesepian pada Lanjut Usia di Panti Sosial
Journal Nursing Vol. 37 No. 11. Diperoleh Tresna Werdha Warga Tama Kelurahan
dari www.ncbi.nlm.gov pada 11 Juni 2017 Timbangan Kecamatan Indralaya Utara.
4. Dehghani, et al. (2012). The Effect of Jurnal Keperawatan Sriwijaya Vol. 1 No.
Prayer on Level of Anxiety in Mothers of 1.Diperoleh dari www.ejournal.unsri.ac.id
Children with Cancer. Iranian Journal of pada 24 Mei 2017
Pediatric Hematology Oncology Vol. 2 9. Jors, Karin, et al. (2015). Personal Prayer
No. 2. Diperoleh dari www.ijpho.ssu.ac.ir in Patients Dealing with Chronic Illness:
pada 15 Februari 2017 A Review of the Research Literature.
5. Hafid, Muh. Anwar. (2014). Hubungan Evidence-Based Complementary and
Kinerja Perawat terhadap Tingkat Alternative Medicine Vol. 2015. Artikel.
Kepuasan Pasien Pengguna Yankestis Diperoleh dari www.hindawi.com pada
dalam Pelayanan Keperawatan di RSUD 15 Februari 2017
10. Khotimah, Nurul, dkk. (2012). 22. Supranto, J. (2001). Pengukuran
Hubungan Komunikasi Terapeutik Tingkat Kepuasan Pelanggan; Untuk
Perawat dengan Kepuasan Pelayanan Menaikkan Pangsa Pasar. Jakarta:
Keperawatan di Ruang Inayah Rumah Rineka Cipta
Sakit PKU Muhammadiyah Gombong. 23. Suryata, I Nengah. (2016). Hubungan
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan Motivasi Kerja Perawat dengan
Vol. 8 No. 2. Diperoleh pada 21 Februari Kedisiplinan Pelaksanaan Timbang
2017 Terima di Ruangan Bougenville Dan
11. Kusnanto, dkk. (2016). Spiritual Ruangan Anggrek RSUD Manembo
Emotional Freedom Technique (SEFT) Nembo Bitung. E-jurnal Sariputra Vol. 3
terhadap Kualitas Hidup Penderita No. 1. Diperoleh dari
Tuberkulosis Paru. Jurnal Keperawatan www.jurnal.unsrittomohon.ac.id pada 26
Padjajaran Vol. 4 No. 3. Diperoleh dari Mei 2017
www.jkp.fkep.unpad.ac.id pada 11 Mei 24. Swarjana, I Ketut. (2015). Metodologi
2017 Penelitian Kesehatan Edisi II.
12. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Yogyakarta: ANDI
(2006). Keputusan Menteri Kesehatan 25. Tajadini, et al. (2016). Effect of Prayer on
Nomor: 279/MENKES/SK/IV/2006 Intensity of Migraine Headache: A
tentang Pedoman Penyelenggaraan Randomized Clinical Trial. Journal of
Upaya Keperawatan Kesehatan Evidence-Based Complementary &
Masyarakat di Puskesmas. Jakarta: Alternative Medicine Vol. 22 (I).
Menteri Kesehatan. Diperoleh dari
13. Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). www.journals.sagepub.com pada 11 Juni
Metodologi Penelitian Kesehatan. 2017
Jakarta: PT. Rineka Cipta 26. Tjiptono, Fandy dan Gregorius Chandra.
14. _______ . (2007). Kesehatan (2016). Service, Quality dan Satisfaction
Masyarakat. Ilmu dan Seni. Jakarta: Edisi 4. Yogyakarta: ANDI
Rineka Cipta 27. Triwibowo, Cecep, dkk. (2016). Studi
15. Nursalam. (2014). Manajemen Kualitatif: Peran Handover dalam
Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Meningkatkan Keselamatan Pasien di
Keperawatan Profesional Edisi 4. Rumah Sakit. Jurnal Pena Medika Vol. 6
Jakarta: Salemba Medika No. 2. Diperoleh dari
16. Pohan, Imbalo S. (2007). Jaminan Mutu www.jurnal.unikal.ac.id pada 14 Maret
Layanan Kesehatan. Jakarta: EGC 2017.
17. Potter, Patricia A. (2005). Buku Ajar 28. Triwibowo, Cecep. (2013). Manajemen
Fundamental Keperawatan: Konsep, Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit.
Proses dan Praktik Edisi 4. Jakarta: Jakarta: TIM
EGC 29. Undang-Undang Republik Indonesia
18. RSUD ’45 Kuningan. (2017). Data Nomor 38 tahun 2014 tentang
Rekam Medis Ruang Flamboyan RSUD Keperawatan
’45 Kuningan.
19. Soemantri, Irman. (2014). Modul Sistem
Pemberian Pelayanan Keperawatan
Profesional (SP2KP)
20. Suarli, S dan Yayan Bahtiar. (2009).
Manajemen Keperawatan dengan
Pendekatan Praktis. Jakarta: Erlangga
21. Sujarweni, V. Wiratna. (2012). SPSS
untuk Paramedis. Yogyakarta: Penerbit
Gava Medika

You might also like