During the last recent years, research interest has also been growing in the study and application

of anaerobic
digestion for the degradation and elimination of pollutants such as dyes (Senthilkumar et al. 2009), PAHs (Bernal-
Martinez et al. 2007), highly chlorinated hydrocarbons and xenobiotics (Zhang and Bennett 2005), adsorbable
organic halides (Savant et al. 2006) and pesticides (dos Santos et al. 2007). Very recently, Baczynski and Pleissner
(2010) have used methanogenic granular sludge and wastewater fermented sludge as inocula for batch tests of
anaerobic bioremediation of chlorinated pesticide contaminated soil, and their results obtained for both types of
biomass were similar wit 80 to over 90% of chexachlorocyclohexane (c-HCH), 1,1,1-trichloro-2,2- bis-(4-
methoxyphenyl)ethane (methoxychlor) and 1,1,1-trichloro-2,2-bis-(4-chlorophenyl)ethane (DDT) removed in 4-
6 weeks. Bernal-Martinez et al. (2009) have assessed the removal of PAH naturally present in sludge by
continuous anaerobic digestion with recirculation of ozonated sludge. Recirculation of ozonated digested sludge
allowed enhancing PAH removals with the highest efficiency obtained with the highest ozone dose (0.11 g O 3/g
TS). In another study, Bernal-Martı´nez et al. (2005) investigated the combined effects of anaerobic digestion and
ozonation in reducing sewage sludge production, and it was ozonation of anaerobically digested sludge improved
the PAH removal rate up to 61%. In their study, Fuchedzhieva et al. (2008) have tested Bacillus cereus isolated
from municipal wastewater treatment plant to assess the efficiency of two anionic surfactants, a chemical
surfactant and a biosurfactant during fluoranthene biodegradation under anaerobic methanogenic conditions
(linear alkyl benzene sulphonates (LAS) and rhamnolipid-biosurfactant complex from Pseudomonas sp. PS-17,
respectively). Biodegradation of fluoranthene was monitored by GC/MS for a period up to 12th day. No change
in the fluoranthene concentration was registered after 7th day. While it was reported that the rhamnolipid-
biosurfactant had inhibited the cell growth and had no effect on the biodegradation rate, LAS enhanced the cell
growth as well as the fluoranthene biodegradation, thereby demonstrating the latter surfactant’s promise as an
agent for facilitating the process of anaerobic PAH biodegradation under methanogenic conditions.

Selama beberapa tahun terakhir, minat penelitian juga telah tumbuh dalam studi dan penerapan
pencernaan anaerob untuk degradasi dan eliminasi polutan seperti pewarna (Senthilkumar et al.
2009), PAH (Bernal-Martinez et al. 2007), sangat hidrokarbon terklorinasi dan xenobiotik (Zhang dan
Bennett 2005), halida organik yang dapat diserap (Savant et al. 2006) dan pestisida (dos Santos et al.
2007).
Baru-baru ini, Baczynski dan Pleissner (2010) telah menggunakan lumpur granular metanogenik dan
lumpur fermentasi air limbah sebagai inokula untuk uji batch bioremediasi anaerobik dari tanah
terkontaminasi pestisida terklorinasi, dan hasil mereka yang diperoleh untuk kedua jenis biomassa
hampir sama dengan lebih dari 90% dari chexachlorocyclohexane (c-HCH), 1,1,1-trichloro-2,2- bis- (4-
methoxyphenyl) ethane (methoxychlor) dan 1,1,1 trichloro-2,2-bis- (4-chlorophenyl) etana (DDT)
dilepas dalam 4-6 minggu.
Bernal-Martinez et al. (2009) telah menilai penghapusan PAH yang secara alami hadir dalam lumpur
oleh pencernaan anaerob terus menerus dengan resirkulasi lumpur ozon. Resirkulasi lumpur yang
dicerna ozon memungkinkan peningkatan pemindahan PAH dengan efisiensi tertinggi yang diperoleh
dengan dosis ozon tertinggi (0,11 g O3 / g TS).
Dalam penelitian lain, Bernal-Martı'nez et al. (2005) menyelidiki efek gabungan dari pencernaan
anaerob dan ozonasi dalam mengurangi produksi lumpur limbah, dan itu adalah ozonasi lumpur yang
dicerna secara anaerob meningkatkan tingkat pembuangan PAH hingga 61%.
Dalam studi mereka, Fuchedzhieva et al. (2008) telah menguji Bacillus cereus yang diisolasi dari pabrik
pengolahan air limbah kota untuk menilai efisiensi dua surfaktan anionik, surfaktan kimia dan
biosurfaktan selama biodegradasi fluoranthene di bawah kondisi metanogenik anaerob (linear alkyl
benzene sulphonate (LAS) dan kompleks rhamnolipid-biosurfaktan dari Pura) sp. PS-17, masing-
masing). Biodegradasi fluoranthene dipantau oleh GC / MS untuk periode hingga hari ke-12. Tidak ada
perubahan dalam konsentrasi fluoranthene yang terdaftar setelah hari ke-7. Sementara dilaporkan
bahwa rhamnolipid-biosurfaktan telah menghambat pertumbuhan sel dan tidak berpengaruh pada
tingkat degradasi, LAS meningkatkan pertumbuhan sel serta biodegradasi fluoranthene, dengan
demikian menunjukkan janji surfaktan yang terakhir sebagai agen untuk memfasilitasi proses anaerob
Biodegradasi PAH dalam kondisi metanogenik.