You are on page 1of 18

MAKALAH

REKAYASA PERANGKAT LUNAK

“MODEL – MODEL SDLC(SYSTEM DEVELOPMENT LIFECYCLE)”

Rahmawati Umar
1729041063
Natasya Aulia
1729042042
Andi Muh. Fadel Alfayed
1729041069

PTIK D/04-2017

PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER


PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

berkat dan rahmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada kami sehingga dapat

menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun bahasan yang terdapat

dalam makalah saya ini yaitu “Model – Model SDLC(System Development

LifeCycle” yang bertujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah rekayasa

perangkat lunak.

Adapun dalam penyusunan laporan ini saya mendapat bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak yang turut berpartisipasi langsung maupun tidak

langsung dalam penyelesaian laporan ini. Kami juga mengucapkan terima kasih

kepada rekan-rekan yang turut memberikan dukungan baik berupa materil

maupun moril.

Saya menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat berbagai

kekurangan dan kesilapan baik dalam hal penulisan maupun isi. Untuk itu, saya

mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian yang bersifat

membangun yang bisa menjadi bahan acuan dan pertimbangan bagi penulis untuk

kesempurnaan makalah ini dikemudian harinya. Harapan saya, semoga makalah

ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian umumnya.

Makassar, 25 februari 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................................

KATA PENGANTAR .................................................................................................

DAFTAR ISI ................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................

A. Latar Belakang .................................................................................................

B. Rumusan Masalah ............................................................................................

C. Tujuan Masalah ................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................

A. Pengertian SDLC .............................................................................................

B. Model-Model SDLC ........................................................................................

BAB III PENUTUP .....................................................................................................

A. Kesimpulan ......................................................................................................

B. Saran .................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman teknologi dan informasi mulai berkembang
pesat sampai saat karena ada tuntutan peradaban yang memaksa manusia untuk
mencari jalan yang lebih efisien dan efektif dalam menunjang setiap kebutuhan
manusia, maka dari itu manusia senantiasa melakukan penelitian, mencari temuan,
dan juga berinovasi terhadap temuannya.
Salah satu hal terpenting yang dilakukan manusia untuk berinovasi dengan
mengembangan suatu sistem informasi. Beberapa tahun terakhir ini
perkembangan pembuatan perangkat lunak terbilang begitu pesat karena memang
manusia telah memasuki era industry 4.0 yang dimana semua mesti terdigitalisasi
oleh komputer. Namun pada awal perkembangannya tidak banyak suatu perangkat
lunak yang telah dibuat oleh badan instansi tertentu banyak mendapat protes dari
penggunanya entahkah itu karena pengelolaan software yang terlalu rumit, bug
sampai pada sistem keamanannya. Maka dari itu penting bagi seorang developer
untuk membuat sistem informasi atau software yang memiliki pengembangan
sistem manajemen yang baik sehingga apa yang dibuat sesuai dengan yang
dibutuhkan pengguna.
Semakin besar dan kompleks suatu sistem informasi atau software yang
dibuat maka manajemen dan perancangan yang baik harus dilakukan. Ada
berbagai metode yang dapat digunakan untuk memudahkan pengembangan sistem
informasi yang dibuat, yang selanjutkan akan dibahas didalam makalah ini terkait
model model pengembangan sistem informasi atau biasa dikenal dengan model
SDLC (system developmet life cycle), namun sebenarnya semua metode yang ada
jika digunakan pada proyek yang tepat tentu akan menghasilkan sebuah sistem
informasi atau software yang berkualitas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu SDLC..?
2. Bagaimana model-model SDLC..?

C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas yang diberikan.
2. Memahami pengertian SDLC.
3. Memahami setiap model-model SDLC.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian SDLC
SDLC atau System Development Life-Cycle merupakan proses tahap demi
tahap pembuatan dan pengubahan sistem guna menjamin pengembangan sistem
informasi sesuai dengan kebutuhan pengguna. Adapun tahapannya terdiri dari
rencana (planning), analisis (analysis), desain (design), implementasi
(implementation), uji coba (testing), dan pengelolaan (maintenance).

B. Model-Model SDLC
1. Model SDLC Waterfall
a. Defenisi
Waterfall merupakan salah satu metode manajemen proyek yang
paling sering digunakan dalam pengembangan sistem informasi atau
software, atau bahkan dalam kehidupan sehari-hari karena metode
waterfall ini menekankan pada pentingnya pengerjaan setiap fase per
fasenya artinya untuk lanjut ke tahap pengerjaan berikutnya maka
harus menyelesaikan tahap sebelumnya secara tuntas.
b. Kelebihan
- Pengerjaan fokus pada setiap fasenya untuk mencapai hasil
maksimal
- Bersifat sistematik dan sekuensial, artinya proses
pengerjaannya lebih teratur dan beruntun dari satu tahap ke
tahap yang selanjutnya.
- Mudah diterapkan dalam pengembangan sistem informasi
- Ada kejelasan dalam prosesnya karena pengerjaanya selesai
sesuai dengan yang diharapkan atau tepat waktu.
c. Kekurangan
- Relatif membutuhkan sumber daya yang banyak karena waktu
pengerjaannya cukup lama
- Tidak cocok untuk proyek kecil
- Kemungkinan kegagalan proyek sangat besar karena testing
dilakukan diakhir tahap.
- Kebutuhan sistem harus diketahui diawal tahap, jadi jika suatu
saat terjadi kesalahan dalam proses pengerjaannya maka proyek
harus dihentikan atau tidak tercapainya tujuan yang diinginkan.
d. Tahapan Metode Waterfall
1) Requirement Analisis
Pada tahap awal, semua yang dibutuhkan untuk membuat suatu
software harus diketahui terlebih dahulu apa saja yang menjadi
kebutuhan pengguna dan juga jelas batasan software yang akan
dibuat, informasi tersebut dapat diperoleh melalui survey atau
wawancara secara langsung ke pengguna.
2) System Design
Pada tahap ini developer sudah mulai memikirkan dan
merancang tampilan dari software yang akan dibuatnya yang
nantinya akan terpecah menjadi beberapa bagian subsistem
sebagai arsitektur sistem secara keseluruhan.
3) Implementation
Pada tahap ini sudah mulai dibuatkan unit unit program kecil
untuk mengerjakan suatu tugas khusus dan juga memeriksa
fungsionalitas dari tiap unit tersebut apakah sudah sesuai
dengan yang diinginkan.
4) Integration & Testing
Pada tahap ini, unit unit program kecil yang telah dikerjakan
kemudian akan digabungkan menjadi satu kesatuan sistem
software yang terintegrasi serta menguji fungsionalitasnya.
5) Operation & Maintenance
Tahap akhirnya, software sudah dapat digunakan oleh
pengguna serta software juga mendapat pemeliharaan sebagai
upaya memperbaiki kesalahan yang tidak ditemukan di tengah
proses pengerjaan proyeknya.
2. Model SDLC Agile
a. Defenisi
Agile merupakan salah satu metode manajemen proyek yang
digunakan dalam pengembangan sistem informasi atau software,
metode agile ini lebih meniti beratkan pada pengembangan software
yang tepat guna dan sesuai dengan kebutuhan pengguna ketimbang
mesti terlalu mengurusi hal yang formal seperti negosiasi kontrak dan
dokumentasi yang lengkap, maka dari itu agile metode yang tanggap
terhadap perubahan karena perubahan adalah hal yang penting dalam
kerangka pembangunan software atau sistem informasi, lebih penting
daripada mengikuti rencana.
b. Kelebihan
- Pengerjaan proyek yang relatif fleksibel dan cepat.
- Kemungkinan kepuasaan pelanggan relatif tinggi setelah
software dirilis.
- Testing dapat dilakukan setiap saat untuk menjamin kelayakan
dan fungsionalitas software masih sesuai kebutuhan pengguna.
- Perubahan rencana dapat terjadi suatu waktu karena pengguna
juga turut aktif dalam pengembangan software.
- Cocok diterapkan untuk proyek yang berskala kecil.
c. Kekurangan
- Metode agile sulit diterapkan untuk proyek yang berskala
besar.
- Di dalam metode agile dibutuhkan suatu tim manajemen yang
terlatih atau berpengalaman serta mampu bekerja extra dalam
proses pengembangan software.
d. Tahapan Metode Agile
1) Requirements
Pada tahap awal, semua yang dibutuhkan untuk membuat suatu
software harus diketahui terlebih dahulu apa saja yang menjadi
kebutuhan pengguna dan juga jelas batasan software yang akan
dibuat, informasi tersebut dapat diperoleh melalui survey atau
wawancara secara langsung ke pengguna.
2) Planning
Pada tahap ini, setelah developer dan pengguna bersepakat
membuat software yang diinginkan, developer kemudian
mengidentifikasi fitur-fitur yang dibutuhkan untuk membuat
software tersebut.
3) Design
Pada tahap ini developer sudah mulai memikirkan dan
merancang tampilan dari software sesuai dengan fitur-fitur
yang dibutuhkan.
4) Develop
Pada tahap ini fitur-fitur disatukan menjadi satu kesatuan
sistem yang terintegrasi sebagai suatu rancangan yang
diinginkan.
5) Release
Pada tahap ini software yang telah dibuat kemudian digunakan
oleh pengguna.
6) Track & Monitoring
Pada akhir tahap developer melakukan pemantauan terhadap
kinerja software yang telah dibuat.

3. Model SDLC prototipe


a. Defenisi
Prototipe merupakan salah satu metode manajemen proyek yang
digunakan dalam pengembangan sistem informasi atau software,
prototipe merupakan metode yang efektif karena interaksi antara
perancang software dengan pengguna lebih intens, selalu ada diskusi
antar perancang dan pengguna terkait software yang dibuat tentang
bagaimanakah harusnya itu software sehingga pada akhir tahap
software yang dibuat sesuai dengan kebutuhan pengguna.
b. Kelebihan
- Pengguna aktif memberikan evaluasi terhadap software/sistem
informasi sehingga model pengembangan akan semakin mudah
disesuaikan dengan kebutuhan pengguna.
- Adanya interaksi yang intens antara perancang dan pengguna.
- Cepat mengidentifikasi fungsionalitas fitur yang belum lengkap
atau masih cacat.
- Pengguna akan lebih mudah menggunakan software yang
dibuat.
- Umumnya metode ini relatif lebih cepat proses pengerjaannya
dalam pengembangan software.
c. Kekurangan
- Membuat developer tidak bebas dalam merancang software
yang ingin dibuat atau memotong kreatifitas developer karena
terlalu tergantung pada pengguna.
- Terlalu terfokus pada penyajian software sehingga kualitasnya
dikesampingkan.
- Kurang fleksibel terhadap setiap perubahan.
- Developer mesti cepat mengakomodasi kebutuhan awal
pengguna karena fluktuasi kebutuhan pengguna yang cepat
berubah – ubah.
d. Tahapan Model Prototipe
1) Pengumpulan Kebutuhan
Pada tahap ini, perancang dan pelanggan bersama-sama
berdiskusi untuk mengidentifikasi apa saja yang menjadi
kebutuhan dari sistem yang akan dibuat.
2) Membangun Prototyping
Pada tahap ini, perancang membuat prototyping yang
penyajiannya berfokus kepada pengguna.
3) Evaluasi Prototyping
Pada tahap ini, pengguna mengevaluasi prototyping/fitur yang
telah dibuat oleh perancang apakah sudah sesuai kebutuhan
pengguna atau belum jika belum maka perancang akan
merevisi prototyping yang dibuatnya, kemudian dikembalikan
ke pengguna untuk dievaluasi.
4) Mengkodekan Sistem
Pada tahap ini, jika pengguna telah menyetujui prototyping
yang telah dibuat oleh perancang maka perancang akan
membuatnya kedalam bentuk program/software.
5) Menguji Sistem
Pada tahap ini, pengguna menguji software yang terintegrasi
yang telah dibuat oleh perancang.
6) Evaluasi Sistem dan Pemakaian
Pada tahap ini, pengguna mengevaluasi software yang
terintegrasi jika sudah sesuai dengan kebutuhan pengguna
maka software sudah siap pakai namun jika belum maka
perancang akan kembali merevesi kembali software yang
dibuat.
4. Model SDLC Incremental
a. Defenisi
Incremental adalah salah satu metode manajemen proyek yang
digunakan dalam proses pengembangan perangkat lunak yang
fiturnya atau prosesnya dipecah menjadi beberapa bagian secara
bertahap hingga menghasilkan software yang lengkap dan sesuai
kebutuhan pengguna. Pada dasarnya model incremental ini
merupakan kombinasi antara model waterfall dan prototype yang
artinya dalam proses pengembangan sistemnya akan dilakukan
secara sekuensial fase per fase hingga keluarnya software yang
dibutuhkan kemudian direvisi kembali mulai dari tahap awal
sampai akhir hingga software atau produk yang dihasilkan sudah
lengkap dan sesuai kebutuhan.
b. Kelebihan
- Resiko kegagalan sistem software pada tahap akhir inkremen
lebih kecil, karena telah melewati beberapa kali pengujian.
- Fungsionalitas fitur terjamin.
- Dapat dengan mudah mengidentifikasi permasalahan di tengah
proses pengembangan software.
- Mengakomodasi kemauan pengguna.
c. Kekurang
- Membutuhkan waktu yang relatif lama karena melakukan
beberapa kali iterasi hingga produk software yang dirilis sesuai
kebutuhan pengguna.
- Sulit memetakan permasalahan pengguna pada tahap
requirement inkremen yang sesuai, karena permasalahan yang
disampaikan terkadang tidak begitu spesifik.
d. Tahapan Model Incremental
1) Requirement
Pada tahap awal, perancang menspesifikasi kebutuhan yang
prioritasnya tinggi oleh pengguna secara rinci dan juga jelas
batasan software yang akan dibuat, informasi tersebut dapat
diperoleh melalui survey atau wawancara secara langsung ke
pengguna.
2) System Design
Pada tahap ini developer sudah mulai membangun dan
merancang tampilan dari software yang dibuatnya yang
disesuai dengan kebutuhan pengguna.
3) Implementation
Pada tahap ini sudah mulai dibuatkan unit unit program kecil
untuk mengerjakan suatu tugas khusus dan juga memeriksa
fungsionalitas dari tiap unit tersebut apakah sudah sesuai
dengan yang diinginkan.
4) Integration & Testing
Pada tahap ini, unit unit program kecil yang telah dikerjakan
kemudian akan digabungkan menjadi satu kesatuan sistem
software yang terintegrasi serta menguji fungsionalitasnya.
5) Operation & Maintenance
Tahap akhirnya, software sudah dapat digunakan oleh
pengguna serta software juga mendapat pemeliharaan sebagai
upaya memperbaiki kesalahan yang tidak ditemukan di tengah
proses pengerjaan proyeknya.

5. Model SLDC Spiral


a. Defenisi
Spiral merupakan salah satu metode manajemen proyek yang
digunakan dalam pengembangan sistem informasi atau software,
pengembangan sistemnya bersifat mengalami peningkatan dari fase
ke fase selanjutnya hingga pengguna merasa puas dengan
pembuatan software yang diinginkan, Metode spiral ini juga pada
dasarnya menggabungkan keunggulan dari metode waterfall dan
prototype sama seperti metode incremental akan tetapi pada
incremental sistem yang dibuat dipecah menjadi beberapa bagian
fiturr-fitur kecil kemudian perfiturnya dibuat sesuai kerangka kerja
metode waterfall begitu seterusnya sampe semua fitur telah
lengkap dibuat, sementara dengan metode Spiral, software telah
dibangun secara utuh diawal yang kemudian mengalami revisi
hingga pengguna merasa puas dengan software yang diinginkan
atau prosesnya berkesinambungan terhadap proses sebelumnya.
b. Kelebihan
- Sangat cocok diterapkan pada proyek skala besar, karena
metode ini sangat mempertimbangkan segala resiko yang akan
terjadi.
- Antar perancang dan pengguna bisa saling berkomunikasi
membahas software yang dibuat untuk direvisi kembali oleh
perancang.
- Ada kejelasan dalam prosesnya karena pengerjaanya selesai
sesuai dengan yang diharapkan atau tepat waktu.
- Bersifat sistematik dan sekuensial, artinya proses
pengerjaannya lebih teratur dan beruntun dari satu tahap ke
tahap yang selanjutnya.
c. Kekurangan
- Membutuhkan waktu dan dana yang banyak karenanya metode
ini tidak cocok diterapkan pada skala kecil
- Membutuhkan perencanaan yang cukup panjang agar software
yang dibuat tepat waktu dan tepat guna.
d. Tahapan Model Spiral
1) Costumer Communication
Pada tahap ini, perancang dan pengguna bersama-sama
berdiskusi mengidentifikasi fitur apa saja yang dibutuhkan
untuk membangun software.
2) Planning
Pada tahap ini, perancang merencanakan apa saja yang
dibutuhkan dalam pengembangan softwarenya, misalnya
menentukan batasan sistem, tujuan, sumber daya, kebutuhan
awal, dll.
3) Risk Analysis
Pada tahap ini, perancang mengidentifikasi setiap resiko yang
akan terjadi baik secara teknis maupun manajerial pada setiap
tahapan-tahapannya beserta dengan menyiapkan penanganan
resikonya.
4) Engineering
Pada tahap ini, produk mulai dikembangkan dari produk belum
jadi sampai produk sudah siap digunakan.
5) Construction & Release
Pada tahap ini, perancang mengkonstruksikan dan merilis
software yang telah dibuat ke pengguna.
6) Costumer Evaluation
Pada tahap akhir, pengguna mengevaluasi secara keselurhan
software yang telah dibuat

6. Model SDLC RAD


a. Defenisi
RAD atau Rapid Apllication Development merupakan salah satu
metode manajemen proyek dalam pengembangan sistem informasi
atau software guna menghasilkan software dengan kebutuhan yang
mendesak saja maka penggunaan metode jenis ini sangat tepat
untuk pembuatan software secara cepat dan singkat dalam
penyelesaiannya serta pengembangan softwarenya mengharuskan
untuk terjadinya interaksi antara perancang dan pengguna untuk
menghasilkan software sesuai dengan kebutuhan pengguna.
b. Kelebihan
- Proses pengembangan software lebih cepat dan tepat guna.
- Sangat cocok untuk proyek skala kecil.
- Membutuhkan sumber daya yang lebih sedikit.
c. Kekurangan
- Software yang dibuat perancang terkadang tidak sesuai dengan
yang dibutuhkan oleh pengguna karena perancang kurang
memiliki waktu untuk mengevaluasi secara menyeluruh dari
software yang dibuat.
- Tidak cocok untuk proyek yang berskala besar.
- Membutuh tim manajemen yang terlatih dalam pengelolaan
model pengembangan RAD.
d. Tahapan Model RAD
1) Business Modeling
Pada tahap ini, perancang mencari informasi mengenai
pengembangan software yang akan dibuat.
2) Data Modeling
Pada tahap ini, informasi yang telah didapatkan untuk membuat
software kemudian akan disaring lagi menjadi beberapa bagian
objek data yang nantinya akan saling berelasi.
3) Procces Modeling
Pada tahap ini, objek data yang telah dirumuskan sebelumnya
kemudian diubah lagi sehingga menghasilkan suatu produk
atau sistem informasi yang telah dirancangkan.
4) Application Generation
Pada tahap ini, software atau sistem informasi yang telah
dibuat kemudian dirilis kepengguna untuk digunakan.
5) Testing and turnover
Pada tahap akhir, software yang telah dibuat akan dievaluasi
secara keseluruhan oleh pengguna dan perancang kembali akan
melakukan pemeliharaan terhadap software untuk
mengidentifikasi ulang kesalahan yang tidak sempat temukan.
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
SDLC atau System Development Life-Cycle merupakan proses tahap demi
tahap pembuatan dan pengubahan sistem guna menjamin pengembangan sistem
informasi sesuai dengan kebutuhan pengguna. Adapun tahapannya terdiri dari
rencana (planning), analisis (analysis), desain (design), implementasi
(implementation), uji coba (testing), dan pengelolaan (maintenance).
Adapun model – model SDLC terdiri dari : model waterfall, model Agile,
model Incremental, model prototype, model RAD ,dan model Spiral.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentu dapat di pertanggung
jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

Incremental Model in SDLC: Use, Advantage & Disadvantage.


(n.d.). guru99. Diakses februari, 25, 2019 dari https://
www.guru99.com/what-is-incremental-model-in-sdlc-advantages-
disadvantages.html.

Kurniawati, I. (2017). SDLC dengan Metode Spiral. Diakses


februari, 25, 2019 dari http://shydestinydeer.blogspot.com/2017/04/sdlc-
dengan-metode-spiral.html.

Kurniawati, I. (2017). SDLC dengan Metode Waterfall. Diakses


februari, 25, 2019 dari http://shydestinydeer.blogspot.com/2017/04/sdlc-
dengan-metode-waterfall.html.

Rakucileo. (2013). RAD (Rapid Application Development). Diakses


februari, 26, 2019 dari http://rakucileo.wordpress.com.

SDLC. (n.d). Wikipedia. Diakses februari, 26, 2019 dari


https://id.wikipedia.org/wiki/SDLC.

Sigit. (2018). Manajemen Proyek: Waterfall atau Agile? Mana lebih


baik?. Diakses februari, 26, 2019 dari https://medium.com/skyshidigital
/manajemen-proyek-waterfall-atau-agile-mana-lebih-baik-b92901f88159.

Suryatioka, C. (2014). Model Proses Pengembangan PL Spiral &


Incremental. Diakses februari, 25, 2019, dari http://emailpunyaoka.
blogspot.com/2014/12/model-proses-pengembangan-pl-spiral-dan.html.

Ummiati, S. (2011). Penjelasan Antara SDLC, Prototype dan


Waterfall. Diakses februari, 25, 2019 dari https://sitiumiati.wordpress.com
/2011/04/28/penjelasan-antara-sdlc-prototype-dan-waterfall/.

You might also like