You are on page 1of 10

Jurnal Media Teknik & Sistem Industri e-issn: 2581-0561

Vol.1 (2017) hal.72-81 p-issn: 2581-0529


http://jurnal.unsur.ac.id/index.php/JMTSI

Metode Penilaian Kondisi Jembatan Beton


Prategang
Hasanudin
Program Studi Teknik Sipil Universitas Suryakancana
Jln. Pasir Gede Raya, Cianjur – Indonesia
hasan.suhu@gmail.com

Dikirimkan: 12, 2017. Diterima: 12, 2017. Dipublikasikan: 12, 2017.

Abstract— Bridges as one of the infrastructure that plays a role in supporting ground transportation, during
it service will experience a decrease in conditions caused by the influence of traffic loads, weather effects,
environmental influences or other influences. To eliminate the interference required maintenance. A building
maintenance including a bridge is preceded by a condition checking activity, and subsequent assessment of
conditions. During this examination and assessment of the condition of the bridge refers to the method of
inspection and assessment of the conditions set in Bridge Management System (BMS) 1993. There are still
weaknesses in the assessment of conditions with Bina Marga BMS caused by the absence of methods of
assessing the condition of prestressed concrete bridges. This research is a development of BMS condition
assessment, to be used as an assessment of prestressed concrete bridge condition. The object of this research
is focused on prestressed precast concrete bridge, namely Kiaracondong Bridge (Bandung) and Cimindi
bridge (Cimahi) West Java. The method of assessing the condition undertaken is the examination of damage
to the bridge components (physical indicator) through visual inspection, not equipped with destructive and
non destructive testing (advanced stage of inspection). Assessment of the conditions developed is the
assessment of conditions on the security aspects of the structure and aspects of traffic convenience, where the
structure security aspect is the multiplication of the condition of the main part of the building over the
bridge. After doing research it can be seen that Cimindi bridge condition value is 3,5-4,25 (need monitoring)
and Kiaracondong bridge (very good). The deficiency in the method of assessing the condition in this study is
that the assessment of the condition of the bridge is done visually only, so it can not predict the damage to the
prestressed concrete components inside. Further examination is required after examination and assessment
of this condition is done especially when it is found suspicious things.
Keywords: Bridge Management System; Assessment of bridge condition; Prestressed Concrete

Abstrak— Jembatan sebagai salah satu infrastruktur yang berperan dalam mendukung transportasi darat,
pada masa layannya akan mengalami penurunan kondisi yang diakibatkan oleh pengaruh beban lalu lintas,
pengaruh cuaca, pengaruh lingkungan atau pengaruh lainnya. Untuk menghilangkan gangguan tersebut
diperlukan pemeliharaan. Suatu pemeliharaan bangunan termasuk jembatan didahului ada kegiatan
pemeriksaan kondisi, dan selanjutnya dilakukan penilaian kondisi. Selama ini pemeriksaan dan penilaian
kondisi jembatan mengacu pada metode pemeriksaan dan penilaian kondisi yang diatur pada Bridge
Management System (BMS) 1993. Pada penilaian kondisi dengan BMS Bina Marga, masih terdapat
kelemahan yang disebabkan oleh belum adanya metode penilaian kondisi jembatan beton prategang.
Penelitian ini merupakan pengaplikasian penilaian kondisi BMS, untuk dapat digunakan sebagai penilaian
kondisi jembatan beton prategang. Objek pada penelitian ini difokuskan pada jembatan beton prategang jenis
pracetak, yaitu pada Jembatan Kiaracondong (Kota Bandung) dan Jembatan Cimindi (Kota Cimahi) Jawa
Barat. Metode penilaian kondisi yang dilakukan adalah pemeriksaan kerusakan-kerusakan pada komponen-
komponen jembatan (indikator fisik) melalui pemeriksaan visual, tidak dilengkapi dengan pengujian
destruktif dan non destruktif (tahap lanjutan dari pemeriksaan). Penilaian kondisi yang dikembangkan adalah
penilaian kondisi terhadap aspek keamanan struktur dan aspek kenyamanan lalu lintas, dimana aspek
keamanan struktur merupakan perkalian antara kondisi bagian utama bangunan atas jembatan. Setelah
dilakukan penelitian dapat diketahui bahwa nilai kondisi jembatan Cimindi adalah 3,5-4,25 (perlu
pemantauan) dan jembatan Kiaracondong (sangat baik). Kekurangan dalam metode penilaian kondisi pada
penelitian ini yaitu penilaian kondisi jembatan ini dilakukan secara visual saja, sehingga tidak dapat
memprediksi kerusakan-kerusakan pada komponen-komponen beton prategang dibagian dalam. Perlu
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut setelah pemeriksaan dan penilaian kondisi ini dilakukan terutama bila
ditemukan hal-hal yang mencurigakan.
Kata kunci: Bridge Management System; Penilaian kondisi jembatan; Beton Prategang

72
Hasanudin

jembatan beton prategang bentang panjang


I. PENDAHULUAN dan bangunan tinggi.
2) Umumnya jembatan yang dibangun di
1.1 Latar Belakang Indonesia yang banyak berlokasi di Pulau
Jembatan adalah suatu bangunan atau Jawa adalah jembatan berbentang pendek
lingkungan buatan yang berfungsi untuk sampai menengah menggunakan struktur
menghubungkan jalur transportasi atau lalu lintas rangka baja dan atau beton bertulang.
yang melintasi suatu rintangan alam atau buatan. Namun dengan semakin meningkatnya
Jembatan sebagai salah satu infrastruktur tuntutan transportasi khususnya di pulau
yang berperan dalam mendukung transportasi Sumatera dan Kalimantan maupun kawasan
darat, pada masa layannya akan mengalami timur Indonesia.
penurunan kondisi yang diakibatkan oleh Penggunaan struktur beton prategang
pengaruh beban lalu lintas, pengaruh cuaca, mempunyai beberapa keuntungan. Berdasarkan
pengaruh lingkungan atau pengaruh lainnya. [1], disebutkan bahwa komponen struktur
Untuk menghilangkan gangguan tersebut prategang mempunyai tinggi lebih kecil
diperlukan pemeliharaan. Selama ini pemeriksaan dibandingkan beton bertulang untuk kondisi
dan penilaian kondisi jembatan mengacu pada bentang dan beban yang sama. Pada umumnya,
metode pemeriksaan dan penilaian kondisi yang tinggi komponen struktur beton prategang
diatur pada Bridge Management System (BMS) berkisar antara 65 sampai 80% dari tinggi
1993. komponen struktur beton bertulang. Dengan
Secara umum, suatu jembatan terdiri dari dua demikian, komponen struktur prategang
komponen utama, yaitu bangunan atas dan membutuhkan lebih sedikit beton, dan sekitar 20
bangunan bawah. Masing-masing komponen sampai 35% banyaknya tulangan. Akan tetapi
utama jembatan tersebut tersusun dari beberapa dampak yang tidak menguntungkan dari
komponen yang terintegrasi menjadi suatu pengehematan-penghematan tersebut adalah
kesatuan sistem jembatan. Masing-masing keharusan untuk membayar harga material
komponen jembatan memiliki fungsi yang bermutu tinggi yang dibutuhkan dalam pemberian
spesifik dalam mendukung fungsi jembatan secara prategang. Di samping itu, sistem pemberian
keseluruhan. prategang juga akan menimbulkan tambahan
Penggunaan beton prategang pada struktur harga, karena cetakan untuk beton prategang
atas jembatan tergolong relatif baru jika biasanya terdiri atas penampang bersayap dengan
dibandingkan dengan penggunaan kayu, beton beberapa badan yang tipis.
bertulang atau baja. Hal itu tidak terlepas dari Dasar teori manajemen pemeliharaan adalah
perkembangan kemajuan teknologi bahan. proses pengendalian, pengaturan dan kelengkapan
Perkembangan teknologi prategang dimulai sejak lainnya dalam rangka mencapai tujuan , sehingga
Eugene Freyssinet memperkenalkan penggunaan pengertian manajemen dapat dikatakan sebagai
kawat baja berkekuatan tinggi disamping beton suatu proses kegiatan melalui kegiatan orang lain
mutu tinggi, sebagai beton prategang yang sesuai dengan kemampuan dan ketrampilan untuk
kemudian dipatenkan pada tahun 1928. mencapai tujuan yang telah ditentukan
Saat ini lebih dari 50% jembatan dibuat sebelumnya [2]. Ada beberapa definisi yang bisa
dengan beton prategang, baik berupa balok dirujuk mengenai manajemen pemeliharaan.
pracetak dengan perletakan sederhana, struktur Sistem manajemen pemeliharaan mempunyai
menerus dengan gelagar profil dan box maupun sejumlah tujuan yang biasanya berupa konsep
cable stayed. Di Indonesia, tren penggunaan bagi suatu pengendalian produksi di dalam
teknologi prategang lebih banyak didominasi oleh pabrikasi dan menentukan suatu data base untuk
jembatan jalan layang, sedangkan jembatan yang merekam data yang terutama sekali mengenai
melintasi sungai lebih banyak menggunakan volume dan biaya pekerjaan [3]. Berdasarkan [4],
struktur rangka baja atau beton bertulang manajemen pemeliharaan pada hakekatnya adalah
konvensional. Kondisi tersebut utamanya suatu program yang mengatur untuk semua
disebabkan antara lain oleh dua hal berikut ini: pemeliharaan dan semua tugas manajemen
1) Teknologi bahan khususnya beton mutu perencanaan, organisasi dan pengendalian Dari
tinggi belum memadai. Sebelum Perang kedua pemahaman diatas dapat disimpulkan
Dunia II, beton yang dibuat di Indonesia bahwa Manajemen Pemeliharaan adalah suatu
hanya bisa mencapai kekuatan sekitar 100 proses untuk memanfaatkan sumber daya manusia
kg/cm2. Namun dewasa in, kekuatan beton dan sumber daya lainnya untuk mempertahankan
yang biasa dipakai di Indonesia sudah bangunan infrastruktur pada kondisi yang selalu
berkisar antara 250-350 kg/cm2 untuk dapat melayani pemakai/pengguna secara aman,
bangunan biasa serta 350-500 kg/cm2 untuk nyaman serta dapat mencapai umur rencana.

73
Secara umum Sistem Manajemen Jembatan aplikasi metode BMS untuk mengetahui kondisi
(Bridge Management System/ BMS) yang jembatan dengan struktur beton prategang?”
dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Bina
Marga pada tahun 1993, berfungsi untuk 1.3 Tujuan Penelitian
membuat rencana kegiatan jembatan, pelaksanaan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
dan pemantauan, berdasarkan kebijaksanaan mengetahui kondisi jembatan dengan struktur
secara menyeluruh. Adapun yang termasuk dalam beton prategang, dan mengetahui perbandingan
BMS adalah kegiatan manajemen jembatan mulai nilai kondisi jembatan untukmasing-masing
dari pemeriksaan, rencana dan program dan inspektor.
perencanaan teknis sampai pada pelaksanaan dan
pemeliharaan [5].
Dari evaluasi yang dilakukan terhadap II. METODOLOGI PENELITIAN
kegiatan pemeriksaan BMS Bina Marga 1993, 2.1 Bridge Management System (BMS)
secara umum bisa disimpulkan bahwa tidak Sistem Manajemen (Pemeliharaan) jembatan
terdapat manual yang diuraikan secara rinci dan atau lebih dikenal sebagai Bridge Managemen
spesifik mengenai jembatan beton prategang. System (BMS) terdiri dari beberapa subsistem,
Kalaupun terdapat pernyataan mengenai yaitu:
komponen beton prategang, hanya dimaksudkan ₋ Subsistem pemeriksaan jembatan,
agar dalam pemeriksaan jembatan beton ₋ Subsistem penilaian kondisi atau kerusakan
prategang untuk komponen “gelagar beton” harus jembatan
diperiksa secara khusus dan kemungkinan ₋ Subsistem keputusan pemeliharaan jembatan
kerusakan yang harus diperiksa adalah sebagai atau komponen jembatan.
berikut : Variabel kondisi jembatan yang terdapat pada
₋ Retak memanjang pada bagian flens standar federasi Structure Inventory and
kemungkinan disebabkan tidak cukupnya Appraisal (SI&A), secara umum diberikan dalam
tulangan melintang, sedangkan retak bentuk rating.
melintang pada balok menunjukkan
kehilangan gaya prategang yang cukup a. Subsistem Pemeriksaan Jembatan
berbahaya atau salahnya posisi kabel Tujuan utama dari pemeriksaan jembatan
prategang. adalah untuk meyakinkan bahwa jembatan masih
₋ Beton yang rontok atau retak mungkin terjadi berfungsi secara aman dan perlunya diadakan
dekat lengkungan pipa kabel akibat tidak suatu tindakan tertentu guna pemeliharaan dan
tertahannya gaya radial. perbaikan secara berkala. Jadi pemeriksaan dan
Permasalahan yang didapat adalah bahwa pemeliharaan jembatan mempunyai beberapa
detail yang penting yang berhubungan dengan tujuan spesifik yaitu :
balok beton prategang tidak dapat dinilai secara 1) Memeriksa keamanan jembatan pada saat
visual, yaitu posisi dan kondisi kabel, layan
keseragaman dan kepadatan grouting dalam pipa 2) Menjaga terhadap ditutupnya jembatan
kabel. 3) Mencatat kondisi jembatan pada saat
Dari uraian-uraian di atas, bisa dikatakam tersebut
bahwa BMS pada dasarnya hanya diperuntukan 4) Menyediakan data bagi personil
bagi jembatan-jembatan konvensional. Dengan perencanaan teknis, konstruksi
demikian maka dalam penelitian ini, pemeriksaan 5) Memeriksa pengaruh dari beban
dan penilaian kondisi jembatan beton prategang kendaraan dan jumlah kendaraan
akan dikembangkan dari manual BMS yang ada. 6) Memantau keadaan jembatan secara
Dalam hal ini khusus yang berkaitan dengan jangka panjang
penilaian kondisi jembatan dalam BMS, kegiatan 7) Menyediakan informasi mengenai dasar
pemeriksaan jembatan merupakan salah satu daripada pembebanan jembatan
komponen BMS yang terpenting. Pemeriksaan Pemeriksaan jembatan terdiri dari
jembatan dalam BMS bertujuan untuk pemeriksaan rutin, pemeriksaan inventarisasi dan
meyakinkan bahwa jembatan masih berfungsi pemeriksaan detail. Tujuan utama pemeriksaan
secara aman dan perlunya diadakan suatu rutin dan inventarisasi adalah menetapkan
tindakan tertentu guna pemeliharaan dan karakteristik-karakteristik penting dari suatu
perbaikan secara berkala. jembatan dan mengetahui kondisi jembatan secara
keseluruhan, sehingga dapat dibuat program
1.2 Rumusan Masalah perencanaan secara umum (pemeliharaan rutin).
Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan Sedangkan tujuan pemeriksaan detail adalah
masalah dari penelitian ini adalah: “Bagaimana untuk menentukan kerusakan tertentu pada

74
Hasanudin

jembatan agar dapat ditentukan jenis kendaraan diatas / sekitar jembatan dan
perbaikan/pemeriksaan yang diperlukan sesuai bencana alam lainnya.
dengan jenis kerusakan yang ada. Dari 2) Kerusakan tidak dapat ditentukan secara
pemeriksaan didapat program khusus untuk : langsung atau pemeriksa yang
1) Perbaikan jembatan dalam skala kecil melaksanakan pemeriksaan tidak merasa
2) Perbaikan jembatan skala besar dan yakin atas hasil temuannya
rehabilitasi 3) Dari pemeriksaan detail ditemukan suatu
3) Penggantian jembatan kondisi kritis yang memerlukan alat khusus
4) Peningkatan jembatan (perkuatan/ atau keahlian khusus untuk mendiagnosa
pelebaran) yang dapat dipersiapkan penyebab kerusakan dan memberikan
Pemeriksaan inventarisasi dilakukan terhadap rekomendasi tentang cara mengatasinya
semua jembatan yang ada dalam suatu wilayah. 4) Ada pergerakan terlihat dan diperlukan alat
Dalam melakukan pemeriksaan, surveyor untuk memantaunya
biasanya , memeriksa jembatan yang dilaluinya 5) Pemeriksaan dalam air akan diperlukan
sepanjang perjalanan. Tujuan pemeriksaan untuk memeriksa pondasi jembatan, jika
inventarisasi adalah : dengan memeriksa di atas perahu, tidak
1) Mendata jembatan dan lokasinya sebagai dapat dilakukan dengan baik
data pada BMS 6) Survei yang mendetail untuk memeriksa
2) Menunjukan dimensi-dimensi utama profil jembatan.
jembatan
3) Menjelaskan tentang komponen-komponen b. Subsistem Penilailan Kondisi Jembatan
utama, tipe jembatan, dan tahun Berdasarkan [6], dinyatakan bahwa penilaian
pembangunan jembatan terhadap struktur yang sudah berdiri meliputi
4) Memberikan data-data mengenai aspek-aspek struktur sebagai berikut :
kemungkinan jalan alternatif apabila 1) Stabilitas keseluruhan dan kekakuan:
jembatan tertutup Apakah kerusakan minor pada elemen
5) Merinci kondisi lingkungan struktur menyebabkan keruntuhan perlahan-
6) Menyediakan ukuran-ukuran utama dari lahan atau tiba-tiba?
komponen utama untuk digunakan 2) Kapasitas pembebanan: Apakah terdapat
kemudian hari. batas keamanan yang dapat diterima untuk
Pemeriksaan rutin jembatan dilakukan tiap memikul beban?
tahun. Tujuan pemeriksaan rutin adalah untuk 3) Serviceability: Apakah akan terjadi defleksi
memastikan bahwa tidak akan terjadi masalah yang besar, getaran, dan retak yang
besar diantara dua pemeriksaan detail dan signifikan selama masa layan struktur?
permasalahan yang sudah ada tidak berkembang 4) Ketahanan terhadap api: Apakah ketahanan
menjadi lebih besar. Pemeriksaan ini dilakukan struktur terhadap api memungkinkan
untuk memperbaharui data jembatan dan pengguna struktur untuk menyelamatkan
digunakan oleh Bina Marga untuk merencanakan diri dan memberikan akses yang aman
program kerja tahun berikutnya. kepada pemadam kebarakan?
Pemeriksaan detail jembatan harus dilakukan 5) Durability: Apakah untuk pemeliharaan/
dengan periode tidak lebih dari lima tahun. perbaikan struktur memerlukan biaya yang
Pemeriksaan detail ini dimaksudkan untuk: besar?
1) Meneliti dan menilai berbagai macam Teknik menilai kondisi bangunan adalah
elemen dari jembatan untuk mengukur perilaku mekanisme dan
2) Menentukan jenis kerusakan untuk ditangani penurunan kondisi fisik guna menentukan
oleh pekerjaan pemeliharaan tindakan pemeliharaannya. Pengukuran dilakukan
3) Meninjau kembali data dari pemeriksaan berdasarkan indikator-indikator penurunan
inventarisasi dan menilai kembali kondisi kondisi yang telah ditetapkan. Indikator
dari beberapa kelompok elemen utama penurunan kondisi menurut [3], dapat
jembatan dikategorikan sebagai berikut :
4) Mencatat hal-hal yang berhubungan dengan Rating pelayanan dan pengguna (service and user
batas keamanan jembatan secara umum rating)
5) Membuat dokumentasi foto dari kerusakan- ₋ Keamanan dan kecukupan (safety and
kerusakan jika diperlukan. sufficiency)
Pemeriksaan jembatan secara khusus ₋ Kondisi fisik (physical condition)
diadakan apabila : ₋ Kesatuan struktur (structural integrity)
1) Ada kejadian yang menimpa pada jembatan Indikator penurunan kondisi untuk jembatan
seperti, terjadi gempa bumi , kecelakaan jalan raya adalah dapat dilihat pada Tabel I.

75
Dalam sistem penilaian jembatan berdasarkan ₋ Penilaian level elemen 2 menggunakan
BMS Bina Marga, penilaian untuk setiap level pembobotan untuk menghasilkan nilai 5
elemen meliputi lima komponen penilaian, yaitu elemen utama jembatan, yaitu bangunan
struktur, kerusakan, perkembangan, fungsi, dan atas, bangunan bawah, sistem lantai, daerah
pengaruh kerusakan. Tiap komponen penilaian aliran sungai, dan bangunan pelengkap.
memiliki dua kriteria dan dua nilai kualitatif yang Pembobotan yang digunakan hanya
digunakan, yaitu 0 dan 1. Berikut adalah diketahui oleh pembuat program dan tidak
penjelasan kriteria untuk tiap komponen penilaian dicantumkan dalam manual.
(2). Penilaian dari level 2 ke level 1 diambil dari
TABEL I nilai tertinggi antara nilai bangunan atas dan
INDIKATOR PENURUNAN KONDISI JEMBATAN
bangunan bawah pada level 2.
Rating Keamanan
Kesatuan
pelayanan dan Kondisi fisik
dan pengguna kecukupan
struktur TABEL II
PEDOMAN PEMBERIAN NILAI KONDISI JEMBATAN
Rating untuk Nilai
Keterangan
komponen Kondisi
Rating
Rating struktur
berdasarkan Jembatan dalam keadaan baru, tanpa kerusakan
penilaian berdasarkan
Rating jenis 0 cukup jelas. Elemen jembatan berada dalam
dan pemeriksaan
untuk kerusakan kondisi baik
inventarisasi visual, uji
keamanan, dan
untuk dek vibrasi dan Kerusakan sangat sedikit , keruakan dapat
kapasitas penilaian
dan seismik, uji diperbaiki mealui pemeliharaan rutin, dan tidak
dan kondisi
komponen tidak 1 berdampak pada keamanan atau fungsi
kepadatan jembatan
jembatan merusak, jembatan . Contoh : scour sedikit, karat pada
secara
lainnya rating beban, permukaan, papan kayu yang longgar
keseluruhan
dan sisa umur
layan Kerusakan sangat memerlukan pemantauan atau
pemeliharaan pada masa yang akan datang.
Contoh : pembusukan sedikit pada struktur
Untuk komponen penilaian struktur (S) dan 2 kayu, penurunan mutu pada elemen pasangan
kerusakan (R), dalam BMS Bina Marga telah batu, penumpukan sampah atau tanah di sekitar
perletakan. Kesemuanya merupakan tanda-
ditetapkan kriteria kuantitatif kerusakan tertentu. tanda yang membutuhkan penggantian
Kriteria Penilaian untuk Komponen Struktur dan
Kerusakan. Sedangkan untuk penilaian komponen Kerusakan membutuhkan perhatian (kerusakan
yang mungkin menjadi serius dalam 12 bulan).
perkembangan, fungsi, dan pengaruh, masih Contoh : struktur beton yang sedikit retak,
tergantung pada subyektivitas inspektur jembatan. 3 rangka kayu yang membusuk, lubang pada
Terdapat enam kategori penilaian kondisi elemen permukaan lantai kendaraan dan pada kepala
dengan indeks 0-5, seperti dapat dilihat pada jembatan, scouring pada jumlah sedang pada
pilar atau kepala jembatan, rangka baja berkarat
Tabel II.
Penilaian elemen pada level 5 sampai dengan Kondisi kritis (kerusakan serius yang
level 3 diberikan secara manual oleh inspektur membutuhkan perhatian segera). Contoh :
kegagalan rangka, keretakan atau kerontokan
yang memeriksa. Sedangkan penilaian level 2 dan 4
lantai beton, pondasi yang terkikis, tulangan
level 1 diproses secara komputasi oleh program terlihat pada kerangka beton, sandaran atau
IBMS. Berikut ini adalah uraian sistem pagar pengaman yang tidak ada
penilaiannya: Elemen runtuh atau tidak berfungsi lagi .
₋ Penilaian pada level 5 merupakanpenilaian 5 Contoh : bangunan atas yang runtuh, timbunan
kerusakan yang terjadi pada tiap individu tanah yang hanyut
elemen jembatan
₋ Penilaian pada level 4 dan 3 merupakan 2.2. Evaluasi BMS Bina Marga 1993
prosentase keseluruhan kerusakan elemen Kegiatan pemeriksaan yang jenis-jenisnya
yang sejenis terhadap kondisi kelompok telah diuraikan di bab II sebelumnya, dilakukan
elemen tersebut dalam satu unit. Contoh : dari awal sejak jembatan tersebut masih baru dan
satu gelagar memanjang pada satu bentang berkelanjutan selama umur jembatan. Sangat
merupakan elemen level 5 dan semua penting untuk diperhatikan di sini adalah bahwa
gelagar memanjang pada suatu bentang data yang dikumpulkan harus betul-betul
jembatan merupakan elemen level 4. merupakan data yang mutakhir, akurat dan
Sedangkan elemen level 3 meliputi sistem lengkap sehingga hasil yang dikeluarkan oleh
gelagar pada jembatan baik gelagar BMS betul-betul dapat dipercaya. Adapun sistem
memanjang maupun melintang. Begiru juga penilaian kondisi elemen jembatan berdasarkan
untuk elemen-elemen lainnya. [5] dapat diuraikan dalam bentuk pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut :

76
Hasanudin

1) Struktur, apakah suatu struktur dalam seorang ahli teknik mungkin diperlukan dalam
keadaan berbahaya atau tidak melihat dan menentukan apakah retak tersebut
2) Kerusakan, sampai manakah tingkat merupakan retak yang berarti. Selimut beton,
kerusakan yang telah dacapai karena biasanya diperiksa dengan cover meter tetapi
kerusakan tersebut, parah atau tidak kadang-kadang terlihat bahwa selimut beton
3) Perkembangan (volume), apakah kerusakan tersebut tidak cukup dengan terlihatnya karat
tersebut sudah meluas atau belum (50% dari tulangan pada permukaan beton. Bahkan dalam
luas, panjang atau volume dari elemen) keadaan yang ekstrim tulangan itu sendiri yang
4) Fungsi, apakah elemen tersebut masih terlihat. Jembatan beton prategang harus diperiksa
berfungsi secara khusus dan kemungkinan kerusakan yang
5) Pengaruh, apakah elemen yang rusak harus diperiksa adalah sebagai berikut:
tersebut mempunyai dampak serius terhadap ₋ Retak memanjang pada bagian flens
elemen yang lainnya kemungkinan disebabkan tidak cukupnya
Faktor-faktor tersebut di atas umumnya tulangan melintang; sedangkan retak
hanya berkaitan dengan aspek keamanan struktur melintang pada balok menunjukkan
jembatan, sementara diketahui ada aspek kehilangan gaya prategang yang cukup
kenyamanan lalu-lintas yang perlu juga berbahaya atau salahnya posisi kabel
dipertimbangkan. Beberapa usulan mengenai prategang
faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam ₋ Beton yang rontok atau retak mungkin terjadi
pemeriksaan jembatan yang berkaitan dengan dekat lengkungan pipa kabel akibat tidak
aspek kenyamanan lalu-lintas tersebut diuraikan tertahannya gaya radial.
sebagai berikut : Sayangnya, detail yang penting yang
1) Expansion Joint, kerusakan yang terjadi berhubungan dengan balok beton pratekan tidak
seperti expansion joint tidak sama tinggi, dapat dinilai secara visual. Yang dimaksud adalah
terisinya join, ada bagian yang longgar dan posisi dan kondisi kabel, keseragaman dan
ada bagian yang hilang. kepadatan grouting dalam pipa kabel. Beberapa
2) Lapis permukaan, kerusakan yang terjadi faktor ini masih dapat diperiksa dengan mengebor
seperti, licin, bergelombang, berlubang, dan lubang kecil ke dalam beton, tetapi biasanya
retak retak . dengan teknik radiografi untuk mendapatkan data
3) Drainase Lantai, kerusakan yang terjadi yang lebih baik (pemeriksaan khusus).
seperti, tersumbat, elemen yang hilang.
4) Trotoar, kerusakan yang terjadi seperti, b. Permukaan Lantai Kendaraan
permukaan yang licin, berlubang dan ada Permukaan lantai kendaraan jembatan terbuat
bagian yang rusak atau hilang. dari beton, yang memerlukan penggantian lapisan
5) Landasan, kerusakan yang terjadi seperti, ausnya dan dapat memberikan gaya gesek yang
longgar (landasan baja), sobek dan baik. Kerusakan yang biasa terjadi adalah :
kerusakan lainnya 1) Retak-retak dapat bermacam-macam
bentuknya tergantung pada kondisi
Pemeriksaan bagian Elemen Jembatan Beton kegagalannya dan karakteristik bahan
Prategang permukaan lantai. Bahan/material yang
Dalam kajian ini, yang dikembangkan adalah umum dipakai, seperti aspal, merupakan
penilaian elemen struktur untuk Bangunan atas bahan yang thermoplastik dan mudah retak.
jembatan Beton prategang yaitu: Pada beberapa hal, retak merupakan suatu
indikasi dari kegagalan bahan permukaan
a. Gelagar Beton lantai kendaraan, disamping itu juga
Beton yang rontok perlu perhatian khusus merupakan indikasi pergerakan yang
pada bagian perletakan/landasan yang berlebihan atau menurunnya mutu bagian
kemungkinan terjadinya kerusakan dikarenakan bawah permukaan lantai kendaraan. Dengan
bagian ini menerima gaya gesek dan juga tekanan berjalannya waktu, terkupasnya bahan
besar. Situasi arah/bentuk keretakan pada bagian penutup permukaan pada bagian ujung dari
utama seharusnya digambar, sehingga dapat retakan akan terjadi resapan air akan
diteliti kekuatan dan kemampuan gelagar beton. mengakibatkan hilangnya ikatan antara
Retak yang arahnya diagonal menunjukkan lapisan penutup permukaan dengan lantai.
adanya kegagalan karena gaya lintang, jika retak 2) Perubahan Bentuk yang berlebihan – hal ini
ini vertikal maka ini menunjukkan bahwa adanya terjadi karena pengaruh dari kombinasi
momen yang berlebihan. Ukuran dan tempat retak beban lalulintas dan cuaca panas. Jika
harus di catat dan usahakan mengetahui dalamnya terjadi perubahan
retak jika retak tersebut besar. Nasihat dari

77
3) Bentuk yang berlebihan, hal ini akan 4) Pembuangan ait dari expansion joint yang
mengurangi kenyamanan dan dapat terbuka – kebanyakan dari ekspansion join
menambah beban dinamis dan getaran direncanakan dengan celah terbuka dimana
akibat bergeraknya kendaraan. air dan kotoran dapat masuk, dalam hal
4) Terlepasnya ikatan bahan penutup demikian sistem pembuangan air yang baik
permukaan lantai kendaraan, terjadi harus diperiksa.
disebabkan oleh lemahnya gesekan atau 5) Aspal penutup di atas expansion joint –
hilangnya lekatan pada bidang permukaan biasanya lapisan penutup ini mudah rusak
lantai. Hal ini akan mengarah pada dan meningkatkan beban kejut.
deformasi dan kadang-kadang tertumpuknya
bahan penutup permukaan akan membentuk d. Landasan/Perletakan
satu gundukan. Bentuk geometris dan kondisi landasan serta
5) Licinnya permukaan lantai kendaraan, dudukan landasan merupakan indikator penting
disebabkan oleh gesekan roda kendaraan. tentang kondisi landasan tersebut dan kadang-
Semakin lama permukaannya akan kadang juga menunjukkan kondisi umur
bertambah licin dan penggantian lapisan jembatan. Landasan biasanya terletak pada titik
permukaan akan diperlukan untuk dimana pergerakan dapat terjadi, oleh karena itu
mengembalikan tahanan geseknya. gerakan pada landasan biasanya cukup besar dan
dapat diukur dengan alat sederhana. Faktor-faktor
c. Expansion Joint yang mempengaruhi kondisi landasan:
Kerusakan utama yang harus diperhatikan 1) Kondisi landasan dan pelat landasan –
adalah : bagian-bagian ini harus bebas dari karat dan
1) Longgar atau bergeraknya/bergesernya kotoran yang dapat menghambat pergerakan
expansion joint dan bagian-bagiannya – ini dan menyebabkan gaya gesek yang
adalah kegagalan yang paling umum dan berlebihan antara bangunan atas dan bawah.
biasanya disertai dengan bunyi berderik dan Cukupnya bahan pelumas perlu diperiksa.
terlepasnya baut, komponen dan 2) Posisi dan alinyemen landasan, dan
dudukannya. Awal dari longgarnya meratanya pembebanan di antara landasan-
expansion joint biasanya dapat dideteksi landasan, harus diperiksa untuk memastikan
dengan adanya retak yang terjadi antara bahwa ada kontak yang merata pada bidang
expansion joint dengan bidang permukaan permukaan landasan tersebut dan bagian-
didekatnya. Lambat laun beberapa retakan bagiannya terpasang dengan baik.
akan terjadi pada permukaan itu sendiri. 3) Landasan harus duduk dengan baik –
Lekatan atau ikatan kebawah dari dudukan sehingga ada kebebasan untuk bergerak
biasanya dapat diperiksa dengan mendeteksi 4) Kekencangan baut angker dan murnya
bunyinya ketika ekspansion join dipukul harus diperiksa
dengan palu. 5) Beberapa karakteristik landasan elastomer
2) Kebebasan bergerak, ruang bebas dan memerlukan perhatian khusus. Ini harus
alinyemen – harus terdapat cukup ruang diperiksa terhadap pecah, sobek atau retak
agar expansion joint dapat berfungsi dalam pada karet pembungkus bagian luarnya,
temperatus yang ada. Ruang bebas dapat dan untuk penggembungan, serta distorsi
hilang dikarenakan gerakan yang tidak yang disebabkan oleh tekanan yang
terduga yang terjadi pada pondasi, bangunan berlebihan atau geseran. Tanda-tanda
bawah, atau bangunan atas. Hal ini dapat 6) pertama dari kegagalan elastomer biasanya
terjadi juga akibat pembuatan yang salah. berbentuk retakan horisontal yang terjadi
Kerusakan ini dapat menghambat dekat pertemuan antara karet dengan
pergerakan expansion joint yang lapisan baja. Landasan juga harus diperiksa
mengakibatkan timbulnya tegangan pada untuk gerakan rotasi bangunan atas yang
struktur, atau renggang yang berlebihan berlebihan yang mana biasanya dapat
pada ekspansion join sehingga terlihat dengan perbedaan ketebalan pada
membahayakan lalu lintas. bagian depan dan belakang dari landasan.
3) Pergeseran expansion joint yang berlebihan 7) Dudukan landasan harus diperiksa untuk
– bagian-bagian yang dapat bergeser satu tanda-tanda dari pergerakan antara
sama lain, jika ini terlalu banyak hal tersebut dudukan dengan struktur penyokongnya.
dapat mengakibatkan gaya kejut dari Hal ini penting khususnya jika dowel atau
lalulintas dan juga membahayakan untuk baut angker tidak dipergunakan untuk
kendaraan kecil dan kendaraan roda dua. memegang landasan elastomer tsb.

78
Hasanudin

8) Dudukan bangunan atas pada landasan dan lintas. Dalam ketentuan FHWA, nilai kondisi
landasan pada bangunan bawah harus jembatan dipegaruhi oleh tiga aspek, yaitu
diperiksa secara teliti untuk tanda-tanda struktur jembatan (55%), lalu-lintas (30%) dan
retak. Retak biasanya terjadi akibat dari faktor lain-lain (15%). Untuk pembagian
konsentrasi beban pada bagian tepi dan pengaruh ini tidak sama dengan FHWA karena
dapat mengurangi daya kerja dari dudukan faktor lain-lain yang dikaji oleh FHWA sangat
dan rusaknya struktur. luas, karena berkaitan dengan faktor ekonomi
9) Perletakan beton atau perletakan logam sosial dan lainnya. Oleh karena itu peneliti hanya
tipe engsel freyssinet dapat mengakibatkan menggunakan kedua faktor di atas sebagai
terpisahnya beton didalam engsel leher. pengaruh tambahan agar kajian tidak meluas.
Hal ini dapat menjadi suatu indikasi dari Penggunaan aspek pengaruh kecenderungan
perputaran berlebihan, disain awal tidak terjadinya kerusakan pada elemen jembatan dan
baik, atau material yang cacat. tingkat kesulitan pada saat pemeriksaan di
10) Landasan geser sederhana dipergunakan lapangan tersebut dalam penilaian kondisi
pada kebanyakan jembatan-jembatan lama jembatan agar menunjukan tingkat kepentingan
yang akan menjadi sulit bergerak karena setiap elemen jembatan. Hal yang mempengaruhi
usianya, dan jika bahannya terbuat dari kontribusi elemen jembatan terhadap kondisi
timah hitam atau bitumen landasan ini jembatan secara keseluruhan adalah keamanan
mungkin tidak berfungsi sama sekali. struktur, dan kapasitas/ kenyamanan lalu-lintas.
Dalam hal ini kemungkinan terjadinya Uraian pembagian nilai yang diusulkan oleh
retakan atau gompalan pada beton pada peneliti untuk aspek-aspek tersebut adalah sebagai
daerah dudukan dari landasan. berikut :
1. Keamanan Struktur (KS), dibagi 3 bagian:
e. Sandaran dan Perlengkapan a) Kerusakan Struktur Gelagar (K1) – 40%
Hal-hal yang perlu untuk dicek terkait (Nilai Kondisi=2,5). Kerusakan struktur
sandaran dan perlengkapan yaitu: gelagar mengevaluasi apakah kerusakan
1) Kerusakan akibat gaya kejut lalu-lintas. yamg terjadi pada Gelagar termasuk
Sifat dan tingkat dari kerusakan harus ringan, sedang atau berat.
dicatat dan berbagai komponen harus b) Kerusakan Struktur Lantai (K2) – 24%
diperiksa secara teliti untuk tanda-tanda (Nilai Kondisi=1,5). Kerusakan struktur
kerusakan. Gelagar mengevaluasi apakah kerusakan
2) Korosi – sandaran dan pagar pengaman akan yamg terjadi pada Gelagar termasuk
sering menerima semprotan air kotor dari ringan, sedang atau berat.
jalan, sehingga berada dalam lingkungan c) Kerusakan Struktur Diafragma (K3) –
yang sangat korosif. Kondisi dari lapisan 16% (Nilai Kondisi=1). Kerusakan
pelindung harus diperiksa untuk melihat struktur Gelagar mengevaluasi apakah
kemungkinan tanda-tanda kerusakan atau kerusakan yamg terjadi pada Gelagar
korosi. Perhatian khusus hendaklah termasuk ringan, sedang atau berat.
diberikan kepada bagian dasar dari tiang 2. Kenyamanan Lalu-lintas (KL) – 20% ( Nilai
penyangga. kondisi = 1.25 ), Kenyamanan lalu-lintas
3) Kekencangan baut – harus diperiksa dengan mengevaluasi kondisi elemen pelengkap
mempertimbangkan kemungkinan untuk jembatan, approach, dan perkerasan terhadap
memuai. kenyamanan pengguna jembatan.
4) Kualitas las – harus diperiksa untuk
menjamin bahwa sambungan tsb cukup baik Aspek 1 di atas merupakan unsur-unsur
dalam menyalurkan gaya-gaya. penilaian dari aspek struktur jembatan, sedangkan
5) Kondisi tanda-tanda pembatas dan utilitas aspek 2 merupakan unsur penilaian aspek lalu-
harus diperiksa. lintas. Oleh karena itu, prosentase penilaian
struktur dalam prosedur penilaian jembatan yang
Pemberian Nilai Elemen Jembatan dalam Sistem dikembangkan oleh peneliti ini adalah 80 %,
Penilaian sedangkan prosentase penilaian lalu-lintas sebesar
Penilaian jembatan dimulai dari penilaian 20 % keseluruhan adalah (100% ).
elemen-elemen jembatan. Nilai kondisi jembatan
diambil berdasarkan kondisi elemen-elemennya. Rating Kondisi Jembatan dan Deskripsi
Oleh karena itu peneliti mengusulkan agar dalam Kerusakan Jembatan
menilai suatu jembatan dapat merupakan hasil Nilai akhir kondisi jembatan merupakan
perkalian pengaruh kekuatan dengan tingkat penjumlahan dari nilai akhir aspek keamanan dan
kerusakan dan penjumlahan dari pengaruh lalu

79
aspek kenyamanan jembatan. Nilai akhir kondisi gelagar ujung tejadi kerusakan akibat terbakar,
jembatan adalah : jika dibiarkan akan berakibat fatal.
NK = KS + KL a) Kerusakan pada plat lantai – Kerusakan
KS = K1 *K2*K3 yang terjadi pada penopang plat lantai,
Dimana : penopang plat berfungsi sebagai bekisting
NK= Nilai Kondisi pada saat pengecoran plat lantai. Retak yang
KS = Keamanan struktur terjadi keadaan nya kering sehingga
K1 = Kerusakan struktur Gelagar dipradiksi plat lantai cukup aman dan tidak
K2 = Kerusakan struktur Lantai keropos.
K3 = Kerusakan struktur Diaprahma b) Kerusakan pada lapisan permukaan
KL = Kenyamanan lalu lintas terhadap pengguna Perkerasan – Kerusakan yang terjadi
Lapisan permukaan perkerasan
Urutan / tata cara penilaian dilakukan sebagai bergelombang. Kerusakan ini sebenarnya
berikut : bukan kerusakan struktural namun
1) Nilai kondisi pada level 4 (elemen individual) berpengaruh terhadap plat lantai dengan
diambil dari hasil pengamatan secara visual penambahan gaya kejut pada plat lantai dan
dari elemen yang bersangkutan. berpengaruh terhadap kenyamanan lalu
2) Nilai kondisi pada Level 3 (komponen/ lintas.
kumpulan elemen) diambil dari nilai kondisi c) Kerusakan pada expansion joint –
elemen individual (level 4) yang mempunyai Kerusakan yang terjadi yaitu karet penutup
nilai kondisi terendah yang membentuk hilang (rusak).
kumpulan elemen tersebut. d) Kerusakan pada drainase – Lubang drainase
3) Nilai kondisi pada level 2 (komponen utama tersumbat sampah, hal ini mengakibatkan
jembatan) diambil dari nilai kondisi terjadi genangan air hujan pada permukaan
kumpulan elemen (level 3) yang mempunyai dan arus lalu lintas akan terhambat (macet).
nilai kondisi terendah yang membentuk e) Kerusakan pada trotoar – Kerusakan yang
komponen utama jembatan. terjadi yaitu terlepasnya besi siku pada
4) Nilai kondisi pada level 1 (jembatan), untuk trotoar, hal ini mengakibatkan berbahaya
Keamanan Struktur diambil dari perkalian bagi pejalan kaki.
dari nilai kondisi komponen utama jembatan
(gelagar, plat lantai, dan diaprahma) pada 3.1.2 Penilaian Kondisi Jembatan Kiaracondong
(level 2) yang mempunyai nilai kondisi Berdasarkan proses penilaian kondisi Jembatan
terendah yang membentuk jembatan, di Kiaracondong ditemukan beberapa kerusakan
tambah nilai kondisi terendah dari aspek sebagai berikut:
kenyamanan lalu lintas /pengguna. a) Kerusakan pada plat lantai bagian bawah. –
Kerusakan yang terjadi pada penopang plat
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN lantai. Penopang plat berfungsi sebagai
Berikut adalah studi kasus yang dilakukan oleh bekisting pada saat pengecoran plat lantai.
peneliti terhadap Jembatan Cimindi di ruas jalan Retak yang terjadi keadaan nya kering
Bandung-Padalarang dan Jembatan Kiaracondong sehingga dipradiksi plat lantai cukup aman
di ruas jalan Ibrahim Adjie (Kiaracondong) di dan tidak keropos.
Kota Bandung. Studi kasus yang dilakukan b) Kerusakan pada drainase – Lubang drainase
peneliti adalah melakukan penilaian langsung ke tersumbat sampah, hal ini mengakibatkan
lokasi kedua jembatan tersebut. terjadi genangan air hujan pada permukaan
dan arus lalu lintas akan terhambat (macet).
3.1 Penilaian Kondisi Jembatan
3.1.1 Penilaian Jondisi Jembatan Cimindi 3.2 Perbandingan Nilai Kondisi Jembatan
Berdasarkan proses penilaian kondisi Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel III
Jembatan Cimindi ditemukan beberapa kerusakan diketahui bahwa nilai kondisi untuk bangunan
sebagai berikut: atas Jembatan Cimindi yang terendah yang
Kerusakan pada Gelagar Induk – Kerusakan yang dilakukan penilaian oleh peneliti adalah 3,5
terjadi pada gelagar induk yaitu terkelupasnya termasuk kategori kondisi yang membutuhkan
plesteran. Kerusakan ini terjadi akibat 2 hal yaitu pemantauan dengan kriteria sebagai berikut :
(1) akibat proses pelaksanaan (pelaksana kurang ₋ Kestabilan struktur terjamin
teliti dan kurang pengawasan); (2) akibat ulah ₋ Keselamatan, keamanan dan kenyamanan
manusia (jembatan dipakai sebagai tempat lalu lintas terjamin
kegiatan usaha). Hal tersebut menyebabkan ₋ Kekuatan sudah tidak terjamin, mengarah
pada kerusakan yang lebih berat

80
Hasanudin

₋ Dibutuhkan perbaikan dan pemeliharaan penilaian kondisi ini dilakukan terutama bila
rutin ditemukan hal-hal yang mencurigakan.
Sebagai rekomendasi bagi penelitian
TABEL III selanjutnya perlu adanya pengkajian lebih lanjut
PERBANDINGAN NILAI KONDISI TIAP INSPEKTOR mengenai pengaruh lalu lintas disiplin lalu lintas
Inspektor Inspektor Inspektor
I II III dan aktivitas lalu lintas terhadap kondisi
Nama jembatan. Metode penilaian pada penelitian ini
No. (Peneliti) (Terlatih) (Biasa)
Jembatan
Nilai Nilai Nilai dikembangkan hanya berdasarkan kondisi
Kondisi Kondisi Kondisi fisiknya, yaitu melalui pengamatan kerusakan-
1. Jembatan
Cimindi
3,5 4,25 4,25 kerusakan yang terjadi secara visual. metode
2. Jembatan penilaian dapat dikembangkan lebih lanjut yang
4,25 4,75 4,75
Kiaracondong mencakup indikator lainnya, seperti kesatuan
struktur dengan pengujian non destructive test
Untuk nilai kondisi bangunan atas Jembatan (NDT) sosialisasi metode penilaian kondisi
Kiaracondong adalah ≥ 4,25 dari ketiga inspektor, jembatan beton prategang kepada para inspector
sehingga nilai kondisi jembatan tersebut perlu dilakukan agar persepsi terhadap substansi
dikategorikan sangat baik dengan ketentuan dan metode penilaian ini dapat konvergen.
sebagai berikut :
₋ Kestabilan struktur terjamin REFERENSI
₋ Kekuatan masih dalam batas toleransi [1] Nawi, Edward, G. “Beton Prategang: Suatu
₋ Keselamatan, keamanan dan kenyamanan Pendekatan Mendasar” Jilid 1 dan 2, Penerbit
lalu lintas terjamin Erlangga, Jakarta, 2001.
[2] Suradinata, Ermaya. 1996. “Manajemen Sumber
₋ Dibutuhkan pemeliharaan rutin
Daya Manusia”. Bandung: CV Ramadhan. 1996
Penilaian kondisi yang dilakukan oleh 3 [3] Hudson, W. R., Ralph Haas and Waheed Uddin.
orang inspektor dengan latar belakang “Insfrastructure Management (Design,
pemahaman yang berbeda ternyata menghasilkan Construction, Maintenance, Rehabilitation and
penilaian yang juga berbeda. Berdasarkan hasil Renovation)”. Tata McGraw – Hill, Inc. New
penilaian kondisi tersebut dapat disimpulkan York. 1997
sebagai berikut : [4] Grigg, N. “Infrastructure Engineering and
₋ Hasil Penilaian kondisi terdapat perbedaan Management”, John Wiley & Sons.1988
hal ini dikarenakan tingkat pemahaman [5] Bina Marga. ”Bridge Management System”. 1993
[6] Beckmann, P. & Robert B. ”Structural Aspects of
yang berbeda bagi setiap orang.
Building Conservation 2nd Edition. Elsevier Ltd.
₋ Perbedaan tidak terlalu jauh, mengingat 2004
semua inspektor telah memahami pedoman
BMS.
Untuk mengatasi perbedaan pendapat perlu
dilakukan sosialisasi, sehingga didapat
kesepakatan tentang pemahaman tata cara
penilaian kondisi jembatan tersebut. Hasil
penelitian hendaknya dituliskan secara jelas dan
padat.

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui
bahwa kondisi Jembatan Cimindi memiliki rata-
rata nilai kondisi yang lebih rendah dibandingkan
dengan rata-rata nilai kondisi Jembatan
Kiaracondong. Penilaian kondisi antar inspektor
menghasilkan hasil yang beragam dipengaruhi
tingkat pemahaman masing-masing inspektor.
Kekurangan metode BMS Bina Marga 1993
dalam penelitian ini yaitu penilaian kondisi
jembatan dilakukan secara visual saja, mengingat
banyak komponen-komponen dari beton
prategang yang tidak terlihat, sehingga tidak dapat
memprediksi kerusakan-kerusakan yang ada di
bagian dalam, untuk hal tersebut perlu dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut setelah pemeriksaan dan

81

You might also like