Professional Documents
Culture Documents
Makalah
Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tata Kelola dan Etika Bisnis
Dosen Pengampu : Drs. Tarmizi Achmad, MBA., PhD., CPA.,CA., CFE., CFrA., QRMP
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Novi Handayani 12030117420077
Suhita Whini Setyahuni 12030117420059
Mekanisme
Fungsi
Prinsip
Model neraca sederhana perusahaan, digambarkan pada Gambar. 2, merupakan esensi dari
sebuah hubungan. Sisi kiri diagram terdiri dari dasar-dasar tata kelola internal. Manajemen,
bertindak sebagai agen pemegang saham, memutuskan aset mana yang akan diinvestasikan, dan
bagaimana cara membiayai investasi tersebut. Dewan Direksi, di puncak sistem kontrol ditugasi
memberi saran dan memantau manajemen dan memiliki tanggung jawab untuk merekrut,
memecat, dan memberi kompensasi kepada tim manajemen senior (Jensen, 1993). Sisi kanan
diagram memperkenalkan elemen-elemen tata kelola eksternal yang timbul dari kebutuhan
perusahaan untuk meningkatkan modal. Lebih lanjut, ini menyoroti bahwa di perusahaan public,
ada pemisahan antara penyedia modal dan mereka yang mengelola modal. Pemisahan ini
menciptakan permintaan akan struktur tata kelola perusahaan.
H. PRAKTEK TERBAIK
“Praktik terbaik” mengacu pada proses, praktik, dan sistem yang diidentifikasi dalam
organisasi publik dan swasta yang berkinerja terbaik dan secara luas diakui sebagai peningkatan
kinerja dan efisiensi organisasi di bidang-bidang tertentu. Mengidentifikasi dan menerapkan
praktik terbaik dengan sukses dapat mengurangi biaya bisnis dan dapat meningkatkan efisiensi
organisasi.
Tinjauan praktik terbaik atau tinjauan praktik manajemen terbaik dapat diterapkan pada
berbagai proses, seperti penggajian, administrasi perjalanan, pelatihan karyawan, pengadaan,
akuntansi dan penganggaran, transportasi dan distribusi, layanan pemeliharaan dan perbaikan,
dan teknologi informasi (TI).
K. ANALISIS KASUS
Pelanggaran Prinsip-Prinsip OECD
Dalam hal tata kelola perusahaan, terdapat prinsip-prinsip OECD 2004, yang menjadi acuan
masyarakat internasional dalam pengembangan corporate governance. Prinsip-Prinsip OECD
yang dilanggar oleh PT Lapindo Brantas, Inc adalah sebagai berikut:
1. Prinsip IV: Peranan Stakeholder dalam Corporate Governance
Dalam prinsip ini, OECD berfokus pada stakeholder atau pemangku kepentingan
perusahaan (masyarakat, pemerintah, karyawan, investor, kreditur, pemasok, dan lain-
lain). Prinsip ini terdiri atas 6 sub prinsip. PT Lapindo Brantas, Inc melanggar sub prinsip
A dimana perusahaan tidak menghormati peraturan perundang-undangan yang
melindungi para pemangku kepentingan, dimana dalam hal ini melanggar UU No. 32
Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU No. 22
Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi. Selain itu, PT Lapindo Brantas, Inc juga
melanggar Sub prinsip D dimana dalam subprinsip tersebut disebutkan bahwa
stakeholder seharusnya memiliki akses atas informasi yang relevan, cukup, dan dapat
diandalkan secara tepat waktu dan teratur. Namun, PT Lapindo Brantas, Inc tidak
memberikan akses untuk mengetahui informasi yang relevan atas kegiatan operasi
perusahaan yang tidak berjalan sesuai dengan standar operasi pengeboran.
2. Prinsip VI: Tanggung Jawab Dewan Komisaris dan Direksi
Prinsip yang diuraikan menjadi enam subprinsip ini menyatakan bahwa kerangka tata
kelola perusahaan harus memastikan pedoman strategis perusahaan, monitoring yang
efektif terhadap manajemen oleh dewan, serta akuntabilitas dewan terhadap perusahaan
dan pemegang saham.Menurut prinsip ini, tanggung jawab dewan yang utama adalah
memonitor kinerja manajerial dan mencapai tingkat imbal balik yang memadai bagi
pemegang saham. Selain itu, tanggung jawab lain yang tidak kalah penting adalah
memastikan bahwa perusahaan selalu mematuhi ketentuan peraturan yang berlaku.
Dewan juga harus mencegah timbulnya benturan kepentingan dan menyeimbangkan
berbagai kepentingan di perusahaan. Atas dasar tersebut, PT Lapindo Brantas Inc
melakukan pelanggaran pada sub prinsip A dimana dalam sub prinsip ini disebutkan
bahwa anggota dewan harus bertindak berdasarkan informasi yang jelas, dengan itikad
yang baik, berdasarkan due diligence dan kehati-hatian, serta demi kepentingan
perusahaan dan pemegang saham. Berdasarkan subprinsip tersebut direksi PT Lapindo
Brantas tidak bertindak sesuai dengan sub prinsip tersebut, dimana terdapat upaya untuk
melakukan penghematan yang dilihat dari tidak dipasangnya casing, pengeboran yang
vertikal, dan persediaan lumpur yang terbatas. Selain itu, PT Lapindo Brantas melanggar
sub prinsip C dimana dewan direksi tidak menetapkan standar etika yang tinggi dan
memperhatikan kepentingan para pemangku kepentingan dengan mengabaikan sejumlah
peringatan yang diberikan dari PT Medco dan ahli-ahli dalam pengeboran tersebut yang
menemukan lapisan lempung bergerak labil, dan apabila ditembus secara vertikal sudah
diprediksi akan adanya risiko ledakan lumpur panas. Namun, hal ini diabaikan oleh PT
Lapindo Brantas Inc. Selanjutnya, PT Lapindo Brantas, Inc melanggar sub prinsip D
dimana dewan direksi dan komisaris tidak menjalankan fungsi-fungsi utamanya. Fungsi-
Fungsi utama yang dilanggar komisaris adalah kurangnya memonitor penerapan dan
kinerja perusahaan, serta tidak adanya kebijakan mengenai risiko. Selain itu, komisaris
tidak mengawasi kebijakan direksi dalam menjalankan perseroan. Kemudian, dewan
komisaris tidak memonitor dan mengelola potensi benturan kepentingan dari manajemen
dan tidak mengawasi proses keterbukaan dan transparansi.
BAB III
KESIMPULAN