You are on page 1of 16
VOLUME 3 NOMOR 8, JUNI 2012 Soe eensrumrmele pene pre ee ANAUISISINSHITUSTLOKALDAS Fi ™ GITIWUNGRULUIKABUPATEN BOGOR ed RAKERNAS PENGELOLAAN DAS 2012 BEDAHBUKU/BUNGAIRAMPAT DAN BIOGRAEI DrABARRYSANTOSO: DAFTAR ISI Dari Redaksi Halaman 1 Analisis insttusi Lokal DAS Ciliwung Hulu Kabupaten Bogor Halaman 2 RAKERNAS Pengelolaan DAS 2012 Halaman 4 Bedah Buku Bunga Rampai dan Biografi Hay Santoso Halaman 6 Pentingnya Rencana Pengelolaan Hutan dan DAS Berbasis Masyarakat Halaman 8 Studi Gender Dalam Pengelolaan Hutan dan DAS Halaman 10 Aktifitas SCBFWM. Halaman 11 Kabar dari Daerah Halaman 12 Pisah Sambut Staf dan Pejabat diiLingkungan Dit. PEPDAS Halaman 13 VOLUME 3 NOMOR 8, JUNI 2012 Pembace yang Budiman Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Penerbitan Buletin Bina DAS Volume 3 Nomor 8 Tahun 2012 dapat terbit tepat waktu di tengah kepadatan ‘aktifitas sehubungan dengan berahimnya triwulan ke-2 tahun 2012. Pada edisi kali ini, kami hadirkan tulisan dan berita yang berhubungan dengan pengelolaan hutan dan daerah aliran sungai (DAS). Seperti_diketahui bahwa hhutan Indonesia yang luasnya lebih dari 130 Juta Ha tidak hanya penting dalam ‘kala lokal dan nasional, tetapi juga global. Meningkatnya masalah deforestasi ‘dan degradasi hutan di Indonesia berimbas terhadap meluasnya lahan kritis Yyang menuntut penanganan serius. Untuk itu kami memberikan media dalam bentuk buletin bagi semua pihak terkait’ yang ingin menuangkan pemikiran-pemikirannya melalui artikel ataupun opini. Artikel pada edist ini ‘adalah “Analisis nstitusi Lokal DAS Ciliwung Hulu, Kab. Bogor”, berita kegiatan ‘tentang Rakernas DAS yang dilaksanakan oleh Ditien BPDASPS dan Forum DAS Nasional serta bedah buku biografi Dr Harry Santoso menjadi bahan yang patut anda baca. Selain itu, ada beberapa kegiatan-kegiatan yang dirangkum dalam berita singkat bik dalam lingkup Pengelolaan Hutan dan DAS maupun Proyek SCBFWM Akhirnya kami tim redaksi Buletin Bina DAS mengucapkan selamat membaca. ‘Semoga berita dan artikel yang kami sajikan memberi makna bagi pembaca khususnya dalam hal Pengelolaan Hutan dan DAS untuk menujy kesejahteraan bersama. Kritik dan saran dari para pembaca sangat kami erlukan untuk kemajuan Buletin Bina DAS pada edisi selanjutnya. Terima Kasih Untuk memperkaya pengetahuan dan wawesan bersama, Buletin Bina DAS menerima artikel, opini dan berita yang berhubungan dengan Pengelolaan Hutan dan Daerah Aliran Sungai Pengiriman melalui email: buletinbinadas@yahoo.coid Foto Cover: Sub-DAS Tul, Os. Soroyudan, Kec: Leksono, Kab. Wonosobo DAS CILIWUNG HULU KABUPATEN BOGOR DAS Ciliwung seluas 34,700 ha termasuk Kategori DAS nasional yang ‘mencakup dua wilayah provinsi yaity Jawa Barat pada bagian hulu dan OKI Jakarta pada bagian hilimya. Pada bagian hulu yaitu DAS Ciliwung Hulu seluas 14.860 ha dapat disebut sebagai DAS perkotaan yang ditandai dengan kepemilikan_lahan sebagian besar (80%) dikuasal_ oleh masyarakat perkotaan tinggal di luar DAS Giliwung Hulu, dan sisanya 20% dikuasai ‘oleh masyarakat lokal. Kawasan ini juga disebut dengan kawasan Puncak yang telah maju dan berkembang kegiatan wisata baik ‘meliputi wisata alam maupun wisata buatan dengan 12 obyek wisata yang tersebar di kawasan DAS Ciliwung Hulu Kondisi DAS Ciiwung Hulu saat ini memilki kinerja yang buruk ditunjukkan leh hidrologi buruk dengan KRS pada selang 1989-2009 rata-rata 151,64 atau KRS lebih besar dari 100. Kualitas air sungal sudah tercemar berat dan termasuk kelas IV yang, hanya layak untuk pertanian dan perikanan. Kondisi air ini ditunjukkan oleh tingginya kadar BOD mencapai 80,7 mgjliter (2002) dan 13-23 mg/liter (2008) atau lebih besar 12 mg/liter. Erosi mencapai 160,32 ~ 334,00 ton/ha/th, sedimentasi_mencapai 36,96. ton/ha/th (2002). DAS Ciliwung juga telah mengalami banjir di wilayah tengab, hlir maupun hulu serta kekurangan pasokan air bersih pada musim kemarau. Kondisi sosial ekonomi masyarakat petani rata-ata dengan pen- didikan masyarakat sebagian besar 80% tidak tamat SO sampai dengan tamat SUP (2006), dan tingkat pendapatan petani dari budidaya tanaman—pangan Rp. 312.500,foulan atau Rp. 3.750.000,/Th atau lebih kecil dari kebutuhan fisik mini- mum (KFM) sebesar Rp. 480.000,-/bulan atau Rp. 5.760,000,-/Th, Kondisi tersebut dapat terjadi walaupun banyak program pemerintah telah dijalankannamun mengalami kegagalan dalam implemen- tasinya, Program rehabilitasi hutan dan Jahan (RHL) di DAS Ciiwung Hulu kurang berhasil. Kebijakan penataan ruang yang telah dljalankan sejak tahun 1968 tidak mampu mengatasi dinamike masyarakat industri perkotaan dengan tingginya permintaan lahan untuk permukiman, jasa hotel dan jas hiburan lainnya sehingga pelanggaran tata ruang masih banyaknya bangunan tanpa IMB di kawasan lindung maupun Danyaknya bangunan illegal di atas ANALISIS INSTITUSI LOKAL oleh : Joko Suwarno Atos Besekpe OAs tng a Jahan garapan eks-HGU maupun lahan HGU yang diterlantarkan. Kegiatan pem- berdayaan masyarakat yang tidak berha- sil karena program tidak tepat sasaran, terjadinya moral hazard atau adanya ke- ppentingan politk di balik program pem- berdayaan tersebut. Institusi Lokal DAS Ciliwung Hulu Institusi*lokal mengatur perilaku dan pilihan strategi masyarakat lokal DAS Ciliwung Hulu untuk mencapai tujuan bersama. Analisis institusi_lokal dilakukan dengan mendalami interaksi berupa arena aksi lokal yang berlangsung di DAS Ciliwung hulu. Dengan mempelajari arena aksi lokal dapat diperoleh karakteristik masyarakat yang mendasariperilaku masyarakat lokal berperilaku tidak konservatif terhadap alam lingkungannya, aturan_ yang digunakan (rule-in-use), dan _aktor dominan yang menentukan keberhasilan pengelolaan DAS Ciliwung Hulu. Masyarakat petani di DAS Ciliwung Hulu memilki tingkat kesejahteraan yang rendah atau dalam kondisi miskin dengan tingkat pendapatan yang lebih rendah dari kebutuhan fisik minimum (KFM). ‘Masyarakat petani berpendidikan rendah (sebagian besar tidak tamat SD sampai dengan tamat SLTP) dan pendapatan petani rendah ini disebabkan rendahnya ppenguasaan lahan rata-rata 0,28 ha/KK berupa Ishan milik 0,12 ha dan lahan garapan 0,27 ha. Sebagian besar petani di Kecamatan Megamendung — memiliki lahan kurang dari 0,2 ha (Pramono et a., 2010), Kondisi demikian mengakibatkan lahan Pertanian —dieksploitasi_melebihi kapasitasnya —sehingga—lahan cenderung menjadi lahan kritis. tahan —dengan—_kemiringan bergelombang hingga sangat curam yang semula digunakan untuk fungsi lindung dengan tanaman bambu, tanaman multipurpose species (seperti petai, duku, jengkol, dan buah-buahan —lainnya)—-maupun tanaman berkayu telah berubah menjadi tapak rumah maupun lahan budidaya. Hal ini diakibatkan semakin sempitaya lahan datar-landai yang dimiliki untuk aktivitas pertanian. Lahan datarlandai sebagian besar telah berpindah kepemilikan kepada masyarakat Ivar DAS Clliwung Hulu yang mayoritas berasal dari DK Jakarta. lahan datar_ yang telah berpindsh kepemilikannya kepada masyarakat luar ini umumnya telah diubah menjadi bangunan rumah peristiahatan, hotel/mes/wisma dan sebagian besar lainnya diterlantarkan pemiliknya dengan tutupan lahan berupa semak, alang-alang maupun Jahan kosong. Sebagai daerah wisata dan lahen yang subur maka permintaan lahan untuk permukiman peristiahatan dan usaha budidaya pertanian oleh masyarakat perkotaan semakin tinggi. Karena semakin sempitaya lahan yang dikuasai maka masyarakat lokal_menggarap lahan ‘eks-HGU terlantar maupun lahan HGU yang diterlantarkan. JUNI 2012 | BULETIN BINA DAS | 2

You might also like