Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
relatif tinggi dalam kurun waktu yang singkat terutama anak. Diare
penyebab kematian pada bayi post neonatal sebesar 17,4% dan pada balita
Sedangkan KLB kasus diare di Kota Cirebon berjumlah 6.303 kasus, dan
1
Kejadian di atas memberikan pacuan kepada kita sebagai warga
tepatlah yang harus dilakukan karena diare dengan dehidrasi berat dapat
61% pemberian sirup atau pil, 14% diberi obat tradisional, 30% diberi
memberikan oralit atau LGG, air tajin dan air sayur kepada anak yang
asupan air susu ibu (ASI), air tajin, air sop, kuah sayur dan teh manis.
pemberian ASI dan oralit. Dan hasil penelitian Supono (2008) 57,1% obat
pemberian oralit atau air tajin, air sayur, air manis, maupun pemberian
saja tetapi pemberian makanan yang cukup dan pemberian rasa nyaman
6
3
Dari kejadian inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan studi
B. Rumusan Masalah
sirkulasi serta dampaknya yang luas terhadap status gizi anak dan dapat
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Arjawinangun.
Arjawinangun.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
dari tiga kali sehari, dengan atau tanpa darah dan/atau lendir dalam feses.
feses lunak atau cair tiga kali atau lebih dalam satu hari”.
dalam feses sebagai akibat dari perubahan transportasi air dan elektrolit
keadaan pengeluaran tinja dengan konsistensi yang cair atau lunak baik
disertai lendir atau darah dengan frekuensi lebih dari tiga kali sehari.
6
7
terbentang dari mulut atau oris sampai ke anus dalam manusia dibagi
lambung.
Sumber: https://www.saintlukeskc.org
8
a. Mulut
ditutupi kulit dan bagian interna yang dilapisi oleh epitel yang
mulut bagian luar dilapisi oleh selaput lendir (membran mukosa), dan di
dalam mulut terdapat gigi (dentis) merupakan alat bantu yang berfungsi
untuk mengunyah makanan dan berbicara. Terdapat dua bagian gigi, yaitu:
1) Gigi sulung (gigi susu), tumbuh saat usia 6-8 bulan dan akan lengkap pada
usia 2,5 tahun dengan 8 gigi seri (dens insisivus) berguna untuk memotong
makanan, 4 buah gigi taring (dens kaninus) gunanya untuk memotong dan
makanan.
2) Gigi permanen (gigi tetap), tumbuh usia 6-18 tahun dan berjumlah 32
buah. Susunannya sama dengan gigi susu namun ditambah dengan gigi
(Syaifuddin, 2012).
menentukan citra rasa dan menelan serta terdapat beberapa kelenjar ludah
terkecil. Kelenjar ini berfungsi untuk mengeluarkan saliva (air liur) untuk
b. Faring
faring atau tekak yang terletak di belakang hidung, mulut dan laring
c. Esofagus
lambung dan memiliki sfingter atau otot cincin di daerah bawah esofagus
(Kyle & Carman, 2016). Esofagus merupakan tuba otot dengan ukuran 8-
bertambah selama 3 tahun setelah kelahiran, dan saat dewasa organ ini
d. Lambung
(ml), saat usia 2 bulan kapasitasnya bertambah menjadi 200 ml. Lambung
10
lambung (Kyle & Carman, 2016). Lambung terdiri dari tiga bagian yaitu
fundus sebagai batang utama, pilorik yang berada di bagian bawah dan
e. Usus Halus
dan ileum. Organ ini memiliki panjang 300-350 cm saat lahir dan
yaitu empedu untuk memecah lemak dan getah pankreas. Getah pankreas
terdapat tiga enzim yaitu enzim amilase sebagai pengubah zat tepung
gliserin dan asam lemak, serta enzim tripsin yang mencerna protein
(Pearce, 2011).
f. Usus Besar
Usus besar atau kolon dengan panjang 1,5 meter yang berfungsi
sebagai absorpsi air, garam dan glukosa dan pembuangan air besar. Bila
zat makanan sampai sekum semua zat sudah di absorpsi dan tersisa isi
anus, di bagian anus terdapat serabut otot sirkular dan membentuk otot
sfingter interna dan eksterna (Pearce, 2011). Feses atau tinja akan
3. Etiologi
enteritis atau faktor makanan seperti alergi susu atau protein. Faktor obat-
obatan atau juga faktor psikologis yaitu emosi atau adanya stress. Virus
disebutkan oleh Berhman Kliegman dan Arvin, 2000 dikutip dalam Wong,
12
dapat mengubah flora usus yang normal, dan penurunan jumlah bakteri
gangguan penyerapan zat yang disebabkan oleh kelainan pada usus halus
oral melalui makanan atau air yang terkontaminasi atau ditularkan antar
manusia dengan kontak yang erat (misalnya pada tempat penitipan anak).
Kurangnya air bersih, tinggal berdesakan, hygiene yang buruk, kurang gizi
dan sanitasi yang jelek merupakan faktor resiko utama, khususnya untuk
4. Manifestasi Klinis
berair. Pada hari ke-2 demam dan muntah hilang, dan diare berlanjut
13
Gejala klinis pada diare menurut Kowalak & Hughes (2010) adalah
sebagai berikut:
a. Infeksi
Diare yang disebabkan oleh bakteri, virus dan protozoa feses akan
menjadi cair yang terjadi mendadak dengan ditandai gejala nyeri abdomen
b. Intoleransi Laktosa
terbuat dari susu. Biasanya anak mengalami keram dan nyeri abdomen,
c. Obat antibiotik
berdarah dan timbul tanda-tanda syok. Serta timbul gejala lain seperti
karena proses peradangan atau akibat dehidrasi. Mual dan muntah dapat
atas.
14
5. Patofisiologi
defekasi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti adanya air di dalam
kolon, makanan atau zat yang tidak dapat diserap. Paling sering diare akut
vilosa atau melepas toksin (Kyle & Carman, 2016). Mikroorganisme yang
masuk ke dalam saluran cerna ini berkembang dalam usus dam merusak
meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadi diare. Faktor makanan juga
toksin yang masuk saluran cerna tidak dapat diserap dengan baik, sehingga
menimbulkan rasa haus, berat badan menurun, mata cekung, turgor kulit
menurun, lidan dan bibir menjadi kering. Gejala ini muncul akibat deplesi
Tanda awal dehidrasi dapat terjadi pada stadium awal yaitu Na dan
mengakibatkan penarikan air dari dalam sel sel menjadi dehidrasi sehingga
Kehilangan cairan dan elektrolit akibat dehidrasi membuat air tidak dapat
a. Diare osmotik merupakan suatu kondisi adanya substansi yang tidak dapat
diserap seperti gula sintesis, atau peningkatan osmotik di usus halus yang
feses.
motilitas dan sekret (air, eletrolit dan lendir) akan mengakibatkan diare.
serius pada sistem sirkulasi dalam tubuh (Wong, 2009). Dari penjelasan
Tekanan darah menurun Gangguan perfusi jaringan Gangguan perfusi ginjal Resiko Syok Anuria/ Oliguria Gangguan
pola eliminasi
Sumber: Wilkinson, 2016; Kyle & Carman, 2016; Amin, 2015; M ansyoer, 2013; Hidayat, 2012; Kowalak, Welsh & M ayer, 2012; Wong, 2009.
17
18
6. Klasifikasi Diare
diare diantaranya:
2) Mata cekung
2) Mata cekung
atau ringan/sedang.
e. Diare Persisten
f. Disentri
Diare berlangsung 14 hari atau lebih disertai adanya darah dalam feses
atau tinja.
Buku Saku Lintas Diare (2011) mengatakan terdapat beberapa jenis diare,
yaitu:
a. Diare akut yaitu diare yang berlangsung selama kurang dari 14 hari.
b. Diare kronik atau persisten adalah diare yang berlangsung lebih dari 14
hari.
7. Pemeriksaan Diagnostik
laktosa, setelah menelan laktosa, uji ini memeriksa kadar hidrogen dalam
lengkap, kadar elektrolit serum, kreatinin dan ureum dilakukan jika anak
feses untuk menemukan telur cacing dan parasit harus dilakukan bila
kultur bakteri serta virus negatif bila diare berlangsung lebih dari beberapa
feses yang kurang dari 6 dan keberadaan zat pereduksi dapat menunjukkan
laktase.
a) Pemeriksaan feses :
Biasanya pada anak diare jumlah tinja kurang dari 250 miligram (mg).
14-31 mEq/l).
b) Pemeriksaan pH darah
PH dan kadar gula dapat diperiksa dengan kertas lakmus dan tablet clini
c) Pemeriksaan darah
penurunan pada diare akut. Nilai normal hemoglobin adalah 13-16 gram
f) Serum elektrolit
Hiponatremi (natrium dalam darah kurang dari 135 mEq/dL, nilai normal
8. Penatalaksanaan Medis
berikut:
22
Tabel 2.1
Klasifikasi Penatalaksanaan
Diare Dehidrasi Berat Beri cairan untuk diare dengan
dehidrasi berat (rencana terapi C,
di Rumah Sakit).
Diare Dehidrasi Ringan atau Beri cairan dan makanan makanan
Sedang (rencana terapi B)
Setelah rehidrasi, nasehati orang
tua untuk penanganan di rumah
dan kapan segera kembali.
Diare Tanpa Dehidrasi Beri cairan, dan makanan untuk
menangani diare di rumah (terapi
A)
Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2015)
kepada ibu :
a) Berikan ASI lebih lama dan lebih sering pada setiap kali
pemberian.
b) Berikan air tambahan berupa oralit atau air matang pada anak
kunjungan ini.
parah.
23
3) Tunjukan kepada ibu berapa banyak oralit atau cairan yang lain
besar.
Berikan tablet Zinc pada semua anak yang mengalami diare dengan
dosis (1 tablet = 20 mg), umur lebih dari 6 bulan berikan 1 tablet per
Tabel 2.2
gelas.
24
makan.
oralit melalui mulut sementara persiapkan infus. Beri 100 ml/kg cairan
Ringer Laktat (RL) jika tidak tersedia, berikan cairan Natrium Klorida
Tabel 2.3
Pemberian
Pemberian pertama
Umur selanjutnya 70 ml/kg
30 ml/kg selama:
selama:
Bayi (dibawah umur 1 Jam 5 Jam
12 bulan)
Anak (12 bulan 30 Menit 2 1 /2 Jam
sampai 5 tahun)
Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2015)
Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika nadi belum teraba,
beri tetesan lebih cepat. Beri oralit 5 ml/kg/jam segera setelah anak
mau minum. Biasanya sesudah anak 1-2 jam dan beri juga tablet Zinc.
anak masih bisa minum berikan ASI dan larutan oralit sebanyak 20
ml/kg/jam selama 6 jam. Periksa kembali anak setiap 1-2 jam. Jika
anak muntah terus atau perut makin kembung, beri cairan lebih
sebagai berikut:
1) Nilai anak untuk tanda dehidrasi dan beri cairan sesuai rencana
klinis.
terlihat di tinja.
shigella.
media.
3) Pemberian makan
yang sesuai:
(1) Jika anak masih menyusu, beri ASI lebih sering, lebih
c. Disentri
pengobatan antibiotik.
diare akut.
Shigella.
5) Beri tablet zinc sebagaimana pada anak dengan diare cair tanpa
dehidrasi.
disukainya.
anak yang sehat. Anak yang tidak meminum ASI diberikan susu yang
biasa diminum kurang lebih setiap 3 jam. Sedangkan pada anak yang
b. Obat-obatan
lebih kompleks.
a. Pertumbuhan Fisik
kepala saat usia 1 dan 2 tahun sekitar 2,54 cm dan bertambah 1,27 cm per
1) Perkembangan Kognitif
praoperasional, tahap ini terjadi ketika anak berusia antara 2 dan 7 tahun.
Tabel 2.4
Tahap Perkembangan Kognitif
Menurut Pieget Usia 1-3 Tahun
Tahap Aktivitas
Sensorimotor 1. Membedakan diri sendiri dengan
Usia 12-24 bulan objek
2. Menggunakan semua indra untuk
31
mengekslorasi lingkungan
3. Memasukan ke dalam dan ke luar
wadah
4. Meniru tugas-tugas dalam rumah
tangga
5. Mulai berfikir sebelum bertindak
6. Memahami permintaan dan
memahami perintah sedehana
7. Memiliki rasa kepemilikan (punya
saya)
2) Perkembangan Motorik
berikut:
Tabel 2.5
Milestone Perkembangan Motorik Kasar, Motorik Halus,
Berdasarkan Kelompok Umur
3) Perkembangan Personal-sosial
Tabel 2.6
Milestone Perkembangan Personal-sosial
Berdasarkan Kelompok Umur
4) Perkembangan Bahasa
Tabel 2.7
Perkembangan Bahasa Usia Todler (1-3 Tahun)
Usia Bahasa Reseptif Bahasa Ekspresif
12 Bulan 1. Memahami kata- 1. Menggunakan jari
kata umum tangan untuk
2. Mengikuti perintah menunjuk benda
satu langkah yang 2. Meniru atau meng-
disertai isyarat gunakan isyarat
tubuh tubuh seperti me-
lambaikan tangan
untuk mengucapkan
selamat tinggal
34
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas pasien
Terdiri dari nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, umur,
tempat tinggal, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua, dan
penghasilan.
b. Keluhan Utama
Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB < 4 kali dan
cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan atau
sedang), atau BAB > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung <
c. Riwayat Kesehatan
penyakit saat ini (kapan gejala mulai dan bagaimana hal ini berbeda dari
anak. Pola pertumbuhan anak juga sangat penting dalam riwayat kesehatan
atau berakibat berat pada anak-anak dengan campak atau yang baru
melihat tanda atau gejala infeksi lain yang menyebabkan diare seperti
4) Riwayat nutrisi
diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang tidak bersih
c) Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus
2) Tinja makin cair dan/atau disertai lendir atau darah. Warna tinja
sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urin dalam
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
2) Berat Badan
3) Kulit
Periksa turgor kulit dengan mencubit perut dengan kedua ujung jari
4) Kepala
5) Mata
Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi), mulut dan lidah kering
7) Abdomen
dehidrasi berat.
e. Pemeriksaan Diagnostik
2. Diagnosa Keperawatan
yang ringkas, jelas, spesifik dan berpusat pada klien (Rosdahl & Kowalski,
2016: 475).
berlebih melalui feses atau emesis ditandai dengan mukosa bibir dan
makan.
makanan.
42
akibat feses yang bersifat asam ditandai dengan kulit rektum lecet, ruam,
infeksi saluran cerna ditandai dengan anak yang selalu meringis atau
volume cairan ditandai dengan asupan dan haluaran cairan tidak seimbang.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan
43
(1) (2) (3) (4)
2. Kekurangan volume Kekurangan cairan akan 1. Kaji keluhan umum klien 1. Menggalih informasi sebagai
cairan berhubungan teratasi dengan indikator : dan tanda-tanda vital data untuk menentukan
dengan kehilangan 1. Memiliki keseimbangan 2. Kaji intake dan output intervensi keperawatan.
cairan berlebih asupan cairan dan cairan anak dalam 24 jam. 2. Jumlah cairan yang hilang dapat
melalui feses atau haluaran yang seimbang 3. Pantau perdarahan pada menentukan status hidrasi anak
emesis ditandai 2. Menampilkan hidrasi feses dan daerah anus. dan melakukan intervensi
dengan mukosa bibir yang baik 4. Kaji tanda-tanda dehidrasi selanjutnya.
dan turgor kulit yang 3. Tidak mengalami haus meliputi mukosa mulut, 3. Adanya perdarahan dapat
kering. yang tidak normal bibir, berat badan, turgor berisiko terjadinya infeksi.
4. Berat badan stabil kulit, frekuensi nadi, 4. Kulit pucat, turgor kulit yang
5. Memiliki asupan cairan kelopak mata. buruk, penurunan tingkat
oral dan/atau intravena 5. Timbang berat badan anak kesadaran dan membran mukosa
yang adekuat 6. Hitung kebutuhan cairan kering mengidentifikasi
harian anak berdasarkan dehidrasi
berat badan. 5. Berat badan secara langsung
7. Perikan terapi IV atau oral mengukur status hidrasi.
sesuai program. 6. Pergantian cairan yang hilang
untuk mengatasi dehidrasi
7. Anak membutuhkan cairan
intravena jika mengalami
dehidrasi berat.
44
(1) (2) (3) (4)
3. Nyeri akut berhubungan Rasa nyeri berkurang dengan 1. Kaji penyebab nyeri yang 1. Membantu klien dalam
dengan distensi abdo- menunjukkan : dirasakan anak memilih cara yang nyaman
men, peningkatan defe- 1. Tidak merintih dan 2. Kaji nyeri pada anak untuk mengurangi nyeri
kasi ditandai dengan menangis dengan menggunakan 2. Untuk mengidentifikasi
ekspresi wajah yang 2. Mempertahankan selera skala wajah atau skala tingkat nyeri pada anak lebih
merintih dan penurunan makan dengan baik bergambar lainnya. efektif menggunakan skala
napsu makan. 3. Melaporkan pola tidur 3. Lakukan perubahan posisi wajah.
yang baik dan anjurkan orang tua 3. Membantu mengurangi rasa
4. Skala nyeri anak normal untuk masase punggung nyeri anak tanpa beban atau
anak. rasa yang menyakitkan.
4. Anjurkan orang tua untuk 4. Cara distraksi dapat
memberikan metode mengurangi nyeri dan
distraksi dalam mengu- ketegangan yang dirasakan
rangi nyeri seperti anak.
bercerita, mengajaknya
bernyanyi, dan relaksasi
nafas .
4. Ketidakseimbangan Memperlihatkan status nutrisi 1. Kaji status nutrisi pasien 1. Mengkaji berat badan, asupan
nutrisi kurang dari yang dibuktikan dengan dengan menimbang berat dan asupan makanan
kebutuhan tubuh indikator sebagai berikut : badan pasien dan kaji menentukan status nutrisi
berhubungan dengan 1. Menunjukan berat badan asupan nutrisi dalam 24 anak.
kehilangan cairan dalam batas normal jam. 2. Pemberian nutrisi yang sedikit
melalui feses, masukan 2. Melaporkan tingkat 2. Anjurkan keluarga untuk dan sering dapat mengatasi
yang tidak adekuat energi yang adekuat memberikan makanan kekurangan nutrisi.
ditandai dengan 3. Asupan makanan yang dalam porsi sedikit tapi 3. Meningkatkan napsu makan
penurunan berat badan, kuat sering. dapat dilakukan dengan
keletihan dan penurunan 3. Anjurkan anggota kelu- pemberian makanan yang
45
asupan makanan. arga untuk membawa disukai anak.
makanan kesukaan pasien 4. Makanan selingan dilakukan
dari rumah. untuk meningkatkan asupan
4. Ajarkan orang tua dan nutrisi anak
anak pentingnya kudapan 5. Asupan makanan yang sesuai
yang sehat (misal: buah- dengan kebutuhan dapat
buahan, sayuran segar, meningkatkan status nutrisi
telur rebus). pada anak.
5. Kolaborasi dengan ahli
gizi rumah sakit tentang
kebutuhan diet anak.
5. Kerusakan integritas Kerusakan integritas kulit 1. Observasi tanda-tanda 1. Saat anak terkena dehidrasi
kulit berhubungan deng- teratasi dengan tidak adanya kerusakan integritas kulit kulit menjadi kering sehingga
an iritasi lapisan rektum tanda-tanda kerusakan kulit meliputi: kulit yang mudah lecet.
akibat feses yang bersifat seperti : kering, ruam dan lecet, 2. Area kulit yang lecet saat
asam ditandai dengan 1. Mukosa kulit ruam dan warna kemerahan, terkena kotoran dapat berisiko
kulit rektum lecet, ruam, lecet kekeringan yang infeksi.
kering dan kemerahan. 2. Kulit yang kering berlebihan sehari sekali. 3. Popok atau pakaian yang
3. Kemerahan pada area 2. Bersihkan kulit saat basah dapat memberikan
kulit terkena kotoran. kelembaban kulit yang
3. Anjurkan orang tua untuk berlebih.
mengganti popok setiap 4. Krim atau lotion dapat
jam atau basah. memberikan kelembaban
4. Anjurkan orang tua untuk kulit yang kering.
memberikan krim bayi
atau anak.
46
6. Hipertermi berhubungan Hipertermi teratasi dibukti- 1. Ukur tanda-tanda vital 1. Suhu tubuh diatas 37,5°C,
dengan proses inflamasi kan dengan indikator : klien takikardi (>90 x/menit),
mukosa usus yang ditan- 1. Suhu tubuh normal (36,6 – 2. Lakukan dan ajarkan takip-neu (>30 x/menit)
dai dengan peningkatan 37,5°C) keluarga untuk melakukan menan-dakan anak demam
suhu tubuh, takikardi, 2. Tidak ada warna kopres hangat atau hipertermi.
kulit kemerahan. kemerahan pada kulit 3. Lepas pakaian anak yang 2. Kompres hangat dapat
3. Denyut nadi normal (80- berlebih dan gunakan baju mendilatasikan pori-pori kulit
90 x/menit) yang tipis dan meyerap sehingga pengupan udara
4. Frekuensi napas normal keringat. dalam tubuh keluar.
(20-30 x/menit) 4. Anjurkan orang tua untuk 3. Pakaian yang tipis dan
5. Berkeringat saat panas melanjutkan pemberian menyerap keringat
ASI atau anjurkan anak memberikan rasa nyaman
meminum air putih. klien.
4. Pemberian ASI dan air putih
pada anak demam dapat
memberikan hidrasi yang
baik.
7. Gangguan kenyamanan: Gangguan kenyamanan 1. Kaji sumber ketidak- 1. Rasa mual dan muntah dapat
mual dan muntah teratasi dengan menunjukkan nyamanan (misalkan menganggu kenyamanan fisik
berhubungan dengan atau memperlihatkan status demam, mual anak.
infeksi sistem gastroin- kenyamanan atau tingkat muntah). 2. Manajemen nyeri atau
testinal ditandai dengan agitasi yang dibuktikan 2. Anjurkan orang tua untuk meredakan nyeri dapat
anak yang selalu dengan indikator : masase bagian punggung. memberikan kenyamanan
meringis atau menangis, 1. Tidak gelisah 3. Berikan lingkungan yang pasien.
mengalami gangguan 2. Tidak mengalami nyaman, seperti suhu 3. Memberikan lingkungan yang
tidur. gangguan pola tidur ruangan begitu panas atau tentram dan nyaman untuk
3. Emosi stabil dingin, lingkungan yang meningkatkan kenyamanan
4. Tidak menangis tidak begitu ramai. yang optimal.
47
5. Tidak mengalami mual 4. Anjurkan orang tua atau 4. Adanya orang terdekat
dan muntah keluarga untuk mene- memberikan rasa nyaman.
mani anaknya
8. Kecemasan berhubungan Rasa cemas teratasi dengan 1. Kaji respon cemas 1. Mengidentifikasi penyebab
dengan faktor psikologis indikator sebagai berikut : subjektif dan objektif rasa cemas
terhadap status 1. Pasien tenang pasien. 2. Untuk memberikan kenya-
kesehatan dan 2. Tidak gelisah 2. Gunakan pendekatan yang manan dan mencegah
3. Tidak menangis atau tenang dan meyakinkan. kekhawatiran klien.
hospitalisasi cemas 3. Anjurkan orang tua untuk 3. Memberi kehadiran bersama
4. Pasien dapat beristirahat menggendong pasien saat orang terdekat dapat
dengan cukup menangis. memberikan ketenangan.
4. Memberikan mainan yang 4. Untuk mengurangi rasa cemas
disukai anak pasien
9. Risiko syok berhubung- Pasien tidak akan mengalami 1. Pantau kondisi yang dapat 1. Mendeteksi dan menangani
an dengan gangguan syok yang ditunjukkan dengan mengarah ke hipovolemia pasien yang berisiko syok.
sirkulasi darah, : (misalkan diare dan 2. Pemantauan cairan untuk
kekurangan volume 1. Tekanan darah dalam muntah yang lama). mendeteksi kekurangan cairan
cairan ditandai dengan batas normal 2. Observasi intake dan yang berisiko terjadinya syok.
asupan dan haluaran 2. Pengisian ulang kapiler output cairan. 3. Mengumpulkan, dan me-
cairan tidak seimbang. normal 3. Pantau tanda-tanda vital. nganalisis data kardiovas-
3. Saturasi oksigen normal 4. Kolaborasi dengan dokter kuler, pernapasan, dan suhu
4. Asupan dan haluaran untuk memper-siapkan tubuh untuk menentukan dan
cairan seimbang pemberian cairan, mencegah komplikasi.
elektrolit, koloid, atau 4. Mengurangi terjadinya hipo-
darah. volemi atau kekurangan
cairan.
Sumber: Wilkinson (2016)
48
49
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
Desain studi kasus dalam karya tulis ilmiah ini dirancang dan
Subyek pada studi kasus ini adalah individu (anak todler) dengan
masalah diare yang dilakukan perawatan rumah sakit di Ruang Ade Irma
C. Batasan Istilah
Tabel 3.1
Batasan Istilah
No Istilah Definisi
1. Asuhan Serangkaian proses interaksi perawat dengan
Keperawatan klien untuk mencapai tujuan pemenuhan
kebutuhan dan kemandirian klien yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan , intervensi,
implementasi dan evaluasi keperawatan.
2. Anak Todler Anak usia todler merupakan individu yang
berada dalam rentang perubahan perkembangan
pada usia 1 hingga 3 tahun.
3. Diare Diare adalah peningkatan frekuensi defekasi
disertai perubahan konsistensi, warna dan jumlah
feses.
105
51
adalah Ruang Ade Irma Suryani (Ruang Anak) di Rumah Sakit Unit
Waktu yang digunakan dalam studi kasus ini dimulai pada tanggal
dimulai pada tanggal 02 – 07 Juli 2018 dan berakhir dengan sidang atau
(Terlampir)
Studi kasus ini dimulai dengan penyusunan usulan atau proposal studi
data berupa hasil pengukuran, observasi dan wawancara pada kasus yang
1. Wawancara
2010).
2. Observasi
terhadap suatu rangsangan atau gejala nyata pada pasien (Imron & Munif,
2010). Observasi pada studi kasus ini digunakan saat melakukan tindakan
keperawatan seperti pemeriksaan fisik pada pasien dengan cara head to toe
3. Studi Dokumentasi
Cirebon.
5. Keabsahan Data
Data dalam studi kasus ini merupakan data primer dan data
dokumentasi klien yang didapat sesuai dengan fakta yang terjadi pada
53
pasien anak dengan Diare. Informasi diperoleh dari pasien, keluarga pasien
atau orang terdekat pasien, dan perawat. Semua data diperoleh sebagai
bahan untuk studi kasus yang telah disetujui oleh klien dan keluarga
6. Analisis Data
dalam analisis data ini sejak peneliti di lapangan, langkah pertama berupa
pengumpulan data dan memilah data objektif dan subjektif lalu dianalisa
Suryani adalah tempat rawat inap untuk anak dengan usia 30 hari
tidur.
2. Pengkajian
a. Biodata
1) Identitas pasien
e) Agama : Islam
54
55
b) Pendidikan : SLTP
f) Pendidikan : S1
g) Pekerjaan : Guru
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
darah, warna hijau dan berbau khas disertai demam naik turun
ada darah saat BAB dan berbau khas. Sejak tadi pagi pukul
memegangi perutnya.
57
b) Pernah dirawat di RS
sakit.
anak.
d) Tindakan (operasi)
e) Alergi
f) Kecelakaan
kecelakaan.
58
g) Imunisasi
anaknya demam.
Tabel 4.1
Imunisasi Usia 18 Bulan
Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Respon
Hb0 Saat lahir Demam (2 hari)
DPT Usia 2, 3, 4 bulan Demam (2 hari)
BCG Usia 2 bulan Demam (2 hari)
Rotavirus Usia 2, 4 bulan Demam (2 hari)
Campak Belum dilakukan -
a) Prenatal care
b) Antenatal care
c) Postnatal care
Berat badan bayi saat lahir 2300 gram tinggi badan 34 cm.
bayi diberi ASI dan susu formula karena ASI ibu belum
usia 6 bulan.
6) Riwayat Keluarga
Keterangan:
: Perempuan : Meninggal
hepatitis.
7) Riwayat Sosial
a) Yang mengasuh
e) Lingkungan rumah
a. Kebutuhan dasar
Tabel 4.2
Kebutuhan Dasar
No Aktivitas Sebelum sakit Saat sakit
1. Nutrisi
1. Makan
a. Jenis Nasi, tempe, telur, Bubur, seling
bubur. Selingan makanan bolu
makanan biskuit kukus atau telur
atau makanan kue. rebus.
b. Jumlah ½ mangkuk sedang ¼ mangkuk seda-
ng
c. Frekuensi ±3 kali sehari ±3 kali sehari
d. Keluhan Tidak ada Napsu makan
menurun
2. Minuman
a. Jenis Air putih, ASI, teh Air putih, ASI
manis
b. Jumlah ± 60 cc ± 60 cc
c. Frekuensi ± 4 kali per hari ± 6 kali sehari
d. Keluhan Tidak ada Sering merasa
haus
2. Eliminasi
1. BAB/BAK
a. Tempat Pempers Pempers
pembuanga
n
b. Frekuensi 1 kali per hari ±10 kali per hari
(waktu)
c. Warna Feses kuning ke Feses hijau, urin
coklatan, urin bening ke
bening ke kuningan kuningan
d. Konsistensi Lembek Cair
62
1) Kebutuhan cairan
BB : 8 Kg
Rumus :
: 100 x 8 Kg
: 800 ml/hari
Balance Cairan
- Minum 240 ml
Jumlah 740 ml
63
d. Penunjang
sedang
b) Antrain 3 x 80 mg
c) Ranitidin 2 x 8 mg
d) Ondansetron 3 x 0,8 mg
e) Zink 1 x 5 ml
f) L-Bio 2 x ½ sachet
64
a) Laboratorium :
Tabel 4.3
Hasil Laboratorium
Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai normal
20 Mei 2018 Pemeriksaan Feses
1. Makroskopis
- Warna Kuning hijau
- Bau Khas Khas
- Konsistensi Cair Lunak
- Lendir Negatif Negatif
- Darah Negatif Negatif
- Nanah Negatif Negatif
2. Mikroskopis
- Lekosit (+) 1 – 3 /LPB -
- Eritrosit (+) 1 – 3/LPB -
- Amoeba Negatif Negatif
- Bakteri Positif Negatif
19 Mei 2018 Pemeriksaan Darah
Lengkap
- Hemoglobin 9,0 g/dL 10,7-13,1 g/dL
- Lekosit 7,0 103 /uL 6-17103 /uL
- Trombosit 818 103 /uL 229-553103 /uL
- Hematokrit 28,6 % 35-43 %
- Eritrosit 5,74 106 /uL 3,6-5,2 106 /uL
- MCV 49,8 fL 74-102 fL
- MCH 15,7 pg 21-31 pg
- Monosit 13,9 % 1-6 %
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum :
mengantuk.
a) Tinggi Badan : 80 cm
b) Berat badan
65
c) Lingkar Kepala : 46 cm
d) Lingkar Dada : 50 cm
e) Lingkar Perut : 53 cm
f) Lingkar Lengan : 11 cm
g) Tanda Vital :
2) Sistem Pernafasan :
torakal, bentuk dada simetris, tidak terlihat sumbatan atau lendir pada
area hidung, frekuensi napas 25x/menit dan irama teratur, tidak ada
3) Sistem kardiovaskuler :
Bentuk dada simetris antara kiri dan kanan, tidak ada jejas pada bagian
irama teratur. Capillary refill time (CRT) < 2 detik . Akral teraba
4) Sistem Pencernaan :
Mukosa mulut terlihat kering, gigi bersih, bentuk perut simetris antara
kiri dan kanan. Tidak ada distensi abdomen, namun saat diraba teraba
teratur. Tidak ada nyeri tekan pada bagian perut. Napsu makan
5) Sistem Persyarafan :
b) Fungsi kranial
Pasien dapat merasakan bau susu dan minyak telon yang biasa
dipakai
kornea baik.
ibunya
(10)Nervus X (vagus) :
(11)Nervus XI (aksesorius) :
6) Sistem Endokrin :
7) Sistem Genitourinaria :
8) Sistem Muskuloskeletal :
Bentuk tangan dan kaki simetris antara kiri dan kanan. Tidak terlihat
benjolan, terlihat luka infus pada tangan kanan pasien, tidak ada nyeri
Kekuatan otot 5 5
5 5
Warna kulit sawo matang, bersih, terlihat kemerahan pada kulit anus,
pendengaran baik.
Mata terlihat cekung, bentuk mata simetris kanan dan kiri, konjungtiva
tidak anemis. Sklera tidak ikterik. Pasien dapat melihat dengan baik.
Dapat makan dan minum sendiri dengan bantuan, tanpa banyak yang
2) Motorik halus :
atau pulpen.
3) Motorik kasar :
Dapat berdiri sendiri tanpa bantuan, dapat memungut benda yang jatuh
g. Analisa Data
Tabel 4.4
Analisa Data
Masalah
Data Pasien Etiologi
Keperawatan
DS : Makanan dan minuman Diare berhubungan
Ibu pasien mengatakan yang terkontaminasi
anaknya mencret, menu- dengan masuknya
rutnya mencret disebab-
kan karena anaknya Mikroorganisme masuk patogen ke dalam
makan ciki, coklat dan es saluran cerna
susu (jajanan warung). saluran pencernaan.
DO :
1. BAB lebih dari 10 Produksi enterotoksin
kali
2. Konsistensi BAB :
cair, kuning Hiperperistaltik
kehijauan, tidak
berlendir dan
tidak disertai Pengeluaran isi usus
70
darah berlebih
3. Frekuensi nadi
130 x/ menit
4. Mata cekung Diare
5. Kekenyalan kulit
kurang
6. Demam dan
muntah hilang
pada hari ke 2
7. Peristaltik usus 17
x/menit
8. Minum dengan
lahap
9. Hasil laboratorium
: Bakteri : positif
DS : Kerusakan mukosa usus Kekurangan volume
Menurut ibu pasien, An.K cairan berhubungan
minum dengan lahap dan dengan kehilangan
sering merasa haus Gangguan absorpsi cairan melalui feses.
DO : cairan dan elektrolit
1. Mukosa bibir
kering
2. Kekenyalan kulit Peningkatan tekanan
kurang osmotik
3. Mata cekung
Balance cairan
: input – output Hiperperistaltik
: 740 – 858
= - 118 ml
Diare
Kehilangan cairan
Kekurangan volume
cairan
Pengeluaran feses
berlebihan (diare)
Kerusakan integritas
kulit
selalu
memanggil ibu
dan ayahnya Kecemasan
- Mendapat
perawatan rumah
sakit
- Lingkungan baru
(rawat inap)
pencernaan.
melalui feses.
73
kulit tidak kering, mata tidak 6. Hitung kebutuhan cairan harian anak
cekung) berdasarkan berat badan.
3. Tidak mengalami haus yang 7. Berikan terapi IV atau oral sesuai
tidak normal program.
3. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan perawatan selama 1. Kaji penyebab nyeri yang dirasakan
peningkatan defekasi. 3 x 24 jam rasa nyeri berkurang anak
dengan menunjukkan : 2. Kaji nyeri pada anak dengan
1. Tidak merintih dan menangis menggunakan skala wajah atau skala
2. Skala nyeri berkurang menjadi 3 bergambar lainnya.
(nyeri ringan) 3. Lakukan perubahan posisi dan anjurkan
3. Mempertahankan selera makan orang tua untuk masase punggung anak.
dengan baik 4. Anjurkan orang tua untuk memberikan
metode distraksi dalam mengurangi
nyeri seperti bercerita, dan
mengajaknya bernyanyi.
4. Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan perawatan selama 1. Observasi tanda-tanda kerusakan
berhubungan dengan iritasi 3 x 24 jam kerusakan integritas kulit integritas kulit meliputi: kulit yang
lapisan rektum akibat feses yang teratasi dengan tidak adanya tanda- kering, ruam dan lecet, warna
bersifat asam. tanda kerusakan kulit seperti : kemerahan, kekeringan yang berlebihan
1. Mukosa kulit ruam dan lecet sehari sekali.
2. Kulit yang kering 2. Bersihkan kulit saat terkena kotoran.
3. Tidak ada kemerahan pada kulit 3. Anjurkan orang tua untuk mengganti
anus popok setiap jam atau basah.
4. Kekenyalan kulit kembali 4. Berikan lotion pelembab kulit untuk
normal anak di kulit yang kering
74
5. Kecemasan berhubungan dengan Setelah dilakukan perawatan selama 1. Kaji respon cemas subjektif dan
faktor psikologis terhadap status 3 x 24 jam cemas teratasi dengan objektif pasien.
kesehatan dan hospitalisasi indikator sebagai berikut : 2. Gunakan pendekatan yang tenang dan
1. Pasien tenang meyakinkan.
2. Tidak gelisah 3. Berikan lingkungan yang nyaman dan
3. Tidak menangis atau cemas aman seperti memfasilitasi orang tua
4. Pasien dapat beristirahat dengan selama proses perawatan, memberikan
cukup selimut saat tidur.
4. Anjurkan orang tua untuk
menggendong pasien saat menangis.
5. Berikan mainan yang disukai anak
75
5. Implementasi Keperawatan
Tabel 4.6
Implementasi Keperawatan
Diagnosa Waktu Tanda
Tanggal Tindakan Keperawatan
Keperawatan (Jam) tangan
20/06/2018 Diare berhubungan 10.00 WIB 1. T: Mengkaji feses mengenai frekuensi, warna,
dengan masuknya konsistensi feses.
patogen ke dalam R:
saluran pencernaan. - Frekuensi lebih 10x
Fransiska O.
- Warna kuning kehijauan, cair, sedikit ampas, tidak
ada lendir dan darah
10.05 WIB 2. T: Mengkaji tanda-tanda dehidrasi seperti kesadaran,
pernafasan, nadi, turgor kulit, mukosa mulut.
R:
- Kesadaran compos mentis
Fransiska O.
- RR : 25x/menit, Nadi : 130x/menit
- Mukosa bibir kering, kulit kembali lambat (1 detik)
12.00 WIB 3. T: Berkolaborasi pemberian terapi rehidrasi sesuai
program.
R:
- Zink 1 x 5 ml
76
- L-Bio 1 sachet untuk pemakaian (2 x ½ sachet) Fransiska O.
11.00 WIB 4. Memantau nilai laboratorium
R: Bakteri positif
Fransiska O.
20/06/2018 Kekurangan volume 10.10 WIB 1. T: Mengkaji keluhan umum klien dan tanda-tanda vital
cairan berhubungan R: Ibu pasien mengatakan anaknya mencret lebih dari
dengan kehilangan 10 kali, cair, tekanan darah: 100/60 mmHg, Nadi: Fransiska O.
cairan melalui feses. 130x/menit, RR: 25x/menit, Suhu: 37°C
10.25 WIB 2. T: Mengkaji intake dan output cairan anak dalam 24
jam.
R: Balance cairan : Fransiska O.
input – output : 740 – 1000 = - 260 ml
10.15 WIB 3. T: Memantau perdarahan pada feses dan daerah anus.
R: tidak ada perdarahan pada feses dan anus
10.17 WIB 4. T: Mengkaji tanda-tanda dehidrasi Fransiska O.
R: anak gelisah, cengeng, lesu, mukosa bibir kering,
mata cekung, kulit kembali lambat (1 detik), nadi: Fransiska O.
130x/menit
Balance cairan -260.
10.20 WIB 5. T: Menimbang berat badan anak
R: berat badan pasien 8 Kg
12.10 WIB 6. T: Menghitung kebutuhan cairan harian anak Fransiska O.
77
berdasarkan berat badan.
R: BB : 8 Kg
Rumus : 100ml/kg BB Fransiska O.
: 100 x 8kg
: 800 ml/24 jam/hari
12.00 WIB 7. T: Memberikan terapi IV atau oral sesuai program.
R:
- Ranitidin 1 x 8 mg Fransiska O.
- Ondansetron 1 x 0,8 mg
20/06/2018 Nyeri akut 10.00 WIB 1. T: Mengkaji penyebab nyeri yang dirasakan anak
berhubungan dengan R: Nyeri anak dirasakan karena frekuensi BAB yang
peningkatan meningkat, pasien terkadang memegangi perutnya
defekasi. ketika menangis.
Fransiska O.
10.07 WIB 2. T: Mengkaji nyeri pada anak dengan menggunakan
skala wajah atau skala bergambar lainnya.
R: skala nyeri 6 (nyeri sedang) dengan menggunakan
kombinasi skala Wong-Baker dan Numeric Rating
Scale
Fransiska O.
78
10.15 WIB
10.18 WIB
79
10.50 WIB 3. T: Mengajurkan orang tua untuk mengganti popok
setiap jam atau basah.
R: ibu mengganti popok setiap basah dan terasa berat.
11.00 WIB 4. T: Memberikan lotion untuk anak pada kulit yang Fransiska O.
kering
R: kulit anak menjadi lembab
Fransiska O.
20/06/2018 Kecemasan 10.02 WIB 1. T: Mengkaji respon cemas subjektif dan objektif pasien.
berhubungan dengan R: pasien sering menangis, sering memanggil ibu dan
faktor psikologis ayahnya, kontak mata kurang, menarik diri.
Fransiska O.
terhadap status 10.03 WIB 2. T:Menggunakan pendekatan yang tenang dan
kesehatan dan meyakinkan.
hospitalisasi R: pasien menjadi tenang, tidak menangis.
10.04 WIB 3. T: Berikan lingkungan yang nyaman dan aman seperti Fransiska O.
memfasilitasi orang tua selama proses perawatan,
memberikan selimut saat tidur.
Fransiska O.
R: pasien tampak tenang, berhenti menangis.
10.08 WIB 4. T: Anjurkan orang tua untuk menggendong pasien saat
menangis.
R: ibu menggendong pasien saat menangis, pasien Fransiska O.
menjadi tenang.
21/06/2018 Diare berhubungan 14.30 WIB 1. T: Mengkaji feses mengenai frekuensi, warna,
80
dengan masuknya konsistensi feses.
patogen ke dalam R:
saluran pencernaan - Frekuensi lebih 4x
Fransiska O.
- Warna kuning kehijauan, cair, terdapat ampas,
tidak ada lendir dan darah
14.35 WIB 2. T: Mengkaji tanda-tanda dehidrasi seperti kesadaran,
pernafasan, nadi, turgor kulit, mukosa mulut.
R:
- Kesadaran compos mentis
- RR : 23x/menit, Nadi : 110x/menit Fransiska O.
- Mukosa bibir kering
17.00 WIB 3. T: Berkolaborasi pemberian terapi rehidrasi sesuai
program.
R:
- Ringer Laktat 10 tetes per menit (micro)
- Zink 1 x 5 ml Fransiska O.
- L-Bio 1 sachet untuk pemaaian 2 x ½ sachet
4. T: berikan pendidikan kesehatan mengenai diare
seperti tanda gejala diare dan perawatannya.
R : ibu dapat menjelaskan 3 tanda gejala dan perawatan
diare dengan pemberian oralit. Fransiska O.
21/06/2018 Kekurangan volume 14.40 WIB 1. T: Mengkaji keluhan umum klien dan tanda-tanda vital
cairan berhubungan R: Ibu pasien mengatakan anaknya mencret sudah 4
dengan kehilangan kali, cair, tekanan darah: 100/50 mmHg, Nadi: Fransiska O.
81
cairan melalui feses 110x/menit, RR: 23x/menit, Suhu: 36,7°C
15.00 WIB 2. T: Mengkaji intake dan output cairan anak dalam 24
jam.
R: Balance cairan : Fransiska O.
Input
- Cairan infus Ringer Laktat 500 ml
- Minum 300 ml
Jumlah 800 ml
Output (dalam 24 jam)
- IWL : 30 – (usia(tahun))/kg BB
: (30 – 1,5) x 8 = 228 ml
- Urin + feses (pempers)
Pukul 10.00 – 14.00 : 100 ml
Pukul 14.00 – 21.00 : 310 ml
Pukul 21.00 – 10.00 : 330 ml
Jumlah urin : 740 ml
Jumlah output total : 740 + 228 = 868 ml
Balance cairan : input – output
: 800 – 968 = - 168 ml
82
14.50 WIB : 800 – 868 = - 68 ml
4. T: Menimbang berat badan anak
17.00 WIB R: berat badan pasien 8 Kg
Fransiska O.
5. T: Memberikan terapi IV atau oral sesuai program.
R:
- Ranitidin 1 x 8 mg
- Ondansetron 1 x 0,8 mg Fransiska O.
21/06/2018 Nyeri akut 14. 55WIB 1. T: Mengkaji perubahan skala nyeri pada anak dengan
berhubungan dengan menggunakan skala wajah atau skala bergambar
peningkatan lainnya.
Fransiska O.
defekasi. R: skala nyeri 4 (nyeri sedang) dengan menggunakan
kombinasi skala Wong-Baker dan Numeric Rating
Scale
83
R: pasien terlihat tenang dan tidak menangis
21/06/2018 Kerusakan integritas 15.05 WIB 1. T: Mengobservasi integritas kulit meliputi: kulit yang
kulit berhubungan kering, ruam dan lecet, warna kemerahan, kekeringan
dengan iritasi lapisan yang berlebihan sehari sekali.
Fransiska O.
rektum akibat R: mukosa bibir masih kering, tidak ada lecet namun
peningkatan terdapat kemerahan pada daerah anus.
defekasi. 15.10 WIB 2. T: Menganjurkan kembali ibu untuk bersihkan kulit saat
terkena kotoran.
R: ibu mengatakan selalu membersihkan kulit daerah
anus dan alat kelamin anaknya saat mengganti popok. Fransiska O.
84
- Warna kuning, lunak, sedikit ampas, tidak ada
lendir dan darah
08.10WIB 2. T: Mengkaji tanda-tanda dehidrasi seperti kesadaran,
pernafasan, nadi, turgor kulit, mukosa mulut.
R: Fransiska O.
- Kesadaran compos mentis
- RR : 20x/menit, Nadi : 72x/menit
- Mukosa bibir lembab
12.00 WIB 3. T: Berkolaborasi pemberian terapi rehidrasi sesuai
program.
R:
Fransiska O.
- Ringer Laktat 10 tetes per menit (micro)
- Zink 1 x 5 ml
- L-Bio 1 sachet untuk pemaaian 2 x ½ sachet
22/06/2018 Kekurangan volume 08.20WIB 1. T: Menkaji keluhan umum klien dan tanda-tanda vital
cairan berhubungan R: Ibu pasien mengatakan anaknya hanya 1 kali, sudah
dengan kehilangan lunak, tekanan darah: 100/60 mmHg, Nadi: 72x/menit,
Fransiska O.
cairan melalui feses RR: 20x/menit, Suhu: 36°C
08.30WIB 2. T: Mengkaji intake dan output cairan anak dalam 24
jam.
R: Balance cairan :
- Cairan infus Ringer Laktat 300 ml Fransiska O.
- Minum 100 ml
Jumlah 440 ml
85
Output (dalam 24 jam)
- IWL : 30 – (usia/tahun)/kg BB
: (30 – 1,5) x 8 =228 ml
- Urin + feses (pempers)
Pukul 10.00 – 16.00 : 250 ml
Jumlah urin : 250 ml
Jumlah output total : 250 + 228 = 478 ml
Balance cairan : input – output
: 440 – 478 = - 38 ml
08.35WIB 3. T: Menkaji tanda-tanda dehidrasi
R: anak masih sudah tidak gelisah, terkadang menangis,
sedikit lesu, mukosa bibir lembab, cekungan mata
berkurang, nadi: 72x/menit Fransiska O.
Balance cairan : input – output
: 440 – 478 = - 38 ml
06.40 WIB 4. T: Menimbang berat badan anak
R: berat badan pasien 8 Kg
Fransiska O.
12.00 WIB 5. T: Memberikan terapi IV atau oral sesuai program.
R:
- Ranitidin 1 x 8 mg
- Ondansetron 1 x 0,8 mg Fransiska O.
22/06/2018 Nyeri akut 12.10WIB 1. T: Mengkaji perubahan skala nyeri pada anak dengan Fransiska O.
berhubungan dengan menggunakan skala wajah atau skala bergambar
peningkatan lainnya.
86
defekasi. R: skala nyeri 3 (nyeri ringan) anak mulai tenang,
jarang menangis. Penilaian menggunakan kombinasi
skala Wong-Baker dan Numeric Rating Scale
12.15WIB 2. T: menganjurkan kembali orang tua untuk masase
Fransiska O.
punggung anak.
R: pasien terlihat tenang dan tidak menangis
22/06/2018 Kerusakan integritas 08.45 WIB 1. T: Mengobservasi integritas kulit meliputi: kulit yang
kulit berhubungan kering, ruam dan lecet, warna kemerahan, kekeringan
dengan iritasi lapisan yang berlebihan sehari sekali.
rektum akibat R: mukosa bibir lembab, tidak ada lecet namun terdapat
Fransiska O.
peningkatan kemerahan pada daerah anus.
defekasi. 08.50 WIB 2. T: Menganjurkan kembali ibu untuk bersihkan kulit saat
terkena kotoran.
R: ibu mengatakan selalu membersihkan kulit daerah
anus dan alat kelamin anaknya saat mengganti popok.
Fransiska O.
22/06/2018 Kecemasan 08.00 WIB 1. T:Menggunakan pendekatan yang tenang dan Fransiska O.
berhubungan dengan meyakinkan. Dengan cara menyapa dan menanyakan
faktor psikologis kabarnya sambil membawa mainan (gambar hewan)
terhadap status R: pasien terlihat tenang dan mulai tersenyum.
kesehatan dan 08.20 WIB 2. T: Mengkaji rasa cemas pasien Fransiska O.
hospitalisasi R: pasien terlihat tenang, kontak mata terhadapa penulis
baik.
87
6. Evaluasi keperawatan
Tabel 4.7
Evaluasi keperawatan
Tanda
Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi
Tangan
20/06/2018 Diare berhubungan dengan S: ibu pasien mengatakan anaknya masih mencret lebih dari
masuknya patogen ke dalam 3 kali
saluran pencernaan O: frekuensi BAB lebih dari 3 kali, cair, sedikit berlendir,
tidak ada ampas dan darah. Warna kuning kehijauan. Tidak
ada mual dan muntah. Tidak demam, suhu: 37°C. Fransiska O.
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi :
1. Kaji feses mengenai frekuensi, warna, konsistensi feses.
2. Kaji tanda-tanda dehidrasi seperti kesadaran,
pernafasan, nadi, turgor kulit, mukosa mulut.
3. Kolaborasi terapi rehidrasi oral sesuai program.
4. Berikan pendidikan kesehatan mengenai diare seperti
tanda gejala diare dan perawatannya.
20/06/2018 Kekurangan volume cairan S: ibu pasien mengatakan anaknya masih sering ingin
berhubungan dengan minum, masih merasa haus.
kehilangan cairan melalui feses O: mata terlihat cekung, mukosa bibir kering, kulit kembali
lambat (1 detik), terlihat haus. Balance cairan : input –
output = 740 – 1000 = - 260 ml
A: masalah belum teratasi Fransiska O.
88
P: lanjutkan intervensi :
1. Kaji keluhan umum klien dan tanda-tanda vital
2. Kaji intake dan output cairan anak dalam 24 jam.
3. Kaji tanda-tanda dehidrasi
4. Timbang berat badan anak
5. Berikan terapi IV atau oral sesuai program.
20/06/2018 Nyeri akut berhubungan S: ibu pasien mengatakan anaknya masih sering menangis,
dengan peningkatan defekasi. rewel dan kadang memegangi perutnya.
O: anak sering meringis, skala nyeri 6 (nyeri sedang).
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi Fransiska O.
1. Kaji nyeri pada anak dengan menggunakan skala wajah
atau skala bergambar lainnya.
2. Lakukan perubahan posisi dan anjurkan orang tua untuk
masase punggung anak.
20/06/2018 Kerusakan integritas kulit S: ibu pasien mengatakan terdapat kemerahan di bagian
berhubungan dengan iritasi lapisan kulit anus pasien.
lapisan rektum akibat O: warna kulit anus kemerahan, terjadi peningkatan defekasi
peningkatan defekasi. lebih dari 10 kali
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi Fransiska O.
1. Observasi tanda-tanda kerusakan integritas kulit
meliputi: kulit yang kering, ruam dan lecet, warna
kemerahan, kekeringan yang berlebihan sehari sekali.
89
2. Anjurkan orang tua untuk mengganti popok setiap jam
atau basah.
20/06/2018 Kecemasan berhubungan S: ibu pasien mengatakan anaknya masih sering rewel dan
dengan faktor psikologis menangis
terhadap status kesehatan dan O: pasien tidak tenang, mudah marah dan menangis. Selalu
hospitalisasi ingin dekat dengan orangtuanya terutama ibu.
A: masalah belum teratasi Fransiska O.
P: lanjutkan intervensi
1. Kaji respon cemas subjektif dan objektif pasien.
2. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
3. Anjurkan orang tua untuk menggendong pasien saat
menangis.
4. Beri mainan yang disukai anak
21/06/2018 Diare berhubungan dengan S: ibu mengatakan anaknya BAB 4x, berwarna kuning,
masuknya patogen ke dalam terdapat ampas, tidak ada darah maupun lendir.
saluran pencernaan O: frekuensi BAB 4x, berwarna kuning, terdapat ampas,
tidak ada darah maupun lendir. Mata sedikit cekung, anak
sedikit rewel. Ibu dapat menjelaskan 3 tanda gejala diare dan
perawatan dirumah. Fransiska O.
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Kaji feses mengenai frekuensi, warna, konsistensi feses.
2. Kaji tanda-tanda dehidrasi seperti kesadaran,
pernafasan, nadi, turgor kulit, mukosa mulut.
90
3. Kolaborasi terapi rehidrasi oral sesuai program.
21/06/2018 Kekurangan volume cairan S: menurut ibu pasien anaknya masih sering ingin minum
berhubungan dengan O: mata cekung berkurang, mukosa bibir kering, Balance
kehilangan cairan melalui feses cairan : input – output
: 800 – 968 = - 168 ml
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi Fransiska O.
1. Kaji keluhan umum klien dan tanda-tanda vital
2. Kaji intake dan output cairan anak dalam 24 jam.
3. Kaji tanda-tanda dehidrasi
4. Timbang berat badan anak
Berikan terapi IV atau oral sesuai program.
21/06/2018 Nyeri akut berhubungan S: ibu pasien mengatakan anaknya masih sering manangis
dengan peningkatan defekasi. O: anak terlihat rewel, terkadang menangis, terkadang suka
tidak menghiraukan perawat.
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
1. Kaji nyeri pada anak dengan menggunakan skala Fransiska O.
wajah atau skala bergambar lainnya.
2. Lakukan perubahan posisi dan anjurkan orang tua
untuk masase punggung anak.
21/06/2018 Kerusakan integritas kulit S: -
berhubungan dengan iritasi O: kemerahan di bagian anus berkurang, tidak ada lecet
lapisan rektum akibat maupun perdarahan.
peningkatan defekasi. A: masalah teratasi sebagian
91
P: lanjutkan intervensi
1. Observasi tanda-tanda kerusakan integritas kulit
meliputi: kulit yang kering, ruam dan lecet, warna
kemerahan, keke-ringan yang berlebihan sehari sekali.
2. Anjurkan orang tua untuk mengganti popok setiap jam Fransiska O.
atau basah.
21/06/2018 Kecemasan berhubungan S: menurut ibu pasien anaknya masih sering menangis
dengan faktor psikologis O: pasien masih rewel, kontak mata kurang
terhadap status kesehatan dan A: masalah belum teratasi
hospitalisasi P: lanjutkan intervensi
1. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan. Fransiska O.
2. Anjurkan orang tua untuk menggendong pasien saat
menangis.
22/06/2018 Diare berhubungan dengan S: ibu pasien mengatakan anaknya BAB 1x saja
masuknya patogen ke dalam O: frekuensi BAB 1x, berwarna kuning, lunak dan
saluran pencernaan berampas, tidak ada lendir maupun darah.
A: masalah teratasi
Fransiska O.
P: intervensi dihentikan
22/06/2018 Kekurangan volume cairan S: menurut orang tua pasien anaknya tidak merasa haus
berhubungan dengan terus-menerus
kehilangan cairan melalui feses O: mata cekung berkurang, mukosa bibir lembab, Balance
cairan : input – output
: 440 – 478 = - 38 ml
A: masalah teratasi sebagian Fransiska O.
92
P: intervensi dihentikan (pasien pulang)
22/06/2018 Nyeri akut berhubungan S: ibu pasien mengatakan anaknya tidak rewel, jarang
dengan peningkatan defekasi. menangis
O: pasien terlihat tenang, mulai diam tidak sering menangis,
terkadang tersenyum, skala nyeri 3 dari 0-10 (nyeri ringan)
A: masalah teratasi
Fransiska O.
P:intervensi dihentikan
22/06/2018 Kerusakan integritas kulit S: -
berhubungan dengan iritasi O: kemerahan di daerah lapisan anus hilang
lapisan rektum akibat A: masalah teratasi
peningkatan defekasi. P: intervensi dihentikan
Fransiska O.
93
94
B. Pembahasan
1. Pengantar BAB
a. Pengkajian
fisik dan anamnesa yang didapat dari orang tua pasien dan perawat yang
10.00 WIB dengan data yang didapat yaitu ibu pasien mengatakan
ampas, tidak ada lendir dan darah serta bau feses khas. Terlihat lesu,
fisik mata pasien cekung, terdapat kemerahan pada anus, kulit kembali
yang cair, dengan darah dan/atau tanpa lendir dengan frekuensi lebih dari
tidak ditemukan lendir dan darah dalam feses. Sedangkan Zein, Sagala dan
menginflamasi mukosa usus. Untuk feses yang tidak disertai darah dan
kurang dari 14 hari. Pasien mengalami diare selama 3 hari, dari lamanya
9,0 g/dL, Lekosit 7,0 103 /uL normal, Trombosit 818 103 /uL tinggi,
cair, bau feses khas dan bakteri positif. Hal ini menunjukan bahwa diare
pada pasien ini disebabkan oleh bakteri yang masuk pada saluran cerna.
minuman yang tidak bersih. Menurut Alboneh (2012) yang dikutip dalam
Pudjiadi (2000) bahwa pada usia todler merupakan konsumen aktif yang
biasa terpapar dari makanan diluar rumah. Pada usia tersebut anak sering
Dari hasil tersebut sesuai dengan konsep teori. Menurut Kyle dan
tanda gejala yang terjadi pada anak penderita diare yang disebabkan oleh
bakteri, virus dan protozoa akan timbul nyeri abdomen serta keram,
demam, mual, muntah,. Tanda dan gejala tersebut dijumpai pada An.K.
defekasi yang cair. Dari hasil pengkajian balance cairan An.K mengalami
kekurangan cairan, cairan yang masuk dari cairan infus, serta minuman
sebesar 740 ml dan haluaran cairan pasien dari IWL, urine dan feses
pasien sebesar 1000 ml. Dari intake dan output cairan pasien didapat
dari berat badan. Menurut Ikatan Dokter Indonesia (2009), anak dengan
b. Diagnosa keperawatan
pernyataan yang ringkas, jelas, spesifik dan berpusat pada klien (Rosdahl
pengkajian yaitu :
97
pencernaan.
melalui feses.
Menurut Wilkinson (2016) masalah yang muncul pada anak dengan diare
adalah:
defekasi.
dikarenakan tidak ada penurunan berat badan saat sakit, anak masih bisa
dimotivasi untuk makan dan minum susu. Menurut Mursilah (2010) pada
pasien diare dengan keadaan gizi yang baik, tubuh mempunyai cukup
hipertermi tidak muncul karena saat pengkajian suhu tubuh pasien normal
tidak mengalami mual dan muntah. Resiko syok tidak muncul karena saat
tekanan darah.
c. Perencanaan keperawatan
sebagai berikut:
pencernaan.
seperti kaji feses mengenai frekuensi, warna, konsistensi feses dan kaji
melalui feses.
mandiri seperti kaji keluhan umum klien dan tanda-tanda vital, kaji
100
intake dan output cairan anak dalam 24 jam. Pantau perdarahan pada
feses dan daerah anus. Kaji tanda-tanda dehidrasi, timbang berat badan
penyebab nyeri yang dirasakan anak, kaji nyeri pada anak dengan
perubahan posisi dan anjurkan orang tua untuk masase punggung anak.
sehari sekali. Bersihkan kulit saat terkena kotoran, anjurkan orang tua
untuk mengganti popok setiap jam atau basah dan berikan lotion untuk
d. Implementasi keperawatan
selama 3 hari terhitung dari tanggal 20-22 Mei 2018. Tindakan dilakukan
saja seperti pemberian oralit dan zink. Namun pada pasien ini dilakukan
dengan usia toddler ini sukar untuk diberi rehidrasi secara oral, untuk
parenteral.
tindakan sesuai dengan jadwal shift yang telah ditentukan dari institusi
pendidikan yaitu pagi, siang dan pagi. Pada pelaksanaan tindakan pagi,
siang dan pagi penulis melakukan operan tindakan pasien kelolaan pada
teman dinas pagi, siang dan malam serta melihat catatan timbang terima
tindakan keperawatan.
103
e. Evaluasi keperawatan
utama diare teratasi pada tanggal 22 Mei 2018 dengan frekuensi BAB 1
kali, konsistensi lunak, berampas tidak ada lendir dan darah. Nyeri teratasi
pada tanggal 22 Mei 2018 dengan skala nyeri yang ditentukan pada tujuan
intervensi yaitu skala 3 dari (0-10), nyeri ringan kombinasi skala Wong-
Baker dan Numeric Rating Scale. Kerusakan integritas kulit teratasi pada
tanggal 22 Mei 2018, kemerahan pada lapisan kulit anus hilang, frekuensi
BAB normal yaitu 1x. Kecemasan teratasi pada tanggal 22 Mei 2018,
pasien tidak takut lagi dengan penulis dengan menunjukan tidak menangis
pulang.
104
3. Keterbatasan Penelitian
dapat lebih dini menangani pasien diare khusunya pada anak dan dapat
diare masih menjadi penyakit yang memiliki angka tertinggi pada penyakit
akurat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
yang terkontaminasi, pola hidup yang tidak sehat dan melalui lingkungan
kotor.
proses keperawatan.
lebih dari 10 kali, warna kuning kehijauan, sedikit ampas, tidak ada lendir
dan darah. Terlihat lesu, gelisah, mudah menangis, pasien sering haus,
yang ditemukan pada pasien, kamampuan, situasi dan keadaan pasien serta
105
106
hal.
B. Saran
1. Keluarga
sudah mengetahui tanda dan gejala awal terjadinya diare, dan dengan
mencegah terjadinya diare pola asuh yang baik dan bersih juga
107
2. Pasien
3. Tenaga kesehatan
4. Keperawatan
yang ada.
Alboneh, F.A., (2013). Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Diare Pada Balita
Usia 2-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Karanganyar
Kabupaten Karanganyar.
Amin, ZK. (2015). Countinuing Medical Education. Tatalaksana Diare Akut. 42.
505
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat. (2016). Provinsi Jawa Barat
Dalam Angka: Jawa Barat Province in Figures 2016. Diambil pada tanggal 28
Februari 2018 dari www. pusdalisbang.jabarprov.go.id/
Dwiriyanti, D.N., Savira, M., & Suyanto. (2015). Gambar pengetahuan ibu
terhadap diare akut balita di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau dan
Puskesmas rawat inap Pekanbaru. Jom FK. 2. 1-7
Febriani, Y.J., (2016). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Diare Tergadap
Perilaku Ibu Dalam Pencegahan Diare Pada Balita Di Puskesmas Gamping 1
Sleman Yogyakarta.
Haryanti, Titik., & Sunardi. (2010). Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian
Diare pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Polokarto Kabupaten
Sukoharjo. 19. 40
Hidayat, A.A.A. (2012). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. (edisi kedua).
Jakarta: Salemba Medika.
Hospital Care for Children. (2016). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di
Rumah Sakit. Diambil pada tanggal 1 Mei 2018 dari http://www.ichrc.org
Immi, Aliyah. (2014). Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Diare. Diambil
pada tanggal 3 Mei 2018 dari https://nursealiyahimmi33.wordpress.com
Kyle, Terri., & Carman, Susan. (2015). Essentials Of Pediatric Nursing. (Devi
Yulianti, penerjemah), USA: Lippincott Williams & Wilkins.
Kyle, Terri., & Carman, Susan. (2016). Essentials Of Pediatric Nursing. (Dwi
Widiarti & Wuri Praptiani, penerjemah), USA: Lippincott Williams &
Wilkins.
Luke’s, Saint. (2015). Anatomy of the Pediatric Digestive System. Diambil pada
tanggal 1 Mei 2018 dari https://www.saintlukeskc.org
Pearce, E.C. (2011). Anatomy and Physiology for Nurses. (Sri Yuliani Handoyo,
penerjemah). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Rosdahl, C.B., & Kowalski, M.T. (2017). Textbook of Basic Nursing. USA:
Lippincott Williams & Wilkins.
Supono, J. (2008). Faktor prediksi kesehatan ibu tentang diare pada balita. Jurnal
kesehatan masyarakat nasional. 2. 4-181
Soetjiningsih & Ranuh, Gde. (2016). Tumbuh Kembang Anak. (edisi kedua).
Jakarta: EGC.
Tikada, Dwiana. (2014) Dehidrasi. Diambil pada tanggal 3 Mei 2018 dari
http://dwianatikada. blogspot.co.id
Widagdo. (2012). Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak dengan Demam.
Jakarta: CV Sagung Seto.
Wilkinson, J.M. (2014). Pearson Nursing Dignosis Handbook. ( Esty
Wahyuningsih, penerjemah), Pearson Education.
Wong, D.L. (2009). Wong’s Essentials of Pediatric Nursing. (Andry Haryono,
Sari Kurnianingsih & Setiawan, penerjemah). Mosby, Inc. Jakarta: EGC