You are on page 1of 6

PERSILANGAN DIHIBRID

Oleh :
Nama : Fiqita Mayliani
NIM : B1A017119
Rombongan : VI
Kelompok :E
Asisten : Nurul Amalia Rizaldi

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2018
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel 1.1 Hasil Perhitungan Chi-square pada Dihibrid (X2)
Fenotipe Observed (O) Expected (E) d2 = (O-E)2 d2 / E
Tipe liar 3 9/16 x 6 = 3,375 0,14 0,04
Tipe taxy 2 3/16 x 6 = 1,125 0,76 0,68
Tipe ebony 1 3/16 x 6 = 1,125 0,02 0,17
Tipe taxy- - 1/16 x 6 = 0,375 0,14 0,37
ebony
Jumlah 6 6 1,06 1,26

Perhitungan Chi-square
Derajat Bebas (DB) = kelas fenotip – 1
=4–1=3
Tingkat kesalahan : 5% = 0,05, maka :
X2 tabel = 7,81
X2 hitung = 1,26
X2 tabel > X2 hitung
Kesimpulan : Persilangan dihibrid dapat diterima.
B. Pembahasan

Persilangan dihibrid adalah persilangan dengan dua sifat beda. Hal ini
berlaku hukum Mendel II (hukum pemilihan bebas), yang menyebutkan bahwa
segregasi gen pada suatu lokus tidak bergantung kepada segregasi gen pada
lokus yang lain sehingga gen-gen akan bertemu dengan bebas pada gamet-gamet
yang terbentuk. Contohnya individu dihibrid dengan genotipe AaBb dapat
membentuk gamet AB, Ab, aB, dan ab dengan peluang sama besar. Generasi F1
hasil persilangan dihibrid berupa individu-individu yang fenotipenya sama,
tetapi pada generasi F2 akan terlihat adanya nisbah fenotipe 9: 3: 3: 1.
Penyimpangan atau modifikasi nisbah fenotipe pada persilangan dihibrid
diantaranya adalah epistasis dan interaksi gen. Epistasis merupakan peristiwa
penutupan ekspresi gen non alelik. Epistasis terbagi menjadi 6, yaitu epistasis
dominan, epistasis resesif, epistasis dominan ganda, epistasis resesif ganda,
epistasis dominan resesif, dan epistasis gen duplikat dengan efek kumulatif.
Epistasis dominan merupakan peristiwa epistasis yang terjadi jika suatu gen
dominan menutupi ekspresi gen lain yang bukan alelnya. Epistasis dominan
memiliki nisbah fenotipe 12: 3: 1. Contohnya terdapat pada buah Cucurbita
peppo (Waluh besar). Epistasis resesif yaitu gen resesif yang menutupi ekspresi
gen lain yang bukan alelnya. Epistasis resesif memiliki nisbah fenotipe 9: 3: 4.
Contohnya adalah warna rambut mencit, anjing labrador, dan lain sebagainya.
Epistasis dominan ganda adalah epistasis yang terjadi apabila gen dominan dari
pasangan gen satu saling menutupi (epistasis) terhadap pasangan gen dua yang
bukan alelnya, sementara gen dominan dari pasangan gen dua juga epistasis
terhadap pasangan gen satu. Epistasis dominan ganda memiliki nisbah fenotipe
15: 1. Contohnya yaitu bentuk buah Capsela sp. Epistasis resesif ganda memiliki
nisbah fenotipe 9: 7. Contohnya terdapat pada pewarisan kandungan HCN pada
tumbuhan. Epistasis dominan resesif memiliki nisbah fenotipe 13: 3. Contohnya
terdapat pada warna bulu ayam ras (ayam negeri). Epistasis gen duplikat
memiliki nisbah fenotipe 9: 6: 1. Contohnya terdapat pada buah Cucurbita
peppo (Waluh besar). Interaksi gen merupakan interaksi antar gen-gen non alelik
dalam memunculkan suatu fenotipe. Contohnya adalah bentuk jengger ayam.
Interaksi gen memiliki nisbah fenotipe yang sama dengan hukum Mendel yaitu
9: 3: 3: 1, namun tiap kelompok genotipe memunculkan sifat yang beda.
Misalnya pada jengger ayam, R_P_ mengekspresikan karakter Walnut, R_pp
mengekspresikan karakter Rose, rrP_ mengekspresikan karakter Peanut, dan
rrpp mengekspresikan karakter Single.
Lalat digunakan sebagai organisme percobaan genetika termasuk
percobaan persilangan dihibrid ini karena lalat memiliki sifat-sifat yang
menguntungkan diantaranya adalah mudah diperoleh, mudah dipelihara, mudah
diamati, dapat berkembangbiak dengan cepat, serta menghasilkan keturunan
dalam jumlah besar pada setiap masa reproduksi. Persilangan dihibrid ini
menggunakan lalat tipe ebony dan taxy. Lalat ebony merupakan salah satu lalat
tipe mutan yang memiliki karakteristik tubuhnya hitam, mengalami mutasi pada
kromosom nomor 3, dan jarak lokus sebesar 70,7 cM. Lalat tipe taxy merupakan
lalat mutan yang memiliki ciri sayapnya selalu terbentang, mengalami mutasi
pada kromosom nomor 3, dan memiliki jarak lokus 91,0 cM. Alasan
digunakannya lalat tipe ebony dan lalat tipe taxy dalam percobaan persilangan
dihibrid ini karena kedua lalat masing-masing menunjukkan lebih dari satu
karakteristik yang berbeda, sehingga cocok disilangkan.
P eeTT >< EEtt
tipe ebony tipe taxy
G eT Et
F1 EeTt
EeTt >< EeTt
G ET, Et, eT, et
F2
ET Et eT et
ET EETT EETt EeTT EeTt
Et EETt EEtt EeTt Eett
eT EeTT EeTt eeTT eeTt
et EeTt Eett eeTt eett

Diagram persilangan di atas merupakan contoh persilangan dihibrid antara lalat


tipe ebony dan tipe taxy. Berdasarkan persilangan tersebut dihasilkan nisbah
fenotipe 9: 3: 3: 1 dengan perbandingan lalat tipe liar yaitu 9, lalat tipe ebony 3,
lalat tipe taxy 3, dan lalat tipe taxy-ebony yaitu 1.
Uji chi-square digunakan untuk mengetahui besarnya penyimpangan
nisbah mendelian. Hal ini dikarenakan adanya nisbah fenotipe dihibrid 9: 3: 3: 1
sebenarnya hanya merupakan nisbah teoritis yang tidak selalu terpenuhi pada
hasil persilangan sesungguhnya yang terjadi di alam. Di alam banyak faktor-
faktor kebetulan yang dapat menyebabkan adanya penyimpangan atau
ketidaktepatan pada nisbah hasil persilangan. Berdasarkan hasil persilangan
dihibrid yang dilakukan pada saat praktikum, diperoleh generasi F2 yaitu 3 lalat
tipe liar, 2 lalat tipe taxy, dan 1 lalat tipe ebony. Setelah dilakukannya
perhitungan chi-square diperoleh hasil bahwa X2 tabel > X2 hitung, maka dapat
disimpulkan bahwa hasil persilangan dihibrid yang dilakukan dapat diterima.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan persilangan
dihibrid, diantaranya yaitu dari faktor internal meliputi lalat betina yang akan
disilangkan tidak virgin sehingga keturunana yang diharapkan tidak muncul
karena sudah dibuahi oleh lalat jantan lain. Ada juga kemungkinan dari faktor
eksternal diantaranya yaitu suhu lingkungan, ketersediaan media makanan,
tingkat kepadatan botol pemeliharaan, dan intensitas cahaya. Lalat
membutuhkan suhu optimal dalam siklus hidupnya yaitu suhu sekitar 25-28°C.
Viabilitas dari telur-telur lalat dipengaruhi oleh jenis dan jumlah makanan yang
dimakan oleh larva betina. Kondisi botol medium terlalu padat akan
menyebabkan menurunnya produksi telur lalat dan meningkatnya jumlah
kematian pada individu dewasa. Lalat lebih menyukai cahaya remang-remang
dan akan mengalami pertumbuhan yang lambat selama berada di tempat yang
gelap (Shorrocks, 1972).
DAFTAR PUSTAKA

Shorrocks, B., 1972. Drosophila. London : Ginn & company Limited.

You might also like