You are on page 1of 14

TKS 6112

Keandalan Stru tur

PERATURAN
(Regulation)*

* Wuryanti, W. Penilaian Keandalan Struktur Bangunan Gedung Eksisting : Peraturan dan


Implementasinya. Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTeks 7), 24 – 26 Oktber 2006,
Surakarta.

Pendahuluan
 Pemeriksaan keandalan struktur bangunan gedung eksisting dapat
ditempuh melalui dua tahap, yaitu pemeriksaan awal melalui
pemeriksaan visual dan pemeriksaan detil melalui serangkaian pengujian
sebelum disimpulkan dalam penilaian keandalan.
 Sampai pada tahap pengujian telah tersedia beberapa standar dan
manual yang dapat digunakan sebagai acuan, tetapi sampai saat kini
belum ada acuan standar atau pedoman teknis untuk pemeriksaan dan
penilaian keandalan struktur.
 Kekosongan peraturan ini selalu disikapi dengan penilaian deskriptif
berdasarkan kebiasaan penyelenggaraan kegiatan pemeriksaan,
konsekuensinya terjadi penilaian deskriptif tanpa referensi kuantitatif
yang terukur dengan jelas dan akan menyulitkan pengambil keputusan
dalam mempertanggungjawabkan hasil pemeriksaan bangunan.

1
Pendahuluan (lanjutan)

 Kebutuhan pemeriksaan keandalan bangunan semakin meningkat,


tidak hanya diperlukan untuk bangunan pasca bencana atau mengalami
deteriorisasi tetapi pada bangunan gedung yang “sehat”.
 Dari rekaman data pemeriksaan gedung eksisting Puslitbang
Permukiman, Kemen. PU yang dikoordinasi oleh Bidang Standard dan
Diseminasi sejak tahun 2008 sampai 2012 telah ditangani sebanyak 45
kasus (Wuryanti, 2012).
 Jumlah permohonan pemeriksaan bangunan gedung terus meningkat,
seiiring dengan terbitnya ketentuan untuk melakukan sertifikasi laik
fungsi bangunan gedung secara periodik.
 Dalam studi ini disampaikan berbagai hal terkait dengan acuan standar
yang digunakan dalam proses penilaian keandalan dan praktik
pemeriksaan bangunan gedung, khususnya yang dilakukan oleh
Puslitbang Permukiman dibatasi pada gedung struktur beton bertulang.

Metodologi
Metodologi yang digunakan adalah metoda kualitatif melalui dua tahap :
1. Tahap pertama adalah mengumpulkan data pemeriksaan bangunan
gedung. Sumber dokumen digali dari kegiatan advis teknis yang
tersedia pada Puslitbang Permukiman. Kompilasi data sekunder ini
bertujuan untuk memahami metoda dan prosedur yang digunakan
dalam praktik.
2. Tahap kedua adalah mengkompilasi acuan standar atau pedoman yang
digunakan pada setiap proses pemeriksaan. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui tolok ukur yang digunakan Tim Pemeriksa di dalam
menentukan tingkat keandalan.

2
Pemeriksaan Keandalan

 ISO 2394 (1998), keandalan (reliability) adalah kemampuan struktur


atau elemen struktur dalam memenuhi persyaratan khusus dalam
memikul beban kerja yang direncanakan sesuai dengan kondisi yang
ditentukan dalam kurun waktu tertentu.
 Untuk melakukan penilaian keandalan perlu nilai acuan sebagai skala
perbandingan kondisi. Oleh sebab itu perlu ditetapkan terlebih dahulu
nilai penerimaan (acceptable value) keandalan struktur bangunan
(Presiser & Vischer, 2005).

Pemeriksaan Keandalan (lanjutan)


 Permasalahannya adalah bagaimana mengetahui berapa besar tingkat
keandalan struktur yang dapat diterima, menurut ISO 2394 (1998),
suatu struktur mempunyai tingkat keandalan yang tepat bila memenuhi
persyaratan dan mencapai nilai target tertentu terhadap 3 (tiga) kondisi
berikut :
1) Kondisi batas kemampulayanan (serviceability limit state),
2) Kondisi batas ultimit (ultimate limit state),
3) Integritas struktural (structural integrity).

3
Pemeriksaan Keandalan (lanjutan)

 Rucker, dkk., (2006), nilai penerimaan ini dapat ditentukan dari tingkat
keandalan target (target reliability level) yang direncanakan, kemudian
dilakukan perbandingan antara tahanan (resistance) dari komponen
bangunan eksisting dengan tegangan (stress) yang terjadi akibat beban
muatan eksiting atau rencana.
 Metoda untuk menilai keandalan struktur bangunan dilakukan dengan
metoda paling sederhana sampai yang rumit menggunakan instrumen
dan pemodelan atau simulasi.
 Metoda pemeriksaan gedung yang dilakukan oleh Puslitbang
Permukiman, menggunakan prosedur seperti pada Gambar 1

Pemeriksaan Keandalan (lanjutan)

Gambar 1. Prosedur pemeriksaan

4
Pemeriksaan Keandalan (lanjutan)

 Pada jenis pemeriksaan detil selalu didahului dengan pemeriksaa awal,


tetapi setiap pemeriksaan awal belum tentu ditindaklanjuti sampai pada
pemeriksaan detil, karena Tim Pemeriksa menganggap bahwa
berdasarkan hasil pemeriksaan awal, sudah dapat mengetahui kondisi
struktur eksisting.
 Setiap pemeriksaan bangunan gedung diperlukan untuk menentukan
tingkat keandalan struktur bangunan eksisting.
 Pada pemeriksaan sampai pada tahap pemeriksaan detil, tingkat
keandalan ditentukan berdasarkan hasil evaluasi struktur.
 Penentuan tingkat keandalan diperoleh melalui tahap evaluasi struktur
setelah mengetahui kualitas bahan bangunan eksisting.

Pemeriksaan Keandalan (lanjutan)


 Kualitas bahan bangunan eksisting dilakukan melalui serangkaian
pengujian baik destruktif maupun non destruktif.
 Dari hasil pengujian dapat diketahui kualitas bahan beton baik
mengenai kuat tekan beton, kualitas homogenitas beton, dan kualitas
baja tulangan.
 Data kualitas bahan beton bertulang eksisting kemudian diguanakan
sebagai input dalam analisis struktur bangunan.
 Hasil akhir dari analisis struktur diperlukan untuk mengetahui apakah
setiap komponen struktural eksisting masih mampu memikul beban
rencana.

5
Pemeriksaan Keandalan (lanjutan)

 Onsitemansonry (2005), pengguna akhir (end-user) dari hasil kegiatan


pemeriksaan bangunan eksiting dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
1) Pengguna-akhir antara (intermediate end user), yang dimaksud
pengguna pada kelompok ini adalah para tenaga teknik (teknik sipil
atau arsitek) yang menggunakan hasil pemeriksaan untuk dieksploitasi
lebih lanjut.
2) Pengguna-akhir final (final end-user), kelompok pengguna ini
adalah para pemilik atau pengelola gedung.
 Hasil pemeriksaan digunakan untuk mendapatkan keputusan apakah
bangunan gedung eksisting dapat diperbaiki, diperkuat atau
didemolisasi. Dengan mengatahui klasifikasi kerusakan dapat ditentukan
teknik perbaikan yang tepat.

Pembahasan

Praktik pemeriksaan gedung eksisting


Dari kompilasi data hasil pemeriksaan sejak tahun 1992 sampai 2012
telah menangani sebanyak 70 (tujuh puluh) kasus, alasan pemeriksaan dapat
dikelompokkan menjadi 6 (enam) seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Alasan pemeriksaan gedung

6
Pembahasan (lanjutan)

Dari 70 kasus, sebanyak 24 kasus atau 34% dilakukan sampai tahap


pemeriksaan detil melalui analisis pemodelan struktur gedung, seperti
pada Gambar 3. Pada setiap kasus pemeriksaan selalu diawali dengan
metode pemeriksaan visual.

Gambar 3. Metode pemeriksaan

Pembahasan (lanjutan)
Pada tahap pemeriksaan detil, prosedur penting yang perlu dilakukan adalah
mengetahui kualitas bahan bangunan eksisting. Dari jenis pengujian
untuk pemeriksaan struktur beton bertulang, terdapat 6 (enam) jenis
pengujian yang digunakan seperti pada Gambar 4.

Gambar 4. Frekuensi jenis pengujian dalam pemeriksaan

7
Pembahasan (lanjutan)

Standar acuan pemeriksaan struktur eksisting


 Standar merupakan common rules yang diperlukan sebagai sarana
komunikasi untuk memberi kepastian dan keyakinan antara penyedia
dan pengguna produk atau jasa terhadap suatu konteks kesepakatan.
 Untuk kepentingan pemeriksaan bangunan gedung suatu standar
diperolehkan agar metoda pemeriksaan dan penetapan tingkat keandalan
bangunan berdasarkan ketentuan seragam.
 Idealnya setiap tahap dalam proses pemeriksaan bangunan harus
mengacu pada pedoman teknis atau standar sebagai acuan kerja Tim
pemeriksa.
 Dari kompilasi standar yang digunakan sebagai acuan oleh Tim
Pemeriksa Puslitbang Permukiman diuraikan seperti pada Tabel 1.

Pembahasan (lanjutan)

Tabel 1. Acuan pemeriksaan struktur gedung eksisting

8
Pembahasan (lanjutan)

Tabel 1. (lanjutan)

Pembahasan (lanjutan)

Tabel 1. (lanjutan)

9
Pembahasan (lanjutan)

 Pada Tabel 1 terlihat bahwa standar yang relevan dengan pemeriksaan


didominasi untuk proses pengujian bahan bangunan eksisting. Dengan
tersedianya standar pengujian bahan bangunan menggunakan pengujian
palu beton, gelombang ultrasonik, dan bor inti menjadikan pengujian
menggunakan ketiga alat tersebut dominan digunakan pada setiap
pemeriksaan.
 Sementara standar yang terkait untuk pemeriksaan visual hanya
tersedia untuk pemeriksaan pasca kebakaran dan penilaian cepat (quick
assessment) pasca gempa. Belum tersedia standar acuan yang
menjelaskan penilaian kerusakan struktur secara visual.

Pembahasan (lanjutan)
 Untuk standar pada tahap evaluasi, masih banyak menggunakan
standar perencanaan bangunan baru, bukan pemeriksaan struktur
eksisting. Standar perencanaan bangunan baru tidak sepenuhnya
“cocok” jika digunakan untuk keperluan analisis struktur bangunan
eksisting (seperti pertimbangan umur bangunan).
 Untuk mengisi kekosongan antara standar yang ada dan yang
diperlukan, perlu disusun standar yang relevan dengan pemeriksaan.
Standar yang dapat digunakan sebagai rujukan antara lain :
1) ISO 2394 (1998). General principles on reliability for structures.
International Organization for Standardization.
2) ISO 13822 (2010) Bases for design of structure – Assessment of
existing structures. Second edition 2010-08-01. International
Organization for Standardization
3) Appraisal of existing structures, 3rd edition.

10
Pembahasan (lanjutan)

Penilaian keandalan struktur bangunan


 Tujuan akhir dari suatu pemeriksaan adalah menilai keandalan struktur
bangunan (menentukan tingkat keandalan atau tingkat kerusakan).
 Setiap praktik pemeriksaan struktur bangunan, keluaran hasil analisis
adalah menghitung apakah tegangan (stress) yang dihasilkan dari
perhitungan struktur bangunan lebih kecil dari tahanan (resistance)
komponen struktural.
 Jika salah satu dari komponen struktural tidak memenuhi persyaratan
teknis, maka rekomendasi yang disampaikan merupakan deskripsi
umum.
 Tujuan dari menganalisis ulang struktur bangunan berdasarkan asumsi
bahwa struktur akan berfungsi sepanjang sisa umur layanan (residual
service life).

Pembahasan (lanjutan)
 Penentuan tingkat keandalan dapat menggunakan metoda skala kondisi
(condition rating method), dari hasil studi sebelumnya, penilaian
menggunakan metoda skala kondisi berbasis pada hasil inspeksi visual.
 Penilaian numerik ini dapat dilakukan berdasarkan skala tertentu yang
menjelaskan kondisi sangat buruk sampai sangkat baik, kenyataannya
meski telah dipandu menggunakan skala kondisi, pendekatan tersebut
masih dipengaruhi oleh penilaian subjektif.
 Oleh sebab itu satu struktur bangunan yang sama, bila dilakukan
pemeriksaan dan penilaian oleh Inspektur berbeda, akan menghasilkan
tingkat keandalan berbeda.
 Pendekatan lain yang dapat digunakan untuk penilaian keandalan
adalah menggunakan indeks keandalan (reliability index).

11
Pembahasan (lanjutan)

Dalam metoda reliability index, hasil pemeriksaan dianalisis berdasarkan


verifikasi tingkat keandalan berbeda, sebagai contoh seperti pada
Gambar 5, terdapat 4 (empat) level verifikasi keandalan : (1) bahan
bangunan, (2) penampang elemen, (3) elemen struktur, (4) sistem struktur.

Gambar 5. Level verifikasi keandalan

Pembahasan (lanjutan)
 Dari Gambar 5, ketika hasil evaluasi struktur eksisting diperoleh
kualitas bahan tidak memenuhi persyaratan teknis, maka penilaian
keandalan bangunan didasarkan pada verifikasi level 1. Jika
penampang balok kurang dari yang direncanakan, maka penilaian
berdasarkan verifikasi level 2, dan demikian seterusnya, untuk level 3
sampai dengan level 4 untuk sistem struktur seluruh bangunan..

12
Penutup

Dari hasil studi ini dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :


1. Konsekuensi dari kekosongan acuan standar atau pedoman teknis di
dalam pemeriksaan bangunan gedung eksisting mengarah pada penilaian
subjektif, yang berpeluang untuk menimbulkan perbedaan pendapat dan
hasilnya tidak dapat dipertanggungjawabkan.
2. Perlu disusun standar atau pedoman teknis yang berkaitan dengan
pemeriksaan struktur bangunan eksisting, standar dari negara lain
dapat diadaptasi melalui adaptasi identik atau adaptasi modifikasi.
3. Penilaian keandalan struktur bangunan eksisting dapat dikembangkan
menggunakan pendekatan indeks keandalan berdasarkan level yang
berbeda.

Daftar Pustaka
---- (1999), Guideline for Structural Condition Assessment of Existing Buildings. Structural
Engineering Institute, American Society of Civil Engineers (ASCE 11)
---- (1998), General Principles on Reliability for Structures. International Organization for
Standardization (ISO) 2394.
---- (2005), On-Site Investigation Techniques for the Structural Evaluation of Historic Masonry
Buildings. Onsitemasonry Recommendation for End-User. 5th Framework Programme for
Research, Technological Developmen and Demonstration. Energy. Environment and Sustainable
Development – The city of Tomorrow and Cultural Heritage, Florence.
Preiser W.F.E & Vischer, J.C. (2005), The Evolution of Building Performance Evaluation: An
Introduction in Assessing Building Performance. Elseiver Butterworth – Heinemann.
Rucker, W., Hille, R., & Rohman, R. (2006), Guideline for the Assessment of Existing Structure.
Federal Institute of Materials Research and Testing (BAM) Berlin, Germany.
Wuryanti, W.. (2010), Kajian Model Pemeriksaan Kondisi Keandalan Gedung Beton Bertulang.
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil VI : Pengembangan Infrastruktur Dalam
Menunjang Pembangunan Ekonomi Nasional, Institut Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya.
Wuryanti, W., (2012), Kajian Tata Cara Evaluasi Keandalan Struktur Bangunan Gedung yang telah
Berdiri. Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Standarisasi (PPIS), Badan Standar
Nasional (BSN), Jakarta.

13
Terima kasih
dan
Semoga Lancar Studinya!

14

You might also like