You are on page 1of 7
es MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13. /KMK.01/2017 TENTANG PENYELENGGARA NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN YANG WAJIB MENYAMPAIKAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN Menimbang Mengingat PENYELENGGARA NEGARA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme di lingkungan Kementerian Keuangan, telah ditetapkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 38/KMK.01/2011 tentang Penyclenggara Negara di Lingkungan Kementerian Keuangan yang Wajib Menyampaikan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara; b. bahwa dengan diundangkannya Peraturan _ Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.01/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan yang menyebabkan perubahan beberapa nomenklatur jabatan di lingkungan Kementerian Keuangan dan Peraturan —_ Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia Nomor 07 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pendaftaran, Pengumuman, dan Pemeriksaan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara yang secara signifikan mengubah mekanisme penyampaian Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara, dipandang perlu dilakukan penetapan kembali tethadap Keputusan Menteri Keuangan — Nomor 38/KMK.01/2011; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Menteri Keuangan tentang Penyelenggara Negara di Lingkungan Kementerian Keuangan yang — Wajib Menyampaikan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara; : 1, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); (» Memperhatikan Menetapkan MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA <2= 2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4250); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 197, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4018) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 33, ‘Tambahan Lembaran Negara Republik Nomor 4194); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 5. Keputusan Presiden Nomor 83/P Tahun 2016; 6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.01/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1926); 1. Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor SE/03/M.PAN/01/2005 tentang Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara; 2. Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 5 Tahun 2012 tentang Kewajiban Penyampaian dan Sanksi Atas Keterlambatan Laporan Harta Kekayaan Penyclenggara Negara di Lingkungan Kementerian/ Lembaga dan Pemerintah Daerah; 3. Surat Edaran Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor SE- 08/01/10/2016 tentang Petunjuk Teknis Penyampaian dan Pengelolaan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara Setelah Diberlakukannya Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 07 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pendaftaran, Pengumuman, dan Pemeriksaan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara; MEMUTUSKAN: KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PENYELENGGARA NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN YANG WAJIB MENYAMPAIKAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA. ® ey PERTAMA KEDUA KETIGA KEEMPAT KELIMA. MENTERI KEUANGAN, REPUBLIK INDONESIA -3- Menetapkan pényelenggara negara di lingkungan Kementerian Keuangan yang wajib mengisi dan menyampaikan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara, yang selanjutnya disebut LHKPN, kepada Komisi Pemberantasan Korupsi, untuk selanjuinya disebut KPK, sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupaken bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini. Penyelenggara negara sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA wajib menyampaikan LHKPN paling lambat 3 (tiga) bulan sejak: a. pengangkatan sebagai penyelenggara negara pada saat pertama kali menjabat; b. pengangkatan kembali sebagai penyelenggara negara setelah berakhirnya masa jabatan atau pensiun; atau c. berakhirnya masa jabatan atau pensiun sebagai penyelenggara negara. Penyelenggara negara sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA, selama menjabat wajib menyampaikan LHKPN secara periodik setiap 1 (satu) tahun sckali atas Harta Kekayaan yang diperoleh sejak tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember dan disampaikan dalam jangka waktu paling lambat tanggal 31 Maret tahun berikutnya Penyampaian LHKPN sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEDUA dan KETIGA dilaksanakan dengan cara sebagai berikut: a. melalui aplikasi e-LHKPN; atau b. mengisi formulir LHKPN dengan format yang ditentukan oleh KPK dalam media penyimpan data dan dikirim melalui surat elektronik (e-mail), jasa ekspedisi atau diserahkan secara langsung kepada KPK. Dalam hal penyampaian LHKPN dilaksanakan dengan cara sebagaimana dimaksud dalam Diktam KEEMPAT huruf b, fotokopi tanda terima/bukti penyampaian — LHKPN disampaikan oleh penyelenggara negara kepada: a. Inspektur Jenderal; b. Kepala Biro Sumber Daya Manusia selaku Koordinator Pengelola LHKPN; dan c. Sekretaris Unit Eselon I masing-masing, dengan pengecualian khusus untuk penyelenggara negara di lingkungan Sckretariat Jenderal disampaikan kepada Kepala Biro Umum. ®

You might also like