Professional Documents
Culture Documents
Dosen :
Oleh Kelompok :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat dan
Hidayahnya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen yang telah memberikan tugas
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Teknik
Informatika. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Untuk itu, kepada dosen kami meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan makalah ini.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
First order logic adalah sebuah bahasa formal yang digunakan di ilmu
matematika, philosophy, bahasa dan ilmu computer. Disebut juga kalkulus predikat,
merupakan logika yang digunakan untuk merepresentasikan masalah yang tidak dapat
direpresentasikan dengan menggunakan proposisi. Logika predikat dapat memberikan
representasi fakat-fakta sebagai suatu pernyataan yang mapan (well form). Kalkulus
predikat bisa menganalisakan kalimat-kalimat ke dalam subjek dan argumen dalam
berbagai cara yang berbeda-beda, yang pada akhirnya kalkulus predikat bisa
digunakan untuk memecahkan problem of multiple generality (masalah dalam
berbagai keadaan umum) yang telah membingungkan sebagian besar ahli-ahli logika
abad pertengahan. Dengan menggunakan logika predikat ini, untuk pertama kalinya,
para ahli-ahli logika bisa memberikan quantifier yang cukup umum untuk
merepresentasikan semua argumen yang terdapat pada natural language.
Pemanfaatan FOL untuk merepresentasikan fakta adalah salah satu teknik
dasar yang sudah sejak lama dipakai untuk dapat mengkodekan bahasa alami ke dalam
bentuk formal. Dengan menggunakan FOL, diharapkan fakta (dan juga pertanyaan)
dapat direpresentasikan secara tepatke dalam konteksnya masing-masing, sehingga
jawaban akhir yang dikembalikan kepada pengguna adalah jawaban yang tingkat
kesasihannya (validity, di dalamnya mencakup consistency dan informativeness)
sangat tinggi. Jika kita berbicara mengenai logika predikat, maka patut diperhatikan
bahwa pada tahun 1879, filsuf berkebangsaan Jerman yang bernama Gottlob Frege
menerbitkan sebuah risalat yang luar biasa, yang berjudul the Begriffsschrift
(“Concept Script”). Monograp yang brilian ini dianggap sebagai asal muasal dari teori
logika modern. Akan tetapi, dalam risalat milik Friege ini masih terdapat banyak
kekurangan dalam beberapa bagian dan janggal dalam penotasiannnya. Walaupun
demikian, penemuan Frege ini tetap diakui. Selain penemuan dari Frege, formulasi
dari logika predikat yang sering digunakan sekarang adalah firstorder logic atau yang
biasa dikenal dengan kalkulus predikat yang tercatat dalam Principle of Theorical
Logic yang ditulis oleh David Hilbert dan Wilhelm Ackerman pada tahun 1928. First
order logic dalam hal ini merupakan dasar pendiri logika matematika modern.
B. Rumusan Masalah
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian First Order Logic
First order logic adalah sebuah bahasa formal yang digunakan di ilmu
matematika, philosophy, bahasa dan ilmu computer. Disebut juga kalkulus predikat,
merupakan logika yang digunakan untuk merepresentasikan masalah yang tidak dapat
direpresentasikan dengan menggunakan proposisi. Logika predikat dapat memberikan
representasi fakat-fakta sebagai suatu pernyataan yang mapan (well form). Kalkulus
predikat bisa menganalisakan kalimat-kalimat ke dalam subjek dan argumen dalam
berbagai cara yang berbeda-beda, yang pada akhirnya kalkulus predikat bisa
digunakan untuk memecahkan problem of multiple generality (masalah dalam
berbagai keadaan umum) yang telah membingungkan sebagian besar ahli-ahli logika
abad pertengahan. Dengan menggunakan logika predikat ini, untuk pertama kalinya,
para ahli-ahli logika bisa memberikan quantifier yang cukup umum untuk
merepresentasikan semua argumen yang terdapat pada natural language.
A. Model
Sebuah model adalah sebuah situasi yang menjelaskan hal-hal yang menjadi konteks
pembicaraan. Untuk membentuk sebuah model, diperlukan adanya kosa-kata
(vocabularies), yaitu daftar istilah yang membentuk model tersebut. Sebuah kosa-kata
berisikan topik pembicaraan dan bahasa (simbol) yang digunakan dalam pembicaraan.
Dalam contoh kalimat‘ayah dan anto makan sepiring nasi’, akan terdapat kosa-kata
sebagai berikut: {(ayah,1), (anto,0),(makan,2), (nasi,1)}. Dalam kosa-kata ini akan
terlihat bagaimana relasi antara fakta atauvariabel yang satu dengan lainnya di dalam
representasi. Perlu dibedakan antara fakta (sebuah konstanta / non-binding variable),
dengan variabel yang dapat menampung sebuah fakta (binding variable). Dalam
contoh, relasi ‘makan’ menjelaskan bahwa aktivitas tersebut dapat terjadi jika
melibatkan dua konstanta (relasi biner yang memiliki arity2). Angka 1 menjelaskan
bahwa terjadi relasi tunggal (arity1), yang dapat diisikan (binding) dengan sebuah
konstanta. Angka 0 menjelaskan sebuah konstanta, dan bukan merupakan relasi.
Connectives : ∧ ∨ ¬ ⇒ ⇔
Equality : =
Quantifiers : ∀ ∃
Definisi term :
Contoh :
Kalimat kompleks complex sentence terdiri dari sentence yang digabungkan dengan
connective.
Contoh :
>(1, 2) ∨ ≤(1, 2)
>(1, 2) ∧ ¬>(1, 2)
Sama halnya dengan. Proposisi Logic (PL), sebuah kalimat FOL bisa juga dikatakan
true terhadap sebuah model. Namun, sebuah kalimat bisa diinterpretasikan banyak
cara dalam sebuah model.
Model berisi :
Kalau mau dijabarkan semua kemungkinannya: For each number of domain elements
n from 1 to ∞ For each k -ary predicate Pk in the vocabulary For each possible k -ary
relation on n objects For each constant symbol C in the vocabulary For each choice of
referent for C from n objects . .
Quantifier
Selain penggunaan predikat, First Order Logic juga menawarkan quantifier untuk
membuat kalimat logika yang lebih sederhana. Ada 2 jenis quantifier, yaitu universal
dan existential. Quatifier ini berlaku terhadap parameter yang muncul di sebuah
kalimat masih dalam bentuk variabel. Universal quantifier terhadap sebuah variabel x
(disimbolkan dengan ∀x) berarti bahwa kalimat tersebut berlaku untuk setiap obyek x,
sedangkan existential quantifier (disimbolkan dengan ∃x) berarti berlaku untuk
sebagian obyek saja.
Contoh: Menggunakan definisi untuk p(x), r(x), dan q(x,y), berikut adalah kalimat-
kalimat logika dengan menggunakan quantifier dan artinya:
∀x(p(x) Λ r(rabu) → q(x,merah-putih)) : untuk setiap x, jika x adalah seorang
siswa kelas II SD dan pada hari Rabu maka x akan mengenakan seragam
merah-putih.
Universal Quantifier
Hal ini biasanya dilambangkan dengan berbalik A (∀) operator logika simbol, yang
bila digunakan bersama-sama dengan variabel predikat, disebut quantifier universal
(“∀x”, “∀ (x)”, atau kadang-kadang dengan “(x) “saja). Kuantifikasi Universal
berbeda dari kuantifikasi eksistensial (“ada ada”), yang menegaskan bahwa properti
atau relasi hanya berlaku untuk setidaknya satu anggota dari domain.
Contoh 1 :
(∀x) (x + x = 2x)
Contoh 2 :
dan dibaca :
Existential Quantifier
Hal ini biasanya dilambangkan dengan E berubah (∃) operator logika simbol, yang
bila digunakan bersama-sama dengan variabel predikat, disebut quantifier eksistensial
(“∃x” atau “∃(x)”) Kuantifikasi eksistensial.
Contoh 1 :
(∃x) (x . x = 1)
Dibaca : “terdapat x yang bila dikalikan dengan dirinya sendiri hasilnya sama dengan
1.”
Contoh 2 :
Contoh 3 :
Contoh Permasalahan
Setiap manusia pasti mati. Karena Sayuti adalah manusia, maka dia pastimati. Secara
intuisi kalimattersebut bernilai Benar. Berdasarkan logika proposisi kalimat tersebut
dapat disimbolkan sebagai:
Struktur sepertidiatas tidak dikenali oleh Logika Proposisi, karena apabila ingin
membuktikan kebenaran dari pernyataan ‘Setiap manusiapasti masti’ maka harus
dicari nilai kebenaran dari seluruh elemen himpunan manusia yang jumlahnya tak
terhingga. Ini tidak mungkin dilakukan.
Untuk mengatasi permasalahan diatas diperlukan kerangka berfikir lain selain Logika
Proposisi yaitu Logika First-Order (Kalkulus Predikat). Maka dapat didefinisikan
bahwa Logika First-Order adalah perluasan dari konsep Logika Proposisi untuk
mengatasi permasalahan yang tidak dapat dipecahkan melalui kerangka berfikir
Logika Proposisi dengan penambahan 3 komponen logika yaitu: Term (suku),
Predicate dan Quantifier.
Contoh:
Buktikan bahwa “Setiap manusia pasti mati. Rangkuti adalah manusia, Karenanya
Rangkuti pasti mati.”
Jawab:
P2 :MAN(Sayuti)
Untuk membuktikan bahwa kesimpulan “Rangkuti pasti mati” harus dibuktian bahwa
MORTAL(Rangkuti) adalah konsekuensi logis dari P1dan P2. Maka;
(x) (MAN(x)MORTAL(x))
MAN(Rangkuti)
(MAN(Sayuti)MORTAL(Rangkuti))
MORTAL(Rangkuti)
Premis P1
Premis P2
Langkah 1 dan 2
P1: x Rangkuti
Unifikasi adalah usaha untuk mencoba membuat dua ekspresi menjadi identik
(mempersatukan keduanya) dengan mencari substitusi-substitusi tertentu untuk
mengikuti peubah-peubah dalam ekspresi mereka tersebut. Unifikasi merupakan suatu
prosedur sistematik untuk memperoleh peubah-peubah instan dalam wffs. Ketika nilai
kebenaran predikat adalah sebuah fungsi dari nilai-nilai yang diasumsikan dengan
argumen mereka, keinstanan terkontrol dari nilai-nilai selanjutnya yang menyediakan
cara memvalidasi nilai-nilai kebenaran pernyataan yang berisi predikat. Unifikasi
merupakan dasar atas kebanyakan strategi inferensi dalam Kecerdasan Buatan.
Sedangkan dasar dari unifikasi adalah substitusi.
Aturan-aturan unifikasi :
FORWARD CHAINING
Forward chaining merupakan metode inferensi yang melakukan penalaran dari suatu
masalah kepada solusinya. Jika klausa premis sesuai dengan situasi (bernilai TRUE),
maka proses akan menyatakan konklusi. Forward chaining adalah data-driven karena
inferensi dimulai dengan informasi yang tersedia dan baru konklusi diperoleh. Jika
suatu aplikasi menghasilkan tree yang lebar dan tidak dalam, maka gunakan forward
chaining.
Contoh :
R1 : if A and B then C
R2 : if C then D
R3 : if A and E then F
R4 : if A then G
R5 : if F and G then D
R6 : if G and E then H
R7 : if C and H then I
R8 : if I and A then J
R9 : if G then J
R10 : if J then K
Fakta awal yang diberikan hanya A dan E, ingin membuktikan apakah K bernilai
benar.
BACKWARD CHAINING
Menggunakan pendekatan goal-driven, dimulai dari harapan apa yang akan terjadi
(hipotesis) dan kemudian mencari bukti yang mendukung (atau berlawanan) dengan
harapan kita. Sering hal ini memerlukan perumusan dan pengujian hipotesis
sementara. Jika suatu aplikasi menghasilkan tree yang sempit dan cukup dalam, maka
gunakan backward chaining.
Resolusi pada logika predikat pada dasarnya sama dengan resolusi pada logika
proposisi, hanya saja ditambah dengan unifikasi.Pada logika predikat, prosedur untuk
membuktikan pernyataan P dengan beberapa pernyataan F yang telah diketahui,
dengan menggunakan resolusi, dapat dilakukan melalui algoritma sebagai berikut :
Contoh kasus :
Maka harus terlebih dahulu diubah ke dalam bentuk klausa sebagai berikut :
a) Mahasiswa (Fajar)
b) Elektro (Fajar)
c) Elektro (x1) v Teknik (v1)
d) Sulit (Kalkulus)
e) Teknik (x2) v suka (x2, Kalkulus) v benci (x2, Kalkulus)
f) Suka (x3, f1 (x3))
g) Mahasiswa (x4) v ¬ sulit (y1) v hadir (x4, y1) v ¬ suka (x4, y1)
h) Hadir (Fajar, Kalkulus)
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan