You are on page 1of 10

ANTI-AGING TEST OF MICROEMULSION CONTAINING RIMBANG (Solanum

torvum Sw.) FRUIT EXTRACT

Nazliniwaty1*, Siti Nurlela1


1Department of Pharmaceutical Technology, Faculty of Pharmacy
University of Sumatera Utara, Indonesia, 20155
Jl. Tri Dharma No. 5, Pintu 4, Kampus USU, Medan, Indonesia, 20155.

*Corres. author: nazliniwaty60@gmail.com


Phone number: +62 812-636-8165

ABSTRACT

Objective: To formulate rimbang fruit extract in the microemulsion dosage form and anti-aging
test effect on skin.
Methods: Rimbang fruit extract prepared by maceration then formulated into microemulsion
dosage form with various concentration of 1.5%, 3.0%, and 4.5%. The microemulsion preparation
is prepared by adding the oil phase into the water phase them the distillery until a clear and
transparent microemulsion is formed. Characterization of the simplicia powder includes the
determination of water content, water soluble sari content, soluble ethanol content, total ash
content, and acidity unsaturated ash content. Evaluation of microemulsion preparation includes a
stability test of dosage, homogeneity, emulsion type, viscosity, pH, centrifugation, determination
of microemulsion type, surface tension, particle size, irritation test, and anti-aging effect test used
skin analyzer. Anti-aging parameters measured included moisture, number of stains and wrinkles
number.

Results: Characterization result: water content 4.99%, water soluble sari 12.1%, ethanol soluble
concentration 23.5%, total ash content 4.96%, and acid content 0,46%. Microemulsion preparation
of the rimbang fruit extract is homogeneous, low viscosity, pH 5.2-6.9, weight type 1.0593-1.0979
gram/ml, surface tension 33.13-36,00 dyne/cm, particle size 331.86-548.30 nm, stable for 12
weeks storage and does not irritate the skin. The results of anti-aging effect measurements showed
that the 1.5% rimbang fruit extract microemulsion gave the best results.

Conclusion: Simplicia rimbang fruit qualified to be formulated. Microemulsion preparation of


1.5% rimbang fruit extract showed the best anti-aging effectiveness.

Keywords: Rimbang, microemulsion, anti-aging


INTRODUCTION
Penuaan kulit adalah proses biologis yang kompleks yang dipengaruhi oleh kombinasi
faktor endogen dan eksogen, yang menyebabkan perubahan struktural dan fisiologis pada lapisan
kulit serta perubahan penampilan kulit, terutama pada area kulit yang terpapar sinar matahari
(Surjanto, dkk).
Penuaan bisa dihambat dengan menggunakan anti penuaan. Anti penuaan adalah kosmetik
yang memiliki bioaktivitas yang bisa mencegah atau memperbaiki tanda penuaan seperti keriput,
kulit kendur, hiperpigmentasi, dan lainnya sehingga penampilan kulit lebih baik (Draelos, et al).
Bioactive phenols, especially bioflavonoids, are very interestingas antioxidants because of
their natural origin and theability to act as efficient free radical scavengers (Katalinic, et al). Karena
daun binahong memiliki kandungan metabolit sekunder seperti saponin, flavonoid, kuinon,
steroid, monoterpenoid, sedangkan rizomanya mengandung flavonoid, polifenol, tannin, dan
steroid (Sukandar et al., 2011), maka dapat dimanfaatkan sebagai agen anti-aging.
Binahong digunakan secara tradisional untuk menyembuhkan berbagai penyakit,
diantaranya untuk penyakit kulit, hipertensi, inflamasi dan rematik. Daun binahong juga berkhasiat
sebagai obat luka bakar, antibakteri, mengatasi jerawat dan menghaluskan kulit (Sukandar et al.,
2011).
Dalam upaya mencapai efek yang optimum penggunaan ekstrak daun binahong sebagai
anti-aging, diperlukan sistem penghantaran yang baik yaitu seperti bentuk sediaan mikroemulsi.
Mikroemulsi merupakan suatu sistem dispersi yang dikembangkan dari sediaan emulsi,
banyak karakteristik dari mikroemulsi yang membuat sediaan ini menarik untuk digunakan sebagai
salah satu sistem penghantaran obat (drug delivery system) (Mahdi, 2004).
Teknologi mikroemulsi diterapkan di industri kosmetik dan farmasi dalam perumusan
sistem pengiriman obat transdermal dan beberapa preparat topikal karena potensinya untuk
meningkatkan permeasi obat di lapisan difusi, penampilan yang baik, dan pelarutan obat
(Mazumder et al., 2015).
Karena hal di atas, maka dilakukan penelitian tentang pemanfaatan daun binahong sebagai
anti-aging yang diformulasi dalam bentuk mikroemulsi sehingga menghasilkan sediaan topikal
yang baik dalam penetrasi, stabil secara fisik dan kimia serta dapat bermanfaat. This research was
conducted in the Laboratory of Cosmetology and Laboratory of Physic Pharmacy, Faculty of
Pharmacy, University of Sumatera Utara.

MATERIALS AND METHODS


Tools
Neraca analitik (Boeco Germany), lemari pengering, oven, hot plate, seperangkat alat
destilasi untuk penetapan kadar air, blender (Miyako), rak tabung reaksi, kertas saring, alumunium
foil, spatel, sudip, pot plastik, kertas perkamen, alat-alat gelas laboratorium(Iwaki pyrex), cawan
penguap, penangas air, rotary evaporator, magnetic stirer (Boeco), Viskometer brookfield, pH
meter (Hanna), alat sentrifugasi (Hitachi CF 16 R X II), tabung sentrifuge (Pyrex), sonifikasi
(Branson), and Skin Analyzer (Aramo).
Materials
Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun binahong (Anredera
cordifolia (Ten.) Steenis). Bahan kimia yang digunakan yaitu: etanol 96%, asam klorida, asam
sulfat pekat, asam asetat anhidrida, besi (III) klorida dan bismuth nitrat, magnesium, butanol, n-
heksan,toluen, kloroform, akuades, minyak kedelai, tween 80, PEG 400, nipagin, larutan dapar
pH asam (4,0), larutan dapar pH netral (7,01).

Karakterisasi Simplisia
Karakterisasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik, pemeriksaan mikroskopik,
penetapan kadar sari larut air, penetapan kadar sari larut etanol, penetapan kadar abu total dan
penetapan kadar abu tidak larut asam seperti yang tertera pada Materia Medika Indonesia (Ditjen
POM., 1995), sedangkan penetapan kadar air seperti yang tertera pada Quality Control Methods
for Medicinal Plants Material (WHO, 1992).

Pembuatan Ekstrak
Serbuk simplisia daun binahong dimaserasi dengan pelarut etanol 96%.

Preparation of binahong leaf extract microemulsion

The components of the formulation were shown in Table 1.

Table 1. Formula of binahong leaf extract microemulsion


Formula %
Bahan
F0 F1 F2 F3
Ekstrak etanol daun binahong - 0,1 0,3 0,5
Minyak kedelai 5 5 5 5
Tween 80 30 30 30 30
PEG 400 25 25 25 25
Nipagin 0,1 0,1 0,1 0,1
Air 100 100 100 100

Keterangan: F0: Blanko


F1: Konsentrasi ekstrak 0,1%
F2: Konsentrasi ekstrak 0,3%
F3: Konsentrasi ekstrak 0,5%

Dilarutkan nipagin dengan akuades, kemudian dipanaskan di waterbath, ditunggu hingga


dingin. Kemudian larutan tersebut digunakan untuk melarutkan ekstrak daun binahong sambil
distirer dengan kecepatan rendah. Ditambahkan surfaktan (tween 80) dan kosurfaktan (PEG 400),
distirer hingga homogen. Kemudian ditambahkan minyak kedelai dan distirer hingga homogen
yaitu hingga delapan jam dengan kecepatan 4000 rpm.

Evaluasi Mikroemulsi
Pengamatan stabilitas
Sediaan mikroemulsi dievaluasi secara fisik meliputi bau, warna, kejernihan dan endapan
selama 12 minggu dengan pengamatan setiap 1 minggu sekali. Pengamatan ini dilakukan pada
mikroemulsi yang disimpan pada suhu kamar.

Pemeriksaan homogenitas sediaan


Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca, sediaan harus menunjukkan susunan
yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen. POM., 1979).

Penentuan tipe emulsi


Penentuan tipe emulsi pada sediaan mikroemulsi dilakukan dengan dua cara, yaitu:
Pengenceran fase dilakukan dengan mengencerkan 0,5 gram sediaan mikroemulsi dengan 25ml
air dalam beaker gelas. Jika sediaan terdispersi secara homogen dalam air, maka sediaan termasuk
emulsi tipe m/a sedangkan jika sediaan tidak terdispersi secara homogen dalam air, maka sediaan
termasuk emulsi tipe a/m.
Pewarnaan dilakukan dengan menambahkan larutan metilen biru sebanyak 1 tetes pada 100
mg sediaan, lalu diaduk. Bila metilen biru tersebar merata berarti sediaan tersebut emulsi tipe m/a,
tetapi bila metilen biru tersebar tidak merata berarti sediaan tersebut emulsi tipe a/m.

Uji viskositas
Pengukuran viskositas dilakukan dengan cara sediaan mikroemulsi dimasukkan ke dalam
beaker glass 100 ml dan dipilih nomor spindle yang sesuai. Pengukuran ini dilakukan dengan tiga
kali pengulangan dengan menggunakan viskometer Brookfield DV-E.

Penentuan pH
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Cara: Alat terlebih
dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar
pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci
dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu
ditimbang 0,25 gram sediaan dan dilarutkan dalam 25 ml air suling. Kemudiaan elektroda
dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka
yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).
Uji sentrifugasi
Uji sentrifugasi dilakukan pada awal setelah sediaan dibuat dengan pengukuran sebanyak 1
kali. Sediaan mikroemulsi dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi kemudian dilakukan
sentrifugasi pada kecepatan 3750 rpm selama 5 jam (Lachman, dkk., 1994).

Penentuan bobot jenis mikroemulsi


Penentuan bobot jenis mikroemulsi dilakukan pada awal setelah sediaan dibuat dengan
pengukuran sebanyak 1 kali. Bobot jenis diukur dengan menggunakan piknometer pada suhu
kamar. Piknometer yang bersih dan kering ditimbang (A g). Kemudian diisi dengan air sampai
penuh dan ditimbang (A1 g). Air dikeluarkan dari piknometer dan piknometer dibersihkan. Sediaan
mikroemulsi diisikan dalam piknometer sampai penuh dan ditimbang (A2 g). Bobot jenis diukur
dengan perhitungan sebagai berikut :
A2−A
Bobot jenis = A1−A

Pengukuran tegangan permukaan mikroemulsi


Pengukuran tegangan permukaan mikroemulsi dilakukan pada awal setelah sediaan dibuat
dengan pengukuran sebanyak 1 kali. Tegangan permukaan diukur dengan menggunakan
Tensiometer Du Nouy pada suhu kamar. Sampel diisi ke dalam cawan gelas kira-kira 50% nya.
Kalibrasikan alat Tensiometer menggunakan akuades. Jika Tensiometer sudah siap, bersihkan
cincin Du Nouy dengan cara memanaskan cincin tersebut pada nyala api bunsen selama 10 – 15
detik. Gantung cincin tersebut pada pengait kemudian set posisi jarum pada nol. Turunkan cincin
Du Nouy ke dalam sampel hingga kedalaman 2-3 mm dari permukaan cairan. Selanjutnya angkat
pelan-pelan hingga lepas dari cairan sampel. Angka yang ditunjukkan saat cincin lepas dicatat
sebagai nilai tegangan permukaan sampel tersebut (Sudarmadji, 2012).

Penentuan ukuran partikel mikroemulsi


Penentuan ukuran partikel dilakukan di Laboratorium Terpadu Fisika USU Medan
menggunakan alat Vascoγ CORDOUAN Technologies Particle Size Analyzer pada suhu kamar.

Irritation test
Irritation test conducted on 24 volunteers with patch test technique by attaching the
preparation on the back of the ear.

Anti-Aging Effect test


Using Aramo SG® skin diagnosis system. Treatment conducted for 4 weeks by applying the
cream twice a day for four weeks. Parameters measured including moisture, spot and wrinkles.
RESULTS
Pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia
Hasil karakterisasi dari serbuk simplisia daun binahong memiliki kadar air 7,48%, kadar sari
larut air 19,2%, kadar sari larut etanol 9,46%, kadar abu total 4,65%, dan kadar abu tidak larut
asam 0,58%.

Examination of Physical Properties of Preparations


The result of physical quality evaluation of the preparation were shown in table 2.

TABLE AND FIGURE


Table 2. Physical quality evaluation of the preparation
Formula
Parameter
F0 F1 F2 F3
Homogeneity    
Emulsion type o/w o/w o/w o/w
Viscosity (after preparation) 500 cp 250 cp 250 cp 375 cp
Viscosity (after 12 weeks) 750 cp 250 cp 300 cp 400 cp
pH (after preparation) 7.0 6.4 6.4 6.2
pH (after 12 weeks) 6.7 6.0 6.0 6.0
Tidak Tidak Tidak Tidak
Sentrifugasi
berubah berubah berubah berubah
Bobot jenis 1.0492 g/ml 1.0603 g/ml 1.0733 g/ml 1.0753 g/ml
35.24 36.87 37.00 38.00
Tegangan permukaan
dyne/cm dyne/cm dyne/cm dyne/cm
Ukuran partikel 380.68 nm 364.68 nm 528.57 nm 632.72 nm
Stability Stable Stable Stable Stable
Irritation - - - -
Note:  = homogeneous, - = no irritation, o/w = oil in water

Anti-aging test
The result of the anti-aging effect using cream of breadfruit leaf extract on volunteer’s
facial skin were shown in Figure 1, Figure 2, Figure 3, Figure 4, and Figure 5.From Fig 1. Fig 2,
Fig 3, Fig 4, and Fig 5, can be seen that breadfruit leaf extract can improve skin condition after 4
weeks treatment.
Figure

Kadar Air (Moisture)


40

35
Kadar air

Blanko
30
0.1%

25 0.3%
0.5%
20
0 1 2 3 4
Waktu (minggu)

Noda (Spot)
40

35
Banyak noda

30 Blanko

25 0.1%
0.3%
20
0.5%
15
0 1 2 3 4
Waktu (minggu)
Keriput (Wrinkle)
45
40
35
Keriput

30 Blanko
25 0.1%
20 0.3%
15 0.5%
10
0 1 2 3 4
Waktu (minggu)

DISCUSSION
Based on the data in Table 2 shows that each formula was homogeneous. pH value was
6.00-7.00 which was within the range of permitted pH requirements for cosmetics (5-8). Each
formula were stable during storage and were non-irritating to the skin and it can be said that the
overall preparation microemulsion are safe to use.
Based on the figure, microemulsion of binahong leaf extract 0.5% showed the best
effectiveness of anti-aging compared to other preparations.

CONCLUSION
Simplisia daun binahong yang dikarakterisasi menujukkan hasil yang sesuai untuk dapat
diformulasi. Ekstrak daun binahong dapat diformulasikan dalam sediaan mikroemulsi sebagai
anti-aging dan mikroemulsi ekstrak daun binahong 0.5% menunjukkan efektivitas anti-aging
yang terbaik.

ACKNOWLEDGEMENTS
We would like thank to Faculty of Pharmacy, University of Sumatera Utara for
supporting this project.

CONFLICT OF INTEREST
For further research to develop the binahong leaf extract in other preparations.
REFERENCES

1. Surjanto, Reveny, J., Tanuwijaya, J., Tias, A., and Calson, Comparison of Anti-Aging Effect
Between Vitamin B3 and Provitamin B5 Using Skin Analyzer, International Journal of
PharmTech Research, 2016, 9(7): 99-104.

2. Draelos, Z.D., and Thaman, L.A., Cosmetic Formulation of Skin Care Product, Taylor and
Francis Group, New York, 2006, 167-174.

3. Katalinic, V., Milos, M., Kulisic, T., and Jukic, M.,Screening of 70 Medicinal Plant Extracts
for Antioxidant Capacity and Total Phenols, Food Chemistry, 2006, 94: 550-557.

4. Sukandar, E. Y., Fidriann, I., and Adiwibowo, L.F., (2011). Efficacy of Ethanol Extract of
Anredera cordiofilia (Ten) Steenis Leaves on Improving Kidney Failure in Rats. International
Journal of Pharmacology. Hal. 7, 850-851.

5. Mahdi, J. (2006). Uji Stabilitas Sediaan Mikroemulsi Menggunakan Hidrolisat Pati sebagai
Stabilizer. Jakarta: FMIPA UI. Hal. 35-40.Ditjen POM RI. Materia Medika Indonesia. Jiid
VI. Jakarta: Depkes RI; 1989.

6. Mazumder, J., Pathak, D., and Kuria, R. (2015). Evaluation of Antacid Activity of
Microemulsion Formulation of Blend of Essential Oil. International Journal of Pharmaceutical
Sciences and Drug Research. Hal. 163-167.

7. Ditjen POM. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Halaman 300-304, 306.

8. World Health Organization. (1992). Quality Control Methods for Medicinal Plants Material.
Switzerland: Geneva Press.

9. Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Halaman 649, 659.

10. Rawlins, E.A. (2003). Bentley’s Textbook of Pharmaceutics. Edisi Kedelapan belas. London:
Bailierre Tindall. Halaman 22, 355.

11. Lachman, L., Lieberman, Herbert, A., Kanig, Joseph, L. (1994). Teori dan Praktek Industri
Farmasi I. Edisi III. Terjemahan dari The Teory and Practise of Industrial Pharmacy, oleh
Suyatmi, Siti. Jakarta: UI-Press. Hal. 1081-1083.
Sudarmadji. (2012). Mempelajari Pengaruh Jenis Inisoator, Jenis Surfaktan dan Waktu Feeding
Monomer terhadap Kinerja Pressure Sensitive Adhesive Berbasis Air. Tesis. Universitas
Indonesia. Jakarta. Jurusan Ilmu Material. Hal. 25.

You might also like