You are on page 1of 8

Jurnal Medika Veterinaria Feb 2018 12 (1):24-31

I-SSN : 0853-1943; E-ISSN : 2503-1600 DOI:https://doi.org/10.21157/j.med.vet.v1 1i1.4065

The Value of Erythrocytes, Hemoglobin, and Hematocrit of Mice (Mus


musculus) Exposed to Cigarette Smoke and Given Red Watermelon Extract
(Citrullus vulgaris)

Yola Heryanita1, Rusli2, Rosmaidar3, Zuraidawati2, Rinidar3, Nuzul Asmilia2, Muhammad Jalaluddin4
1
Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
2
Laboratorium Klinik Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
3
Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
4
Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
E-mail: heryanitayola@gmail.com

ABSTRACT

The aim of this research was to investigate the effect of red watermelon (Citrullus vulgaris) extract to the
value of erythrocytes, hemoglobin, and hematocrit of mice (Mus muscullus) exposed to cigarette smoke. This study
followed direct complete randomized design by using 12 males’ mice which divided into 4 groups. The treatment
group is divided by the negative control group which given 0,5 ml of aquadest, the positive control group which
exposed to cigarette smoke and 0,5 ml of aquadest. The treatment group I was exposed to cigarette smoke and given
red watermelon extract dose 22 mg/Bw mice. The treatment group II was exposed to cigarette smoke and given red
with watermelon extract dose 44 mg/Bw mice. The exposure to cigarette smoke and the given of red watermelon
extract were conducted for 30 days. The blood taking was performed on day 31 in the Plexus retroorbital.
Furthermore, the number of erythrocytes, hemoglobin and hematocrit were calculated. The data were analyzed
using ANOVA completely randomized design with SPSS for Windows 16.0. The results of this study showed that the
extract of red watermelon for 30 days showed a highly significant effect (P <0.01) to the number of erythrocytes,
hemoglobin, and hematocrit of mice. It is concluded that free radicals contained in the cigarette can cause a
hemoglobin desaturation, increased blood viscosity, oxidative stress and red watermelon extract can minimize the
damage.

Key words: smoke, erythrocytes, hemoglobin, hematocrit, watermelon.

PENDAHULUAN Gambaran darah merupakan salah satu


parameter dari status kesehatan hewan
Asap rokok merupakan salah satu karena darah mempunyai fungsi penting
sumber radikal bebas. Radikal bebas yang dalam pengaturan fisiologis tubuh. Fungsi
terdapat dalam asap rokok jumlahnya sangat darah secara umum berkaitan dengan
banyak, diperkirakan dalam satu kali hisap transportasi komponen di dalam tubuh
masuk sebanyak 1014 molekul radikal seperti nutrisi, oksigen, karbon dioksida,
bebas. Oksidan yang dihasilkan oleh asap metabolit, hormon, panas, dan imun tubuh
rokok dan oksidan yang dihasilkan oleh sedangkan fungsi tambahan dari darah
makrofag dan neutrofil yang aktif serta berkaitan dengan keseimbangan cairan dan
kandungan H₂O₂ yang tinggi pada asap pH tubuh (Reece, 2006).
rokok akan mempermudah propagasi radikal Carbon Monoxide (CO) memiliki
bebas (Widodo, 1995). kecenderungan yang kuat untuk berikatan
Asap rokok mengandung berbagai bahan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah
kimia seperti nikotin, Carbon Monoxide merah, ikatan ini 210-300 kali lebih kuat
(CO), tar dan eugenol pada rokok kretek. daripada ikatan hemoglobin dengan oksigen
Tar merupakan zat karsinogenik, (oksihemoglobin). Seharusnya, hemoglobin
sedangkan nikotin merupakan bahan adiktif ini berikatan dengan oksigen yang sangat
yang dapat menyebabkan ketergantungan penting untuk pernapasan sel-sel tubuh,
(Aditama, 2001). tetapi karena gas CO lebih kuat daripada

24
Jurnal Medika Veterinaria Yola Heryanita, dkk

oksigen, maka hemoglobin berikatan dengan terhadap adanya karbonmonoksida dalam


gas CO. Kadar gas CO dalam darah bukan asap rokok (Underwood, 1996).
perokok kurang dari 1 %, sementara dalam Penelitian di Pakistan menunjukkan hasil
darah perokok mencapai 4 – 15% (Irawati yang berbeda, yaitu jumlah eritrosit lebih
dkk., 2011). rendah pada perokok dibandingkan dengan
Carbon monoxide menimbulkan non perokok, bahkan pada responden
desaturasi hemoglobin, menurunkan perokok menunjukkan jumlah eritrosit
langsung persediaan oksigen untuk jaringan dibawah nilai normal. Dalam penelitian
seluruh tubuh termasuk miokard. Carbon tersebut, jumlah eritrosit memiliki korelasi
monoxide menggantikan tempat oksigen di negatif terhadap jumlah rokok dan lamanya
hemoglobin, mengganggu pelepasan merokok. Jumlah eritrosit yang rendah dapat
oksigen, dan mempercepat aterosklerosis mengakibatkan terganggunya proses
(pengapuran / penebalan dinding pembuluh fisiologis dan mempengaruhi berbagai
darah). Dengan demikian, CO menurunkan macam enzim dalam proses metabolisme
kapasitas latihan fisik, meningkatkan obat ( Zafar dkk., 2003).
viskositas darah, sehingga mempermudah Hematokrit yang lebih banyak
penggumpalan darah (Irawati dkk., 2011). mengakibatkan kekentalan lebih besar, yang
Nikotin, CO dan bahan-bahan lain dalam dapat mengakibatkan lebih banyak penyakit
asap rokok terbukti merusak endotel kardiovaskuler seperti stroke dan penyakit
(dinding pembuluh darah), dan jantung (Cameron, 2006).
mempermudah timbulnya penggumpalan Galea and Davidson (1985), melakukan
darah (Mangku, 1997). penelitian terhadap 20 orang perokok,
Perokok umumnya memiliki hematokrit didapatkan perbedaan yang sangat signifikan
yang tinggi daripada yang bukan perokok. hasil dari viskositas darah (whole blood
Fakta menyatakan bahwa perokok bernafas viscosity), viskositas plasma, konsentrasi
pada 250 ml CO dari setiap bungkus rokok. fibrinogen plasma, packed cell volume, dan
Carbon monoxide mengurangi kemampuan konsentrasi karboksihemoglobin antara
eritrosit untuk membawa oksigen dan tubuh perokok dan tidak perokok.
mengkompensasi hal ini dengan Semakin besar persentase sel dalam
memproduksi lebih banyak eritrosit darah, artinya semakin besar hematokrit
(Cameron, 2006). semakin banyak gesekan yang terjadi antara
Penelitian terdahulu menunjukkan berbagai lapisan darah, dan gesekan ini
bahwa perokok memiliki jumlah eritrosit menentukan viskositas. Karena itu,
yang lebih banyak dibandingkan dengan non viskositas darah meningkat hebat dengan
perokok (Kilinc dkk., 2004). Peningkatan meningkatnya hematokrit (Guyton, 1997).
jumlah eritrosit dan berkaitan dengan Di dalam tubuh manusia terdapat enzim
lamanya merokok dan banyaknya rokok yang dapat menangkal radikal bebas, namun
yang dihisap tiap harinya (Van dkk., 2002). apabila jumlah radikal berlebihan bila
Jumlah karboksihemoglobin pada perokok terkena paparan rokok maka tubuh
berat dapat menimbulkan anoksia berat memerlukan antioksidan dari luar untuk
sehingga dapat merangsang produksi menangkal radikal bebas. Antioksidan ini
hormon eritropoitin yang dapat terdiri dari dua macam yaitu enzimatik dan
mengakibatkan eritropoisis ringan (Moya non ezimatik. Antioksidan enzimatik antara
dan Sodeman, 1985). Peningkatan eritrosit lain adalah superoksid dismutase, gluthation
dan hematokrit ini merupakan adaptasi peroksidase, dan enzim katalase, sedangkan

25
Jurnal Medika Veterinaria Yola Heryanita, dkk

antioksidan non enzimatik berupa Peralatan yang akan digunakan pada


mikronutrien seperti vitamin (Dewi, 2011). penelitian ini adalah kandang mencit
Semangka (Citrullus vulgaris) termasuk beralaskan sekam, smoking chamber, sonde
salah satu buah yang sering dikonsumsi lambung, gunting, scapel, vacutainer tube,
masyarakat dan merupakan salah satu hematologi analyzer, mikrohematokrit,
sumber likopen yang berperan sebagai timbangan, blender, pisau dan rotary
antioksidan (Bijak, 2010). Lycopene atau evaporator
yang sering disebut sebagai α-carotene Bahan-bahan yang akan digunakan
adalah suatu karotenoid pigmen merah dalam penelitian ini adalah mencit jantan,
terang yang banyak ditemukan dalam strain Balb-C berjumlah 20 ekor, umur 12-
semangka dan buah-buahan lain yang 16 minggu dengan berat badan 20-30 gram,
berwarna merah. Lycopene memiliki ekstrak semangka merah (Citrullus
kemampuan mengendalikan radikal bebas vulgaris), etanol 96%, rokok kretek, pakan
100 kali lebih efisien daripada vitamin E dan air minum mencit, Aquades,
atau 12500 kali dari pada gluthation antikoagulan EDTA (Ethylene Diamine
(Maulida dan Zulkarnaen, 2010). Tetra Acid).
Semangka mengandung likopen relatif
lebih tinggi dibandingkan dengan tomat, Metode Penelitian
bahkan terindikasi sebagai buah penghasil Mencit dibagi menjadi 4 kelompok
likopen tertinggi. Semangka mengandung perlakuan dengan 5 pengulangan.
likopen 6 ppm, sedangkan tomat Pembagian kelompok adalah sebagai
mengandung likopen antara 3-5 ppm berikut: Kelompok I (K1) sebagai kontrol
(Sutarya dkk., 2009). Selain likopen, biji negatif yaitu Kelompok yang hanya
buah semangka mengandung polifenol dan diberikan larutan aquades sebayak 0,5 ml.
flavanoid serta daunnya mengandung Kelompok II (K2) sebagai kontrol positif
polifenol. Biji kaya zat gizi dengan yaitu kelompok yang diberi paparan asap
kandungan minyak berwarna kuning 20- rokok dan diberi larutan aquades 0,5 ml.
45%, protein 30-40%, sitrullin, B12, dan Kelompok III (K3) yang diberi paparan asap
enzim urease.. Daging buah semangka rokok dan diberi ekstrak semangka dengan
rendah kalori dan mengandung air sebanyak dosis 22 mg/mencit. Kelompok IV (K4)
93,4%, protein 0,5%, karbohidrat 5,3%, yang diberi paparan asap rokok dan diberi
lemak 0,1%, serat 0,2%, abu 0,5%, dan ekstrak semangka dengan dosis 44
vitamin (A, C, dan E). Selain itu, daging mg/mencit (Yugo, 2010).
buah semangka mengandung asam amino
sitrullin (C6H13N3O3), asam aminisetat, asam Prosedur Penelitian
malat, asam fosfat, arginin, betain, likopen Ekstraksi buah semangka (Citrullus
(C4OH56), karoten, bromin, natrium, kalium, vulgaris)
silvit, lisin, fruktosa, dektrosa, dan sukrosa Proses ekstraksi dilakukan pada buah
(Syamsuhidayat dan Hutapea yang disitasi segar. Buah semangka diperoleh dari pasar
oleh Yugo, 2010). Lamnyong, Aceh Besar. Semangka yang
digunakan adalah semangka merah
MATERI DAN METODE berbentuk lonjong dan berbiji. Semangka
dicuci bersih dan dilap menggunakan tisue
bersih. Selanjutnya dikupas kulitnya
Alat dan Bahan Penelitian kemudian ditimbang seberat 5 kilogram.

26
Jurnal Medika Veterinaria Yola Heryanita, dkk

Lalu dipotong kecil-kecil dan dihaluskan mencit dari masing-masing kelompok


menggunakan blender. Selanjutnya perlakuan. Jadwal pengambilan sampel
direndam dalam pelarut etanol 96% darah adalah setelah semua kelompok diberi
sebanyak 1 liter selama 2x24 jam. perlakuan. Pengambilan darah di lakukan di
Kemudian disaring dengan kertas saring dan Plexus retroorbitalis pada mata. Mencit
diambil filtratnya. Setelah itu dirotasi dipegang dan dijepit bagian tengkuk dengan
menggunakan rotary evaporator pada suhu jari tangan. Mikro hematokrit digoreskan
40ºC dengan kecepatan 200 rpm hingga pada Canthus medial mata dibawah bola
dihasilkan ekstrak kental 100%. Tahap akhir mata ke arah foramen opticus. Mikro
ekstrak semangka dikemas dalam botol. hematokrit diputar sampai melukai plexus,
jika diputar 5x maka harus dikembalikan 5x.
Persiapan hewan coba Darah ditampung pada vacutainer tube
Hewan coba dipelihara dalam kandang yang telah diberi EDTA.
individual dengan temperatur ruangan 250C
dan memiliki sirkulasi udara serta tersedia Pemeriksaan jumlah eritrosit mencit
cahaya yang cukup. Mencit-mencit tersebut Pemeriksaan nilai eritrosit, hemoglobin,
diadaptasi selama 7 hari dengan pemberian dan hemaktokrit mencit dilakukan dengan
pakan lele t79-49 (PT Central Protina Prima) menggunakan hematology analyzer. Darah
dan air minum ad libitum. mencit dimasukkan ke dalam tabung
penghisap. Hasil berupa data hematologi
Pemaparan asap rokok dan pemberian terlihat pada monitor.
ekstrak semangka
Pemaparan asap rokok dan pemberian Analisis Data
ekstrak semangka dilakukan selama 30 hari. Data yang diperoleh dianalisis dengan
Asap rokok diberikan pada pagi hari dengan menggunakan one-way Anava dengan
membakar 1 batang rokok yang tingkat kepercayaan 95% (ɑ = 0,05), apabila
mengandung nikotin 14 mg dan 1 mg tar. terjadi perbedaan diantara masing-masing
Pemaparan asap rokok dilakukan didalam kelompok dilanjutkan menggunakan uji
smoking chamber yaitu kandang kaca Duncan’s Multiple Range Test (DMRT)
tertutup berukuran 50x40x40 cm yang dengan taraf nyata 5%. Semua data diolah
mempunyai lubang sebagai sirkulasi udara menggunakan perangkat lunak Statistical
dan lubang untuk meletakkan rokok yang Product and Service Solutions (SPSS) type
telah dibakar. Pemberian ekstrak semangka 16.0 (Gaspersz,1991).
merah dilakukan pada sore hari
menggunakan sonde lambung. Pada hari HASIL DAN PEMBAHASAN
ke31 dilakukan pengambilan darah mencit.
Rata-rata nilai eritrosit, hemoglobin dan
Proses pengambilan darah mencit hematokrit mencit Setelah dilakukan
Sampel darah diambil dari setiap ekor penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

27
Jurnal Medika Veterinaria Yola Heryanita, dkk

Gambar 1. Rata-rata ( SD) nilai eritrosit, hemoglobin dan hematokrit mencit

Gambar 1. Rata-rata (±SD) nilai eritrosit, hemoglobin dan hematokrit mencit yang diberi
paparan asap rokok dan ekstrak semangka selama 30 hari. K1 = Aquades 0,5 ml (kontrol); K2 =
Paparan asap rokok dan aquades 0,5 ml; K3 = Paparan asap rokok dan ekstrak semangka 22 mg;
K4 = Paparan asap rokok dan ekstrak semangka 44 mg.

Nilai Eritrosit rokok dan pemberian ekstrak semangka


Gambar 1. menunjukkan hasil merah terhadap nilai eritrosit berpengaruh
pemeriksaan mencit percobaan dengan sangat nyata (P<0,01) kemudian dilanjutkan
kelompok perlakuan K1 yang diberikan dengan uji duncan. Nilai eritrosit pada
aquades 0,5 ml, K2 yang dipapar asap rokok kelompok K2 menunjukkan paparan asap
dan aquades 0,5 ml, K3 yang dipapar asap rokok berpengaruh terhadap nilai eritrosit.
rokok dan ekstrak semangka 22 mg/mencit, Pada kelompok K3 dan K4 dapat dilihat
dan K4 yang dipapar asap rokok dan ektrak pada efek ekstrak semangka merah dapat
semangka 44 mg/mencit yang berpengaruh menurunkan nilai eritrosit. Efek terbaik
terhadap nilai eritrosit. Rata-rata nilai terhadap penurunan nilai eritrosit dapat
eritrosit pada kelompok K1 9.42 10⁶/µl, K2 dilihat pada kelompok K4 yaitu kelompok
13.92 10⁶/µl, K3 5.91 10⁶/µl, dan K4 7.47 yang diberi ekstrak semangka dengan dosis
10⁶/µl. Dari data tesebut terlihat bahwa rata- 44 mg/mencit.
rata nilai eritrosit terendah terdapat pada
kelompok K1, sedangkan yang tertinggi Nilai Hemoglobin
pada kelompok K2 Menurut Mitruka dan Gambar 1. Menunjukkan hasil analisa
Loeb, 1989 yang disitasi oleh Kusumawati darah terhadap kadar hemoglobin dari
(2004), nilai eritrosit normal pada mencit mencit perlakuan kelompok K1, K2, K3,
6,89 - 11,7 10⁶/µl. dan K4. Seperti halnya nilai eritrosit,
Berdasarkan uji statistik one way diagram Gambar 1. Nilai HB meningkat
ANOVA menunjukkan bahwa paparan asap mengikuti peningkatan nilai eritrosit pada

28
Jurnal Medika Veterinaria Yola Heryanita, dkk

masing-masing kelompok perlakuan. Pada hemoglobin yang mengalami peningkatan,


kelompok K1 yang hanya diberikan aquades dan juga diikuti dengan peningkatan nilai
0,5 ml rata-rata nilai hemoglobin hematokrit Pada kelompok perlakuan K1
menunjukkan 10.70 gr/dl yang menandakan nilai hematokrit 45.62 % yang masih
nilai hemoglobin masih didalam kisaran didalam kisaran nomal, dan pada kelompok
normal. Setelah pemaparan asap rokok dan perlakuan K2 setelah pemaran asap rokok
pemberian aquades 0,5 ml pada kelompok dan pemberian aquades 0,5 ml nilai rata-rata
perlakuan K2 rata-rata nilai hemoglobin hematokrit mengalami kenaikan berkisar
15.80 gr/dl. Hal ini menunjukkan nilai 53.26%, namun setelah pemaparan asap
hemoglobin setelah pemaparan asap rokok rokok dan pemberian ekstrak semangka
terjadi peningkatan. Namun, pada kelompok dosis 22 mg/mencit pada kelompok
K3 yg dipapar asap rokok dan diberi perlakuan K3 menunjukkan rata-rata
ekstraks semangka 22 mg/mencit hematokrit berkisar 52.00 %, dan
menunjukkan rata-rata nilai hemoglobin pemapaaran asap rokok dan pemberian dosis
mengalami penurunan menjadi 8.50 gr/dl 44 mg/mencit dengan kelompok perlakuan
dan pada kelompok perlakuan K4 nilai rata- K4 menunjukkan rata-rata hematokrit 50.20
rata hemoglobin mengalami peningkatan %. Menurut Mitruka dan Loeb, 1989 yang
9.70 gr/dl hal ini masih didalam kisaran disitasi oleh Kusumawati (2004), nilai
normal. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hematokrit normal pada mencit adalah 33,1
ektrak semangka berpengaruh terhadap nilai – 49,9 %.
hemoglobin mencit yang dipapar asap rokok Berdasarkan uji statistik one way
dan ekstraks semangka. Menurut Mitruka ANOVA menunjukkan bahwa paparan asap
dan Loeb, 1989 yang disitasi oleh rokok dan pemberian ekstrak semangka
Kusumawati (2004), nilai hemoglobin merah terhadap nilai hematokrit
normal pada mencit 10,7 - 11,5 gr/dl. berpengaruh sangat nyata (P<0,01)
Berdasarkan uji statistik one way kemudian dilanjutkan dengan uji duncan.
ANOVA menunjukkan bahwa paparan asap Nilai hematokrit pada kelompok K2
rokok dan pemberian ekstrak semangka menunjukkan paparan asap rokok
merah terhadap nilai hemoglobin berpengaruh terhadap nilai hematokrit. Pada
berpengaruh sangat nyata (P<0,01) kelompok K3 dan K4 dapat dilihat pada efek
kemudian dilanjutkan dengan uji duncan. ekstrak semangka merah dapat menurunkan
Nilai hemoglobin pada kelompok K2 nilai hematokrit. Efek terbaik terhadap
menunjukkan paparan asap rokok penurunan nilai hematokrit dapat dilihat
berpengaruh terhadap nilai hemoglobin. pada kelompok K4 yaitu kelompok yang
Pada kelompok K3 dan K4 dapat dilihat diberi ekstrak semangka dengan dosis 44
pada efek ekstrak semangka merah dapat mg.
menurunkan nilai hemoglobin. Efek terbaik Asap rokok adalah salah satu sumber
terhadap penurunan nilai hemoglobin dapat radikal bebas yang mengandung berbagai
dilihat pada kelompok K4 yaitu kelompok bahan kimia seperti nikotin, karbon
yang diberi ekstrak semangka dengan dosis monoksida (CO), tar dan eugenol yang
44 mg/mencit. apabila dihirup akan masuk dan terserap
dalam darah (Aditama, 2001). Karbon
Nilai Hematokrit monoksida memiliki dampak buruk terhadap
Gambar 1. menyatakan nilai hematokrit kesehatan karena CO dapat menggeser
mencit yang telah diberi perlakuan. oksigen (O2) yang terikat pada hemoglobin
Berdasarkan hasil dari nilai eritrosit dan dan mengikat hemoglobin menjadi

29
Jurnal Medika Veterinaria Yola Heryanita, dkk

karboksihemoglobin. Hal ini disebabkan akan meningkatkan NO dimana NO akan


karena afinitas CO terhadap Hb kira-kira menurunkan jumlah antioksidan intraseluler
210 kali lebih kuat daripada afinitas O2 di paru-paru yang kemudian akan merusak
terhadap Hb. Reaksi ini menyebabkan sel (salah satunya sel darah merah). Vitamin
berkurangnya kapasitas darah untuk C dapat menurunkan kerusakan sel-sel
menyalurkan O2 kepada jaringan tubuh. Gas eritrosit akibat radikal bebas karena vitamin
CO dalam dosis rendah menimbulkan efek C ini dapat meningkatkan mekanisme sistem
atau gangguan pada penderita penyakit paru, pertahanan antioksidan dalam tubuh
jantung, otak, dan organ vital (Slamet, 1996 terhadap radikal bebas (Senturk et al., 2001
yang disitasi oleh Alviventiasari, 2012). yang disitasi oleh Alviventiasari, 2012).
Eritrosit mempunyai fungsi utama Pemberian vitamin C secara oral
adalah untuk mentranspor hemoglobin, diusulkan sebagai keuntungan potensial
selanjutnya membawa oksigen dari paru- yang dapat mengurangi kerusakan oksidatif
paru ke jaringan. Pada keadaan yang terhadap jaringan yang disebabkan oleh
menyebabkan jumlah oksigen yang radikal bebas (Khasaf et al., 2013 disitasi
ditranspor ke jaringan berkurang misalnya oleh Alviventiasari, 2012). Sedangkan
dengan pemberian asap rokok maka dalam penelitian ini pemberian ekstrak
pembentukan sel darah merah juga semakin semangka merah yang salah satu
meningkat sehingga proses pengambilan kandungannya adalah vitamin C secara
oksigen juga semakin banyak. Produksi sel sonde. Vitamin C yang diberikan 1000 mg/h
darah merah dikontrol oleh mekanisme mempunyai pengaruh terhadap kerusakan
umpan balik negatif yang sensitif terhadap kualitas eritrosit akibat radikal bebas
jumlah oksigen yang mencapai jaringan (Senturk et al., 2004 yang disitasi oleh
melalui darah. Retikulosit merupakan Alviventiasari, 2012). Semangka merah juga
indikator dari sel darah merah yang mengandung likopen berfungsi sebagai
mengalami lisis, terbentuknya retikulosit antioksidan yang mampu meredam reaktif
mengindikasikan bahwa tubuh harus oksigen spesies (ROS) sehingga mengurangi
membentuk butir darah merah yang baru stress oksidatif. Likopen bereaksi dengan
(Muhammad, 2009). radikal bebas peroksi atau hidroksil yang
Hematokrit darah merupakan persentase terbentuk dari hiperoksida yang berasal dari
darah yang berupa sel. Makin besar lipid, sehingga tidak lagi berbahaya untuk
persentase sel dalam darah, maka makin tubuh. Dengan demikian kandungan radikal
besar hamatokritnya sehingga makin banyak bebas dapat dikurangi (Novita dkk., 2010).
pergeseran diantara lapisan-lapisan darah Peningkatan dan penurunan nilai
dan pergeseran inilah yang menentukan hemoglobin mengikuti gambaran nilai
viskositas. Viskositas dalam darah akan eritrosit. Hal ini dapat dimengerti
meningkat ketika hemotokrit meningkat dikarenakan nilai eritrosit, hemoglobin dan
yang mengakibatkan aliran darah melalui hematokrit merupakan rangkaian yang
pembuluh sangat lambat (Guyton, 1996). saling terkait dan berjalan sejajar jika ada
Proses eritropoisis pada orang dewasa perubahan hematologik (Paramitha, 2013).
menghasilkan sekitar 2 juta sel darah merah
baru setiap detik. Sumsum memerlukan zat- KESIMPULAN
zat tertentu supaya eritropoisis berlangsung
normal. Zat tertentu tersebut salah satunya Pemberian ekstrak semangka merah
adalah vitamin C, dimana vitamin C tersebut dengan menggunakan sonde lambung
terdapat pada semangka merah. Asap rokok dengan dosis 44 mg/kg bb mencit yang

30
Jurnal Medika Veterinaria Yola Heryanita, dkk

diberikan setelah pemaparan asap rokok Maulida, D. dan N. Zulkarnaen. 2010. Ekstraksi
Antioksidan (Likopen) dari Buah Tomat dengan
selama 30 hari dapat menurunkan nilai Menggunakan Solven Campuran, N-Heksana,
eritrosit, hemoglobin dan hematokrit mencit Aseton dan Etanol. Skripsi. Universitas
yang dipapar asap rokok. Diponegoro, Semarang.
Moya, C.E., dan T.M. Sodeman. 1985. Eritrosit. Dalam:
Patofisiologi. Suyono, J. Edisi II. EGC, Penerbit
DAFTAR PUSTAKA Buku Kedokteran, Jakarta.
Muhammad, I. 2009. Efek Antioksidan Vitami C Terhadap
Aditama, T.Y. 2001. Masalah Merokok dan Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan akibat
Penanggulangannya. Yayasan Penerbit IDI, Pemaparan Asap Rokok. Tesis. Sekolah Pasca
Jakarta. Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alviventiasari, R.S. 2012. Pengaruh Pemberian Dosis Novita, M., J. Mangimbulude, dan Rondonuwu, F.S. 2010.
Bertingkat Jus Mengkudu (Morinda Citrifolia L) Karakteristik Likopen Sebagai Antioksidan.
Terhadap Jumlah Eritrosit Tikus Galur Wistar Prosiding Seminar Nasional Sains. Pendidikan
(Rattus nevergicus) yang Diberi Paparan Asap Sains, Universitas Kristen Satya Wacana, Jawa
Rokok. Karya Ilmiah. Program Pendidikan Tengah
Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Paramitha, D.U. 2013. Perhitungan Jumlah Eritrosit, Kadar
Universitas Diponegoro, Semarang. Hemoglobin, dan Nilai PCV (Packed Cell Volume)
Bijak, R.P. 2010. Pengaruh Jus Buah Semangka Merah Ayam Buras (Gallus domesticus) yang terinfeksi
(Citrullus vulgaris) Terhadap Kerusakan Sel Ginjal plasmodium sp. Di Kabupaten Pasuruan. Skripsi.
Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas
Parasetamol. Skripsi. Fakultas Kedokteran. Airlangga, Surabaya.
Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Reece, W.O. 2006. Functional Anatomy and Physiology
Cameron, J.R. 2006. Fisika Tubuh Manusia. Penerbit of Domestic Animals. 3rd Ed. Blackwell
EGC, Jakarta. Publishing, USA.
Dewi, E.R.S. 2011. Pengaruh pemberian ekstrak buah Sutarya, R., G. Grubben, dan H. Sutarno. 2009. Pedoman
mengkudu terhadap histopatologi testis tikus putih Bertanam Sayuran Dataran Rendah. Gajah
setelah menghirup asap rokok. Bioma. 1(2):2-3. Mada University Press, Yogyakarta.
Galea, G. and R.J.L. Davidson. 1985. Haematological and Underwood, J.C.E. 1996. Darah dan Sumsum Tulang.
Haemorheological changes associated with Dalam: Patologi Umum dan Sistematika. Sarjadi.
cigarette smoking. J. Clin. Pathol. 38(9):78 – 84. Edisi II. EGC, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. C. Van, T.E., Peeters, H.A. Smit, N.J. Nagelkerke, L.A.J. Van,
V. Amico, Bandung. D.E. Grobbee, dan H.B. Bueno. 2002. Quitting
Guyton, A.C. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. smoke may restore hematological characteristic
Editor Bahasa Indonesia: Irawati, S. Ed. 9. EGC, within five years. http://www.ncbi.nlm.nih.com.
Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. (4 Oktober 2015).
Guyton, A.C. 1996. Buku Teks Fisiologi Kedokteran. Widodo, M.A. 1995. Efek pemicu radikal bebas dan
EGC, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. vitamin E pada diabetes komplikasi pembuluh
Irawati, L., Julizar, dan M. Irahmah. 2011. Hubungan darah tikus diabetes. Laporan Penelitian Hibah
jumlah dan lamanya merokok dengan viskositas Bersaing 1992-1995. Fakultas Kedokteran
darah. Majalah Kedokteran Andalas. Bagian Universitas Brawijaya, Malang.
Fisika Kedokteran Fakultas Kedokteran. Yugo, H.P. 2011. Efek Hepatoprotektor Jus Semangka
Universitas Andalas, Padang. 35(2):139. Merah (Citrullus vulgaris) Terhadap Kerusakan Sel
Kilinc, M., I. Yildirim, F. Inanc, and E. Kurutas. 2004. The Hepar Tikus Putih (Rattus norvegicus) Akibat
investigation of the efferctof marafl powder Paparan Parasetamol. Skripsi. Universitas Sebelas
(smokeless Tobacco) on hematological parameters. Maret, Surakarta.
http://tjh.dergisi.org. (4 Oktober 2015). Zafar, I., K.N. Mohammad, M. Nisar, M. Rashida,
Kusumawati, D. 2004. Bersahabat dengan Hewan Coba. Assadullah, B. Shumahila, dan S.N. Mohammad.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 2003. Effects of cigarette smoking on erythrocytes,
Mangku. S. 1997. Usaha Mencegah Bahaya Merokok. leukocytes and haemoglobin.
Gramedia, Jakarta. http://www.ansinet.org. (4 Oktober 2015).

31

You might also like