Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1. Umum
p = p* + Ee
dengan :
p : nilai eksak
p* : nilai perkiraan
Ee : kesalahan terhadap nilai eksak
Indeks e menunjukkan bahwa kesalahan dibandingkan terhadap nilai eksak.
Dari bentuk persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa kesalahan adalah
perbedaan antara nilai eksak dan nilai perkiraan, yaitu :
Ee = p - p* (1.1)
Bentuk kesalahan seperti diberikan oleh Persamaan (1.1) disebut dengan
kesalahan absolut. Kesalahan absolut tidak menunjukkan besarnya tingkat
kesalahan. Sebagai contoh, kesalahan satu sentimeter pada pengukuran panjang
pensil akan sangat terasa dibanding dengan kesalahan yang sama pada
pengukuran panjang jembatan.
Besarnya tingkat kesalahan dapat dinyatakan dalam bentuk kesalahan
relatif, yaitu dengan membandingkan kesalahan yang terjadi dengan nilai eksak.
𝐸𝑒
𝜀𝑒 = (1.2)
𝑝
Kesalahan relatif sering diberikan dalam bentuk persen seperti berikut ini.
𝐸𝑒
𝜀𝑒 = x 100%(1.3)
𝑝
𝐸𝑎
𝜀𝑎 = x 100% (1.4)
𝑝∗
dengan:
Ea : kesalahan terhadap nilai perkiraan terbaik
p* : nilai perkiraan terbaik.
𝑃∗𝑛+1 − 𝑃∗𝑛
𝜀𝑎 = 𝑥 100% (1-5)
𝑃∗𝑛+1
dengan
P*n : nilai perkiraan pada iterasi ke n
Contoh 1
Pengukuran panjang jembatan dan pensil memberikan hasil 9999 cm dan 9
cm. Apabila panjang yang benar (eksak) berturut-turut adalah 10.000 cm dan 10
cm, hitung kesalahan absolut dan relatif.
Penyelesaian
a. Kesalahan absolut
- Jembatan:
Ee = 10.000 - 9999 = 1 cm
- Pensil:
Ee = 10 - 9 = 1 cm
b. Kesalahan relatif
- Jembatan:
𝐸𝑒 1
𝜀𝑒 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 0,01%
𝑝 10.000
- Pensil:
1
𝜀𝑒 = 𝑥 100% = 10%
10
Contoh 2
Hitung kesalahan yang terjadi dari nilai ex denganx=0,5 apabila hanya
diperhitungkan beberapa suku pertama saja. Nilai eksak darie0,5 = 1,648721271.
Penyelesaian
Untuk menunjukkan pengaruh hanya diperhitungkannya beberapa suku pertama
dari deret terhadap besarnya kesalahan pemotongan, maka hitungan dilakukan
untuk beberapa keadaan. Keadaan pertama apabila hanyadiperhitungkan satu
suku pertama, keadaan kedua hanya dua suku pertama, dan seterusnya sampai
memperhitungkan 6 suku pertama. Nilai ex dapat dihitung berdasarkan deret
berikut ini.
𝑥
𝑥2 𝑥3 𝑥4
𝑒 = 1+𝑥+ + + + … ….
2! 3! 4!
a. Diperhitungkan satu suku pertama :
𝑒𝑥 ≈ 1
Kesalahan relatif terhadap nilai eksak dihitung dengan Persamaan (1.3):
𝐸𝑒 1,648721271 − 1
𝜀𝑒 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 39,35%
𝑝 1,648721271
b. Diperhitungkan dua suku pertama :
𝑒𝑥 = 1 + 𝑥
untuk x =0,5 maka :
𝑒 0,5 = 1 + 0,5 = 1,5
1,648721271 − 1,5
𝜀𝑒 = 𝑥 100% = 9,02 %
1,648721271
𝐸𝑎 1,5 − 1
𝜀𝑎 = ∗
𝑥 100% = 𝑥 100% = 33,33%
𝑃 1,5
c. Diperhitungkan 3 suku pertama :
𝑥2 0,52
𝑒𝑥 = 1 + 𝑥 + = 1 + 0,5 + = 1,625
2! 2
1,648721271 − 1,625
𝜀𝑒 = 𝑥 100% = 1,44%
1,648721271
𝐸𝑎 1,625 − 1,5
𝜀𝑎 = ∗
𝑥 100% = 𝑥 100 % = 7,69 %
𝑃 1,625
Hitungan dilanjutkan dengan memperhitungkan sampai 6 suku pertama, dan
hasilnya diberikan dalam Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Suku Hasil e (%) a (%)
1 1 39,3 -
2 1,5 9,02 33,3
3 1,625 1,44 7,69
4 1,645833333 0,175 1,27
5 1,648437500 0,0172 0,158
6 1,648697917 0,00142 0,0158
1.4. Deret Taylor
∆𝑥 ∆𝑥 2 ∆𝑥 3
𝑓(𝑥𝑖+1 ) = 𝑓(𝑥𝑖 ) + 𝑓 ′ (𝑥𝑖 ) + 𝑓 ′′ (𝑥𝑖 ) + 𝑓 ′′′ (𝑥𝑖 ) + ⋯…
1! 2! 3!
∆𝑥 𝑛
+ 𝑓 𝑛 (𝑥𝑖 ) + 𝑅𝑛 (1.6)
𝑛!
Dengan :
f(xi) : fungsi di titikxi
f(xi+1) : fungsi di titikxi+1
f’, f”,….., fn : turunanpertama, kedua,…., kendarifungsi
x : langkahruang, yaitujarakantaraxidanxi+1
Rn : kesalahanpemotongan
! : operator factorial, misalkan 3! = 1 x 2 x 3
∆𝑥 (𝑛+1) ∆𝑥 𝑛+2
𝑅𝑛 = 𝑓 𝑛+1 (𝑥𝑖 ) + 𝑓 𝑛+2 (𝑥 )
𝑖 + …. (1.7)
(𝑛 + 1)! (𝑛 + 1)!
∆𝑥 ∆𝑥 2 ∆𝑥 3
𝑓(𝑥𝑖+1 ) = 𝑓(𝑥𝑖 ) + 𝑓 ′ (𝑥𝑖 ) + 𝑓 ′′ (𝑥𝑖 ) + 𝑓 ′′′ (𝑥𝑖 ) + ⋯…
1! 2! 3!
∆𝑥 𝑛
+ 𝑓 𝑛 (𝑥𝑖 ) + 𝑅𝑛 (1.6)
𝑛!
Apabila hanya diperhitungkan satu suku pertama dari ruas kanan, maka
Persamaan (1.6) dapat ditulis dalam bentuk :
Pada Persamaan (1.8) yang disebut sebagai perkiraan order nol, nilaifpada
titikxi+1sama dengan nilai padax,. Perkiraan tersebut adalah benar jika fungsi
yang diperkirakan adalah suatu konstan. Jika fungsi tidak konstan, maka harus
diperhitungkan suku-suku berikutnya dari deret Taylor.
Bentuk deret Taylor order satu, yang memperhitungkan dua suku pertama,
dapat ditulis dalam bentuk :
∆𝑥
𝑓(𝑥𝑖+1 ) ≈ 𝑓(𝑥𝑖 ) + 𝑓 ′ (𝑥𝑖 ) (1.9)
1!
Deret Taylor yang memperhitungkan tiga suku pertama dari ruas kanan
dapatatau
ditulis menjadi:
∆𝑥 ∆𝑥 2
𝑓(𝑥𝑖+1 ) ≈ 𝑓(𝑥𝑖 ) + 𝑓 ′ (𝑥𝑖 ) + 𝑓" (𝑥𝑖 ) (1.10)
1! 2
Atau
𝜕𝑓 𝑓(𝑥𝑖+1 ) − 𝑓(𝑥𝑖 )
= 𝑓 ′ (𝑥𝑖 ) = − 𝑂(∆𝑥) (1.13)
𝜕𝑥 ∆𝑥
atau
∆𝑥 3
𝑓(𝑥𝑖+1 ) − 𝑓(𝑥𝑖−1 ) = 2𝑓 ′ (𝑥𝑖 )∆𝑥 + 2𝑓 ′′′ (𝑥𝑖 ) +⋯
3!
atau
𝜕𝑓 𝑓(𝑥𝑖+1 ) − 𝑓(𝑥𝑖−1 ) ∆𝑥 2
= 𝑓 ′ (𝑥𝑖 ) = − 𝑓 ′′′ (𝑥𝑖 ) … … ..
𝜕𝑥 2∆𝑥 6
𝜕𝑓 𝑓(𝑥𝑖+1 ) − 𝑓(𝑥𝑖−1 )
= 𝑓 ′ (𝑥𝑖 ) = + 𝑂(∆𝑥 2 ) − … … .. (1.17)
𝜕𝑥 2∆𝑥
Dari Persamaan (1.17) terlihat bahwa kesalahan pemotongan berorder x2 sedang
diferensial maju dan mundur berorder x. Untuk interval x kecil, nilai
pada atau
kesalahan pemotongan yang berorder 2 (x2 ) lebih kecil dariorder 1 (x). Hal ini
menunjukkan bahwa perkiraan diferensial terpusat lebihteliti dibanding diferensial
maju atau mundur. Keadaan ini juga dapat dilihat pada Gambar 1.2. Kemiringan
garis yang melalui titik A dan C (diferensial terpusat) hampir sama dengan
kemiringan garis singgung dari fungsi di titik xi; dibanding dengan kemiringan
garis singgung yang melalui titik A dan B (diferensial mundur) atau titik B dan C
(diferensial maju).
∆𝑥 2 ∆𝑥 4
𝑓(𝑥𝑖+1 ) + 𝑓(𝑥𝑖−1 ) = 2𝑓(𝑥𝑖 ) + 2𝑓 ′′ (𝑥𝑖 ) + 2𝑓 ′′′′ (𝑥𝑖 ) +⋯
2! 4!
atau
𝜕 2𝑓 ′′
𝑓(𝑥𝑖+1 ) − 2𝑓(𝑥𝑖 ) + 𝑓(𝑥𝑖−1 )
= 𝑓 (𝑥𝑖 ) = − 𝑂(∆𝑥 2 )
𝜕𝑥 2 ∆𝑥 2
(1.18)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk diferensial (biasa
ataupun parsil) dapat diubah dalam bentuk diferensial numerik (beda hingga).
Contoh Soal:
Diketahui suatu fungsi f(x) = 0,25x3 + 0,5x2 + 0,25x + 0,5. Dengan menggunakan
deret taylor orde nol, satu, dua dan tiga, perkirakan fungsi tersebut pada titik
xi+1=1, berdasarkan nilai fungsi pada titik xi = 0. Titik xi+1 = 1 berada pada jarak
= 1 atau
dari titik xi = 0
Penyelesaian
Karena bentuk fungsi sudah diketahui, maka dapat dihitung nilai f(x) antara 0 dan
1.
Untuk xi = 0 maka f(x = 0) = 0,25 (0)3 + 0,5 (0)2 + 0,25 (0) + 0,5 = 0,5
Untuk xi+1 = 0 maka f(x = 1) = 0,25 (1)3 + 0,5 (1)2 + 0,25 (1) + 0,5 = 1,5
Jadi nilai eksak untuk f(x=1) adalah 1,5. Apabila digunakan deret Taylor orde nol,
maka berdasarkan persamaan 1.8 didapat
f(xi+1) f(xi = 0) 0,5
seperti pda gambar dibawah ini, pekiraan orde nol adalah konstan dan kesalah
pemotongannya adalah
Ee = p – p* = 1,5 – 0,5 = 1
Apabila digunakan deret Taylor orde satu, nilai f(xi+1 = 1) dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 1.9. pertama kali dihitung turunan fungsi di titik xi = 0
f’(xi = 0) = 0,75x2 + x + 0,25 = 0,75 (0)2 + 0 + 0,25 = 0,25
Sehingga diperoleh:
∆x 1
f(xi + 1) f(xi) + f’(xi) 1! ≈ 0,5 + 0,25 x = 0,75
1
dalam gambar 1.5 perkiraan orde satu adalah garis lurus,dan kesalahan
pemotongan adalah
Ee = p – p* = 1,5 – 0,75
Apabi;a digunakan deret Taylor orde dua, nilai f(xi+1 = 1) dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 1,11. Dihitung turunan kedua dari fungsi di titik xi = 0
f” = 1,5x + 1 = 1,5 (0) + 1 = 1,0
sehingga diperoleh
𝑥 2
f(xi + 1) ≈ f(xi) + f’(xi)x + f”(xi)
2
1
≈ 0,5 + 025 𝑥 1 + 1 𝑥 = 1,25
1𝑥2
Dari gambar 1.5 perkiraan orde dua adalah garis lengkung, dan kesalahan
pemotongan adalah
Ee = p – p* = 1,5 – 1,25 = 0,25
Apabila digunakan deret Taylor orde tiga, persamaan 1.6 menjadi
atau 𝑥 2 𝑥 3
f(xi + 1) ≈ f(xi) + f’(xi)x + f”(xi) + 𝐹 ′′′ (𝑥𝑖)
2 3
Turunan fungsi ketiga adalah
f’’’(xi = 0) = 1,5
sehingga diperoleh
1 1
f(xi + 1 = 1) = 0,5 + o, 25x1 + 1x + 1,5x = 1,5
1x2 1x2x3
kesalahan pemotongan adalah
Ee = p – p* = 1,5 – 1,5 = 0
Dapat dilihat bahwa dengan menggunakan deret Taylor orde tiga, hasil
penyelesaian numerik sama dengan penyelesaian secara eksak
atau