You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masalah kenakalan remaja (Juvenile Delinquency) sering menimbulkan kecemasan
sosial karena dapat menimbulkan “gap generation”, sebab anak-anak yang diharapkan
sebagai kader-kader penerus serta calon-calon pemimpin bangsa banyak tergelincir
dalam lumpur kehinaan, bagaikan kuncup bunga yang berguguran sebelum mekar
menyerbakkan wangi.
Sebab masa remaja adalah masa di mana segala sesuatu ingin dicoba. Segalanya
ingin dirasakan. Walaupun cukup rumit dan banyak persoalan yang terjadi pada masa
ini, sebagian besar remaja dapat berkembang menjadi remaja yang normal. Kenormalan
ini dapat berupa krisis identitas yang relatif lunak; hubungan dengan keluarga,
kelompok bermain, pemahaman terhadap apa yang dilihat dari media massa dan sistem
pendidikan cukup baik. Remaja-remaja ini mempunyai kepercayaan diri, harga diri, dan
mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah pribadinya. Di lain pihak ada remaja
yang tidak memiliki hubungan yang harmonis dalam keluarga, kelompok bermain,
pengaruh media masa, hingga proses pendidikan berjalan tidak normal. Berbagai
masalah, misalnya, dalam hal pelanggaran moral atau peraturan yang berlaku serta
kejahatan. Bila individu ini sulit dikendalikan, maka hadirlah individu yang disebut
sebagai remaja yang nakal.
Kenakalan remaja sebagai suatu sifat kodrati yang tidak dapat dibedung atau
ditiadakan, tetapi bisa ditangkal dengn cara-cara/usaha-usaha secara bijak, sehingga
tidak berakibat fatal atau merugikan masyarakat banyak. Untuk itu upaya-upaya
menangkal secara bijak, tepat dann efesien merupakan topik pembahasan yang akan
diketengahkan, agar memperoleh tambahan masukan untuk menghasilkan terapi yang
semakin akurat bagi pendidik pada khususnya dalam mengembangkan sumber daya
manusia yang berkualitas melalui humaniora (ilmu-ilmu untuk memajukan manusia)
sehingga mencapai kemanusiaan yang sesungguhnya.

1
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya, yaitu :
1) Kenakalan remaja perspektif KUHP dan HAM
2) Kenakalan remaja perspektif ilmu psikologi
3) Kenakalan remaja perspektif ilmu kritis

3. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memahami kenakalan remaja dari
perspektif KUHP dan HAM, psikologi, serta ilmu kritis.

4. Study Kasus

http://news.okezone.com/read/2019/02/02/512/2012750/terlibat-tawuran-seorang-
pelajar-smk-tewas-dibacok

Seorang pelajar SMK tewas setelah terlibat tawuran antara dua SMK berbeda
diwilayah Magelang, Jawa Tengah. Korban menderita luka parah akibat sabetan senjata
tajam hingga kehilangan banyak darah.

2
Korban berinisial NA warga Desa Salam, Kabupaten Magelang. Dia tercatat sebagai
pelajar kelas 3 SMK dan masih dibawah umur. Peristiwa tawuran yang merenggut
nyawa korban terjadi di Jalan Munggur Mungkid, Kabupaten Magelang, pada Kamis 31
Januari pukul 17. 00 WIB.
“Terjadi tawuran antar pelajar yang melibatkan para siswa dari dua sekolah
menengah kejuruan. Mereka datang dari dua arah yaitu dari arah timur dan selatan,”
kata Kapolres Magelang, AKBPYudianto Adhi Nugroho, Jumat (1/2/2019).
Dua kelompok massa saling berhadap-hadapan yang dilanjutkan menyerang dengan
senjata tajam. Massa juga membawa petasan dan dilempar ke kelompok lawan. Tak
ayal, tawuran pecah di jalanan hingga jatuh korban jiwa.
“Diawali dengan massa dari arah timur menyulut petasan diarahkan ke arah massa
dari selatan. Setelah itu terjadi saling menyerang menggunakan senjata tajam dan ada
salah seorang dari mereka jatuh bersimbah darah.” Ucap kapolres.
Anggota Polres Magelang yang mendengar informasi tentang tawuran tersebut
segera menuju lokasi kejadian. Polisi membubarkan tawuran dan mengamankan para
pelaku berikut saksi salah satu pelaku yang harus berhadapan hukum tercatat masih di
bawah umur.
Anak tersebut berinisial NAP warga Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang.
Sedangkan dua tersangka lainnya yakni LR (18), warga Kecamatan Mertoyuden
Kabupaten Magelang, dan IP (19) warga Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang.

3
https://news.okezone.com/read/2019/01/15/512/2004726/pelajar-solo-ini-buat-grup-
whatsapp-khusus-untuk-janjian-bolos-sekolah

Sebanyak 12 pelajar yang terdiri dari delapan pelajar SMA dan empat pelajar SMP
tertangkap saat membolos oleh petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota
Solo, Selasa (15/1/2019).
Di HP pelajar yang tertangkap itu, petugas Satpol PP menemukan grup WhatsApp
(WA) khusus para siswa yang suka bolos sekolah. Grup itu bernama ‘Bolo-dewe’.
Admin grup tersebut berinisial YD, siswa salah satu SMA di Solo. YD mengaku baru
beberapa bulan lalu membentuk grup WA tersebut. lewat grup WA itu dia
mengkoordinir member grup untuk membolos satu hari sebelumnya.
Besok paginya Pukul 06.30 WIB, ia meminta konfirmasi lagi ke kawan-kawan di
grup itu untuk memastikan akan membolos dan berkumpul di mana. Jika tertangkap, dia
berdalih membolos karena bangun kesiangan. Ia mengaku baru sekali ini tertangkap dan
kini jera setelah tertangkap Satpol PP.
Kabid Tribun Tranmas, Agus Sis Wuryanto, saat ditemui Solopos.com diruang
kerjanya mengatakan, para pelajar yang tertangkap kedapatan sedang bersantai di
warung makan pada saat jam sekolah.

4
“Para pelajar sering kali beralasan terlambat sehingga tidak masuk sekolah. Alasan
klasiknya ya kesiangan, tetap kami amankan di markas Satpol PP untuk kami lakukan
pembinaan,” ujarnya.
Ia menambahkan operasi siswa bolos dilakukan di seluruh kecamatan di kota Solo.
Operasi dilakukan Pukul 08.00 hingga pukul 10.00 WIB dengan sasaran lokasi yang
sering digunakan untuk nongkrong.
Menurutnya, para siswa yang tertangkap lalu dibina di markas Satpol PP dan diminta
membuat surat pernyataan tidak akan mengulangi lagi perbuatan mereka. Kemudian
guru sekolah para pelajar itu dipanggil untuk menjemput mereka.
Siswa yang tertangkap bolos untuk kali kedua diwajibkan lapor ke markas Satpol PP
setiap hari dan sekolah siswa tersebut harus bekoordinasi dengan Satpol PP.
Para siswa yang tertangkap lantas dibawa ke Griya PMI, Mojosongo, untuk melihat
kaum tunawisma agar siswa menyadari dampak dari membolos. Selain dibina, HP
mereka diperiksa untuk memastikan tidak ada konten porno.
Siswa yang kedapatan memiliki video porno akan dipanggil orang tauanya.
Berdasarkan data yang dihimpun Solopas.com, pada 2019, Satpol PP menangkap 49
siswa yang membolos dari berbagai kawasan di Kota Solo.

5
https://lifestyle.okezone.com/read/2019/01/08/196/2001323/video-viral-
segerombolan-murid-sekolah-menghisap-rokok-saat-guru-mengajar

Kelakuan anak-anak sekarang kadang di luar batas wajar. Beberapa hal yang mereka
kerjakan kadang merusak moral dan dianggap tidak pantas untuk dilakukan. Salah
satunya yang kini sedang ramai dibahas. Adalah sekelompok murid sekolah menengah
atas yang kedapatan merokok di dalam kelas. Parahnya lagi, momen itu mereka lakukan
selagi guru mrngajar di depan kelas.
Akun Twitter @hati2dimedsos yang membagikan video singkat tersebut. video itu
kini sudah ditonton sebanyak 64 ribu kali. Sampai video ini diberitakan Okezone, sudah
banyak netizen yang membahas keburukan ini dan belum ada keterangan lebih lanjut
terkait lokasi dan sanksi yang diberikan.
Dapat dijelaskan sedikit, dalam video tersebut perekam video dengan bangga
memperlihatkan teman-temannya yang sedang merokok di kelas. Ekspesi anak muda
oitu pun bangga dan bahagia saat menghembuskan asap rokok tersebut.
Tidak hanya satu atau dua orang yang merokok, tetapi ada sekitar 5 murid yang
melakukan hal tidak terpuji ini. Mereka seperti sadar bahwa apa yang dilakukan tidak

6
akan membuat sang guru marah dan samapi video ini selesai pun memang ada reaksi
apa-apa dari sang guru.
Jika didengar lebaih detail, si perekam video juga mengatakan bahwa teman-
temannya itu suka sekali menonton porno dan tak jarang mereka juga melihat video tak
senonoh itu didalam kelas.
Melihat video ini, netizen pun geram. Banyak dari mereka yang kemudian murka dan
menganggap apa yang sudah di lakukan itu adalah contoh yang buruk.

7
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi Kenakalan Remaja

Deliquency berasal dari kata Latin delinqueren yang artinya lalai (neqlect) dan hal
ini dapat diinterprestasikan secara luas sebagai, kelalaian yang dilakukan oleh remaja.
Ada kesepakatan umum di antara negara-negara di dunia ini beranggapan, bahwa
sesuatu perbuatan yang anti sosial, yang dalam perundang-undangan pidana disebut
sebagai kenakalan bila dilakukan oleh remaja.1

Kenakalan anak menurut Benyamin Fine meliputi: Perbuatan dan tingkah laku
yang melanggar norma hukum pidana dan pelanggaran-pelanggaran terhadap
kesusilaan, ketertiban dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, yang
dilakukan oleh anak-anak yang berumur dibawah 21 tahun (Simanjuntak, dalam
Sumiyanto, 1994:22)2

Musen dan kawan-kawan (Nur Yaddien, 2008:11) menyatakan, bahwa kenakalan


remaja yang dalam bahasa Inggris disebut dengan Juvenile Delinquency atau perbuatan
menyimpang yang dilakukan oleh remaja adalah setiap perbuatan yang melanggar
hukum pidana yang bila dilakukan oleh orang dewasa disebut kejahatan (crime) dan bila
dilakukan oleh anak umur tertentu disebut kenakalan. Tingkah laku delinquency pada
umumnya dikenal sebagai istilah lain dari crime yang dilakukan oleh anak muda atau
remaja berupa tingkah laku yang tidak patut (tercela) sampai dengan melakukan
kejahatan. Pada lain pihak ada yang menyebut deliquency sebenarnya bentuk tingkah
laku kenakalan remaja, akan tetapi batasan arti dari pada kenakalan tidak lebih dari
pemberian arti atas pertimbangan psikologis.

1
Kayum, Lestaluhu, Legal Pluralism, Analisis Kriminologis terhadap Kenakalan Remaja, vol 2 no 1.
hlm. 71

2
Rahman Taufiqrianto Dako, Jurnal Inovasi: Kenakalan Remaja, Volume 9, No.2, Juni 2012 Issn
1693-9034, hlm. 2

8
Yang memandang kurang tepat apa bila remaja diberikan julukan penjahat kecil
meskipun tingkah lakunya sudah meningkat pada perbuatan kejahatan. Seringkali
timbul kesimpangsiuran dalam mempergunakan istilah crime yang dipergunakan untuk
menyatakan kejahatan terhadap pelaku delinquency (Nur Yaddien, 2008:12). Masalah
kejahatan atau kenakalan remaja yang sering diidentikkan dengan Juvenile Delinquency
itu kalau diterjemahkan kata demi kata bahwa Juvenile adalah anak sedangkan
Deliquency kejatan. Apabila terjemahan Juvenile Delinquency diartikan dengan
kejahatan remaja ini akan membawa pengaruh terhadap perkembangan jiwa anak, lagi
pula anak merasah dirinya telah diberi julukan pejahat dan akan menimbulkan isolasi
diri, padahal istilah tersebut digunakan untuk orang dewasa. Adapun mereka dalam
berbuat belum dapat memikirkan akibat-akibat negatif yang akan terjadi baik terhadap
dirinya maupun terhadap masyarakat dan tidak merasakan bahwa tingkah lakunya
keliru, karena motifasi dari tindakannya belum disadari (Nur Yaddien, 2008:14).3

2. Kenakalan Remaja menurut KUHP dan HAM


Menurut KUHP Pasal 45-47 menyebutkan bahwa “belum dewasa ... umurnya
belum 16 tahun.”

Dalam sistem perundang-undangan negara kita sendiri terdapat beraneka ragam


penafsiran terhadap istilah dibawah umur, termasuk istilah remaja tersebut. Seperti yang
diatur dalam Pasal 330 sub (1) BW, yang ditulis oleh Subekti,4 amengenai batas usia
remaja disebutkan sebagai berikut : “Belum dewasa adalah mereka yang belum
mencapai umur genap 21 Tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin. Apabila
perkawinan itu bubar sebelum umur mereka genap 21 tahun, maka mereka tidak
kembali lagi dalam kedudukan belum dewasa.”

3
Op Cit., hlm. 81-82

4
Subekti, R. dan R.Tjitrosudibio, 2006. Kitab Undang-Undng Hukum Perdata (Burgelijk
Wetboek) Dengan Tambahan Undang-Undang Pokok Agrarian Dan UndangUndang Perkawinan.
Cetakan ketigapuluh tujuh, Jakarta : Pradnya Paramita. Hal 90-91

9
Perkawinan menurut Pasal tersebut (Pasal 330 sub (1) KUHPerdata), adalah bukan
termasuk perkawinan anak-anak. Dari bunyi Pasal tersebut pula nampak bahwa istilah
dibawah umur adalah sama dengan belum dewasa. Terhadap perbuatan pidana yang
dilakukan oleh seorang yang masih dibawah umur atau belum dewasa ini, juga diatur
dalam Pasal 45 KUHPidana, seperti yang ditulis oleh R.Soesilo5, yang berbunyi sebagai
berikut :

“Jika seorang yang belum dewasa dituntut karena perbuatan yang dikerjakannya
ketika umurnya belum enam belas tahun, hakim boleh: memerintahkan supaya
sitersalah itu dikembalikan kepada orang tuanya; walinya atau pemeliharanya, dengan
tidak dikenakan suatu hukuman; atau dengan memerintahkan, supaya sitersalah
diserahkan kepada pemerintah dengan tidak dikenakan suatu hukuman yakni jika
perbuatan itu masuk bagian kejahatan atau salah satu pelanggaran yang diterangkan
dalam Pasal 489, 490, 492, 496, 497, 503-505, 514, 517-519, 526, 531, 532, 536, dan
540 dan perbuatan itu dilakukannya sebelum lalu dua tahun sesudah keputusan dahulu
yang menyalahkan dia melakukan salah satu pelanggaran ini atau sesuatu kejahatan;
atau menghukum anak yang bersalah itu.”

Pasal 1 ayat (1) UndangUndang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak,
ditegaskan bahwa anak adalah orang yang dalam perkara Anak Nakal telah mencapai
umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan
belum pernah kawin.
Dari ketentuan pasal tersebut, dapat kita simpulkan bahwa belum dewasa itu sama
pengertiannya dengan ketika umurnya belum mencapai 16 tahun, dimana sampai seusia
itu seseorang yang melakukannyadan berbuat kesalahan, hakim dapat memutuskan
salah satu dari tiga kemungkinan, yaitu:
a. Anak itu dikembalikan kepada orang tuanya atau walinya, dengan tidak dijatuhi
hukuman apa.

5
Soesilo. R. 1995. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Lengkap Komentar-
Komentarnya. Lengkap Pasal Demi Pasal, Cetak Ulang. Bogor. Politeia hal. 61

10
b. Anak itu dijadikan anak negara, hal ini dilakukan apabila anak itu telah berbuat
suatu kejahatan atau pelanggaran yang termasuk dalam Pasal 45 KUHPidana dan
sebagai residivis.
c. Anak itu dijatuhi hukuman seperti biasa, dalam hal ini ancaman hukuman
dikurangkan dengan sepertiganya. Terlihat jelas belum adanya keseragaman mengenai
pengertian dari istilah “remaja”, baik yang diberikan oleh para ahli maupun yang
dikemukakan dalam undang-undang. Hal ini dapat kita lihat dari batasan usia yang
diberikan yang dikategorikan sebagai remaja sangat bervariasi yakni berkisar antara 16
tahun sampai 21 tahun.

Sedangkan definisi kenakalan remajanya, sebagai berikut :

Menurut M. Gold dan J. Petronio mendefinisikan kenakalan remaja adalah tindakan


seseorang yang belum dewasa yang sengaja melanggar hukum dan yang diketahui oleh
anak itu sendiri bahwa jika perbuatannya itu sempat diketahui oleh petugas hukum ia
bisa dikenai hukuman.6

Kenakalan remaja itu sendiri meliputi semua perilaku yang menyimpang dari
norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan
merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Masalah kenakalan remaja
mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusus sejak terbentuknya peradilan untuk
anak-anak nakal (juvenile court) pada 1899 di Illinois, Amerika Serikat.7

Dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang
berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu : (1) kenakalan yang bersifat amoral dan
sosial serta tidak diantar dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit
digolongkan sebagai pelanggaran hukum ; (2) kenakalan yang bersifat melanggar

6
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hal.
205
7
Dadan Sumara , Dkk, Kenakalan Remaja Dan Penanganannya, Jurnal Penelitian & Ppm Issn:
2442-448x Vol 4, No: 2, Hlm 347

11
hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undangundang dan hukum yang berlaku
sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa.

Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja kedalam


tiga tingkatan ; (1) kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos
sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit (2) kenakalan yang menjurus pada pelanggaran
dan kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa
izin (3) kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar
nikah, pemerkosaan dll. Kategori di atas yang dijadikan ukuran kenakalan remaja dalam
penelitian.8

Seorang kriminolog, Soedjono Dirjosisworo mengemukakan asas umum dalam


penanggulangan kenakalan remaja (crime prevention) yang banyak dipakai oleh negara-
negara yang telah maju, asas ini merupakan gabungan dua sistem, yakni:9
1. Cara Moralitas Dilaksanakan dengan menyebarluaskan ajaran-ajaran agama dan
moral, perundang-undangan yang baik dan sarana-sarana lain yang dapat menekan
nafsu untuk berbuat kejahatan.
2. Cara Abolisionistis Yaitu berusaha memberantas, menanggulangi kejahatan
dengan sebab musababnya, umpamanya diketahu bahwa faktor tekanan ekonomi
(kemelaratan) merupakan salah satu faktor penyebab kejahatan, maka usaha untuk
mencapai tujuan dalam mengurangi kejahatan yang disebabkan oleh faktor ekonomi
merupakan cara abolisionistis.
Oleh karena tindakan delinkuen anak remaja itu banyak menimbulkan kerugian
materil dan kesengsaraan batin, baik pada subyek pelaku sendiri maupun pada para
korbannya, maka masyarakat dan pemerintah dipaksa untuk melakukan tindak-tindak
preventif dan penanggalngan secara kuratif.

8
Gumarso, Singgih D. et, al., Psikologi Remaja, Jakarta: BPK Gunung Mulya, 1988. hlm 19
9
Sudarsono, 1991. Kenakalan Remaja, Jakarta: Rineka Cipta.hlm.93

12
3. Kenakalan Remaja perspektif Ilmu Psikologi
1) Kenakalan Remaja Menurut Teori Psikoanalisa

Teori psikoanalisa yang dipelopori oleh Freud mengemukakan kepribadian yang


memiliki tiga unsur yaitu:
a. Id
Id merupakan dorongan-dorongan dasar manusia yang lebih banyak menekankan
pada kebutuhan biologis manusia.
b. Ego
Ego merupakan proses logis dari pemenuhan kebutuhan. Sebagai proses logis, ego
akan berusaha untuk melakukan transaksi-transaksi obyektif yang sesuai dengan
kenyataan.
c. Superego
Superego merupakan sistem kontrol atas kebutuhan manusia. Superego diperoleh
melalui proses belajar dan internalisasi nilai-nilai dan citra tradisi manusia yang
diperoleh baik dari orangtua maupun masyarakat sekitar.10
Menurut teori psikoanalisa, kenakalan remaja disebabkan karena ego lebih tinggi
daripada superego. Karena proses logis dari pemenuhan kebutuhan anak remaja yang
tidak terkontrol oleh superego sehingga menyebabkan kenakalan remaja.

2) Kenakalan Remaja Menurut Teori Belajar Albert Bandura


Albert Bandura memberikan sebuah pandangan tentang kemungminan peran
lingkungan sosial yang memiliki peran sangat besar terhadap perilaku dan kognisi
manusia. Antara lingkungan, pola pikir dan perilaku manusia memiliki konektivitas
interaksi yang saling timbal balik.

10
Gerald Corey. Teori dan Praktek Konseling dan Psikologi. Bandung: Reflika
Aditama, 2013. Hlm 14.

13
Manusia memiliki pola pikir yang memunculkan perilaku tertentu, dan
perilakutersebut akan mempengaruhi lingkungan sekitarnya dan berimbas balik kepada
manusia secara kognisi dan perilaku. Proses timbal balik tersebut berlangsung terus
menerus hingga menjadikan manusia berkembang melalui proses belajar imitasi dan
modeling atas lingkungan serta menjadikan manusia seperti adanya saat ini.
Menurut teori belajar kenakalan remaja merupakan hasil dari belajar imitasindan
modeling atas lingkungan tempat dimana dia tinggal. Karena lingkungan tempat tinggal
dapat berimbas timbal balik terhadap perilaku individu khususnya remaja.11

3) Kenakalan Remaja Menurut Teori Humanistik


Konsep belajar teori humanistik yaitu proses memanusiakan manusa, dimana seorang
individu diharapkan dapat mengaktualisasikan diri artinya manusia dapat menggali
kemampuannya sendiri unruk diterapkan dalam lingkungan.
A. Abraham Maslow
Teori maslow didasarkan pada asumsi didalam diri individu ada dua hal:
 Suatu usaha yang positif untuk berkembang.
 Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Berkaitan dengan pendapat tersebut Maslow mengemukakan adanya 5 tingkatan
kunci kebutuhan pokok manusia. Kelima tingkatan kebutuhan pokok iniulah yang
kemudian dijadikan pengertian kunci dalam mempelajari motivasi manusia. Karena
sesungguhnya dalam teori humanistik ini sangat diperlukan motivasi. 5 tingkatan
tersebut antara lain: aktualisasi diri, kebutuhan penghargaan, kebutuhan sosial,
kebutuhan rasa aman dan perlindungan, kebutuhan fisiologis.
B. Carl Sam Rogers
Rogers mengemukakan kebutuhan individu ada 4 yaitu: (1) pemeliharaan, (2)
peningakatan diri, (3) penghargaan positif, (4) penghargaan diri yang positif.
C. Arthur Combs

11
Muh Farozin dan Nur Fathiyah. Pemahaman Tingkah Laku. Jakarta: Rineka
Cipta, 2004. hlm 82

14
Arthur mengemukakan bahwa belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu.
Untuk mengerti tingkah laku manusia, yang penting adalah mengerti bagaimana dunia
ini dilihat dari sudut pandangnya.n ini adalah salah satu pandangan humanistik
mengenai perasaaan, persepsi, kepercayaan, dan tujuan tingkah laku inner (dari dalam)
yang terpenting adalah melihat dunia sebagai yang dia lihat, dan untuk menentukan
bagaimana orang berpikir, merasa tentang dia atau dirinya.
Menurut teori Humanistik kenakalan remaja muncul disebabkan oleh adanya
kepuasan diri dari remaja. Dia merasa puas aoabila melakukan suatu kenakalan karena
individu berfikir bahwa yang terpenting adalah bahwa individu melihat dunia seperti
yang dia lihat.12

4) Kenakalan Remaja Menurut Teori Perkembangan Psikososial Erik H. Erikson


Tugas perkembangan anak pada usia 10-20 tahun (Remaja) yaitu identitas vs
kekacauan identitas. usia remaja akan terjadi kebutuhan untuk mencari identitasnya
melalui pernan yang diberikan oleh lingkungan sekitarnya. Remaja memiliki relasi
sosial intensif dan penuh makna. Orang tua, teman sebaya hingga selebritis memiliki
andil dalam memberi peran untuk memebentuk identitas remaja. Kesetiaan akan
terbentuk di masa remaja bila berhasil membawa peran secara kontinu untuk
membentuk jati diri.
Tugas perkembangan usia remaja adalah identitas vs kekacauan identitas, Menurut
teori perkembangan psikososial Erik H. Erikson kenakalan remaja disebabkan oleh
tugas perkembangan yang kacau, kekacauan identitas disebabkan oleh peranan yang
diberikan lingkungan, orang tua, maupun selebritis.

5) Kenakalan Remaja Menurut Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget


Pada usia remaja memasuki tahap perkembangan yaitu tahap operasional formal.
Pada tahap ini, anak telah mulai mengembangkan pemikiran operasional abstrak. Pada
usia remaja ini, kemampuanberfikir tidak harus membutuhkan pengamatan yang nyata

12
Sarlito W. Sarwono. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2013. hlm 167

15
dan konkrit. Remaja dapat melakukan proses berfikir melalui bayangan dan rekaan
semata. Bebrapa ahli membagi tahap operasioanl formal menjadi:
 Tahap operasional awal
Pada awal perkembangan tahap operasioanl, remaja cenderung menggunakan
kemampuan hipotesa abstrak unruk berfikir idelalistis dan subyektif.
 Tahap operasional akhir
Akhir perkembangan kognitif remaja pada tahap formal akhir mengembalikan
keseimbangan kognisinya kepada realitas, sehingga menjadikan remaja memiliki
kemampuan berfikir yang lebih matang. Perkembangan kognitif remaja juga membawa
dampak pada penggunaan bahasa dalam kehidupan bersosialisasi mereka. Tidak jarang
mereka menggunakan kemampuan kognisi untuk memformulasikan bahasa olok-olok
yang ironis. Remaja juga mengembangkan metafora untuk menggambarkan gagasan
“folosofis”.
6) Kenakalan Reamaja Menurut Teori Kognisi Sosial Lawrance Kohlberg
Kognisi sosial adalah bagaimana seseorang melihat mengamati dan berfikir
mengenai dunia sosial mereka yang meliputi orang-orang sekitar mereka, l;ingkungan
mereka, kelompok tempat mereka berada dan bagaimana hubungan dia dengan orang
lain.
Kohlberg mengemukakan bahwa kematangan biologis dan pengalaman sosial
tentang seseorang dapat mempengaruhi cara berfikirmya. Remaja akan selalu berusaha
mencapai keseimbangan dalam proses berfikir mereka dan hal tersebut dicapai dan
dipengaruhi oleh interaksi mereka dengan orang lain.

4. Kenakalan Remaja Perspektif Kritis


Kenakalan remaja dalam perspektif Islam dikarenakan kurangnya penanaman
potensi akhlak yang mulia dalam proses pembelajaran. Menurut Ibnu Miskawaih (salah
satu pemikir Islam), anak secara natural tidak baik dan tidak buruk. Pemikiran seorang
anak tak ubahnya seperti batu tulis yang bersih sejak lahirnya, dimana diatas batu itu

16
kita dapat menulis apa saja yag kita mau (Alavi, 2003: 52)13. Menurut Ibn Miskawaih
pendidikan karakter harus sejalan dengan syariat agama yang merupakan faktor untuk
meluruskan remaja, membiasakan mereka untuk melakukan perbuatan yang baik
sekaligus mempersiapkan diri mereka untuk menerima kearifan, mengupayakan
kebijakan, dan mencapai kebahagiaan melalui berpikir dan penalaran yang akurat 14.

Al-Ghazali berpendapat bahwa akhlak bukan sekedar perbuatan, bukan pula sekedar
kemampuan berbuat, juga bukan pengetahuan. Akan tetapi akhlak harus
menggabungkan dirinya dengan situasi jiwa yang siap memunculkan perbuatan-
perbuatan, dan situasi itu harus melekat sedemikian rupa sehingga perbuatan yag
muncul darinya tidak bersifat sesaat melainkan menjadi kebiasaan dalam kehidupan
sehari-hari15. Kenakalan yang terjadi pada remaja menurut Al-Ghazali dikarenakan
kurangnnya pendidikan akhlak yang diberikan kepada anak, hal ini dapat dibuktikan
dengan banyaknya dekadensi moral dalam berbagai bentuk, seperti penyalahgunaan
obat-obat terlarang, pergalan bebas yang dilakukan pleh remaja, dan lain-lain.

Seperti yang telah dituliskan Ibn Khaldun tentang pemikirannya yaitu “selalu ada
generasi perintis lalu disusul generasi pembangun, dan disusul lagi oleh generasi
penghancur, yaitu generasi yang telah keilangan rasa malu terhdap hukum agama dan
soaial”. Maka geerasi atau remaja yang telah kehilangan rasa malu dan takut terhadap
hukum agama dan sosial adalah generasi atau remaja yang rusak atau hancur. Masalah-
masalah yang terjadi pada para remaja adalah perilakunya yang menyimpang dari
norma agama, norma hukum ataupun norma sosial.

13
Alavi, S.M. Zianuddin, 2003. Pemikiran Pendidikan islam Pada Abad Klasik dan
Pertengahan. Penerbit Angkasa, Badung
14
Zulkifli Safri. 2017. Jurnal: Tinjauan Filsafat Pendidikan Ibn Miskawaih Terhadap
Fenomena Kenakalan remaja. Vol 2 No 1.
15
Moh. Mukhlas. Jurnal: Aktualisasi Konsep Akhlak Al-Ghazali dalam Pembinaan Remaja.
Vol. 3 No. 1 Shafar 1428. At-ta’dib.

17
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya kenakalan pada remaja,
diantaranya16:

1. Faktor dalam diri anak, yaitu predisposing faactor, lemahnya pertahanan diri,
kurangnya kemampuan penyesuaian diri, dan kurangnya dasar-dasar keimanan diri pada
remaja.
2. Faktor lingkungan, Lingkungan adalah faktor yang paling mempengaruhi prilaku
dan watak anak, jika dia hidup dan berkembang di lingkungan yang buruk maka
akhlanyapun akan seperti itu adanya sebaliknya jika dia berada di lingkungan yang baik
maka ia akan menjadi baik pula. Rasulullah bersabda :

ُ ‫ِين َخ ِلي ِل ِه فَ ْليَ ْن‬


» ‫ظ ْر أ َ َحد ُ ُك ْم َم ْن يُخَا ِل ُل‬ ِ ‫ قَا َل « ْال َم ْر ُء َعلَى د‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َع ْن أَ ِبى ه َُري َْرة َ َع ِن النَّ ِب ِى‬

“Dari Abu Hurairah t dari nabi r bersabda : seseorang itu atas din saudaranya.
Maka lihatlah salah seorang diantara kalian, siapa yang ditemani”. (HR. Ahmad)

3. (Keluarga) pedidikan dan pembinaan dari orang tua, Orang tua adalah orang yang
paling bertanggung jawab terhadap akhlak dan prilaku anaknya, Yahudi atau Nasrani
anaknya tergantung dari orang tuanya, pembinaan dari orang tua adalah faktor
terpenting dalam memperbaiki dan membentuk generasi yang baik. Begitupun
dengan kerusakan moral pada remaja juga tidak terlepas dari kondisi dan suasana
keluarga. Keadaan keluarga yang carut-marut dapat memberikan pengaruh yang sangat
negatif bagi anak yang sedang/sudah menginjak masa remaja. Karena, ketika mereka
tidak merasakan ketenangan dan kedamaian dalam lingkungan keluarganya sendiri,
mereka akan mencarinya ditempat lain

Rasulullah bersabda :

ْ ‫ى – صلى هللا عليه وسلم – « ُك ُّل َم ْولُو ٍد يُولَدُ َعلَى ْال ِف‬
، ‫ط َر ِة‬ ُّ ‫َع ْن أ َ ِبى ه َُري َْرةَ – رضى هللا عنه – قَا َل قَا َل النَّ ِب‬
َ ‫َص َرانِ ِه أ َ ْو يُ َم ِج‬
‫سانِ ِه‬ ِ ‫فَأَبَ َواهُ يُ َه ِودَانِ ِه أ َ ْو يُن‬

16
Deby Undratama. 2018. Skripsi: Konsep Pendidikan Islam Dalam Menanggulangi kenakalan
Remaja. UIN Raden Intan Lampung.

18
“Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan firah. Maka bapaknyalah yang
menjadikan ia yahudi, atau nasrani, atau majusi”. (HR. Bukhori)

4. Pemerintahan, dalam hal ini yang lebih spesfiknya adalah lembaga pendidikan
atau sekolah.

Seorang tabi’in terkenal Muhammad bin sirin berkata :

.‫ظ ُروا َع َّم ْن ت َأ ْ ُخذُونَ دِينَ ُك ْم‬ ٌ ‫إِ َّن َهذَا ْال ِع ْل َم د‬
ُ ‫ِين فَا ْن‬

“Sesungguhnya ilmi ini ( ilmu sanad) adalah agama maka lihatlah dari siapa kamu
mengambil agama kamu”.[ muqoddimah sohih muslim]

Sekolah yang kita lihat saat ini sangat jarang mendidik siswa untuk menjadi orang
yang bertaqwa. Mereka hanya mengajarkan ilmu-ilmu dunia dan tidak mengajarkan
ilmu-ilmu agama. Maka sangat penting bagi para orang tua untuk memilihkan
lingkungan sekolah yang baik untuk anak-anaknya.

5. Intervensi dan Layanan

Dari berbagai perspektif mengenai kenakalan remaja, memiliki perannya


tersendiri dalam pencegahan serta pengentasan kenakalan remaja. Dalam salah satu
study kasus mengenai tawuran yang telah pemakalah sajikan dalam bab 1, pemakalah
menggunakan layanan bimbingan pribadi sosial untuk memberikan pemahaman serta
pengentasan mengenai tawuran pada peserta didik, dengan setting bimbingan kelompok.

Dalam kasus ini konselor menggunakan bimbingan pribadi sosial, menurut


Chaplin (2000: 406) menyatakan bahwa bimbingan pribadi sosial adalah sesuatu yang
digunakan dengan menyangkut relasi sosial yang mencakup faktor-faktor psikologi.

19
Sedangkan menurut Nurhisan (2002:21) menyatakan dengan jelas bahwa
bimbingan dan konseling pribadi sosial adalah bimbingan dan konseling untuk
membantu individu dalam memecahkan persoalan pribadi-sosial.17

Dalam bimbingan pribadi-sosial ini kita menggunakan teknik latihan asertif. Yang
menurut Rich dan Schoedar merupakan suatu keterampilan yang dipelajari untuk
menyesuaikan perilaku seseorang dengan tuntutan situasi interpersonal guna
menemukan, mempertahankan, dan meningkatkan penguat atau mengurangi resiko
memperoleh hukuman atau kehilangan penguat.

Lazaraus (1973) adalah orang pertama yang mengidentifikasikan secara khsusus


perilaku asertif. Pada prinsipnya asertif adalah kecakapan orang untuk berkata tidak,
untuk meminta bantuan atau minta tolong orang lain, kecakapan untuk mengekspresikan
perasaan-perasaan positif maupun negatif, kecakakapan untuk melakukan inisiatif dan
memulai pembicaraan.18 Dalam kasus ini konselor mengarahkan konseli agar mampu
mengatakan tidak pada perilaku yang tidak tepat, seperti halnya dalam kasus ini adalah
tawuran.

Sikap asertif memengaruhi banyak segi kehidupan kita. Orang yang asertif
cenderung memiliki konflik yang lebih sedikit dengan orang lain, artinya stres dalam
hidup mereka berkurang. Mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan dan juga
menolong orang lain untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.19

17
Nursalim, Mochamad, Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial, Ladang kata:Jogjakarta,
hlm. 17
18
Ibid., hlm. 106
19
Ibid., hlm. 108

20
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penjabaran makalah mengenai kenakalan remaja dalam
berbagai perspektif ini, kesimpulan yang dapat dipaparkan adalah :
1. Batasan umur seorang anak dikatakan remaja berkenaan dengan ketetapan yang
berlaku dalam suatu masyarakat, atau jika berdasarkan KUHP adalah hingga usia 16
tahun, dan dalam islam disebut usia baligh.
2. Pelanggaran norma dan sosial yang dilakukan anak dibawah umur disebut
kenakalan remaja, sedangkan untuk orang dewasa disebut dengan kejahatan.
3. Kejahatan memiliki berbagai definisi yang berbeda, berdasarkan hukum adalah
perilaku yang melanggar norma sosial, sedangkan menurut psikologi didominasi oleh
beberapa teori yang di antaranya pendapat Freud bahwa kenakalan remaja disebabkan
oleh id yang lebih dominan dibandingkan dengan ego dan superego. Dalam ilmu kritis,
kenakalan remaja berkenaan dengan ketidakpatuhannya seorang hamba terhadap
larangan-Nya yang tidak boleh dilakukan.
4. Dalam tema kenakalan remaja ini, pemakalah mengambil satu permasalahan
dalam studi kasus yaitu mengenai tawuran. Dalam intervensi dan layanan konseling,
pemakalah menggunakan bimbingan pribadi-sosial dengan setting kelompok serta
menggunakan metode latihan asertif yaitu mengatakan TIDAK pada perilaku yang tidak
tepat.

21

You might also like