Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
KELOMPOK 9
1. OVITRA MULYAWATI
2. SITI RAHMAH
3. FARA ANNISA
4. FIZA ISOLPIA
5. MAWADDAH TURRAHMAH
Puji dan syukur kami kirimkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat membuat dan menyelesaikan makalah kami
yang berjudul “DEMAM TYPOID”. Pada makalah ini kami tampilkan hasil diskusi
kami, kami juga mengambil beberapa kesimpulan dari hasil diskusi yang kami
lakukan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini, diantaranya :
1. Yang terhormat Ibu Ns. Dwi Novrianda, M.Kep selaku dosen mata kuliah Ilmu
Keperawatan Anak.
2. Pihak-pihak lain yang ikut membantu dalam pelaksanaan maupun proses
penyelesaian makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan
BAB II : PEMBAHASAN
2.1.2 Penyebab
2.1.3 Patogenesis
2.1.6 Komplikasi
BAB IV : PENUTUP
4.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Tujuan umum
Agar perawat dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat bagi
klien demam typhoid.
2. Tujuan khusus
Penulisan / pembuatan makalah ini agar pembaca mengetahui tentang:
PEMBAHASAN
2.1.1Pengertian
Demam typhoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada
pencernaan, dan gangguan kesadaran. (FK, Unair 1996)
2.1.2 Penyebab
a) Basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora
b) Mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen: yaitu antigen O (Somatik,
terdiri dari zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (Flagella) dan antigen Vi.
Dalam serum pasien, terdapat zat anti (aglutinin) terhadap letiga macam antigen
tersebut
c) Memfermentasi Laktosa
2.1.3 Patogenesis
Mekanisme masuknya kuman adalah diawali infeksi yang terjadi pada saluran
pencernaan. Basil melalui pembuluh limfe pada usus halus masuk ke dalam peredaran
darah sampai di organ – organ terutama hati dan limpa. Basil yang tidak dihancurkan
berkembang biak dalam hati dan limpa, sehingga organ-organ tersebut akan
membesar disertai nyeri pada perabaan. Kemudian, basil masuk kembali ke dalam
darah (bakteriemia) dan menyebar ke seluruh tubuh terutama ke dalam kelenjar
limfoid usus halus, sehingga menimbulkan tukak terbentuk lonjong pada mukosa di
atas plak peyeri. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus.
Gejala demam disebabkan oleh endotoksin, sedangkan gejala pada saluran pencernaan
disebabkan oleh kelainan pada usus.
Prognosis
Prognosis demam typhoiddd pada anak baik asal pasien cepat berobat.
Mortalitas pada pasien yang dirawat adalah 6%. Prognosis menjadi tidak baik apabila
terdapat gambaran klinik yang berat, seperti demam tinggi (hiperpireksia), febris
kontinua, kesadaran sangat menurun (spoor, koma, atau delirium), dan terdapat
komplikasi yang berat, misalnya: dehidrasi dan asidosis, perforasi.
a. Jenis kelamin
b. Usia. Prevalensi demam tipoid paling tinggi adalah usia 3-19 tahun karena pada
usia tersebut cenderung memiliki aktifitas fisik yang banyak dan kurang
memperhatikan pola makan. Akibatnya merka memilih makan diluar rumah atau
jajan sembarangan.
c. Status Gizi. Gizi yang menurun akan mengakibatkan anak mudah terserang
penyakit, bahkan status gizi buruk dapat meyebabkan angka mortalitas demam
tipoid semakin tinggi. Penurunan gizi pada penderita diakibatkan karena
kurangnya nafsu makan.
d. Kebiasaan Jajan
e. Kebiasaan cuci tangan
f. Pendidikan orang tua
g. Tingkat penghasila orang tua
h. Sumber air
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi yang sering adalah pada usus, tapi jarang terjadi. Apabila
komplikasi ini dialami oleh seorang anak, dapat berakibat fatal. Gangguan pada usus
halus ini dapat berupa berikut ini:
Perdarahan usus.
Bila sedikit, hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan
benzidin. Jika perdarahan banyak, maka terjadi melena yang dapat disertai nyeri
perut dengan tanda – tanda kejadian
Perforasi usus
Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada bagian
distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila
terdapat udara dirongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat
udara diantara hati dan diafragma pada foto rontgen abdomen yang dibuat dalam
keadaan tegak
Peritonitis
Biasanya menyertai perforasi, tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.
Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen
tegang dan nyeri tekan
Komplikasi di luar usus
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat spesies (baktermia), yaitu
meningitis, kolesitis, ensefelopati dan lain-lain. Komplikasi di luar usus ini terjadi
karena infeksi sekunder, yaitu bronkopneumonia.
2.1.7 Pemeriksaan diagnostik
Penegakan diagnosis demam tifoid saat ini dilakukan secara klinis dan
melaluipemeriksaan laboratorium. Penegakan diagnosis demam tifoid berdasarkan
hasilpemeriksaan fisik dan anamnesis belum tepat, karena bisa saja ditemukan
gejalayang sama pada beberapa penyakit lain pada anak. Oleh karena itu, selain
menilaigejala spefisik juga diperlukan pemeriksaan laboratorium atau penunjang
lainnyauntuk konfirmasi penegakan diagnosis demam tifoid. Pemeriksaan
laboratoriumuntuk membantu menegakkan diagnosis demam tifoid dibagi dalam
empat kelompok,yaitu:
a. Pemeriksaan darah tepi.
Anemia, pada umumnya terjadi krena supresi sumsum tulang, defisiensi besi dan
perdarahan usus.
Leukopenia, namun jarang kurang dari 3000/μl.
Limfosistosis relatif.
Trombositopenia terutama pada demam tifoid berat.
b. Pemeriksaan bakteriogis dengan isolasi dan biakan kuman.
Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri S.
typhidalam biakan dari darah terutama pada minggu 1-2 dari perjalanan
penyakit.Berkaitan dengan patogenesis penyakit, maka bakteri akan lebih
mudahditemukan dalam darah dan sumsum tulang pada awal penyakit, sedangkan
padastadium berikutnya dapat ditemukan juga dalam urine dan feses.
c. Uji serologis
Beberapa uji serologis yang dapat digunakan pada demam tifoid ini meliputi :
(1) uji Widal
(2) tes TUBEX®
(3) metode enzyme immunoassay (EIA)
(4) metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).
a) Uji Widal
Uji Widal merupakan suatu metode serologi baku dan rutin digunakan sejak
tahun 1896. Prinsip uji Widal adalah memeriksa reaksi antara antibody aglutinin
dalam serum penderita yang telah mengalami pengenceran berbeda-beda terhadap
antigen somatik (O) dan flagela (H) yang ditambahkan dalam jumlah yang sama
sehingga terjadi aglutinasi. Kenaikan titer S.typhi titer O ≥ 1:120 atau kenaikan 4 kali
titer fase akut ke fase konvalesen.
b) Tes TUBEX®
Tes TUBEX® merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif
yangsederhana dan cepat (kurang lebih 2 menit) dengan menggunakan partikelyang
berwarna untuk meningkatkan sensitivitas. Spesifisitas ditingkatkandengan
menggunakan antigen O9 yang benar-benar spesifik yang hanyaditemukan pada
Salmonella serogrup D. Tes ini sangat akurat dalamdiagnosis infeksi akut karena
hanya mendeteksi adanya antibodi IgM dantidak mendeteksi antibodi IgG dalam
waktu beberapa menit.
Seorang anak usia 3 tahun, dirawat karena demam naik turun. Demam
tertinggi pada sore dan malam hari. Ibu mengatakan bahwa sudah 2 minggu ini anak
demam. Anak juga mengeluh mual dan kadang-kadang muntah. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan lidah kotor, hepar teraba 1 cm bawah arcus costarum dan anak apatis.
Tanda-tanda vital anak (TD: 90/70 mmHg, nadi: 120x/menit, nafas: 40x/menit dan
suhu 38,7°C) , kulit teraba hangat dan kemerahan.
Pertanyaan kasus:
Penyelesaian Kasus :
a. Monitor kepatenan,
irama, kedalaman,
dan kesulitan
bernafas.
b. Catat pergerakan
dada, catat ketidak
simetrisan,
penggunaan otot –
otot bantu nafas,
dan retraksi pada
orot supraklavikulas
dan intrakosta.
c. Monitor suara napas
tambanhan seperti
ngorok atau mengi,
d. Monitor ola nafas.
e. Auskultasi suara
nafas, catat area
dimana terjadi
penurunan atau
tidak adanya
ventilasi dan
keberadaan sura
nafas tambahan.
3. Resiko 1. Keparahan mual 1. Pantauan
ketidakseimbangan dan muntah elektrolit.
elektrolit : a. Frekuensi mual a. Monitor serum
kerentanan b. Intensitas mual elektrolit
mengalami c. Frekuensi muntah b. monitor
perubahan kadar d. Intensitas muntah ketidakseimbangan
elektrolit serum, 2. Keseimbangan asam basa.
yang dapat cairan c. Identifikasi
mengganggu a. Tekanan darah kemungkinan
kesehatan. b. Denyut nadi radial penyebab
Factor resiko: muntah c. Keseimbangan intake ketidakseimbangan
dan output dalam 24 elektrolit.
jam d. Kenali dan laporkan
adanya
ketidakseimbangan
elektrolit.
e. Monitor adanya
kehilangan cairan
dan elektrolit bila
diperlukan.
2. Manajemen
mual
a. Dorong pasien
untuk memantau
pengalaman diri
terhadap mual.
b. Dorong pasien
untuk memantau
pengalaman diri
terhadap mual.
c. Evaluasi dampak
dari pengalaman
mual pada kualitas
hidup.
d. Identifikasi factor –
factor yang dapat
menyebabkan atau
berkontribusi
terhadap mual.
e. Identifikasi strategi
yang sudah berhasil
dilakukan dalam
upaya mengurangi
mual.
3. Manajemen
muntah
a. Dapatkan riwayat
lengkap perawatan
sebelumnya.
b. Dapatkan riwayat
makanan seperti
makanan yang
disukai, yang tidak
disukai, dan
preferensi makan
yang sesuai budaya.
c. Identifikasi factor-
fakto yang apat
menyebabkan atau
berkontribusi
terhadap muntah.
d. Kendalikan factor –
factor lingkungan
yang mungkin
membangkitkan
keinginan untuk
muntah.
e. Berikan dukungan
fisik selama muntah.
BAB III
ANALISIS JURNAL
A. Judul Jurnal
” Analisis Risiko Kejadian Demam Thypoid Berdasarkan Kebersihan Diri Dan
Kebiasaan Jajan Di Rumah ”
B. Kata Kunci
demam thypoid, faktor risiko demam thypoid, kebersihan diri, kebiasaan jajan
C. Penulis
Hilda Nuruzzaman, Fariani Syahrul
D. Latar Belakang Masalah
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B dan C. penularan demam
thypoid melalui fecal dan oral yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan
dan minuman yang terkontaminasi. Sumber penularan utama demam thypoid adalah
penderita itu sendiri dan carrier yang dapat menularkan berjuta-juta bakteri
Salmonella typhi dalam tinja yang menjadi sumber penularan. Debu yang berasal dari
tanah mengering yang dapat mencemari makanan yang dijual di pinggir jalan dan
debu tersebut dapat mengandung tinja atau urin dari penderita atau carrier demam
tifoid apabila makanan atau minuman tersebut dikonsumsi oleh orang sehat terutama
pada anak usia 7-12 tahun yang banyak jajan sembarangan maka rawan untuk tertular
demam thypoid
E. Tujuan Penelitian
Menganalisis perbandingan faktor risiko kejadian demam thypoid berdasarkan
kebersihan diri dan kebiasaan jajan di rumah pada anak usia 7–12 tahun di RSUD dr.
Abdoer Rahem Situbondo.
F. Metodelogi penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan observasional analitik di mana peneliti
hanya mengamati variabel yang akan diteliti tanpa memberikan perlakuan pada
subyek. Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien 7-12 tahun yang
terdiagnosis demam tifoid pada 1 tahun terakhir di unit teratai RSUD dr. Abdoer
Rahem Situbondo. sedangkan untuk populasi kontrol adalah semua anak usia 7-12
tahun yang bertempat tinggal dekat (tetangga) dengan kasus dan tidak menderita
demam tifoid.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Pengambilan data melakukan wawancara langsung kepada responden yang
masuk dalam kriteria penelitian yang telah ditetapkan.
G. Hasil Penelitian
Karakteristik Responden
Hasil penelitian menunjukkan sebagai besar berusia > 9 tahun (10–12 tahun)
terdiagnosis menderita demam thypoid yaitu sebesar 55%. Berdasarkan hasil
penelitian didapatkan bahwa jenis kelamin responden sebagian besar laki-laki
terdiagnosis menderita demam thypoid yakni sebesar 62,5% sedangkan sebagian
besar yang tidak terdiagnosis menderita demam thypoid berjenis kelamin perempuan
yakni sebesar 42,5%. Pada umumnya penyakit lebih sering di derita anak-anak dari
pada dewasa, anak yang terdiagnosis menderita demam thypoid lebih banyak terjadi
pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan,
dikarenakan laki-laki lebih banyak beraktivitas di luar rumah sehingga mengkonsumsi
makanan siap saji atau makanan warung yang biasanya banyak mengandung
penyedap rasa dan kebersihan yang belum terjamin, dibandingkan wanita yang lebih
menyukai masakan dari rumah daripada masakan dari luar rumah sehingga
perempuan lebih memperhatikan kebersihan makanan yang akan dikonsumsi.
Kebiasaan mencuci Tangan Sesudah Buang Air Besar di Rumah
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai OR 3,67 yang artinya anak yang
memiliki kebiasaan mencuci tangan sesudah buang air besar yang kurang baik saat
berada di rumah mempunyai risiko 3,67 kali mengalami demam thypoid
dibandingkan dengan anak yang memiliki kebiasaan mencuci tangan sesudah buang
air besar yang baik saat berada di rumah.
Kebiasaan mencuci Tangan Sebelum makan di Rumah
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai OR 4,33 yang artinya anak yang
memiliki kebiasaan mencuci tangan sebelum makan yang kurang baik saat berada di
rumah mempunyai risiko 4,33 kali mengalami demam tifoid dibandingkan anak
dengan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan yang baik saat berada di rumah.
Kejadian Demam Thypoid Berdasarkan Kondisi Kuku Jari Tangan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai OR 6,07 yang artinya anak yang
memiliki kondisi kuku jari tangan panjang kotor mempunyai risiko 6,07 kali
mengalami demam thypoid dibandingkan anak yang memiliki kondisi kuku jari
tangan pendek bersih, nilai OR 7,79 yang artinya anak yang memiliki kondisi kuku
jari tangan pendek kotor mempunyai risiko 7,79 kali mengalami demam thypoid
dibandingkan anak yang memiliki kondisi kuku jari tangan pendek bersih dan nilai
OR 1,89 anak yang memiliki kondisi kuku jari tangan panjang bersih mempunyai
risiko 1,89 kali mengalami demam thypoid dibandingkan anak yang memiliki kondisi
kuku jari tangan pendek bersih namun hasil tersebut bermakna sehingga tidak ada
hubungan anak dengan kondisi kuku jari tangan pendek bersih dengan terjadinya
demam thypoid.
Kejadian Demam Thypoid Berdasarkan Frekuensi Jajan di Rumah
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai OR sebesar 3,67 yang artinya
anak yang memiliki frekuensi sering jajan saat berada di rumah mempunyai risiko
3,67 kali mengalami demam thypoid dibandingkan dengan anak yang memiliki
frekuensi jarang jajan saat berada di rumah.
Kejadian Demam Thypoid Berdasarkan Tempat Jual Jajan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai OR sebesar 3,95 yang artinya
anak yang membeli jajan di pedagang kaki lima saat berada di rumah mempunyai
risiko 3,95 kali mengalami demam thypoid dibandingkan dengan anak yang membeli
jajan di swalayan saat berada di rumah.
Kejadian Demam Thypoid Berdasarkan Kemasan Jajan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai OR 3,5 yang artinya anak yang
membeli jajan saat berada di rumah dengan kemasan terbuka mempunyai risiko 3,5
kali mengalami demam thypoid dibandingkan anak yang membeli jajan saat berada di
rumah dengan kemasan tertutup.
H. Kesimpulan
Pada penelitian ini sebagian besar berusia > 9 tahun (10–12 tahun)
terdiagnosis menderita demam thypoid sedangkan sebagian besar berusia ≤ 9 tahun
(7–9 tahun) tidak terdiagnosis menderita demam tifoid. kemudian sebagian besar
berjenis kelamin laki-laki lebih banyak terdiagnosis menderita demam tifoid
dibandingkan berjenis kelamin perempuan. Kejadian demam thypoid berdasarkan
kebersihan diri didapatkan kondisi kuku jari tangan pendek kotor memilki risiko 7,79
kali mengalami demam thypoid dibandingkan dengan kondisi kuku jari tangan pendek
bersih. Kejadian demam thypoid berdasarkan kebiasaan jajan didapatkan bahwa anak
yang membeli jajan di pedagang kaki lima memiliki risiko 3,95 kali mengalami
demam tifoid dibandingkan anak yang membeli jajan di swalayan.
I. Kelebihan penelitian yang di dapat pada jurnal ini, yaitu :
3) Batasan variabel dan poplasi kontrol yang di gunakan sudah cukup konsisten
dalam pembahasan penelitiannya
J. Manfaat penelitian yang di dapat pada jurnal ini bagi kesehatan, yaitu :
2) Dapat mengetahui resiko dan penanganan lebih serius dari kebiasaan yang tidak
terkontrol
4) Bagi perawat dapat memberikan suatu edukasi dan tindakan dalam menangani
permasalahan demam thypoid.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Demam thypoid menjadi masalah kesehatan, yang umumnya terjadi di
Negara yang sedang berkembang Karena berbagai faktor seperti akibat
kemiskinan, kriminalitas, dan kekurangan air bersih.
Demam Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di
masyarakat (endemic) di Indonesia, mulai usia balita sampai orang dewasa.
Prevalensi demam typhoid paling tinggi pada usia 5 - 9 tahun karena pada usia
tersebut orang-orang cenderung memiliki aktivitas fisik yang banyak, atau
dapat dikatakan sibuk dengan pekerjaan dan kemudian kurang memperhatikan
pola makannya, akibatnya mereka cenderung lebih memilih makan di luar
rumah, atau jajan di tempat lain, khususnya pada anak usia sekolah, yang
mungkin tingkat kebersihannya masih kurang dimana bakteri Salmonella
thypii banyak berkembang biak khususnya dalam makanan sehingga mereka
tertular demam typhoid.
4.2 Saran
Demikian lah makalah ini kami buat, semoga bermanfaat dan dapat
menambah pengetahuan bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA