You are on page 1of 10

ADAPTASI FISIOLOGI DALAM

PERSALINAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Periode pasca partum adalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali kekeadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang disebut
puerperium atau trimester kehamilan. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas,
walaupun dianggap normal, dimana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak
factor, termasuk tingkat energy, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir, dan
perawatan serta dorongan semangat yang diberikan tenaga kesahatn professional ikut
membentuk respons ibu terhadap bayinya selama masa ini. Untuk member perawatan yang
menguntungkan ibu, bayi, dan keluarganya, seorang perawat harus memanfaatkan
pengetahuannya tentang anatomi dan fisiologi ibupada periode pemulihan, dan karakteristik
fisik.

B. TUJUAN
Untuk mendapatkan gambaran dan mengetahui tentang adaptasi fisiologis dalam
persalinan.

BAB II
ISI
A. MASA NIFAS
1. Masa Nifas (Puerperium) adalah masa pulih kembali mulai dari partus selesai
sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra hamil, lamanya 6-8 minggu.
( Rustam Muchtar, 1998 : 115 )
2. Masa Nifas adalah masa sesudah persalinan terhitung dari saat selesai persalinan sampai
pulihnya kembali alat kandungan ke keadaan sebelum hamil.
( Perawatan Ibu Di Pusat Kesehatan Masyarakat, 1987 : 95 )
3. Kala Puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari merupakan waktu yang
diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal, dijumpai 2 kejadian
pada puerperium yaitu involusio dan proses laktasi.
( Ida Bagus Gde Manuaba, 1998 : 190 )
4. Masa Puerperium atau Masa Nifas mulai setelah partus selesai dan berakhir kira – kira 6
minggu, akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan
dalam waktu 3 bulan. ( Ilmu Kandungan, 1999 : 237 )
5. Masa Nifas atau Puerperium adalah masa setelah partus selesai dan setelah kira – kira 6
minggu. ( Kapita Selekta Kedokteran, 1999 )
6. Masa Nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung kira – kira 6 minggu.
( Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002 : 23 )
7. Masa Nifas adalah masa setelah persalinan sampai 6 minggu setelah persalinan.
( Pedoman Penanganan Pertolongan Persalinan dan Nifas Bagi Petugas Puskesmas, 1993 : 4 )
B. FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI PADA MASA NIFAS
1. Perubahan Pada Uterus
a. Perubahan Pada Pembuluh Darah Uterus
Kehamilan yang sukses membutuhkan peningkatan aliran darah uterus
yang cukup besar. Untuk menyuplainya, arteri dan vena di dalam uterus terutama di plasenta
menjadi luar biasa membesar, begitu juga pembuluh darah ke dan dari uterus, pembentukan
pembuluh – pembuluh darah baru juga akan menyebabkan peningkatan aliran darah yang
bermakna. Setelah kelahiran, kaliber pembuluh darah ekstrauterin berkurang sampai
mencapai, atau paling tidak mendekati keadaan sebelum hamil.
Di dalam uterus nifas, pembuluh darah mengalami obliterasi akibat perubahan hialin,
dan pembuluh – pembuluh yang lebih kecil menggantikannya. Resorpsi residu hialin
dilakukan melalui suatu proses yang menyerupai proses pada ovaruium setelah ovulasi dan
pembentukan korpus luteum. Namun, sisa – sisa di dalam jumlah kecil dapat bertahan selama
bertahun – tahun.

b. Perubahan Pada Serviks dan Segmen Bawah Uterus


Tepi luar serviks, yang berhubungan dengan os eksternum, biasanya mengalami
laserasi terutama di bagian lateral. Ostium serviks berkontraksi perlahan, dan beberapa hari
setelah bersalin ostium serviks hanya dapat ditembus oleh dua jari. Pada akhir minggu
pertama, ostium tersebut telah menyempit. Karena ostium menyempit, serviks menebal dan
kanal kembali terbentuk. Meskipun involusi telah selesai, os eksternum tidak dapat
sepenuhnya kembali ke penampakannya sebelum hamil. Os ini tetap agak melebar, dan
depresi bilateral pada lokasi laserasi menetap sebagai perubahan yang permanen dan menjadi
cirri khas serviks para. Harus diingat juga bahwa epitel serviks menjalani pembentukan
kembali dalam jumlah yang cukup banyak sebagai akibat kelahiran bayi.
Segmen bawah uterus yang mengalami penipisan cukup bermakna akan berkontraksi
dan tertarik kembali, tapi tidak sekuat pada korpus uteri. Dalam waktu beberapa minggu,
segmen bawah telah mengalami perubahan dari sebuah struktur yang tampak jelas dan cukup
besar untuk menampung hamper seluruh kepala janin, menjadi isthmus uteri yang hampir tak
terlihat dan terletak diantara korpus uteri diatasnya dan os eksternum serviks dibawahnya.

c. Involusi Korpus Uteri


Segera setelah pengeluaran plasenta, fundus korpus uteri yang berkontraksi terletak
kira – kira sedikit di bawah umbilicus. Korpus uteri kini sebagian besar terdiri atas
miometrium yang dibungkus lapisan serosa dan dilapisi desidua basalis. Dinding anterior dan
posteriornya saling menempel erat, masing – masing tebalnya 4 sampai 5 cm. Karena
pembuluh darah tertekan oleh miometrium yang berkontraksi, uterus nifas pada potongan
tampak iskemik bila dibandingkan dengan uterus hamil yang hiperemesis dan berwarna ungu
kemerah – merahan. Setelah 2 hari pertama, uterus mulai menyusut, sehingga dalam 2
minggu orga ini telah turun ke rongga panggul sejati. Organ ini mencapai ukuran seperti
semula sebelum hamil dalam waktu sekitar 4 minggu. Uterus segera setelah melahirkan
mempunyai berat sekitar 1000 gram. Akibat involusi, 1 minggu kemudian beratnya sekitar
500 gram, pada akhir minggu kedua turun menjadi sekitar 300 gram, dan segera setelah itu
menjadi 100 gram atau kurang. Jumlah total sel otot tidak berkurang banyak ; namun, sel –
selnya sendiri jelas sekali berkurang ukurannya. Involusi rangka jaringan ikat terjadi sama
cepatnya.
Karena pelepasan plasenta dan membran – membran terutama terjadi di stratum spongiosum,
desidua basalis tetap berada di uterus. Desidua yang tersisa mempunyai bentuk bergerigi tak
beraturan, dan terinfiltrasi oleh darah, khususnya di tempat melekatnya plasenta.
d. Lokhia
Pada masa awal nifas, peluruhan jaringan desidua menyebabkan keluarnya discharge
vagina dalam jumlah bervariasi yang disebut lokhia. Secara
mikroskopis, lokhia terdiri atas eritrosit, serpihan desidua, sel – sel epitel, dan bakteri.
Mikroorganisme ditemukan pada lokhia yang menumpuk di vagina dan pada sebagian besar
kasus juga ditemukan bahkan bila discharge diambil dari rongga uterus.
Selama beberapa hari pertama setelah melahirkan, kandungan darah dalam lokhia
cukup banyak sehingga warnanya merah – lokhia rubra. Setelah 3 atau 4 hari, lokhia menjadi
sangat memucat – lokhia serosa. Setelah sekitar 10 hari, akibat campuran leukosit dan
berkurangnya kandungan cairan, lokhia menjadi berwarna putih atau putih kekuning –
kuningan. – lokhia alba.

e. Regenerasi Endometrium
Dalam waktu 2 atau 3 hari setelah melahirkan, sisa desidua berdiferensiasi menjadi
dua lapisan. Stratum superficial menjadi nekrotik, dan terkelupas bersama lokhia. Stratum
basal yang bersebelahan dengan miometrium tetap utuh dan merupakan sumber pembentukan
endometrium baru. Endometrium terbentuk dari proliferasi sisa – sisa kelenjar endometrium
dan stroma jaringan ikat antar kelenjar tersebut.
Proses regenerasi endometrium berlangsung cepat, kecuali pada tempat
melekatnya plasenta. Dalam satu minggu atau lebih, permukaan bebas menjadi
tertutup oleh epitel dan seluruh endometrium pulih kembali dalam minggu ketiga.

f. Sub Involusi
Istilah ini menggambarkan suatu keadaan menetapnya atau terjadinya
retardasi involusi, proses yang normalnya menyebabkan uterus nifas kembali ke bentuk
semula. Proses ini disertai pemanjangan masa pengeluaran lokhia dan perdarahan uterus yang
berlebihan atau irregular dan terkadang juga disertai perdarahan hebat. Pada pemeriksaan
bimanual, uterus teraba lebih besar dan lebih lunak dibanding normal untuk periode nifas
tertentu. Penyebab subinvolusi yang telah diketahui antara lain retensi potongan plasenta dan
infeksi pamggul. Karena hampir semua kasus subinvolusi disebabkan oleh penyebab local,
keadaan ini biasanya dapat diatasi dengan diagnosis dan penatalaksanaan dini pemberian
ergonovin (ergotrate) atau metilergonovin (methergine) 0,2 mg setiap 3 atau 4 jam selama 24
sampai 48 jam direkomendasikan oleh beberapa ahli. Namun efektivitasnya dipertanyakan.
Di lain pihak, metritis berespon baik terhadap terapi antibiotic oral.

g. Involusi Tempat Melekatnya Plasenta


Segera setelah kelahiran, tempat melekatnya plasenta kira – kira berukuran sebesar
telapak tangan, tetapi dengan cepat ukurannya mengecil. Pada akhir minggu kedua,
diameternya hanya 3 sampai 4 cm. Dalam waktu beberapa jam setelah kelahiran, tempat
melekatnya plasenta biasanya terdiri atas banyak pembuluh darah yang mengalami
thrombosis yang selanjutnya mengalami organisasi thrombus secara khusus.

2. Perubahan Pada Traktus Urinarius


Kehamilan normal biasanya disertai peningkatan cairan ekstraseluler yang cukup
bermakna, dan diuresis masa nifas merupakan kebalikan fisiologis dari proses ini. Diuresis
biasanya terjadi antara hari kedua dan kelima. Bahkan bila wanita tersebut tidak mendapat
infuse cairan intravena yang berlebihan selama persalinan dan kelahiran. Rangsang untuk
retensi cairan akibat hiperestrogenisme terinduksi kehamilan dan peningkatan tekanan vena
pada setengah bagian bawah tubuh akan berkurang setelah kelahiran, dan hipervolemi
residual akan menghilang. Pada preeclampsia, baik retensi cairan antepartum maupun
diuresis postpartum dapat sangat meningkat.
Kandung kemih masa nifas mempunyai kapasitas yang bertambah besar dan relative
tidak sensitive terhadap tekanan cairan intravesika. Overdistensi pengosongan yang tidak
sempurna dan urine residual yang berlebihan sering dijumpai. Pengaruh anestesi terutama
anestesi regional yang melumpuhkan, dan gangguan tenporer fungsi saraf kandung kemih,
tidak diragukan perannya. Urine residual dan bakteriuria pada kandung kemih yang
mengalami cedera, ditambah dilatasi pelvis renalis dan ureter, membentuk kondisi yang
optimal untuk terjadinya infeksi saluran kemih. Ureter dan pelvis renalis yang mengalami
dilatasi akan kembali ke keadaan sebelum hamil mulai dari minggu ke 2 sampai ke 8 setelah
kelahiran.

3. Relaksasi Muara Vagina dan Prolapsus Uteri


Pada awal masa nifas, vagina dan muara vagina membentuk suatu lorong luas
berdinding licin yang berangsur – angsur mengecil ukurannya tapi jarang kembali ke bentuk
nulipara. Rugae mulai tampak pada minggu ketiga. Himen muncul kembali sebagai kepingan
– kepingan kecil jaringan, yang setelah mengalami sikatrisasi akan berubah menjadi
carunculae mirtiformis.
Laserasi luas perineum saat kelahiran akan diikut relaksasi introitus. Bahkan bila
tak tampak laserasi eksterna, peregangan berlebih akan menyebabkan relaksasi nyata. Lebih
lanjut, perubahan pada jaringan penyangga panggul selama persalinan merupakan
predisposisi prolaps uteri dan inkontenensia uri stress. Pada umumnya, operasi korektif
ditunda hingga seluruh proses persalinan selesai, kecuali tentu saja terdapat kecacatan serius,
terutama inkontinensia uri akibat stress, yang menimbulkan gejala – gejala yang
membutuhkan intervensi.

4. Peritonium dan Dinding Abdomen


Ligamentum latum dan rotundum jauh lebih kendur disbanding kondisi saat tidakhamil,
dan ligament – ligament ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk pulih dari peregangan
dan pengenduran yang berlangsung selama kehamilan.
Sebagai akibat putusnya serat – serat elastis kulit dan distensi yang berkepanjangan
yang disebabkan uterus hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara
waktu. Kembalinya struktur ini ke keadaan normal memerlukan waktu beberapa minggu, tapi
pemulihan dapat dibantu dengan olahraga. Selain timbulnya striae yang berwarna keperak –
perakan, dinding abdomen biasanya kembali ke keadaan sebelum hamil. Namun, jika otot –
ototnya tetap atonik, dinding abdomen akan tetap kendur.
5. Kelenjar Mamae
a. Payudara
Puting susu, areola, duktus & lobus membesar, vaskularisasi meningkat (Breast
Engorgement).
b. Laktasi
Masing – masing buah dada terdiri dari 15 – 24 lobi yang terletak terpisah satu sama
lain oleh jaringan lemak. Tiap lobus terdiri dari lobuli yang terdiri pula dari acini yang
menghasilkan air susu. Tiap lobules mempunyai saluran halus untuk mengalirkan air susu.
Saluran – saluran yang halus ini bersatu menjadi satu saluran untuk tiap lobus. Saluran ini
disebut ductus lactiferosus yang memusat menuju ke putting susu di mana masing – masing
bermuara.
Keadaan buah dada pada 2 hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam kehamilan.
Pada waktu ini buah dada belum mengandung susu, melainkan colostrum yang dapat
dikeluarkan dengan memijat areola mamae. Colostrum adalah cairan kuning yang disekresi
oleh payudara pada awal masa nifas.
Progesteron dan estrogen yang dihasilkan plasenta merangsang pertumbuhan kelenjar
– kelenjar susu, sedangkan progesterone merangsang pertumbuhan saluran kelenjar. Kedua
hormone ini mengerem LTH (prolactin). Setelah plasenta lahir, maka LTH dengan bebas
dapat merangsang laktasi.
Pada kira – kira hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini
menandai permulaan sekresi air susu dan kalau areola mamae dipijat, keluarlah cairan putih
dari puting susu.

C. PERUBAHAN PSIKOLOGIS IBU PADA MASA NIFAS


Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan, menjelang proses kelahiran
maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut, kecemasan seorang wanita dapat
bertambah. Pengalaman yang unik dialami oleh ibu setelah persalinan. Masa nifas merupakan
masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang
ibu memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah.
Menjadi orang tua adalah merupakan krisis dari melewati masa transisi. Masa transisi
pada postpartum yang harus diperhatikan adalah :
1. Phase Honeymoon
Phase Honeymoon ialah Phase anak lahir dimana terjadi intimasi dan kontak yang
lama antara ibu – ayah – anak. Hal ini dapat dikatakan sebagai “ Psikis Honeymoon “ yang
tidak memerlukan hal-hal yang romantik. Masing-masing saling memperhatikan anaknya dan
menciptakan hubungan yang baru.

2. Ikatan kasih ( Bonding dan Attachment )


Terjadi pada kala IV, dimana diadakan kontak antara ibu-ayah-anak, dan tetap dalam
ikatan kasih, penting bagi perawat untuk memikirkan bagaimana agar hal tersebut dapat
terlaksana partisipasi suami dalam proses persalinan merupakan salah satu upaya untuk
proses ikatan kasih tersebut.

3. Phase Pada Masa Nifas


a. Phase “ Taking in “
Perhatian ibu terutama terhadap kebutuhan dirinya, mungkin pasif dan tergantung
berlangsung 1 – 2 hari. Ibu tidak menginginkan kontak dengan bayinya tetapi bukan berarti
tidak memperhatikan. Dalam Phase yang diperlukan ibu adalah informasi tentang bayinya,
bukan cara merawat bayi.
b. Phase “ Taking hold “
Phase kedua masa nifas adalah phase taking hold ibu berusaha mandiri dan
berinisiatif. Perhatian terhadap kemampuan mengatasi fungsi tubuhnya misalnya kelancaran
buang air besar hormon dan peran transisi. Hal-hal yang berkontribusi dengan post partal
blues adalah rasa tidak nyaman, kelelahan, kehabisan tenaga. Dengan menangis sering dapat
menurunkan tekanan. Bila orang tua kurang mengerti hal ini maka akan timbul rasa bersalah
yang dapat mengakibatkan depresi. Untuk itu perlu diadakan penyuluhan sebelumnya, untuk
mengetahui bahwa itu adalah normal.

3. Bounding Attachment
Pengertian :
Bounding merupakan satu langkah awal untuk mengungkapkan perasaan afeksi (
kasih sayang )
Atachmen merupakan interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.
Bounding Atachmen adalah kontak awal antara ibu dan bayi setelah kelahiran, untuk
memberikan kasih sayang yang merupakan dasar interaksi antara keduanya secara terus
menerus. Dengan kasih sayang yang diberikan terhadap bayinya maka akan terbentuk ikatan
antara orang tua dan bayinya.

4. Respon Antara Ibu dan Bayinya Sejak Kontak Awal Hingga Tahap
Perkembangannya.
a. Touch ( sentuhan )
Ibu memulai dengan ujung jarinya untuk memeriksa bagian kepala dan ekstremitas
bayinya. Dalam waktu singkat secara terbuka perubahan diberikan untuk membelai tubuh.
Dan mungkin bayi akan dipeluk dilengan ibu. Gerakan dilanjutkan sebagai gerakan lembut
untuk menenangkan bayi. Bayi akan merapat pada payudara ibu. Menggenggam satu jari atau
seuntai rambut dan terjadilah ikatan antara keduanya.

b. Eye To Eye Contact ( Kontak Mata )


Kesadaran untuk membuat kontak mata dilakukan kemudian dengan segera.
Kontak mata mempunyai efek yang erat terhadap perkembangan dimulainya hubungan dan
rasa percaya sebagai factor yang penting sebagai hubungan manusia pada umumnya. Bayi
baru lahir dapat memusatkan perhatian pada suatu obyek, satu jam setelah kelahiran pada
jarak sekitar 20-25 cm, dan dapat memusatkan pandangan sebaik orang dewasa pada usia
kira-kira 4 bulan, perlu perhatian terhadap factor-faktor yang menghambat proses tersebut
Mis ; Pemberian salep mata dapat ditunda beberapa waktu sehingga tidak mengganggu
adanya kontak mata ibu dan bayi.

c. Odor ( Bau Badan )


Indra penciuman bayi sudah berkembang dengan baik dan masih memainkan
peranan dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup.
Penelitian menunjukan bahwa kegiatan seorang bayi, detak jantung dan pola
bernapasnya berubah setiap kali hadir bau yang baru, tetapi bersamaan makin dikenalnya bau
itu sibayipun berhenti bereaksi.
Pada akhir minggu I seorang bayi dapat mengenali ibunya dari bau badan dan air susu
ibunya. Indra Penciuman bayi akan sangat kuat, jika seorang ibu dapat memberikan bayinya
ASI pada waktu tertentu.

d. Body Warm ( Kehangatan Tubuh )


Jika tidak ada komplikasi yang serius seorang ibu akan dapat langsung meletakan
bayinya diatas perut ibu, baik setalah tahap kedua dari proses melahirkan atau sebelum tali
pusat dipotong.
Kontak yang segera ini memberikan banyak manfaat baik bagi ibu maupun sibayi
kontak kulit agar bayi tetap hangat.

e. Voice ( Suara )
Respon antara ibu dan bayi berupa suara masing-masing orang tua akan
menantikan tangisan pertama bayinya. Dari tangisan tersebut ibu merasa tenang karena
merasa bayinya baik ( hidup ).
Bayi dapat mendengar sejak dalam rahim, jadi tidak mengherankan bila ia dapat
mendengar suara-suara dan membedakan nada dan kekuatan sejak lahir, meskipun suara-
suara itu terhalang selama beberapa hari terhalang cairan amniotic dari rahim yang melekat
pada telinga.
Banyak Penelitian memperhatikan bahwa bayi-bayi baru lahir bukan hanya
mendengar secara pasif melainkan mendengarkan dengan sengaja dan mereka nampaknya
lebih dapat menyesuaikan diri dengan suara-suara tertentu daripada yang lain.
Contoh ; suara detak jantung ibu.
f. Entrainment ( gaya bahasa )
BBL menemukan perubahan struktur pembicaraan dari orang dewasa artinya
perkembangan bayi dalam bahasa dipengaruhi diatur, jauh sebelum ia menggunakan bahasa
dalam berkomunikasi ( komunikasi yang positip )

g. Biorhytmicity ( Irama Kehidupan )


Janin dalam rahim dapat dikatakan menyesuaikan dengan irama alamiah ibunya
seperti halnya denyut jantung. Salah satu tugas bayi setelah adalah menyesuaikan irama
dirinya sendiri. Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberikan perawatan penuh
kasih yang secara konsisten dan dengan menggunakan tanda bahaya untuk mengembangkan
respon bayi dan interaksi social serta kesempatan untuk belajar.
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai
berikut:
1. Fungsi menjadi orang tua
2. Respon dan dukungan dari keluarga
3. Riwayat dan pengalaman kehamilan serta persalinan
4. Harapan, keinginan dan aspirasi saat hamil dan melahirkan

DAFTAR PUSTAKA

Anriani, Rini. http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/03/perubahan-psikologis-ibu-pada-


masa.html. diakses pada hari minggu, 28 November 2010.
Ambarwati, Eny Retra. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta : Cendekia Press.
Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Ed.4. Jakarta : EGC.
Henderson,Christine,dkk. 2005. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC.
Jhaquin, Arrwenia. 2010. Psikologi untuk Kebidanan. Jogjakarta : Nuha Medika.

You might also like