You are on page 1of 7

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.

1, Maret 2015

PENGARUH TERAPI MANDI UAP TERHADAP RESPON FISIOLOGIS STRESS


PENDERITA HIPERTENSI

Iwan Purnawan, Arif Setyo Upoyo, Sidik Awaludin

Jurusan Keperawatan Fikes Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto


Email: purnawan08@gmail.com

ABSTRAK
Hypertension is the most common health problems encountered in many countries,
including Indonesia. Hypertension also is the trigger a variety of damages organs in the
body, such as heart, brain, and kidneys. The stressful conditions cause adverse effects
because exacerbate hypertension itself. Changes in vital signs (pulse and respiration) is a
physiological response to stressful conditions. The aim of research was to identify the
influence of steam on the physiological stress response in patients with hypertension. The
study design was quasi experimental with pre and post test approach one group without
control design. The number of respondents were involved in this study as many as 44
people that was taken by randomized. Statistical test results showed that there was a
significant difference between the mean respiratory rate before and after treatment (p =
0.000). Similarly, the average pulse rate per minute, before and after treatment showed
significant difference (p = 0.000). The mean respiratory rate and pulse after treatment
showed significant increase compared to before treatment. Thus it can be concluded that
there is significant influence steam bath therapy in increasing the physiological response to
stress.
Keyword : hypertension, steam bath, physiological stress.

ABSTRAK
Hipertensi merupakan permasalahan kesehatan yang paling sering dijumpai diberbagai
diberbagai negara, termasuk Indonesia. Hipertensi merupakan pemicu berbagai kerusakan
organ di dalam tubuh seperti jantung, otak, dan ginjal. Kondisi stress menimbulkan efek
yang merugikan karena memperberat hipertensi itu sendiri. Perubahan tanda vital (nadi
dan pernafasan) merupakan respon fisiologis terhadap kondisi stress tersebut. Tujuan
penelitian adalah untuk mengidentifikasi pengaruh mandi uap terhadap respon fisiologis
stress pada penderita hipertensi. Desain penelitian adalah quasi eksperimen dengan
pendekatan pre and post tes one group without control design. Jumlah responden yang
dilibatkan dalam penelitian ini sebanyak 44 orang yang diambil secara random. Hasil uji
statistik menunjukan adanya perbedaan yang signifikan antara rerata frekuensi pernafasan
sebelum dan sesudah perlakuan (nilai p =0,000). Demikian pula dengan rerata frekuensi
denyut nadi permenit, sebelum dan sesudah perlakuan menunjukan perbedaan yang
bermakna (nilai p = 0,000). Rerata frekuensi pernafasan dan nadi setelah perlakuan
menunjukan kenaikan yang signifikan dibandingkan dengan sebelum perlakuan. Dengan
demikian dapat simpulkan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna terapi mandi uap
dalam meningkatkan respon fisiologis stress.
Kata kunci : hipertensi, mandi uap, fisiologis stress.

60
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.1, Maret 2015

PENDAHULUAN menyertai dikemudian hari akibat hipeternsinya


membuat penderita mengalami tekanan
Hipertensi saat ini telah menjadi masalah
emosional atau stress (Masyitoh 2013).
global dan hampir menduduki peringkat
pertama masalah kesehatan yang paling Kondisi stress secara fisiologi dapat
sering dijumpai di setiap negara. Menurut teridentifikasi melalui peningkatan frekuensi
World Health Organization (WHO) pada pernafasan dan denyut nadi. Hal ini berkaitan
tahun 2000, 26,6 % penduduk di dunia dengan peningkatan proses metabolisme
menderita hipertensi. Sedangkan di tubuh sehingga membutuhkan transportasi
Indonesia sendiri, 16,5% pria dan 17 % nutrisi dan oksigen yang cepat. Peningkatan
wanita telah mengalami hipertensi kebutuhan akan nutrisi dan oksigen inilah yang
(Yogiantoro, 2006). memicu jantung untuk berdenyut lebih
kencang dan paru-paru bernafas lebih cepat
Hipertensi sendiri merupakan kondisi
(Suhanto, E. 2009).
tekanan darah di atas nilai normal. Seseorang
dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan Kondisi stress yang dialami penderita
darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan darah hipertensi berpotensi semakin memperberat
sistolik > 90 mmHg. Hipertensi sendiri bisa kondisinya. Stress tersebut akan merangsang
sebabkan oleh penyempitan pembuluh darah sistem syaraf simpatik yang diikuti oleh
(vasokontriksi) maupun kekakuan pembuluh peningkatan kortikoid (glukokortikoid dan
darah. Kondisi seperti itu akan meningkatkan mineralkortikoid) dan katekolamin dalam darah.
resistensi secara sistemik yang diikuti dengan Peningkatan kortikoid dan katekolamin
peningkatan tekanan darah. Vasokontriksi bisa bertanggungjawab terhadap retensi natrium
terjadi tiba-tiba yang picu oleh sistem saraf dan air serta vasokonstriksi pembuluh darah.
simpatis tubuh. Sedangkan kekakuan Mekanisme ini akan semakin menaikan
pembuluh darah disebabkan oleh tekanan darah dan memperburuk dampak
aterosklerosis sebagai dampak dari gaya hidup yang ditimbulkannya (Bucher dan Melander,
dan pola makan yang tidak sehat (Smeltzer 1999). Dengan demikan, penatalaksanaan
dan Bare, 2001) stress pada penderita hipertensi sangat
diperlukan
Penanganan hipertensi yang tidak
adekuat dapat memicu kerusakan berbagai Salah satu metode non far-makologik
organ tubuh seperti jantung, otak, dan ginjal. yang berpotensi untuk menurnkan keluhan
Stroke, gagal ginjal, hingga serangan jantung nyeri serta meningkatkan kenyamanan tubuh
merupakan sebagian masalah kesehatan pada penderita hipertensi adalah terapi mandi
serius yang bisa timbul pada penderita uap. Metode ini merupakan salah satu jenis
hipertensi. Oleh karena itulah penanganan terapi menggunakan media uap air hangat.
yang tepat pada penderita hipertensi sangat Orang yang menjalani terapi ini akan
diperlukan (Palmer, 2007). ditempatkan pada ruangan uap hangat yang
dirancang khusus. Uap hangat yang berasal
Hipertensi sendiri dijuluki sebagai
dari pemanasan air dipompakan ke ruangan
sillent killer karena sering tidak menunjukan
tertutup sehingga menciptakan kondisi panas
gejala secara signifikan (Burn, 2007). Hanya
basah (Budiyanto, 2002)
separuh dari penderita menyadari kondisi
hipertensi mereka. Hal ini bisa disebabkan Mandi uap ini akan meningkatkan
kenyataan bahwa 90% diantaranya sirkulasi perifer 5 – 10% melalui proses
merupakan hipertensi esensial, dimana pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi).
penyebanya tidak diketahui secara jelas. Selain itu, rempah-rempah yang digunakan
Kondisi ketidakpastian tentang penyebab, pada uap hangat tersebut menghasilkan
ancaman kematian, aturan diet yang ketat, aromatherapi yang meningkatkan efek
maupun penyakit komplikasi yang mungkin relaksasi. Mekanisme vasodilatasi dan
61
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.1, Maret 2015

relaksasi tubuh selain dapat meningkatkan reponden.


perasaan nyaman sehingga menurnkan atau Kriteria inklusi dari penelitian ini antara
menghilangkan nyeri, juga bisa menurnkan lain: (a) penderita hipertensi dengan tekanan
tekanan darah (Budiyanto, 2002).
darah sistolik > 140 mmHg atau tekanan darah
Survey pendahuluan yang dilakukan diastolik > 90mmHg; (b) bersedia menjadi
di terapi mandi uap Ala Kuda Purwokerto pada responden; dan (c) usia 18-65 tahun.
bulan Juli 2013, tercatat 150 orang pengunjung Sedangkan kriteria eksklusi meliputi: (a)
menga-lami hipertensi. Ini bisa merupakan mendapatkan terapi komplementer lain; (b)
indikasi bahwa penderita hipertensi merasakan menderita penyakit komplikasi lain; dan (c)
manfaat dari terapi mandi uap ini. Berdasarkan menjalani terapi farmakologis.
hal tersebut penelitian ini akan mengidentifikasi Pengukuran frekuensi nadi dan
pengaruh mandi uap terhadap respon fisiologis pernafasan dilakukan sebelum dan sesudah
stress pada perlakuan. Penderita hipertensi yang datang ke
METODE PENELITIAN tempat terapi mandi uap didata dan kemudian
dikumpulkan, responden diminta untuk mengisi
Rancangan penelitaian yang digunakan
informed concent yang menyatakan kesediaan
adalah quasi experimental design dengan
pre-pos ttest without control group. untuk terlibat dalam penelitian ini. Pengukuran
frekuensi pernafasan dan nadi yang pertama
Perlakuan yang dilakukan adalah dengan
(pre) dilakukan sebelum tindakan terapi mandi
memberikan terapi mandi uap kepada
uap. Sedangkan pengukuran kedua (post)
responden selama 15-20 menit. Respon
dilakukan 15 menit setelah perlakuan.
fisiologis stress (nadi dan pernafasan)
diukur sebelum dan sesudah perlakuan HASIL
diberikan. Penelitian ini akan dilakukan di
Penelitian dilaksanakan di Terapi Uap Ala
Terapi Ala Kuda Purwokerto. Lokasi ini Kuda yang menyediakan layanan mandi uap
dipilih karena beberapa pertimbangan bagi masyarakat. Penelitian dilakukan dari
banyak penderita hipertensi yang datang ke April Mei 20015. Sampel penelitian
tempat tersebut. berjumlah 44 orang yang sesuai dengan
Teknik sampling yang digunakan kriteria inklusi dan eksklusi.
dalam penelitian ini adalah consecutive Karakteristik Responden
sampling. Setiap penderita yang memenuhi
kriteria penelitian dimasukan sebagai Rerata usia responden adalah 51,2 (SD:
responden dalam jangka waktu tertentu 7,5) tahun. Responden paling muda berusia
(Sugiyono, 2007). Jumlah sampel yang 34 tahun sedangkan yang paling tua
didapatkan dalam penelitian ini sebanyak 44 mencapai 64 tahun.

Tabel.1 Frekuensi Nafas dan Frekuensi Nadi Responden Sebelum dan Sesudah Perlakuan

NO Variabel Sebelum Sesudah


Rerata (±SD) Median Rerata Median
(Range) (±SD) (Range)
1 Frekuensi 21,4 21 25,2 25
Pernapasan (±1,35) (18-24) (±1,5) (22-28)

2 Frekuensi Nadi 83,2 83,5 89 89


±(4) (78-92) (±3,8) (80-96)

62
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.1, Maret 2015

Frekuensi Pernafasan Responden


Sebelum dan Sesudah Perlakuan Tabel 2 Hasil Uji Perbedaan Frekuensi
Gambaran frekuensi pernafasan responden Pernafasan dan Frekuensi Nadi Antara
sebelum dan sesudah mendapatkan terapi Sebelum dan Sesudah Perlakuan
mandi uap terdapat pada Tabel 1.
Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa Variabel n p
frekuensi nafas responden sebelum Frekuensi Pernapasan 44 0,000
mendapatkan terapi mandi uap lebih kecil Frekuensi nadi 44 0,000
dibandingkan rerata frekuensi nafas
responden setelah mendapatkan perlakuan.
Sedangkan nilai rerata menunjukan bahwa
Frekuensi Nadi Responden Sebelum dan frekuensi nadi sebelum perlakuan memiliki
Sesudah Perlakuan jumlah yang lebih sedikit dibandingkan
Frekuensi Nadi Responden Sebelum dan dengan setelah perlakuan.
Sesudah Perlakuan digambarkan pada PEMBAHASAN
tabel. Berdasarkan Tabel 1 juga diketahui Karakteristik Responden
bahwa frekuensi nadi responden sebelum
mendapatkan terapi mandi uap lebih kecil Hasil penelitian menunjukan bahwa rerata
dibandingkan rerata frekuensi nafas usia responden 51,2 tahun. Menurut Depkes
responden setelah mendapatkan perlakuan. RI usia 51,2 tahun termasuk dalam
kelompok lanjut usia awal. Usia merupakan
Perbedaan Frekuensi Pernafasan salah satu faktor resiko pemicu hipertensi
Sebelum dan Sesudah Perlakuan (Syahrini, E. N., 2012). Peningkatan usia
Hasi uji statistik terhadap perbedaan akan disertai dengan pengerasan dan
frekuensi pernafasan responden sebelum penurunan elastisitas dinding pembuluh
dan sesudah mendapatkan perlakuan dapat darah. Hal ini semakin diperparah dengan
dilihat pada Tabel 2. gaya hidup yang tidak sehat. Menurut
Fausto, Kumar, Abbas, & Fausto (2005)
Tabel 2 menunjukan bahwa nilai p
dinding arteri akan mengalami penebalan
0,00 (<0,005) sehingga bisa diartikan sebagai
karena adanya penumpukan zat kolagen
adanya perbedaan signifikan frekuensi
pada lapisan otot sehingga pembuluh darah
pernafasan antara sebelum dan sesudah
akan berangsur-angsur menyempit dan
perlakuan. Sedangkan nilai median
menjadi kaku. Namun demikian, pada
menunjukan bahwa frekuensi pernafasan
beberapa penelitian secara statistik tidak
sebelum perlakuan memiliki jumlah yang lebi
ada hubungan yang signifikan antara usia
sedikit dibandingkan dengan setelah
dengan kejadian hipertensi (Aini, 2012)..
perlakuan.
Pengaruh Terapi Mandi Uap Terhadap
Perbedaan Frekuensi Nadi Sebelum dan
Denyut Nadi & Pernafasan
Sesudah Perlakuan
Uji statistik menunjukan adanya perbedaan
Hasi uji statistik terhadap per-bedaan
yang signifikan respon relaksasi (frekuensi
frekuensi nadi responden sebelum dan
nafas dan nadi) sebelum dan sesudah
sesudah mendapatkan perlakuan dapat
perlakuan, dimana nilai p 0,00 (<0,05).
dilihat pada Tabel 2
Rerata frekuensi nafas dan nadi sesaat
Tabel 2 menunjukan bahwa nilai p setelah mandi uap mengalami peningkatan
0,00 (<0,05) sehingga bisa diartikan sebagai dibandingkan sebelum sebelumnya.
adanya perbedaan signifikan frekuensi nadi
Terapi mandi uap merupakan metode
antara sebelum dan sesudah perlakuan.
pengobatan dengan menempatkan pasien

63
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.1, Maret 2015

pada ruangan beruap dengan suhu berkisar (pelebaran) pembuluh darah yang
antara 38o – 52o C. Sebagai mahluk menyebabkan semakin tingginya sirkulasi
homoioterm, manusia akan berusaha darah. Peningkatan aliran darah dan sirkulasi
mempertahankan tubuhnya tetap dalam secara umum akan diikuti dengan kenaikan
kondisi stagnan meskipun suhu lingkungan curah jantung. (Guyton & Hall. 2007;
berubah. Kulit memegang peranaan penting Siswantiningsih, Kalpika A. 2010).
dalam proses ini melalui jaring-jaring pembuluh Curah jantung sendiri merupakan
darah kapiler dan kelenjar keringat (Soewolo, indikator dari fungsi jantung. Curah jantung
2005) juga merupakan jumlah darah yang
Panasnya suhu lingkungan akan dipompakan oleh jantung dalam setiap menit.
diterima oleh kulit sebagai rangsangan panas Dengan demikian, curah jantung sangat
ke pusat pengaturan amsuhu tubuh yaitu dipengaruhi oleh frekuensi denyut jantung.
hipotalamus. Dengan demikian, tubuh akan Peningkatan frekuensi denyut jantung ataupun
berusaha mempertahankan suhu tubuhnya denyut nadi merupakan upaya tubuh untuk
dengan cara meningkatkan kehilangan panas mengkompensasi adanya peningkatan curah
ke lingkungan. Dilatasi pembuluh darah dan jantung (Hudak, 1997).
peningkatan aliran darah ke daerah perifer Peningkatan metabolisme selain
merupakan upaya untuk membuang panas diikuti dengan peningkatan frekuensi denyut
tubuh (Soewolo,2005). nadi, juga disertai dengan peningkatan
Peningkatan suhu lingkungan akan frekuensi pernafasan. Hal ini disebabkan oleh
mengurangi gradien panas antara lingkungan kebutuhan proses metabolisme terhadap
dengan suhu permukaan kulit dan antara suhu oksigen dan pentingnya mengeluarkan
permukaan kulit dengan suhu inti. Meskipun karbodioksida dari dalam tubuh. Laju
bersifat homoiterm, namun suhu tubuh metabolisme juga berkaitan erat dengan
manusia dapat meningkat jika peningkatan respirasi karena respirasi merupakan proses
suhu lingkungan melebihi suhu kulit. Dengan ektraksi energi dari molekul makanan yang
demikian suhu di ruang terapi mandi uap dapat tergantung pada keberadaan oksigen. Hal
meningkatkan suhu tubuh seseorang karena inilah yang membuat pengukuran laju
suhunya berada di atas suhu normal tubuh metabolisme dapat diperkirakan dengan
manusia (Indra, E. N., 2007). mengukur seberapa banyak oksigen yang
dikonsumsi mahluk hdup persatuan waktu.
Kenaikan suhu tubuh akan
Jumlah oksigen yang dibutuhkan tubuh selama
merangsang peningkatan proses metabolisme
metabolisme ini dikenal pula sebagai laju
tubuh. Metabolisme sendiri merupakan semua
konsumsi oksigen (Tobin, 2005).
reaksi kimia dan energi yang terjadi dalam
tubuh. Sedangkan laju metabolik atau Salah satu faktor yang mempengaruhi
kecepatan metabolik dapat dinyatakan sebagai tingginya laju metabolisme yang diikuti dengan
laju panas yang dibebaskan selama terjadinya laju konsumsi oksigen adalah temperatur atau
berbagai reaksi kimia di seluruh sel tubuh. suhu lingkungan dimana mahluk hidup berada.
Secara logika semakin banyak tubuh Suhu ruangan terapi mandu uap yang berkisar
mengeluarkan panas, maka semakin cepat laju 38OC – 520C dapat meningkatkan laju
metabolismenya (Hall JE Guyton & Hall. 2007; metabolisme dan laju konsumsi oksigen
Tortora GJ, Derickson, 2009; & Ganong WF sehingga akan disertai dengan peningkatan
2003). frekuensi pernafasan (Tobin, 2005).
Peningkatan laji metabolisme akibat KESIMPULAN
dari tingginya suhu saat terapi mandi uap Terdapat pengaruh terapi mandi uap
menyebabkan peningkatan aliran darah secara terhadap respon fisiologis stress (frekuensi
umum. Hal ini diperkuat dengan vasodilatasi
64
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.1, Maret 2015

nafas dan nadi). Hasil penelitian Ganong, W.F. (2003). Review of medical
menunjukan bahwa setelah mendapatkan physiology 21 ed. San Fransisco:
terapi mandi uap, justru pasien mengalami McGraw-Hill Companies
peningkatan respon fisiologis stress (nadi Hastono, S. P. ( 2001). Modul analisis data,
dan nafas). Hal ini bertentangan dengan Jakarta: Fakultas Kesehatan
tujuan dari terapi mandi uap sendiri yaitu Masyarakat Universitas Indonesia.
meningkatkan relaksasi dan menurunkan Hall JE, Guyton & Hall, 2007, Buku Saku
stress Fisiologi Kedokteran, 11 ed, Jakarta:
EGC
Hal ini bisa disebabkan oleh waktu
Hudak, C.M. (1997). Keperawatan kritis:
pengukuran yang terlalu berdekatan yakni
pendekatan holistik, alih bahasa,
menit pertama pasca terapi mandi uap
Allenidekania, Betty Susanto, Teresa,
sehingga laju metabolisme masih tinggi. Oleh
Yasmin Asih; editor, Monica Ester,
karena itulah diperlukan penelitian yang sama
Jakarta: EGC
namun waktu pengukuran respon fisiologis
Indra, E. N. (2007, December). Adaptasi
yang jaraknya lebih lama, misalnya 15 menit
fisiologis tubuh terhadap latihan di suhu
setelah perlakuan
lingkungan panas dan dingin.
In Proceeding Seminar Nasional
REFERENSI PORPERTI UNY (Vol. 18).
Aini, E. N. (2012). Faktor-faktor yang Kowatzaki, D,C. ,Macholdt, K., Krull.,D.
berhubungan dengan kejadian Schmidt., T,. Deufel., P,. Elsner.P, Fluhr,
hipertensi pada lansia di unit pelaksana J.W. (2008). Effect of regular sauna on
teknis pelayanan sosial lanjut usia epidermal barrier function and stratum
Magetan (Doctoral dissertation, corneum water holding capacity in vivo
Universitas Muhammadiyah Surakarta). in humans. A controlled study,
Bucher, L. Melander, S. (1999). critical care Dermatology, 217(2), 173-180. Doi:
nursing, Philadelphia: W.B. Saunders 10.1159/000137283.
Company. Kumar, V., Abbas A.K,, Fausto, N. (2005).
Burns, N & Grove,S.K, (1993). The practice Hypertensive vascular disease. Dalam
of nursing research conduct, critique & Robn and Cotran Pathologic Basis of
utilization. (2nded), Philadelphia: W.B. Disease, 7th edition. Philadelpia:
Saunders Company. Elsevier Saunders.
Budiyanto, K.A.M., (2002). Gizi dan Masyitah, D. (2013). Pengaruh terapi
kesehatan. Edisi I, Malang : Universitas Spiritual Emotional Freedom Technique
Muhammadiyah Malang. (SEFT) terhadap tekanan darah pada
Beever, R. (2009), Far-infrared sauna for pasien hipertensi di rumah sakit umum
treatment of cardiovascular risk factors. daerah Raden Mattaher Jambi tahun
Canadian family medicine, 55, 691-696. 2012. Depok: Universitas Indonesia.
Crinnion, W, (2008). Components of Muhammadun. (2010). Hidup bersama
practical clinical detox progams-sauna hipertensi,. Yogyakarta: In Books.
as a therapeutic tool. International Palmer, A. (2007). Tekanan darah tinggi.
Symposium Of The Institute For Jakarta: Erlangga
Functional Medicine, 154-156. Smeltzer, S.C & Bare, B.G.. (2002). Buku
Gunawan, L.. (2001), Hiprtensi tekanan ajar medikal bedah. Edisi 8 Volume 2.
darah tinggi, Yogyakarta: Penerbit Jakarta: Alih Bahasa Kuncara, H.Y, dkk,
kanisius. EGC.
Siswantiningsih, K.(2010). Perbedaan
denyut nadi sebelum dan sesudah

65
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.1, Maret 2015

bekerha pada iklim kerja di unit kulon kota Semarang (Doctoral


workshop PT. Indo Acidatama tbk dissertation, Diponegoro University).
Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Tobin, A.J. (2005). Asking about
[serial online]. life. Thomson Brooks/Cole, Canada
http://eprints.uns.ac.id/115/1/167200309 Tortora, G.J., Derrickson, B (2009).
201011291.pdf ( 30 Agustus 2014) Principles of anatomy and physiology.
Sugiyono, (2007). Metode penelitian Danver: John Willey & Sons.inc.
kuantitatif kualitatif. Bandung: Alfabeta. WHO-ISH Guideline Committe
Suhanto, E. (2009). Pengaruh stres kerja Hypertension, 2003.. Guidelines of the
dan iklim organisasi terhadap turnover management of hypertension. J
intention dengan kepuasan kerja Hypertension , 21.
sebagai variabel intervening (studi di Yogiantoro, M.,. 2006,. Hipertensi esensial
bank internasional indonesia) (Doctoral dalam buku ajar ilmu penyakit dalam.
dissertation, program Pascasarjana Jilid I edisi IV. Jakarta: FKUI
Universitas Diponegoro).
Soewolo, dkk. (1999). Fisiologi manusia. .
Malang: Universitas Negeri Malang.
Syahrini, E. N. (2012). Faktor-faktor risiko
hipertensi primer di puskesmas tlogosari

66

You might also like