Professional Documents
Culture Documents
Pengaruh Terapi Mandi Uap Terhadap Respon Fisiologis Stress Penderita Hipertensi Iwan Purnawan, Arif Setyo Upoyo, Sidik Awaludin
Pengaruh Terapi Mandi Uap Terhadap Respon Fisiologis Stress Penderita Hipertensi Iwan Purnawan, Arif Setyo Upoyo, Sidik Awaludin
1, Maret 2015
ABSTRAK
Hypertension is the most common health problems encountered in many countries,
including Indonesia. Hypertension also is the trigger a variety of damages organs in the
body, such as heart, brain, and kidneys. The stressful conditions cause adverse effects
because exacerbate hypertension itself. Changes in vital signs (pulse and respiration) is a
physiological response to stressful conditions. The aim of research was to identify the
influence of steam on the physiological stress response in patients with hypertension. The
study design was quasi experimental with pre and post test approach one group without
control design. The number of respondents were involved in this study as many as 44
people that was taken by randomized. Statistical test results showed that there was a
significant difference between the mean respiratory rate before and after treatment (p =
0.000). Similarly, the average pulse rate per minute, before and after treatment showed
significant difference (p = 0.000). The mean respiratory rate and pulse after treatment
showed significant increase compared to before treatment. Thus it can be concluded that
there is significant influence steam bath therapy in increasing the physiological response to
stress.
Keyword : hypertension, steam bath, physiological stress.
ABSTRAK
Hipertensi merupakan permasalahan kesehatan yang paling sering dijumpai diberbagai
diberbagai negara, termasuk Indonesia. Hipertensi merupakan pemicu berbagai kerusakan
organ di dalam tubuh seperti jantung, otak, dan ginjal. Kondisi stress menimbulkan efek
yang merugikan karena memperberat hipertensi itu sendiri. Perubahan tanda vital (nadi
dan pernafasan) merupakan respon fisiologis terhadap kondisi stress tersebut. Tujuan
penelitian adalah untuk mengidentifikasi pengaruh mandi uap terhadap respon fisiologis
stress pada penderita hipertensi. Desain penelitian adalah quasi eksperimen dengan
pendekatan pre and post tes one group without control design. Jumlah responden yang
dilibatkan dalam penelitian ini sebanyak 44 orang yang diambil secara random. Hasil uji
statistik menunjukan adanya perbedaan yang signifikan antara rerata frekuensi pernafasan
sebelum dan sesudah perlakuan (nilai p =0,000). Demikian pula dengan rerata frekuensi
denyut nadi permenit, sebelum dan sesudah perlakuan menunjukan perbedaan yang
bermakna (nilai p = 0,000). Rerata frekuensi pernafasan dan nadi setelah perlakuan
menunjukan kenaikan yang signifikan dibandingkan dengan sebelum perlakuan. Dengan
demikian dapat simpulkan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna terapi mandi uap
dalam meningkatkan respon fisiologis stress.
Kata kunci : hipertensi, mandi uap, fisiologis stress.
60
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.1, Maret 2015
Tabel.1 Frekuensi Nafas dan Frekuensi Nadi Responden Sebelum dan Sesudah Perlakuan
62
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.1, Maret 2015
63
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.1, Maret 2015
pada ruangan beruap dengan suhu berkisar (pelebaran) pembuluh darah yang
antara 38o – 52o C. Sebagai mahluk menyebabkan semakin tingginya sirkulasi
homoioterm, manusia akan berusaha darah. Peningkatan aliran darah dan sirkulasi
mempertahankan tubuhnya tetap dalam secara umum akan diikuti dengan kenaikan
kondisi stagnan meskipun suhu lingkungan curah jantung. (Guyton & Hall. 2007;
berubah. Kulit memegang peranaan penting Siswantiningsih, Kalpika A. 2010).
dalam proses ini melalui jaring-jaring pembuluh Curah jantung sendiri merupakan
darah kapiler dan kelenjar keringat (Soewolo, indikator dari fungsi jantung. Curah jantung
2005) juga merupakan jumlah darah yang
Panasnya suhu lingkungan akan dipompakan oleh jantung dalam setiap menit.
diterima oleh kulit sebagai rangsangan panas Dengan demikian, curah jantung sangat
ke pusat pengaturan amsuhu tubuh yaitu dipengaruhi oleh frekuensi denyut jantung.
hipotalamus. Dengan demikian, tubuh akan Peningkatan frekuensi denyut jantung ataupun
berusaha mempertahankan suhu tubuhnya denyut nadi merupakan upaya tubuh untuk
dengan cara meningkatkan kehilangan panas mengkompensasi adanya peningkatan curah
ke lingkungan. Dilatasi pembuluh darah dan jantung (Hudak, 1997).
peningkatan aliran darah ke daerah perifer Peningkatan metabolisme selain
merupakan upaya untuk membuang panas diikuti dengan peningkatan frekuensi denyut
tubuh (Soewolo,2005). nadi, juga disertai dengan peningkatan
Peningkatan suhu lingkungan akan frekuensi pernafasan. Hal ini disebabkan oleh
mengurangi gradien panas antara lingkungan kebutuhan proses metabolisme terhadap
dengan suhu permukaan kulit dan antara suhu oksigen dan pentingnya mengeluarkan
permukaan kulit dengan suhu inti. Meskipun karbodioksida dari dalam tubuh. Laju
bersifat homoiterm, namun suhu tubuh metabolisme juga berkaitan erat dengan
manusia dapat meningkat jika peningkatan respirasi karena respirasi merupakan proses
suhu lingkungan melebihi suhu kulit. Dengan ektraksi energi dari molekul makanan yang
demikian suhu di ruang terapi mandi uap dapat tergantung pada keberadaan oksigen. Hal
meningkatkan suhu tubuh seseorang karena inilah yang membuat pengukuran laju
suhunya berada di atas suhu normal tubuh metabolisme dapat diperkirakan dengan
manusia (Indra, E. N., 2007). mengukur seberapa banyak oksigen yang
dikonsumsi mahluk hdup persatuan waktu.
Kenaikan suhu tubuh akan
Jumlah oksigen yang dibutuhkan tubuh selama
merangsang peningkatan proses metabolisme
metabolisme ini dikenal pula sebagai laju
tubuh. Metabolisme sendiri merupakan semua
konsumsi oksigen (Tobin, 2005).
reaksi kimia dan energi yang terjadi dalam
tubuh. Sedangkan laju metabolik atau Salah satu faktor yang mempengaruhi
kecepatan metabolik dapat dinyatakan sebagai tingginya laju metabolisme yang diikuti dengan
laju panas yang dibebaskan selama terjadinya laju konsumsi oksigen adalah temperatur atau
berbagai reaksi kimia di seluruh sel tubuh. suhu lingkungan dimana mahluk hidup berada.
Secara logika semakin banyak tubuh Suhu ruangan terapi mandu uap yang berkisar
mengeluarkan panas, maka semakin cepat laju 38OC – 520C dapat meningkatkan laju
metabolismenya (Hall JE Guyton & Hall. 2007; metabolisme dan laju konsumsi oksigen
Tortora GJ, Derickson, 2009; & Ganong WF sehingga akan disertai dengan peningkatan
2003). frekuensi pernafasan (Tobin, 2005).
Peningkatan laji metabolisme akibat KESIMPULAN
dari tingginya suhu saat terapi mandi uap Terdapat pengaruh terapi mandi uap
menyebabkan peningkatan aliran darah secara terhadap respon fisiologis stress (frekuensi
umum. Hal ini diperkuat dengan vasodilatasi
64
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.1, Maret 2015
nafas dan nadi). Hasil penelitian Ganong, W.F. (2003). Review of medical
menunjukan bahwa setelah mendapatkan physiology 21 ed. San Fransisco:
terapi mandi uap, justru pasien mengalami McGraw-Hill Companies
peningkatan respon fisiologis stress (nadi Hastono, S. P. ( 2001). Modul analisis data,
dan nafas). Hal ini bertentangan dengan Jakarta: Fakultas Kesehatan
tujuan dari terapi mandi uap sendiri yaitu Masyarakat Universitas Indonesia.
meningkatkan relaksasi dan menurunkan Hall JE, Guyton & Hall, 2007, Buku Saku
stress Fisiologi Kedokteran, 11 ed, Jakarta:
EGC
Hal ini bisa disebabkan oleh waktu
Hudak, C.M. (1997). Keperawatan kritis:
pengukuran yang terlalu berdekatan yakni
pendekatan holistik, alih bahasa,
menit pertama pasca terapi mandi uap
Allenidekania, Betty Susanto, Teresa,
sehingga laju metabolisme masih tinggi. Oleh
Yasmin Asih; editor, Monica Ester,
karena itulah diperlukan penelitian yang sama
Jakarta: EGC
namun waktu pengukuran respon fisiologis
Indra, E. N. (2007, December). Adaptasi
yang jaraknya lebih lama, misalnya 15 menit
fisiologis tubuh terhadap latihan di suhu
setelah perlakuan
lingkungan panas dan dingin.
In Proceeding Seminar Nasional
REFERENSI PORPERTI UNY (Vol. 18).
Aini, E. N. (2012). Faktor-faktor yang Kowatzaki, D,C. ,Macholdt, K., Krull.,D.
berhubungan dengan kejadian Schmidt., T,. Deufel., P,. Elsner.P, Fluhr,
hipertensi pada lansia di unit pelaksana J.W. (2008). Effect of regular sauna on
teknis pelayanan sosial lanjut usia epidermal barrier function and stratum
Magetan (Doctoral dissertation, corneum water holding capacity in vivo
Universitas Muhammadiyah Surakarta). in humans. A controlled study,
Bucher, L. Melander, S. (1999). critical care Dermatology, 217(2), 173-180. Doi:
nursing, Philadelphia: W.B. Saunders 10.1159/000137283.
Company. Kumar, V., Abbas A.K,, Fausto, N. (2005).
Burns, N & Grove,S.K, (1993). The practice Hypertensive vascular disease. Dalam
of nursing research conduct, critique & Robn and Cotran Pathologic Basis of
utilization. (2nded), Philadelphia: W.B. Disease, 7th edition. Philadelpia:
Saunders Company. Elsevier Saunders.
Budiyanto, K.A.M., (2002). Gizi dan Masyitah, D. (2013). Pengaruh terapi
kesehatan. Edisi I, Malang : Universitas Spiritual Emotional Freedom Technique
Muhammadiyah Malang. (SEFT) terhadap tekanan darah pada
Beever, R. (2009), Far-infrared sauna for pasien hipertensi di rumah sakit umum
treatment of cardiovascular risk factors. daerah Raden Mattaher Jambi tahun
Canadian family medicine, 55, 691-696. 2012. Depok: Universitas Indonesia.
Crinnion, W, (2008). Components of Muhammadun. (2010). Hidup bersama
practical clinical detox progams-sauna hipertensi,. Yogyakarta: In Books.
as a therapeutic tool. International Palmer, A. (2007). Tekanan darah tinggi.
Symposium Of The Institute For Jakarta: Erlangga
Functional Medicine, 154-156. Smeltzer, S.C & Bare, B.G.. (2002). Buku
Gunawan, L.. (2001), Hiprtensi tekanan ajar medikal bedah. Edisi 8 Volume 2.
darah tinggi, Yogyakarta: Penerbit Jakarta: Alih Bahasa Kuncara, H.Y, dkk,
kanisius. EGC.
Siswantiningsih, K.(2010). Perbedaan
denyut nadi sebelum dan sesudah
65
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.1, Maret 2015
66