Professional Documents
Culture Documents
Sap 9 - Jurnal Nasional Sesuai Sap
Sap 9 - Jurnal Nasional Sesuai Sap
NURYAMAN
Abstract
The objectives of the research are to find out empirical evidence of the effect of
ownership concentration, firms size, and corporate governance mechanisms on earnings
management. The corporate governance mechanisms of this research are composition of
board of commissioner and audit quality. Audit quality were measure by industry
specialize audit firm. The target population was listed companies in the manufacturing
sector at the Indonesia Stock Exchange. The sample determined based on purposive
samping methode. There were 101 companies meeting the criteria. Data analysis was
carried out in term cross section covering financial report during 2005. The research
hyphotesis were tested using multiple regression analysis. The result of this research
show that: (1) ownership concentration had significantly negative influence on earnings
management (2) firms size had significantly negative influence on earnings management
(3) composition of board of commissioner had no influence on earnings management.
The additional result that earnings management of the firms which have competency
independent commissioner are lower than earnings management of the firms which have
uncompetency independent commissioner; (4) industry specialize audit firm had no
influence on earnings management.
1. Pendahuluan
Informasi laba sebagai bagian dari laporan keuangan, sering menjadi target rekayasa
dapat merugikan pemegang saham atau investor. Tindakan oportunis tersebut dilakukan
dengan cara memilih kebijakan akuntansi tertentu, sehingga laba perusahaan dapat diatur,
mengatur laba sesuai dengan keinginannya tersebut dikenal dengan istilah manajemen
dan proteksi investor dengan sampel 33 negara, Indonesia termasuk sebagai sampel,
1
periode pengamatan dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2003. Tujuan penelitiannya
untuk memberikan bukti empirik adanya perbedaan kualitas laba di berbagai negara,
menggunakan manajemen laba sebagai salah satu proksi kualitas laba. Proteksi investor
minoritas; law enforcement; dan seberapa penting pasar modal. Berdasarkan hasil
penelitian ini, Indonesia berada pada kelompok negara dengan rata-rata manajemen laba
Manajemen laba timbul sebagai dampak persoalan keagenan yaitu adanya ketidak
selarasan kepentingan antar pemilik dan manajemen (Beneish, 2001). Menurut teori
keagenan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan tata kelola perusahaan yang
eksekutif, struktur bisnis multidivisi, dan mekanisme eksternal yaitu; pengendalian oleh
pasar, kepemilikan institusional, dan pelaksanaan audit oleh auditor eksternal (Babic
2001).
informasi laba yang disajikan dapat menyebabkan keputusan investasi yang salah. Karena
itu, perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi kepemilikan, ukuran perusahaan, dan
2
governance dalam hal ini adalah komposisi dewan komisaris dan kualitas audit dengan
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam beberapa hal : (1)
governance; dan (2) penelitian ini menggunakan spesialisasi industri KAP sebagai proksi
kualitas audit. Penggunaan ukuran KAP sebagai proksi kualitas audit pada penelitian
terdahulu, mendapat kritikan setelah merebaknya kasus Enron yang melibatkan KAP
besar.
Secara spesifik rumusan masalah penelitian ini yaitu: (1) apakah konsentrasi
berpengaruh terhadap manajemen laba; dan (4) apakah spesialisasi industri KAP
berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
laba.
3
Struktur kepemilikan saham mencerminkan distribusi kekuasaan dan pengaruh di
antara pemegang saham atas kegiatan operasional perusahaan. Salah satu karakteristik
struktur kepemilikan adalah konsentrasi kepemilikan yang terbagi dalam dua bentuk
Europe. Sebaliknya, di negara-negara Anglo Saxon seperti Inggris dan Amerika Serikat,
struktur kepemilikan relatif sangat menyebar (La Porta dan Silanez, 1999).
Kepemilikan saham dikatakan terkonsentrasi jika sebagian besar saham dimiliki oleh
sebagian kecil individu atau kelompok, sehingga pemegang saham tersebut memiliki
jumlah saham yang relatif dominan dibandingkan dengan lainnya. Kepemilikan saham
dikatakan menyebar, jika kepemilikan saham menyebar secara relatif merata ke publik,
tidak ada yang memiliki saham dalam jumlah sangat besar dibandingkan dengan lainnya
(Dallas, 2004).
Perbedaan pola kepemilikan ini memberi implikasi yang berbeda dalam penelitian.
perusahaan di Amerika Serikat dan Inggris tidak menemukan hubungan yang signifikan
antar struktur kepemilikan dengan kinerja perusahaan. Chen (2001) dengan mengambil
bersifat nonmonotonic.
4
Konsentrasi kepemilikan dapat menjadi mekanisme internal pendisiplinan
manajemen, sebagai salah satu mekanisme yang dapat digunakan untuk meningkatkan
saham memiliki akses informasi yang cukup signifikan untuk mengimbangi keuntungan
informasional yang dimiliki manajemen. Jika ini dapat diwujudkan maka tindakan moral
hazard manajemen berupa manajemen laba dapat dikurangi (Hubert dan Langhe, 2002).
memperbesar persentase kepemilikan atas perusahaan sebagai salah satu cara untuk
melindungi diri. Mereka dapat mengendalikan perusahaan melalui voting power, atau
representasi mereka di manajemen sehingga hak-hak mereka terlindungi (La Porta dan
Silanez 1999).
besar yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (sekarang BEI). Hasilnya menunjukan bahwa
perusahaan. Hasil ini bermakna bahwa kepemilikan saham terkonsentrasi dapat berperan
konsentrasi kepemilikan dapat menjadikan pemegang saham pada posisi yang kuat untuk
5
Hipotesis penelitian kesatu : Konsentrasi kepemilikan berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba.
Perusahaan yang berukuran besar memiliki basis pemegang kepentingan yang lebih
luas, sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar terhadap
perusahaan akan berimplikasi terhadap prospek cash flow dimasa yang akan datang.
Sedangkan bagi regulator (pemerintah) akan berdampak terhadap besarnya pajak yang
akan diterima, serta efektifitas peran pemberian perlindungan terhadap masyarakat secara
umum.
hubungan positif dengan manajemen laba, karena perusahaan besar memiliki aktivitas
perusahaan - perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar untuk
melakukan perataan laba (salah satu bentuk manajemen laba) dibandingkan dengan
perusahaan kecil, karena memiliki biaya politik lebih besar. Biaya politik muncul
dikarenkan profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menarik perhatian media dan
konsumen.
data sampel perusahaan industri tahun 1996 menemukan bahwa ukuran perusahaan
memiliki hubungan negatif dengan manajemen laba. Perusahaan yang lebih besar kurang
6
memiliki dorongan untuk melakukan manajemen laba dibandingkan perusahaan-
perusahaan kecil, karena perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pemegang saham
dan pihak luar. Perusahaan besar memiliki basis investor yang lebih besar, sehingga
mendapat tekanan yang lebih kuat untuk menyajikan pelaporan keuangan yang kredible.
Veronica dan Siddharta (2005) meneliti di BEJ (BEI) pada periode pengamatan
signifikan dengan manajemen laba. Namun, penelitian Halim dkk (2005) dengan data LQ
laba. Penelitian Halim memiliki kelemahan pada jumlah sampel, yang hanya
manajemen laba.
(Monk dan Minow, 2001). Pengendalian diarahkan pada pengawasan perilaku manajer,
sehingga tindakan yang dilakukan manajer dapat bermanfaat bagi perusahaan dan
Menghadirkan outside directors dalam komposisi board of directors; dan (2) Audit oleh
Auditor eksternal.
7
inside directors, sehingga lebih efektif dalam melaksanakan fungsi pengawasan terhadap
semakin berkurang earnings management. Hasil penelitian Chen dkk (2005a) di China,
dalam setahun, lamanya top of director menduduki posisi tersebut, berpengaruh terhadap
kecurangan dalam laporan keuangan. Sarkar dkk (2006) melakukan penelitian di India,
sangat lemah terhadap manajemen laba. Penelitian Veronica dan Siddharta (2005) di BEI
komposisi dewan komisaris tidak terbukti memiliki pengaruh negatif yang signifikan
terhadap manajemen laba. Kedua penelitian tersebut dilakukan saat aturan dari BEI
tentang keharusan memiliki komisaris independen masih relatif baru, sehingga diduga
emiten belum melaksanakannya secara optimal. Salah satu butir Keputusan Direksi
harus memiliki 30% Komisaris independen dari seluruh jumlah anggota Komisaris
(www.Bapepam.com, 2005).
8
Peran eksternal auditor yaitu memberikan penilaian secara independen dan
manajemen menyajikan informasi keuangan secara andal, dan terbebas dari praktik
kecurangan akuntansi. Peran ini dapat dicapai jika auditor eksternal memberikan jasa
audit yang berkualitas. Terdapat dua proksi diantaranya yang dapat digunakan untuk
menggambarkan variable kualitas audit yaitu: ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP), dan
Zou dan Elder (2001) menyatakan bahwa spesialisasi industri KAP merupakan
dimensi dari kualitas audit, sebab pengetahuan dan pengalaman auditor tentang industri
merupakan salah satu elemen dari keahklian auditor. Penelitian mereka menggunakan
data perusahaan antara Tahun 1996 sampai dengan 1998 di Amerika Serikat,
menyimpulkan: (1) besaran manajemen laba perusahaan yang diaudit oleh Big six audit
firms lebih rendah dibandingkan dengan perusahaaan yang diaudit oleh non-Big six audit
firm; (2) besaran manajemen laba perusahaan yang diaudit oleh spesialis industri KAP
lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh non-spesialis industri
KAP. Penelitian Carcello dkk (2004) pada periode 1990 sampai dengan 2001 di
Amerika Serikat, hasilnya menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antar
spesialisasi industri KAP dengan kecurangan pada pelaporan keuangan, dan hubungan
negatif tersebut lebih lemah untuk ukuran perusahaan yang semakin besar.
menyimpulkan ukuran KAP sebagai proksi kualitas audit dapat memoderasi hubungan
9
manajemen laba dengan return saham. Mayangsari (2003) meneliti pengaruh spesialisasi
industri KAP terhadap integritas laporan keuangan. Integritas laporan keungan diukur
Veronica dan Siddharta (2005) pada periode pengamatan 1995-1996, dan 1999-2002,
manajemen laba.
manajemen laba
3. Metodologi Penelitian
Populasi sasaran penelitian ini adalah perusahaan publik sektor manufaktur yang
aktif selama Tahun 2005, yaitu sebanyak 137 perusahaan (www.Bapepam.com). Dari
Populasi tersebut sampel ditentukan yang memenuhi empat kriteria sebagai berikut: (1)
Emiten mempunyai tahun buku yang berakhir 31 Desember 2005; (2) Emiten mempunyai
nilai ekuitas positif untuk 2005; (3) Tersedia Laporan keuangan tahunan emiten 2005 di
BEJ; dan (4) Terdapat minimal 30 perusahaan dalam setiap kelompok industri
manufaktur.
10
3.2. Definisi dan Operasionalisasi Variabel Penelitian
Kepemilikan saham terkonsentasi (KS) adalah suatu kondisi di mana sebagian besar
saham dimiliki oleh sebagian kecil individu/kelompok, sehingga individu atau kelompok
tersebut memiliki jumlah saham relatif dominan dibandingkan dengan pemegang saham
lainnya. Konsentrasi kepemilikan saham pada penelitian ini diproksi dengan jumlah
2) Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan (LOG PNJ) adalah besar kecilnya perusahaan. Pada penelitian ini
ukuran perusahaan menggunakan nilai log total penjualan perusahaan pada akhir tahun.
Penggunaan nilai log penjualan dimaksudkan untuk menghindari problem data natural
Komposisi Dewan Komisaris (BOD) adalah susunan keanggotaan yang terdiri dari
komisaris dari luar perusahaan (komisaris independen) dan komisaris dari dalam
KAP pada bidang industri tertentu, yang diproksi dengan konsentrasi jasa audit KAP
pada bidang industri tertentu. Spesialisasi industri KAP pada penelitian ini
adalah KAPi yang memiliki volume klien minimal 15 % dari jumlah klien
11
dan Chen, 2005b). Pengukuran variabel ini yaitu beri nilai 1 jika perusahaan diaudit
oleh KAP spesialis, dan 0 jika lainnya (variabel dummy). Berdasarkan definisi Craswell
(1995) industri manufaktur di BEJ (BEI) terklasifikasi dalam tiga kelompok yaitu
industri: (1) dasar dan kimia; (2) aneka industri; dan (3) barang konsumai. Kemudian
pada masing-masing kelompok tersebut, suatu KAP akan ditetapkan sebagai KAP
spesialis jika KAP tersebut memiliki klien minimal 15% dari jumlah klien perusahaan
5) Manajemen Laba
intervensi dalam proses penyusunan laporan keuangan bagi fihak eksternal sehingga
agar laba perusahaan lebih kecil atau lebih besar sesuai dengan yang diharapkan.
Dechow dkk (1995) menyatakan bahwa model modified Jones memiliki kemampuan
yang lebih baik untuk mendeteksi manajemen laba dibandingkan model Healy, De
Angelo, Jones, dan model Dechow and Sloan. Penelitian ini menggunakan model
pendekatan cross section yang dikembangkan oleh Peasnell dkk (2000). Pendekatan ini
keterangan :
AA = akrual abnormal atau Akrual diskresi
12
ŵ0 , ŵ1 = estimasi regresi dari ŵ0, ŵ1 pada persamaan estimasi akrual modal kerja
Δ REC i = Perubahan piutang dalam satu tahun
Δ REV i = Perubahan penjualan dalam satu tahun
WC i = ŵ0 + ŵ1 Δ REV i + vi
keterangan :
WC i = akrual modal kerja perusahaan , sebagai proksi dari total akrual
Δ REV i = Perubahan penjualan
ŵ0 + ŵ1 = Koefisien regresi
vi = Error (residual regression).
Akrual modal kerja (WCi) didefinisikan sebagai perubahan non-cash current asset
WCi = (∆ AL - ∆ Kas) - ∆ HL
keterangan :
WCi = Modal kerja perusahaan , sebagai proksi total akrual pada periode t
∆ AL = Perubahan aktiva lancar pada periode t
∆ HL = Perubahan hutang lancar pada periode t
∆ Kas = Perubahan kas dan ekuivalen kas pada periode t
Dikarena ukuran perusahaan di BEI bervariatif, maka nilai akrual diskresi (AA)
power terbaik. Pengukuran variabel manajemen laba pada penelitian ini adalah :
Mengingat penelitian ini tidak meneliti tipe manajemen laba (positif atau negatif) , maka
nilai abnormal akrual yang digunakan adalah nilai absolute akrual diskresioner.
13
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data-data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data kuantitatif yang
diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal di BEI, berupa laporan keuangan dan laporan
Seperti disajikan pada Tabel 1, sampel penelitian ini berjumlah 101 perusahaan atau
73,7 % dari 137 emiten manufaktur populasi target penelitin ini. Jumlah ini ditentukan
sesuai dengan laporan tahunan yang berhasil diperoleh penulis, serta memenuhi kriteria
sampel seperti yang ditetapkan. Pada Tabel 2 terlihat bahwa konsentrasi kepemilikan
sebesar 50,11 %, dengan standar deviasi 23,03 %. Statistik deskriptif ukuran perusahaan
menunjukan log total penjualan sangat variatif dengan rata-rata 5,79 dengan standar
14
deviasi 0,61. Rata-rata komposisi dewan komisaris (BOD) sebesar 35,88 % dengan
Tahun 2001 dan 2002 masing-masing 35,03 % dan 37,35 %. Jika komposisi tersebut
(74,3%) diaudit oleh KAP non spesialis (dummy,audit=0), dan 26 perusahaan (25,7%)
diaudit oleh KAP spesialis (dummy,audit=1). Tabel 2 menunjukan nilai rata-rata abnormal
akrual (ML) sebesar 0, 1304 atau 13,04 % dari penjualan dengan nilai minimum 0, 00043
atau 1,0043 % dan nilai maksimum 1,67 atau 167% dari penjualan. Angka standar deviasi
manajemen laba 21,9 %, angka ini relatif tinggi yang mencerminkan manajemen laba di
perusahaan bervariatif.
Untuk mendapatkan hasil regresi yang efisien dan akurat, data harus terbebas dari
pelanggaran asumsi klasik. Berdasarkan pengujian data terhadap ketiga kaedah yang
mendasari asumsi klasik diperoleh hasil sebagai berikut : (a) pada tabel 4 nampak nilai
tolerance (TOL) lebih besar dari 0,10 (TOL > 0,10) dan nilai variance inflation factor
(VIF) yang kurang dari 10 ( VIF < 10). Maka dapat disimpulkan model analisis tersebut
(Gujarati, 2003). Pada tabel 5 nampak bahwa seluruh koefisien regresi variabel
independen tidak signifikan, karena nilai SIG > 0,05. Dengan demikian dapat
uji kolmogorov-Smirnov (Tabel 5). Pada bagian uji normalitas menunjukan nilai SIG >
15
0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data penelitian relatif berdistribusi
normal.
Tabel 4 menunjukkan bahwa adjusted R square sebesar 0,048 artinya bahwa variable
dan variabel dummy spesialisasi indusri KAP mampu menjelaskan 4,80 % variasi dari
manajemen laba. Jika dilihat F test-nya yang menunjukan tingkat signifikansi 0,067, atau
kepemilikan adalah -0,002 dengan tingkat signifikansi 0,051. Koefisien tersebut bertanda
negatif menunjukan arah hubungan negatif, sesuai dengan teori yang dihipotesiskan. Jika
tingkat signifikansi 0,051. Hasil penelitian ini bermakna bahwa konsentrasi kepemilikan
perusahaan berpengaruh kuat terhadap manajemen laba pada tingkat signifikansi 0,05.
manajemen laba semakin menurun. Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan
16
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba diterima.
Hasil temuan penelitian ini konsisten dengan temuan Marrakchi ( 2001), serta temuan
cenderung melakuan manajemen laba dibandingkan perusahaan besar. Hasil penelitian ini
komposisi dewan komisaris mempunyai hubungan positif dengan manajemen laba, tidak
sesuai dengan teorinya. Jika memperhatikan tingkat signifikansi berarti komposisi dewan
terhadap manajemen laba adalah : (1) bukti empirik menunjukkan rata-rata komposisi
dewan komisaris saat ini relatif rendah yaitu 35,88%, sehingga secara kolektif komisaris
kompetensi pada bidang akuntansi dan atau keuangan. Berdasarkan data 46 perusahaan
17
memiliki komisaris independen yang kompetensi pada bidang akuntansi dan atau
keuangan.
perusahaan yang memiliki komisaris independen yang kompeten pada bidang akuntansi
dan atau keuangan (variabel dummy BOD =1) dengan perusahaan yang tidak memiliki
emiten yang memiliki komisaris independen yang kompeten, dan 20 emiten sebaliknya.
independen dan kompeten adalah 6,33% dari penjualan, lebih rendah dibandingkan
kompetensi 15,89%. Hasil uji Mann Whitney menunjukkan besaran manajemen laba
kelompok emiten yang memiliki komisaris independen dan kompeten berbeda dengan
kelompok emiten yang tidak memiliki komisaris independen dan kompeten pada tingkat
signifikansi 5%. Ini mengindikasikan bahwa komisaris independen dan kompetensi pada
bidang akuntansi dan atau keuangan dapat mengendalikan manajemen laba perusahaan.
spesialisasi industri KAP berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, sesuai dengan
berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap manajemen laba. Dengan demikian hipotesis
18
manajemen laba ditolak pada tingkat signifikansi 0,1. Hal ini membuktikan bahwa
kualitas audit dengan proksi spesialisasi industri KAP tidak dapat membatasi besaran
manajemen laba, ini menggambarkan bahwa audit oleh KAP besar atau KAP yang
memiliki pangsa pasar yang besar tidak menjadikan jaminan memberikan kualitas audit
lebih tinggi, sehingga tidak dapat menurunkan besaran manajemen laba secara signifikan.
spesialisasi industri KAP terhadap manajemen laba adalah: (1) Spesialisasi industri KAP
mungkin bukan merupakan proksi yang baik untuk kualitas audit di Indonesia. (2)
berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap KAP dan Akuntan publik (AP) periode Tahun
2003 dan 2004 melaporkan bahwa masih sering ditemukan terdapatnya: (a) kelemahan
(b) kelemahan Akuntan Publik dalam melakukan pengujian secara memadai terhadap
transaksi maupun saldo; (c) kelemahan Akuntan Publik dalam melakukan review
5.1. Kesimpulan
laba di perusahaan.
19
2) Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Ini
3) (i) Komposisi dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal
ini dapat disebabkan oleh : (a) masih rendahnya komposisi dewan komisaris,
dapat mempengaruhi berbagai keputusan dewan komisaris, dan (b) masih banyak
pada bidang akuntansi dan atau keuangan. (ii) Temuan ikutan menunjukkan,
kompeten pada bidang akuntansi dan atau keuangan lebih kecil dibandingkan
yang tidak memiliki kompetensi pada bidang akuntansi dan atau keuangan.
4) Kualitas audit dengan proksi spesialisasi Industri Kantor Akuntan Publik (KAP)
bahwa audit oleh KAP besar yaitu KAP yang memiliki pangsa pasar besar,
tinggi. Dalam konteks hubungan kualitas audit dengan manajemen laba, kualitas
20
5.2. Saran
yang berbeda, atau jenis indiustri yang lain sehingga diharapkan jumlah data
3) Untuk menguji hubungan kualitas audit dengan manajemen laba, peneliti yang
akan datang disarankan menggunakan proksi lain dari kualitas audit, misalnya
3) Kepada para akuntan praktisi atau Kantor Akuntan Publik disarankan untuk dapat
21
Daftar Pustaka
Ardiati, Aloysia,Y. 2003. Pengaruh Manajemen Laba terhadap Return saham dengan
kualitas audit sebagai variabel moderating. Simposium Nasional Akuntansi VI,
Surabaya. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Babic, Verica. 2001. The Key Aspects of the Corporate Governance Restructuring in the
Transition Process”. Ekonomist, Vol.33.No.2.
Badan Pengawas Pasar Modal.2005.Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta Nomor:
Kep-315/BEJ/06/2000.Tertanggal 30 Juni 2000. www.Bapepam.com
Carcello, Joseph V. and Albert L.Nagy. 2004. Client size, Auditor Specialization and
Fraudulent Financial Reporting. Managerial Auditing journal Vol.19 No.5. pp 651-
658
Chen, Gongmeng, Michael Firth, Daniel N.Gao and Oliver M.Rui. 2005a. Ownership
structure, Corporate Governance, and Fraud: Evidence from China. Journal of
Corporate finance , XX (2005) , XXX-XXX
Chen, Key,Y, Kuen Lin Lin, Jian Zhou. 2005b. Audit Quality and Earnings Management
for Taiwan IPO Firms. Managerial Auditing Journal, Vol 20.1.pp.86-104.
Craswell, Allen T., Jere R. Francis dan Stephen L. Taylor. 1995. Auditor Brand Name
and Reputations and Industry Specialization. Journal of Accounting and
Economics (20). 297-322.
Dallas, George .2004. Governance and Risk. Analytical Hand books for Investors,
Managers, Directors and Stakeholders, p.21. Standard and Poor. Governance
Services, MC. Graw Hill. New York
22
Demsetz, H. and B.Villalonga.2001. Ownership Structur and Corporate Performance.
Journal of Corporate Finance 7, pg.209-233
Direktur Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (DPAJP), Evaluasi Kinerja Akuntan
Publik. Media Akuntansi, Edisi 49/Tahun XII/ September 2005.
Fan, Joseph.P.H and Stijin Claessens. 2002. Corporate Governance in Asia: A Survey.
International Review of Finance, 3:2, 2002:pp71-103.
Gujarati, Damodar dan Sumarno Zain. 1993. Ekonometrika Dasar. Penerbit Erlangga
Jakarta.
Halim, Julia, Carmel Meiden, Rudolf Lumban Tobing. 2005. Pengaruh Manajemen Laba
pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang
termasuk pada LQ-45. SNA VIII Solo. Ikatan Akuntan Indonesia.
Hubert Ooghe and Tine De Langhe. 2002. The Anglo-American Versus The Continental
European Corporate Governance Model: Empirical Evidance of Board
Composition in Belgium. Europen Business Review, volume 14, number 6-2002-
pp.437-449
Kao, Lanfeng and Anlin Chen. 2004. The Effects of Board Characteristics on Earnings
Management. Corporate Ownership and Control, Volume 1,Issue 3, Spring.
La Porta R,.F. and Lopez-De Silanez. 1999. Corporate Ownership around the word.
Journal of Finance 54, 471-518.
Marrakchi S., Chtourou. Corporate Governance and Earning Management . 2001. Social
Science Research Network (SSRN). http://paper.ssrn.com/abstract=275053
Monks, R.A.G and N.Minow. 2001. Corporate Governance, 2nd ed, Blackwell
Publishing
Moses, Douglas O, 1997, Income Smooting and Incentives: Empirical Using Accounting
Changes, The Accounting Review, Vol.LXII,No.2, April,pp. 259-377)
23
Musnadi, Said. 2006. Kajian tentang Struktur Kepemilikan Terkonsentrasi,Tipe
Kepemilikan dan Tipe Pengendalian sebagai Mekanisme Corporate Governance,
serta Dampaknya terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Disertasi. Universitas
Padjadjaran Bandung.
Peasnell, Ken, Peter Pope, Steve Young. 2001. Board Monitoring and Earnings
Management: Do Outside Directors Influence Abnormal Accruals ?. Working
Paper. The Department of Accounting and Finance Lancaster University
Management Scholl, Lancaster, UK.
http://www.lums.co.uk/publications
Utami, Wiwik. 2005. Dampak Pengungkapan Sukarela dan Manajemen laba terhadap
Biaya Modal Ekuitas dengan Asimetri Informasi sebagai Variabel Intervening,
Disertasi, Universitas Padjadjaran, Bandung
Veronica N.P Siregar, Sylvia dan Siddharta Utama. 2005. Pengaruh Struktur
Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktik Corporate Governance terhadap
Pengelolaan Laba. Simpsium Nasional Akuntansi VIII. Ikatan Akuntan Indonesia.
Zou, Jian and Elder, Randal. 2001. Audit Firm Size, Industry Specialization and
Earnings Management by Initial Public Offering Firms. Working paper. School of
Management, State University of New York at Bringhamtom,
jizhou88@hotmail.com
24
Lampiran-Lampiran
25
Tabel 2 : Statistik Deskriptif Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Komposisi
Dewan Komisaris, dan Manajemen Laba.
Descriptive Statistics
Firm
Frequency Cumulative
Percent Valid Percent Percent
Non Spesialis KAP 75 73.5 74.3 74.3
Spesialis KAP 26 25.5 25.7 100.0
Total 101 99.0 100.0
Missing System 1 1.0
Total 102 100.0
26
Tebel 4 : Hasil Regresi Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Komposisi
Dewan Komisaris, Spesialisasi industri KAP terhadap Manajemen Laba
Model Summary
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .417 4 .104 2.268 .067a
Residual 4.412 96 .046
Total 4.829 100
a. Predictors: (Constant), AUDIT, LOG.PNJ, BOD, KS
b. Dependent Variable: ML
27
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) .636 .211 3.019 .003
KS -.002 .001 -.200 -1.975 .051 .931 1.075
LOG.PNJ -.074 .035 -.207 -2.111 .037 .987 1.013
BOD .001 .002 .040 .393 .695 .938 1.067
AUDIT -.028 .049 -.056 -.567 .572 .979 1.022
a. Dependent Variable: ML
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .448 .235 1.908 .059
KS .000 .001 -.031 -.299 .765
LOG.PNJ -.016 .039 -.042 -.417 .678
BOD -.003 .002 -.153 -1.477 .143
AUDIT .014 .055 .026 .256 .799
a. Dependent Variable: EROR.ML
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
ERRORML .036 101 .352 .264 101 .257
a Lilliefors Significance Correction
Tabel 6 : Statistik Deskriptif dan Hasil uji beda Manajemen laba menurut Kelompok
Kompetensi Komisaris independen
28
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
KOM.BOD 0 20 .01 .91 .1589 .20827
KOMM.BOD 1 26 .00 .26 .0633 .06477
Valid N (listwise) 20
komisaris independen.
KELOMPOK N Mean Rank Sum of Ranks
KOMPTNSI KOM.BOD 0 20 28.90 578.00
KOM.BOD 1 26 19.35 503.00
Total 46
29