You are on page 1of 9

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM IMUNISASI DASAR LENGKAP


(IDL) PADA BAYI DI PUSKESMAS KOTA SEMARANG
(Studi Kasus pada Puskesmas Kedungmundu dan
Puskesmas Candilama)

Isna Nurul Khomariah, Antono Suryoputro, Septo Pawelas Arso


Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: isnank7@gmail.com

Abstract : Immunization is one of the preventive basic health services that aims
to reduce infant morbidity and mortality to avoid PD3I. Complete Basic
Immunization Coverage in Semarang City has met the target, but PD3I cases are
still found, namely in 2017 there were 2 cases of diphtheria, 143 cases of
measles experienced an increase from 2016 and cases of hepatitis were as
many as 102 cases and increased every year. The purpose of this study was to
find out the description and analyze the implementation of the Complete Basic
Immunization Program in infants at Kedungmundu Primary Health Care and
Candilama Primary Health Care. This type of research is qualitative with a
descriptive analytic approach. Data collection was carried out by in-depth
interviews and based on purposive sampling criteria. Subjects in this study were
2 midwives of immunization holders as the main informants, 2 heads of PHC, 1
immunization program holder from DKK Semarang and 2 mothers of toddlers.
The variables studied are man, money, material, method, planning, organization,
implementation, assessment and environment.The results of this study are the
differences in the analysis of the implementation of the Complete Basic
Immunization Program between primary health care with low coverage and
primary health care with high coverage in the use of SOP, organizing parties that
support immunization programs, implementation of immunization services in
counseling, supervision of midwives compliance with SOP by quality and support
teams family. In other indicators, the state of the PHC with low coverage is
almost the same as the PHC with high coverage. All midwives in the two health
care have not received special training on immunization, the funds needed for
immunization come from the City Government, infrastructure facilities that are
feasible in both PHC. Organizing is equally cross-sectoral, but the role of BPM in
PHC with low coverage is still lack in reporting. The results of this study suggest
that PHC to supervise using SOP checklists by involving the quality team, visiting
BPM to obtain data, in collaboration with Gasurkes in delivering counseling.

Key words : Complete Basic Immunization, Primary Health Care


Bibliographes : 7 (1998-2017)

PENDAHULUAN angka kematian bayi. Imunisasi juga


Latar Belakang merupakan salah satu investasi
Imunisasi yang merupakan kesehatan yang paling cost-effective
salah satu upaya pelayanan untuk mencegah seseorang terkena
kesehatan dasar dari segi preventif penyakit menular yang diberikan
yang bertujuan untuk menurunkan secara rutin kepada masyarakat
86
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

sejak bayi. Upaya pelayanan Tabel 1 Data Cakupan IDL


imunisasi dilakukan melalui kegiatan Puskesmas Kota Semarang 2015-
imunisasi rutin yang terdiri dari HB 0- 2017
7 hari 1 kali, BCG 1 kali, DPT-HB-
Hib 3 kali, Polio 4 kali, dan campak 1 Capaian IDL (%)
Puskesmas
kali dan imunisasi tambahan dengan 2015 2016 2017
tujuan agar dapat mengurangi angka Puskesmas
kesakitan dan kematian akibat 95,4 82,2 81,0
Kedungmundu
penyakit yang bisa dicegah melalui Puskesmas 114, 136,
114,3
imunisasi (PD3I).1 Candilama 4 9
Menurut United Nations Sumber : Dinas Kesehatan Kota
Children's Fund (UNICEF) diantara Semarang 2017
2.400 anak di Indonesia meninggal
setiap hari adalah termasuk yang Dari data dari tabel di atas,
meninggal akibat dari penyakit dapat diketahui bahwa cakupan
menular yang seharusnya dapat imunisasi dasar lengkap merupakan
dicegah dengan imunisasi (PD3I).2 indikator yang dinilai dari program
Program imunisasi merupakan IDL,Jumlah cakupan Imunisasi
program penyelenggaraan Dasar Lengkap Puskesmas
pelayanan kesehatan prioritas di Kedungmundu dari tahun 2015-2017
Indonesia yang diimplementasikan menunjukkan penurunan jumlah
dari pemerintah pusat hingga cakupan IDLnya, sedangkan untuk
daerah. Setiap penyelenggaraan jumlah cakupan IDL Puskesmas
program pelayanan kesehatan, Candilama dari tahun 2015-2017
penyedia pelayanan kesehatan menunjukkan peningkatan jumlah
harus memperhatikan aspek cakupan dan selalu di atas 100 %.
kualitas, termasuk dalam hal ini Data tersebut menunjukkan bahwa
kualitas pelayanan imunisasi. Untuk masih adanya bayi yang belum
menilai kualitas dari pelayanan mendapatkan pelayanan imunisasi
kesehatan, maka perlu dilakukan dasar lengkap di Puskesmas
pengukuran kualitas yang dilakukan Kedungmundu. Adanya bayi yang
dengan membandingkan kenyataan tidak memperoleh imunisasi dasar
dilapangan dengan standar layanan lengkap tentunya tetap menajdi
kesehatan. 3 risiko terjadinya PD3I di wilayah
Berdasarkan hasil laporan tersebut, tergantung dari imunisasi
kumulatif imunisasi rutin bayi mana yang belum diperolehnya. Hal
puskesmas se-kota Semarang pada ini sejalan dengan terjadinya kasus
tahun 2017, Dari jumlah total 37 PD3I di wilayah kerja puskesmas
puskesmas yang berada di Kota Kedungmundu Kota Semarang. data
Semarang, Puskesmas jumlah kasus PD3I yang berada di
Kedungmundu merupakan wilayah kerja Puskesmas
puskesmas yang memiliki cakupan Kedungmundu mengalami fluktuatif,
imunisasi dasar lengkap terendah di sedangkan di Puskesmas
kota Semarang dan Puskesmas Candilama tidak ditemukan kasus
Candilama merupakan salah PD3I. Berdasarkan
puskesmas yang memiliki cakupan permasalahan diatas, mendukung
tertinggi di Kota Semarang. peneliti untuk melakukan penelitian
mengenai analisis program
Imunisasi Dasar Lengkap pada bayi

87
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

di Puskesmas Kedungmundu dan Puskesmas Kedungmundu dan


Puskesmas Candilama Kota Puskesmas Candilama Kota
Semarang dengan pendekatan teori Semarang. Adapun gambaran
sistem Azrul Azwar (1998) meliputi umum karakteriktik dari masing-
masukan (input), proses(Process) masing informan dalam penelitian ini
dan Lingkungan (environment).4 antara lain:
1. Informan Utama
METODE PENELITIAN Tabel 2. Karakteristik Informan
Jenis penelitian ini adalah Utama
kualitatif dengan pendekatan Kode Usia Pendidikan Masa
deskriptif analitik. Pengumpulan data Terakhir Kerja
dilakukan dengan wawancara (tahun)
mendalam dan berdasarkan kriteria IU 1 45 D III 19
purposive sampling. Tujuan IU 2 33 D III 6
penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran serta Tabel 2 menunjukkan bahwa
menganalisis pelaksanaan Program Informan utama dalam penelitian ini
Imunisasi Dasar Lengkap pada bayi terdiri dari 2 orang yaitu 1 orang
di Puskesmas Kedungmundu dan bidan pemegang program imunisasi
Puskesmas Candilama. dari Puskesmas Kedungmundu dan
Subjek dalam penelitian ini 1 orang bidan pemegang program
adalah 2 bidan pemegang imunisasi imunisasi dari Puskesmas
sebagai informan utama, 2 Kepala Candilama.
Puskesmas, 1 pemegang program
imunisasi dari DKK Semarang dan 2 2. Informasn Triangulasi
Ibu Balita dengan kriteria inklusi dan Tabel 3. Karakteristik Informan
eksklusi yang sudah ditetapkan. Triangulasi
Variabel penelitian ini menggunakan
Kode Usia Jabatan Masa
pendekatan teori sistem yaitu aspek
Kerja
masukan meliputi tenaga, dana,
IT 1 32 Ibu balita -
sarana, kebijakan dan SOP.
IT 2 35 Ibu balita -
Kemudian aspek proses meliputi
IT 3 50 Kepala 4
perencanaan, pengorganisasian,
Puskesmas
pelaksanaan, dan penilaian. Dan
Kedungmun
yang terakhir adalah aspek
du
lingkungan berupa dukungan
IT 4 51 Kepala 12
keluarga dan masyarakat sekitar.
Puskesmas
Candilama
HASIL DAN PEMBAHASAN
IT 5 40 Pemegang 7
Gambaran Karakteristik Informan
Program
Penelitian
Imunisasi
Penelitian ini dilakukan
Dinas
menggunakan pedoman wawancara
Kesehatan
dengan metode wawancara
mendalam dengan subjek penelitian Berdasarkan tabel
yang dipilih atas dasar pengetahuan menunjukkan bahwa Informan
yang dimiliki dan kesesuaian dengan Triangulasi pada penelitian ini
penelitian mengenai pelaksanaan adalah 2 Ibu yang memiliki balita, 2
Imunisasi Dasar Lengkap di Kepala Puskesmas dari
Kedungmundu dan Candilama dan 1
88
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Pemegang progam imunisasi dari Kota. Hal ini sejalan dengan


Dinas Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
12 Tahun 2017 tentang
Deskripsi dan Analisis Variabel Penyelenggaraan Imunisasi.6
dalam Pelaksanaan Imunisasi
Dasar Lengkap pada Bayi di 3. Sarana
Puskesmas Ketersediaan sarana dan
prasarana yang memadai sangat
1. Tenaga mendukung pelaksanaan pelayanan
Jumlah bidan yang ada di imunisasi di puskesmas.
Puskesmas dengan cakupan tinggi Ketersediaan sarana dan prasarana
yaitu berjumlah 3 bidan, Sementara di kedua puskesmas sudah
untuk jumlah bidan yang ada di memenuhi standar minimal yang
Puskesmas dengan cakupan rendah tertera pada peraturan yang
yaitu berjumlah 5 bidan ( 3 bidan di ditetapkan oleh Kementerian
Puskesmas induk, 2 bidan di Pustu). Kesehatan. Namun terdapat
Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan antara puskesmas
ketersediaan jumlah bidan yang ada dengan cakupan rendah dan
di Puskesmas dengan cakupan puskesmas dengan cakupan tinggi,
tinggi maupun rendah belum sesuai yaitu pada puskesmas cakupan
dengan kriteria standar jumlah bidan rendah ruang pemeriksaannya
yang telah ditetapkan di dalam sudah dilengkapi dengan sistem
Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 antrian menggunakan software
tentang Puskesmas jumlah bidan sehingga bidan tidak perlu keluar
yang ada di Puskesmas daerah ruangan untuk memanggi nomor
perkotaan harus memiliki minimal antrian selanjutnya. Sebaliknya
empat bidan dan belum termasuk untuk Puskesmas dengancakupan
bidan yang ada di Pustu.5 tinggi masih menggunakan nomor
Seluruh bidan yang berada di antrian.
kedua Puskesmas memiliki latar
belakang pendidikan D3 Kebidanan 4. Kebijakan atau SOP
dan sudah memiliki sertifikat SOP dibuat untuk meningkatkan
kompetensi yang masih berlaku. efektivitas, efisiensi, konsistensi, dan
Namun seluruh bidan merasa belum dalam rangka peningkatan mutu
pernah mengikuti pelatihan secara pelayanan melalui pemenuhan
teknis mengenai imunisasi. standar yang berlaku. Penilaian
kualitas SOP pelayananan imunisasi
2. Dana meliputi ketersediaan SOP dan
Dana merupakan besaran uang penerapannya.
yang dibutuhkan untuk menunjang Kedua Puskesmas sudah
pelaksanaan program untuk memiliki dan menerapkan SOP
mencapai tujuan. Tidak ada pelaksanaan imunisasi. SOP
permasalahan bagi seluruh pelayanan imunisasi dibuat sesuai
puskesmas mengenai pembiayaan dengan kebutuhan Puskesmas dan
dalam melaksanakan pelayanan mengacu kepada pedoman
imunisasi. Hal tersebut dikarenakan imunisasi.Namun pada proses
penyelenggaraan pelayanan pembuatan SOP pada kedua
imunisasi di seluruh puskesmas Puskesmas belum dilakukan
sudah dipenuhi oleh Pemerintah pembaharuan sesuai dengan
89
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

kebijakan baru tentang imunisasi pada hari-hari tertentu


penyelenggaraan imunisasi oleh yang disesuaikan dengan kebijakan
Kementerian Kesehatan yaitu yang dibuat oleh masing-masing
Permenkes Nomor 12 Tahun 2017.6 puskesmas.
Sedangkan untuk pemanfaatan
SOP jika dilihat dari kemudahan 6. Pengorganisasin
bidan dalam menjangkau Kepala Puskesmas dari
keberadaan SOP terlihat berbeda di Puskesmas yang memiliki cakupan
kedua Puskesmas. Di Puskesmas rendah maupun tinggi telah
dengan cakupan tinggi keberadaan melakukan pembagian kerja yang
SOP disimpan di tempat atau lemari jelas siapa saja bidan yang
khusus untuk penyimpanan SOP melaksanakan pelayanan imunisasi
bersama dengan SOP program- baik di Puskesmas induk maupun di
program lain di Puskesmas, Puskesmas pembantu. Selain
sehingga pada suatu saat jika bidan pengorganisasian melalui
membutuhkan SOP sebagai pendelegasian wewenang, setiap
panduan maka akan mudah untuk hari kedua Puskesmas baik yang
menemukannya. Berbeda dengan memiliki cakupan rendah maupun
Puskesmas dengan cakupan tinggi juga melakukan apel pagi
rendah, keberadaan SOP disimpan untuk mengorganisasikan tenaga
didalam gudang dan dalam keadaan yang ada di Puskesmas. Apabila
tertumpuk dengan berkas-berkas ada tenaga yang tidak on site di
lainnya sehingga tidak mudah Puskemas, maka pemeriksaan
dijangkau jika suatu saat bidan dalam pelayanan imunisasi akan
membutuhkan SOP. dilaksanakan dengan digantikan
tenaga lain seperti bidan non PNS
5. Perencanaan dan perawat.
Puskesmas dengan cakupan Puskesmas yang memiliki
tinggi maupun rendah sudah cakupan rendah maupun tinggi telah
melakukan perencanaan terkait melakukan pengorganisasian
dengan tujuan pelaksanaan dengan pihak eksternal yang
imunisasi berdasarkan buku mendukung pelayanan imunisasi,
panduan yang ada digunakan oleh yaitu BPM, Klinik, maupun Rumah
masing-masing Puskesmas. Sakit. Pengorganisasian dengan
Sedangkan perencanaan terkait beberapa pihak dan lintas sektor
pencapaian cakupan pelayanan yang mendukung pelayanan
imunisasi dilakukan oleh kedua imunisasi di Puskesmas dengan
Puskesmas saat lokakarya mini. cakupan tinggi sudah memiliki
Puskesmas melakukan perencanaan pengorganisasian yang baik akan
terkait pencapaian cakupan tetapi masih terdapat hambatan
pelayanan imunisasi yang pada Puskesmas dengan cakupan
membahas mengenai sasaran dan rendah yaitu kurangnya dukungan
target dari cakupan pelayanan dari BPM dalam hal pencatatan dan
imunisasi berdasarkan SPM serta pelaporan kunjungan bayi yang
menentukan jadwal dan tujuan diimunisasi.
kegiatan imunisasi. Selain itu
seluruh Puskesmas dengan cakupan 7. Pelaksanaan
tinggi maupun rendah Pelayanan Imunisasi Dasar
merencanakan jadwal pelayanan Lengkap dikedua puseksmas
90
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

diberikan pada bayi usia 0-11 bulan, bayi dari BPM masih mengalami
imunisasi yang diberikan antara lain kendala, BPM dirasa kurang aktif
Hepatitis B diberikan pada usia 0-7 dalam memberikan laporan
hari, BCG dan Polio 1 diberikan kunjungan bayi karena beberapa
pada usia 1 bulan,DPT-HB-Hib 1 alasan.
dan Polio 2 diberikan pada saat bayi
berusia 2 bulan, DPT-HB-Hib 2 dan 8. Penilaian
Polio 3 diberikan pada saat bayi Penilaian yang dilakukan pada
berusia 3 bulan, DPT-HB-Hib 3 dan Puskesmas adalah melalui
Polio 4,IPV diberikan pada saat bayi monitoring dan evaluasi.
berusia 4 bulan dan yang terakhir dilaksanakan melalui lokakarya mini
adalah campak yang diberikan pada untuk membahas capaian
usia 9 bulan sesuai yang tercantum Puskesmas. Pengawasan dilakukan
dalam kebijakan lama. Perbedaan oleh tim mutu terhadap bidan untuk
antara kebijakan lama dengan yang mengevaluasi penerapan SOP
baru yaitu pemberian vaksin pelayanan imunisasi selama 3 bulan
Hepatitis B harus diberikan <24 jam sekali. Namun pengawasan yang
setelah bayi lahir dan pemberian dilakukan oleh tim mutu yang berada
vaksin BCG bisa diberikan pada bayi di Puskesmas cakupan rendah
usia 1-2 bulan. Namun di kedua hanya sekedar mengajukan
Puskesmas belum menerapkan pertanyaan terkait kesesuaian
kebijakan baru mengenai pelaksanaan imunisasi dengan SOP.
penyelenggaraan imunisasi yaitu Berbeda dengan Puskesmas
Permenkes Nomor 12 Tahun 2017.6 dengan cakupan tinggi, pengawasan
Pemberian pelayanan imunisasi yang dilakukan oleh tim mutu
sudah dilaksanakan sesuai dengan dilakukan dengan cara observasi
Permenkes Nomor 12 Tahun 2017 langsung menggunakan daftar tilik
tentang penyelenggaraan imunisasi SOP dan melakukan tindakan
yang tercantum pada sistematika peneguran ketika bidan tidak
skrining pemberian imunisasi. melaksanakan pelayanan imunisasi
Namun pada pukesmas dengan sesuai dengan SOP.
cakupan rendah masih terdapat Selain itu, pengawasan juga
tindakan yang mengalami beberapa dilakukan oleh DKK Kota Semarang
hambatan yaitu pada pemberian terhadap pelayanan imunisasi
konseling. Hal ini terjadi karena Puskesmas melalui supervise setiap
keterbatasan waktu pelayanan pada 6 bulan sekali. Kegiatan supervisi
Puskesmas tersebut, selain memiliki yang dilakukan hanya berupa
banyak pengunjung, puskesmas pengecekkan laporan cakupan
juga memberikan pelayanan imunisasi. Sedangkan untuk
imunisasi bersaman dengan pemberian penghargaan atas
pelayanan KIA lainnya,sehingga pencapaian cakupan pelayanan
bidan dituntut untuk bisa imunisasi memang belum diberikan.
melaksanakan program KIA secara Apabila cakupan pelayanan
bersamaan dan tidak fokus pada imunisasi Puskesmas belum sesuai
satu program saja. Hambatan lain dengan target yang telah ditetapkan,
yang terjadi ada pada puskesmas DKK Kota Semarang akan
dengan cakupan rendah yaitu memberikan teguran kepada
tindakan non medis pada proses Puskesmas.
pencatatan pelaporan kunjungan
91
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

9. Lingkungan variabel perencanaan jadwal


Pada penelitian ini lingkungan imunisasi Puskesmas dengan
merupakan segala sesuatu yang cakupan rendah masih dilakukan
mempunyai pengaruh besar bersamaan dengan program KIA
terhadap pelaksanaan program, lainnya sehingga bidan tidak
dalam hal ini adalah Program dapat berfokus pada satu
Imunisasi Dasar Lengkap, yang program saja. Variabel
meliputi dukungan keluarga maupun pengorganisasian di Puskesmas
masyarakat luas seperti tokoh dengan cakupan rendah dengan
agama,tokoh masyarakat dan Bidan Praktik Mandiri sampai
masyarakat umum disekitarnya. saat ini masih belum
Berdasarkan hasil penelitian, terkoordinasi dengan baik dalam
Puskesmas dengan cakupan rendah hal pencatatan dan pelaporan.
dapat diketahui bahwa masih Selanjutnya pada variabel
adanya penolakan pada sebagian pelaksanaan pelayanan imunisasi
kecil masyarakat yang ada diwilayah yang ada di Puskesmas dengan
kerja Puskesmas tersebut, Hal ini cakupan rendah masih terdapat
sejalan dengan penelitian yang beberapa hambatan yaitu pada
dilakukan oleh Pratiwi Sulistiyani tahap konseling yang belum bisa
(2017) yang menyatakan bahwa dilakukan karena keterbatasan
sebagian masyarakat Kelurahan waktu yang dimiliki oleh bidan
Sendangmulyo beranggapan bahwa dalam pemberian pelayanan dan
dari segi agama , vaksin haram masih kurangnya dukungan yang
karena bahannya mengandung babi. diberikan oleh pihak BPM dalam
Dan informasi tersebut diperoleh dari pencatatan dan pelaporan yang
sumber-sumber yang tidak dapat dapat mempengaruhi cakupan
dipertanggungjawabkan.7 imunisasi. Kemudian pada
variabel penilaian yang ada di
KESIMPULAN Puskesmas dengan cakupan
Dari hasil penelitian yang telah rendah masih belum
dilakukan dapat ditarik kesimpulan menggunakan daftar tilik SOP
sebagai berikut: oleh tim mutu. Selama ini
1. Pada aspek masukan, variable pengawasan hanya dilakukan
tenaga yaitu ketersediaan SDM di dengan melihat kepatuhan bidan
kedua Puskesmas masih kurang melalui tanya jawab antar bidan
dan belum sesuai dengan standar maupun oleh tim mutu.
yang sudah ditentukan oleh 3. Selanjutnya pada aspek
pemerintah. Variabel kebijakan lingkungan yaitu dukungan
dan SOP yaitu pemanfaatan SOP keluarga, tokoh masyarakat dan
di Puskesmas dengan cakupan sekitarnya mengenai Program
rendah masih belum optimal, hal imunisasi sudah didapatkan oleh
ini dibuktikan dengan keberadaan Puskesmas dengan cakupan
SOP yang sulit dijangkau oleh tinggi, Sedangkan pada
bidan dikarenakan penyimpanan Puskesmas dengan cakupan
berkas-berkas SOP yang tidak rendah masih belum
terkoordinasi dengan baik. mendapatkan dukungan dari
2. Kemudian untuk aspek proses sebagian kecil masyarakat
juga masih terdapat kendala di karena kesalahpahaman
beberapa variable yaitu pada
92
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

informasi yang di dapat mengenai e. Bekerjasama dengan tokoh


dampak negatif imunisasi. agama dalam menyampaikan
pokok bahasan dalam hal
SARAN menghilangkan mitos-mitos
1. Bagi Dinas Kesehatan Kota imunisasi dan menyampaikan
Semarang fakta-fakta mengenai
a. Memfasilitasi pelatihan teknis imunisasi.
khusus pelayanan imunisasi f. Melakukan evaluasi rutin
bagi seluruh bidan di kepatuhan bidan terhadap
Puskesmas sehingga dapat SOP pelayanan imunisasi
meningkatkan keterampilan dengan melibatkan tim mutu
dan kepatuhan bidan dalam dengan menggunakan daftar
menjalanakan Program tilik Puskesmas
Imunisasi Dasar 3. Bagi Puskesmas dengan
LengkapMenambah Cakupan Tinggi
pencahayaan ruangan dan a. Menyempurnakan SOP sesuai
menambah pojok bermain dengan pedoman Program
untuk anak untuk puskesmas Imunisasi dari Kementerian
berakreditasi paripurna. Kesehatan sehingga media
b. Melakukan pengawasan pengawasan menjadi lebih
terhadap kesesuaian detail.
pelayanan yang dilakukan oleh b. Melengkapi sarana prasarana
bidan sesuai dengan yang belum tersedia untuk
Permenkes Nomor 12 Tahun menunjang pelayanan
2017 tentang imunisasi di Puskesmas.
Penyelenggaraan Imunisasi.
2. Bagi Puskesmas dengan DAFTAR PUSTAKA
Cakupan Rendah 1. Kemenkes RI. Profil
a. Menyempurnakan SOP Kesehatan Indonesia Tahun
beserta daftar tilik SOP sesuai 2016. Jakarta : Kementerian
dengan pedoman Program Kesehatan RI. 2016
Imunisasi dari Kementerian 2. Juatiningsih A, Soedibyo S.
Kesehatan sehingga media Profil Status Imunisasi Dasar
pengawasan menjadi lebih Balita di Poliklinik Umum
detail. Departemen Ilmu Kesehatan
b. Meletakkan SOP ditempat Anak Rumah Sakit Cipto
yang lebih mudah untuk Mangunkusumo Jakarat.
dijangkau oleh bidan. 2007;9(2):121-6
c. Mengatur jadwal program 3. Undang-Undang Republik
pelaksanaan imunisasi secara Indonesia Nomor 36 Tahun
terpisah dengan program KIA 2009 Tentang Kesehatan
lainnya agar bidan dapat fokus 4. Azwar, Azul. Pengantar
dalam memberikan pelayanan Administrasi Kesehatan
imunisasi. EdisiKe Tiga. Jakarta : PT.
d. Melakukan kunjungan Binarupa Aksara ; 1998
langsung ke Bidan Praktik 5. Peraturan Menteri Kesehatan
Mandiri untuk mendapatkan RI Nomor 75 Tahun 2014
data kunjungan bayi yang Tentang Pusat Kesehatan
sudah di imunisasi. Masyarakat (Puskesmas)

93
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

6. Peraturan Menteri Kesehatan


Nomor 12 Tahun 2017
Tentang Penyelenggaraan
Imunisasi
7. Sulistiyani Pratiwi. Gambaran
Penolakan Masyarakat
terhadap Imunisasi Dasar
Lengkap Bagi Balita di
Kelurahan Sendangmulyo
Kota Semarang, Skripsi.
Universitas Diponegoro; 2017

94

You might also like