You are on page 1of 38

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN HIPERTENSI DI

RS BHAYANGKARA PALEMBANG TAHUN 2015

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memeroleh gelar


Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh:

M TATA SUHARTA

04121401053

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2015
2

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………………………………………………… i

HALAMAN PERSETUJUAN.……………………………………… ii

KATA PENGANTAR………………………..……………………… iii

DAFTAR ISI…………………………………………………………. iv

DAFTAR TABEL…………….……………………………………… v

DAFTAR GAMBAR..……………………………………………….. vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………… 2

1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………… 2

1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………. 3

1.5 Hipotesis ………….……………………………………… 3

1.6 Keaslian Penelitian ……………………………………….. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tidur ……………………………………………………… 5

2.1.1 Definisi Tidur ……………………………………….. 5

2.1.2 Fisiologi Tidur ……………………………………… 5

2.1.3 Mekanisme Tidur …………………………………... 7

2.1.4 Kualitas Tidur ……………………………………… 9

2.1.5 Gangguan Tidur …………………………………….. 10

2
3

2.2 Hipertensi ……………………………………………….. 11

2.2.1 Definisi Hipertensi ………………………………… 11

2.2.2 Etiologi Hipertensi ………………………………… 11

2.2.3 Faktor Resiko Hipertensi ………………………….. 13

2.2.4 Patogenesis Hipertensi …………………………….. 13

2.2.5 Komplikasi Hipertensi …………………………….. 15

2.3 Hubungan Kualitas Tidur dengan Hipertensi ………..….. 16

2.4 Kerangka Teori …………………………………………. 17

2.5 Kerangka Konsep ……………………………..…………. 18

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ………………………………………... 19

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian …………………………… 19

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian …………………………. 19

3.3.1 Populasi …………………………………………….. 19

3.3.2 Sampel dan Besar Sampel ………………………….. 19

3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ……………………….. 21

3.3.4 Cara Pengambilan Sampel …………………………. 21

3.4 Variabel …………………………………………………. 21

3.4.1 Varibel Dependent ……………………………….… 21

3.4.2 Variabel Independent …………………………….... 22

3.5 Definisi Operasional …………………………………….. 22

3.6 Cara Pengumpulan Data ………………………………… 23

3.7 Alat Pengumpulan Data ………………………………….. 23

3.8 Cara Analisis Data ………………………………………... 24

3.9 Alur Penelitian …………………………………………….. 25

3
4

3.10 Jadwal dan Rencana Kegiatan …………………………… 26

3.11 Anggaran Dana …………………………………………... 26

BAB IV JUSTIFIKASI ETIK

4.1 Rangkuman Karakteristik Penelitian ……………………… 27

4.2 Analisis Kelayakan Etik …………………………………… 28

4.3 Prosedur Informed Consent ………………………………. 28

4.4 Kesimpulan ……………………………………………….. 29

DAFTAR PUSTAKA…..…….……………………………………… 31

BIODATA…………...……………………………………………….. 32

4
5

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Keaslian Penelitian ................................................................................... 4
2. Waktu Tidur Normal …………………………………………………….10
3. Klasifikasi Hipertensi JNC 7 …………………………………………… 12
4. Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi ………………………… 13
5. Definisi Operasional ……………………………………………………. 23
6. Jadwal Rencana Kegiatan ……………………………………….……... 27
7. Anggaran Dana ……………………………………………………......... 27

5
6

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Skema Siklus Tidur Normal .................................................................. 7

6
7

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang
berjudul “Hubungan Kualitas Tidur Dengan Hipertensi Di Poliklinik RS RS
Bhayangkara Palembang Tahun 2015”, sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter
Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada dr. Novadian, Sp.PD, KGH selaku dosen
pembimbing substansi dan dr. Erial Bahar, M.Sc selaku dosen pembimbing
metodologi yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, masukan,
kritikan dan perbaikan terhadap proposal penelitian ini. Ucapan terima kasih juga
penulis haturkan kepada kedua orang tua tercinta, keluarga, dan para sahabat, atas
semua bantuan, baik berupa pikiran maupun bantuan moral dan spiritual dalam
penyusunan proposal skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dalam hal isi
maupun cara penulisan proposal skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai masukan untuk
perbaikan di masa mendatang. Semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaaat
bagi kita semua.

Palembang, Oktober 2015

Penulis

7
8

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi atau peningkatan tekanan darah, hingga sekarang masih


menjadi isu kesehatan masyarakat di dunia. Pada awalnya, hipertensi sangat
jarang menimbulkan gejala spesifik sehingga sulit untuk didiagnosa (WHO,
2013).
Hipertensi merupakan penyebab dari 45% kematian pada penyakit
jantung dan 51% kematian akibat stroke. Pada tahun 2008, sekitar 40% orang
dewasa berusia ≥25 tahun didiagnosa menderita hipertensi, angka tersebut
meningkat dari 600 juta pada tahun 1980 menjadi 1 milyar pada tahun 2008.
Benua Afrika memiliki prevalensi hipertensi tertinggi pada orang dewasa
berusia ≥25 tahun, yaitu 46%, sedangkan prevalensi Hipertensi terendah
terdapat di Amerika, yaitu 35% (WHO, 2013).
Sampai saat ini, hipertensi masih menjadi tantangan terbesar di
Indonesia. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang
tertinggi, yaitu sebesar 25,8% sesuai dengan data riset kesehatan dasar
(Riskesdas) pada tahun 2013. Di Indonesia terdapat 5 provinsi dengan
prevalensi hipertensi tertinggi yaitu, Bangka Belitung (30,9%), Kalsel
(30,8%), Kaltim (29,6%), Jabar (29,4%), dan Gorontalo (29,4%) (Pusdatin,
2014).
Salah satu faktor meningkatnya jumlah penderita hipertensi adalah pola
hidup yang tidak sehat. Seperti pada zaman modern seperti saat ini masih
banyak masyarakat yang mengabaikan ataupun belum sadar mengenai pola
hidup sehat. Salah satunya adalah masalah tidur. Banyak orang yang kurang
waktu tidur atau tidak cukup tidur, padahal tidur sangat penting untuk
kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Di sisi lain, ada juga yang terlalu
sering tidur, yang banyak dipengaruhi oleh kurang aktivitas. Tidur terlalu
lama juga kurang baik untuk kesehatan dan dapat mengganggu keseimbangan
tubuh.

8
9

Dari beberapa penelitian terdapat hubungan antara tidur dengan


penyakit kardiovaskular. Short sleep duration atau tidur malam ≤ 6 jam dapat
meningkatkan tekanan darah, stroke, infark miokard, diabetes dan kematian
akibat penyakit jantung coroner (PJK). Sedangkan long sleep duration atau
tidur malam lebih dari 9 jam juga berhubungan dengan penyakit
kardiovaskular seperti hipertensi. (ayas et al,2003; Gangwisch et al, 2006;
cappuccino et al,2011).
Menurut data diatas meningkatnya jumlah penderita hipertensi di
Indonesia, dan masih banyaknya masyarakat yang belum menyadari
pentingnya pola tidur yang benar, maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui kualitas tidur dengan hipertensi pada pasien RS Bhayangkara
Palembang.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah ada hubungan antara kualitas tidur dengan hipertensi di RS
Bhayangkara Palembang Tahun 2015.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara kualitas tidur dan hipertensi di RS Bhayangkara
Palembang Tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui kualitas tidur pasien yang datang ke RS Bhayangkara
Palembang.
2. Menganalisis hubungan kualitas tidur dengan hipertensi.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Peneliti

9
10

Diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat menambah


pengetahuan mengenai hubungan kualitas tidur dengan hipertensi.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menambah bahan
kepustakaan dan pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Palembang.

1.4.3 Bagi Masyarakat


Diharapkan dari hasil penelitian ini menambah pengetahuan
masyarakat mengenai pentingnya tidur.

1.5 Hipotesis
Ada hubungan antara kualitas tidur dengan hipertensi di RS
Bhayangkara Palembang Tahun 2015.

1.6 Keaslian Penelitian


Nama Judul Penelitian Desain Hasil

10
11

Penelitian
Deshin Hubungan Deskriptif Didapatkan kualitas tidur yang baik
ta NS Kualitas Tidur Analitik 23,3% dan yang buruk 76,7% dari
Angkat dengan Tekanan dengan sejumlah sampel. Rerata perbedaan
Darah pada desain tekanan darah sistolik menurut kualitas
Remaja usia 15- Cross tidur antara 1,64 hingga 5,08. Hasil
17 Tahun di SMA Sectional analisis uji T independent varian sama
Negeri 1 Tanjung menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
Morawa, Medan, yang bermakna rerata tekanan darah
Sumatera Utara sistolik maupun diastolik menurut kualits
tidur pada remaja di SMA Negeri 1
Tanjung Morawa, Medan, Sumatera
Utara.
A.M. Hubungan Durasi Observasi Hasil analisis statistik dengan Chi
Echa Tidur dengan onal Square diperoleh nilai p=0.000 untuk
Dwi Hipertensi di Analitik durasi tidur pendek (OR 0.048, IK 95%
Reswar RSUD Palembang dengan 0.019-0.123) dan nilai p=0.004 untuk
i, Bari Tahun 2013 desain durasi tidur panjang (OR 3.021, IK 95%
S.Ked Cross 1.403-6.504). Terdapat hubungan antara
Sectional durasi tidur dengan hipertensi.
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Persamaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah pada tema


yaitu mengenai tidur.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya secara spesifik terletak pada subjek penelitian, lokasi dan
waktu penelitian.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tidur

11
12

2.1.1 Definisi Tidur


Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar saat
orang tersebut dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang
sensorik atau dengan rangsang lainnya (Guyton dan Hall, 2008).
Tidur adalah suatu proses aktif, bukan sekedar tidak terjaga.
Tingkat aktivitas otak keseluruhan tidak berkurang selama tidur.
Selama stadium-stadium tidur tertentu, penyerapan O2 oleh otak
bahkan meningkat melebihi tingkat terjaga normal (Lauralee
Sherwood, 2001).

2.1.2 Fisiologi Tidur

Tidur adalah keadaan seseorang mengalami penurunan


kesadaran namun daya dapat dibangunkan dengan rangsangan. Tidur
merupakan proses yang esensial bagi tubuh, Apabila seseorang kurang
tidur maka dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti penurunan
konsentrasi dan kinerja. Terdapat 2 tipe tidur yaitu NREM (Non Rapid
Eye Movement) dan REM (Rapid Eye Movement).

NREM dibagi menjadi 4 tahapan:


1. Tahap pertama adalah tahap transisi, antara tidur terjaga dan tidur
berlangsung antara 1 sampai 7 menit. Orang tersebut akan merasa
santai dengan mata tertutup.
2. Tahap kedua adalah merupakan tahap tidur sebenarnya pada tahap
ini seseorang sulit dibangunkan dan dapat mengalami mimpi.
3. Tahap ketiga adalah periode tidur cukup dalam terjadi
peningkatan suhu tubuh dan penurunan tekanan darah biasanya
orang akan sulit dibangunkan. Tahap ini muncul setelah 20 menit
tertidur.
4. Tahap keempat adalah tahap tidur paling dalam meskipun
metabolisme otak menurun secara signifikan dan suhu tubuh

12
13

sedikit menurun pada tahap ini, reflex saraf intake dan tonus otot
menurun.
Biasanya tahap 1 hingga tahap 4 dari tidur NREM berlangsung
kurang dari tidur 1 jam, selama 7 sampai 8 jam periode tidur 3 sampai
5 episode REM. Episode pertama dari tidur REM berlangsung 10
hingga 20 menit. Kemudian diikuti episode NREM (Tortora, 2009).
Bagian otak yang berbeda yang mengatur tidur NREM dan
REM neuron di area pre optic hipotalamus, basal forebrain dan
medulla oblongata mengatur tidur NREM, sedangkan neuron di pons
dan midbrain mengatur tidur REM. Reticulo Activating System (RAS)
merupakan sistem yang mengatur siklus tidur juga.

Siklus tidur normal dapat dilihat dari skema berikut :

Tahap pratidur NREM tahap I NREM tahap II NREM tahap III NREM tahap IV

Tidur REM

NREM tahap IV NREM tahap III

Gambar 2.1 Skema Siklus Tidur Normal

Siklus ini merupakan salah satu dari irama sirkadian yang


merupakan siklus dari 24 jam kehidupan manusia. Keteraturan irama
sirkadian ini juga merupakan keteraturan tidur seseorang. Jika
terganggu, maka fungsi fisiologis dan psikologis dapat terganggu
(Tortora, 2009).
2.1.3 Mekanisme Tidur

13
14

Tidur NREM dan REM berbeda berdasarkan kumpulan


parameter fisiologis. NREM ditandai dengan denyut jantung dan
frekuensi pernafasan yang stabil dan lambat serta tekanan darah yang
rendah. NREM adalah tahapan tidur yang tenang. REM ditandai
dengan gerakan mata yang cepat dan tiba-tiba, peningkatan saraf
otonom dan mimpi. Pada tidur REM terdapat fluktuasi luas dari
tekanan darah, denyut nadi dan frekuensi nafas. Keadaan ini disertai
dengan penurunan tonus otot dan peningkatan aktivitas otot
involunter. REM disebut juga aktivitas otak yang tinggi dalam tubuh
yang lumpuh atau tidur paradoks (Ganong, 2003).
Pada tidur yang normal, masa tidur REM berlangsung 5-20
menit, rata-rata timbul setiap 90 menit dengan periode pertama terjadi
80-100 menit setelah seseorang tertidur. Tidur REM menghasilkan
pola EEG yang menyerupai tidur NREM tingkat I dengan gelombang
beta, disertai mimpi aktif, tonus otot sangat rendah, frekuensi jantung
dan nafas tidak teratur (pada mata menyebabkan gerakan bola mata
yang cepat atau rapid eye movement), dan lebih sulit dibangunkan dari
pada tidur gelombang lambat atau NREM.
Pengaturan mekanisme tidur dan bangun sangat dipengaruhi
oleh sistem yang disebut Reticular Activity System (RAS). Bila
aktivitas RAS meningkat maka orang tersebut dalam keadaan sadar,
jika aktivitas RAS menurun, orang tersebut akan dalam keadaan tidur.
Aktivitas RAS ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas neurotransmitter
seperti sistem serotoninergik, noradrenergik, kolinergik,
histaminergik.
a. Sistem serotoninergik
Hasil serotoninergik sangat dipengaruhi oleh hasil
metabolisme asam amino triptofan. Dengan bertambahnya jumlah
triptofan, maka jumlah serotonin yang terbentuk juga meningkat
akan menyebabkan keadaan mengantuk dan tidur. Bila serotonin
dalam triptofat terhambat pembentukannya, maka terjadi keadaan

14
15

tidak bisa tidur atau terjaga. Menurut beberapa peneliti, lokasi


dengan sistem serotoninergik terbanyak terletak pada nucleus
raphe dorsalis dibatang otak, yang mana terdapat hubungan
aktivitas serotonis di nucleus raphe dorsalis dengan tidur REM.
b. Sistem adrenergik
Neuron-neuron yang terbanyak mengandung noreinepinefrin
terletak di badan sel nucleus cereleus di batang otak. Kerusakan sel
neuron pada lokus cereleus sangat mempengaruhi penurunan atau
hilangnya REM tidur. Obat-obatan yang mempengaruhi
peningkatan aktivitas neuron noradrenergic akan menyebabkan
penurunan yang jelas pada tidur REM dan peningkatan keadaan
jaga.
c. Sistem kolinergik
Pemberian prostigimin intravena dapat mempengaruhi
episode tidur REM. Stimulasi jalur kolinergik ini, mengakibatkan
aktivitas gambaran EEG seperti keadaan jaga. Gangguan aktivitas
kolinergik sentral yang berhubungan dengan perubahan tidur ini
terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi pemendekan latensi
tidur REM. Pada obat antikolinergik (scopolamine) yang
menghambat pengeluaran kolinergik dari lokus sereleus maka
tampak gangguan pada fase awal dan penurunan REM.
d. Sistem histaminergik
Pengaruh histamine sangat sedikit mempengaruhi tidur.
e. Sistem hormon
Siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormone seperti
Adrenal Corticotropin Hormone (ACTH), Gwoth Hormon (GH),
Tyroid Stimulating Hormon (TSH), Lituenizing Hormon (LH).
Hormon-hormon ini masing-masing disekresi secara teratur oleh
kelenjar hipofisis anterior melalui jalur hipotalamus. Sistem ini
secara teratur mempengaruhi pengeluaran neurotransmitter

15
16

norepinefrin, dopamine, serotonin yang bertugas mengatur


mekanisme tidur dan bangun.
2.1.4 Kualitas Tidur
Dalam pembahasan Wavy (2008), yang dikutip dari American
Psychiatric Association (2000), kualitas tidur didefinisikan sebagai
suatu fenomena kompleks yang melibatkan beberapa dimensi.
Kualitas tidur meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif tidur,
seperti lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk bisa tertidur,
frekuensi terbangun dan aspek subjektif seperti kedalaman dan
kepulasan tertidur (Daniel et al, 1998; Buysse,1998).
Salah satu aspek kuantitatif kualitas tidur adalah durasi tidur.
Lamanya seseorang tidur berbeda setiap individunya. Seperti dikutip
dari National institutes of health, rata-rata orang yang dewasa sehat
memerlukan waktu tidur antara 7 sampai 8 jam setiap malamnya,
berbeda dengan anak-anak dan remaja yang membutuhkan durasi tidur
lebih lama (Smith and Robert, 2010).

Umur Durasi Tidur


Bayi baru lahir – 2 bulan 12 – 18 jam
3 bulan – 1 tahun 14 – 15 jam
1 – 3 tahun 12 – 14 jam
3 – 5 tahun 11 – 13 jam
5 – 12 tahun 10 –11 jam
12 – 18 tahun 8,5 – 10 jam
Dewasa (>18tahun) 7 – 8 jam
Tabel 2.2 (sumber : The National Sleep Foundation, 2013)

Pembagian durasi tidur dibagi menjadi dua, yaitu: durasi tidur


pendek (Short Sleep Duration) adalah durasi tidur ≤6 jam permalam,
sedangkan durasi tidur panjang (Long Sleep Duration) adalah durasi
tidur ≥9 jam permalam. Durasi tidur yang pendek dapat menyebabkan
individu kekurangan tidur (Sleep Deprivation) yang akan berakibat
pada kesehatan tubuh.

16
17

Sleep deprivation dapat menimbulkan efek negative bagi tubuh,


yaitu :
1) Lelah, lesu dan kurang motivasi
2) Murung dan mudah tersinggung
3) Meingkatkan resiko obesitas
4) Meningkatkan kerja saraf simpatis
5) Meningkatkan resiko terhadap diabetes dan penyakit jantung

2.1.5 Gangguan Tidur


Gangguan tidur sebenarnya bukanlah suatu penyakit
melainkan gejala dari berbagai gangguan fisik, mental dan spiritual.
Gangguan tidur juga merupakan masalah yang sangat umum. Di
Negara-negara industri khusunya, banyak orang menderita dari
beberapa bentuk gangguan tidur. Data tentang frekuensi bervariasi
antara 25-50% dari populasi (Johanna and Jachens, 2004).
Menurut International Classification of Sleep Disorders dalam
Japardi (2002), gangguan tidur terbagi atas: disomnia dan parasomnia.
Disomnia terdiri atas gangguan tidur spesifik di antaranya adalah
narkolepsi, gangguan gerakan anggota gerak badan secara periodic
atau mioklonus noktural, sindroma kaki gelisah atau Restless Legs
Syndrome atau Ekboms Syndrome, gangguan pernafasan saat tidur atau
sleep apnea dan pasca trauma kepala; gangguan tidur irama sirkardian
di antaranya adalah gangguan tidur irama sirkardian sementara atau
acute work shift / jet lag, gangguan tidur irama sirkardian menetap
atau shift worker. Sedangkan parasomnia terdiri atas tiga, yaitu
gangguan tidur berjalan (sleep walking/somnabulisme), gangguan
teror tidur (sleep terror), gangguan tidur berhubungan dengan fase
REM.

2.2 Hipertensi

17
18

2.2.1 Definisi Hipertensi


Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik diatas
140 mmHg dan tekanan darah diastolic diatas 90 mmHg. Menurut
The Seventh Report of The Joint National Committee of Prevention
(JNC 7) klasifikasi Tekanan darah orang dewasa terbagi menjadi
kelompok Normal, prehipertensi, hipertensi derajat satu dan dua.

Kategori Tekanan Darah Dan/ atau Tekanan Darah


Tekanan Darah Sistol (mmHg) Diastol
menurut JNC 7 (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pra-Hipertensi 120-139 Atau 80-90
Hipertensi:
Tahap 1 140-159 Atau 90-99
Tahap 2 ≥160 Atau ≥100
Tabel 2.3 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC 7

2.2.2 Etiologi Hipertensi


Dimulai dari masa perkembangan fetal, interaksi antara faktor
genetik dengan lingkungan telihat mempengaruhi perkembangan
Hipertensi esensial pada anak usia produktif. Faktor-faktor yang
berhubungan dengan orang dewasa juga berhubungan dengan
pertambahan tekanan darah dengan usia muda (Stang H, Story M,
2005).

Faktor Yang Berhubungan Dengan Perkembangan Hipertensi Esensial

18
19

Malnutrisi Intrauterine
Konsumsi Alkohol Yang Tinggi
Riwayat Hipertensi pada Keluarga
Perokok
Kegemukan, Terutama pada bagian perut
Penggunaan Obat-Obatan (Kokain, Ekstasi, Steroid)
Resistensi Insulin
Stres
Diet Rendah Kalsium, Potasium dan Magnesium
Penggunaan obat diet
Kurang Aktivitas
Kontrasepsi Oral

Tabel 2.4 Faktor yang berhubungan dengan perkembangan hipertensi

 Kurangnya suplai nutrisi dapat menyebabkan gangguan pada


perkembangan struktur dan metabolisme fetal sehingga
meningkatkan resiko penyakit hipertensi dan penyakit-penyakit
lain.
 Kebanyakan remaja yang menderita hipertensi adalah individu
yang kegemukan dan memiliki riwayat hipertensi pada keluarga.
 Hiperinsulinemia dan resistensi insulin yang biasanya diderita oleh
orang-orang yang kegemukan juga dihubungkan dengan hipertensi.
 Sebanyak 30-50% individu yang hipertensi adalah yang mereka
sodium-sensitive. Remaja yang kegemukan lebih sensitive terhadap
efek sodium yang dapat meningkatkan tekanan darah.
 Asupan potassium, magnesium dan kalsium yang cukup biasanya
memiliki tekanan darah yang baik. Menurut penelitian
menyebutkan orang dengan ras afrika-amerika yang memiliki
tekanan darah tinggi memiliki tingkat asam folat dalam darah yang
rendah.
 Asupan kalsium dan potassium dibawah level yang
direkomendasikan terutama pada remaja wanita, sedangkan asupan
fosfor dan protein cukup sehingga menyebabkan tingginya
kehilangan kalsium.

19
20

 Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan resiko hipertensi sebanyak


20-50%.
 Asupan alkohol yang berlebihan, merokok dan penggunaan
narkoba dan obat obatan dengan efek menekan seperti steroid dan
kontrasepsi oral dan pil diet atau obat-obatan tradisional yang
mengandung stimulant juga dapat meningkatkan tekanan darah.
Peningkatan tekanan darah yang berulang dan produksi hormon
vasokontriksi oleh sistem saraf pusat juga dapat menyebabkan
hipertensi.

2.2.3 Faktor Resiko Hipertensi


Faktor resiko hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat
keluarga, genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol),
kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh
penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi minum-minuman
beralkohol, obesitas, kurang aktivitas fisik, stress, dan penggunaan
estrogen. Hipertensi primer/hipertensi esensial adalah hipertensi yang
penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan dengan
kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang aktivitas (inaktivitas) dan
pola makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi.
Sedangkan, Hipertensi sekunder/Hipertensi non esensial adalah
hipertensi yang diketahui penyebabnya (Pusdatin, 2014)

2.2.4 Patogenesis Hipertensi


Berbagai mekanisme hipertensi merupakan penyimpangan dari
pengendalian fisiologik normal tekanan darah. Pengendalian tekanan
darah normal. Tingkat tekanan darah merupakan suatu sifat kompleks
yang ditentukan oleh interaksi berbagai faktor genetik, lingkungan,
dan demografi yang mempengaruhi dua variabel hemodinamik: curah
jantung dan resistensi perifer total. Total curah jantung dipengaruhi
oleh volume darah, sementara volume darah sangat bergantung pada

20
21

homeostasis natrium. Resistensi perifer total terutama ditentukan di


tingkat arteriol dan bergantung pada efek pengaruh saraf dan hormon.
Tonus vascular normal mencerminkan keseimbangan antara pengaruh
vasokonstriksi humoral (termasuk angiotensin II dan katekolamin) dan
vasodilator (termasuk kinin, prostaglandin, dan oksida nitrat).
Pembuluh resistensi juga memperlihatkan autoregulasi; peningkatan
aliran darah memicu vasokontriksi agar tidak terjadi hiperperfusi
jaringan. Faktor lokal lain seperti pH dan hipoksia, serta interaksi
saraf (sistem adrenergic α- dan β-), mungkin penting (Robbins, 2007).
Ginjal berperan penting dalam pengendalian tekanan darah,
sebagai berikut:
 Melalui sistem renin-angiotensin, ginjal, memengaruhi resistensi
perifer dan homeostasis natrium. Renin yang dikeluarkan oleh sel
jukstaglomerulus ginjal mengubah angiotensin plasma menjadi
angiotensin I, yang kemudian diubah menjadi angiotensin II oleh
angiotensin-converting enzyme (ACE). Angiotensin II
meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan resistensi
perifer (efek langsung pada sel otot polos vaskular) dan volume
darah (stimulasi sekresi aldosterone, peningkatan reabsorpsi
natrium dalam tubulus distal).
 Ginjal juga menghasilkan berbagai zat vasodepressor atau
antihipertensi (termasuk prostalglandin dan nitrat oksida) yang
mungkin melawan efek vasopressor angiotensin.
 Bila volume darah berkurang, laju fitrasi glomerulus (glomerular
filtration rate) turun sehingga terjadi peningkatan reabsorpsi
natrium oleh tubulus proksimal sehingga natrium ditahan dan
volume darah meningkat.
 Faktor natriuretik yang tidak bergantung pada laju fitrasi
glomerulus, termasuk peptida natriuretik atrium, disekresikan oleh
atrium jantung sebagai respons terhadap ekspansi volume,

21
22

menghambat reabsorpsi natrium di tubulus distal dan


menyebabkan vasodilatasi.
 Bila fungsi ekskresi ginjal terganggu, mekanisme kompensasi yang
membantu memulihkan keseimbangan elektrolit dan cairan adalah
peningkatan tekanan arteri.

2.2.5 Komplikasi Hipertensi


Penyakit serebrovaskular dan penyakit arteri coroner merupakan
penyebab kematian yang paling sering pada penderita hipertensi
(Robbins, 2007). Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ
tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-
organ target yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah:
a. Jantung
1) Hipertrofi ventrikel kiri
2) Angina atau infark miokard
3) Gagal jantung
b. Otak (stroke atau transient ischemic attack)
c. Penyakit ginjal kronis
d. Penyakit arteri perifer
e. Retinopati

Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan


organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan
tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain
adanya antibody terhadap AT1 angiotensin II, stress oksidatif, down
regulation dari ekspresi nitric oxide synthase, dan lain-lain. Penelitian
lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas
terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ
target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya
ekspresi Transforming Growth Factor-β (TGF-β).

22
23

2.3 Hubungan Kualitas Tidur dengan Hipertensi


1. Menurut Dr. Susan Redline dari Case Western Reserve, yang merupakan
peneliti senior dalam penelitian ini mengatakan bahwa kualitas dan
kuantitas tidur dapat mempengaruhi proses homeostasis dan bila proses ini
terganggu, dapat menjadi salah satu faktor meningkatnya risiko penyakit
kardiovaskular.
2. Kualitas tidur yang kurang (tidur malam <6jam) mungkin dapat
meningkatkan efek kardiovaskular, endokrin, sistem imunitas, dan sistem
saraf, termasuk meningkatkan resiko obesitas pada anak dan dewasa,
diabetes dan glucose intolerance, penyakit kardiovaskular dan hipertensi,
gejala anxietas, perubahan mood, dan konsumsi alkohol (Harvey dan
Bruce, 2006).
3. Tidur pendek atau sleep deprivation juga dapat mempengaruhi aktivitas
hypothalamic-pituitary-andrenal axis dan memperlambat permbersihan
kortisol bebas dalam darah sehingga menyebabkan kenaikan kadar
kortisol. Meningkatnya kadar kortisol akan berdampak pada tekanan darah
(Gottlieb et al, 2006).

2.4 Kerangka Teori

Kualitas Tidur Buruk

23 Peningkatan
Vasokontriksi
Peningkatan Aktivitas Saraf
Stress / Depresi Hipertensi Pembuluh
Tekanan Darah
Kadar Kortisol Simpatis
Darah
Meningkat
24

Kerangka Teori Hubungan kualitas Tidur dengan Hipertensi

2.5 Kerangka Konsep


Berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka konsep dalam penelitian
ini adalah :

24
25

Kualitas Tidur Buruk Hipertensi

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik
dengan desain case control, dimana kelompuk kasus dibandingkan dengan
kelompok control. Tujuan dari desain penelitian case-control adalah untuk

25
26

mencari hubungan seberapa jauh faktor risiko mempengaruhi terjadinya


penyakit (cause effect relationship).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian akan dilakukan pada bulan oktober 2015 sampai dengan
Desember di RS Bhayangkara Palembang.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi


3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006).
Populasi yang menjadi sasaran akhir penerapan hasil penelitian disebut
juga populasi target, sedangkan bagian dari populasi target yang dapat
dijangkau peneliti disebut populasi terjangkau (Sastroasmoro dan
Ismail, 2011).
a) Populasi kasus : Populasi penelitian ini adalah semua
pasien hipertensi yang didiagnosis oleh dokter jaga di RS
Bhayangkara Palembang.
b) Populasi kontol : Populasi penelitian ini adalah semua
orang yang tidak didiagnosis hipertensi.

3.3.2 Sampel dan Besar Sampel


Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diambil dan diteliti
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi (Notoatmodjo, 2005).
Sampel dari penelitian ini adalah semua pasien yang didiagnosis
hipertensi yang datang ke RS Bhayangkara Palembang.
.
Estimasi besar dan jumlah sampel menggunakan rumus analitis
kategorik (Sopiyudin, 2010), yaitu :

2
Z √ 2 PQ + Z β √ P1 Q 1+ P 2 Q 2
n1=n2 α ( P 1−P 2 )
26
27

Zα = Deviat baku alfa = 1,96


Zβ = Deviat baku beta = 0,84
P2 = Proporsi pajanan pada kelompok kontrol sebesar 10% =
0,1
Q2 = 1 – P2 = 1 – 0,1 = 0,9
P1 - P2 = 0,2
P1 = P2 + 0,2 = 0,1 + 0,2 = 0,3
Q1 = 1 – P1 = 1 – 0,3 = 0,7
P = (P1 + P2)/2 = (0,3 + 0,1)/2 = 0,2
Q = 1 – P = 1 – 0,2 = 0,8

2
1,96 √ 2 x 0,2 x 0,8+ 0,84 √ 0,3 x 0,7+0,1 x 0,9
n1=n2 ( 0,2 )
n=¿ 61,50 (dibulatkan menjadi 62)

Dari perhitungan diatas diperoleh besar sampel minimal sebanyak 62


sampel. (kelompok kasus sebanyak 62 sampel dan kelompok kontrol sebanyak
62 sampel)

3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi


3.3.3.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek
penelitian pada populasi target dan populasi terjangkau
(Sastroasmoro dan Ismail, 2011).
Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini, adalah:
a. Pasien hipertensi yang telah didiagnosis oleh dokter di RS
Bhayangkara Palembang.

27
28

b. Bersedia menjadi responden.

3.3.3.2 Kriteria Eksklusi


Kriteria eksklusi adalah sebagian subyek yang tidak
memenuhi kriteria inklusi dan harus dikeluarkan dari penelitian
karena sebab tertentu (Sastroasmoro dan Ismail, 2011). Adapun
kriteria eksklusi pada penelitian ini, adalah Pengisian data dan
kuesioner yang tidak lengkap.

3.3.4 Cara Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik non probability dengan consecutive sampling, yaitu setiap pasien
yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai
kurun waktu tertentu, sehingga jumlah pasien yang diperlukan
terpenuhi. Pada penelitian ini, semua pasien di RS Bhayangkara
Palembang yang telah terdiagnosis menderita hipertensi oleh dokter
jaga diambil semua dan dijadikan sampel.

3.4 Variabel Penelitian


3.4.1 Variabel Dependent
Variabel dependent (variabel terikat) adalah variabel yang
dipengaruhi oleh variabel independent. Hipertensi merupakan variabel
dependent pada penelitian ini.

3.4.2 Variabel Independent


Variabel independent (variabel bebas) adalah variabel yang
menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependent. Variabel
independent pada penelitian ini adalah kualitas tidur pasien yang telah
didiagnosis menderita hipertensi

3.5 Definisi Operasional

28
29

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Skala
Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Ukur
Hipertensi Peningkatan Sphygmo- Observasi Nominal a. Tidak
tekanan darah manometer Hipertensi
sistolik ≥ 140 air raksa dan (<140/<90
mmHg dan stetoskop mmHg)
b. Hipertensi
diastolik ≥ 90
(≥140/≥90
mmHg.
mmHg)
Kualitas Lama waktu Kuesioner Wawancara Ordinal a. Kualitas
tidur yang Tidur
dibutuhkan Baik
untuk tidur (skor ≤
pada malam 5)
b. Kualitas
hari dalam 24
Tidur
jam
Buruk
(skor
>5)

3.6 Cara Pengumpulan Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.
Pengumpulan data dilakukan pada bulan September hingga Desember 2015.
Responden yang datang ke RS Bhayangkara Palembang akan diperiksa
tekanan darahnya oleh dokter jaga. Responden yang telah didiagnosis
menderita hipertensi akan diberikan kuesioner untuk mengetahui kualitas tidur
responden.

3.7 Alat Pengumpulan Data

29
30

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah :


Kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) merupakan instrumen yang
efektif untuk mengukur kualitas, pola tidur, durasi tidur pada orang
dewasa. PSQI dikembangkan dengan beberapa tujuan, yaitu menyediakan
alat ukur kualitas tidur yang valid dan reliabel, untuk membedakan
kualitas tidur yang baik dan buruk serta untuk mengetahui faktor penyebab
kualitas tidur yang buruk (Buysse et al, 1998).
PSQI terdiri dari tujuh komponen, yaitu kualitas tidur subjektif,
latensi tidur, durasi tidur malam, efisiensi tidur, gangguan ketika tidur
malam, penggunaan obat-obat tidur dan terganggu atau tidaknya aktifitas
di siang hari. Masing-masing komponen mempunyai skor, sehingga total
skor berada dalam rentang 1 – 21. Interpretasi dari PSQI adalah apabila
total skor ≤ 5 maka berhubungan dengan kualitas tidur yang baik,
sedangkan apabila total skor ≥ 5 maka berhubungan dengan kualitas tidur
yang buruk (Buysse et al, 1998).
Tujuh komponen PSQI mempunyai konsisten internal dan koefisien
reabilitas (Cronbach alpha) yaitu 0,83 dengan reabilitas dan validitas yang
tinggi (Buysse et al, 1998).

3.8 Cara Analisis Data


a. Analisis Univariat
Untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang
meliputi karakteristik responden, variabel independent dan variabel
dependent dalam penelitian, maka akan dilakukan analisis univariat.

b. Analisis Bivariat

30
31

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara


variabel independent dan variabel dependent. Variabel independent
dalam penelitian ini adalah kualitas tidur dengan skala ukur ordinal
dan variabel dependent dalam penelitian ini adalah hipertensi dengan
skala ukur ordinal, maka uji statistik yang akan dilakukan adalah
chi-square.

3.9 AlurPenelitian

Populasi Terjangkau

(Pasien yang didiagnosis hipertensi yang


datang ke RS Bhayangkara Palembang)

Sampel

(Pasien yang didiagnosis


31 hipertensi yang
datang ke RS Bhayangkara Palembang)
32

Wawancara

Kualitas Kualitas
TIdur Buruk Tidur Baik

Pengumpulan
Data

Pengolahan Data dan


Analisis Data

Hasil Penelitian

3.10 Jadwal dan Rencana Kegiatan

Tabel 3.2 Jadwal dan Rencana Kegiatan

Kegiatan Agu Sep Okt Nov Des


2015 2015 2015 2015 2015
1. Pengajuan judul
2. Pembuatan proposal

32
33

3. Sidang proposal
4. Perbaikan proposal
5. Pengumpulan data
6. Pengolahan dan analisis data

7. Penulisan laporan final


8. Sidang skripsi

3.11 Anggaran Dana

Tabel 3.3 Anggaran Dana

Pengeluaran Biaya
Kertas A4 80gr 3 rim @ Rp 50.000,00 Rp 150.000,00
Alat tulis dan map Rp 50.000,00
Tinta printer Rp 250.000,00
Biaya pengumpulan data Rp 150.000,00
Biaya tak terduga Rp 200.000,00
Total Rp 800.000,00

BAB IV
JUSTIFIKASI ETIK

4.1 Rangkuman Karakteristik Penelitian


Sampai saat ini, hipertensi masih menjadi tantangan terbesar di
Indonesia. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang
tertinggi, yaitu sebesar 25,8% sesuai dengan data riset kesehatan dasar
(Riskesdas) pada tahun 2013. Di Indonesia terdapat 5 provinsi dengan
prevalensi hipertensi tertinggi yaitu, Bangka Belitung (30,9%), Kalsel
(30,8%), Kaltim (29,6%), Jabar (29,4%), dan Gorontalo (29,4%) (Pusdatin,
2014).

33
34

Salah satu faktor meningkatnya jumlah penderita hipertensi adalah


pola hidup yang tidak sehat. Seperti pada zaman modern seperti saat ini
masih banyak masyarakat yang mengabaikan ataupun belum sadar
mengenai pola hidup sehat. Salah satunya adalah masalah tidur. Banyak
orang yang kurang waktu tidur atau tidak cukup tidur, padahal tidur sangat
penting untuk kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Di sisi lain, ada juga
yang terlalu sering tidur, yang banyak dipengaruhi oleh kurang aktivitas.
Tidur terlalu lama juga kurang baik untuk kesehatan dan dapat mengganggu
keseimbangan tubuh.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas tidur
dengan hipertensi di RS Bhayangkara Palembang tahun 2015. Jenis
penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan desain
case-control melalui pengumpulan data primer dari hasil wawancara
menggunakan kuisioner di RS Bhayangkara Palembang tahun 2015. Data
yang terkumpul nantinya akan dilakukan analisis data secara univariat dan
bivariat, kemudian diolah dengan program statistik komputer dan disajikan
dalam bentuk deskripsi dan analisis berupa tabel, grafik, dan narasi.

4.2 Analisis Kelayakan Etik


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas tidur
dengan hipertensi di RS Bhayangkara Palembang tahun 2015.
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
menambah pengetahuan mengenai hubungan kualitas tidur dengan
hipertensi kepada masyarakat, penderita dan klinisi.
Penelitian ini disusun berdasarkan tinjauan pustaka yang mencangkup
topik penelitian sehingga telah memiliki landasan scientific yang kuat.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menepati azas dasar penelitian dan
diharapkan bermanfaat sesuai dengan tujuan dan manfaat penelitian. Peniliti
bersikap jujur dan adil serta menjaga kerahasiaan terhadap data dan identitas
pasien. Jika terjadi suatu hal yang tidak diinginkan maka beban dan risiko
wajar akan ditanggung peneliti. Penelitian dilakukan dengan menggunakan
data primer tanpa intervensi terhadap pasien dan juga memperhatikan etika

34
35

peneliti. Semua data yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan


dengan persetujuan dari RS Bhayangkara.

4.3 Prosedur Informed Consent


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.
Pengumpulan data dilakukan pada bulan oktober hingga Desember 2015.
Responden yang datang ke RS Bhayangkara Palembang akan diperiksa
tekanan darahnya oleh dokter jaga. Responden yang telah didiagnosis
menderita hipertensi akan diberikan kuesioner untuk mengetahui kualitas
tidur responden. Pada kuesioner, disertakan lembar informed consent untuk
meminta persetujuan responden untuk menjadi sampel penelitian. Apabila
responden setuju untuk menjadi sampel dalam penelitian, responden
mengisi lembar informed consent dan menandatangi lembar informed
consent sebagai bukti bahwa responden setuju menjadi sampel penelitian.

4.4 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, peneliti berkesimpulan bahwa penelitian
ini memiliki landasan ilmiah yang kuat, tidak membahayakan peneliti,
subjek penelitian, dan lingkungan, serta jika dilakukan dengan baik akan
memberikan manfaat bagi penderita, dan klinisi. Penelitian ini layak etik
untuk dilaksanakan.

35
36

DAFTAR PUSTAKA

Angkat, D. NS. 2009. Hubungan antara Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah
pada Remaja Usia 15 – 17 tahun di SMA Negeri 1 Tanjung Morawa.
Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan.
(http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/14277

Ayas, N. T., White, D. P., Manson, J. E. et al. A Prospective Study of Sleep


Duration and Coronary Heart Disease in Women. Arch Intern Med
2003, 163: 205-209.

Buysse D, et al. 1998. The Pittsburgh Sleep Quality Index : A new Instrument for
Psychiatric Practice and Research. Psychiatric Research, 28 (2), 193-
213. (http://sakai_ohsu.edu/access/content/user/brodym/N547A
%20spring08/appendix/PSOJ.doc).

Cappuccio, F. P., Cooper, D., D'Elia, L., Strazzullo, P. and Miller, M. A. “Sleep
duration predicts cardiovascular outcomes: a systematic review and
meta-analysis of prospective studies”. European Heart Journal,
doi:10.1093/eurheartj/ehr007.

36
37

Cappuccio, F. P., Taggart, F. M., Kandala, N.-Bet al. “Meta-analysis of short


sleep duration and obesity in children and adults”. Sleep, 2008, 31: 619-
626.

Gangwisch, J. E., Heymsfield, S. B., Boden-Albala, B. et al. “Short Sleep


Duration as a Risk Factor for Hypertension: Analyses of the First
National Health and Nutrition Examination Survey”. Hypertension,
2006, 47: 833-839.

Ganong, W. F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20. Jakarta: EGC.

Gottlieb, D. J., Redline, S., Nieto, F. J. et al. Association of usual sleep duration
with hypertension: the Sleep Heart Health Study. Sleep, 2006, 29: 1009-
1014.

Guyton, A. C. dan Hall, J. E. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Jakarta: EGC

Harvey, R.C, dan Bruce, M.A. 2006. Sleep Disorders and Sleep Deprivation. The
National Academy of Sciences. Washington DC, USA.

Japardi, I. (2002). Gangguan Tidur. Fakultas Kedokteran Bagian Bedah


Universitas Sumatera Utara. USU Digital Library. Available from
http://gudangarsipadibahmadi.files.wordpress.com/2007/07/gangguan-
tidur.pdf.

Johanna, Christa & Jachens. 2004. Sleep Disturbances & Healthy Sleep. The
Association of Waldorf Schools of North America. Available from
http://www.waldorflibrary.org/waldorf%20journals
%20project/SleepDisturbances.pdf.

Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Hypertensive Vascular Disease. Dalam: Robin


and Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th edition. Philadelpia:
Elsevier Saunders, 2005.p 528-529

Paul A, James, MD, Suzanne Oparil et al. 2014. Evidence-Based Guideline For
Management of High Blood Pressure in Adults (JNC8).

Sastroasmoro, Sudigdo dan Ismail Sofyan. 2011. Dasar-dasar Metodologi


Penelitian Klinis, Edisi 4. Sagung Seto. Jakarta.

37
38

Smith, M dan Robert, S. (2010). “How Much Sleep Do You Need? Sleep Cycles &
Stages, Lack of Sleep, and Getting The Hours You Need”.
http://helpguide.org/life/sleeping.html.

Sopiyudin, M. Dahlan. 2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel


dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Salemba Medika. Jakarta.

Tortora, Gerard dan Derrickson, Bryan. 2009. Principles of Anatomy and


Physiology, Edisi 12. John Wiley and Son, Inc. United States of
America. Halaman 590-591.

Wavy, W. (2008).The Relationship between Time Management, Perceived Stress,


Sleep Quality and Academic Performance among University Students.
http://libproject.hkbu.edu.hk/trsimage/hp/06636306.pdf.

Wendy M, dkk. 2007. Marital Quality and Marital Bed : Examining The
Covariation Between Relationship Quality and Sleep. NIHPA Author
Manuscripts. 389-409.
Available from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17854738,

WHO-ISH. 2003. Hypertension Guideline Committee. Guidelines of the


Management of Hypertension. J Hypertension. 2003;21(11) : 1983-92.

38

You might also like