Professional Documents
Culture Documents
V. Metode
Ceramah
Tanya jawab
Diskusi
VI. Media, Alat dan Sumber
Media : Satpel, Leaflet, Papan
Alat :-
Sumber : 1. www.google.com
2. Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina
Pustaka : Jakarta
VII. Evaluasi
Prosedur : Lisan
Bentuk soal : Uraian
Jumlah Soal : 3 soal
Soal : Terlampir
LAMPIRAN MATERI
I. PENGERTIAN
Hiperbilirubinemia adalah suatu kondisi dimana kadar bilirubin mencapai
suatu nilai yang mempunyai potensi menimbulkan kerusakan otak kalau tidak
ditanggulangi dengan baik. Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin
dalam darah. Pada sebagian besar neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu
pertama kehidupannya. Ikterus ini pada sebagian penderita dapat berbentuk
fisiologis dan sebagian lagi mungkin bersifat patologis yang dapat menimbulkan
gangguan yang menetap atau menyebabkan kematian.
II. PENYEBAB
Penyebab hiperbilirubinemia :
1. Genetik / keturunan : pada orang Asia yang kadar bilirubinnya tinggi.
2. Kejadian perinatal, misalnya pada keadaan terlambatnya jepitan tali pusat
sehingga jumlah sel eritrosit bertambah, lahir dengan vakum ekstraksi atau
forcep menyebabkan memar sehingga terjadi destruksi eritrosit, asfiksia
menyebabkan gangguan hepar dalam metabolisme bilirubin dan pula dapat
menyebabkan perdarahan intra cranial.
3. Penyakit ibu, misalnya ibu dengan penyakit diabetes mellitus kemungkinan
berhubungan dengan hipoksia, polisitemia dan keterlambatan hepar menyerap
bilirubin.
4. Obat – obatan yang dikonsumsi ibu, misalnya pada ibu yang mendapatkan
pengobatan oksitosin.
5. Pemberian minum secara dini menyebabkan penurunan kadar bilirubin akibat
berkurangnya reabsorpsi empedu karena mobilitas usus meningkat. Pemberian
minum juga menyebabkan adanya bakteri dalam usus yang akan merubah
bilirubin menjadi urobilin yaitu zat yang tidak dapat direabsorpsi.
III. PEMBAGIAN DAN PENANGANAN IKTERUS
1. Ikterus fisiologis
Ikterus fisiologis adalah ikterus yang timbul pada hari pertama dan kedua yang
tidak mempunyai dasar patologik, kadarnya tdak melewati kadar yang
membahayakan dan tidak berpotensi menjadi kern ikterus maupun morbiditas
pada bayi. Ikterus yang timbul pada bayi yang cukup bulan dengan kadar bilirubin
yang meningkat perlahan – lahan dan mencapai nilai puncak 6 – 8 mg/dl pada hari
ke 3 sampai hari ke 4, sebagian besar pada hari ke 5. Peningkatan bilirubin sampai
12 mg/dl, masih dalam kisaran fisilogis. Pada bayi kurang bulan mempunyai nilai
puncak antara 10 – 12 mg/dl bahkan sampai 15 mg/dl/24 jam. Ikterus ini akan
menghilang pada akhir minggu pertama atau selambat – lambatnya 10 hari
pertama.
Tanda – tanda ikterus fisiologis diantaranya :
1. Timbul pada hari ke dua dan hari ketiga.
2. Kadar bilirubin indirek sesudah 2x24 jam tidak melewati 15 mg% pada
neonatus cukup bulan dan 10 mg% pada neonatus yang kurang bulan.
3. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% perhari.
4. Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1 mg%
5. Ikterus akan menghilang pada 10 hari pertama.
2. Ikterus patologis
Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis yang
timbul dalam 24 jam pertama kehidupan bayi. Akumulasi bilirubin serum >5
mg/dl/hari. Ikterus menetap setelah 8 hari pada bayi yang cukup bulan atau setelah
14 hari pada bayi kurang bulan. Kadar bilirubin direk >2 mg/dl. Bila tidak
ditangani dengan baik, maka ikterus patologis akan berkembang menjadi kern
ikterus dengan gejala pucat dan kejang.
Neonatus dengan ikterus yang patologis harus dirawat inap monitor
perkembangan selanjutnya. Dijaga agar bayi mendapat cairan dengan kalori yang
cukup, bila perlu diberikan cairan intravena dan ASI sebanyak mungkin. Terapi
sinar juga dapat memecah bilirubin bayi.
IV. KESIMPULAN
Kuning pada sebagian bayi dapat bersifat fisiologis dan sebagian lagi dapat
bersifat patologis yang dapat mengakibatkan gangguan menetap atau
menyebabkan kematian. Serta, memerlukan penatalaksanaan yang berbeda pula.
Oleh karena itu, ibu harus waspada dan cepat bertindak jika bayi tiba – tiba
kuning setelah 24 jam pasca melahirkan.
Soal
1. Apa penyebab bayi kuning?
2. bagaimana membedakan bayi kuning tersebut fisiologis atau patologis?
3. bagaimana cara menangani bayikuning fisiologis dan patologis?