Imunopatogenesis Lupus
Eritematosus Sistemik
3331
Auloantibodi Pada
Lupus Eritematosus 3346
Gambaran Klinik
dan Diagnosis Lupus
Eritematosis Sistemik 3351
Diagnosis dan
Pengelolaan Lupus
Eritematosus Sisternik
3360
Diagnosis dan
Penatalaksanaan,
Nefiitis Lupus 3378
Diagnosis dan
Penatalaksanaan Neuro-
Psikiatri Sistemik Lupus
Eritematosus 3384
Kelainan Hematologi
Pada Lupus Eritematosus
Sistemik 3392
Sindrom Antitosfolipid
Antibodi 3398
Sindrom Antibodi
Antifosfolipid:
Aspek Hematologik dan
Penatalaksanaan 3410
Diagnosis dan
Penatalaksanaan
Sindrom Antifostolipid
Katastrofi 3419437
IMUNOPATOGENESIS
LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK
T Nyoman Suarjana
PENDAHULUAN
Lupus Eritematosus Sistemik (SLE) adalah penyakit
autimun yang kompleks ditandai oleh adanya autoantibodi
terhadap inti sel dan melibatkan banyak sistem organ
dalam tubuh. Perstiwa imunologi yang tepat yang memicu
timbulnya manifestast klinis SLE belum diketahui secara
pasti. Berbagai sitokin pro- dan anti-inflamasi seperti
TGF-B, 1L-10, BAFF, IL-6, IFN-o, IFN-y, IL-17, dan IL-23
memainkan peran patogenik yang penting,
Etiopatologi SLE diduga melibatkan interaksi yang
kompleks dan multifaktorial antara variasi gernetik dant
faktor lingkungan. Faktor genetik diduga berperan penting
dalam predisposisi penyakit ini Pada kasus SLE yang terjadi
ssecara sporadik tanpa identifikasi faktor genetik, berbagai
faktor lingkungan diduge terlibat.
Interaksi aritera seks, status hormonal dan aksis hipo-
talamus-hipofise-adrenal (HPA) mempengaruhi kepekaan
dan ekspresiklnis SLE. Adanya gangguan dalam mekanisme
pengaturan imun seperti gangguan pembersihan sel-sel
apoptosis dan kompleks imun merupakan konstributor
‘yang penting dalam perkembangan penyakitini Hilangnya
toleransi imun, meningkatnya beban antigenik (antigenic
load), bantuan sel T yang berlebihan, gangguan supresi
sel B dan peralihan respons imun dari T helper 1(Tht) ke
‘Th2 menyebabkan hiperaktivitas sel B dan memproduksi
autoantibodi patogenik. Respons imun yang terpapar
faktor eksternal/ingkungan seperti radiasi ultraviolet (UV)
atau infeksi virus dalam periode yang cukup lama bisa juga
menyebabkan disregulasi sistem imun,
Pemahaman terhadap imunopatogenesis SLE
‘merupakan hal yang sangat penting agar bisa memberikan
terapi yang sesuai. Dalam makalah ini akan dibahas berbagai
faktor yang terlibat dalam imunopatogenesis SLE.
FAKTOR GENETIK
Kejadian SLE yang lebih tinggi pada kembar monozigotik
(25%) dibandingkan dengan kembar dizigotik (3%),
peningkatan frekuensi SLE pada keluarga penderita SLE
dibandingkan dengan kontrol sehat dan peningkatan
prevalerisi SLE pads kelumpok etnik tertentu, menguatkan
dugaan bahwa faktor genetik berperan dalam pato-
genesis SLE.
Banyak gen yang berkontribusi terhadap kepekaan
penyakit. Pada sebagian kecil pasien (< 5%), hanya gen
tunggal yang bertenggungjawab. Sebagai contoh pasien
dengan defisiensi homozigot dari komponen awal
komplemen mempunyai risiko terkena SLE atau penyakit
yang menyerupai lupus (lupus-like disease). Tetapi pada
sebagian besar pasien memerlukan keterlibatan banyak
gen. Diperkirakan paling sedikit ada empat susceptibility
genes yang terlibat dalam perkembangan penyakit
Elemen genetik yang paling banyak diteliti
kontribusinya terhadap SLE pada manusia adalah gen dari
Kompleks Histokompatibilitas Mayor (MHC). Penelitian
populasi menunjukkan bahwa kepekaan terhadap SLE
melibatkan polimorfisme dari gen HLA (human leucocyte
antigen) Kelas !l. Hubungan HLA DR2 dan DR3 dengan
SLE pada umumnya ditemukan pada etnik yang berbeda,
dengan risiko relat terjadinya penyakit berkisar antara
2 sampai 5. Gen HLA kelas Il juga berhubungan dengan
adanya antibodi tertentu seperti anti-Sm (small nuclear
ribonuclearmprotein), anti-Ro, anti-La, anti-nRNP (nuclear
ribonuclear protein) dan anti-DNA. Gen HLA Kelas Ill,
khususnya yang mengkode komponen komplemen C2
dan C4, memberikan risiko SLE pada kelompok etnik
tertentu, Penderita dengan homozygous C4A null alleles
tanpa memandang latar belakang etnik, mempunyai3332
LUPUS ERITEMATOSUS DAN SINDROM ANTIBODI ANTIFOSFOLI
risiko tinggi berkembang menjadi SLE. Selain itu SLE
berhubungan dengan pewarisan defisiensi Cig, Cir/s
dan C2, Penurunan aktivitas kemplemen meningkatkan
kepekaan terhadap penyakit oleh karena berkurangnya
kemampuan netralisasi dan pembersihan, baik terhadap
antigen diri sendiri (se(f antigen) maupun antigen asing
Jika beban antigen melebihi kapasitas pembersihan dari
sistem imun, maka autoimunitas mungkin terjadi
Selain itu banyak gen non-MHC polimorfik yang
dilaporkan berhubungan dengan SLE, termasuk gen
yang mengkode mannose binding protein (MBP), TNF-,
reseptor se T, interleukin 6 (IL-6),CRI, imunoglobulin Gm
dam Km allatypes, FeyRIlIA dan heat shock protein 70 (HSP
70). Penemuan daerah kromosom yang multipel (multiple
‘chromosome regions) sebagai risiko berkembangnya SLE,
mendukung pendapat bahwa SLE merupakan penyakit
poligenik. Gen-gen yang terlibat dalam perkembangan
SLE manusia dirangkum pada tabel 1
Gen-gen HLA
DDRZ, DR (nsko relat 2-5)
'DR2, DR3, DR7, DQ, DOw2, DOAT, DOB1, BE (anti-Ro)
DR3, DRS, DRwI2 (anti-La)
DR3, DQw2, DQAT, DQB!, 88 (ant-Ro dan anti-La)
DR2, DR3, DRY, DQB1 (anti-DNA)
DR2, DR4, DOW, DOws, DAI, ABI (anti-Ut
ribonuclear protein)
DDR2, DR4, DR7, DQW6, 861 (anti-Sm)
DDR4,DR7, 06, DO. DOW7, DOw8, DOw8 antitardilipin
atau lupus antikoagulan)
Complement genes (C2, C4, C1q)
Gon-gen non-HLA
Mannose binding lectin polymorphisms
Tumour necrosis factor
T cell receptor
Interleukin 6
crt
Immunoglobulin Gm dan Km
FegRIA (IgG Fe receptor)
FegRIIIA (Ig Fe receptor
PARP (poly-ADP ribose polymerase)
Heat shock protein 70 (HSP 70)
Humhr 3005
HLA = human leucocyte antigen Sm = Smith antigen; CRI =
complement receptor 1
FAKTOR HORMONAL
Hormon Seks
SLE adalah penyakit yang lebih banyak menyerang
perempuan. Serangan pertama kali SLE jarang terjadi
pada usia prepubertas dan setelah menopause. Predileksi
perempuan menjadi kurang nyata diluar rentang usia
produktif. Selain itu penderita sindrom Klinefelter's,
dengan karakteristik hypergonadotrophic hypogonadism,
cenderung akan berkembang menjadi SLE. Hal ini
menunjukkan adanya peran hormon sex endogen dalam
predisposisi penyakit
Metabolisme estrogen yang abnormal telah