You are on page 1of 61

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia cinta sehat merupakan cermin sikap dan perilaku segenap bangsa
Indonesia yang mencintai kesehatan dirinya, keluarganya, dan lingkungannya. Hal
itu adalah kunci keberhasilan bagi terwujudnya masyarakat sehat yang mandiri. Itu
adalah salah satu program jaminan kesehatan semesta pada tahun 2019, seluruh
penduduk Indonesia mempunyai jaminan kesehatan. Ini berarti bahwa masyarakat
Indonesia diharapkan dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang komprehensif
dan bermutu.1
Pada masa sekarang ini banyak terjadi permasalahan di berbagai bidang,
termasuk di bidang kesehatan, yang tak kalah penting dari masalah kesehatan yang
terjadi sekarang ini yaitu perubahan pola penyakit yang dulunya di dominasi oleh
penyakit infeksi sekarang menuju ke angka kejadian penyakit tidak menular.2
Diperkirakan terjadi peningkatan insidens dan prevalensi Penyakit Tidak
Menular (PTM) secara cepat, World Health Organization (WHO) memperkirakan,
pada tahun 2020 PTM akan menyebabkan 73% kematian dan 60% seluruh
kesakitan di dunia.2 Diperkirakan negara yang paling merasakan dampaknya adalah
negara berkembang termasuk Indonesia. Salah satu PTM yang menjadi masalah
kesehatan yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the
silent killer.2
Hipertensi saat ini masih menjadi masalah utama di dunia. Hipertensi
merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan
darah di atas normal, yaitu 140/90 mmHg.4
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolistik di atas 90 mmHg.3 Menurut
Eighth Joint National Committee (JNC 8), masalah hipertensi bisanya
menyebabkan myocardial infarction, stroke, gagal ginjal, bahkan bisa meninggal
jika tidak dideteksi dari awal dan diobati secara tidak adekuat. Maka dengan itu

Universitas Kristen Krida Wacana


2

tekanan darah yang harus dikontrol adalah dibawah 140/90 mmHg, Untuk dibawah
60 tahun. Walaupun dihadapkan dengan penyakit primer seperti diabetes melitus,
dll.5
Menurut WHO dan International Society of Hypertension (ISH), saat ini
terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya
meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak
mendapatkan pengobatan secara adekuat. WHO menetapkan hipertensi sebagai
faktor risiko nomor tiga penyebab kematian didunia dan bertanggung jawab
terhadap 62% timbulnya kasus stroke, 49% timbulnya serangan jantung dan tujuh
juta kematian premature tiap tahunnya.2
Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat. Hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 menunjukkan bahwa prevalensi
hipertensi di indonesia 14% dengan kisaran sekitar 13,4 %-14,6 %. Kelompok
Kerja Serebrokardiovaskuler FK UNPAD/RSHS tahun 1999, menemukan
prevalensi hipertensi sebesar 17,6% dan MONICA Jakarta tahun 2000 melaporkan
prevalensi hipertensi di daerah urban adalah 31,7%. Sementara untuk daerah rural
(Sukabumi) FKUI menemukan prevalensi sebesar 38,7%.2
Sedangkan di Jakarta, pada data riset kesehatan dasar (risdekas) 2013,
Jakarta memiliki jumlah penduduk sekitar 10.135.030 jiwa, 20% diataranya adalah
penderita hipertensi, sebesar 2.027.006 jiwa.7
Di provinsi DKI Jakarta, angka kesakitan hipertensi 2,45% dari total
kunjungan pasien ke puskesmas tahun 2006. Hipertensi merupakan penyakit kedua
terbesar yang di derita pasien rawat jalan usia > 60 tahun di puskesmas, yaitu
sebanyak 3748 orang (17,08%) di DKI Jakarta, laporan di rumah sakit menunjukan
angka prevalensi penyakit DM adalah 0,47% , hipertensi 1,47%, infark miokard
akut 0,05% dan stroke 0,06%.7
Hipertensi bisa kambuh, karena secara keseluruhan hipertensi tidak dapat
disembuhkan. Namun dengan penatalaksanaan yang tepat, hipertensi dapat
dikontrol dan dapat mengurangi resiko kekembuhan ulang dengan kombinasi
modifikasi gaya hidup dan obat antihipertensi biasanya dapat menjaga tekanan
darah dalam kisaran yang tidak akan merusak jantung dan organ lain.6

Universitas Kristen Krida Wacana


3

Hipertensi menjadi momok bagi sebagian besar penduduk dunia termasuk


Indonesia. Hal ini karena secara statistik jumlah penderita yang terus meningkat
dari waktu ke waktu. Berbagai faktor yang berperan dalam hal ini salah satunya
adalah gaya hidup modern. Pemilihan makanan yang berlemak, kebiasaan aktifitas
yang tidak sehat, merokok, minum kopi serta gaya hidup sedetarian adalah beberapa
hal yang disinyalir sebagai faktor yang berperan terhadap hipertensi ini. Penyakit
ini dapat menjadi akibat dari gaya hidup modern serta dapat juga sebagai penyebab
berbagai penyakit non infeksi. Hal ini berarti juga menjadi indikator bergesernya
pola penyakit dari penyakit infeksi menuju penyakit non infeksi, yang terlihat dari
urutan penyebab kematian di Indonesia.7
Untuk lebih mengenal serta mengetahui penyakit ini, maka penulis
berinisiatif untuk melakukan penilitian terhadap pasien puskesmas Kecamatan
Makasar Jakarta Timur.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan responden terhadap hipertensi?

2. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan responden terhadap komplikasi dari


hipertensi?
3. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan dalam pola hidup responden terhadap
hipertensi?
4. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan responden terhadap hipertensi dalam
terapinya?
5. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan responden terhadap gejala dari
hipertensi?

Universitas Kristen Krida Wacana


4

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan responden pasien puskesmas


kecamatan Makasar Jakarta Timur periode Agustus 2018 terhadap hipertensi.

1.4 Tujuan Khusus

Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan responden terhadap pengertian,


penyebab, gejala, pola hidup, komplikasi dari hipertensi

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah


1. Memberikan informasi kepada responden terhadap hipertensi agar
menyadari pola hidup sehat.
2. Memberikan masukan terhadap responden terhadap hipertensi dalam hal
terapinya.
3. Menyediakan data yang mungkin dapat dimanfaatkan bagi tenaga
kesehatan.
4. Untuk memperluas pengetahuan peneliti terhadap hipertensi

Universitas Kristen Krida Wacana


5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Hipertensi

2.1.1 Definisi

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten


dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan diastoliknya di atas 90
mmHg.3,8
Menurut WHO (World Health Organization), batas normal adalah
120-140 mmHg sistolik dan 80-90 mmHg diastolik. Jadi seseorang disebut
mengidap hipertensi jika tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik > 90 mmHg, dan tekanan darah perbatasan bila tekanan
darah sistolik antara 140 mmHg- 160 mmHg dan tekanan darah diastolik
antara 90 mmHg-95 mmHg.9
Sedangkan menurut lembaga-lembaga kesehatan nasional (The
National Institutes of Health) mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan
sistolik yang sama atau di atas 140 dan tekanan diastolik yang sama atau di
atas 90.10

2.1.2 Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan penyebab dikenal 2 jenis hipertensi, yaitu:


1. Hipertensi primer
Hipertensi primer juga disebut hipertensi ‘esensial’ atau ‘idiopatik’
dan merupakan 95% dari kasus-kasus hipertensi. Selama 75 tahun terakhir
telah banyak penelitian untuk mencari etiologinya. Tekanan darah
merupakan hasil curah jantung dan resistensi vaskular, sehingga tekanan
darah meningkat jika curah jantung meningkat, resistensi vascular perifer
bertambah, atau keduanya. Beberapa faktor yang pernah dikemukakan

Universitas Kristen Krida Wacana


6

relevan terhadap mekanisme penyebab hipertensi yaitu; genetik,


lingkungan, jenis kelamin, dan natrium.11
2. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder
Sekitar 5% kasus hipertensi telah diketahui penyebabnya, dan dapat
dikelompokkan seperti, penyakit parengkim ginjal (3%) dimana setiap
penyebab gagal ginjal (glomerulonefritis, pielonefritis, sebab-sebab
penyumbatan) yang menyebabkan kerusakan parenkim akan cenderung
menimbulkan hipertensi dan hipertensi itu sendiri akan mengakibatkan
kerusakan ginjal. Penyakit renovaskular (1%) dimana terdiri atas penyakit
yang menyebabkan gangguan pasokan darah ginjal dan secara umum di bagi
atas aterosklerosis dan fibrodisplasia. Endokrin (1%) jika terdapat
hipokalemia bersama hipertensi, tingginya kadar aldosteron dan renin yang
rendah akan mengakibatkan kelebihan-kelebihan (overload) natrium dan
air.11
Kriteria hipertensi, seperti yang telah diutarakan sebelumnya,
tekanan darah umumnya diukur dengan manometer air raksa yang
dinyatakan sebagai rasio sistolik dan diastolik, misalnya 120/70 mmHg,
yang berarti tekanan sistolik adalah 120 mmHg dan diastolik 70 mmHg.12
Dari berbagai kepustakaan disebutkan kriteria tekanan darah orang
dewasa sebagai berikut.
Tabel 2.1 Kriteria Hipertensi13

Sumber : JNC(Joint National Committe VII )13

Universitas Kristen Krida Wacana


7

2.1.3 Etiologi

Sebagian besar kasus tekanan darah tinggi tidak dapat disembuhkan.


Keadaan tersebut berasal dari suatu kecenderungan genetik yang bercampur
dengan faktor-faktor risiko seperti stress, kegemukan, terlalu banyak makan
garam, kurang gerak badan dan penyumbatan pembuluh darah. Ini disebut
hipertensi esensial. Kalau seseorang mempunyai sejarah hipertensi keluarga
dan mengidap hipertensi ringan, dia dapat mengurangi kemungkinan
hipertensi berkembang lebih hebat dengan memberi perhatian khusus
terhadap faktor-faktor risiko tersebut. Untuk kasus-kasus yang lebih berat,
diperlukan pengobatan untuk mengontrol tekanan darah. Jenis lain dari
hipertensi dikenal sebagai hipertensi sekunder, yaitu kenaikan tekanan
darah yang kronis terjadi akibat penyakit lain, seperti kerusakan ginjal,
tumor, saraf, renovaskuler dan lain-lain.12

2.1.4 Tanda dan Gejala

Secara umum, tekanan darah tinggi ringan tidak terasa dan tidak
mempunyai tanda-tanda. Boleh jadi berlangsung selama beberapa tahun
tanpa disadari oleh orang tersebut. Sering hal itu ketahuan tiba-tiba,
misalnya pada waktu mengadakan pemeriksaan kesehatan, atau pada saat
mengadakan pemeriksaan untuk asuransi jiwa. Kadang-kadang tanda-tanda
tekanan darah tinggi yang digambarkan itu adalah sakit kepala, pusing,
gugup, dan palpitasi.14
Pada sebagian orang, tanda pertama naiknya tekanan darahnya ialah
apabila terjadi komplikasi. Tanda yang umum ialah sesak nafas pada waktu
kerja keras. Ini menunjukkan bahwa otot jantung itu sudah turut terpengaruh
sehingga tenaganya sudah berkurang yang ditandai dengan sesak nafas.
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina,
seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh

Universitas Kristen Krida Wacana


8

darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus) dan
penglihatan kabur.14
Hipertensi tidak memberikan tanda-tanda pada tingkat awal.
Kebanyakan orang mengira bahwa sakit kepala terutama pada pagi hari,
pusing, berdebar-debar, dan berdengung ditelinga merupakan tanda-tanda
hipertensi. Tanda-tanda tersebut sesungguhnya dapat terjadi pada tekanan
darah normal, bahkan sering kali tekanan darah yang relatif tinggi tidak
memiliki tanda-tanda tersebut. Cara yang tepat untuk meyakinkan
seseorang memiliki tekanan darah tinggi adalah dengan mengukur
tekanannya. Hipertensi sudah mencapai taraf lanjut, yang berarti telah
berlangsung beberapa tahun, akan menyebabkan sakit kepala, pusing, napas
pendek, pandangan mata kabur, dan mengganggu tidur.12

2.1.5 Faktor-Faktor Risiko Hipertensi

1. Genetik
Dibanding orang kulit putih, orang kulit hitam di negara barat lebih
banyak menderita hipertensi, lebih tinggi hipertensinya, dan lebih besar
tingkat morbiditasnya maupun mortilitasnya, sehingga diperkirakan ada
kaitan hipertensi dengan perbedaan genetik. Beberapa peneliti mengatakan
terdapat kelainan pada gen angiotensinogen tetapi mekanismenya mungkin
bersifat poligenik.11
2. Usia
Kebanyakan orang berusia di atas 60 tahun sering mengalami
hipertensi, bagi mereka yang mengalami hipertensi, risiko stroke dan
penyakit kardiovaskular yang lain akan meningkat bila tidak ditangani
secara benar.12

Universitas Kristen Krida Wacana


9

3. Jenis kelamin
Hipertensi lebih jarang ditemukan pada perempuan pra-monopause
dibanding pria, yang menunjukkan adanya pengaruh hormon.11
4. Geografi dan lingkungan
Terdapat perbedaan tekanan darah yang nyata antara populasi
kelompok daerah kurang makmur dengan daerah maju, seperti bangsa
Indian Amerika Selatan yang tekanan darahnya rendah dan tidak banyak
meningkat sesuai dengan pertambahan usia dibanding masyarakat barat.11
5. Pola hidup
Tingkah laku seseorang mempunyai peranan yang penting terhadap
timbulnya hipertensi. Mereka yang kelebihan berat badan di atas 30%,
mengkonsumsi banyak garam dapur, dan tidak melakukan latihan mudah
terkena hipertensi.12
6. Garam dapur
Natrium adalah mineral yang esensial bagi kesehatan. Ini mengatur
keseimbangan air didalam system pembuluh darah. Sebagian sodium dalam
diet datang dari makanan dalam bentuk garam dapur atau natrium chloride
(NaCl). Pemasukan natrium mempengaruhi tingkat hipertensi.
Mengkonsumsi garam menyebabkan haus dan mendorong kita minum. Hal
ini meningkatkan volume darah didalam tubuh, yang berarti jantung harus
memompa lebih giat sehingga tekanan darah naik. Kenaikan ini berakibat
bagi ginjal yang harus menyaring lebih banyak garam dapur dan air. Karena
masukan (input) harus sama dengan pengeluaran (output) dalam system
pembuluh darah, jantung harus memompa lebih kuat dengan tekanan darah
tinggi.12
7. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah, adapun
hubungan merokok dengan hipertensi adalah nicotine akan menyebabkan
peningkatan tekanan darah karena nikotin akan diserap pembuluh darah
kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembuluh darah hingga ke otak,
otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar

Universitas Kristen Krida Wacana


10

adrenal untuk melepas efinefrine (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan
menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih
berat karena tekanan yang lebih tinggi. Selain itu, carbon monoxide dalam
asap rokok menggantikan oksigen dalam darah. Hal ini akan
menagakibatkan tekanan darah karena jantung dipaksa memompa untuk
memasukkan oksigen yang cukup kedalam organ dan jaringan tubuh.15

2.1.6 Komplikasi

Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau


akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran
darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang.
Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah
sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.16
Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti,
orang bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah
satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan, misalnya wajah, mulut,
atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas, serta tidak
sadarkan diri secara mendadak.16
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau
otot jantung, apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah
melalui pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertensi
ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat
terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.
Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-
perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi
disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.16

Universitas Kristen Krida Wacana


11

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan


tinggi pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya
glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan
terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan
rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga
tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang
sering dijumpai pada hipertensi kronik.16
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa
darah yang kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan
terkumpul di paru-paru, kaki dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan
didalam paru–paru menyebabkan sesak napas, timbunan cairan ditungkai
menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema.17
Ensefalopati dapat terjadi terjadi terutama pada hipertensi maligna
(hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam
ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron
disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.16

2.1.7 Pengobatan Hipertensi

1. Umum
Setelah diagnosa hipertensi ditegakkan dan diklasifikasikan menurut
golongan atau derajatnya, maka dapat dilakukan dua strategi penatalaknaan
dasar yaitu:
a. Non farmakologik, yaitu tindakan untuk mengurangi faktor
risiko yang telah diketahui akan menyebabkan atau
menimbulkan komplikasi, misalnya menghilangkan obesitas,
menghentikan kebiasaan merokok, alkohol, dan mengurangi
asupan garam serta rileks.

Universitas Kristen Krida Wacana


12

b. Farmakologik, yaitu memberikan obat anti hipertensi yang telah


terbukti kegunaannya dan keamanannya bagi penderita. Obat-
obatan yang digunakan pada hipertensi adalah:
1) Diuretik, contohnya furosemide, triamferena, spironolactone
2) Beta blockers, contohnya metaprolol, atenolol, timolol
3) ACE-inhibitor, contohnya lisinopril, captopril, quinapril
4) Alpha-blockers, contohnya prazosin, terazosin
5) Antagonis kalsium, contohnya diltiazem, amlodipine,
nifedipine
6) Vasodilator-direct, contohnya minixidil, mitralazine
7) Angiotensin reseptor antagonis, contohnya losartan
8) False-neurotransmiter, contohnya clodine, metildopa,
guanabens.18

2. Khusus
Upaya terapi khusus ditujukan untuk penderita hipertensi sekunder
yang jumlahnya kurang lebih 10 % dari total penderita hipertensi. Tanda-
tanda dan penyebab hipertensi perlu dikenali sehingga penderita dapat di
rujuk lebih dini dan terapi yang tepat dapat dilakukan dengan cepat. Perlu
pemerikasaan dengan sarana yang lebih canggih.18

2.1.8 Pencegahan

Pencegahan lebih baik daripada pengobatan, demikian juga terhadap


hipertensi. Pada umumnya, orang berusaha mengenali hipertensi jika
dirinya atau keluarganya sakit keras atau meninggal dunia akibat
hipertensi.19
Tidak semua penderita hipertensi memerlukan obat. Apabila
hipertensinya tergolong ringan maka masih dapat dikontrol melalui sikap
hidup sehari-hari. Pengontrolan sikap hidup ini merupakan langkah
pencegahan amat baik agar penderita hipertensi tidak kambuh gejala
penyakitnya.19

Universitas Kristen Krida Wacana


13

Usaha pencegahan juga bermanfaat bagi penderita hipertensi agar


penyakitnya tidak menjadi parah, tentunya harus disertai pemakaian obat-
obatan yang ditentukan oleh dokter. Agar terhindar dari komplikasi fatal
hipertensi, harus diambil tindakan pencegahan yang baik (Stop High Blood
Pressure), antara lain dengan cara menghindari faktor risiko hipertensi. 19
1. Pola makan
Makanan merupakan faktor penting yang menentukan tekanan
darah. Mengkonsumsi buah dan sayuran segar dan menerapkan pola makan
yang rendah lemak jenuh, kolesterol, lemak total, serta kaya akan buah,
sayur, serta produk susu rendah lemak telah terbukti secara klinis dapat
menurunkan tekanan darah.
Untuk menanggulangi keadaan tekanan darah yang tinggi, secara
garis besar ada empat macam diet, yaitu:
a. Diet rendah garam
Ada tiga macam diet rendah garam (sodium) yaitu:
1) Diet ringan, boleh mengkonsumsi 1,5-3 ram sodium perhari,
senilai dengan 3,75-7,5 gram garam dapur.
2) Diet menengah, boleh mengkonsumsi 0,5-1,5 gram sodium
perhari, senilai 1,25-3,75gram garam dapur.
3) Diet berat, hanya boleh mengkonsumsi dari 0,5 gram sodium atau
kurang dari 1,25 gram garam dapur perhari.
Tujuan diet rendah garam untuk membantu menghilangkan retensi
(penahan) air dalam jaringan tubuh sehingga dapat menurunkan
tekanan darah. Walaupun rendah garam, yang penting diperhatikan
dalam melakukan diet ini adalah komposisi makanan harus tetap
mengandung cukup zat-zat gizi, baik kalori, protein, mineral
maupun vitamin yang seimbang.

Universitas Kristen Krida Wacana


14

b. Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas


Diet ini bertujuan untuk menurunkan kadar kolesterol darah
dan menurunkan berat badan bagi penderita yang kegemukan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengatur diet
ini antara lain sebagai berikut:
1) Hindari penggunaan lemak hewan, margarin dan mentega
terutama goreng-gorengan atau makanan yang digoreng dengan
minyak.
2) Batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis lainnya serta sea
food (udang, kepiting), minyak kelapa dan kelapa (santan).
3) Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir dalam
seminggu.
4) Lebih sering mengkonsumsi tempe, tahu, dan jenis kacang.
5) Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis manis, seperti
sirup, dodol, kue, dan lain-lain.
6) Lebih banyak mengkonsumsi sayuran dan buah, kecuali durian
dan nangka. Selain itu, juga harus memperhatikan gabungan
makanan yang dikonsumsi karena perlu disesuaikan dengan kadar
kolesterol darah.
c. Diet tinggi serat
Diet tekanan darah tinggi dianjurkan setiap hari
mengkonsumsi makanan berserat tinggi. Beberapa contoh jenis
bahan makanan yang mengandung serat tinggi yaitu:
1) Golongan buah-buahan, seperti jambu biji, belimbing,
papaya, mangga, apel, semangka dan pisang.
2) Golongan sayuran, seperti bawang putih, daun kacang
panjang, kacang panjang, daun singkong, tomat, wortel, taoge.
3) Golongan protein nabati seperti kacang tanah, kacang
hijau, kacang kedelai, kacang merah, dan biji-bijian.
4) Makanan lainnya seperti agar-agar dan rumput laut.

Universitas Kristen Krida Wacana


15

d. Diet rendah kalori bagi yang kegemukan


Orang yang berat badannya lebih (kegemukan) akan
beresiko tinggi terkena hipertensi. Demikian juga orang yang
berusia diatas usia 40 tahun. Penanggulangan hipertensi dapat
dilakukan dengan pembatasan asupan kalori, hal yang harus
diperhatikan yaitu: Asupan kalori dikurangi sekitar 25%; Menu
makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi;
Aktivitas olahraga dipilih yang ringan-sedang.
2. Pola istirahat
Pemulihan anggota tubuh yang lelah beraktifitas sehari penuh untuk
menetralisir tekanan darah.
3. Pola aktivitas
Jenis latihan yang dapat mengontrol tekanan darah yaitu: bejalan
kaki, bersepeda, berenang, aerobik. Kegiatan atau pekerjaan sehari-hari
yang lebih aktif baik fisik maupun mental memerlukan energi / kalori yang
lebih banyak. Orang dengan gaya hidup yang tidak aktif akan rentan
terhadap tekanan darah tinggi. Melakukan olahraga secara teratur tidak
hanya menjaga bentuk dan berat badan, tetapi juga dapat menurunkan
tekanan darah.
4. Pengobatan
Hipertensi esensial tidak dapat diobati tetapi diberikan pengobatan
untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Langkah awal biasanya adalah merubah pola hidup penderita,
penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badannya sampai
batas ideal. Merubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau
kadar kolesterol darah tinggi. Mengurangi pemakaian garam serta
mengurangi alkohol. Olahraga dan berhenti merokok.19

Universitas Kristen Krida Wacana


16

2.2 Pengetahuan

2.2.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu


seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung.
telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan
sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran, dan indra
penglihatan. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas
atau tingkat yang berbeda-beda.20

2.2.2 Tingkat Pengetahuan

Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni:


1. Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah
ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu bahwa
buah tomat banyak mengandung vitamin c, jamban adalah tempat
membuang air besar, penyakit demam berdarah ditularkan oleh
gigitan nyamuk Aedes Aegepty, dan sebagainya. Untuk mengetahui
atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan
pertanyaan-pertanyaan misalnya: apa penyebab tekanan darah
tinggi, dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut,
tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orng tersebut harus dapat
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui
tersebut.

Universitas Kristen Krida Wacana


17

3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-
komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang
diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai
pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat
membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat
diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
5. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini
dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.20

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan


eksternal. Menurut Notoatmojo, faktor internal meliputi:
1. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses
pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa,
lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok dan masyarakat.
Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan terhadap
perkembangan pribadi, bahwa pada umumnya pendidikan itu mempertinggi
taraf intelegensi individu.21

Universitas Kristen Krida Wacana


18

2. Persepsi
Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera
penglihatan, pendengaran, penciuman dan sebagainya. Setiap orang
mempunyai persepsi berbeda, meskipun objeknya sendiri. Persepsi adalah
pengamatan yang merupakan kombinasi pengelihatan, penciuman,
pendengaran serta pengalaman masa lalu. Persepsi dinyatakan sebagai
proses menafsir sensasi-sensasi dan memberikan arti kepada stimuli.
Persepsi menurut Notoatmodjo merupakan penafsiran realitas dan masing-
masing orang memandang realitas dari sudut perspektif yang berbeda.
Persepsi sebagai proses seseorang menyeleksi, mengorganisasikan dan
menafsirkan informasi untuk membentuk suatu gambaran yang memberi
arti. Bisa didefinisikan sebagai suatu proses dengan mana individu-individu
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi
makna kepada lingkungan mereka. Ada faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi yaitu pada pelaku persepsi (perceiver), obyek yang dipersepsikan,
dan situasi dimana persepsi itu dilakukan. Jadi persepsi diduga adalah
proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi
tentang lingkungannya, melalui indera dan tiap-tiap individu dapat
memberikan arti yang berbeda. Hal ini dapat dipengaruhi oleh: (1) tingkat
pengetahuan dan pendidikan seseorang, (2) faktor pada pemersepsi atau
pihak pelaku persepsi, (3) faktor objek atau target yang dipersepsikan dan
(4) faktor situasi dimana persepsi itu dilakukan. Dari pihak pelaku persepsi
dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti sikap, motivasi, kepentingan
atau minat, pengalaman dan pengharapan. Ada variabel lain yang dapat
menentukan persepsi adalah umur, tingkat pendidikan, latar belakang sosial
ekonomi, budaya, lingkungan fisik, pekerjaan, kepribadian dan pengalaman
hidup individu.21

Universitas Kristen Krida Wacana


19

3. Motivasi
Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak dan mencapai
suatu tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam
bentuk perilaku. Dalam mencapai tujuan dan munculnya motivasi
memerlukan rangsangan dari dalam diri individu maupun dari luar.
Motivasi murni adalah motivasi yang betul-betul disadari akan pentingnya
suatu perilaku dan dirasakan suatu kebutuhan.20
4. Pengalaman
Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dirasakan),
juga merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera
manusia. Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman berdasarkan
kenyataan yang pasti dan pengalaman yang berulang-ulang dapat
menyebabkan terbentuknya pengetahuan. Pengalaman masa lalu dan
aspirasinya untuk masa yang akan datang menentukan perilaku masa kini.
Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan antara lain: meliputi
lingkungan, sosial ekonomi, kebudayaan dan informasi. Lingkungan
sebagai faktor yang terpengaruh bagi pengembangan sifat dan perilaku
individu. Sosial ekonomi, penghasilan sering dilihat untuk menilai suatu
hubungan antara tingkat penghasilan dalam pemanfaatan pelayanan
kesehatan. Kebudayaan adalah perilaku normal, kebiasaan, nilai, dan
penggunaan sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan
suatu pola hidup. Informasi adalah penerangan, keterangan, pemberitahuan
yang dapat menimbulkan kesadaran dan mempengaruhi perilaku.21
5. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya
semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif
dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan
persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain
itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk

Universitas Kristen Krida Wacana


20

membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan


verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap
tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup:
a. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang
dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah
pengetahuan.
b. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua
karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat
diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia,
khusunya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosakata
dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang
akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia.22
6. Informasi/Media
Informasi diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal
dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi
akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi
pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi,
berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah
dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan
kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya,
media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya terhadap hal
tersebut.22
7. Sosial Budaya dan Ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas

Universitas Kristen Krida Wacana


21

yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini
akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.22

2.2.4 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau


angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur disubjek
penelitian atau responden. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
memberikan seperangkat alat tes/ kuesioner tentang objek pengetahuan yang
mau diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalam pengetahuan
yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan. Selanjutnya
dilakukan penilaian dimana setiap jawaban benar dari masing-masing
pertanyaan di beri nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0. 20
Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor
jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100%
dan hasilnya berupa presentase dengan rumusan yang di gunakan sebagai
berikut.20
𝑆𝑝
Nilai : N= 𝑆𝑚 x100%

Keterangan :
N = Nilai pengetahuan
Sp = Skor yang didapat
Sm = Skor tertinggi maksimum20
Selanjutnya persentase jawaban diinterprestasikan dalam kalimat
kualitatif dengan acuan sebagai berikut :20
1) Baik : Nilai = > 55 %
2) Buruk : Nilai = ≤ 55%

Universitas Kristen Krida Wacana


22

2.3 Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan :


Pendidikan
Persepsi
Motivasi
Pengalaman
Usia
Informasi Media
Sosial Budaya dan Ekonomi

Tingkat Pengetahuan tentang


Hipertensi

Universitas Kristen Krida Wacana


23

2.4 Konsep Penelitian

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan:


• Pendidikan
• Persepsi
• Motivasi
• Pengalaman
• Usia
• Informasi Media
• Sosial Budaya dan Ekonomi

Tingkat Pengetahuan menurut


Notoatmodjo ( 2010 )20 :
- Baik
- Buruk
Pengetahuan tentang hipertensi :
Pengertian
Penyebab
Gejala
Pola Hidup
Komplikasi

Universitas Kristen Krida Wacana


24

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional


study.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilakukan Puskesmas Kecamatan Makasar Jl. Pusdiklat


Depnaker No.4, RT.8/RW.6, Makasar, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta

3.1.2 Waktu Penelitian

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 10-12 Agustus 2018 dan


Penyajian data akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2018

3.3 Subjek Penelitian

Pasien yang datang ke Puskesmas Kecamatan Makasar Jakarta Timur pada


periode Agustus 2018.
Pasien yang bersedia diwawancarai sebagai responden di Puskesmas
Kecamatan Makasar Jakarta tanggal 10-12 Agustus 2018 dengan memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi : 1. Pasien yang datang ke Puskesmas Kecamatan Makasar
Jakarta Timur
2. Usia diatas 17 tahun
Kriteria eksklusi : 1. Responden yang mempersulit peneliti.
2. Pasien yang mempunyai riwayat hipertensi.

Universitas Kristen Krida Wacana


25

3.4 Sampling
Consecutive sampling

Rumus besar sampel minimal adalah :

N = (1.96)2(0.14)(0.86)
(0.05)2

N = jumlah minimum sampel yang


dibutuhkan N = 0.4625
Zα = nilai statistik Zα pada kurva normal 0.0025
standar pada tingkat kemaknaan (1,96)
p = perkiraan prevalensi kejadian hipertensi
di indonesia (0.14) N = 185
q = 1 – p (0.86)
d = presisi absolut yang dikehendaki pada
kedua sisi proporsi populasi (5 % = 0,05)

Sehingga N didapatkan 185 sampel minimal. Pada penelitian, estimasi sampel yang
drop out berjumlah 10% dari populasi minimal. Sehingga didapatkan 18.5
dibulatkan menjadi 19. Yang artinya sampel minimal adalah 185 ditambah dengan
19 menjadi 204 sampel.

3.5 Bahan, Alat dan Cara Pengambilan Data

3.5.1 Bahan: Bahan yang akan di gunakan dalam penelitian ini adalah data primer
menggunakan kuesioner

3.5.2 Alat: Alat penelitian yang akan di gunakan terdiri dari kertas kuesioner dan
ballpoint.

3.5.3 Cara: Pertama dengan datang ke Puskesmas Kecamatan Makassar terlebih


dahulu. Dimana pasien yang datang untuk berobat ke puskesmas tersebut sesudah
menyelesaikan konsultasi terhadap puskesmas tersebut. Dilanjutkan dengan
maksud dan penjelasan penelitian terhadap sampel. Jika pasien tersebut bersedia
menjadi sampel atau responden penelitian, dilanjutkan dengan pengumpulan data

Universitas Kristen Krida Wacana


26

primer menggunakan kuesioner yang akan di berikan peneliti. Jika data primer
sudah didapat, peneliti akan memberi souvenir dan dilanjutkan mencari sampel
yang lain.

3.6 Parameter

Parameter yang diperiksa adalah tingkat pengetahuan hipertensi. Masing-


masing dengan tingkat pengetahuan pengertian, penyebab, gejala, pola hidup, dan
komplikasi hipertensi itu sendiri.

3.7 Variabel Penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini:


Indikator tingkat pengetahuan yang akan di uji dalam penelitian ini adalah :
• Pendidikan
• Persepsi
• Motivasi
• Pengalaman
• Usia
• Informasi Media
• Sosial Budaya dan Ekonomi
Variabel terikatnya ialah tingkat pengetahuan pasien puskesmas Kecamatan
Makasar periode Agustus 2018.

Universitas Kristen Krida Wacana


27

3.8 Dana Penelitian

Perkiraan dana penelitian


Alat tulis : 2 ballpoint = Rp 10.000,-
Tipe X = Rp 10.000,-
Kertas ( 1 Rim ) = Rp 50.000,-
Biaya transportasi ( selama 2 minggu penelitian ) = Rp 150.000,-
Biaya souvenir = Rp 1.060.000,-
Biaya pencetakan = Rp 530.000,-
Total biaya penelitian = Rp 1.810.000,-
Biaya tak terduga ( 10 % dari total biaya penelitian ) = Rp 181.000,-
Total keseluruhan biaya penelitian : Rp 1.991.000,-
3.9 Defisi operasional

1. Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang


terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya).
2. Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses
pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa,
lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok dan
masyarakat. Pada negara Indonesia pendidikan diwajibkan 12 tahun.
3. Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan,
pendengaran, penciuman dan sebagainya.
4. Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak dan mencapai suatu
tujuan tertentu.
5. Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dirasakan), juga
merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera
manusia.
6. Usia adalah selisih tanggal kelahiran dengan tanggal penilitian dimana
dibulatkan kedalam tahun, jika selisih bulan tersebut diatas enam bulan
dibulatkan ke atas atau dibulatkan ke dalam satu tahun. Jika selisih bulan

Universitas Kristen Krida Wacana


28

di bawah enam bulan akan di bulatkan ke bawah atau di bulatkan


kedalam nol tahun.
7. Informasi diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat
memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
8.Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.

Variabel Defenisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala


Operasional ukur
Tingkat Kemampuan Memberi Kuesioner Terbagi Ordinal
Pengetahuan untuk tanda (√) dalam dua
Mengetahui pada kategori,
tentang jawaban yaitu:1.
hipertensi setuju atau Tingkat
(defenisi, tidak setuju. pengetahuan
komplikasi, baik skor >55
terapi, dan 2.Tingkat
dietnya) pengetahuan
buruk ≤55
Usia Lama waktu Menuliskan Kuesioner 1. ≤35 Tahun Nominal
hidup usia saat ini 2. > 35 Tahun
seseorang di lembar
sejak kuesioner.
dilahirkan.
Jenis Identitas Memberi Kuesioner 1. Laki-laki Nominal
Kelamin sebagai laki- tanda check 2. Perempuan
laki atau list (√) di
perempuan kolom jenis
kelamin di
kuesioner.
Pendidikan Sekolah Memberi Kuesioner 1. Menengah Ordinal
formal yang tanda check
(SD, SMP,
telah diikuti list (√) di
dan kolom SMA)
telah pendidikan
2. Tinggi
memiliki di
tanda bukti kuesioner. (Perguruan
lulus dari
tinggi)

Universitas Kristen Krida Wacana


29

instansi
resmi yang
terkait
Riwayat Riwayat Memberi Kuesioner 1. Diri sendiri Nominal
hipertensi hipertensi tanda check 2. Orangtua
pada list (√) di 3.Saudara
responden kolom kandung
atau sumber 4. Tidak ada
pada informasi di
orangtua kuesioner.
responden
Sumber Sumber Memberi Kuesioner 1.Tidak Nominal
informasi informasi tanda check pernah
tempat list (√) di 2. Keluarga
responden kolom 3. Pemberi
mendapatkan sumber pelayanan
informasi informasi di kesehatan
mengenai kuesioner. 4. Media
hipertensi massa/TV
5. Lain-lain

Tabel 3.1 Definisi Operasional

3.10 Analisis Data

Univariat, peneliti akan menggunakan program microsoft excel untuk


mencatat data, dan pengolahannya di bantu dengan program SPSS 16. dimana
peneliti akan mencari angka mean, distribusi frekuensi dan simpangan baku untuk
mengukur tingkat pengetahuan dari data yang sebelumnya dikumpulkan dari
sampel.

Universitas Kristen Krida Wacana


30

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 10 s.d 12 Agustus 2018 di


Puskesmas Kecamatan Makasar Jl. Pusdiklat Depnaker No.4, RT.8/RW.6,
Makasar, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Data diambil dibantu
instrumen berupa kuesioner. Jumlah responden yang berpatisipasi dalam penelitian
ini sebanyak 236 responden. Selama penelitian terdapat 51 responden yang
dikeluarkan dari sampel penelitian, 50 responden dikeluarkan karena memiliki
riwayat hipertensi, dan 1 responden tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.
Sehingga total subjek yang menyelesaikan penelitian berjumlah 185. Dimana
memenuhi jumlah sampel minimal (185).
Di bawah ini hasil uraian tentang tingkat pengetahuan pasien Puskesmas
Kecamatan Makasar periode Agustus 2018. Data yang telah terkumpul meliputi
data demografi dan data tingkat pengetahuan.

Universitas Kristen Krida Wacana


31

4.1 Data Demografi

Berikut perhitungan data demografi dilakukan untuk melihat frekuensi/


proporsi dan persentase berdasarkan karakteristik responden yaitu: usia, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, riwayat hipertensi, dan sumber informasi tentang
hipertensi.

Tabel 4.1 Distribusi Sebaran Menurut Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan, Riwayat Hipertensi, dan
Mendapatkan Sumber Informasi Tentang Hipertensi Responden Pasien Puskesmas Makasar
Periode Agustus 2018 (n=185)
No. Variabel Rerata±Simpangan Frekuensi (%)
Baku
1 Usia 34.0±10.8
a. ≤ 35 Tahun 110 (59.5)
b. > 35 Tahun 75 (40.5)
2 Jenis Kelamin
a. Laki – laki 113 (61.1)
b. Perempuan 72 (38.9)
3 Pendidikan
a. Menengah 142 (76.8)
b. Tinggi 43 (23.2)
4 Mendapat Informasi Hipertensi
a. Tidak Pernah 43 (23.2)
b. Keluarga 12 (6.5)
c. Pelayan Kesehatan 102 (55.1)
d. Media Massa/TV 15 (8.1)
e. Lain-Lain 13 (7.0)

Bedasarkan tabel 4.1, bedasarkan usia yang memiliki rerata 34.0 tahun
dimana ≤ 35 tahun berjumlah 110 responden, dan > 35 tahun berjumlah 75 responden.
Responden terbagi menjadi dua jenis kelamin yaitu laki-laki 113 responden dan
perempuan 72 responden. Dari responden yang memnjadi sampel pula yang memiliki
tingkat pendidikan menengah sebanyak 142 responden dan tingkat pendidikan tinggi
43 responden. Serta responden yang mendapat informasi hipertensi paling tinggi oleh
pelayan kesehatan sebanyak 102 responden dan yang terendah oleh keluarga sebanyak
12 responden.

Universitas Kristen Krida Wacana


32

4.2 Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Hipertensi

Data tingkat pengetahuan dianalisis dengan menggunakan analisa statistik


dengan metode tendensi sentral yang mencakup mean, median, modus. Perhitungan
tersebut digunakan untuk mengetahui apakah ada data yang diperoleh memiliki
distribusi normal atau tidak normal. Berdasarkan hasil perhitungan keseluruhan
responden didapatkan 181 responden (97.8%) memiliki tingkat pengetahuan yang
baik, dan yang memiliki tingkat pengetahuan yang buruk sekitar 4 responden
(2.2%). Bahwa nilai mean lebih kecil dari nilai median lebih kecil dari nilai modus
(mean = 79.6, median = 80.00, modus = 86.67). Hal ini menunjukkan bahwa
distribusi data normal karena memiliki distribusi data menceng kiri.

Tabel 4.2 Distribusi Tingkat Pengetahuan Hipertensi Responden Pasien Puskesmas Kecamatan
Makasar Periode Agustus 2018 (n=185)

No. Variabel Tingkat Pengetahuan Hipertensi

Buruk (%) Baik (%)


1. Usia
a. ≤ 35 Tahun 2 1.8 108 98.2
b. > 35 Tahun 2 2.7 73 97.3
2. Jenis Kelamin
a. Laki – laki 3 2.7 110 97.3
b. Perempuan 1 1.4 71 98.6
3. Pendidikan
a. Menengah 4 2.8 138 97.2
b. Tinggi 0 0.0 43 100.0
4. Mendapat Informasi
Hipertensi
a. Tidak Pernah 1 2.3 42 97.7
b. Keluarga 0 0.0 12 100.0
c. Pelayan Kesehatan 2 2.0 100 98.0
d. Media Massa/TV 1 6.7 14 93.3
e. Lain-Lain 0 0.0 13 100.0

Menurut tabel 4.2, tingkat pengetahuan hipertensi usia ≤ 35 tahun lebih baik
dibandingkan usia > 35 tahun. Usia semakin tua tidak menyebabkan seseorang

Universitas Kristen Krida Wacana


33

memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang hipertensi. Hal tersebut sama seperti
yang diutarakan Debby Christy Sinaga (2012) yang melakukan penelitian di
Pondok Cina, Depok. Dimana usia tidak berpengaruh pada tingkat pengetahuan
hipertensi.23 Berbeda dengan pernyataan Notoatmodjo (2007), menurut
Notoatmodjo bahwa usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap
dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.22
Bedasarkan jenis kelamin, perempuan memiliki tingkat pengetahuan
hipertensi lebih baik dari jenis kelamin laki-laki. Berbeda dengan penelitian Debby
Christy Sinaga, tingkat pengetahuan hipertensi menurut Debby bedasarkan jenis
kelamin lebih baik dari kategori laki-laki.23 Dari penelitian yang dilakukan Mujib
Hannan (2009) yang dilakukan di daerah Sumenep. Menurut Mujib, proporsi
tingkat pengetahuan hipertensi lebih baik dari kategori laki-laki.24
Bedasarkan pendidikan, responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi
memiliki tingkat pengetahuan hipertensi lebih baik dari pada tingkat pendidikan
menengah. Hal ini menandakan makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin
tinggi pula tingkat pengetahuan hipertensi. Hasil ini sesuai dengan pernyataan
Notoatmodjo, secara umum orang yang memiliki pengetahuan yang tinggi akan
mempunyai wawasan atau pengetahuan yang luas dibandingkan dengan orang yang
tingkat pendidikannya rendah.22 Dari hasil penelitian ini juga memiliki kesamaan
dengan penelitian yang dilakukan Debby dan Mujib. Dari penelitian mereka yang
dilakukan di tempat berbeda, tingkat pengetahuan hipertensi responden yang
memiliki tingkat pendidikan tinggi akan lebih baik dari pada tingkat pendidikan
menengah.23,24
Bedasarkan mendapat informasi mengenai hipetensi, kategori keluarga dan
lain-lain menjadi yang paling tinggi proporsi pengetahuannya mengenai hipertensi.
Peneliti beranggapan bahwa kategori keluarga bisa menjadi paling tinggi tingkat
pengetahuan mengenai hipertensi dikarenakan tingkat kepercayaan dari informasi
itu didapat mempengaruhi tingkat pengetahuan responden mengenai hipertensi.
Menurut Debby, dalam penelitiannya kategori keluarga juga menjadi paling tinggi
tingkat pengetahuan mengenai hipertensi.23

Universitas Kristen Krida Wacana


34

4.3 Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Pengertian


Hipertensi

Tingkat pengetahuan mengenai pengertian hipertensi dari 185 responden


didapatkan 178 responden (96.2%) memiliki tingkat pengetahuan baik dan 7
responden (3.8%) memiliki tingkat pengetahuan buruk. Dari 7 pertanyaan
mengenai pengertian hipertensi, presentase responden menjawab benar paling
tinggi pada pertanyaan “Tekanan darah mencapai ≥210/120 mmHg termasuk ke
dalam hipertensi sangat berat”, dimana dari seluruh responden yang menjawab
benar sebanyak 175 responden (94.6%). Dan yang terendah pada pertanyaan
“Hipertensi merupakan peninggian tekanan darah dimana mencapai 110/90
mmHg” dimana yang menjawab benar sebanyak 113 responden (61.1%). Dari
keseluruhan pertanyaan yang diberikan oleh peneliti terhadap responden mengenai
pengertian hipertensi, memiliki hasil tingkat pengetahuan baik (Skor tingkat
pengetahuan >55).

Pada tabel 4.3 akan diperlihatkan sebaran data tingkat pengetahuan


mengenai pengertian hipertensi terhadap usia, jenis kelamin, pendidikan, dan
mendapat informasi mengenai hipertensi.

Tabel 4.3 Distribusi Tingkat Pengetahuan Pengertian Hipertensi Responden Pasien Puskesmas
Kecamatan Makasar Periode Agustus 2018 (n=185)
No. Variabel Tingkat Pengetahuan Pengertian Hipertensi

Buruk (%) Baik (%)


1. Usia
a. ≤ 35 Tahun 5 4.5 105 95.5
b. > 35 Tahun 2 2.7 73 97.3
2. Jenis Kelamin
a. Laki – laki 6 5.3 107 94.7
b. Perempuan 1 1.4 71 98.6
3. Pendidikan
a. Menengah 5 3.5 137 96.5
b. Tinggi 2 4.7 41 95.3

Universitas Kristen Krida Wacana


35

4. Mendapat Informasi
Hipertensi
a. Tidak Pernah 1 2.3 42 97.7
b. Keluarga 1 8.3 11 91.7
c. Pelayan Kesehatan 3 2.9 99 97.1
d. Media Massa/TV 2 13.3 13 86.7
e. Lain-Lain 0 0.0 13 100.0

4.4 Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Penyebab


Hipertensi

Tingkat pengetahuan mengenai penyebab hipertensi dari 185 responden


didapatkan 163 responden (88.1%) memiliki tingkat pengetahuan baik dan 22
responden (11.9%) memiliki tingkat pengetahuan buruk. Dari 8 pertanyaan
mengenai penyebab hipertensi, presentase responden menjawab benar paling tinggi
pada pertanyaan “Konsumsi alkohol dan kopi yang berlebih dapat menyebabkan
hipertensi”, dimana dari seluruh responden yang menjawab benar sebanyak 170
responden (91.9%). Dan yang terendah pada pertanyaan “Hipertensi dapat
disebabkan karena keturunan” dimana yang menjawab benar sebanyak 113
responden (61.1%). Dari keseluruhan pertanyaan yang diberikan oleh peneliti
terhadap responden mengenai penyebab hipertensi, memiliki hasil tingkat
pengetahuan baik (Skor tingkat pengetahuan >55).

Pada tabel 4.4 akan diperlihatkan sebaran data tingkat pengetahuan


mengenai penyebab hipertensi terhadap usia, jenis kelamin, pendidikan, dan
mendapat informasi mengenai hipertensi

Tabel 4.4 Distribusi Tingkat Pengetahuan Penyebab Hipertensi Responden Pasien Puskesmas
Kecamatan Makasar Periode Agustus 2018 (n=185)

No. Variabel Tingkat Pengetahuan Penyebab Hipertensi

Buruk (%) Baik (%)

1. Usia
a. ≤ 35 Tahun 13 11.8 97 88.2
b. > 35 Tahun 9 12.0 66 88.0

Universitas Kristen Krida Wacana


36

2. Jenis Kelamin
a. Laki – laki 11 9.7 102 90.3
b. Perempuan 11 15.3 61 84.7
3. Pendidikan
a. Menengah 19 13.4 123 86.6
b. Tinggi 3 7.0 40 93.0
4. Mendapat Informasi
Hipertensi
a. Tidak Pernah 4 9.3 39 90.7
b. Keluarga 2 16.7 10 83.3
c. Pelayan Kesehatan 12 11.8 90 88.2
d. Media Massa/TV 3 20.0 12 80.0
e. Lain-Lain 1 7.7 12 92.3

4.5 Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Gejala Hipertensi

Tingkat pengetahuan mengenai gejala hipertensi dari 185 responden


didapatkan 170 responden (91.9%) memiliki tingkat pengetahuan baik dan 15
responden (8.1%) memiliki tingkat pengetahuan buruk. Dari 3 pertanyaan
mengenai gejala hipertensi, presentase responden menjawab benar paling tinggi
pada pertanyaan “Gejala yang ditemui pada penderita hipertensi adalah sakit
kepala, rasa berat di tengkuk dan mudah marah”, dimana dari seluruh responden
yang menjawab benar sebanyak 176 responden (95.1%). Dan yang terendah pada
pertanyaan “Semua orang yang menderita hipertensi menunjukkan gejala seperti
pusing, mimisan, dan pandangan berkunang-kunang” dimana yang menjawab benar
sebanyak 121 responden (65.4%). Dari keseluruhan pertanyaan yang diberikan oleh
peneliti terhadap responden mengenai gejala hipertensi, memiliki hasil tingkat
pengetahuan baik (Skor tingkat pengetahuan >55).

Pada tabel 4.5 akan diperlihatkan sebaran data tingkat pengetahuan


mengenai gejala hipertensi terhadap usia, jenis kelamin, pendidikan, dan mendapat
informasi mengenai hipertensi.

Universitas Kristen Krida Wacana


37

Tabel 4.5 Distribusi Tingkat Pengetahuan Gejala Hipertensi Responden Pasien Puskesmas
Kecamatan Makasar Periode Agustus 2018 (n=185)
No. Variabel Tingkat Pengetahuan Gejala Hipertensi

Buruk (%) Baik (%)


1. Usia
a. ≤ 35 Tahun 7 6.4 103 93.6
b. > 35 Tahun 8 10.7 67 89.3
2. Jenis Kelamin
a. Laki – laki 7 6.2 106 93.8
b. Perempuan 8 11.1 64 88.9
3. Pendidikan
a. Menengah 13 9.2 129 90.8
b. Tinggi 2 4.7 41 95.3
4. Mendapat Informasi
Hipertensi
a. Tidak Pernah 5 11.6 38 88.4
b. Keluarga 0 0.0 12 100.0
c. Pelayan Kesehatan 7 6.9 95 93.1
d. Media Massa/TV 1 6.7 14 93.3
e. Lain-Lain 2 15.4 11 84.6

4.6 Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Pola Hidup


Hipertensi

Tingkat pengetahuan mengenai pola hidup hipertensi dari 185 responden


didapatkan 153 responden (82.7%) memiliki tingkat pengetahuan baik dan 32
responden (17.3%) memiliki tingkat pengetahuan buruk. Dari 7 pertanyaan
mengenai pola hidup hipertensi, presentase responden menjawab benar paling
tinggi pada pertanyaan “Makan tinggi buah, tinggi sayur, dan produk susu yang
rendah lemak merupakan makanan yang dianjurkan pada penderita hipertensi”,
dimana dari seluruh responden yang menjawab benar sebanyak 172 responden
(93.0%). Dan yang terendah pada pertanyaan “Hipertensi dapat disembuhkan”
dimana yang menjawab benar sebanyak 19 responden (10.3%). Dari keseluruhan
pertanyaan yang diberikan oleh peneliti terhadap responden mengenai pola hidup
hipertensi, 6 pertanyaan berhasil dijawab dengan hasil tingkat pengetahuan baik

Universitas Kristen Krida Wacana


38

(Skor tingkat pengetahuan >55), akan tetapi 1 pertanyaan memiliki tingkat


pengetahuan buruk.

Pada tabel 4.6 akan diperlihatkan sebaran data tingkat pengetahuan


mengenai pola hidup hipertensi terhadap usia, jenis kelamin, pendidikan, dan
mendapat informasi mengenai hipertensi.

Tabel 4.6 Distribusi Tingkat Pengetahuan Pola Hidup Hipertensi Responden Pasien Puskesmas
Kecamatan Makasar Periode Agustus 2018 (n=185)
No. Variabel Tingkat Pengetahuan Pola Hidup Hipertensi

Buruk (%) Baik (%)


1. Usia
a. ≤ 35 Tahun 15 13.6 95 86.4
b. > 35 Tahun 17 22.7 58 77.3
2. Jenis Kelamin
a. Laki – laki 15 13.3 98 86.7
b. Perempuan 17 23.6 55 76.4
3. Pendidikan
a. Menengah 24 16.9 118 83.1
b. Tinggi 8 18.6 35 81.4
4. Mendapat Informasi
Hipertensi
a. Tidak Pernah 5 11.6 38 88.4
b. Keluarga 1 8.3 11 91.7
c. Pelayan Kesehatan 18 17.6 84 82.4
d. Media Massa/TV 4 26.7 11 73.3
e. Lain-Lain 4 30.8 9 69.2

4.7 Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Komplikasi


Hipertensi

Tingkat pengetahuan mengenai komplikasi hipertensi dari 185 responden


didapatkan 178 responden (96.2%) memiliki tingkat pengetahuan baik dan 7
responden (3.8%) memiliki tingkat pengetahuan buruk. Dari 5 pertanyaan
mengenai komplikasi hipertensi, presentase responden menjawab benar paling
tinggi pada pertanyaan “Berhenti merokok sangat dianjurkan bagi penderita
hipertensi”, dimana dari seluruh responden yang menjawab benar sebanyak 177

Universitas Kristen Krida Wacana


39

responden (95.7%). Dan yang terendah pada pertanyaan “Hipertensi tidak


menimbulkan komplikasi pada anggota tubuh yang lain” dimana yang menjawab
benar sebanyak 126 responden (68.1%). Dari keseluruhan pertanyaan yang
diberikan oleh peneliti terhadap responden mengenai komplikasi hipertensi,
memiliki hasil tingkat pengetahuan baik (Skor tingkat pengetahuan >55).

Pada tabel 4.7 akan diperlihatkan sebaran data tingkat pengetahuan


mengenai komplikasi hipertensi terhadap usia, jenis kelamin, pendidikan, dan
mendapat informasi mengenai hipertensi.

Tabel 4.7 Distribusi Tingkat Pengetahuan Komplikasi Hipertensi Responden Pasien Puskesmas
Kecamatan Makasar Periode Agustus 2018 (n=185)
No. Variabel Tingkat Pengetahuan Komplikasi
Hipertensi
Buruk (%) Baik (%)
1. Usia
a. ≤ 35 Tahun 5 4.5 105 95.5
b. > 35 Tahun 2 2.7 73 97.3
2. Jenis Kelamin
a. Laki – laki 4 3.5 109 96.5
b. Perempuan 3 4.2 69 95.8
3. Pendidikan
a. Menengah 7 4.9 135 95.1
b. Tinggi 0 0.0 43 100.0
4. Mendapat Informasi
Hipertensi
a. Tidak Pernah 3 7.0 40 93.0
b. Keluarga 0 0.0 12 100.0
c. Pelayan Kesehatan 1 1.0 101 99.0
d. Media Massa/TV 2 13.3 13 86.7
e. Lain-Lain 1 7.7 12 92.3

Universitas Kristen Krida Wacana


40

BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Pada penelitian ini responden diambil yang tidak memiliki riwayat hipertensi.
Tingkat pengetahuan hipertensi pasien puskesmas tersebut dari 185 responden, 181
responden (97.8%) dinilai baik, dan 4 responden (2.2%) dinilai buruk
pengetahuannya mengenai hipertensi. Penelitian ini juga menjelaskan tujuan
khusus dimana penelitian ini mencari tingkat pengetahuan dari pengertian,
penyebab, gejala, pola hidup, serta komplikasi mengenai hipertensi terhadap pasien
Puskesmas Kecamatan Makasar. Pada tingkat pengetahuan mengenai pengertian
hipertensi, dari 185 responden, 178 responden (96.2%) dinilai baik, dan 7
responden (4.0%) dinilai buruk pengetahuannya. Pada tingkat pengetahuan
mengenai penyebab hipertensi, dari 185 responden, 163 responden (88.1%) memiki
pengetahuan baik, dan 22 responden (12.4%) memiliki pengetahuan buruk. Pada
tingkat pengetahuan mengenai gejala hipertensi, dari 185 responden, 170 responden
(91.9%) dinilai baik, dan 15 responden (8.1%) dinilai buruk pengetahuannya. Pada
tingkat pengetahuan mengenai pola hidup penderita hipertensi, dari 185 responden,
153 responden (82.7%) dinilai baik, dan 32 responden (17.3%) dinilai buruk
pengetahuannya. Dan yang terakhir pada tahap tingkat pengetahuan mengenai
komplikasi hipertensi, dari 185 responden, 178 responden (96.2%) dinilai baik, dan
7 responden (3.8%) dinilai buruk pengetahuannya.

Universitas Kristen Krida Wacana


41

5.2 Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih terdapat banyak kekurangan. Hal ini disebabkan keterbatasan yaitu:
a. Kemampuan peneliti yang baru sekali melakukan penelitian dalam
pengambilan data, pengolahan data dan interpretasi data.
b. Desain penelitian berupa deskripif sederhana sehingga belum bisa
menggambarkan secara keseluruhan
c. Tidak menggunakan variabel persepsi dan motivasi dikarenakan tidak
tercukupinya pustaka mengenai hal tersebut.
d. Keterbatasan waktu mengakibatkan pengambilan data yang diperoleh dari
sampel hanya dilakukan 3 hari.

5.3 Saran

Bedasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memiliki


beberapa saran yang perlu untuk dipertimbangkan, saran-saran tersebut antara lain:
a. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti mengharapkan agar hasil penelitian ini dapat menjadi pedoman dan
menginspirasi peneliti berikutnya agar bisa memperdalam gambaran tingkat
pengetahuan hipertensi pada masyarakat per periode sehingga bisa menjadi patokan
data tolak ukur yang digunakan untuk skala yang lebih besar lagi.
b. Bagi puskesmas
Pertahankan mutu pelayanan sosialisasi hipertensi pada masyarakat, dan
tingkatkan. Dan menyarankan terhadap satu hal dimana kepatuhan minum obat
hipertensi agar ditingkatkan. Karena peneliti mendapatkan data, pada poin
pertanyaan “Hipertensi dapat disembuhkan” dari 185 responden hanya 19
responden (10.3%) yang menjawab benar. Sehingga peneliti mencemaskan poin
kritis pada kepatuhan minum obat hipertensi pada pasien Puskesmas Kecamatan
Makasar.

Universitas Kristen Krida Wacana


42

c. Bagi masyarakat
Melalui penelitian ini diharapkan masyarakat turut lebih memperhatikan
dan peduli terhadap sosialisasi kesehatan serta menjalankannya. Sehingga
kedepannya masyarakat indonesia tidak ada yang terkena hipertensi lagi.

Universitas Kristen Krida Wacana


43

Daftar Pustaka
1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil kesehatan indonesia
2012. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI;2012
2. Rahajeng, Tuminah. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia.
Jurnal Kesehatan Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian
Kesehatan Departemen Kesehatan RI Maj Kedokt Indon (Online),Volume
59 No. 12.(http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1909-
laporannasional-riskesdas-2007.pdf)
3. Bruner, Sudrath. Keperawatan Medical Bedah. Ed 8.vol 3 .Jakarta.
EGC.2002.h.542
4. Depkes, RI. Masalah Hipertensi Di Indonesia.Artikel Kesehatan (Online).
2012. Tersedia di :(http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-
release/1909-masalahhipertensi-di-indonesia. pdf diakses 3 Agustus 2018)
5. James PA, Oparil S, Carter BL, dkk.Evidence-Based Guideline For the
Management Of High Blood Pressure In Adults Report From The Panel
Members Appointed To The Eighth Joint National Committee (JNC 8).
Chicago.JAMA;2014.
6. Agoes, Azwar. Penyakit di Usia Tua. Palembang: EGC;2008.
7. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI . Depkes
RI;2013.Tersedia di
(www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin.)
8. Smeltzer & Bare. Keperawatan Medical Bedah Brunner & Suddarth.Edisi
8.jilid 2. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC;2002.h149-53
9. Poerwati, R.. Hubungan Stres Kerja terhadap Hipertensi pada Pegawai
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru Tahun 2008. Medan: Tesis Sekolah Pasca
Sarjana Universitas Sumatera Utara;2008.
10. Diehl, Hans.Waspada Diabetes, Kolestrol, Hipertensi. Bandung: Indonesia
publishing house;2007.h.47-9
11. Gray,dkk.Lectures Notes Cardiology.Jakarta:Erlangga;2005.h.243-55
12. Soeharto I. Penyakit Jantung Koroner dan Serangan
Jantung.Jakarta:Gramedia;2004.

Universitas Kristen Krida Wacana


44

13. Adams H.P., et al., 2003. Guidlines for The Early Management of Patients
with Ischemic. Journal of The American Heart Association. 34:1056-83
Available from: http://stroke.ahajournals.org/content/34/4/1056.full
14. Knight, John F. Jantung Kuat Bernafas Lega. Bandung: Indonesia
Publishing House;2006.
15. Wijaya. Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien
Rawat Jalan di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Raden Said Sukanto.
Jakarta:2009.h.8
16. Corwin, E J . Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2009.h.388-402
17. Amir, M. Hidup Bersama Penyakit Hipertensi Asam Urat, Jantung Koroner.
Jakarta :Intisari Media Utama;2002.h.38-41
18. Rilantono, L. Penyakit Kardiovaskuler (PKV) (1 ed.). Jakarta: Badan
penerbit FKUI;2012.
19. Malasari, Nur. Hubungan Tingakat Pengetahuan Pasien Dengan
Pencegahan Kekambuhan Hipertensi di Puskesmas Kelurahan Grogol
Kecematan Limo Kodya Depok (online). Jakarta . UPNVJ Publikasi : 2008.
Tersedia
di:http://www.library.upnvj.ac.id/index.php?p=show_detail&id=2707
20. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta;2010.
21. Notoatmodjo S. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta;2002.
22. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta;2007.
23. Sinaga DC. Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Hipertensi Pada
Masyarakat yang Merokok di RW 01 Kelurahan Pondok Cina Beji Depok.
Jakarta:FKUI;2012.
24. Hannan M. Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Penyakit Hipertensi
di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Ganding Kabupaten
Sumenep.Sumenep:Jurnal kesehatan”wiraraja medika”;2009.h7-8

Universitas Kristen Krida Wacana


45

Lampiran 1

Universitas Kristen Krida Wacana


46

Universitas Kristen Krida Wacana


47

Lampiran 2

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN MENGIKUTI


PENELITIAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :


Nama :
Umur :
Alamat :
No telp/HP :

Memberikan persetujuan untuk mengisi kuesioner/angket yang diberikan


peneliti. Saya mengerti bahwa saya menjadi bagian dari penelitian yang
diselenggarakan peniliti dengan topik Gambaran Tingkat Pengetahuan Hipertensi.

Saya telah diberi tahu oleh peneliti bahwa jawaban angket bersifat jujur ,
sukarela , dan hanya dipergunakan untuk keperluan penelitian. Oleh karena itu dengan
sukarela saya ikut berperan serta dalam penelitian ini

Jakarta,………………..
Tanda tangan,

(………………………………………….)

Universitas Kristen Krida Wacana


48

Lampiran 3
Lembar kuesioner

Kode responden :
Tanggal pengambilan data :

Petunjuk pengisian
1. Bacalah terlebih dahulu semua pernyataan dan tanyakan kepada peneliti
apabila ada yang kurang dimengerti.
2. Isilah pertanyaan dengan mengisi pada kolom yang tersedia.
3. Berilah tanda check list (√) pada kolom yang sesuai dengan jawaban anda.
4. Setiap pernyataan hanya berlaku satu jawaban kecuali pada data demografi
no 4,5,6
Contoh:
No. Pernyataan Setuju Tidak setuju
1 Tekanan darah tinggi √
merupakan
pembunuh diam-diam

5. Jika ingin memperbaiki jawaban beri tanda silang (X) pada jawaban yang
salah, kemudian beri tanda check list (√) pada kolom yang sesuai dengan
jawaban anda.

No. Pernyataan Setuju Tidak setuju


1 Tekanan darah tinggi √X
merupakan
pembunuh diam-diam

Universitas Kristen Krida Wacana


49

A. Data Responden

1. Umur : Tahun
2. Jenis kelamin : Laki – laki
Perempuan
3. Pendidikan : SD SMP
SMA Perguruan
Tinggi

4. Riwayat hipertensi : Diri sendiri Orang tua


( bisa pilih lebih dari satu )
Tidak ada Saudara
Kandung

5. Mendapat informasi tentang hipertensi: Keluarga

Pelayanan kesehatan

Media massa/TV

Lain-lain : . . . .

Tidak pernah

B. Tingkat pengetahuan tentang hipertensi (tekanan darah tinggi)

NO Pernyataan Benar Salah


1. Hipertensi adalah penyakit infeksi

2. Hipertensi merupakan peningkatan


darah
yang tidak menetap.
3. Hipertensi merupakan peninggian
tekanan darah dimana mencapai 110/90
mmHg

Universitas Kristen Krida Wacana


50

4. Hipertensi merupakan suatu penyakit


dimana
tekanan darah mencapai ≥140/90
mmHg
5. Tekanan darah mencapai ≥180/110
mmHg
termasuk kedalam hipertensi berat.
6. Tekanan darah mencapai ≥210/120
mmHg
termasuk kedalam hipertensi sangat
berat.
7. Hipertensi dapat disebabkan karena
keturunan.
8. Individu yang mempunyai riwayat
hipertensi dalam keluarga memiliki dua
kali lipat lebih besar terkena hipertensi
dari pada yang tidak memiliki riwayat.
9. Konsumsi alkohol dan kopi yang
berlebih
dapat menyebabkan hipertensi.
10. Merokok merupakan salah satu faktor
yang
dapat menyebabkan hipertensi.
11. Makanan yang asin dapat menyebabkan
hipertensi
12. Merokok dapat meningkatkan hormone
adrenaline sehingga memicu timbulnya
hipertensi.
13. Rokok dapat menimbulkan
aterosklerosis atau pengerasan
pembuluh darah nadi
14. Zat yang terkandung dalam rokok
menyebabkan jantung akan bekerja
keras
sehingga tekanan darah akan meninggi.
15. Hipertensi hanya terjadi pada lansia.
16. Gejala hipertensi terlihat dari
penampilan
fisik.
17. Gejala yang ditemui pada penderita
hipertensi adalah sakit kepala, rasa

Universitas Kristen Krida Wacana


51

berat di tengkuk dan mudah marah


18. Semua orang yang menderita hipertensi
menunjukkan gejala seperti pusing,
mimisan, dan pandangan berkunang-
kunang
19. Menghilangkan obesitas termasuk
dalam pengobatan hipertensi
20. Makan tinggi buah, tinggi sayur, dan
produk
susu yang rendah lemak merupakan
makanan
yang dianjurkan pada penderita
hipertensi
21. Aktifitas fisik seperti jalan cepat secara
rutin
setiap hari dapat menurunkan tekanan
darah.
22. Kandungan kimia pada rokok tidak
mempengaruhi pembuluh darah
23. Berhenti merokok dapat menurunkan
tekanan
darah.
24. Hipertensi merupakan dapat
menyebabkan
Stroke
25. Hipertensi hanya bisa diobati dengan
obat-
obatan dari dokter
26. Hipertensi tidak menimbulkan
komplikasi
pada anggota tubuh yang lain
27. Hipertensi mempengaruhi fungsi
jantung dan
Ginjal
28 Komplikasi dari hipertensi bisa
menimbulkan serangan jantung
29 Berhenti merokok sangat dianjurkan
bagi
penderita hipertensi
30. Hipertensi dapat disembuhkan.

Universitas Kristen Krida Wacana


52

Lampiran 4

Universitas Kristen Krida Wacana


53

Lampiran 5
HASIL OUTPUT PENGOLAHAN DATA SPSS
1. Rerata dan Standar Deviasi dari Variabel Umur

2. Frekuensi Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan, dan Mendapat Informasi


Hipertensi

Universitas Kristen Krida Wacana


54

3. Crosstabs Tingkat Pengetahuan Hipertensi dengan Variabel Usia, Jenis


Kelamin, Pendidikan, dan Mendapat Informasi Hipertensi

Universitas Kristen Krida Wacana


55

4. Crosstabs Tingkat Pengetahuan Pengertian Hipertensi dengan Variabel


Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan, dan Mendapat Informasi Hipertensi

Universitas Kristen Krida Wacana


56

5. Crosstabs Tingkat Pengetahuan Penyebab Hipertensi dengan Variabel


Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan, dan Mendapat Informasi Hipertensi

Universitas Kristen Krida Wacana


57

6. Crosstabs Tingkat Pengetahuan Gejala Hipertensi dengan Variabel Usia,


Jenis Kelamin, Pendidikan, dan Mendapat Informasi Hipertensi

Universitas Kristen Krida Wacana


58

Universitas Kristen Krida Wacana


59

7. Crosstabs Tingkat Pengetahuan Pola Hidup Hipertensi dengan Variabel


Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan, dan Mendapat Informasi Hipertensi

Universitas Kristen Krida Wacana


60

8. Crosstabs Tingkat Pengetahuan Komplikasi Hipertensi dengan Variabel


Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan, dan Mendapat Informasi Hipertensi

Universitas Kristen Krida Wacana


61

Universitas Kristen Krida Wacana

You might also like