You are on page 1of 28

MAKALAH

GEOELEKTRIK DAN ELEKTROMAGNETIK


“GEOLISTRIK RESISTIVITAS”

Oleh
Nama:
1. Asniati Woli
2. Ariance Y.Lalang
3. Balbina Ega. R.Repi
4. Larah E.Lakh
5. Marselina Rihi
6. Marselinus J.S Rami
7. Meri Y.Tan
8. Yumni B. Tainmeta

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “Geoelektrik Dan
Elektromagnetik” ini dengan baik.

Dalam penulisan makalah ini kami sadar masih jauh dari kata sempurna
saran dan perbaikan yang membangun kami harapkan untuk menyempurnakan
makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukan.

Kupang, Maret 2019

( penulis)

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lapisan tanah suatu daerah tergantung dari kondisi geologi dan iklim. Untuk
mengetahui jenis lapisan batuan yang dilalui oleh air tanah, maka dilakukan dengan
mencari nilai resistivitas suatu batuan di bawah permukaan tanah menggunakan metode
geolistrik tahanan jenis. Metode geolistrik merupakan metode yang digunakan untuk
mengetahui sifat aliran listrik di dalam bumi dengan cara mendeteksinya di permukaan
bumi.
Pendeteksian ini meliputi pengukuran potensial, arus dan medan
elektromagnetik yang terjadi baik itu oleh injeksi arus maupun secara alamiah. Salah
satu metode geolistrik yang sering digunakan dalam pengukuran aliran listrik dan
untuk mempelajari keadaan geologi bawah permukaan adalah dengan metode tahanan
jenis. Metode geolistrik merupakan metode yang banyak sekali digunakan dan hasilnya
cukup baik yaitu untuk memperoleh gambaran mengenai lapisan tanah dibawah
permukaan dan kemungkinan terdapatnya air tanah.
Pendugaan geolistrik ini didasarkan pada kenyataan bahwa material yang
berbeda akan mempunyai tahanan jenis yang berbeda apabila dialiri arus listrik. Adapun
konfigurasi elektroda yang digunakan dalam metode geolistrik resistivitas.
Dalam makalah ini, kami akan mencoba untuk membahas tentang konsep-
konsep mengenai geolistrik resistivitas, dekripsi alat ukur, sifat kelistrikan, dan
konfigurasi elektroda dalam metode geolistrik, yang mungkin dapat menjadi acuan
dalam proses eksplorasi dalam bidang geofisika.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian geolistrik resistivitas
2. Bagaimana sifat kelistrikan suatu batuan
3. Bagaimana susunan penempatan konfigurasi elektroda yang digunakan dalam
metode resistivitas

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian geolistrik resistivitas
2. Untuk mengetahui sifat kelistrikan suatu batuan.

3
3. Untuk pengetahui konfigurasi elektroda yang digunakan dalam metode geolistrik
resistivitas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

4
2.1 Pengertian Geolistrik Resitivitas

Geolistrik adalah salah satu metode dalam geofisika yang mempelajari sifat
aliran listrik di dalam bumi. Pendeteksian di atas permukaan meliputi pengukuran
medan potensial, arus, dan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah maupun
akibat penginjeksian arus kedalam bumi.
Geolistrik tahanan jenis (resistivitas) adalah salah satu metode geofisika aktif
yang menggunakan sumber buatan dengan menginjeksikan listrik melalui elektroda
kedalam bumi, untuk mengetahui persebaran resistivitas bawah permukaan yang akan
di interpretasi untuk menentukan informasi geologi bawah permukaan. Dalam
eksplorasi metode geolistrik terdapat berbagai jenis konfigurasi elektroda, seperti
konfigurasi Schlumberger, konfigurasi Wenner, konfigurasi Wenner-Schlumberger,
konfigurasi Dipole-dipole, konfigurasi Pole-dipole, konfigurasi Pole-pole dan
konfigurasi Square. Dari berbagai jenis konfigurasi ini menentukan faktor geometri
(k) dan dari konfigurasi inilah yang menentukan hasil untuk interpretasi penentuan nilai
resistivitas bawah permukaan. Kegunaan dari metode geolistrik amatlah penting
terhadap eksplorasi air tanah dan bijih besi serta mineral-mineral yang terkandung
didalamnya.

2.2 Sifat Kelistrikan Batuan

Batuan adalah material yang mempunyai daya hantar listrik dan harga tahanan
jenis tertentu. Batuan yang sama belum tentu mempunyai tahanan jenis yang sama.
Sebaliknya harga tahanan jenis yang sama bisa dimiliki oleh batuan berbeda, hal ini
terjadi karena nilai resistivitas atau tahanan jenis batuan memiliki rentang nilai yang
bisa saling tumpang tindih.

5
Sifat kelistrikan batuan adalah karakteristik dari batuan bila dialirkan arus listrik
ke dalamnya. Arus listrik ini dapat berasal dari alam itu sendiri akibat terjadinya ketidak
seimbangan ataupun arus listrik yang sengaja dimasukkan ke dalamnya.
Pada bagian batuan, atom-atom terikat secara ionik atau kovalen. Karena adanya
ikatan ini maka batuan mempunyai sifat menghantarkan arus listrik. Aliran arus listrik
dalam batuan atau mineral dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu konduksi
secara elektronik, konduksi secara elektrolitik dan konduksi secara dielektrik.
Listrik adalah elektron yang bergerak. Setiap benda terdiri dari bagian yang
sangat kecil. Bagian itu yang disebut dengan molekul. Partikel yang membentuk
molekul itu yang disebut dengan Atom. Pada setiap atom mempunyai sebuah inti atom
yang dinamakan Proton yang bermuatan Positif (+), dan dikelilingi oleh satu atau
beberapa elektron. elektron mempunyai muatan listrik Negatif (-). Elektron
mengelilingi Proton dengan kecepatan kira-kira 300.000 km/detik.
Elektron yang berada pada lapisan paling luar disebut elektron bebas, elektron
bebas sangat gampang berpindah-pindah dari satu atom ke atom yang lain. Perpindahan
elektron bebas ini mengakibatkan kekosongan di atom yang ditinggalkan sehingga
menarik elektron disekelilingnya. Perpindahan yang teratur elektron bebas ini
dinamakan arus elektron, dari situ timbullah aliran listrik ( muatan listrik ).
Aliran konduksi arus listrik di dalam batuan/mineral digolongkan atas tiga
macam yaitu konduksi dielektrik, konduksi elektrolitik, dan konduksi elektronik .
Konduksi dielektrik terjadi jika batuan atau mineral bersifat dielektrik terhadap aliran
arus listrik (terjadi polarisasi muatan saat bahan dialiri listrik). Konduksi elektrolitik
terjadi jika batuan/mineral bersifat porus dan pori-pori tersebut terisi cairan-cairan
elektrolitik. Pada kondisi ini arus listrik dibawa oleh ion-ion elektrolit. Konduksi
elektronik terjadi jika batuan/mineral mempunyai banyak elektron bebas sehingga arus
listrik dialirkan dalam batuan/mineral oleh elektron bebas.
Berdasarkan harga resistivitas listriknya, batuan/mineral digolongkan menjadi
tiga yaitu:
 Konduktor baik : 10 −8 < ρ < 1 Ω m
 Konduktor pertengahan : 1 < ρ < 107 Ω m
 Isolator : ρ > 10 7 Ω m

Perumusan Dasar Geolistrik Resistivitas dalam metode geolistrik ini digunakan


definisi-definisi :

6
 Resistansi : R = V / I ohm ( Ω )
 Resistivitas : ρ = E / J Ω m
 Konduktivitas : σ = 1 /ρ ( Ω m) −1
Dimana:
V : beda potensial 2 buah titik
I : besar arus listrik yang mengalir
E : medan listrik
J : rapat arus listrik (arus listrik persatuan luas)
2.3.1 Kegunaan Metode Geolistrik

Metode ini lebih efektif jika digunakan untuk eksplorasi yang sifatnya dangkal,
jarang memberikan informasi lapisan di kedalaman lebih dari 1000 feet atau 1500 feet.
Oleh karena itu metode ini jarang digunakan untuk eksplorasi minyak tetapi lebih
banyak digunakan dalam bidang engineering geology seperti penentuan kedalaman
batuan dasar, pencarian reservoar air, juga digunakan dalam eksplorasi geothermal.
Dimana prinsip kerja metode tersebut adalah dengan menginjeksikan arus listrik
ke dalam bumi melalui dua elektroda arus sehingga menimbulkan beda potensial. Dan
beda potensial yang terjadi diukur melalui dua elektroda potensial. Hasil pengukuran
arus dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda yang berbeda dapat digunakan
untuk menurunkan variasi harga tahanan jenis lapisan dibawah titik ukur (sounding
point) mempelajari aliran listrik di dalam bumi dan cara mendeteksinya di permukaan
bumi.

7
Gambar 1. Sumber Arus Tunggal

Gambar 2. Equipotensial Dua Elektroda Arus

8
Gambar 3. Konfigurasi Elektroda

2.3.2 Prinsip Kerja Alat

Pada dasarnya alat ukur resistivitas ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu
bagian komutator dan potensiometer:
 Bagian Komutator mengubah isyarat AC (Alternatif Current) menjadi DC (Direct
Current) yang kemudian diinjeksikan ke dalam bumi.
 Bagian potensiometer berfungsi untuk mengukur besar potensial yang
terjadi di permukaan tanah.

9
2.3.3Peralatan Yang Digunakan

 Resistivity meter S-Field/G-Sound


 Accu
 Elektroda arus dan potensial
 Kabel-kabel penghubung
 Meteran
 Palu geologi

2.4 Resistivitas Semu

Metode geolistrik resitivitas didasarkan pada anggapan bahwa bumi mempunyai


sifat homogen isotropis. Dengan asumsi ini, resitivitas yang terukur merupakan
resitivitas yang sebenarnya dan tidak tergantung pada spasi elektroda. Namun pada
kenyataanya bumi tersusun atas lapisan-lapisan dengan resistivitas yang berbeda-beda,
sehingga potensial yang terukur merupakan pengaruh dari lapisan-lapisan tersebut.
Karenanya, harga resistivitas yang diukur seolah-olah merupakan harga resistivitas

10
untuk satu lapisan saja. Resistivitas yang terukur sebenarnya adalah resistivitas semu
(ρa).

Besarnya resistivitas semu (ρa) adalah:

Atau

Dengan

Dimana K adalah faktor geometri yaitu: besaran koreksi letak kedua elektroda
potensial terhadap letak elektroda arus.
Bila satu set hasil pengukuran resistivitas semu dari jarak AB terpendek sampai
yang terpanjang tersebut digambarkan pada grafik logaritma ganda dengan jarak AB
sebagai sumbu-X dan resistivitas semu sebagai sumbu Y, maka akan didapat suatu
bentuk kurva data geolistrik. Dari kurva data tersebut bisa dihitung dan diduga sifat
lapisan batuan di bawah permukaan.

2.5 Konfigurasi Elektroda

11
Pemilihan Konfigurasi dapat dilakukan berdasarkan:
 Tipe struktur yang hendak dicari.
 Sensitivitas resistivity meter.
 Kedalaman struktur yang dicari.
 Sensitivitas array secara vertical dan horizontal.
 Kekuatan signal
Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda-elektroda arus, dikenal beberapa jenis
metode resistivitas, antara lain :

 Konfigurasi Schumberger

Konfigurasi Schlumberger merupakan konfigurasi empat elektroda dimana


terdapat sepasang elektroda arus yaitu C1-C2 atau A-B dan sepasang elektroda
potensial P1-P2 atau M-N, dimana terdapat titik tengah dan jarak dari pusat dengan
elektroda potensial disebut I, dan jarak antara pusat dengan elektroda arus disebut L,
dimana jarak antar elektroda potensialnya 2I (dapat dilihat pada gambar 4 (b). Dalam
pengukurannya konfigurasi ini biasanya sering diubah pada jarak antar elektroda
arusnya, dan terkadang elektroda potensialnya tetap (dapat dilihat pada gambar 5).
Maka untuk nilai resistivitasnya yaitu ρ = KR. Dalam konfigurasi ini, dapat digunakan
untuk resistivity mapping dan sounding, konfigurasi ini sangat baik untuk VES
(Vertikal Electrical Sounding) dan tidak cocok untuk CST (constant separation
traversing). Memiliki sensitivitas orientasi yang baik, sensitivitas lateral yang baik
dalam penentuan ketidakhomogenan.

(a) (b)
Gambar 4. Konfigurasi Schumberger

12
Gambar 5. Sketsa Pengukuran Konfigurasi Schlumberger.

Kelemahan dari konfigurasi Schlumberger ini adalah pembacaan tegangan pada


elektroda MN adalah lebih kecil terutama ketika jarak AB yang relatif jauh, sehingga
diperlukan alat ukur multimeter yang mempunyai karakteristik ‘high impedance’
dengan akurasi tinggi yaitu yang bisa mendisplay tegangan minimal 4 digit atau 2 digit
di belakang koma. Atau dengan cara lain diperlukan peralatan pengirim arus yang
mempunyai tegangan listrik DC yang sangat tinggi.
Sedangkan keunggulan konfigurasi Schlumberger ini adalah kemampuan untuk
mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan pada permukaan, yaitu dengan
membandingkan nilai resistivitas semu ketika terjadi perubahan jarak elektroda MN.

 Konfigurasi Wenner

Dalam konfigurasi Wenner yaitu konfigurasi empat elektroda dimana jarak antar
C1P1 = P1P2 = P2C2 = a (pada gambar 6), dimana kedua pasang elektroda ini dipasang
secara simetris terhadap titik sounding. Sebagaimana dapat diketahui dalam mencari
nilai k secara matematika. Sedangkan jarak untuk masing-masing elektroda arus
terhadap titik sounding adalah a/2, maka jarak masing-masing elektroda terhadap sound
3a/2. Untuk resistivity mapping maka spasi a tidak diubah-ubah, sedangkan untuk

13
sounding dilakukan pengubahan jarak elektroda yang diperbesar secara gradual.
Konfigurasi wenner ini terdapat tiga macam yaitu wenner alfa, beta dan gama yang
memiliki sensitivitas yang berbeda pula. Konfigurasi ini memiliki kemampuan sangat
baik dalam resolusi vertikal, untuk CST, dan kesensitivan secara lateral. Semakin besar
bentangan antar elektroda maka semakin besar kesensitifannya.

Gambar 6. Konfigurasi Wenner

Gambar 7. Sketsa Pengukuran Konfigurasi Wenner

14
Gambar 8. Titik Ukur

Keunggulan dari konfigurasi Wenner ini adalah ketelitian pembacaan tegangan


pada elektroda MN lebih baik dengan angka yang relatif besar karena elektroda MN
yang relatif dekat dengan elektroda AB. Disini bisa digunakan alat ukur multimeter
dengan impedansi yang relatif lebih kecil.
Sedangkan kelemahannya adalah tidak bisa mendeteksi homogenitas batuan di
dekat permukaan yang bisa berpengaruh terhadap hasil perhitungan. Data yang didapat
dari cara konfigurasi Wenner, sangat sulit untuk menghilangkan factor non homogenitas
batuan, sehingga hasil perhitungan menjadi kurang akurat.

 Konfigurasi Dipole – dipole

Selain konfigurasi Wenner dan Schlumberger, konfigurasi yang dapat digunakan


adalah Pole-pole, Pole-dipole dan Dipole-dipole. Pada konfigurasi Pole-pole, hanya

15
digunakan satu elektrode untuk arus dan satu elektrode untuk potensial. Sedangkan
elektrode yang lain ditempatkan pada sekitar lokasi penelitian dengan jarak minimum
20 kali spasi terpanjang C1-P1 terhadap lintasan pengukuran. Sedangkan untuk
konfigurasi Pole-dipole digunakan satu elektrode arus dan dua elektrode potensial.
Untuk elektrode arus C2 ditempatkan pada sekitar lokasi penelitian dengan jarak
minimum 5 kali spasi terpanjang C1-P1. Sehingga untuk penelitian skala laboratorium
yang mungkin digunakan adalah konfigurasi Dipole-dipole.
Pada konfigurasi Dipole-dipole, dua elektrode arus dan dua elektrode potensial
ditempatkan terpisah dengan jarak n, sedangkan spasi masing-masing elektrode a.
Pengukuran dilakukan dengan memindahkan elektrode potensial pada suatu penampang
dengan elektrode arus tetap, kemudian pemindahan elektrode arus pada spasi n
berikutnya diikuti oleh pemindahan elektrode potensial sepanjang lintasan seterusnya
hingga pengukuran elektrode arus pada titik terakhir di lintasan itu.

(a) (b)
Gambar 9. a) Pole-pole; b) Dipole-dipole

16
Gambar 10. Sketsa Pengukuran Konfigurasi Dipole-Dipole

2.3 Interpretasi Data Resistivitas

Ada beberapa macam metoda yang digunakan untuk menginterpretasi data


resistivitas. Salah satu cara yang cukup sederhana adalah dengan metoda pencocokan
kurva (curve matching). Metoda pencocokan kurva ini bisa dilakukan karena :
Dari pengukuran dilapangan kita akan mendapatkan harga-harga resistivitas semu
sebagai fungsi dari spasi elektroda ρ as = f (AB / 2) atau log ρ log ( / ) as = f AB 2 .
Persamaan ini sama dengan persamaan logaritmis yang telah diturunkan terdahulu,
kecuali bahwa untuk kurva yang pertama telah mengalami pergeseran sejajar dengan
sumbu-sumbu koordinatnya. Pergerakan kurva dapat dilihat pada gambar 4.
Ada dua macam cara pengukuran resistivitas yang biasa dilakukan untuk fungsi-
fungsi yang berbeda, yaitu :

 Geolistrik Mapping
Cara ini dilakukan untuk mengetahui informasi mengenai variasi resistivitas
secara lateral. Setiap titik yang telah ditentukan pada areal tersebut diukur dengan

17
spasi elektroda yang tetap, kemudian dibuat kontur untuk setiap spasi elektroda yang
dilakukan. Konfigurasi yang digunakan dalam pengukuran ini adalah Pole-Pole,
Dipole-dipole,Wenner.
Prosedur resistivity-mapping:
1. Tentukan konfigurasi elektroda dan spasi elektroda satuan yang digunakan.
2. Ditentukan satu lintasan pengukuran.
3. Pengukuran dilakukan pada satu titik dalam lintasan.
4. Seluruh konfigurasi elektroda dipindahkan untuk pengukuran pada titik
berikutnya.
5. Plot resistivitas-semu sebagai fungsi posisi titik ukur (jarak pada lintasan).

 Geolistrik sounding
Cara ini digunakan untuk mengetahui distribusi harga resistivas di bawah suatu
titik sounding di permukaan bumi. Untuk satu titik sounding spasi elektroda
diperbesar secara gradual (bergantung pada jenis konfigurasi yang digunakan),
kemudian hasil pengukurannya di plot pada grafik bilog untuk mendapatkan kurva
lapangan. Konfigurasi yang digunakan dalam pengukuran ini adalah: Wenner dan
Schlumberger.
Prosedur resistivity-sounding:
1. Tentukan konfigurasi elektroda dan spasi elektroda satuan yg digunakan.
2. Ditentukan satu lintasan pengukuran.
3. Pengukuran dilakukan pada satu titik dalam lintasan.
4. Jarak elektroda diubah untuk pengukuran pada titik yang sama.
5. Plot resistivitas semu sebagai fungsi posisi titik ukur (jarak pada lintasan).

2.4 Tahap Interpretasi

 Interpretasi Lapangan

 Penentuan bentangan maksimal


 Penentuan tipe kurva lapangan

Terdapat 4 tipe kurva lapangan seperti yang ditunjukkan dalam gb. 4 berikut:

18
Gambar 11. Empat tipe kurva lapangan

Dimana:

tipe A :

tipe Q :

tipe K :

tipe H :

 Interpretasi Pendahuluan

Tahapan ini dilakukan untuk menentukan harga resistivitas masing-masing


lapisan dengan menggunakan kurva standar dan kurva bantu (Curve matching partial).
Cocokkan untuk segmen kurva yang berspasi pendek dengan kurva standar dua lapis.
Setelah cocok, kedudukan pusat koordinat kurva standar pada kertas grafik lapangan
akan memberikan d1 dan ρ 1 . Dengan menggunakan harga perbandingan ρ ρ 1 2 yang
terbaca pada kurva yang cocok ρ 2 dapat ditentukan. Untuk menginterpretasi segmen-
segmen kurva selanjutnya, gabung lapisan-lapisan sebelumnya yang sudah diketahui
harga resistivitas dan kedalamannya menjadi satu lapisan fiktif yang mempunyai
resistivitas ρ f 0 dan d f 0 yang masing-masing dapat ditentukan sebagai berikut :
 Letakkan kurva lapangan di atas kurva bantu yang sesuai dengan tipenya hingga pusat
koordinat kurva bantu terletak pada koordinat (d,f) pada kertas grafik lapangan.
 Tentukan kedudukan (d , ) f 0 f 0 ρ yang sesuai dengan perbandingan resistivitas
kedua lapisan yang digabung (berupa garis).

19
 Cocokkan segmen kurva berikutnya dengan kurva standar dengan syarat pusat
koordinat kurva standar harus selalu berada pada tempat kedudukan (d ) f 0 f 0 ,ρ
sehingga setelah ada yang cocok, d f 0 dan ρ f 0 dapat ditentukan. Dalam hal ini
perbandingan ρ ρ 1 2yang terbaca pada kurva standar yang cocok merupakan
perbandingan ρ ρ 3 f 0 . Dengan demikian ρ 3 dapat ditentukan.
 Jika jumlah lapisan lebih dari tiga, ulanglah cara tersebut di atas untuk meneruskan
pencocokan segmen-segmen berikutnya.

 Interpretasi Tahap Akhir

Pada tahap ini hasil interpretasi pendahuluan harus dikonfirmasikan dengan data
lainnya misalnya data geologi.

2.5 Prediksi Kedalaman Target


Setiap konfigurasi memiliki target kedalaman yang berbeda-beda meskipun
jarak antar elaktrodanya sama. Prediksi jangkauan kedalaman ini penting karena untuk
menyesuaikan metode yang akan digunakan pada saat survey. Loke (2004) membuat
tabel hubungan antara jarak elektroda (a), panjang lintasan (L),dan jangkauan
kedalaman rata-rata (Ze). Meskipun pada saat melakukan dilapangan hasilnya berbeda
dengan prediksi tapi dengan memperkirakan target kedelaman akan memudahkan pada
saat survey sebenarnya. Tabel 1. merupakan tabel kedalaman rata-rata.
Cara memprediksi jangkauan kedalaman seperti berikut : misalkan survey yang
digunakan adalah wenner alpha. Spasi antara elektroda maksimum 10 m (a=10) maka
panjang lintasan survey adalah 300 m (L=300 m). Dengan menggunakan tabel 1 dan
melihat konfigurasi wenner alpha maka akan diketahui perkiraan kedalaman yang akan
didapat 300 x 0,173 = 51,9 m. Contoh lain untuk konfigurasi dipole-dipole. Jarak spasi
antar elektroda adalah 10 m dan faktor n yang digunakan adalah 6 maka panjang
lintasanya adalah 80 m. Dengan menggunakan tabel 1 dan melihat konfigurasi dipole-
dipole untuk n = 6 maka perkiraan jangkauan kedalamanya adalah 80×2,16= 17 m .

20
Tabel 1.kedalaman rata-rata

2.6 Sensitifitas Vertikal Dan Horizontal Untuk Beberapa Konfigurasi Elektroda

 Wenner alpha

Susunan elektroda untuk konfigurasi wenner seperti pada gambar alpha 1a. . Susunan
elektroda wenner alpha adalah C1-C2-P1-P2. Wenner alpah memiliki nilai sensitifitas paling
besar dibawah pusat konfigurasi seperti pada gambar 2a.. Oleh sebab itu konfigurasi ini
sensitif terhadap perubahan vertikal dan kurang sensitif terhadap perubahan horizontal.

Faktor geometri wenner alpha sehingga memiliki sinyal yang kuat dan cocok

digunakan untuk daerah yang memiliki noise yang tinggi. Dibawah permukaan antara C1 –
P1 dan C2 – P2 memiliki nilai negatif . Oleh sebab itu apabila target memiliki nilai
resistivitas yang tinggi dibandingkan dengan daerah sekitar maka perhitungan resistivitas
semunya akan turun. Atau disebut dengan anomali inversi.

21
 Wenner beta

Wenner beta memiliki konfigurasi elektroda C2-C1-P2-P1 dengan jarak antar


elektroda sebesar “a”. susunan elektroda untuk wenner beta sama dengan dipole-dipole. Yang

membedakan adalah tidak adak faktor rasio (n). Faktor geometri wenner beta adalah

. Diantara kelebihan wenner beta adalah lebih sensitif terhadap perubahan horizon

dibandingkan wenner alpha.

 Wenner gamma

konfigurasi wenner gamma adalah C1-P1-C2-P2 jarak antar elektroda dadalah a.

Faktor geometri konfigurasi ini adalah . Konfigurasi ini jarang digunakan

karena tidak memberikan hasil yang baik baik secara vertikal maupun horizontal<.

22
Gambar 12. Sensitifitas konfigurasi wener

 Dipole dipole

Susunan elektroda konfigurasi dipole-dipole adalah C2 – C1 – P2 – P1. Spasi


antara elektroda sejauh “a”. Namun berbeda dengan konfigurasi wenner beta jarak
antara C1 dengan P2 memiliki faktor rasio (n) jadi jarak antara C1 – P2 adalah na. “n”
memiliki nilai dari 1-6 tergantung kedalaman yang diinginkan dan tujuan dari target.
Gambar 13 merupakan sensitifitas untuk konfigurasi dipole-dipole. Nilai sensitifitas
terbesar berada di antara elektroda C1-C2 dan P1-P2. oleh sebab itu konfigurasi ini
memiliki sensifitas yang tinggi kearah horizontal sedangkan nilai sensitifitas kearah
vertikal sedang. Untuk menghasilkan target yang dalam caranya adalah dengan
memperbanyak jumlah n. namun, semakin banyak n maka sinyal yang ditangkap
rendah sehingga nilai sensitifitas menurun. Cara yang lain untuk menghasilkan target
yang dalam adalah dengan memaksimalkan nilai a. metode ini sangat cocok untuk
survey mapping horizontal seperti dyke ataupun rongga yang dangkal.

23
Gambar 13. Sensitifitas konfigurasi dipole-dipole

 Wenner schlumberger

Wenner schlumberger merupakan metode gabungan antara konfigurasi wenner


dan schlumberger.Schlumberger merupakan konfigurasi elektroda metode geolistrik
yang sudah umum digunakan untuk sounding atau kedalaman. Konfigurasi elektroda
untuk metode ini adalah C1 – P1 – P2- C2. jarak elektroda antara C1-P1 dan P2-C2
adalah na sedangkan jarak antara P1-P2 adalah a. faktor geometri konfigurasi ini adalah

Gambar 14 menunjukan pola sensitifitas untuk konfigurasi ini. pada saat n meningkat
dari n=1 (sama seperti konfigurasi wenner) menjadi 6 (konfigurasi schlumberger) nilai
sensitifitas positif berada di tengah tengah susunan elektroda. Pada saat jumlah n

24
meningkat pola sensitifitas positif yang tinggi berada dibawah P1 – P2 menjadi
menyebar mendekati C1 – C2 . metode ini tidak terlalu sensitif terhadap perubahan
horizontal oleh sebab itu baik digunakan untuk survey kedalaman. Metode ini dapat
digunakan untuk survey bidang gelincir, sungai bawah tanah dan geoteknik.

25
Gambar 14. Sensitifitas konfigurasi wenner schlumberger

Sumber : Loke, 2004, Tutorial : 2-D and 3-D electrical imaging survey

26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Geolistrik tahanan jenis (resistivitas) adalah salah satu metode geofisika aktif
yang menggunakan sumber buatan dengan menginjeksikan listrik melalui
elektroda kedalam bumi, untuk mengetahui persebaran resistivitas bawah
permukaan yang akan di interpretasi untuk menentukan informasi geologi
bawah permukaan.
2. listrik ke dalamnya. Arus listrik ini dapat berasal dari alam itu sendiri akibat
terjadinya ketidakseimbangan ataupun arus listrik yang sengaja dimasukkan ke
dalamnya.
3. konfigurasi elektroda yang digunakan dalam metode geolistrik resistivitas
antara lain:
 Konfigurasi Schumberger
 Konfigurasi Wenner
 Konfigurasi Dipole – dipole

3.2 Saran

Diharapkan bagi para pembaca atau bagi yang ingin meneliti dan mempelajari lebih
lanjut tentang metode-metode geofisika dimana dalam makalah ini membahas geolistrik
resistivitas, disarankan untuk mempelajari terlebih dahulu tentang konsep -
konsep geolistrik.

27
DAFTAR PUSTAKA

Hendrajaya, L. & Arif, I. 1990. Geolistrik Tahanan Jenis.Monografi: Metoda


Eksplorasi. Laboratorium Fisika Bumi. ITB,Bandung.
Kaderie, Almuhran. 1990. Analisis Nilai Resistivitas Batuan dengan Sisitem
Schlumberger Di Daerah Air Tawar dan air Asin.
http://aryanto.blog.uns.ac.id/files/2010/03/image013-300×156.png (Tanggal akses 08
Maret 2017).
http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/bulkis%20.7.(1).pdf

28

You might also like