You are on page 1of 8
KLASIFIKASI BATUAN SEDIMEN CAMPURAN KARBONAT DAN SILISIKLASTIK (Ulasan Terhadap Klasifikasi Jeffrey Mount, 1985) Sugeng Sapto Suryono” ABSTRACT In the nature there is a possibility to mix carbonate and siliciclastic components. Jeffrey Mount made a certain classification of a mix carbonate and siliciclastic. By identification and counting the mixing lithologic component such as siliciclastic sand, mud. allochem and micrit the 8 mixing sedimens namely; allochemic sandstone, micritic sandstone, allochemic mudrock, micritic mudrock, sandy allochem limestone, sandy micrite, muddy allochem limestone and muddy micrite, can be found. This descriptive classification (avoid genetic interpretation) is only ended in naming the lithology. Interpretation on genesis must be supported by other sediment characters due to different on tydrodynamic mechanism of carbonate and siliciclastic sediment particles PENDAHULUAN Pada umumnya para penulis memisahkan batuan sedimen menjadi dua kelompok besar, yaitu batuan sedimen silisiklastik dan batuan sedimen karbonat. Pemisahan batuan sedimen yang cenderung menarik garis tegas diantara keduanya ini seolah-olah_meng- isyaratkan bahwa batuan sedimen Karena proses pembentukannya hanya terpisah menjadi dua bagian besar tersebut. Pada kenyatannya di tempat-tempat ter- tentu banyak dijumpai adanya batuan silisiklastik yang bercampur dengan batuan karbonat (Gambar 1). Fakta ini telah mendorong Jeffrey Mount untuk mempelajari mekanisme terbentuknya dan mencoba untuk membuat klasifikasi sebagai suatu klasifikasi tersendiri Sampai saat ini masih sedikit klasifikasi yang. ‘membahas mengenai batuan sedimen campuran tersebut. Klasifikasi yang sering dijumpai biasanya terbatas untuk satu jenis batuan sedimen yang dianggap muri, sementara bila ada campuran material sedimen lain yang lebih dari 10 % cenderung tidak dimasukkan sebagai faktor klasifikasi, hanya pada penamaan umumnya dijadikan sebagai keterangan, misalnya sandy limestone (batugamping pasiran), calcareous sandstone (batupasir karbonatan). Dalam makalahnya, Mount (1984 dan 1985) mengetengahkan kenyataan mengenai keberadaan batuan sedimen campuran dan memperkenalkan Klasifikasinya, Pada aplikasinya klasifikasi ini masih, terbatas pemakaiannya dan belum banyak dipopulerkan sebagaimana klasifikesi untuk batuan sedimen muri seperti klasifikasi batuan_ silisiklastik menurut Dott (1964), Pettijohn (1957), Wentworth (1922c) atau Klasifikasi karbonat (muri) oleh Grabau (1904), Folk (1962) atau Dunham (1962) (vide Pettijohn,1975. dan Tucker, 1991), Sugeng Sapto Suryono, ST. KEBERADAAN BATUAN SEDIMEN CAMPURAN Menurat Mount (1984), ada 4 kemungkinan tefjadinya proses percampuran batuan sedimen silisiklastik dengan batuan karbonat di lingkungan paparan (shelf) yaitu campuran sela (punctuated mixing), percampuran fasies (fasies_ mixing), percampuran in situ (in situ mixing) dan percampuran batuan induk (source mixing), likat gambar 1 Campuran sela terjadi karena adanya peristiwa aus badai secara sporadis dan besar yang mengendap- kan suatu jenis batuan sedimen dati suatu lingkungan ke dalam Jingkungan:pengendapan batwan yang lain dalam jumlah yang cukup banyak, misalnya ada arus badai yang secara cepat memindahkan endapan silisiklastik dekat garis pantai _menuju lingkungan yang lebih dalam tempat terbentuknya batuan karbonat. Campuran fasies terjadi mengikuti_hukum Walther, yaitu perubahan stratigrafii secara vertikal akan dijumpai juga secara lateral. Bila secara lateral terjadi perubahan yang gradual dari batuan karbonat menjadi silisiktastik, maka secara vertikal perubahan tersebut juga akan dijumpai. Campuran fasies ini sangat mungkin terjadi di daerah perbatasan terumbu depan (fore-reef), terambu belakang (back-reef) dan lingkungan antar terumbu (inter-reef). Kemungkinan perubahan fasies terjadi juga di sayap paparan terumbu dimana dataran pantai dan silisiklastik dekat garis pantai saling menjari dengan karbonat subtidal yang lebih dalam, dan perubahan fasies di daerah gumuk pantai dengan dataran pasang surut (ridal flat) dimana karbonat_ menerima pasokan material, silisiklastik dari eolian. josen Jucusan Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM 22 MEDIA TEKNIK No.2 Tahun XXII Edisi Mei 2000 No.ISSN 0216-3012 A, Campuran sela pada sekitar batuan dasar karbonat Transportasi kearah darat berupa se- dimen Karbonat sclama badai utama, ‘membentuk cuping, ef0si terumbu Pemindatan lumpur darat dan karbo- nat kedalam dataran pasang_ surut oleh ombak badai dan gelombang Transportasi sedimen siisiklastk dari daerah pantai atau dataran_pasang surut ke tempat yang lebih dalam oleh air surut semi badai, angin dsb B. Camporan fasies pada batuan dasar karbonat Percampuran terjadi sepanjang batas terumbu dan lereng di lingkungan semi pasang surut terumbu dalam, erumbu belakang atau terumbu antara sabuk depan \ C. Campuran in situ pada batuan dasar karbonat Percampuran teradi di zona sempit siisiklastkddataran sang surut dekat pantai dengan arora daerah.pasang suru yang Tein dalam, eutama dikontol oleh ans jars pala dan / eid es esta Pengatuh dari detrital. silisklastik colian semi pasang surut dan kar- bbonat pasang surut ‘Pengendapan semen karbonat, penyu- ssunan material algae dan akumulasi allochem dan mud in situ di daerah semi pasang surut yang dominan de- gan silisiklastik Gambar |. Contoh proses percampuran batuan sedimen silisklastik yang mempengaruhi batuan dasar karbonat (diambil dari Mount, 1988). Campuran in sits terjadi pada kebanyakan lingkungan paparan (shelf) siisiklastik yang secara menerus juga menghasilkan sedimen karbonat. Sedimen Karbonat ini merupakan sedimen autochron dan paraoutochton dati organisme _karbonatan. ‘Campuran ini biasa terjadi di lingkungan semi pasang surut (subtidal) dimana kandungan lumpur dari datat cukup dominan. Sementara itu campuran batuan induk terjadi pada situasi yang sangat jarang terjadi di alam, yaitu bila terjadi pengangkatan batuan karbonat yang selanjutnya diangkut dan diendapkan pada lingkungan yang dominan batuan silisiklastik. Pada kenyatannya erosi dan pelarotan batuan karbonat jarang yang ‘menghasilkan butiran, dan bila menghasilkan butiran biasanya langsung larut selama transportasi karena tingkat resistensinya yang rendah. Jadi meskipun secara teoritis percampuran ini dapat terjadi, namun fakta yang didapatkan sangat jarang dijumpai. METODE KLASIFIKAST Untuk memahami klasifikasi mengenai batuan sedimen campuran ini Mount mengisyaratkan supaya terlebih dahuln mengerti dan paham secara baik proses percampuran sebagaimana disinggung di atas. ‘Ada hal yang perlu untuk dihindaci dalam ‘melaksanakan Klasifikasi ini yaitu usaha interpretasi MEDIA TEKNIK No.2 Tahun XXII Edisi Mei 2000 No.ISSN 0216-3012 23 untuk mengkaitkan genesa ke dalam klasifikasinya. Mencampur adukkan deskriptif dengan kriteria genetik untuk menyusun klasifikasi batuan sedimen ‘campuran karbonat dan silisklastik merupakan_ tahap permasalahan tersendiri. Ada beberapa sebab me- ngapa sedimen silisiklastik dan karbonat secara komposisi dan kedewasaan tekstur tidak bisa untuk disejajarkan, yaitu : (1) Klastika karbonat dapat dihasilkan baik dari ekstrabasinal maupun dari intrabasinal, (2) ada perbedaan hidrolika transportasi antara silisiklastik dan karbonat, (3) adanya perbedaan yang nyata pada proses diagenesa antara keduanya, Sebefum melakukan klasifikasi batuan sedimen campuran ini, Mount (1985) menekankan bahwa tujuan dari klasifikasi adalah menempatkan suatu batuan ke dalam kelompoknya secara tepat dan obyektif dengan menghindarkan interpretasi asal usul batuan, sehingga yang ditonjolkan pada klasifikasi ini adalah deskriptif batuan secara obyektif. Menurut Mount, batuan sedimen campuran yang ada sekarang baik yang terbentuk sekarang maupun sedimen purba tersusun atas 4 komponen utama yaitu : (1) pasir silisiklastik (kuarsa, feldspar dll yang berukuran pasir), (2) lumpur/mud (campuran lanau dan lempung), (3) allockem (butiran karbonat seperti peloid, ocid, bioklas dengan ukuran > 20 jim), dan (4) fumpur karbonat atau mikrit (ukuran < 20 um). Apabila ke-4 komponen ini disusun dalam suatu bentuk tetrahedral maka akan didapatkan 8 sub kelas batuan sedimen campuran yaitu allochemic sandstone (batupasir berallochem), micritic sandstone (batupasir bermikrit), allochemic —mudrock —_(batulumpur berallochem), —micritic — mudrock —_ (batulumpur bermikrit), sandy allochem limestone (batugamping allochem pasiran), sandy micrite (mikrit pasiran), muddy allochem limestone (batugamping allochem lumpuran) dan muddy micrite (mikrit lumpuran), Posisi batuan sedimen campuran tersebut pada klasifikasi sistem tetrahedral Mount (1985) dapat dilihat pada gambar 2. Terlihat disini bahwa Mount (1985) membagi komponen penyusun batuan sedimen campuran hanya berdasarkan Kondisi obyektif yang teramati pada batuan dengan tidak ~— memberikan _ilustrasi kemungkinan asal dari Komponen penyusun batuan tersebut yang justru akan menyeret pada interpretasi genesa batuan. Dengan pendekatan yang serupa Zuffa (1980) membagi 4 kelompok untuk batuan campuran arenit, yaitu 1) non karbonat extrabasinal 2) karbonat ekstrabasinal 3) non karbonat intrabasinal 4) karbonat intrabasinal. Disini kita lihae bahwa pendekatan yang dilakukan oleh Zaffa sudah berkecenderungan untuk interpretasi asal usul butiran sebelum pada klasifikasi, sementara Mount (1985) cenderung ke deskriptif butiran/komponen penyusunnya dengan menghindar- kan asal usul dari butiran tersebut. Sebagaimana dasar Klasifikasi yang digunakan oleh peneliti terdahulu, Mount’ menggunakan terminologi tekstur dan komposisi sebagai dasar Klasifikasinya, Hal ini juga dilandasi kenyataan bahwa literatur yang menerangkan mengenai batuan sedimen campuran modern dan purba umumnya menggunakan terminologi tekstur dan komposisi (sebagai contoh dapat dilihat klasifikasi Grabau, Folk dan Dunham dalam Tucker, 1991 dan Pettijohn, 1975). Untuk itu perlu dipahami lebih jauh mengenai komponen silisiklastik dan komponen karbonat yang menjadi Penyusun sedimen campuran ini sebelum lebih jauh membahas bagaimana klasifikasi dengan tetrahedra seperti gambar 2 Komponen silisiklastik Komponen silisiklastik yang umum_ dijumpai pada sedimen campuran adalah yang berukuran pasir sampai dengan lempung (<= 2 mm). Pada klasifikasi yang tersedia, komponen pasir meliputi semua jenis kuarsa, feldspar, silika yang lain dan mineral berat yang mempunyai diameter antara 0,0625 — 2 mm. Dengan cara ini maka pasir mewakili terminologi tekstur yaitu ukuran butir dan komposisi. Ukuran butir yang lebih kecil dari 0,0625 bisa bertingkat mulai pasir halus ~ lempung (clay), yang dalam klasifikasi ini oleh Mount dianggap sebagai satu spektrum yaitu mud. Komponen karbonat Untuk menghindari kerancuan dengan ter- minologi pada batuan silisiklastik, pasir dan lempung (sand and clay) tidak dipakai sebagai determinasi tekstur pada batuan karbonat. Dalam hal ini Mount (1985) lebih cenderung mengadopsi terminologi yang digunakan oleh Folk (1962, 1974), dengan memakai terminologi allochem untuk butiran yang diasumsikan setara dengan sand, dan terminologi mikrit yang disetarakan dengan mud. Cara ini diambil selain lebih mudah karena klasifikasinya mirip dengan silisiklastik juga terhindar dari interpretasi pada kriteria genetik seperti klasifikasi Dunham. Pada klasifikasinya, Folk (1962) membagi karbonat menjadi 3 komponen utama allochem, mikrokristalin ooze dan semen sparit. Allochem adalah komponen intrabasinal — yang meliputi ooid, intraklas, bioklas dan peloid. Allochem. menurut beberapa penulis biasanya berukuran pasir halus atan lebih besar, sementara mikrit mengandung, lumpur karbonat dengan butiran tidak lebih dari 1-4 24 MEDIA TEKNIK No.2 Tahun XXII Edisi Mei 2000 No.ISSN 0216-3012

You might also like