You are on page 1of 79

1) Model, Konsep & Teori

Keperawatan Jiwa dan Psikodinamika


Gangguan Jiwa serta Interprofessional
Education & Collaborative Practice

2) Konsep diri, Stress-Adaptasi, Sehat-


Sakit Jiwa

Prof. Achir Yani S.Hamid, MN, DNSc


================================================
Model, Konsep & Teori
Keperawatan Jiwa dan
Psikodinamika Gangguan Jiwa
Manusia

Keperawatan Kesehatan

Lingkungan

1) Prinsip & hukum yang mengatur proses kehidpan, kesejahteraan, dan fungsi
optimal manusia, sakit atau sehat; 2) pola perilaku manusia dalam interaksi
dengan lingkungan dalam peristiwa kehidupan normal dan situasi kehidupan
kritis; 3) proses di mana perubahan positif pada status kesehatan dipengaruhi
2) (Whall & Fawcell, 1991)
Model Psikodinamika Gangguan Jiwa

• Psikoanalitik • Suportif
• Interpersonal/ • Perilaku
Komunikasi • Medis
• Sosial • Teori Keluarga
• Eksitensial • Keperawatan
Model Psikoanalitik
• Sigmund Freud
• Hakekat sifat manusia
• Observasi obyektif perilaku manusia
• Struktur mental/jiwa: id, ego, superego
• Mekanisme pertahanan ego
• Tingkat alam tidak sadar tentang fungsi
jiwa/mental
Model Psikoanalitik
Pandangan tentang Perilaku Menyimpang
• Tiap tahap perkembangan terdapat tugas yang harus
diselesaikan
• Distorsi hubungan ibu-anak
• Gejala neurotik timbul ketika begitu banyak energi yang
digunakan untuk mengendalikan ansietas yang mengganggu
kemampuan individu untuk berfungsi.
• Menanggung beban konflik masa kanak kanak dan
mempengaruhi kehidupan dewasa oleh pengalaman masa
kanak kanak tsb.
• Gejala sebagai akibat upaya mengatasi ansietas dan
berhubungan dengan konflik yang tidak diselesaikan/
dituntaskan
Model Psikoanalitik
Komponen Kepribadian menurut Freud
ID
Keinginan internal
Perilaku mencari kesenangan
Agresi
Rangsangan Seksual
SUPER EGO
Moral
Etika
Nilai
Parental
EGO
Mature – Perilaku Adaptif
Model Psikoanalitik: Proses Terapeutik
• Berdasarkan keyakinan bahwa gangguan perilaku
berhubungan dengan pengalaman masa kanak kanak
yg menimbulkan ansietas direpresikan ke alam tidak
sadar dan tidak
• Menggunakan asosiasi bebas (verbalisasi pikiran
tanpa ditapis)
• Mencari pola yang secara tidak sadar dihindari
• Area berkonflik diidentifikasi sebagai resistens.
• Mengelola transferens secara positif versus counter
transference
Model Psikoanalitik:
Peran Pasien dan Terapis
• Pasien sbg partisipan aktif dan secara bebas
mengeluarkan semua pikiran dan menguraikan
semua mimpinya
• Memapu memandang terapis secara realistik
• Terapis sebagai bayangan seseorang
• Interpretasi mimpi
• Ringkasan respons verbal & mencegah
mengganggu alur asosiatif
• Respons Non verbal tidak mempengaruhi pasien
Model Interpersonal/ Komunikasi

• Sullivan, Satir, Peplau


• Mengurangi gejala
• Meningkatkan fungsi sosial
Model Interpersonal:
Pandangan tentang Penyimpangan Perilaku
• Menekankan pada pengalaman interpersonal dan sosial
• Timbul ansietas dan dialami secara interpersonal
• Rasa takut yang sangat mendasar adalah takut ditolak
• Melacak kemajuan perkembangan psikologis
• Perilaku berasas dari: kepuasan dan rasa aman
• Gangguan jiwa disebabkan karena kepuasan dan rasa
aman yang tidak terpenuhi
• Komponen: tuntutan fisiologis dan kondisi
interpersonal
Interpersonal Model: Proses Terapeutik

• Memfokuskan pada “di sini dan saat ini” ("here


and now”)
• Menggunakan penggalian dan tehnik perubahan
perilaku
• Mendorong ekspresi afek
• Mengidentifikasi masalah interpersonal
• Mengkoreksi pengalaman interpersonal melalui
hubungan yang sehat dengan terapis
Interpersonal Model: Proses Terapeutik

• Mendorong pengembangan rasa percaya


• Proses reedukasi
• Membantu mengembangkan cara
berhubungan yang adaptif pada orang lain
yang mengalami berduka, kebingungan
peran, transisi peran, dan defisit
interpersonal
Model Interpersonal: Peran Pasien & Terapis
Pasien dan perawat sebagai mitra dalam terapi
interpersonal
• Berbagi kepedulian dengan terapis
• Kemampuan berhubungan, pengalaman hidup
dengan orang lain di luar situasi terapeutik.
• Berpartisipasi penuh dalam hubungan
Terapis:
• Observer participant
• Membina rasa percaya dan empati
• Menerima tanpa mengeritik
• Melayani sebagai hubungan interpersonal adaptif
Model Sosial

• Szasz, Caplan
• Teori Kultural dan Lingkungan
Model Sosial:
Pandangan tentang Penyimpangan Perilaku

• Faktor sosial dan lingkungan menimbulkan


stres yang menyebabkan ansietas dan
gejala.
• Perilaku menyimpang yang tidak dapat
diterima secara sosial
Model Sosial: Proses Terapeutik

• Pasien membantu mengatasi


sistem sosial
• Mungkin menggunakan tindakan
krisis, manipulasi lingkungan, dan
dukungan sosial
Model Sosial:
Peran Pasien & Terapis

• Pasien menampilkan masalah pada


terapis, bekerja dengan terapis dan
menggunakan sumber komunitas.
• Terapi menggali sistem sosial pasien
dan sumber yang tersedia
Model Eksistensial

• Perls,
• Glasser,
• Ellis,
• Frankl
Model Eksistensial
Pandangan tentang Penyimpangan Perilaku

• Kehidupan bermakna ketika seseorang


dapat secara penuh mengalami dan
menerima diri sendiri.
• Diri sendiri dapat dialami melalui
hubungan terapeutik dengan orang lain
Model Eksistensial:
Proses Terapeutik

• Individu dibantu untuk mengalami otentisitas


dalam berhubungan
• Terapi seringkali dilakukan dalam kelompok
• Pasien didorong untuk menerima diri dan
tanggungjawab mengendalikan perilaku
Model Eksistensial:
Peran Pasien & Terapis

• Pasien berpartisipasi dalam pengalaman


yang bermakna untuk belajar tentang diri
sendiri yang sebenarnya.
• Terapis membantu pasien mengenal nilai
dirinya, mengklarifikasi realitas dari suatu
situasi, dan mengeksplor perasaan
Model Terapi Suportif:
Pandangan tentang Penyimpangan Perilaku

• Masalah diakibatkan oleh faktor


biospsikososial.
• Menekankan pada respons
koping maladaptif.
Model Terapi Suportif:
Proses Terapeutik

• Uji realitas dan peningkatan harga


diri
• Dukungan sosial diidentifikasi dan
respons koping adaptif ditingkatkan
Model Terapi Suportif:
Peran Pasien & Terapis

• Pasien secara aktif terlibat dalam


tritmen
• Terapis bersikap hangat, berempati
dan bekerjasama dengan pasien
Model Teori Keluarga:
Pandangan tentang Penyimpangan Perilaku

• Anak diasumsikan dibesarkan dalam suasana yang


tidak bahagia dan penuh ketegangan, mungkin
tidak tampak pada orang lain bahkan bagi anggota
keluarga sendiri.
• Keluarga mencoba untuk menekan
ketidakbahagiaan, mengakibatkan ketidakpekaan
psikologis. Namun tidak ada bukti bahwa situasi
ini penyebab skizofrenia.
Model Teori Keluarga:
Pandangan tentang Penyimpangan Perilaku
• Pola keluarga:
1) Pesan ganda (double bind) (anak dipaksa untuk
membuat pilihan antara dua persepsi yang tidak masuk
akal sehingga menimbulkan kebingungan, ansietas dan
takut pd anak;
2) Masalah perkawinan antara orang tua bahwa anak
diminta untuk mendukung salah satu orang tua melawan
yang lainnya sehingga menimbulkan rasa bersalah;
3) Pola komunikasi emosi diekspresikan secara destruktif
antara ke dua orang tua, dan salah satu orang tua lebih
dominan dan otoriter .
Model Teori Keluarga:
Proses Terapeutik

• Menjadi bagian dari keluarga sebagai


sistem unit sosial yang utuh
• Psikoedukasi keluarga
• Terapi Triangulasi
Model Teori Keluarga:
Peran Pasien dan Terapis

• Berdasarkan prinsip tindakan terapeutik


keluarga
• Mengembalikan peran dan fungsi
keluarga membangun keluarga yang
tangguh
Model Medik

• Frances,
• Spitzer
Model Medik
Pandangan tentang Penyimpangan Perilaku

• Gangguan perilaku sebagai akibat


dari penyakit biologis
• Gejala sebagai akibat dari
kombinasi faktor fisiologis,
genetik, lingkungan dan sosial.
Model Medik: Proses Terapeutik

• Tritmen terkait dengan diagnosis


dan meliputi terapi somatik dan
berbagai tehnik interpersonal
• Pendekatan tritmen disesuaikan
tergantung pada respons
simptomatis
Model Medik
Peran Pasien & Terapis

• Pasien patuh pada terapi dan


melaporkan pengaruh terapi kepada
terapis
• Penyakit yang didiagnosis oleh terapis
dan meresepkan pendekatan
terapeutik.
Model Keperawatan
• Orem: Pasien mempunyai kapasitas untuk merawat dirinya
sendiri dan keperawatan mengidentifikasi dan memenuhi
defisit asuhan
• Roy: Pasien adalah sistem terbuka yang adaptif terhadap
stimulus lingkungan internal dan eksternal, dan keperawatan
menolong pasien untuk beradaptasi terhadap lingkungan agar
adaptif serta mempertahankan keseimbangan/homeostasis
• Henderson: Pasien memiliki kebutuhan dasar manusia yang
memotivasi pemenuhan kebutuhan mereka, dan interaksi
perawat-pasien dengan mempertimbangkan lingkungan
perawat dan pasien untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Interprofessional Education
and Collaborative Practice
“Excellent patient/client care
cannot be achieved by a single
care provider, but rather requires
the expertise and unique abilities
of all care providers”
(Norsen, 1995)
Mengapa Inter-professional
Education and Collaborative Practice
• Masalah kesehatan makin kompleks
• Sistem Pelayanan Kesehatan belum
memberikan hak dan apa yang dibutuhkan
• Memberikan pelayanan kesehatan dengan
hasil yang optimal bagi klien
• IPE dan CP dipandang sebagai satu
mekanisme untuk mencapai tujuan tersebut
Reformasi Kesehatan di Indonesia:
• Legislasi dan Hak Azasi Manusia memperoleh
1 pelayanan kesehatan

• Asuransi kesehatan bagi masyarakat luas


2

• Desentralisasi dan otoritas daerah


3

• Profesionalisme pada tiap tatanan, termasuk


4 pelayanan kesehatan di masyarakat
Reformasi Kesehatan di Indonesia ……:

• Kesinambungan pelayanan kesehatan


1

• Partisipasi aktif masyarakat membangun


2 lingkungan yang sehat

• Merespons penyakit yang muncul kembali atau


3 penyakit baru

• Mendekatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,


4 terjangkau dan merata
Setelah 50 tahun WHO dan WHO & Mitra mengakui
Mitra mendapatkan kolaborasi interprofesional
evidence yang menunjukkan dalam pendidikan dan praktik
pendidikan interprofessional sebagai strategi inovatif yang
yang efektif memungkinkan berperan penting untuk
praktik kolaboratif yang menyelesaikan krisis SDM
efektif Kesehatan secara global
Pendidikan Interprofessional dan
Praktik Kolaboratif (WHO, 2010)
• dua profesi atau lebih saling
Pendidikan belajar tentang, dari dan dengan
inter- satu sama lain untuk
professional memungkinkan kolaborasi efektif
dan meningkatkan health outcome

• semua individu dengan


pengetahuan dan/atau
Tenaga keterampilan mengkontribusi pada
professional kesejahteraan fisik, mental dan
sosial masyarakat
Pendidikan Interprofessional dan
Praktik Kolaboratif (WHO, 2010)

• Tenaga kesehatan dari berbagai


profesi memberikan pelayanan
Praktik komprehensif bekerjasama dengan
Kolaboratif pasien, keluarga, kader kesehatan dan
komunitas untuk memberikan asuhan
lintas tatanan bermutu tinggi

• Klinik dan non klinik yang


Praktik berhubungan dengan kegiatan
mendiagnosis, tritmen, surveilans,
komunikasi kesehatan, manajemen
dan sanitasi
Apa Praktik Kolaboratif dan Terpadu
• Telah belajar bagaimana bekerja dalam tim
interprofessional dan memiliki kompetensi
1 untuk melakukannya

• Terjadi jika tenaga kesehatan dari berbagai


latarbelakang profesi bekerjasama dengan
pasien, keluarga, pelaku rawat (care giver) dan
2 komunitas untuk memberikan asuhan
berkualitas tinggi

• Memungkinkan pekerja kesehatan yang


memiliki kompetensi dapat mencapai tujuan
3 kesehatan lokal
Kendala Menjadi Dasar Isu dalam Hubungan
Interprofessional yang Kolaboratif
1 Kompetisi Bersaing untuk menentukan posisi
keterlibatan dalam tim
2 Tidak ada Alat atau proses yang tidak memadai untuk
struktur mengintegrasikan kegiatan inter dan intra
disiplin, termasuk manajemen asuhan dan
komunikasi
3 Tidak ada rasa Kesalahpahaman tentang kompetensi dan area berbagi
percaya kepakaran
4 Tidak ada sistem Tidak ada insentif dalam lingkungan kerja untuk
pendukung mempertahankan kerja tim. Dukungan sistem harus berorientasi
pada tim bukan individu. Meliputi dana, regulasi, komunikasi
dan sistem informasi, pendidikan dan sistem pelatihan, sistem
penghargaan dan proses penilaian, juga proses rekrutmen dan
seleksi
Paradigm Shift
Physician Centered practice to Patient Centered practice

Practitioner autonomy to Team collaboration

Focus on illness & cure to Focus on health promotion

Passive patient role to Involved patients & families

Acute, episodic care to Care for chronic conditions


Multi disiplin

Keluarga

• Kedokteran
• Keperawatan
• Kedokteran gigi
Pasien/
• Kefarmasian Klien

• Dll…
Pasien/Klien sebagai Fokus Intervensi
Hubungan Interprofessional

Kedokteran Keperawatan

Anamnesa Pengkajian
Diagnostik Medik Diagnosis keperawatan
Perencanaan & Perencanaan &
Tritmen Medik Tritmen Keperawatan

Ilmu Kedokteran Ilmu Keperawatan

UU Keperawatan
UU Praktik Kedokteran
TARGET PELAYANAN KEPERAWATAN:
RENTANG SEHAT-RISIKO-SAKIT

Sehat Risiko Sakit


TARGET PELAYANAN &
ASUHAN KEPERAWATAN SAKIT DI
RUMAH
LANSIA SAKIT

BUMIL
Dewasa Bayi
SAKIT DI
KELUARGA
SEHAT DI /
KELUARGA/ KOMUNIT
KOMUNITAS ANAK AS
Remaja
PRA SEK
RISIKO DI
Anak KELUARGA/
Kanak2 KOMUNITAS
Sekolah
rendahTingkat Asuhan dan Intervensi Keperawatan jiwa tinggi

1
Rumah Sakit
Frekuensi Khusus Biaya
kebutuhan 2 Unit Pelayanan Khusus
Di RSU dan RSUD

3 Pelayanan Kesehatan berbasis


masyarakat/komunitas (Puskesmas)

4 Integrasi pelayanan kesehatan khusus di


Puskesmas

5 Dukungan Pelayanan Kesehatan di luar sektor kesehatan


(Lembaga permasyarakatan, perkantoran, hotel, dll)

6
Asuhan mandiri dan keperawatan keluarga

tinggi Rendah
Kuantitas Pelayanan yang dibutuhkan
(Maramis A, 2005; adapted from van Ommeren, 2005)
Prinsip Etik yang Mendasari
Hubungan Interprofessional
• Berorientasi dan fokus pada kepentingan
sistem klien
• Bekerjasama Tim dalam kesetaraan
• Budaya saling melengkapi dan menghormati
keilmuan dan kepakaran
• Berkordinasi dan berkomunikasi
• Mengedepankan peran advokasi bagi sistem
klien
1 Organisasi/ Asuhan berfokus pada klien
Program Anggota tim saling menghargai dan mempercayai
Komunitas mendukung
2 ElemenPeran
Keberhasilan
Struktur Tim Praktik
yang jelas, siapa Kolaboratif
melakukan apa dengan
kompetensi yang bagai
Tujuan tim disepakati bersama
Dokter berpatisipasi setara sebagai bagian tim
3 Proses Tim Tampak proses membangun tim
Berbagi informasi menjadi norma tim
Komunikasi yang baik antar anggota tim
Pelayanan diberikan dengan kordinasi yang baik
4 Hasil Tim Kepuasan klien tinggi
Kepuasan pemberi layanan tinggi
Tujuan tim tercapai tinggi
5 Kondisi Sumber memadai
Lingkungan Anggota tim kompeten
Kepakaran diakui
Regulasi professional diberlakukan
Pendidikan dihargai dan ditingkatkan
Menciptakan Lingkungan Kolaboratif
1 Komunikasi Interaktif dan jelas antara anggota tim

2 Partisipasi Inklusif tidak eksklusif dengan saling


menghargai kompetesi
3 Kesepakatan Melihat situasi secara komprehensif dan
mencapai solusi yang dapat diterima
secara bersama

4 Kepemimpinan Saling mendukung dan mempercayai


kolektif antara anggota tim untuk berbagi
tanggungjawab dala mengkordinasikan
pelayanan/asuhan kesehatan
AKUNTABILITAS PROFESI

ETIK ORGANISASI Profesi


MKEK, KOMITE ETIK
Kode PWT INSTITUSI
Etik SANKSI ETIK

LEMBAGA DISIPLIN DISIPLIN


MKDKI
MDTK STD
SANKSI DISIPLIN PROFESI
HUKUM
PENEGAK HUKUM
Per
POLISI, JAKSA, ADVOKAT, UUan
HAKIM
SANKSI HUKUM
PIDANA, PERDATA, ADM
PENTING!!!
• Mengubah mindset (cara pandang) tentang kemitraan
dan kesetaraan
• Memfokuskan tujuan pada kepentingan penerima
pelayanan kesehatan
• Kebijakan yang mendukung peningkatan pendidikan
interprofessional dan praktik kolaboratif yang efisien
dan efektif
• Memperhatikan dan mengimplementasikan aspek
legal dan etik dalam praktik kolaboratif dengan
semangat kerja tim, namun tetap berlandaskan
keilmuan dan keahlian yang dikuasai, serta mengatur
jika terdapat sentuhan antar profesi
Konsep diri, Stress-Adaptasi,
Sehat-Sakit Jiwa
Sehat Jiwa (Stuart, 2016)

• Persepsi sesuai dengan realita


• Mampu menerima diri sendiri dan orang lain,
fokus dalam memecahkan masalah, spontan,
otonomi, mandiri, kreatif.
• Puas dengan hubungan interpersonal
• Kaya pengalaman yang bermanfaat dan
aktualisasi diri
• Menganggap hidup ini sesuatu yang indah
Rentang Sehat-Sakit Jiwa
Respon adaptif Respon Maladaptif

Sehat Jiwa Masalah Psikososial Gangguan Jiwa


Pikiran logis Pikiran kadang menyimpang Waham
Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten Reaksi emosional: ansietas Ketidakmampuan-

merasa diri tidak mampu/ mengendalikan emosi


Perilaku sesuai Perilaku kadang tidak sesuai Kekacauan perilaku
Hubungan sosial Menarik diri Isolasi sosial

memuaskan
Individu
Mahluk Bio-Psikososiospiritual

Dimensi Fisik Dimensi Psikologik Dimensi Sosial-spiritual

Respon Perilaku Status sosial


Struktur &
Konsep Diri: Status ekonomi
Fungsi Konsep Diri Status spriritual
Citra tubuh
Harga diri
Penampilan Peran
Identitas personal
59
KONSEP DIRI
Konsep diri tergambar dalam pola respons
perilaku
Semua ide, pikiran, kepercayaan, dan
pendidikan yang diketahui individu tentang
dirinya dan mempengaruhi nya dalam
berhubungan dengan orang lain
Dipelajari melalui:
- Kontak Sosial
- Pengalaman berhubungan dengan orang
lain. 60
Konsep Diri …

 Semua pikiran dan keyakinan yang


merupakan pengetahuan individu
tentang dirinya dan mempengaruhi
hubungannya dengan orang lain
 Cara individu memandang dirinya dalam
hal harga diri dan martabat
 Gangguan konsep diri: kekacauan
individu dalam melihat citra tubuh,
penampilan peran atau identitas
personal.
KONSEP DIRI POSITIF
Kepribadian sehat memiliki:
1. Citra tubuh yang positif dan sesuai
2. Ideal diri yang realistik
3. Konsep diri yang positif
4. Harga diri yang tinggi
5. Penampilan peran yang memuaskan
6. Identitas diri yang jelas
62
Rentang respons konsep diri

Setiap individu
Stressor
Tingkat keseimbangan dalam diri sendiri

Koping

Konstruktif Destruktif
RENTANG RESPONS KONSEP DIRI

Rentang Respons
Konsep Diri

Respons Respons
Adaptif Maladaptif

Konsep diri Harga diri Kerancuan


Aktualisasi diri Depersonalisasi
positif rendah identitas

64
KOMPONEN KONSEP DIRI
 Citra tubuh
 Ideal diri
 Harga diri
 Penampilan peran
 Identitas personal
65
Citra Tubuh:
Sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan
individu secara sadar/tidak sadar terhadap
tubuh (ukuran, bentuk struktur, fungsi,
keterbatasan, makna dan obyek) yang kontak
secara terus menerus, masa lalu maupun
sekarang.
Ideal Diri
Persepsi individu tentang bagaimana dia
seharusnya berperilaku berdasarkan standar
personal (aspirasi, tujuan atau nilai yang ingin
dicapai atau personal tertentu. 66
Interaksi konsep diri dengan ideal diri
dihubungkan dengan harga diri

Self-
Self-ideal Self-concept Self-ideal
concept

A B
Low self-esteem High self-esteem
CITRA TUBUH….

• Gangguan citra tubuh:


Perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan
oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi,
keterbatasan, makna, dan obyek yang sering kontak
dengan tubuh.

• Faktor yang terkait


• Perubahan fisik (terkait usia)
• Efek Penyakit
68
PENAMPILAN PERAN
• Peran adalah:
seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial
yang berhubungan dengan fungsi individu pada
berbagai kelompok.
• Gangguan penampilan peran:
berubah atau berhentinya fungsi peran, disebabkan
oleh penyakit, proses menua, putus sekolah, putus
hubungan kerja.
• Faktor yang mempengaruhi: peran berlebihan,
citra tubuh, perubahan fisik, faktor sosial.
69
IDENTITAS PERSONAL

 Identitas adalah:
Kesadaran akan keunikan diri sendiri, bersumber dari
penilaian dan observasi diri sendiri.

 Identitas personal:
hasil dari sintesis pengalaman penampilan peran dan citra
tubuh.

 Gangguan identitas:
Kekaburan/ketidakpastian memandang diri sendiri,
penuh keraguan, sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan. 70
HARGA DIRI
• Harga diri adalah:
Penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal
diri/cita-cita/harapan menghasilkan perasaan berharga.
• Gangguan harga diri: Perasaan negatif terhadap diri
sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan.
• Harga diri rendah: Perasaan tidak berharga, tidak
berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat
evaluasi diri negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri . 71
• Harga diri rendah situasional
Definisi: perkembangan persepsi negatif tentang harga
diri sebagai respons terhadap situasi saat ini.

• Harga diri rendah kronik


Definisi: evaluasi diri/perasaan negatif tentang diri
sendiri atau kecakapan diri yang berlangsung lama.
HARGA DIRI RENDAH

Tanda dan gejala


• Mengkritik diri sendiri
• Perasaaan tidak mampu
• Pandangan hidup yang pesimis
• Penurunan produktifitas
• Penolakan terhadap kemampuan diri

73
HARGA DIRI RENDAH

Penampilan terlihat:
kurang perhatian terhadap perawatan diri
berpakaian tidak rapih
selera makan kurang
tidak berani menatap lawan bicara
lebih banyak menunduk
bicara lambat dengan nada suara lemah

74
IDEAL DIRI
• Ideal diri :
Persepsi individu tentang bagaimana ia harus
berperilaku berdasarkan standar, tujuan, dan
keinginan atau nilai pribadi.
• Gangguan ideal diri:
Ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai, dan
tidak realistis.

75
KERANCUAN IDENTITAS
Kerancuan identitas merupakan suatu kegagalan
individu untuk mengintegrasikan berbagai identifikasi
masa kanak-kanak ke dalam kepribadian psikososial
dewasa yang harmonis.
Tanda dan gejala:
Sifat kepribadian yang bertentangan
Hubungan interpersonal eksploitatif
Perasaan hampa
Kerancuan gender
Tingkat kecemasan yang tinggi
Ketidakmampuan untuk empati terhadap orang lain76
DEPERSONALISASI
Pengertian:
Depersonalisasi adalah perasaan tidak realistis dan
keasingan dari diri sendiri
Individu mengalami kesulitan untuk membedakan
diri sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri
merasa tidak nyata dan asing bagi dirinya.

Dipengaruhi oleh:
Tingkat kecemasan.
Kegagalan dalam penilaian secara realistis.
77
DEPERSONALISASI
Tanda dan gejala:
 Afektif
◦ Kehilangan identitas diri
◦ Perasaan tidak aman, takut, malu
◦ Rasa terisolasi yang kuat
 Ketidakmampuan mencari kesenangan atau
perasaan untuk mencapai sesuatu
 Perseptual
◦ Halusinasi pendengaran dan penglihatan
◦ Kebingungan tentang seksualitas diri sendiri
◦ Kesulitan membedakan diri sendiri dari orang lain
◦ Gangguan citra tubuh 78
DEPERSONALISASI
Tanda dan gejala:
 Kognitif
◦ Bingung
◦ Disorientasi waktu
◦ Gangguan berpikir
◦ Gangguan daya ingat
◦ Gangguan penilaian

 Perilaku
◦ Afek tumpul
◦ Emosi pasif dan tidak berespons
◦ Kurang spontanitas
◦ Kehilangan kemampuan untuk memulai dan
membuat keputusan
◦ Menarik diri secara sosial 79

You might also like