You are on page 1of 22

TUGAS MAKALAH

MATA KULIAH KESELAMATAN KERJA

KECELAKAAN KERJA PADA INDUSTRI MINYAK DAN GAS

Disusun Oleh :
Kelompok 7
Asmarita 092201700
Nurlelah 09220170019
Ayudia Maghfirah 09220170058

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MKASSAR
20179

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas
limpahan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ”
Kecelakaan Kerja Pada Industri Minyak Dan Gas “ dengan lancar.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Keamanan Pabrik pada Fakultas Teknologi Industri. Tidak lupa Kami ucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak/Ibu Dosen selaku pengajar mata kuliah Keselamatan Kerja
2. Kedua orang tua yang telah memberikan do’a, dukungan, dan
semangat dalam pembuatan makalah ini
3. Dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Dalam penulisan maupun pembuatannya, makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik serta saran yang membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca dan dapat menambah wawasan dikemudian hari.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................. 1

1.2 RUMUSAN MASALAH .............................................................................. 2

1.3 TUJUAN ....................................................................................................... 2

1.4 MANFAAT ................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4

2.1 Definisi Keselamatan Kerja .......................................................................... 4

2.2 Definisi Kecelakaan Kerja ............................................................................ 5

2.3 Definisi Industri Minyak dan Gas ................................................................. 5

BAB III PEMBAHASAN ....................................................................................... 8

3.1 Data Kecelakaan Kerja Kegiatan Hilir Migas............................................... 8

3.2 Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja di Sektor Migas.................................. 12

3.3 Upaya Pengendalian Kecelakaan Kerja di Sektro Migas............................ 15

BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 18

4.1 Simpulan ..................................................................................................... 18

4.2 Saran ........................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya
perlindungan yang ditujukan kepada semua potensi yang dapat menimbulkan
bahaya, agar tenaga kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja selalu dalam
keadaan selamat dan sehat. Potensi – potensi yang dapat menimbulkan bahaya
dapat berasal dari mesin, lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara kerja dan proses
produksi. Dalam pengertian yang luas, K3 mengarah kepada pengendalian hazard
dan risiko untuk meminimalkan terjadinya injury ataupun accident, promosi dan
pemeliharaan derajat tertinggi dari fisik, mental dan kesejahteraan sosial pada
pekerja di semua tempat kerja, pencegahan pada pekerja terhadap efek buruk
kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan terhadap para
pekerja dalam lingkungan kerja dari risiko yang berakibat kepada kesehatan yang
buruk dan adaptasi pekerjaan terhadap manusia (Anugrah, 2009).
Selama tahun 2010 di Indonesia, berdasar-kan laporan dari daerah, terjadi
kasus kecelakaan kerja sebanyak 98.711 kasus. Sedangkan berdasarkan data
semester I Tahun 2011 jumlah kecelakaan kerja adalah 48.511 kasus. Ditinjau dari
sumber kecelakaan, penyebab terbesar adalah mesin, pesawat angkut dan
perkakas kerja tangan. Sementara berdasarkan tipe kecelakaan, yang terbanyak
adalah terbentur, bersinggungan dengan benda tajam yang mengakibatkan
tergores, terpotong, tertusuk dan sebagainya dan terpukul akibat terjatuh
(Kemennakertrans, 2012).
Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan dengan jumlah pulau lebih
dari 17.000 pulau, sehingga membuat Indonesia kaya akan sumber daya alam dan
keragamannya. Indonesia menduduki peringkat ke-25 negara potensi minyak
terbesar dengan cadangan minyak sebesar 4,4 miliar barrel. Dan berada di posisi
ke-21 sebagai penghasil minyak mentah terbesar di dunia yakni sebanyak 1 juta
barrel per hari, dan menduduki peringkat ke-2 sebagai pengekspor LNG terbesar
yaitu 29,6 bcf.
Pada industri besar di sektor pertamban-gan memiliki risiko tinggi,
misalnya di pertambangan minyak dan gas bumi. Banyaknya kecelakaan yang

1
terjadi di pertambangan, seperti kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan,
dan lainnya menyebabkan industri migas memiliki potensi bahaya yang tinggi
terhadap kejadian kecelakaan kerja. Di Indonesia, khususnya di sektor minyak dan
gas bumi setiap pekerja disyaratkan untuk melakukan kajian resiko sebelum suatu
kegiatan atau fasilitas perminyakan di bangun dan dioperasikan, seperti
melakukan identifikasi bahaya yang ada disetiap aktivitas kerja, dan kemudian
melakukan analisa dan evaluasi (Ramli, 2010).
.Menurut Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (2011), kerugian
yang diderita akibat kecelakaan tidak hanya erugian materi yang besar, namun
lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa dengan jumlah yang tidak sedikit.
Selain kerugian dana untuk biaya perawatan dan pengobatan, perusahaan juga
kehilangan produktifitas kerjanya, karena semakin banyak tenaga kerja yang sakit
atau cacat akibat kerja akan mengurangi kualitas dan kuantitas sumber daya
manusia pembangunan untuk kemajuan (Martiana, 2010).
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas mengenai faktor
penyebab kecelakaan kerja yang terjadi disektor migas atau minyak dan gas.
Penulis juga menyertakan upaya pengendalian yang dapat dilakukan untuk
meminimalkan kejadian kecelakaan kerja disektor migas.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perkembangan angka data kecelakaan sektor minyak dan gas
di Indonesia?
2. Apa faktor penyebab kasus kecelakaan di sektor minyak dan gas dapat
terjadi?
3. Bagaimana upaya pengendalian guna meminimalkan tingginya angka
kecelakaan pada sektor minyak dan gas?
1.3 TUJUAN
1. Memahami dan menginterpretasi data mengenai kecelakaan sektor migas
di Indonesia
2. Menganalisis faktor penyebab kasus kecelakaan di sektor minyak dan gas
3. Memberikan rekomendasi upaya pengendalian guna meminimalkan
tingginya angka kecelakaan pada sektor minyak dan gas

2
1.4 MANFAAT
Bagi Mahasiswa
1. Melatih kompetensi dalam menerapkan teori keselamatan kerja yang ada
dalam proses perkuliahan dengan menganalisis data kasus kecelakaan
disektor minyak dan gas yang terjadi di Indonesia
2. Mengembangkan pengetahuan dan meningkatkan kemampuan penalaran
3. Agar mahasiswa lebih memahami mengenai upaya pencegahan terjadinya
kecelakaan kerja disektor minyak dan gas

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah suatu keadaan terhindar dari bahaya selama
melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang harus
dilakukan selama bekerja. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang menginginkan
terjadinya kecelakaan.
Menurut Buntarto, keselamatan kerja adalah sarana utama untuk
pencegahan kecelakaan, cacat, dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja.
Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja,
kecelakaan kerja selain menjadi sebab hambatan-hambatan langsung juga
merupakan kerugian-kerugian secara tidak langsung, yakni kerusakan mesin dan
peralatan kerja, terhentinya proses produksi untuk beberapa saat, dan kerusakan
pada lingkungan kerja. Biaya-biaya akibat kecelakaan kerja, baik langsung
maupun tidak langsung, cukup bahkan kadang-kadang terlampaui besar sehingga
bila diperhitungkan secara nasional hal itu merupakan kehilangan yang berjumlah
besar.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja berlaku di
segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air,
maupun diudara. Tempat-tempat demikian tersebar pada segenap kegiatan
ekonomi, pertanian, industri, pekerjaan umum, termasuk pertambangan migas.
Buntarto juga menjelaskna mengenai unsur-unsur penunjang keselamatan
kerja adalah sebagai berikut :
1) Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja
2) Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja
3) Teliti dalam bekerja
4) Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan
kesehatan kerja.

4
2.2 Definisi Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan
kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula
kecelakaan kerja yang terjadi dalam perjalanan ke dan dari tempat kerja.
kecelakaan kerja merupakan kejadian yang tidak terduga dan tidak diinginkan,
baik kecelakaan akibat langsung pekerjaan maupun kecelakaan yang terjadi pada
saat pekerjaan sedang dilakukan (Buntarto, 2015)
Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang jelas tidak
dikehendaki dan sering kali tidak terduga yang menimbulkan kerugian baik
waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu
proses kerja industri atau yang berkaitan dengan pekerjaan.
Secara umum, terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh faktor fisik dan
manusia. Faktor fisik misalnya kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak
aman, lantai licin, pencahayaan kurang, silau, dan sebagainya. Sedangkan faktor
manusia misalnya perilaku pekerja yang tidak mematuhi keselamatan, karena
lengah, mengantuk, lalai, kelelahan, dan sebagainya.
Kecelakaan kerja juga berupa kebakaran atau keracunan yang dapat
mengganggu kesehatan akibat menghirup gas atau uap bahan kimia dalam jangka
waktu tertentu. Untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kerja, diperlukan
pengetahuan yang cukup agar dapat mengendalikan bahaya dengan risiko sekecil-
kecilnya.
2.3 Definisi Industri Minyak dan Gas
Minyak dan gas bumi merupakan bahan yang paling penting didunia
dewasa ini sebagai sumber energi. Minyak dan gas bumi merupakan sumber
penggerak berbagai mesin motor, mesin diesel, mesin jet untuk pesawat terbang,
serta mesin – mesin lain untuk penggerak industri.
Sifat cair dari minyak bumi menyebabkan cairan dari proses pemisahan
minyak bumi menjadi mudah di simpan dalam berbagai macam bentuk. Seperti
ditempatkan kedalam tanki kilang minyak dan mengalirkannya melalui pipa –
pipa untuk kemudian digunakan.
Gas bumi memiliki sifat gas yang juga mempunyai keunggulan daripada
zat padat, dan sebetulnya juga terhadap zat cair karena dapat dimampatkan,

5
sehingga volumenya dapat di perkecil. Selain itu, gas sangat mudah mengalir dan
kebocoran sulit diketahui, sehingga memerlukan teknologi lebih tinggi dalam
penyimpanannya (Koesoemadinata, 1990).
Menurut Hardjono (2007), sifat – sifat minyak mentah sangat bervariasi
dan jenis produk yang dapat dihasilkan juga dan sangat banyak, maka istilah
kilang tidaklah memberikan gambaran yang jelas mengenai operasi – operasi apa
saja yang dilakukan oleh suatu kilang. Suatu operasi yang tentu dijumpai dalam
semua kilang adalah destilasi yang memisahkan minyak bumi ke dalam fraksi –
fraksinya berdasarkan titik didihnya. Operasi lainnya dapat sedikit atau banyak
jumlahnya, dapat sederhana atau kompleks, tergantung kepada produk – produk
yang akan di buat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tidak ada dua buah
kilang minyak yang mempunyai skema proses pengolahan yang sama. Dalam
kenyataannya kilang minyak terdiri dari unit – unit atau pabrik manufaktur yang
berbeda, karena unit – unit tersebut mengolah bahan minyak yang berbeda dan
menghasilkan produk – produk yang berbeda pula. Makin kompleks kilang
minyak atau makin beragam unit yang ada didalam kilang maka kilang akan
semakin fleksibel, karena produk yang tidak dapat dipasarkan dapat diubah
kedalam produk yang dapat dipasarkan. Adanya produk yang tidak dapat

6
dipasarkan akan menyebabkan tangki produk pada suatu saat akan penuh,
sehingga operasi kilang terpaksa harus dihentikan.
Gambar 1. Contoh Diagram Proses Kilang Minyak (Repository USU)

7
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Data Kecelakaan Kerja Kegiatan Hilir Migas
Secara garis besar, saat ini terdapat 5 (lima) tahapan utama kegiatan
industri atau bisnis migas di tanah air, yaitu dimulai dari tahap explorasi,
produksi, kemudian pengolahan, transportasi dan terakhir yakni pemasaran. Lima
tahapan utama tadi terbagi dalam dua kegiatan, yakni kegiatan hulu (downstream)
dan tentunya kegiatan hilir (upstream). Kedua kegiatan tersebut sering juga
disebut sebagai bisnis hulu migas dan bisnis hilir migas. Bisnis hulu migas terdiri
dari tahap explorasi dan produksi, sedangkan bisnis hilir migas meliputi tahap
pengolahan, transportasi serta pemasaran.

Kegiatan Hulu Migas


Kegiatan hulu migas merupakan bagian terpenting karena pada bagian
tersebut merupakan cikal-bakal alur bisnis migas. Tahap explorasi pada kegiatan
hulu meliputi survei seismik, studi geologi, studi geofisika serta pengeboran
explorasi (sering juga disebut pengeboran pembuktian) merupakan titik awal
kegian hulu migas. Seluruh tahapan tadi bertujuan untuk menemukan area baru
yang mengandung cadangan migas. Ketika tahap explorasi berhasil menemukan
cadangan migas yang sesuai dengan standar yang diinginkan, maka selanjutnya
akan dilakukan tahap produksi.
Alur bisnis hulu migas pada tahap produksi tujuannya yaitu mengangkat
kandungan migas di bawah tanah ke atas permukaan. Aliran migas akan
memasuki sumur yang telah dibuat, selanjutnya akan diangkat ke atas permukaan
menggunakan tubing. Biasanya, sumur yang tergolong baru masih bertekanan
sehingga dapat mengalirkan minyak dengan sendirinya (biasanya disebut natural
flow), namun bila tekanannya tidak cukup, maka akan diterapkan metode
pengangkatan buatan.
Migas yang telah berada di atas permukaan selanjutnya akan dimasukkan
ke dalam alat pemisah antara minyak, gas dan air yang disebut separator. Minyak
dan gas yang dihasilkan selanjutnya akan ditampung atau langsung dialirkan
melalui pipa, sementara air akan dibuang dengan cara diinjeksikan kembali ke

8
dalam susmur. Adapun gas-gas berbahaya biasanya akan dibakar terlebih dahulu
sebelum di buang ke udara.
Data Kecelakaan Kerja Kegiatan Hulu

Gambar 1. Diagram Data Kecelakaan Kerja Kegiatan Hulu


Sumber : http://statistik.migas.esdm.go.id
Gambar diatas merupakan gambar diagram data kecelakaan kerja pada
kegiatan hulu di sektor minyak dan gas. Pada diagram diatas merupakan data
kecelakaan kerja kegiatan hilir, pada kegiatan hilir terdapat tahap pengolahan,
transportasi, serta pemasaran. Berdasarkan data pada gambar diatas dapat
diketahui data tersebut berasal data laporan kecelakaan kerja kegiatan hilir dari
tahun 2011 hingga tahun 2016. Tingkat keparahan dibagi menjadi 4 yaitu, ringan
dengan diagram warna biru, sedang dengan diagram warna hijau, berat dengan
diagram warna merah, dan kejadian fatal dengan diagram warna kuning.
Berdasarkan gambar diagram diatas, dapat diketahui bahwa jumlah
kejadian pada tingkat keparahan tertinggi terjadi pada tahun 2015 yaitu dengan
jumlah 206 kejadian ringan. Akan tetapi, kejadian tersebut mengalami kenaikan
dan penurunan setiap tahunnya dan jumlah kejadian pada tahun 2012 termasuk

9
terendah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu dengan jumlah 80
kejadian, meskipun begitu jumlah kejadian tersebut termasuk banyak.
Jumlah kejadian tertinggi dengan tingkat keparahan sedang terjadi pada
tahun 2015 juga dengan jumlah 55 kasus. Angka tersebut termasuk tinggi
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya dan tahun setelahnya. Sedangkan
kejadian terendah terjadi pada tahun 2012 yaitu hanya sebanyak 6 kejadian
dengan tingkat keparahan sedang. Jumlah kejadian dengan tingkat keparahan
berat pada tahun 2011 merupakan kejadian tertinggi dengan jumlah 19 kejadian.
Akan tetapi, angka tersebut lalu mengalami penurunan setiap tahunnya dan tidak
pernah mendekati angka 19 lagi.
Kejadian dengan tingkat keparahan fatal tertinggi pada tahun 2011 dengan
jumlah 11 kejadian. Akan tetapi, angka tersebut lalu mengalami penurunan setiap
tahunnya dan terendah pada tahun 2015 dengan jumlah 2 kejadian. Angka dengan
tingkat keparahan fatal tidak pernah lagi mendekati anga tertinggi yaitu 11.

Kegiatan Hilir Migas


Kegiatan hilir migas meliputi tahap pengolahan, transportasi serta
pemasaran. Pengolahan adalah kegiatan memurnikan, memperoleh bagian-bagian,
mempertinggi mutu dan mempertinggi nilai tambah minyak bumi dan atau gas
bumi, tetapi tidak termasuk pengolahan lapangan. Pengolahan minyak mentah
dilakukan pada kilang minyak bumi sebagai sistem peralatan untuk mengolah
minyak mentah (minyak bumi) menjadi berbagai produk kilang. Produk hasil
pengolahan minyak bumi berupa berbagai jenis BBM dan produk-produk non
BBM, antara lain bensin, kerosene, minyak diesel, bahan pelumas, minyak bakar,
LPG, bahan kimia, oli, lilin, dan aspal
Kegiatan transportasi atau pengangkutan migas adalah kegiatan
pemindahan minyak bumi, gas bumi, dan atau hasil olahan dari wilayah kerja atau
dari tempat penampungan dan pengolahan, termasuk pengangkutan gas bumi
melalui pipa transmisi dan distribusi. Kegiatan penyimpanan migas adalah
kegiatan penerimaan, pengumpulan, penampungan dan pengeluaran minyak bumi
dan atau gas bumi, BBM, bahan bakar gas dan atau hasil olahan pada lokasi diatas

10
atau dibawah tanah untuk tujuan komersial, misalnya depot dan tangki timbun
terapung (floating storage).
Kegiatan usaha niaga atau pemasaran terbagi menjadi 2 yaitu pertama,
usaha niaga umum (wholesale) yaitu suatu kegiatan pembelian, penjualan, ekspor
dan impor BBM, bahan bakar gas, bahan bakar lain dan hasil olahan dalam skala
besar yang menguasai atau memiliki fasilitas dan sarana niaga dan berhak
menyalurkan kepada semua pengguna akhir dengan menggunakan merk tertentu.
Kedua, usaha niaga terbatas (trading) merupakan usaha penjualan produk-produk
niaga migas, dalam hal ini adalah minyak bumi, BBM, bahan bakar gas, bahan
bakar lain, hasil olahan, niaga gas bumi yang tidak memiliki fasilitas dan niaga
terbatas LNG.
Data Kecelakaan Kerja Kegiatan Hilir

Gambar 2. Diagram Data Kecelakaan Kerja Kegiatan Hilir


Sumber : http://statistik.migas.esdm.go.id
Data kecelakaan yang kami temukan melalui website resmi Kementrian
Energi dan Sumber Daya Mineral, data kecelakaan disektor migas dibagi menjadi
data kecelakaan kerja kegiatan hilir dan hulu. Pada diagram diatas merupakan data
kecelakaan kerja kegiatan hilir, pada kegiatan hilir terdapat tahap pengolahan,

11
transportasi, serta pemasaran. Berdasarkan data pada gambar diatas dapat
diketahui data tersebut berasal data laporan kecelakaan kerja kegiatan hilir dari
tahun 2011 hingga tahun 2016. Tingkat keparahan dibagi menjadi 4 yaitu, ringan
dengan diagram warna biru, sedang dengan diagram warna hijau, berat dengan
diagram warna merah, dan kejadian fatal dengan diagram warna kuning.
Data tersebut menunjukkan kejadian tertinggi pada tingkat keparahan
ringan terjadi pada tahun 2016 dengan jumlah 28 kejadian. Angka 28 tersebut
merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu
2015, 2014, 2013, 2012, dan 2011. Terjadi tingkat kenaikan dan penurunan
jumlah kejadian selama 6 tahun tersebut, akan tetapi dari tahun 2011 jumlah
kejadian selalu mengalami kenaikan yang cukup tinggi padahal pada tahun 2015
tidak ada kejadian kecelakaan dengan tingkat keparahan ringan atau 0 kejadian.
Data jumlah kejadian pada tingkat keparahan sedang juga mengalami
kenaikan yang cukup tinggi pada tahun 2016 dengan jumlah 11 kejadian. Hal
tersebut menunjukkan angka tertinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya
yang hanya berkisar 2 sampai 4 jumlah kejadian. Pada diagram tingkat keparahan
berat mengalami penurunan bahkan 0 kejadian pada tahun2016 yang berarti tidak
ada kejadian kecelakaan kerja kegiatan hilir pada tahun 2016. Kejadian tertinggi
terjadi pada tahun 2012 dengan 3 jumlah kejadian dan terus menurun pada tahun
berikutnya.
Jumlah kejadian dengan tingkat keparahan fatal tertinggi pada tahun 2012
yaitu dengan jumlah 7 kejadian fatal. Jumlah kejadian terus mengalami kenaikan
dan penurunan kejadian fatal hingga didapatkan angka jumlah kejadian fatal
terkecil yaitu berjumlah 1 pada tahun 2015.
3.2 Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja di Sektor Migas
Pada unit NSO (North Sumatera OffShore) risiko kecelakaan tertinggi terletak
pada material kimia yaitu sebesar 50% dan metode kerja. ILO mengungkapkan
bahwa 85% unsur penyebab utama kecelakaan adalah dari faktor manusia dan
15% merupakan faktor kondisi yang berbahaya (Riyadina, 2006). Pendapat
Tarwaka (2008) dalam Hayati (2009) yaitu setiap proses produksi, peralatan atau
mesin di tempat kerja yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk, selalu

12
mengandung potensi bahaya tertentu yang bila tidak mendapat perhatian secara
khusus akan dapat menimbulkan kecelakaan kerja.
Hal ini tercermin pada kondisi di unit produksi industri migas yang
memiliki peralatan/mesin yang sangat berpotensi bahaya yang dapat berisiko
menimbulkan kecelakaan kerja karena melibatkan alat – alat berat, alat listrik
bertegangan tinggi dan mesin – mesin yang berpotensi menghasilkan kebisingan
yang tinggi. Selain itu, diketahui bahwa kebanyakan kondisi peralatan/mesin di
unit produksi industri migas juga sudah sangat tua (terlalu lama) dan rentan rusak.
Syukri Sahab (1997) dalam Hayati (2009), yang mengungkapkan bahwa dalam
instalasi digunakan berbagai peralatan yang mengandung bahaya. Apabila tidak
dipergunakan dengan semestinya serta tidak dilengkapi pelindung dan pengaman,
peralatan tersebut dapat menimbulkan berbagai macam bahaya seperti kebakaran,
sengatan listrik, ledakan, luka – luka ataupun cedera. Agar peralatan ini aman
dipakai maka harus diberi pengaman yang sesuai dengan peraturan dibidang
keselamatan kerja. Untuk peralatan yang rumit perlu disediakan petunjuk
pengoperasiannya.
Kondisi peralatan/mesin yang terdapat pada unit LNG (Liquified Natural
Gas) Process dan North Sumatera Offshore secara hasil ukur pada observasi
diketahui memiliki potensi bahaya yang berisiko menimbulkan kecelakaan kerja.
Seperti hasil observasi yang didapatkan dari hasil ukur pada unit LNG Process,
besar getaran yang terdapat pada turbin adalah >2,5 m/detik2. Intensitas
kebisingan yang terdapat di sekitar turbin dan pompa di unit LNG process adalah
> 85 dB. Dari hasil ukur tersebut menunjukkan bahwa getaran dan tingkat
kebisingan yang dimiliki pada peralatan pompa dan turbin di unit LNG Process
melebihi NAB (Nilai Ambang Batas).
Pada unit NSO (North Sumatera Offshore), dari hasil observasi diketahui
bahwa peralatan/mesin yang memiliki risiko kecelakaan kerja tinggi yaitu reaction
furnace yang digunakan sebagai alat untuk proses pembakaran H2S pada suhu
yang sangat tinggi sebesar 1181oC, turbin dengan kebisingan tinggi, pompa
kondensat dan sulfinol dengan getaran yang tinggi sebesar 5 m/detik2 serta
thermal oxydizer dan pipa – pipa gas yang memiliki risiko kebocoran dan

13
ledakan. Kecelakaan hampir dipastikan selalu menyertai kegiatan pertambangan
minyak dan gas lepas pantai.
Penyebab khas kecelakaan yang banyak dijumpai meliputi kerusakan
peralatan, kesalahan operator, dan pengaruh alam yang ekstrim. Risiko utama
tersebut terkombinasi dengan sebab lain berupa tumpahan dan pelepasan minyak,
gas, dan bermacam – macam bahan kimia lain. Suatu jalur pipa dapat menjadi
sumber kebocoran kecil dalam jangka waktu lama. Namun, sebab utama
kecelakaan pemipaan adalah cacat bahan dan cacat pengelasan. Meskipun
teknologi modern tentang konstruksi pipa telah sedemikian pesat dikembangkan,
namun tetap saja pengangkutan migas melalui pipa – pipa masih menyisakan
kemungkinan akan terjadinya kecelakaan serius (Migas, 2004).
Material kimia pada unit LNG Process yang memiliki risiko kecelakaan
kerja tinggi sebagian besar yaitu proses pencairan LNG (gas alam cair) pada suhu
-162oC. Proses pencairan gas cair (LNG) sangat berisiko menimbulkan
kecelakaan kerja apabila terjadi kebocoran pada pipa – pipa. Proses pencairan
tersebut membutuhkan media pendingin seperti MCR (Multi Component
Refrigerant) yang terdapat pada MHE (Main Heat Exchanger). Peralatan/ mesin
MHE (Main Heat Exchanger) ini sangat berisiko terjadi paparan material kimia
seperti terjadinya luka bakar pada saat tersentuh LNG (gas alam cair) di unit
LNG process. Hal ini sesuai dengan pendapat Ramli(2010) bahwa bahaya
ditempat kerja terjadi ketika ada interaksi antara unsur – unsur produksi yaitu
manusia, peralatan, material, proses dan metoda kerja. Material yang digunakan
baik sebagai bahan baku, bahan antara atau hasill produksi mengandung berbagai
macam bahaya sesuai dengan sifat dan karakteristiknya masing – masing.
Material yang berupa bahan kimia mengandung bahaya seperti keracunan, iritasi,
kebakaran dan pencemaran lingkungan.
Selain itu beberapa penyebab lain dapat diklasifikasikan menurut faktor
manusia dan alat, untuk faktor manusia antara lain prosedur kerja yang kurang
diperhatikan dan diterapkan atau bahkan tidak ada prosedur kerja yang mengatur
dan mencegah terjadinya kecelakaan. Sistem manajemen yang buruk seperti
peraturan yang kurang tegas, tidak lengkap, sosialisasi kurang, tidak adanya
peraturan, pekerja yang tidak kompeten dan kurangnya pengawasan dapat

14
meningkatkan resiko terjadinya kecelakaan di migas. Pada faktor mesin yang
kurang diperhatikan adalahspemeliharaan, perbaikan, permasalahan tidak
diantisipasi, ppesifikasi perlu ditingkatkan dan pengendalian mutu yang kurang
baik dapat menjadi sumber kecelakaan yang diakibatkan mesin pada sektor kerja
migas.
3.3 Upaya Pengendalian Kecelakaan Kerja di Sektro Migas.
1. Mengurangi faktor resiko kebakaran dari sumber.

Gambar 1. Salah penanganan kebakaran.


2. Penanggulangan kedaruratan termasuk fasilitas komunikasi dan medis.
3. Pengawasan kesehatan dan mempertahankan personal hygiene yang baik
disamping pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) yang tepat, termasuk
penyediaan fasilitas pencegahan keracunan dan pengadaan pertolongan
pernafasan.

Gambar : peralatab safety migas.


4. Mematuhi peraturan K3.

15
UU No 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi mengamanatkan
kepada badan usaha dan atau bentuk usaha tetap, wajib menjamin standar
dan mutu, menerapkan kaidah keteknikan yang baik, keselamatan dan
kesehatan kerja serta pengelolaan lingkungan hidup, mengutamakan
pemanfaatan tenaga kerja setempat dan produk dalam negeri.
Pengelolaan K3 pertambangan dilakukan secara menyeluruh baik oleh
pemerintah maupun oleh perusahaan. Pengelolaan tersebut didasarkan
pada peraturan sebagai berikut:
a) UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
b) UU No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah
c) UU No. 27 tahun 2003 tentang Panas bumi
d) UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
e) UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
f) PP No. 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi
g) PP No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemprov dan Pemkab/Kota
h) PP No.19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan K3 di
Bidang Pertambangan
i) Permen No.06.P Tahun 1991 tentang Pemeriksaan Keselamatan Kerja
atas Instalasi, Peralatan dan Teknik Migas dan Panas Bumi
j) Permen No.02 P. Tahun 1990 tentang Keselamatan Kerja Panas Bumi
k) Kepmen No.555.K Tahun 1995 tentang K3 Pertambangan Umum
l) Kepmen.No.2555.K Tahun 1993 tentang PIT Pertambangan Umum.
5. Pelatihan K3 bagi semua pekerja sesuai dengan bidang kerja dan produk
masing – masing, termasuk didalamnya emergency drill.

Adapun secara keseluruhan pencegahan kecelakaan yang diperlukan


adalah :

1. Peraturan yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan perencanaan


industri

16
2. Standarisasi, baik dalam perlakuan bahan baku industri, pengadaan alat
pengamanan, maupun dari hasil limbah yang dihasilkan agar tidak
mengganggu kualitas lingkungan.
Keselamatan migas adalah ketentuan tentang standardisasi
peralatan, sumber daya manusia, pedoman umum instalasi migas dan
prosedur kerja agar instalasi migas dapat beroperasi dengan andal, aman
dan akrab lingkungan agar dapat menciptakan kondisi aman dan sehat bagi
pekerja (K3), aman bagi masyarakat umum (KU), aman bagi lingkungan
(KL) serta aman dan andal bagi instalasi migas sendiri (KI).

Gambar 2. Salah satu kegiatan pengeboran

3. Dilakukan pelatihan dan tindakan persuasif bagi pengusaha dan pekerja


sehingga diharapkan dapat lebih berhati – hati dalam melakukan pekerjaan
terutama yang menggunakan peralatan ataupun bahan kimia yang dapat
membahayakan diri sendiri maupun lingkungan.

17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan.
1. Walaupun terlihat mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, angka
kecelakaan kerja di tahun 2014 masih terbilang tinggi dan harus terus di
tingkatkan masalah pengendalian yang serius.
2. Ada beberapa banyak factor kecelakaan dalam migas, namun kasus
kecelakaan yang ada akibat kebakaran.
3. Ada beberapa hal yang penting dalam mengendalikan kecelakaan di sector
migas, yakni Mengurangi faktor resiko kebakaran dari sumber,
Penanggulangan kedaruratan termasuk fasilitas komunikasi dan medis,
Pengawasan kesehatan dan mempertahankan personal hygiene, Mematuhi
peraturan K3.
4. Pelatihan K3 bagi semua pekerja sesuai dengan bidang kerja.
4.2 Saran
1. Dalam makalah ini tidak di bahas secara mendalam mengenai bagaimana
pengendalian dalam desain stasiun yang berbeda, jadi pengendalian yang
ada hanya bersifat pengendalian secara umum berdasarkan kasus tinggi
pada migas.
2. Untuk penulis dengan topic yang sama di harapkan mengambil topic
secara khusus dengan stasiun kerja tertentu pada area kerja migas.

18
DAFTAR PUSTAKA
Anugerah, D. 2011. Tinjauan Persepsi, http://www.danger-theory.com/
Hendri. 2012. Analisa Tingkat Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Perusahaan GOKPL dalam Menekan Angka Kecelakaan
Kerja dalam Kegiatan Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi [Tesis]. Depok:
Universitas Indonesia
Kemennakertrans, Pengawasan Ketenagakerjaan di Indonesia. 2012
http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-
jakarta/documents/publication/wcms_166444.pdf
Kementerian Energi & Sumber Daya Mineral. 2012. Lebih Jauh Tentang Kegiatan
Usaha Hilir Migas. [Artikel] www.migas.esdm.go.id (diakses tanggal 4
Juni 2017)
Martiana, Tri. 2010. Paradigma Sehat Untuk Keselamatan dan Kesehatan kerja.
Pidato Revitalisasi K-3 Melalui Paradigma Sehat (Sebagai Optimalisasi
Pencegahan Kecelakaan dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja)
Ramli, S. 2010. Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS Risk Management.
Jakarta: Dian Rakyat
Said, Annisa A. 2012. Analisis Pelaksanaan Teknik Job Safety Analysis (JSA)
dalam Identifikasi Bahaya di Tempat Kerja pada Terminal Y PT X Di
Kabupaten Kutai Kertanegara Kalimantan Timur Tahun 2012 [Skripsi].
Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Suryani, Ade I., Isranuri, I., Mahyuni, E. L., 2013. Pengaruh Potensi Bahaya
terhadap Risiko Kecelakaan Unit Produksi Industri Migas PT. X Aceh
[Jurnal]. Universitas Sumatera Utara
Tim Buletin/Hupmas. 2017. Buletin SKK Migas [e-Book]. Jakarta
(www.skkmigas.go.id)

19

You might also like