You are on page 1of 127

EKSISTENSI PARTAI GOLKAR DALAM POLITIK LOKAL :

STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI


GOLKAR KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2004-2009

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :
Khairunnisa Lubis
1090833200012

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
EKSISTENSI PARTAI GOLKAR DALAM POLITIK LOI(A.L : STUDI
KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAII PARTAI GOLKAR KABUPATEN
SIMALUNGUN TAHUN 2004-2009

Skripsi ini Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Khairunnisa Lubis
Nim: 109033200012

Pembimbing,

NrP. 196s12r2 199203 1 004

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2014
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

EKSISTENSI PARTAI GOLKAR DALAM POLITIK LOKAL : STUDI KASUS


DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI GOLKAR KABUPATEN
SIMALUNGTIN TAHLIN 2004-2009

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata I di Universitas Islam Negeri rufN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri OfN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
S yari f Hidayatullah J akarta.

Jakarta, 24 Januari 2014

Khairunnisa Lubis

111
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Khairunnisa Lubis


NIM :109033200012
Program Studi : Ilmu Politik

Telah menyelesaikan skripsi dengan judul :

EKSISTENSI PARTAI GOLKAR DALAM POLITIK LOKAL :


STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI GOLKAR
KABUPATEN SIMALLINGLIN TAHTIN 2OO 4-2009
Dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

J akarta, 24 J anuari 20 I 4

Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Pembimbing

Dr. Ali MunHanif. M.A Dr. Ali Munhanif. M.A


NrP. 1 965 1 212 1992031004 NIP. 1 9651 212199203t004

lv
PENGBSAHAN PANITIA UJIAN

SKRIPST

EKSISTENSI PARTAI GOLKAR DALAM POLITIK LOKAL : STUDI


KASUS DEWAFI PIMPINAN DAERAH PARTAI GOLKAR KABUPATEN
SIMALTINGUN TAHTIN 2OO+2009

Oleh

Khairunnisa Lubis

109033200012

telah diujikan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 lanuali, zAM. Skripsi ini telah
diterima sebagai salatr satu syarat mennperoleh gelar Sarjana Sosial pada
1^S.Sos)
Program Studi llmu Politik.

Sekretaris,

nn zapfuu6-'rbk M.si
NrP. 1965 1212 1992031004 NrP. 1 973 A9272AA5,0 I 1 008

Penguji II,

'--jtrt*
--/t

Dr. Id:ing Rasvidin


NrP. 1972A4n2A$1,, 002 NIP. 19701 0t 3200s01 I 003

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 24 Jarruan Z0l4

Studi FISIP UIN JAKATIA

Dr. Ali
r2t21992031004
ABSTRAKSI

Skripsi ini menganalisis tentang eksistensi Partai Golkar dalam politik lokal dengan studi
kasus pada dewan pimpinan daerah Partai Golkar Kabupaten Simalungun pasca reformasi.
Penelitian ini menemukan bahwa Elektabilitas Partai Golkar di tingkat Legislatif di Kabupaten
Simalungun cenderung stabil dan meningkat pada dua periode yaitu 1999-2004 dan 2004-2009,
sementara perolehan suara Partai Golkar di kabupaten lain cenderung menurun. Namun pada
tahun 2009 Partai Golkar Kabupaten Simalungun mengalami kemerosotan walaupun Partai
Golkar tetap menjadi pengisi kursi legislatif terbanyak di DPRD Kabupaten Simalungun.
Kerangka Pemikiran yang digunakan dalam skripsi ini adalah Partai Politik dan Politik
Lokal dengan mengutip beberapa sumber. Konsep Partai Politik dan Politik Lokal digunakan
untuk menganalisis elektabilitas Partai Golkar dan mengukur Eksistensi Partai Golkal di Dewan
Pimpinan Daerah Kabupaten Simalungun serta melihat strategi yang digunakan Partai Golkar
dalam mencapai dan mempertahankan tingkat elektabilitas pada pemilu legislatif.
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan data primer dan data sekunder.
Dari hasil analisis dengan menggunakan kedua konsep tersebut dapat disimpulkan bahwa
eksitensi Partai Golkar di Kabupaten Simalungun disebabkan oleh dua faktor, yakni: Pertama
strategi pemenangan Pemilu yang efektif dan terorganisir hingga level akar rumput. Kedua Visi,
Misi serta implementasi program kerja yang berbasis pada pembangunan baik infrastruktur,
ekonomi dan pariwisata maupun pendidikan.

Kata kunci: Partai Golkar, Elektabilitas, Eksistensi, Pemilu, Partai Politik, Legislatif, Kabupaten
Simalungun.

vi
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “EKSISTENSI PARTAI GOLKAR DALAM

POLITIK LOKAL : STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI GOLKAR

KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2004-2009”. Skripsi ini dikerjakan demi memenuhi

salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada program studi Ilmu Politik.

Dalam penulisan skripsi ini penulis haturkan rasa terima kasih banyak kepada keluarga

penulis, kepada Ayah, Abdul Karim Lubis, ibunda Kholilah Parinduri, S.Ag, abang penulis satu-

satunya Taufik Azhari Lubis, SH. Terima kasih untuk semua bimbingan dan kesabaran yang

tidak ada habisnya selama 22 tahun.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini bukan hanya hasil karya penulis seorang diri,

melainkan juga karena bimbingan, saran, motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah mendukung

penulisan skripsi ini, diantaranya:

1. Bapak Prof. Dr. Bahtiar Effendy selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

2. Bapak Dr. Ali Munhanif,M.A selaku dosen pembimbing skrispi saya merangkap ketua

program studi Ilmu politik. Terima kasih atas bimbingan, motivasi, dan nasihatnya selama

ini.

3. Bapak M. Zaki Mubarak, M.Si selaku sekertaris Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik

4. Bapak Dr. Iding Rasyidin dan Bapak A. Bakir Ihsan, M.Si selaku Dosen Penguji

vii
5. Bapak Idris Thaha, selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih atas waktu luang

yang diberikan, juga motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Sahabat-Sahabati PMII KOMFISIP, Teman-Teman Penulis: BEM FISIP UIN Jakarta

periode 2012-2013, Panitia FISIP DAYS 2012, Panitia Sekolah Kader Kopri Nasional 2013,

Teman-teman KKN BBM 2012, Komunitas Mahasiswa Sumatera Utara (KMSU), teman-

teman Ilmu Politik,HI dan Sosiologi diantaranya Nyimas Diah Permatasari, Imam Fitra,

Muhammad Faruqi, Indra Ramadhan, Novita sari, Amizar Isma, Arif rahman, Ahmad

Baihaqi, Muhammad Nabil, Kuntum, Saskya, Riza, Fajar Sidi, Edwin, Rizky Noor Alam,

Rizky Ramadhani, Elva Farhi Qolbina, Risky Assegaf, Muhibin, Friska Ditha, Muhammad

Iqrom Copersiz, Esti Afdinda, Mahyar Diani, M. Fadli, Eka, Ikhsan, Arfina, Fikri, Ahsan,

Surya, Riski, Clara, Anggun, Icenk, Sutisna, Zamiral, Roy, Adi Budiman, Rafsanjani, Alya,

Dinar. Tidak satu pun kenangan bersama kalian yang akan penulis lupakan. Terima kasih

atas doa, saran serta motivasi selama ini. Terlebih untuk Ardhy Dinata Sitepu, Andi Dian

Roosahandita, Yuri Handayani, Ayu Elvandari, Miftahulia, Meutia Rahmawati, yang sudah

banyak mengorbankan waktu untuk tidak sekedar membantu motivasi rela membagi tenaga

untuk saya agar bisa menyelesaikan skripsi. Tidak lupa juga kepada senior yang selalu

memberi penulis masukan-masukan bermakna seperti Elisha, Hudaf, Bana, Derry Kaffa,

Dino dan seluruh senior FISIP lainnya.

7. Sahabat penulis selama 10 tahun lamanya Yosephin Sihotang S.Ab, Avry Khairunnisa

Sapalia Harahap SH, Dwi Rahayu Ningtias SE, Arief Hakim Parlaungan Lubis SE, Ade

Elisa Damanik ST. Terimakasih sudah menerima segala kekurangan saya selama 10 tahun

ini dan jangan bosan mendengarkan keluh kesah. Teruntuk Hanafiantho Dahlan Kurnio ST,

terimakasih telah memberikan pelajaran yang sangat berarti dalam hidup saya dan

viii
memberikan motivasi secara tidak langsung serta sudah mendengarkan setiap keluh kesah

dan tangisan selama menemani saya.

8. Kepada Bapak Mantri selaku staff Humas KPU Pusat dan Bapak Abu Sofyan selaku staff

Humas KPU Sumatera Utara terima kasih telah memberi banyak informasi selama

mengerjakan skripsi.

9. Terimakasih kepada Seluruh Pegawai DRPD Kabupaten Simalungun dan Seluruh Pegawai

Fraksi Partai Golkar yang sudah mau direpotkan berkali-kali untuk kepentingan data skripsi

saya.

10. Terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga segala

dukungan dan bantuan kalian mendapat imbalan dari Allah SWT dan menjadi amal

kebaikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis

menerima kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi perbaikan di masa mendatang. Mudah-

mudahan, skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah khazanah keilmuan bagi pembacanya dan

studi Ilmu Politik.

Khairunnisa Lubis
Nim 109033200012

ix
DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ........................................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. vii

DAFTAR ISI............................................................................................................................ x

DAFTAR TABEL ................................................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah ...................................................................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian .................................................................................................... 8

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ................................................................................... 8

D. Tinjauan Pustaka ........................................................................................................... 9

E. Metode Penelitian ......................................................................................................... 11

F. Sistematika Penulisan ................................................................................................... 13

BAB II LANDASAN TEORI

A. Partai Politik.................................................................................................................. 15

1. Pengertian Partai Politik ......................................................................................... 17

2. Fungsi Partai Politik................................................................................................ 19

3. Klasifikasi Partai Politik ......................................................................................... 21

B. Politik Lokal.................................................................................................................. 22

x
BAB III DESKRIPSI UMUM PARTAI GOLKAR DI KABUPATEN SIMALUNGUN

A. Sejarah Partai Golkar Di Kabupaten Simalungun

1. Sejarah Partai Golkar Di Kabupaten Simalungun .................................................. 28

2. Tujuan Partai Golkar Di Kabupaten Simalungun ................................................... 32

3. Tugas Pokok Partai Golkar ..................................................................................... 35

4. Visi, Misi, Platform Dan Struktur Organisasi Partai Golkar .................................. 36

B. Deskripsi Kabupaten Simalungun

1. Tinjauan Lokasi ...................................................................................................... 37

2. Tinjauan Luas.......................................................................................................... 38

3. Tinjauan Topografi ................................................................................................. 39

4. Tinjauan Geologi .................................................................................................... 42

5. Tinjauan Iklim ......................................................................................................... 42

6. Tinjauan Hidrologi .................................................................................................. 42

7. Jumlah Dan Kepadatan Penduduk .......................................................................... 43

BAB IV STRATEGI KEMENANGAN PARTAI GOLKAR DALAM PEMILIHAN

LEGISLATIF PASCA REFORMASI

A. Strategi Kemenangan dan Degenerasi Partai Golkar di Kabupaten Simalungun

pada Masa Reformasi .................................................................................................. . 44

1. Tahapan Kegiatan Pemenangan Pemilu Partai Golkar

Kabupaten Simalungun ........................................................................................... 47

2. Pembangunan Opini Media sebagai Strategi Pemenangan

xi
Pemilihan Legislatif ................................................................................................ 49

3. Program Unggulan Partai Golkar Sebagai Strategi Pemenangan Pemilihan Legislatif

Tahun 2004 di Kabupaten Simalungun................................................................... 55

B. Degenerasi Partai Golkar di Kabupaten Simalungun tahun 2009 ................................ 59

BAB V KESIMPULAN

1. Kesimpulan ................................................................................................................ 62

2. Saran .................................................................................................................................. 65

xii
DAFTAR TABEL

Tabel I.A.1 Hasil Pemilu Legislatif Kabupaten/Kota di Sumatera Utara tahun


1999, 2004 dan 2009 .............................................................................. 3
Tabel III. A.1 Komposisi dan personalia DPD Partai Golkar
Kabupaten Simalungun Masa Bhakti 1999-2004 .................................... 26
Tabel III.A.2 Komposisi dan personalia DPD Partai Golkar
Kabupaten Simalungun Masa Bhati 2004-2009 ...................................... 26
Tabel III.A.3 Komposisi dan personalia DPD Partai Golkar
Kabupaten Simalungun Masa Bhati 2009-2014 ...................................... 27
Tabel III.B.1 Jumlah dan Kepadatan penduduk
Kabupaten Simalungun Tahun 2006, 2008, 2009 dan 2010 .................... 43

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar I.A.1 Gambar daerah pemilihan umum


Anggota DPR Sumatera Utara ...............................................................5
Gambar I.A.2 Gambar daerah pemilihan umum
Anggota DPR Kabupaten Simalungun ..................................................6

xiv
DAFTAR SINGKATAN

AMPG Angkatan Muda Partai Golkar


BAPILU Badan Pemenangan Pemilu
DAPIL Daerah Pilihan
DPD Provinsi Dewan Pimpinan Daerah Provinsi
DPP Dewan Pimpinan Pusat
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
GOLKAR Golongkan Karya
HAM Hak Asasi Manusia
IPKI Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia
KOSGORO Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong
KPPG Kesatuan Perempuan Partai Golongan Karya
MKGR Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
Partai MURBA Partai Musyawarah Rakyat Banyak
PDIP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
PEMDA Pemerintahan Daerah
PEMILU Pemilihan Umum
PKB Partai Kebangkitan Bangsa
PNI Partai Nasional Indonesia
PNS Pegawai Negeri Sipil
POKAR Kelompok Kerja
PPP Partai Persatuan Pembangunan
SDM Sumber Daya Manusia
SOKSI Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia
SUMUT Sumatera Utara
UUD Undang-Undang Dasar

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pemilu Legislatif Tingkat DPR Sumatera Utara tahun 2004


Lampiran 2 Hasil Pemilu Legislatif Tingkat DPR di Sumatera Utara I dan III tahun
2004
Lampiran 3 Hasil Pemilu Legislatif Tingkat DPR di Sumatera Uara III tahun 2004
Lampiran 4 Pemilu Legislatif Tingkat DPRD Provinsi Sumatera Utara tahun 2004
Lampiran 5 Perolehan suara dan presentasi kursi per daerah pemilihan tahun 2004
Lampiran 6 Perolehan suara dan kursi Provinsi Sumatera Utara tahun 1999
Lampiran 7 Komposisi dan personalia DPD Partai Golkar Kabupaten Simalungun
Masa Bhakti 2004-2009
Lampiran 8 Pengesahan komposisi dan personalia DPD Kabupaten Simalungun Masa
Bhakti 2009-2015
Lampiran 9 Surat keterangan pengumpulan data
Lampiran 10 Surat undangan rapat
Lampiran 11 Perolehan suara Provinsi Sumatera Utara Kabupaten dan kotamadya tahun
1999
Lampiran 12 Daftar calon tetap partai Provinsi Sumatera Utara Daerah Tingkat II
Kabupaten dan Kotamadya 1999-2004
Lampiran 13 Daftar Pemberhentian Anggota DPR Kabupaten Simalungun masa jabatan
2004-2009
Lampiran 14 Daftar Perwakilan Daerah Provinsi Sumatera Utara tahun 2004-2009
Lampiran 15 Hasil wawancara dengan anggota legislatif DPRD Kabupaten Simalungun
dari Partai Golkar.
Lampiran 16 Hasil wawancara dengan anggota Fraksi PPP Kabupaten Simalungun
Lampiran 17 Hasil wawancara dengan Wakil Sekretaris Partai Golkar Kabupaten
Simalungun
Lampiran 18 Hasil wawancara dengan Ketua BAPILU Partai Golkar Kabupaten
Simalungun tahun 1999-2004

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Salah satu warisan sejarah demokrasi Indonesia ketika zaman Orde Baru adalah

Partai Golkar. Keberadaan Partai Golkar merupakan fenomena unik dalam dinamika

politik Indonesia pasca reformasi. Sejak bergulirnya reformasi yang dimotori oleh

gerakan mahasiswa, kejayaan Partai Golkar mengalami kemunduran yang ditandai

dengan menurunnya perolehan suara partai di tingkat nasional pada pemilu legislatif

tahun 1999. Penurunan perolehan suara Partai Golkar ini tidak terlepas dari

kejatuhan Pemerintahan Orde Baru yang merupakan „buah‟ dari kebencian

masyarakat atas kepemimpinan Soeharto di bawah Partai Golkar selama lebih dari 30

tahun.

Pada pemilu legislatif tahun 1999, Partai Golkar menduduki posisi kedua dalam

perolehan suara nasional dengan perolehan 23.741.758 suara atau 22,44% dari suara

sah atau mengalami penurunan sebesar 0,86 dibanding pemilu legislatif tahun 19971.

Sementara itu, reformasi tahun 1998 telah melahirkan pemenang baru dalam pemilu

legislatif tahun 1999. Ketika itu PDIP berhasil memperoleh simpati masyarakat

1
“Materi Pendidikan dan Latihan Kader Penggerak Teritorial Desa”. (Jakarta: Lembaga
Pengelola Kaderisasi Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar 18Oktober 2009)

1
dengan mendominasi perolehan suara di 11 Provinsi atau memperoleh 33,7% secara

nasional mengalahkan Partai Golkar.2

Pada pemilu legislatif tahun 2009, Partai Golkar kembali mengalami kekalahan.

Pada tahun 2009, Partai Golkar hanya berhasil memperoleh 5.533.214 suara atau

19,11% dari total suara sah nasional. Perolehan suara ini masih jauh dibawah

perolehan suara Partai Demokrat, yakni 21.703.137 suara atau 26,79% dari total suara

sah nasional3.

Meskipun perolehan suara Partai Golkar mengalami penurunan pada beberapa

pemilu legislatif pasca reformasi, namun posisi Partai Golkar masih selalu menempati

lima besar dalam perolehan suara nasional.4 Penurunan elektabilitas Partai Golkar di

era reformasi pada kenyataannya tidak serendah persepsi sejumlah orang yang

menganggap bahwa reformasi 1998 akan melumpuhkan Partai Golkar secara

struktural hingga level akar rumput.

Faktanya, Selama pemilu tahun 1999, 2004, dan 2009 perolehan suara Partai

Golkar masih tinggi dalam perhitungan nasional.5 Perolehan suara ini tidak terlepas

2
Kisah Sukses Partai Politik Baru di Pemilu 1995. 5 April 2004. Liputan 6.com news
(http://news.liputan6.com/read/75500/kisah-sukses-parpol-baru-di-pemilu-1999). Diunduh 30
November 2013
3
“Pemilu Kacau Balau” . Berita Indonesia, 14 April 2009
http://www.beritaindonesia.co.id/utama/619-pemilu-kacau-balau?start=2 . Diunduh 30 November
2013
4
Aulia Rachman, Citra Khalayak tentang Partai Golkar (Jakarta: PSAP 2003),40
5
Makrum Holil, Dinamika Politik Islam Golkar di Era Orde Baru (Tangerang: Gaya Media
Pratama, 2009),42

2
dari keutuhan perolehan suara, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, yang

secara substansial menyumbang perolehan suara di tingkat nasional.6

Sebaliknya, perolehan suara Partai Golkar di provinsi Sumatera Utara

mengalami penurunan cukup drastis sepanjang 10 tahun terakhir, yakni sebesar 10%.7

Penurunan perolehan suara dalam pemilu legislatif tahun 1999-2004 dan 2004-2009,

tidak terlepas dari penurunan perolehan suara di sejumlah kabupaten/kota di

Sumatera Utara, seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel I.A.1
Hasil Pemilu Legislatif Kabupaten di Sumatera Utara
Tahun 1999 dan 2004
1999-2004 2004-2009
Total Anggota Total Anggota
Kabupaten anggota legislatif dari anggota legislatif dari
legislatif Partai Golkar legislatif Partai Golkar
Toba 25 orang 4 orang 25 orang 2 orang
Samosir 16 % 12 %
Labuhan 50 orang 6 orang 50 orang 5 orang
Batu 12 % 10 %
Tapanuli 35 orang 3 orang 35 orang 3 orang
utara 8,6 % 8,6 %
Tebing 25 orang 5 orang 25 orang 2 orang
tinggi 20 % 8%
Deli 60 orang 6 orang 50 orang 5 orang
Serdang 12 % 10 %
Langkat 50 orang 6 orang 45 orang 5 orang
12 % 11, 1 %
Serdang 45 orang 5 orang 45 orang 4 orang
Bedagei 11 % 8,9 %
Simalungun 50 orang 15 orang 45 orang 16 orang
30 % 37,2 %

6
Akbar Tandjung, The Golkar Way : Survival Partai Golkar Di Tengah Turbulensi Politik Era
Transisi (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007),64
7
H. Syaifukkallah yusuf , “Belajar pada Golkar”. 2003
(http://www.polarhome.com.pipermadlnavonal-m/2003) diakses 30 November 2013

3
Asahan 45 orang 7 orang 45 orang 5 orang
15,6 % 11,6 %
Samosir 25 orang 2 orang 25 orang 2 orang
8% 8%
Batubara 28 orang 4 orang 25 orang 2 orang
14, 3 % 8%
Sibolga 25 orang 4 orang 25 orang 2 orang
16 % 12 %
Tanjung 25 orang 6 orang 25 orang 2 orang
Balai 24 % 16 %
Karo 35 orang 4 orang 35 orang 3 orang
11,4 % 8,6 %
Sumber : Komisi Pemilihan Umum Sumatera Utara

Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa perolehan suara Partai Golkar di

dalam pemilu legislatif di sejumlah kabupaten/kota di Sumatera utara cenderung

menurun dari tahun ke tahun. Namun demikian, perolehan suara Partai Golkar di

Kabupaten Simalungun menunjukkan kondisi sebaliknya. Selama pemilu legislatif

tahun 1999 dan 2004 perolehan suara Partai Golkar di Kabupaten Simalungun terlihat

meningkat.

Saat ini, Kabupaten Simalungun merupakan kabupaten terbesar di Sumatera

Utara dengan luas wilayah 438.660 ha atau 6,12 % dari luas wilayah Sumatera Utara

dengan jumlah penduduk sebanyak 859.879 jiwa.8

Berdasarkan letak geografis, Kabupaten Simalungun masuk ke dalam daerah

pemilihan Sumatera Utara (SUMUT) III yang memiliki jumlah kursi sebanyak 10

buah. 9 Selain Kabupaten Simalungun yang termasuk kedalam bagian SUMUT III

8
Pangihutan Sirumape, Keistimewaan Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun.( Medan:
Garuda Maju Cipta, 2001) 43
9
Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara

4
adalah Asahan, Tanjung Balai, Pematangsiantar, Simalungun, Pak-Pak Barat, Dairi,

Karo, Binja, Langkat, Batubara. Berikut gambar pembagian daerah pemilihan umum

di provinsi Sumatera Utara:

Gambar I.A.1

Dapil Pemilihan Umum Anggota DPR

Sumber : Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara

Sementara itu, jumlah kursi legislatif yang tersedia di Kabupaten Simalungun

berjumlah 50 kursi yang terbagi dalam 6 daerah pemilihan. Dari ke-enam daerah

pemilihan yang ada di Kabupaten Simalungun jumlah kursi yang paling sedikit

adalah Simalungun 6 yaitu 6 kursi. Berikut peta dapil dan persentase anggota

legislatif dari Partai Golkar di Kabupaten Simalungun

5
Gambar I.A.2
Daerah Pemilihan di Kabupaten Simalungun

Sumber : Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Simalungun

Pada tahun 1999, dari 50 orang anggota legislatif Kabupaten Simalungun, 15

diantaranya berasal dari Partai Golkar atau sebesar 30 % dari total anggota10. Begitu

pula pada tahun 2004, Partai Golkar berhasil memperoleh 16 kursi di DPRD

Simalungun atau sebesar 37,2 % total anggota legislatif. Sementara itu, perolehan

suara Partai Golkar Simalungun pada pemilu legislatif tahun 2009 mengalami

penurunan namun pengisi kursi legistatif terbanyak tetap dipegang oleh Partai

berlambangkan pohon beringin ini. Secara persen Partai Golkar merosot ke angka

20% dari 16 orang hanya tersisa 9 orang saja. Dibandingkan dengan partai politik

lainnya di Kabupaten Simalungun Partai Golkar tetap saja unggul.

10
Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Simalungun

6
Selain mendapatkan suara mayoritas dalam pemilu legislatif tahun 1999 dan

2004 kemenangan Partai Golkar di Kabupaten Simalungun juga diperkuat dengan

kemenangan Partai Golkar dalam memperebutkan posisi ketua DPRD Simalungun

sepanjang tahun 1999-2004 maupun 2004-2009. Pada dua periode tersebut, Ketua

DPRD Kabupaten Simalungun dijabat dari fungsionaris Partai Golkar, yakni,

H.Syamidun Saragih, S.Sos. Tidak hanya itu, Partai Golkar Kabupaten Simalungun

juga berhasil memperoleh posisi strategis dalam pemerintahan. Pada pemilihan

kepala daerah tahun 2009, koalisi Partai Golkar dengan Partai Demokrat telah

berhasil memenangkan pemilihan kepala daerah Kabupaten Simalungun untuk

periode 2010-2015.

Merujuk pada deskripsi di atas, dapat dilihat bahwa perolehan suara Partai

Golkar di Simalungun cenderung stabil dan semakin meningkat. meskipun, perolehan

Partai Golkar di Kabupaten/Kota lain di Sumatera Utara cenderung menurun.

Berdasarkan fakta tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

strategi Partai Golkar Kabupaten Simalungun dalam mempertahankan perolehan

suara terbanyak di DPRD Simalungun pada masa reformasi, dengan judul penelitian

“Eksistensi Partai Golkar dalam Politik Lokal (Studi pada Dewan Pimpinan

Daerah Partai Golkar Kabupaten Simalungun Tahun 2004-2009)”.

7
B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka rumusan permasalahan yang dibangun

penulis dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana strategi Partai Golkar mempertahankan kemenangan dalam

perolehan suara pada pemilu legislatif di Kabupaten Simalungun pada tahun tahun

2004-2009?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah bersifat formal akademis.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami strategi yang digunakan

Partai Golkar dalam memenangkan Pemilu Legislatif di Kabupaten Simalungun. Dan

untuk mengukur keberhasilan calon legisatif Partai Golkar yang dipilih masyrakat

Kabupaten Simalungun dengan melihat tereaisasi atau tidaknya program kerja yang

dijanjikan untuk kesejahteraan masyarakat Kabupaten Simalungun.

Keberhasilan Partai Golkar di Kabupaten Simalungun tidak berjalan mulus

terlihat pada tahun 2009 mengalami kemerosotan salah satu tujuan dari penelitian

mengidentifkasi apa penyebab penurunan persen pengisi kursi legisatif terbanyak di

Kabupaten Simalungun.

8
b. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah agar hasil penelitian ini menjadi

sebuah sumbangan bagi lembaga/institusi, yaitu: partai politik, LSM atau institusi

lainnya yang berkaitan dengan politik di Indonesia, khususnya di Kabupaten

Simalungun.

2. Manfaat Akademis

Manfaat akademis dari penelitian ini adalah sebagai suplemen baru dalam

pengembangan studi relevansi teori-teori politik bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik, khususnya mahasiswa Departemen Ilmu Politik yang tertarik

dengan masalah tersebut.

D. Tinjauan Pustaka

Terdapat beberapa studi yang mengkaji tentang eksistensi Partai Golkar di

Kabupaten Simalungun maupun tingkat nasional, seperti salah satu skripsi yang

berjudul “Kekalahan Partai Golkar pada pemilihan kepala daerah di Kabupaten

Toraja Utara 2010”, yang ditulis oleh Dedy Alamsyah Mannaroy mahasiswa dari

Universitas Hasanuddin pada tahun 2011. Skripsi ini memaparkan kegagalan

perwakilan Partai Golkar menjadi kepala daerah meskipun upaya yang dilakukan

sudah maksimal, sebab masyarakat mengasumsikan Partai Golkar akan membawa

dampak negatif bagi keberlangsungan pembangunan daerah. Beda halnya dengan

Kabupaten Simalungun yang selalu menduduki kursi terbanyak dari segi tahun

9
penelitian juga berbeda yang akan diteliti disini adalah tahun1999-2009 selain itu

Kabupaten yang akan dibahas juga berbeda.

Skripsi tahun 2009 yang ditulis Iswarizona Purba, mahasiswa Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara berjudul “Kiprah Partai Golkar dalam pentas Politik

Nasional di bawah Kepemimpinan Akbar Tandjung”. Skripsi ini menyoroti

signifikansi kepemimpinan Akbar Tandjung sehingga Partai Golkar mengalami

kemajuan yang cukup pesat. Banyak golongan percaya akan kinerja beliau, bahkan

partai ini sempat menjadi partai yang paling diagungkan pada masanya. Penulis

menemukan perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis buat

diantaranya mengenai objek penelitian bahwasanya objek yang diteliti oleh si penulis

sebelumnya adalah Partai Golkar secara Nasional. Sedangkan pada objek penelitian

ini adalah Partai Golkar di Kabupaten Simalungun. Kemudian, pada subyek yang

diambil oleh penelitian sebelumnya adalah anggota fraksi Partai Golkar secara

Nasional sedangkan subyek yang penulis ambil adalah meliputi Partai Golkar di

Kabupaten Simalungun, dan penulis akan meninjau kembali keakuratan data-data

mengenai objek ataupun subjek dengan berbagai macam informasi media dan

literatur-literatur kepustakaan.

Selain skripsi diatas, terdapat buku yang mengkaji tentang masalah yang sama

yaitu “The Golkar Way, Survival Partai Golkar di Tengah Tubulasi Politik Era

Transisi” yang ditulis oleh Akbar Tandjung pada tahun 2007. Tidak berbeda dengan

skripsi di atas, buku ini juga menuliskan tentang kejayaan Akbar Tandjung dalam

memimpin Partai Golkar. Penulis menemukan perbedaan penelitian tersebut dengan

10
penelitian yang penulis buat diantaranya mengenai objek penelitian bahwasanya

objek yang diteliti oleh si penulis sebelumnya adalah Partai Golkar secara Nasional.

Sedangkan pada objek penelitian ini adalah Partai Golkar di Kabupaten Simalungun.

Kemudian, pada subyek yang diambil oleh penelitian sebelumnya adalah anggota

fraksi Partai Golkar secara Nasional sedangkan subyek yang penulis ambil adalah

meliputi Partai Golkar di Kabupaten Simalungun.

Terdapat satu buku lagi yang berjudul “Politik Komunikasi Partai Golkar di

Tiga Era” oleh Rully Chairul Azwar. Buku setebal 206 halaman ini diterbitkan oleh

Grasindo tahun 2009. Buku ini menjelaskan tentang upaya Partai Golkar tetap

bertahan di era presiden yang berbeda. Adapun hal yang membedakan dari penelitian

ini adalah bahwasanya penulis lebih berfokus pada beberapa aspek tentang

bagaimana juga terkait dalam bahasan penulis akan tetapi yang membedakan dalam

buku ini adalah tentang data maupun analisa strategi pemilu legislatif di Kabupaten

Simalungun. Dan tentu saja hal ini didukung kuat oleh berbagai macam bukti literatur

dan hasil wawancara penulis kepada narasumber.

E. Metodologi Penelitian

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam melakukan pelaksanaan studi ini

adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor,

metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian menghasikan data deskriptif berupa

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian

11
kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasi dalam situasi wajarnya. Masalah

yang diungkapkan dapat disiapkan sebelum mengumpulkan data dan informasi, akan

tetapi bisa saja berubah selama kegiatan penelitian dilakukan.

b. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

Studi literatur dan dokumentasi, yaitu mencari dan mengumpulkan data mengenai

masalah-masalah yang bersangkutan melalui literatur buku, surat kabar, internet dan

lain-lain yang berkaitan dengan objek yang sedang diteliti.

Wawancara, teknik wawancara ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data

dan informasi melalui tanya jawab dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang

tidak berstruktur kepada pihak-pihak yang berkompeten mengenai kasus ini seperti

Hj. Sri Hardianty selaku Anggota legislatif DPRD Kabupaten Simalungun karena

peneliti anggap mampu menjelaskan mengenai kasus ini secara mendalam dan Bitner

SH dan Agus Parlaungan selaku Sekretaris Partai Golkar dan Ketua Badan

Pemenangan Pemilu Partai Golkar, karena peneliti anggap beliau memiliki

pengetahuan serta data-data yang peneliti perlukan untuk membahas kasus ini. Teknik

ini memberikan informasi secara langsung dari narasumber yang berkompeten dalam

pembahasan skripsi ini.

c. Teknik Analisa Data

Adapun teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

analisis, yaitu suatu pembahasan yang bertujuan untuk membuat gambaran terhadap

data-data yang terkumpul dan tersusun dengan cara memberikan interpretasi

12
terhadap data-data tersebut. Dengan menggunakan teknik penelitian ini berharap

dapat memberikan gambaran yang sistematis, faktual, aktual, dan akurat mengenai

strategi apa yang dilakukan Partai Golkar dalam mempertahankan Perolehan suara

tertinggi sejak tahun 1999 sampai 2009.

Untuk pedoman penulisan ini, penulis menggunakan buku terbitan Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Panduan

Penyusunan Proposal dan Skripi yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012 sebagai pedoman.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 5 bab yang akan

diuraikan secara ringkas, rincian dari masing-masing bab adalah sebagai berikut :

Bab pertama, berisi pendahuluan yang terdiri dari sub-sub bab yang

menjelaskan pernyataan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat

penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian serta sistematika penulisan.

Bab kedua merupakan landasan teori yang membahas partai politik.

Pengertian Partai Politik, Fungsi Partai Politik, Klasifikasi Partai Politik dan Politik

Lokal.

Bab ketiga berisi Sejarah Partai Golkar di Kabupaten Simalungun, Tujuan

Partai Golkar di Kabupaten Simalungun, Tugas Pokok Partai Golkar, Visi, Misi,

Platform dan Struktur Organisasi Partai Golkar. Deskripsi Lokasi Penelitian;

13
Tinjauan Lokasi, Tinjauan Luas, Tinjauan Topografi, Tinjauan Geologi, Tinjauan

Iklim, Tinjauan Hidrologi serta Jumlah dan Kepadatan Penduduk.

Bab keempat akan memaparkan alasan Partai Golkar mampu bertahan pada

masa reformasi di Kabupaten Simalungun. Bab ini juga berisi Strategi Kemenangan

Partai Golkar di Kabupaten Simalungun pada Masa Reformasi, dengan Strategi

Pemenangan Pemilihan Legislatif melalui Pembangunan Opini di Media. Program

Unggulan Partai Golkar di Kabupaten Simalungun Pasca Reformasi, hingga Partai

Golkar dapat bertahan di Kabupaten Simalungun serta Kemeresotan dalam

Kemenangan Partai Golkar pada tahun 2009.

Bab kelima adalah bab terakhir yang berisikan kesimpulan, saran dan kritik

berkaitan dengan masalah yang diajukan di skripsi ini.

14
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Partai Politik

Partai politik muncul pertama kali di Eropa Barat. Kemunculan partai politik

dilatarbelakangi dengan semakin meluasnya ide bahwa partai politik merupakan

faktor yang perlu diperhitungkan serta diikutsertakan sebagai proses politik, maka

partai politik berkembang dengan fungsi sebagai penghubung antara rakyat di satu

pihak dan pemerintah pihak lain.11

Menurut Lipset dan Rokkan, dasar pembentukan partai politik di Eropa adalah

“social cleavages, yaitu pembelahan sosial yang dihasilkan oleh ketegangan-

ketegangan sosial-kultural antara pusat-daerah, negara-agama, tuan tanah-

industriawan dan pengusaha-buruh. Dalam ketegangan sosio kultural ini, orang akan

melakukan identifikasi diri dan pada akhirnya memilih suatu representasi politik bagi

kepentingannya yang lain, misalnya dalam rangka pemilihan umum.”12

Setelah Perang Dunia I dan diakuinya hak pilih universal, pembelahan sosial

telah menjadi konstelasi politik yang mapan, yang membentuk sistem kepartaian di

Eropa dengan mengakar pada struktur sosial yang ada. 13 social cleavages sendiri

memiliki makna dimana agama, bahasa, etnisitas dan kelas bersifat hierarkis dan

11
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 2003),5
12
Robert Michael, Partai Politik : Kecenderungan Oligarkis dalam Birokrasi (Jakarta:
Rajawali Press 1984),8
13
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,2003),19

15
dapat berubah sewaktu-waktu. Pada perkembangannya perilaku pemilih dalam

memberikan dukungan kepada suatu partai politik ditentukan oleh faktor status sosial,

agama, kota-desa, dan kedaerahan dari seorang pemilih.14

Di Indonesia sendiri, Partai politik pertama-tama lahir dalam zaman Kolonial

Belanda sebagai manifestasi bangkitnya kesadaran nasional. Partai-partai politik di

dirikan bertujuan untuk melakukan pergerakan kearah kemerdekaan Indonesia.

Mereka melihat kemerdekaan sebagai hak setiap orang dan sekelompok orang yang

terlingkup di dalam suatu bangsa, tanpa perlu menghubungkannya dengan aliran yang

hidup dalam masyarakat, maupun ajaran agama yang di anut.15

Selama Jepang berkuasa di Indonesia, kegiatan Partai Politik dilarang, kecuali

untuk golongan Islam yang membentuk Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia

(MASYUMI). Pada masa Demokrasi Terpimpin telah tampak sekali bahwa PKI

memainkan peranan bertambah kuat, terutama memalui G 30 S/PKI akhir September

1965).16

Pemilu 1997 diselenggarakan pada 29 Mei 1997 untuk memilih anggota DPR

dan DPRD tingkat I dan II. Pemilu ini dimenangkan oleh Golongan Karya. Pemilu ini

merupakan pemilu terakhir pada masa Orde Baru. Setelah gelombang reformasi,

Indonesia bersistem multi partai dan terus berlanjut hingga sekarang.17 Presiden dan

Wakil Presiden dipilih setiap 5 tahun sekali melalui pemilihan yang dilaksanakan

14
Ahmad Farhan Hamid, Partai Politik Lokal di Aceh (Kemitraan Jakarta 2008),16-17
15
Rusli Karim, Perjalanan Partai Politik di Indonesia : Sesudah Potret Pasang Surut
(Rajawali, Jakarta 1983),54
16
Sigit jatmika, Partai Kebijakan dan Demokrasi (Pustaka pelajar, Yogyakarta 1999),32
17
Toto Pribadi, Sistem Politik Indonesia (Universitas Terbuka, Jakarta 2007),38

16
secara LUBER serta JURDIL (Langsung, Umum, Bebas, Rahasia serta Jujur dan

Adil) yang diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional

tetap dan mandiri.

1. Pengertian Partai Politik

Partai politik umumnya menjadi manifestasi dari suatu sistem politik yang

sudah modern atau yang sedang dalam proses memodernisasikan diri. Eksistensi

partai politik tidak terlepas dari tiga pihak, diantaranya18 :

1. Anggota/kader partai yang jumlahnya lebih besar kader yang loyal terhadap

partai politik tentu sangat diperlukan, mengingat kebanyakan keanggotaan

partai bersifat normatif dan tingkat kesetiaan terhadap partai tidak benar-benar

mengakar.

2. The professional workers, merupakan pengurus dalam organisasi partai.

3. Kelompok elite partai yang mempunyai wewenang dan dapat menentukan garis

kebijakan partai.

Maurice Duverger menjelaskan mengenai karateristik partai politik yang

ditinjau dari berbagai sisi, diantaranya 19:

1) Organisasi

Partai-partai politik diklasifikasikan berdasarkan keanggotaan seseorang dalam

suatu organisasi, hal ini dilihat dari individu yang secara langsung masuk dan

18
A Rahman H.I, Sistem Politik Indonesia(Yogyakarta,Graha Ilmu, 2007),43
19
Afan Gaffar,Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi, (Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
1999) ,38.

17
mengaitkan diri dalam partai politik tertentu, dan melihat dari keikutsertaan dalam

suatu partai politik karena adanya kepentingan.20

2) Keanggotaan

Keanggotaan dalam partai politik dibedakan antara partai kader dan partai

massa. Dalam partai kader, proses seleksi terhadap anggotanya dilakukan secara ketat

dengan memperhatikan berbagai aspek yang diharapkan bisa menarik pendukung

pemilih sebanyak-banyaknya dalam pemilihan umum. 21 Sedangkan partai massa

cenderung mendapatkan jumlah anggota sebanyak-banyaknya dengan elite

kepemimpinan yang diseleksi secara tepat.22

3) Kepemimpinan

Kepemimpinan diasumsikan sebagai suatu bentuk oligarki yang

menggambarkan kelas penguasa yang sering disebut inner circle.23

Menurut Miriam Budiarjo, fungsi partai politik diantaranya sebagai komunikasi

politik, sarana sosialisasi politik, sarana rekruitmen politik dan pengatur konflik. Dari

fungsi tersebut dapat disimpulkan bahwa partai politik terdiri dari orang-orang yang

mempunyai tujuan yang sama yaitu mempertahankan atau merebut suatu kekuasaan

dengan cara mengikuti kegiatan yang konstitusional seperti pemilihan umum. 24

20
Maurice duverger, Partai Politik dan Kelompok Penekan (Jakarta: Rineka Cipta,1994),56.
21
Miftah, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasi (Jakarta: PT Grafindo Persada),22.
22
Maurice duverger, Partai Politik dan Kelompok Penekan (Jakarta: Rineka Cipta,1994),59.
23
Maurice duverger, Partai Politik dan Kelompok Penekan (Jakarta: Rineka Cipta,1994),62.
24
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 2003)365

18
2. Fungsi Partai Politik

Fungsi partai politik antara lain sebagai:

a. Komunikasi politik

Komunikasi politik adalah proses penyampaian informasi mengenai politik dari


25
pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada pemerintah.

Komunikator dalam proses komunikasi politik memainkan peran sosial terutama

dalam pembentukan opini publik dan biasanya komunikator adalah pemimpin dari

organisasi atau partai politik tersebut.

Selain itu, komunikasi politik juga disebut penggabungan kepentingan setelah

pendapat dan aspirasi masyarakat ditampung lalu diolah dan dirumuskan dalam bentuk

yang lebih teratur setelah itu partai politik merumuskannya menjadi sebuah usulan

kebijakan, kemudian tertuang dalam program partai yang diperjuangkan melalui

parlemen kepada pemerintah agar dijadikan kebijakan umum. 26

b. Sosialisasi Politik

Sosialisasi politik merujuk pada proses dimana sikap-sikap politik dan pola-pola

tingkah laku politik diperoleh atau dibentuk guna menyampaikan patokan-patokan

politik dan keyakinan-keyakinan politik kepada generasi berikutnya. 27 Sosialisasi

25
Ramlan surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia,1992),119
26
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,2003),405
27
Gabriel A. Almond G.B. Powell Jr., Compartive Politics: A Development Approach (Boston:
Little Brown and Co., 1966),92-94

19
politik juga merupakan proses pembentukan sikap dan orientasi politik anggota

masyarakat.28

c. Partisipasi politik

Partisipasi politik merupakan kegiatan seseorang dalam partai politik.

Partisipasi politik mencakup semua kegiatan sukarela melalui keikutsertaan seseorang

dalam proses pemilihan pemimpin-pemimpin politik dan turut serta secara langsung

atau tidak langsung dalam pembentukan kebijaksanaan umum. Indikatornya adalah

berupa kegiatan individu atau kelompok yang bertujuan ikut aktif dalam kegiatan

politik, memilih pimpinan publik atau mempengaruhi kebijakan publik.29

d. Pendidikan politik

Namun, terdapat salah satu fungsi partai politik menurut Sukarna yang dikutip

dari Maurice Duverger bahwa partai politik juga berfungsi sebagai sarana pendidikan

politik kepada masyarakat.30 Kemudian, fungsi partai politik juga dapat dikategorikan

menjadi dua dalam wadah internal organisasi dan eksternal organisasi. Fungsi dari

internal organisasi yaitu bahwasanya peran organisasi sangat penting dalam

pembinaan, edukasi, pembekalan dan kaderisasi agar partai politik menjadi lebih

kuat.

28
Ramlan surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia,1992),122
29
Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik ( Jakarta : Gramedia Pustaka Utama 2003) 17-19.
30
Maurice Duverger, Partai Politik dan Kelompok Penekan (Jakarta : Rineka Cipta, 1994) ,24

20
Fungsi partai politik yang kedua yaitu eksternal organisasi, dimana organisasi

ini berkontribusi bagi masyarakat, bangsa dan negara agar moral dan etika

masyarakat terjaga lebih baik.31

3. Klasifikasi Partai Politik

Metode yang paling konservatif dalam mengklasifikasikan partai politik ialah

menurut jumlah partai yang ada dalam suatu negara. Dengan cara konvensional

tersebut dikenal adanya tiga klasifikasi partai politik, yaitu32 :

1) Sistem Partai Tunggal (one party system)

Di dalam suatu negara hanya ada satu partai yang dominan di antara beberapa

variasi tertentu. Sistem ini menunjukkan adanya satu partai yang dominan di

antara beberapa partai politik kecil lainnya.

2) Sistem dua partai (two party system)

Biasanya digunakan untuk menunjukkan adanya dua partai poltik dalam suatu

negara atau dengan beberapa variasi tertentu menunjuk adanya beberapa partai

politik tetapi terdapat dua partai yang berperan dominan.

3) Sistem banyak partai (multi party system)

Sistem ini menunjukkan adanya banyak partai politik dalam satu negara, tanpa

memperhatikan jumlah partai politik yang mempunyai kedudukan dominan

dalam pemerintahan.

31
Firmanzah, Mengelola Partai politik (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2008),69
32
Cheppy Haricahyono, Ilmu Politik dan Perspektifnya, (Yogyakarta : Tiara wacana YP2LPM,
1991),195-199

21
B. Politik Lokal

Politik lokal adalah sistem politik demokratis yang bekerja pada tingkat lokal

atau daerah. Institusi yang membentuknya adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,

dimana partai politik, kelompok kepentingan juga media massa sering dijadikan

komunikator. Politik lokal mencakup aspek yang luas seperti ekonomi, politik dan

sosial.33

Menurut Almond dan Powell dalam bukuya Comparative Politics: A

Developmental Approach yang sudah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia menjadi

“Perbandingan Politik Pendekatan Pembangunan” dalam melaksanakan perannya

politik lokal dituntut untuk memiliki beberapa kemampuan diantaranya34:

a) Extractive Capability

Kemampuan sistem politik untuk mengelola sumber-sumber material dan

manusia dari lingkungan domestik maupun internasional.35 Terdapat banyak daerah

yang tidak memiliki kemampuan extractive capability karena daerah tersebut masih

sangat bergantung pada pusat sehingga daerah tersebut tidak tercapai otonomi

daerahnya.

33
Arbi Sanit, Sistem Politik Indonesia: Kestabilan Peta Kekuatan Politik dan Pembangunan,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,1993),48
34
SL Harjanto, Dinamika Birokrasi dan Politik Lokal (Jakarta: PT Media Mahkota Utama,
2004),79-89
35
Cheppy Haricahyono, Ilmu Politik dan Perspektifnya, (Yogyakarta : Tiara wacana YP2LPM,
1991) ,197

22
b) Regulative Capability

Kemampuan sistem politik dalam mengontrol dan mengendalikan perilaku

individu atau kelompok. Seringkali daerah belum mampu untuk mengatur dan

mengendalikan perilaku individu atau kelompok yang ada di daerah.36

c) Distributive Capability

Kemampuan untuk melakukan alokasi dari lingkungan sistem politik kepada


37
individu ataupun kelompok masyarakat. Hal ini terkait dengan bagaimana

suprastruktur politik (Pemda dan DPRD) mengalokasikan anggaran untuk mengatasi

berbagai persoalan yang ada di berbagai bidang kehidupan masyarakat. Di daerah,

anggaran kerja menuntut pengalokasian dana jauh lebih besar dan banyak untuk

kepentingan aparatur daripada kepentingan publik masyarakat.

d) Symbolic capability

Kemampuan mengalirkan simbol-simbol dari sistem politik ke dalam

masyarakat. 38 Setiap daerah mungkin memiliki kemampuan ini, sebab hampir di

setiap sekolah diadakan upacara bendera di setiap hari Senin. Dalam upacara tersebut

terdapat pembacaan pembukaan UUD 1945 dan pengucapan Pancasila. Kunjungan ke

desa dan ke masyarakat juga sering dilakukan, baik untuk memberikan bantuan

maupun melakukan sosialisasi. Hanya saja keefektifan dari pelaksanaan symbolic

capability ini perlu dipertanyakan, sebab pengimplementasian nilai-nilai Pancasila


36
Cheppy Haricahyono, Ilmu Politik dan Perspektifnya, (Yogyakarta : Tiara wacana YP2LPM,
1991),200.
37
Cheppy Haricahyono, Ilmu Politik dan Perspektifnya, (Yogyakarta : Tiara wacana YP2LPM,
1991),202.
38
Cheppy Haricahyono, Ilmu Politik dan Perspektifnya, (Yogyakarta : Tiara wacana YP2LPM,
1991),205 .

23
pada kehidupan sehari-hari sangat kurang. Terbukti, para pejabat di daerah sering

diminta untuk mundur dari jabatannya. Perihal demonstrasi dapat dinilai sebagai

suatu perkembangan partisipasi politik dan demokrasi yang baik. Baik di satu sisi,

namun juga menandakan bahwa dukungan terhadap sistem politik mengalami erosi,

menjadi bukti bahwa kemampuan symbolic capability ini kurang efektif dalam

penerapannya.

e) Responsive Capability

Tuntutan yang berasal dari lingkungan internal maupun eksternal. Semakin

tinggi kemampuan untuk memberian respons terhadap berbagai tuntutan dari luar,

maka semakin tinggi pula dukungan yang akan diperoleh sistem politik dari luar.39

Politik lokal harus diterapkan di dalam partai politik. Sesuai tujuan setiap partai

politik yakni mencapai kekuasaan dan meraih kepentingan masing-masing. Karena

apabila partai politik dapat menarik simpati masyarakat untuk memberikan hak

suaranya dan berhasil mengumpulkan perhitungan terbanyak, maka partai politik

harusnya memberikan imbalan kepada masyarakat dengan cara memperbaiki sistem

perekonomian serta pendidikan di wilayah tersebut.40

Pada tahap penyelenggaraannya, politik lokal dan politik nasional hampir sama

karena berpusat pada satu pemimpin. Pada level nasional dipimpin oleh pemimpin

nasional (presiden), sedangkan pada tatanan lokal dipimpin oleh pemimpin setempat.

39
Cheppy Haricahyono, Ilmu Politik dan Perspektifnya, (Yogyakarta: Tiara wacana YP2LPM,
1991),207
40
R. Widodo Triputro, Supardal, Pembaharuan Otonomi Daerah (Jakarta : Program Studi Ilmu
Pemerintahan, STPMD "APMD" dan APMD Press, 2005) ,13

24
Tata cara pelaksanaan prosedural pelaksanaan politik lokal pun hampir sama dengan

politik nasional. Tetapi, pada level lokal pelaksanaannya tidak boleh menyalahi

prosedur nasional. Hal ini dimaksudkan bahwa politik lokal hanya berlaku pada

daerah lokal tersebut.41

Dari penjelasan mengenai kemampuan dalam politik lokal menurut Almond,

Partai Golkar di Kabupaten terlihat unggul dalam kemampuan ekstraktif, kemampuan

responsif dan kemampuan simbiolik. Dengan cara memaksimalkan hasil perkebunan

dan sumber daya manusia yang ada di Kabupaten Simalungun guna kesejahteraan.

Semakin besar kepercayaan yang diberikan masyarakat Kabupaten Simalungun maka

Partai Golkar semakin memiliki rasa tanggung jawab untuk pengembangan daerah

tersebut.

41
SL Harjanto, Dinamika Birokrasi dan Politik Lokal (Jakarta: PT Media Mahkota Utama,
2004) 93.

25
BAB III

DESKRIPSI UMUM PARTAI GOLKAR

DI KABUPATEN SIMALUNGUN

A. Partai Golkar dan Sejarah Berdirinya di Kabupaten Simalungun

1. Partai Golkar dan berkembangnya di Kabupaten Simalungun

Golkar mengikuti pemilu di tahun 1971 (pemilu pertama dalam Orde Baru).

Dalam pemilu pertama tersebut, Golkar tampil sebagai pemenang dan begitu

seterusnya pada pemilu 1977, 1982, 1987, 1992 dan 1997.42 Kemenangan Golkar

yang terus menerus ini dipicu oleh keberpihakan Soeharto dalam membuat kebijakan

yang menguntungkan Golkar seperti monoloyalitas PNS dan sebagainya.43 Setelah

Era Soeharto berakhir dan Era Reformasi lahir, Golkar berubah nama menjadi Partai

Golongan Karya (Partai Golkar) dan untuk pertama kalinya mengikuti Pemilu tanpa

bantuan kebijakan dari pemerintahan incumbent44.

Pada Pemilu 1999 yang diselenggarakan Presiden Habibie, perolehan suara

Partai Golkar turun menjadi peringkat kedua setelah PDI-P. Karena pemerintahan

Megawati Soekarnoputri dinilai tidak terlalu baik, maka para pemilih kembali

menaruh harapan kepada Partai Golkar serta partai-partai lainnya seperti Demokrat,

42
Imam Pratigno, Ungkapan Sejarah Lahirnya Golkar (Jakarta: Yayasan Bhakti, 1984),5
43
Rusli Karim, Perjalanan Partai Politik di Indonesia : Sesudah Potret Pasang Surut (Jakarta.:
Rajawali, 1983),39.
44
Secara harfiah Incumbent berasal dari bahasa latin yang memiliki arti Petahana melainkan
Tahana yang berarti kedudukan, martabat (kebesaran, Kemuliaan) Kata ini dipopulerkan oelh Salomo
Simanungkalit. Kata Incumbent pertama dipakai dalam literature popular berbahasa Inggris bermakna
“yang sedang mngemban jabatan” atau “Pengemban jabatan” (Harian Kompas yang dimuat pada 6
februari 2009).

26
PKB, dll. Partai Golkar menjadi pemenang Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif

pada tahun 2004 dengan meraih 24.480.757 suara atau 21,58% dari keseluruhan suara

sah. 45

Kemenangan tersebut mengembalikan prestasi Partai Golkar, mengingat di

Pemilu 1999 mereka kalah bersaing dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

dibawah pimpinan Megawati Soekarnoputri. Dalam Pemilu 1999, Partai Golkar

menduduki peringkat kedua dengan perolehan 23.741.758 suara atau 22,44% dari

suara sah. Sekilas, Partai Golkar mendapat peningkatan 738.999 suara, tapi dari

prosentase turun sebanyak 0,86%. Kemudian, Partai Golkar mendapat 107 kursi

(19,2%) di DPR hasil Pemilihan Umum Anggota DPR 2009, setelah mendapat

sebanyak 15.037.757 suara (14,5%). Perolehan suara dan kursi Partai Golkar

menempatkannya pada posisi kedua dalam Pemilu ini. 46 Pada Pemilu 2004 Partai

Golkar dikalahkan oleh PDI Perjuangan.

Pembentukan Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar) di

Kabupaten Simalungun tidak terlepas inisiatif ABRI (Angkatan Bersenjata Republik

Indonesia). Panglima Kodam II Bukit Barisan membutuhkan ABRI dalam

menghadapi kondisi masyarakat yang tidak menentu dan berpotensi membahayakan

keamanan, sebagai kekuatan sosial politik dan pertahanan keamanan. Pada saat itu,

segala organisasi politik harus bergabung dalam suatu wadah yang disebut dengan

Front Nasional dan organisasi-organisasi yang tidak berafiliasi dengan partai politik

45
Aulia Rachman, Citra Khalayak tentang Partai Golkar (Jakarta: PSAP, 2003) ,82
46
Akbar Tandjung, The Golkar Way : Survival Partai Golkar di tengah Turbulensi Politik Era
Transisi (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007),29

27
serta yang berorientasi pada karya dan kekaryaan juga harus berada dalam barisan

Front Nasional. Terlebih, keadaan dan kondisi di Kabupaten Simalungun saat itu

mencemaskan dimana kekuatan organisasi Non Pancasilais yang dikoordinir oleh

PKI telah berhasil menyusun kekuatan di segala sektor dan bidang, di tengah-tengah

golongan dan lapisan masyarakat.47

Panitia Persiapan Pembentukan Sekretariat Bersama Golongan Karya dibentuk

pada tanggal 26 Juli 1965. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, terbentuklah

pengurus Sekber Golkar ditetapkan Letkol T. A. Lingga sebagai ketua. Selanjutnya,

dikeluarkan suatu pernyataan kebulatan tekad lahirnya suatu organisasi kekaryaan

yang bernama Sekber Golkar yang didukung oleh ABRI dan masyarakat. Seluruh

pembentukan itu didukung oleh ABRI, karena ABRI lahir dari rakyat, dan

merupakan kekuatan sosial politik yang dilahirkan dalam perjuangan kemerdekaan.

Oleh karenanya, ABRI turut serta dan tidak dapat tinggal diam dalam setiap gerakan

masyarakat. Pembentukan Sekber Golkar di setiap wilayah Kabupaten/Kota

dilaksanakan sesuai dengan surat Panglima Daerah Militer II kepada DANDREM 21

s/d 23 dan DANDIM 0212.48

Pada tanggal 7 Mei 1966, diadakan musyawarah kerja yang bertempat di

Gedung Bhayangkari dengan agenda perubahan susunan Pengurus Harian.

Sehubungan Letkol T.A. Lingga ditugaskan untuk mengikuti SESKOAD, maka

47
Pangihutan Sirumapea, Perkembangan Partai Golkar di Sumetera Utara, (Medan: Garuda
Maju Cipta, 2008),84
48
Rully Khairul Azwar, Politik Komunikasi Partai Golkar di Tiga Era, (Jakarta: Grasindo,
2008),75

28
dalam musyawarah tersebut terpilih A. Kadir Pohan dari Angkatan Darat sebagai

ketua, dan O.K. Soeratoellah dari SOKSI menjadi sekretaris. Kemudian di awal tahun

1968, A. Kodir Pohan mendapat tugas baru dari KODAM I/Iskandar Muda sehingga

jabatan ketua Sekber Golkar ditugaskan kepada Kol. M. Saleh Arifin. Tugas tersebut

dijabat oleh yang bersangkutan sampai dengan diadakannya Musyawarah Daerah I

Golongan Karya Kabupaten Simalungun.49

Kedudukan ormas-ormas anggota Sekber Golkar sebelum lahirnya Peraturan

Menteri No. 12/1969. pada umumnya menerapkan disiplin induk organisasinya

masing-masing dalam Sekber Golkar terutama di Lembaga Legislatif Daerah, karena

Sekber Golkar belum mempunyai wewenang dan prosedur yang cukup kuat untuk

mendisiplinkan anggotanya. Namun setelah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah

No. 12/1969. Situasi kemudian mulai berubah dari sebelumnya. Pengaruhnya

meliputi wibawa dan prosedur menambah kekuatan Sekber Golkar dalam

pengembangan, pengarahan dan pengendalian. Pelaksanaan peraturan pemerintah

dapat berjalan dengan baik walaupun terdapat beberapa hambatan yag tidak berarti.50

Dengan demikian, seluruh wilayah yang berada di Sumatera Utara dalam waktu yang

relatif singkat terbentuk oleh Sekber Golkar, dan memang dinantikan oleh masyarakat

Pancasilais. 51

49
Pangihutan Sirumapea, Perkembangan Partai Golkar di Sumetera, (Medan: Garuda Maju
Cipta, 2008),96
50
Akbar Tandjung, The Golkar Way : Survival Partai Golkar di tengah Turbulensi Politik Era
Transisi (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007),41
51
Pangihutan Sirumapea, Perkembangan Partai Golkar di Sumetera, (Medan: Garuda Maju
Cipta, 2008),77

29
Sekber Golkar mendapat banyak dukungan masyarakat melalui organisasi-

organisasi yang berafiliasi tidak dengan partai politik, melainkan yang berorientasi

pada karya dan kekaryaan seperti MKGR, SOKSI, KOSGORO 52 , dan organisasi

fungsional lainnya. 53 Dalam beberapa keputusan Sekber Golkar pada permulaan

berdirinya jelas menunjukkan bahwa Sekber Golkar senantiasa berusaha

mengamankan putusan pemerintah, memelihara kesatuan dan persatuan bangsa, serta

mendukung Dwifungsi ABRI.54

2. Tujuan Partai Golkar

Dalam Anggaran Dasar Partai Golkar, tujuan Partai Golkar adalah:

1) Mempertahankan dan mengamalkan Pancasila serta menegakkan UUD 1945

2) Mewujudkan cita-cita bangsa sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan UUD

1945.

3) Menciptakan masyarakat adil dan makmur, merata material dan spiritual

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI).

52
MKGR adalah salah satu partai politik di Indonesia yang pernah menjadi peserta di pemilihan
umum tahun 1999. Singkatan dari MKGR adalah Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong.
SOKSI adalah singkatan dari kata Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia. Organisasi ini
terbentuk di Jakarta pada 20 mei 1960.
Kosgoro adalah singkatan Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong yang berdiri pada tahun
1957 (Pa8rtai Golkar dalam Masa Transisi).
53
Harmoko, Quo vadis Golkar : Mencari Presiden Pilihan Rakyat, (Jakarta:Kintamani
Publishing,2009),6-7
54
Leo Suryadinata, Golkar dan Militer : Studi Tentang Budaya Politik, (Jakarta:LP3ES,
1992),144

30
4) Mewujudkan kedaulatan rakyat dalam rangka mengembangkan kehidupan

demokrasi, yang menjunjung tinggi dan menghormati kebenaran, keadilan,

hukum dan HAM.

Partai Golkar mempunyai Doktrin KARYA DAN KEKARYAAN yang disebut

“ KARYA SIAGA GATRA PRAJA”.55 Terkait hal ini, upaya untuk memperkokoh

keberadaan Partai Golkar sebagai Partai Kebangsaan terus ditingkatkan. Dalam

rangka mengembangkan demokrasi baik secara struktural maupun kultural, maka

Partai Golkar berjuang menciptakan sistem dan format politik yang di dalamnya

berjalan mekanisme kontrol dan keseimbangan (check and balance) mendorong

terbukanya ruang partisipasi politik serta memberdayakan lembaga.56

Sejalan dengan tuntutan pembaharuan dan tuntutan zaman maka Partai Golkar

hadir dengan membawa paradigma baru. Paradigma ini mengandung aspek

pembaharuan sekaligus aspek kesinambungan. Aspek pembaharuan ditujukan melalui

perubahan struktur atau kelembagaan dan aspek kesinambungan tampak pada

kekukuhan Partai Golkar untuk tetap berideologi Pancasila dan berpegang teguh pada

doktrin karya kekaryaan. Paradigma baru Golkar adalah jati diri yang lahir tahun

1964 yang tertuang dalam Ikrar dan Doktrin Perjuangan Golkar yang diaktualisasikan

dengan semangat baru dalam lingkungan strategis yang telah berubah dan merupakan

55
Hasil MUNAS VIII Partai Golkar Tahun 2009 “Suara Rakyat Suara Golkar”, 82 sekretariat
Jendral Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar tahun 2009.
56
Bambang Setiawan, Partai-Partai Politik Indonesia, Ideologi dan Program, 2004-2009
(Jakarta: Kompas, 2004) ,281

31
wujud reformasi eksternal dalam mengembangkan orientasi baru yang tak terlepas

dari semangat reformasi.57

Lahirnya paradigma baru Partai Golkar dipengaruhi oleh kondisi eksternal yaitu

krisis moneter yang menimpa kawasa Asia Tengggara yang berdampak kepada

perekonomian Indonesia sehingga Partai Golkar memperkuat sektor usaha.58 Kondisi

internal juga mempengaruhi semangat perjuangan sebagai semangat yang melahirkan

paradigma baru Partai Golkar. Fitrah Partai Golkar sebagai pembaharu mendorong

untuk melakukan reformasi serta melindungi bangsa Indonesia untuk mengawal

perjalanan kehidupan bangsa menuju kehidupan yang lebih baik.59

Pembaharuan ini guna meluruskan bebrapa isu negatif yang sempat berkembang

seperti isu adanya kecurangan yang dilakukan Partai Golkar, tentnya ini diarahkan

untuk Partai Golkar yang lebih baik lagi. Paradigma baru ini diupayakan sebagai

penghapus keyakinan bahwa partai politik tidak hanya menjadi mesin pemilu atau

alat politik untuk melegitimasi kekuasaan (the ruler’s party).60

Selain itu pembaharuan ini juga dipicu oleh fitrah Partai Golkar itu sendiri,

seperti yang dijeaskan pada urutan ke empat dalam Ikrar Panca Bhakti Golongan

57
Akbar Tandjung, The Golkar Way : Survival Partai Golkar di tengah Turbulensi Politik Era
Transisi (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), 148
58
Kholid Novianto, Partai Golkar dalam Masa transisi (Jakarta: Benda Press, 2003), 162.
59
Akbar Tandjung, The Golkar Way : Survival Partai Golkar di tengah Turbulensi Politik Era
Transisi (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), 202
60
Harmoko, Quo vadis Golkar : Mencari Presiden Pilihan Rakyat, (Jakarta:Kintamani
Publishing,2009),16

32
KaryaBAHWA SEMANGAT PEMBAHARUAN SEJATINYA MERUPAKAN

fitrah atau sikap dasar dari awal lahirnya Golkar.61

Pembahatuan ini dimulai dari dalam Partai Golkar seperti pembaharuan

terhadap struktur dan kelembagaan organisasi yang dapa memberi batasan pada

kemandirian Partai Golkar melalui akses yang terlalu besar pada organisasi.62

3. Tugas Pokok Partai Golkar

Untuk mencapai tujuan di atas, tugas pokok Partai Golkar seperti yang tertulis

dalam Buku Saku Anggota Partai Golkar adalah memperjuangkan terwujudnya

peningkatan segala aspek kehidupan yang meliputi ideologi, politik, ekonomi, agama,

sosial budaya, setia pertahanan dan keamanan nasional guna mewujudkan cita-cita

nasional.63

4. Visi, Misi , Platform dan Struktur Organisasi Partai Golkar

1. Visi Partai Golkar

Terwujudnya masyarakat Indonesia yang bersatu, berdaulat, maju, modern,

damai, adil, makmur, beriman dan bertakwa, berkesadaran hukum dan

61
Akbar Tandjung, The Golkar Way : Survival Partai Golkar di tengah Turbulensi Politik Era
Transisi (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007),124
62
Aulia A.Rahman, Citra Khalayak tentang Golkar, (Jakarta: Pusat Studi Agama dan
Peradaban, 2006),48
63
Hasil MUNAS VIII Partai Golkar Tahun 2009 “Suara Rakyat Suara Golkar”, 82 sekretariat
Jendral Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar tahun 2009.

33
lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam tatanan

masyarakat madani.64

2. Misi Partai Golkar

a. Menegakkan, mengamankan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar

negara dan ideologi bangsa demi memperkokoh Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

b. Mewujudkan cita-cita proklamasi melalui pelaksanaan pembangunan nasional

di segala bidang untuk merealisasikan masyarakat yang demokratis dan

berdaulat, sejahtera, adil dan makmur menegakkan supremasi hukum dan

menghormati Hak Asasi Manusia serta terwujudnya ketertiban dan perdamaian

dunia. 65

3. Platform Partai Golkar

a. Senantiasa berwawasan kekaryaan dalam mewujudkan Negara Kesatuan

Republik Indonesia berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

b. Mengembangkan wawasan kebangsaan sebagai satu-satunya cara pandang

mengatasi perbedaan paham, golongan dan kelompok atas dasar suku, etnis,

agama, aliran dan budaya sehingga seluruh bangsa Indonesia terhimpun dalam

kekuatan besar.

64
Hasil MUNAS VIII Partai Golkar Tahun 2009 “Suara Rakyat Suara Golkar”, 82 sekretariat
Jendral Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar tahun 2009.
65
Hasil MUNAS VIII Partai Golkar Tahun 2009 “Suara Rakyat Suara Golkar”, 82 sekretariat
Jendral Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar tahun 2009.

34
c. Mengembangkan ciri pluralisme dalam kesatuan dengan menampung

kemajemukan bangsa Indonesia yang terpatri dalam semboyan Bhinneka

Tunggal Ika.

d. Mempertahankan komitmen terhadap kemajuan demokrasi yang tetap,

mempertahankan nilai-nilai dasar yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.

e. Berjuang secara konsisten mewujudkan kesejahteraan, keadilan dan kecerdasan

rakyat secara menyeluruh.

f. Mempertahankan komitmen dalam penegakan supremasi dan HAM serta

mewujudkan pemerintahan yang bersih dalam tata kehidupan yang demokratis

dan konstitusional.

g. Mengembangkan penghayatan nilai-nilai moral dan etika yang bersumber dari

ajaran agama untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan sekaligus sebagai

sumber motivasi dan inspirasi dalam pembangunan. 66

Adapun susunan Partai Golkar, yaitu:

1. Dewan Pimpinan Pusat (DPP)

2. Dewan Pimpinan Daerah Propinsi (DPD Propinsi)

3. Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota

4. Pengurus Kecamatan dan Kelurahan, serta Kelompok Kerja (Pokar) yang berada

di bawah pengurus kecamatan.

66
Hasil MUNAS VIII Partai Golkar Tahun 2009 “Suara Rakyat Suara Golkar”, 82 sekretariat
Jendral Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar tahun 2009.

35
Berikut adalah Komposisi dan Personalia DPD Partai Golkar Kabupaten

Simalungun Masa Bhakti 1999-2004, 2004-2009 dan 2009-2015.

Tabel III.A.1
Komposisi dan Personalia Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar
Kabupaten Simalungun
Masa Bhakti 1999-2004
Struktur Nama
Penasehat H. Syamidun Saragih
Ketua Drs. Pangihutan Siagian
Wakil Ketua Marinsen Saragih, SH
Sekretaris Janter Sirait, SE
Wakil Sekretris Hj. Siti Aminah Lubis
Bendahara Ny. Damertina Saragih
Anggota Siswanto KS
Drs. Edy Irianto Sipayung
Drs. Edy Achyar
St. Hermanus Lumbanraja, BA
Kumpul Sakim
Sumber : Memori Pelaksanaan Tugas DPRD Kabupaten Simalungun 1999-2004

Tabel III.A.2
Komposisi dan Personalia Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar
Kabupaten Simalungun
Masa Bhakti 2004-2009
Struktur Nama
Penasehat H. Syamidun Saragih
Ketua Janter Sirait, SE
Wakil Ketua Timbul Jaya Sibarani, SH
Sekretaris Drs Niwar
Wakil Sekretris Masdin Saragih, SH
Bendahara Eko Sulistiyowati, SPd
Anggota Ir. Makmur Damanik
Binton Tindaon
Esman, S.Ag
Endang Wirdawaty, SE
Makmur
Nasom Damanik, BA
Rudolf Girsang
Chairul Siregar
Sumber : Memori Pelaksanaan Tugas DPRD Kabupaten Simalungun 2004-2009

36
Tabel III.A.3
Komposisi dan Personalia Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar
Kabupaten Simalungun
Masa Bhakti 2009-2014
Struktur Nama
Ketua Janter Sirait, SE
Wakil Ketua Timbul Sibarani, SH
Sekretaris Ir. Makmur Damanik
Wakil Sekretaris Togi Samos
Bendahara Priahken Tarigan, SE
Wakil bendahara Sabaruddin Sitorus, ST
Anggota Bidner Butar-Butar, SH
Ovrita Tanjung
Pianus Sinaga
Sanju MJ Sidabutar
Humuntal Rajaguk-guk
Tiurma Saragih, SPd.
Sumber : Memori Pelaksanaan Tugas DPRD Kabupaten Simalungun 2009-2014

B. Deskripsi Kabupaten Simalungun

Untuk mengetahui secara garis besar keadaan Kabupaten Simalungun, akan

dipaparkan faktor-faktor yang bersifat tetap maupun yang berkembang guna

mendapatkan gambaran umum, yaitu67

a. Tinjauan Letak

Kabupaten Simalungun merupakan salah satu daerah di Propinsi Sumatera

Utara terletak pada 980 32” BT- 99O 34” BT dan 2O 36‟ LU dan 2O 36”LU-3O 18” LU,

dengan ketinggian antara 20 m – 18000 m diatas permukaan laut, dengan batas

sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

2. Sebelah Timur berbatasan dengan dengan Kabupaten Asahan.

67
Palupi P Astuti, Profil Daerah Kabupaten dan Kota Jilid 3 (Jakarta: Kompas, 2003),26-29

37
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tobasa.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo.

b. Tinjauan Luas

Lahan pertanian yang subur dan luas menjadi modal utama perekonomian

Simalungun dan menjadikan daerah ini lumbung padi terbesar kedua di Sumatera

Utara setelah Kabupaten Deli Serdang. Terletak pada ketinggian 369 meter di atas

permukaan laut, Simalungun mampu menarik perhatian masyarakat luar daerah sejak

zaman kolonial.

Irigasi yang bersumber dari bendungan merupakan salah satu bentuk

pembangunan zaman kolonial, dimanfaatkan petani untuk mengairi sawah. Lahan

sawah termasuk ladang tersebar merata di setiap kecamatan. Tahun 2001 misalnya,

petani Simalungun memproduksi beras 293.179 ton, 190 persen dari kebutuhan lokal.

Simalungun setiap tahun surplus beras yang disalurkan ke daerah sekitarnya melalui

Dolog68 maupun pasar tradisional.

Swasembada pangan Simalungun teruji puluhan tahun dan masih akan terus

berlangsung. Tahun 1995, petani bersemangat menanam kelapa sawit sehingga tidak

sedikit lahan sawah beralih fungsi menjadi lahan perkebunan kelapa sawit. Alih

68
Dolog adalah depot logistik atau Instansi vertical dari BULOG di Provinsi atau Daerah
Tingkat I. (digilibs.its.ac.id).

38
fungsi lahan ini tidak mengganggu Simalungun sebagai penghasil beras. Produksi

beras Simalungun tahun 1995 surplus 149.255 ton.69

Selain padi, daerah ini juga penghasil utama palawija. Jagung, ubi jalar, ubi

kayu, dan kacang tanah menempati urutan pertama dan kedua produksi terbesar di

Sumatera Utara. Dukungan tenaga kerja pertanian tanaman pangan sangat besar.

Kecamatan Dolok Panribuan dan Tanah Jawa yang berbatasan dengan Kabupaten

Asahan di timur serta delapan kecamatan lainnya di barat merupakan daerah-daerah

dengan tenaga kerja pertanian tanaman pangan lebih dari 50 persen.

Kecamatan Dolok Silau yang berbatasan dengan Kabupaten Karo di barat

menjadi penyedia tenaga kerja pertanian tanaman pangan terbesar (83,4 persen).

Sementara Kecamatan Tapian Dolok yang berbatasan dengan Kabupaten Deli

Serdang menjadi daerah dengan sebaran penduduk merata dalam lapangan pekerjaan:

pertanian tanaman pangan, perkebunan, pertanian lainnya, industri pengolahan serta

jasa. Potensi perkebunan semakin memantapkan pertanian sebagai sektor unggulan.

Kegiatan ekonomi daerah tahun 2001 Rp 4,2 triliun, 62 persen disumbang oleh

pertanian. Di sektor pertanian, hampir 50 persen ditunjang hasil perkebunan.70

Dalam menjual hasil panen, petani Simalungun sangat bergantung pada

pedagang dan tengkulak, yang sebagian besar dari luar daerah. Kehadiran industri

besar seperti PT Good Year Sumatra Plantations yang didirikan tahun 1970 cukup

69
Pangihutan Sirumape, Keistimewaan Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun.( Medan :
Garuda Maju Cipta, 2001),61
70
Pangihutan Sirumape, Keistimewaan Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun.( Medan :
Garuda Maju Cipta, 2001),61

39
membantu petani memasarkan hasil panen mereka. Meskipun memiliki perkebunan

sendiri, perusahaan pengolahan karet ini mampu menampung karet hasil perkebunan

rakyat. Setelah diolah menjadi bahan setengah jadi, produknya dijual ke luar daerah

dan ekspor.71

Melihat produksi pertanian yang melimpah, sepantasnya Pemerintah Kabupaten

Simalungun memberikan perhatian khusus terhadap perkembangan industri

pengolahan. Meski belum maksimal, aktivitasnya mampu memberikan kontribusi Rp

721,6 miliar. Jumlah tenaga kerja yang terserap dalam bidang ini di berbagai

kecamatan masih sedikit, satu sampai empat persen. Satu-satunya kecamatan dengan

jumlah tenaga kerja besar dalam bidang ini adalah Tapian Dolok yang berbatasan

langsung dengan Kabupaten Deli Serdang, dengan 12,7 persen tenaga kerja.72

Perpaduan pengembangan antara pertanian sebagai sumber bahan baku,

industri, sebagai wahana pemberi nilai tambah dan perdagangan akan menjadikan

Simalungun sebagai daerah agroindustri, agrobisnis dan juga agrowisata.

Kabupaten Simalungun secara Administratif Pemerintahan terdiri dari 30

Kecamatan dengan 290 Nagori dan 21 Kelurahan memiliki 438.660 Ha dengan

perincian sebagai berikut73 :

71
Pangihutan Sirumape, Keistimewaan Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun.( Medan :
Garuda Maju Cipta, 2001),73
72
Pangihutan Sirumape, Keistimewaan Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun.( Medan :
Garuda Maju Cipta, 2001) ,76
73
Memori Pelaksanaan Tugas DPRD Kabupaten Simalungun

40
1. Permukiman / perkampungan : 13.231 Ha

2. Persawahan : 64.909 Ha

3. Perladangan / perkampungan : 90.839 Ha

4. Perkebunan Besar : 106.276 Ha

5. Perkebunan Rakyat : 40.419 Ha

6. Hutan (lebat+belukar) : 88.995 Ha

7. Alang-alang : 34.660 Ha +

Jumlah : 438.660Ha

c. Tinjauan Topografi

Kabupaten Simalungun memiliki daerah yang terdiri dari atas dataran tinggi dan

dataran rendah dimana dataran tinggi terletak di bagian barat daya, barat dan barat

laut dan dataran rendah pada bagian utara, timur, selatan, timur laut dan tenggara.

Pada daerah dataran tinggi terdapat beberapa gunung serta bukit dan areal hutan

yang mendapatkan pengawasan oleh pihak-pihak kehutanan, beberapa gunung yang

dimaksud, yaitu :

1. Gunung Simbolon

2. Gunung Singgalang

3. Gunung Sipiso-piso

4. Gunung Simanuk-manuk

Kondisi tersebut mencerminkan bahwa sebagian besar daerah Kabupaten

Simalungun merupakan daerah hulu sungai baik sungai besar maupun sungai kecil.

41
d. Tinjauan Geologi

Seperti diketahui bahwa sebagian besar wilayah di Kabupaten Simalungun

terutama pada dataran tinggi terbentuk akibat letusan gunung Danau Toba di masa

lalu dan terletak di Pegunungan Bukit Barisan.

Kondisi geologi tersebut menyebabkan terdapat banyak jenis bebatuan di

Kabupaten Simalungun, baik batu kerikil, batu padas, batu kapur, batu granit dan batu

lainnya. Hasil tersebut dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan lokal maupun

dikirim ke luar daerah Kabupaten Simalungun.

e. Iklim

Kabupaten Simalungun merupakan daerah penerima curah hujan yang cukup

tinggi, secara statistik pada tahun 2003 tercatat sebesar 3.267 mm.

f. Tinjauan Hidrologi

Sesuai dengan kondisi topografi Kabupaten Simalungun yang sebagian besar

berupa pegunungan terdapat kawasan hutan lindung maupun hutan produksi terbatas

serta cagar alam. Hal ini menunjukkan bahwa daerah ini merupakan daerah hulu

sungai dengan 157 buah sungai diantaranya yang terpanjang adalah Sungai Bah

Bolon (118 km), Bah Lombut (89,50 km) dan Bah Tongguran (91 km).

42
Tabel III.A.4
Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Simalungun
tahun 2006-2010

g. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

TAHUN 2010 2009 2008 2006

Jumlah Pria (jiwa) 407.838 430.913 427.372 421.609

Jumlah Wanita (jiwa) 409.882 428.966 425.740 419.589

Total (jiwa) 817.720 859.879 853.112 841.198

Pertumbuhan Penduduk (%) -5 1 - -

Kepadatan Penduduk (jiwa/Km²) 187 - 194 -

Sumber : Memori Pelaksanaan Tugas DPRD Kabupaten Simalungun 2009-2014

43
BAB IV

STRATEGI KEMENANGAN DAN DEGENERASI PARTAI GOLKAR

DI KABUPATEN SIMALUNGUN PADA MASA REFORMASI

A. Strategi Kemenangan Partai Golkar di Kabupaten Simalungun pada

tahun 2004-2009

Pada pemilu 1999 yang lalu, Partai Golkar mengalami berbagai masalah yang

ditandai dengan banyaknya tantangan, tekanan bahkan ancaman. Tekanan di tubuh

Partai Golkar dikaitkan dengan pemerintahan Orde Baru sehingga menimbulkan

stigma dan kesan negatif, dimana stigma tersebut telah mempengaruhi perolehan

suara pada pemilu 1999. Selain itu, terdapat oknum tertentu, seperti organisasi massa,

LSM, dan partai yang mengecam bahwa Partai Golkar telah melakukan pelanggaran

pada pemilu 1999, bahkan mereka menuntut ke Mahkamah Agung agar Partai Golkar

dibubarkan. Sejumlah aktivis tersebut beranggapan bahwa eksistensi Partai Golkar

akan menjadi problematika. Namun demikian, ancaman tersebut tidak berpengaruh

secara krusial karena Mahkamah Agung memutuskan bahwa tidak ada dasar hukum

yang kuat terhadap pembubaran Partai Golkar.74

Pada kenyataannya, Partai Golkar masih eksis dan kuat selama satu dekade

terakhir. Dukungan politik di tingkat elit termasuk birokrasi dan konstituen masih

tinggi meskipun sistem politik sudah berubah. Partai Golkar telah menjadi faktor

74
Nung Runua, Dinamika Politik Indonesia dari Pemilu 1992 sampai Kabinet Pembanguan vi,
(Jakarta: PT Bina Rena Perwira, 1994),133

44
determinan dalam setiap proses politik, terutama di sidang parlemen. Hal ini juga

diperkuat dengan tipe masyarakat di Kabupaten Simalungun merupakan pemilih


75
dengan tipe realis atau rasional. Masyarakat Kabupaten Simalungun sangat

meyakini kesejahteraan yang dinikmati saat ini sebagian besar merupakan hasil usaha

anggota legislatif dari Partai Golkar sejak Orde Baru. Oleh karena itu, para pemilih

memiliki keterikatan untu tetap memilih calon legislatif dari Partai Golkar.

Selain hal tersebut kekuatan Partai Golkar juga diakui oleh anggota Fraksi

Partai Persatuan Pembangunan, Kabupaten Simalungun yang wilayahnya hampir

sebagian besar perkebunan. Basis dari Partai Golkar adalah dari pegawai perkebunan.

Sejak masa pemerintahan Soeharto banyak pegawai perkebunan tersihir untuk lebih

condong pada Partai Golkar, hal ini telah mengakar dan menjadikan Partai Golkar

sampai sekarang partai yang tangguh. Sumber daya manusia dari Partai Golkar juga

diakui mempunyai keunggulan lebih, calon legislatif selalu mempunyai nilai tinggi di

masyarakat.76

75
Pemilih memiliki orientasi tinggi pada policy-problem-solving dan berorientasi rendah untuk
faktor ideologi. Pemilih dalam hal ini lebih mengutamakan kemampuan partai politik atau calon
kontestan dalam program kerjanya. Program kerja atau platform partai bisa dianalisis dalam dua hal :
1) Kinerja partai di masa lampau (backward looking) dan 2) tawaran program untuk menyelesaikan
permasalahan nasional yang ada (forward looking).Kinerja partai atau kontestan biasanya
termanifestasikan pada reputasi dan citra (image) yang berkembang di masyarakat. Dalam konteks ini
yang lebih utama bagi partai politik dan kontestan adalah mencari cara agar mereka bisa membangun
reputasi di depan publik dengan mengedepankan kebijakan untuk mengatasi permasalahan nasional.
Pemilih jenis ini menggunakan analisis kognitif dan pertimbangan logis yang sangat dominan dalam
proses pengambilan keputusan. Hal yang terpenting bagi mereka adalah apa yang bisa (dan yang telah)
dilakukan oleh sebuah partai atau kontestan. (Firmanzah, Marketing Politik antara Pemahaman dan
Realitas. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 2008),120
76
Hasil wawancara dengan Khoirul, Anggota Fraksi Partai Persatuan Pembangunan melalui
telefon 18 Januari 2014. Pukul 14.19 WIB.

45
Di Kabupaten Simalungun, Partai Golkar memiliki tingkat kepercayaan publik

yang tinggi. Hal tersebut dijadikan sebagai modal perjuangan Partai Golkar dalam

rangka merealisasikan pokok-pokok program perjuangan, tentunya ini diperkuat

dengan bebrapa potensi, yaitu

Pertama, potensi historis. Partai Golkar telah berusia lebih dari tiga setenga

dasawarsa yang didukung oleh kekuatan-kekuatan masyarakat dari seluruh lapisan.

Kedua, Partai Golkar memiliki infrastruktur yang sangat kuat dan masih

terpelihara dengan baik. Struktur organisasi mulai dari pusat sampai ke

desa/kelurahan berjalan sesuai dengan fungsi dan perannya masing-masing, dalam

satu kesatuan manajemen yang modern.

Ketiga, Partai Golkar memiliki sumber daya manusia yang relatif

berpengalaman, unggul, dan lengkap. Kader-kader Partai Golkar tersebar tengah-

tengah masyarakat dan selalu responsif terhadap aspirasi rakyat.

Keempat, Partai Golkar adalah partai yang mengakar dan responsif. Sejumlah

anggota dan kader Partai Golkar tumbuh dan berkembang dari bawah dan berprestasi.

Sebagai partai yang didirikan oleh kelompok-kelompok dari dalam masyarakat. Partai

Golkar tumbuh dan berkembang dari rakyat dan didukung oleh rakyat.

Potensi-potensi tersebut dimiliki oleh Partai Golkar di Kabupaten Simalungun,

meskipun belum sepenuhnya teraktualisasi. Namun, segenap kader berusaha untuk

mewujudkan doktrin, visi, misi, platform dan pokok pokok strategi perjuangan

sebagaimana dipaparkan diatas.

46
Partai Golkar memiliki strategi khusus dalam pemenangan pemilu legisatif di

Kabupaten Simalungun tahun 1999-2004. Secara sistematis dengan menggunakan

tahapan kegiatan pemenangan pemilu yang terfokus pada tahun 1999-2004 kemudian

pembangunan opini media sebagai strategi pemenangan pemilihan legislatif di tahun

2004-2009 serta merealisasikan program unggulan di 4 bidang yaitu infrastruktur,

ekonomi, pariwisata dan pendidikan, menjalankan strategi melalui pembangunan 4

bidang di Kabupaten Simalungun termasuk fokus Partai Golkar Kabupaten

Simalungun tahun 2004-2009.

1. Tahapan Kegiatan Pemenangan Pemilu Partai Golkar Kabupaten

Simalungun tahun 1999-2004

Di dalam Rancangan Materi Pemenangan Pemilu Partai Golkar di Kabupaten

Simalungun, terdapat beberapa tahapan kegiatan pemenangan pemilu Partai Golkar:77

Tahapan ini dilakukan untuk meneruskan program kerja sebelum periode 1999 dan

sesudah periode 1999 yaitu periode 2004-2009

a. Tahapan konsolidasi

Pelaksanaan konsolidasi kelembagaan Vertikal Partai Golkar di seluruh daerah

pemilihan yang ada di Kabupaten Simalungum telah rampung secara keseluruhan.

Pelaksanaan registrasi keanggotaan Partai Golkar di seluruh daerah yang ada di

Kabupaten Simalungun. Dengan demikian, kebijakan operasional program

77
Hasil wawancara dengan Bitner, SH selaku Wakil Sekretaris Partai Golkar Kabupaten
Simalungun melalui pembicaraan telefon 18 Oktober 2013

47
keanggotaan akan meningkat, guna memperluas jangkauan terhadap masyarakat yang

berminat menjadi anggota Partai Golkar.

b. Tahapan penggalangan

Berintikan kegiatan Penggalangan Teritorial Berbasis yang didukung

penggalangan fungsional atau khusus, dalam rangka meraih simpati masyarakat luas.

Kegiatan penggalangan dilakukan secara intensif oleh seluruh jajaran Partai Golkar di

Kabupaten Simalungun terhadap berbagai kelompok sasaran atau konstituen dan

wilayah basis. Sehingga, tercapai basis dukungan yang cukup luas terhadap Partai

Golkar dalam menghadapi Pemilu.

c. Tahapan mobilisasi

Berintikan kegiatan persiapan dan pelaksanaan Pemilu Legislatif yang dimulai

dengan kegiatan persiapan kampanye, penugasan-penugasan kader, fungsionaris,

perhitungan suara, evaluasi pemilu legislatif, proses kegiatan, konvensi, kampanye

Pemilu Presiden, penghitungan suara Pemilu Presiden sampai dengan dilantiknya

Anggota legislatif. Melalui tahapan yang dilakukan maka Partai Golkar di Kabupaten

Simalungun mengalami kenaikan yang cukup tinggi pada pemilihan legislative tahun

2004

Ada juga Faktor-faktor yang dapat mendukung pemenangan pemilu Partai

Golkar di Kabupaten Simalungun baik internal maupun eksternal diantaranya78:

78
Hasil wawancara dengan Dra. Hj. Sri Handriarty Anggota DPRD Kabupaten Simalungun dari
Fraksi Partai Golkar melalui pembicaraan telefon 18 Oktober 2013.

48
Pendukung atau kekuatan

a) Rampungnya pelaksanaan konsolidasi vertikal seluruh struktur partai sampai ke

tingkat kelurahan atau desa.


79 80
b) Terbangunnya Organisasi Sayap KPPG dan AMPG hingga tingkat

kelurahan.

c) Terbangunnya kekuatan jaringan atau perpanjangan partai di tingkat lingkungan

atau tempat pemungutan suara dalam bentuk kelompok kader dengan personil

minimal 5 orang setiap kelompok kader, mengingat sangat strategisnya posisi

kelompok kader dalam upaya pengembangan dan perluasan sasaran

penggalangan.

2. Pembangunan Opini Media sebagai Strategi Pemenangan Pemilihan

Legislatif Tahun 2004-2009

Ilmu Komunikasi politik menjelaskan bahwa media tidak hanya bertindak

sebagai saluran yang menyampaikan pesan politik, melainkan juga sebagai agen

politik. 81 Media melakukan proses pengemasan pesan dan proses inilah yang

membangun pencitraan terhadap aktor politik tertentu. Selama proses pengemasan

79
Partai Golongan Karya memiliki suatu Organisasi Sayap Perempuan yaitu Kesatuan
Perempuan Partai Golonga Karya (KPPG) di setiap tingkatan memiliki struktur organisasi dan
kewenangan untuk mengelola dan melaksanakan kegiatan organisasi di bidang kelompok strategisnya,
yang dalam pelaksanannya dipertanggungjawabkan pada Dewan Pimpinan Partai sesuai tingkatannya.
80
AMPG adalah Angkatan Muda Partai Golkar. Ide dasar pembentukannya untuk menghimpun
dan memberdayakan kader-kader partai yang militan dan berdedikasi tinggi serta sebagai garda depan
dalam menjaga artabat dan kewibawaan partai. (The Golkar Way : Survival Partai Golkar di Tengah
Turbulensi Politik Era Transisi, 116).
81
Eriyanto, Analisis Framing; Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, (Yogyakarta, LKiS,
2002), 155

49
ini, media dapat memilih fakta yang akan atau tidak dimasukkan ke dalam teks berita

politik. Di samping itu, dalam membuat berita politik media juga bisa memilih

simbol-simbol atau label-label politik.82

Selain itu yang menyebabkan Partai Golkar selalu menduduki urutan pertama di

Kabupaten Simalungun karena daftar nama calon dalam surat suara dari Partai

Golkar selalu berada di urutan teratas. Dalam sistem proposional yang seharusnya

ditonjolkan dalam kampanye politik adalah program partai dan ketokohan para

kandidat karena yang dipilih oleh rakyat adalah tanda gambar partai. Justru itu partai

politik harus menampilkan program dan tokoh-tokoh yang menarik, disukai dan

didukung oleh rakyat.83

Media politik adalah salah satu unsur komunikasi politik. Sarana perjuangan

kepentingan politik dikelola dengan sifat interpersonal yang menonjol, sehingga

media komunikasi politik mampu dimanfaatkan setiap komunikator politik untuk

berbicara langsung kepada sasaran publik tertentu, tanpa perantara. Tetapi, media

komunikasi politik juga dapat bersifat organisasional.84 Artinya, media komunikasi

politik itu mampu meneruskan pesan-pesan komunikator politik kepada berbagai

segmen politik yang dituju, yaitu massa politik yang bersifat homogen, heterogen

maupun yang termasuk pendukung atau lawan politiknya.85

82
Suyuti Budiharsoni, Politik Komunikasi, (Jakarta: PT Gramedia, 2003), 55
83
Prof.Dr. Anwar Arifin, Pencitraan Dalam Politik (Jakarta: Pustaka Indonesia, 2006),41
84
Ibnu Hamad, Kontruksi Realitas Politik dalam Media Massa (Jakarta: Granit,2004),24
85
Dan Nimmo, Komunikasi Politik, (Bandung,: PT Remaja Rosdakarya,1998),46

50
Media massa memiliki kekuatan untuk membentuk budaya dan wacana politik

sebagai salah satu pilar penting dalam demokrasi. Strategi pemberitaan media massa

bahkan ikut menentukan “hitam-putih” nya kekuatan politik untuk merebut hati

rakyat. 86 Berita politik memang dapat menjangkau segmen pembaca dari berbagai

lapisan khalayak, maka strategi pemenangan Partai Golkar di pemilihan legislatif

Kabupaten Simalungun adalah lewat media massa, seperti surat kabar.

Seperti kita lihat, kenyataan bahwa berita politik yang disajikan oleh surat kabar

akan digemari. Menjelang pemilu, banyak fenomena yang diulas dan disajikan

sehingga dapat dijadikan berita menarik untuk diketahui khalayak. Semakin menarik

suatu berita, maka frekuensi penerbitan berita tersebut pun semakin sering. Dalam

berbagai pemberitaan politik, Partai Golkar selalu menyajikan rancangan dan

program kerjanya, kesiapan-kesiapan dalam menghadapi Pemilu, kegiatan kampanye,

calon legislatif dan segala nilai positif yang terkandung dalam Partai Golkar. Hal ini

menarik bagi masyarakat Kabupaten Simalungun, karena Partai Golkar telah bekerja

sama dengan surat kabar yang banyak diminati warga Simalungun.

Peristiwa politik selalu menarik perhatian media massa sebagai bahan liputan,

hal ini terjadi karena dua faktor, yakni: Pertama, saat ini media massa sangat

mustahil dipisahkan dengan kehidupan politik, sampai para aktor politik senantiasa

berusaha menarik perhatian wartawan agar aktivitas politiknya memperoleh liputan

dari media.87 Kedua, peristiwa politik dalam bentuk tingkah laku dan pernyataan para

86
Ibnu Hamad, Kontruksi Realitas Politik dalam Media Massa (Jakartaa: Granit,2004),52
87
Ibnu Hamad, Kontruksi Realitas Politik dalam Media Massa (Jakarta: Granit,2004),82

51
aktor politik lazimnya selalu mempunyai nilai berita, sekalipun peristiwa politik itu

bersifat rutin belaka, seumpamanya rapat partai atau pertemuan seorang tokoh politik

dengan para pendukungnya.88

Partai Golkar dalam melakukan kampanye dalam pemenangan pemilihan

legislatif juga menarik perhatian media untuk mengangkatnya menjadi sebuah berita,

menarik para pembaca yang ingin mengetahui berita mengenai Partai Golkar. Karena

itu, pembicaraan Partai Golkar dalam media cetak (harian ANALISA) juga diusahakan

semenarik mungkin sehingga pembentukan opini publik dapat terbentuk dengan baik.

Oleh karena itu, media sangat berperan penting dalam pemenangan Partai Golkar, dan

menjadi salah satu faktor yang membuat Partai Golkar dapat bertahan menjadi

pengisi kursi legislatif terbanyak di Kabupaten Simalungun.

Berikut adalah isi kampanye Partai Golkar di Kabupaten Simalungun dalam

Sektor Pemerintahan dan Keamanan pada tanggal 25 Maret 2004 yang dimuat di

Harian ANALISA pada tanggal 26 Maret 2004. 89

“Rakyat Indonesia merindukan kembali Partai Golkar memimpin negeri ini,


pasalnya kondisi dulu ketika Golkar berkuasa, masyarakat Indonesia lebih
aman, makmur dan tenang untuk bekerja” (berita disampaikan oleh juru
kampanye partai tingkat Kabupaten Simalungun, Pangihutan Siagian).”

Sektor Pemerintahan dan Keamanan yang disampaikan oleh komunikator Partai

Golkar tersebut menitikberatkan pada kehidupan masyarakat yang menginginkan

kehidupan yang lebih baik di Kabupaten Simalungun. Hal ini menunjukkan bahwa

88
HAW Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),17.
89
Harian Analisa, “Edisi Kampanye Partai Golkar di sejumlah Kabupaten Simalungun” dimuat
pada 22 -26 Maret 2004.

52
Partai Golkar menarik perhatian massa melalui jaminan perlindungan keamanan dan

tercapainya pemerintahan yang lebih baik lagi.

Sementara itu, isi kampanye Partai Golkar di Kabupaten Simalungun dalam

Sektor Ekonomi pada tanggal 21 Maret 2004 yang dimuat di Harian Analisa pada

tanggal 22 Maret 2004. Berikut redaksi pemberitaanya:

“Untuk mengatasi kesulitan-kesulitan di bidang perekonomian seperti


pengangguran, maka tidak ada pilihan lain selain memilih Partai Golkar”
(Hal tersebut dikatakan oleh ketua DPD Partai Golkar Simalungun,
H.Syamidun Saragih).90

Dilihat dari kedua isi kampanye di atas, dapat disimpulkan Partai Golkar sangat

ingin menciptakan keadaan ekonomi yang baik bagi kehidupan masyarakat, terlihat

dari intensitas komunikatornya menyinggung keadaan ekonomi. Hal ini membuktikan

banyaknya isu mengenai bidang ekonomi yang diangkat oleh komunikator Partai

Golkar.

Berita selanjutnya yang diberitakan oleh Harian Analisa berjudul “Golkar

Parapat Bertekad Berhasilkan Gindo Hilton Sinaga”.91 Isinya mengenai dukungan

Partai Golkar di daerah tersebut terhadap calon Wakil DPRD di Pemerintahan

Kabupaten Simalungun. Dukungan tersebut diberikan karena calon tersebut sangat

berkontribusi besar dalam pembangunan Kabupaten Simalungun.

90
Harian Analisa, “Edisi Kampanye Partai Golkar di sejumlah Kabupaten Simalungun” dimuat
pada 22 -26 Maret 2004.
91
Harian Analisa, “Edisi Kampanye Partai Golkar di sejumlah Kabupaten Simalungun” dimuat
pada 22 -26 Maret 2004.

53
Bukti wacana pembangunan ekonomi ini dapat dilihat dari keadaan kota Parapat

yang mengalami perbaikan dan pembangunan di sekitar Danau Toba yang secara

tidak langsung turut memperbaiki kondisi ekonomi masyarakat di sekitar kawasan

pariwisata tersebut. Partai Golkar mendapat kesempatan untuk memuat hasil

kampanye ke harian Analisa di beberapa edisinya karena pemegang sebagian saham

harian tersebut termasuk anggota Fraksi Partai Golkar. Disini terlihat Partai Golkar

memberdayakan kader yang ada di segala bidang untuk pemenangan pemilu.

Pada prinsipnya, setiap upaya menceritakan sebuah peristiwa, keadaan, atau

benda melalui simbol-simbol baik verbal maupun non verbal untuk menggambarkan

kenyataan yang ada. Penyusunan realitas secara subjektif terjadi dalam pembuatan

dan penulisan berita. Suatu isu yang awalnya berbentuk data atau fakta acak, dikemas

menjadi berita yang sistematis.

Tidak hanya itu, Partai Golkar juga menggunakan strategi komunikasi politik

dengan menggunakan strategi penokohan dalam pemilu legislatif Kabupaten

Simalungun. Kebiasaan yang ada, terutama terlihat dari proses pemenangan partai

lain terlihat bahwa kelemahan partai-partai selain Partai Golkar di Kabupaten

Simalungun disebabkan oleh kandidat dari partai lain tidak terpilih karena namanya

dalam daftar calon berada di urutan bawah, sementara calon yang di urutan teratas

ditempati oleh kandidat yang kurang dikenal.

Sistem proposional yang seharusnya ditonjolkan dalam kampanye politik adalah

program partai dan ketokohan para kandidat karena yang dipilih oleh rakyat adalah

54
tanda gambar partai. Oleh karena itu, partai politik harus menampilkan program dan

tokoh-tokoh yang menarik, disukai, dan didukung oleh rakyat. 92

3. Program Unggulan Partai Golkar Sebagai Strategi Pemenangan Pemilihan

Legislatif Tahun 2004 di Kabupaten Simalungun

Pelaksanaan program unggulan di tingkat II dilaksanakan sesuai garis organisasi

di tingkat pusat. Koordinasi program kerja dimaksudkan untuk menyelaraskan

gerakan organisasi secara masif. Secara umum, Partai Golkar di tingkat pusat

mendorong sejumlah program kerja utama yang berbasis pada pembangunan dan

pemberdayaan masyarakat. Diantaranya, menghormati dan menghargai upaya-upaya

pelestarian budaya lokal, mendorong otonomi daerah secara nyata, pembangunan

yang berkeadilan antara pemerintah pusat dan daerah, mengatasi segala bentuk

konflik horizontal maupun vertikal, serta mengatasi segala bentuk upaya pemisahan

diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Berdasarkan gambaran umum program kerja Partai Golkar tersebut, setidaknya,

terdapat tiga program unggulan Partai Golkar tahun 2004-2009 yang menjadi model

pembangunan di Kabupaten Simalungun, yakni pembangunan dalam bidang

infrastruktur, pembangunan ekonomi dan pariwisata, serta pembangunan dalam

bidang pendidikan.93

92
Prof.Dr. Anwar Arifin, Pencitraan Dalam Politik (Jakarta: Pustaka Indonesia, 2006),41
93
Hasil wawancara dengan Dra. Hj. Sri Handriarty Anggota DPRD Kabupaten Simalungun dari
Fraksi Partai Golkar melalui pembicaraan telefon 18 Oktober 2013.

55
Pertama, pembangunan dalam bidang infrastruktur dilaksanakan dengan

pembangunan yang fokus pada pemberdayaan akses transportasi seperti

pembangunan jalan raya. Partai Golkar di Kabupaten Simalungun memiliki prioritas

terhadap pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan

masyarakat. Untuk mengimplementasikan rencana kerja ini, maka fraksi Partai

Golkar di DPRD Simalungun berhasil meng-goalkan sejumlah rencana anggaran

proyek pembangunan pelebaran jalan menuju Danau Toba dan Perapat yang

menghabiskan dana sebesar Rp. 53 Milyar. Kesepakatan terhadap proyek

pembangunan jalan raya tersebut berhasil disepakati setelah 35 orang dari 45 orang

(15 diantaranya berasal dari Partai Golkar) memilih untuk menyetujui rencana

pelebaran jalan raya tersebut.94

Kedua, pembangunan dalam bidang ekonomi mikro, yakni pembentukan

koperasi dan pembangunan pariwisata. Koperasi merupakan soko guru pembangunan

ekonomi Indonesia. Sejumlah koperasi di Kabupaten Simalungun, baik ditingkat

pegawai pemerintahan maupun masyarakat non pemerintah (petani, pedagang, dan

wiraswasta) telah berhasil memberdayakan anggotanya. Salah satu alasan

keberhasilan ini adalah dukungan dari sejumlah petinggi Partai Golkar di tingkat

pusat yang bersedia menanamkan investasinya di sejumlah koperasi pegawai

pemerintahan di Kabupaten Simalungun. Tercatat sejak tahun 2004, telah terbentuk

20 Koperasi yang memiliki omset keuangan sebanyak 3 milyar. Pembangunan

94
Hasil wawancara dengan Dra. Hj. Sri Handriarty Anggota DPRD Kabupaten Simalungun dari
Fraksi Partai Golkar melalui pembicaraan telefon 18 Oktober 2013.

56
koperasi yang menjadi agenda Partai Golkar telah menarik simpati masyarakat,

terutama dari kalangan PNS.95 Selain itu, pembangunan dalam bidang ekonomi juga

dilakukan dengan memberdayakan masyarakat di daerah pariwisata. Salah satunya

dengan membuat pelatihan ekonomi kreatif yang bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan masyarakat dalam menjual sejumlah komoditas daerah kepada para

wisatawan di kawasan Danau Toba dan Prapat.

Ketiga, pembangunan dalam bidang pendidikan. Kabupaten Simalungun adalah

salah satu kabupaten yang fokus pada pembangunan pendidikan. Partai Golkar dalam

hal ini memiliki prioritas untuk memberikan sejumlah beasiswa dan dana hibah

pendidikan kepada pelajar dan mahasiswa yang memiliki prestasi akademik

mumpuni. Kebijakan ini tertera dalam rapat tahunan Partai Golkar Simalungun pada

tahun 2009.96 Hasil pembahasan dalam rapat tersebut menyepakati bahwa pendidikan

merupakan faktor utama pembangunan daerah, oleh karena itu sejumlah dana hibah

untuk sekolah harus bisa disepakati dalam rapat anggaran daerah pada tahun 2009.

Partai Golkar juga sering mengadakan pengobatan gratis dan pembagian

sembako kepada masyarakat simalungun yang perkeonomiannya menengah kebawah.

Maka dari itu banyak pendukung Partai Golkar tersebar luas dan dari bermacam

ragam profesi.

95
Hasil wawancara dengan Dra. Hj. Sri Handriarty Anggota DPRD Kabupaten Simalungun dari
Fraksi Partai Golkar melalui pembicaraan telefon 18 Oktober 2013.
96
Hasil wawancara dengan Dra. Hj. Sri Handriarty Anggota DPRD Kabupaten Simalungun dari
Fraksi Partai Golkar melalui pembicaraan telefon 18 Oktober 2013.

57
Selain strategi yang dikemukakan diatas Partai Golkar juga diberikan perhatian

khusus dari Bupati Kabupaten Simalungun. Bupati Simalungun dua periode (1999-

2004 dan 2004-2009) merupakan Fungsionaris Partai Golkar memudahkan untuk

pemberian airan dana yang secara transparan langsung turun untuk pemberdayaan

masyarakat Kabupaten Simalungun khususnya demi menunjang keberhasilan

sejumlah program unggulan yang diajukan anggota legislatif dari Partai Golkar.

Disini kader Partai Golkar bertugas menyampaikan aspirasi kepada anggota legislatif

Kabupaten Simalungun yang komposisinya dominan oleh Partai Golkar. Partai

Golkar sering mengadakan pertemuan demi menjaga keharmonisan sesama kader

kegiatan ini disatukan dengan pembentukan POKKAR97 (kelompok kader) disetiap

masa menjelang pemilu untuk terjun ke masyarakat dari tingkat nagori (Kabupaten

atau desa) demi keberlangsungan Partai Golkar di setiap periodenya.

Partai Golkar Kabupaten Simalungun mengadakan evaluasi di setiap akhir

bulannya demi melihat peningkatan apa yang bisa dihasilkan anggota legislatif Partai

Golkar Kabupaten Simalungun terhadap Kabupaten Simalungun. Jika program

tersendat maka kader Partai Golkar berinisiatif menulis surat kepada Bupati tentunya

dengan keinginan menyejahterakan masyarakat Kabupaten Simalungun. Program

yang diusung oleh Partai Golkar Kabupaten Simalungun sangat berdampak besar

untuk persetujuan program kerja yang diajukan anggota DPRD Kabupaten

Simalungun dari Partai Golkar. Semua kegiatan berjalan lancar dan baik dikarenakan

97
Pokkar akan bekerja untuk mempengaruhi dan memberikan pemahaman kepada masyarakat
yang berada di sekitarnya. Itu dilakukan untuk menggalang suara sebanyak-banyaknya saat di TPS
nantinya, (Paloponews.co.id 19 November 2012) Diunduh 27 Januari 2014

58
lebih dari setengah anggota DPRD Kabupaten Simalungun diduduki oleh kader Partai

Golkar itu sendiri. Bupati juga menyetujui program yang memang bertujuan

membangun perekonomian dan memajukan pola berfikir SDM di Kabupaten

Simalungun, tentunya dengan sosialisasi yang tak terputus dari level akar rumput dan

kerja sama sesama kader baik anggota legilatif maupun anggota yang terfokus pada

dewan pimpinan daerah.98

B. Degenerasi Partai Golkar tahun 2009

Walaupun Partai Golkar mengalami penurunan yang cukup drastis dalam

pemenangan pemilu namun Partai Golkar tetap unggul dibandingkan dengan partai

lainnya. Seperti pesaingnya yaitu Partai Demokrat hanya mendapatkan 8 kursi

sedangkan Partai Golkar berhasil mendapatkan 9 kursi. Ada beberapa kendala yang

dihadapi Partai Golkar pada tahun 2009 seperti kepengurusan BAPILU yang tidak

teroganisir dengan baik hal ini dikarenakan banyaknya pengurus baru yang tidak

mengetahui strategi strategi pemenangan pemilu khususnya apa yang diperlukan

masyarakat Kabupaten Simalungun dalam pengembangan kesejahteraan. Teknologi

yang semakin berkembang teah mengikis potensi historis yang dimiliki Partai Golkar.

Banyak masyarakat yang dinilai terbujuk rayu oleh pengembangan opini di media

cetak maupun televisi untuk memilih kandidat yang bukan berasal dari Partai Golkar.

98
Hasil wawancara dengan Agus Parlaungan selaku Ketua Badan Pemenangan Pemilu 1999-
2004 Partai Golkar Kabupaten Simalungun melalui pembicaraan telefon 26 Januari 2014

59
Masyarakat Kabupaten Simalungun mencoba perubahan dengan memilih yang bukan

dari Partai Golkar. 99

Fungsi dari anggota DPRD adalah merealisasikan aspirasi masyarakat. Di akhir

tahun 2009 anggota DPRD Kabupaten Simalungun dari Partai Golkar mengalami

krisis kepercayaan di mata masyrakat Kabupaten Simalungun. Kegiatan yang

dijanjikan akan teralisasi dalam waktu dekat tidak kunjung terlihat nyata yaitu

program pembuatan KK (Kartu Keluarga) dan KTP (Kartu Tanda Penduduk ) secara

gratis. SUMUT III termasuk daerah yang memiliki perekonomian yang cukup rendah

walaupun kesejahteraan mereka meningkat namun kebutuhan akan hidup juga

semakin banyak, yang mereka suarakan adalah pembebasan biaya pendidikan sampai

jenjang Sekolah Menengah Pertama. 100

Dalam usaha merealisasikan Partai Golkar kehabisan waktu dan harus

beregenarasi dengan wajah-wajah baru yang di usung Partai Golkar. Partai Golkar

mulai lemah dikarenakan pada tahun 2009 yang terpilih kader yang kurang kompeten.

Selain itu Bupati 2009 tidak lagi dari Partai Golkar ini menurunkan tingkat

keberhasilan merealisasikan strategi yang diusung Partai Golkar dalam setiap

kegiatan pemenangan pemilu dan merealisasikan program unggulan yang selama ini

menjadi kebanggan masyarakat Kabupaten Simalungun kepada Partai Golkar.101

99
Hasil wawancara dengan Agus Parlaungan selaku Ketua Badan Pemenangan Pemilu 1999-
2004 Partai Golkar Kabupaten Simalungun melalui pembicaraan telefon 26 Januari 2014
100
Hasil wawancara dengan Agus Parlaungan selaku Ketua Badan Pemenangan Pemilu 1999-
2004 Partai Golkar Kabupaten Simalungun melalui pembicaraan telefon 26 Januari 2014
101
Hasil wawancara dengan Agus Parlaungan selaku Ketua Badan Pemenangan Pemilu 1999-
2004 Partai Golkar Kabupaten Simalungun melalui pembicaraan telefon 26 Januari 2014

60
Selain itu Partai Golkar Kabupaten Simalungun juga mengalami kendala di

tahun 2009, yaitu memiliki sejumlah masalah yang berpotensi menghambat

pembangunan, diantaranya:102

1. Koordinasi dan komunikasi di jajaran partai masih lemah, sehingga

mengakibatkan terbengkalainya sejumlah program partai

2. Kondisi moral anggota partai/kader yang kurang terbina, sehingga

menyebabkan terhambatnya percepatan pelaksanaan program partai

3. Belum jelasnya sumber dana partai terutama untuk melaksanakan program

kerja yang efektif dan tepat sasaran.

102
Hasil wawancara dengan Dra. Hj. Sri Handriarty Anggota DPRD Kabupaten Simalungun
dari Fraksi Partai Golkar melalui pembicaraan telefon 18 Oktober 2013.

61
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Penelitian ini menemukan bahwa Partai Golkar adalah salah satu partai yang

mampu bertahan pasca reformasi 1998. Sejak berakhirnya Pemerintahan Orde Baru,

tingkat kepercayaan masyarakat kepada Partai Golkar cenderung menurun.

Penurunan ini mulai terlihat terutama sejak diadakannya pemilihan umum secara

langsung pada tahun 2004, dimana Partai Golkar tidak lagi menjadi partai pemenang

pemilu.

Namun demikian, warisan kekuasaan orde baru masih manjadi modal utama

eksistensi Partai Golkar di Indonesia. Salah satu warisan kekuasaan orde baru dan

sekaligus menjadi keunggulan Partai Golkar adalah kekuatan pendukung yang berada

di level daerah. Selama masa Pemerintahan Orde Baru, Partai Golkar memiliki basis

hingga ke pedesaan, sementara partai lainnya hanya berada di daerah tingkat II.

Kondisi ini mendukung eksistensi Partai Golkar di daerah pedesaan.

Faktor pendukung tersebut memberikan stimulus terhadap eksistensi Partai

Golkar di daerah. Kemenangan Partai Golkar selama era reformasi, terhitung sejak

diadakannnya pemilihan secara langsung memang tidak setinggi ketika masa orde

baru. Kondisi ini bisa dilihat dari perolehan suara di Propinsi Sumatera Utara pada

pemilu 1999-2004 dan 2004-2009 yang cenderung dinamis. Namun demikian, lain

hal nya dengan perolehan suara di Kabupaten Simalungun. Sejak tahun 1999 sampai

2004 perolehan suara Partai Golkar di Kabupaten Simalungun semakin meningkat.

62
Kemenangan Partai Golkar di Kabupaten Simalungun tidak terlepas dari

keberhasilan anggota legislatif dalam menyusun program kerja maupun rancangan

perundangan-perundangan daerah (PERDA) yang menyentuh level grassroot, seperti

peningkatan kesejahteraan melalui pengesahan undang-undang, pengembangan

ekonomi kreatif dan pariwisata, menyetujui anggaran pemerintah mengenai

pembangunan infrasruktur dan pendidikan. Kondisi inilah yang menyebabkan citra

Partai Golkar di Kabupaten Simalungun cendrung statis dan semakin meningkat

pasca Orde Baru.

Selain itu, upaya pemenang selama masa kampanye juga menjadi faktor

pendukung lainnya. Pencitraan Partai Golkar selama masa kampanye di Kabupaten

Simalungun terlihat bersinergis dan terorganisir. Ini dibuktikan dengan banyaknya

kampanye Partai Golkar disejumlah media lokal seperti pada Harian Analisa.

Pencitraan melalui media ini juga didukung oleh sejumlah kader Partai Golkar yang

menguasai sejumlah media lokal melalui kepemilikan saham di Harian Analisa.

Salah satu bukti keberhasilan metode kampanye dan kepemimpinan Partai

Golkar di tingkat Legisatif dibuktikan dengan adanya opini positif dari masyarakat

simalungun, terutama dari kalangan PNS yang merasa Partai Golkar berhasil

meningkatkan kesejahteraan masyarakat simalungun. Tingkat kepuasan inilah yang

menjadi modal kemenangan Partai Golkar di kabupaten simalungun.

Dengan demikian, dapat simpulkan bahwa kemenangan Partai Golkar di

Kabupaten Simalungun merupakan hasil perencanaan dan strategi pemenangan

pemilu yang efektif dan terorganisir. Partai Golkar menyadari bahwa masyarakat

63
tidak hanya melihat lembaga eksekutif sebagai satu-satunya motor penggerak

pembangunan daerah, melainkan juga keberadaan para anggota DPRD berkontribusi

besar terhadap tercapainya kesejahteraan Masyarakat Simalungun.

2. Saran

Dinamika politik yang sudah semakin membaik di masyarakat saat ini,

mengharuskan seluruh fungsionaris partai mulai pusat, provinsi, hingga daerah harus

memantapkan kondolidasi internal, dan eksternal. Ini harus jadi perhatian bila ingin

Partai Golkar kembali berjaya. Dalam membentuk kader tidak perlu banyak tapi

harus berkualitas. Penulis mengakui masih banyak kekurangan dalam skripsi ini.

Penulis berharap dimasa depan ada penelitian-penelitian lain yang mampu

melengkapi kekurangan skripsi ini dan dapat mengkaji secara lebih khusus dan

mendalam terhadap strategi Partai Golkar dalam mempertahankan kemenangannya di

tahun 1999-2009. Dan bagi Pemerintah penulis berharap agar dapat lebih bijak dan

lebih peka dalam mendengarkan aspirasi-aspirasi masyarakat.

64
Daftar Pustaka

Buku :

Afadflal 2003, Dinamika Birokrasi Lokal Era Otonomi Daerah. Penerbit : Pusat
Penelitian LIPI. Jakarta
Alfian 2001, Masalah dan Prospek Pembangunan Politik di Indonesia. Penerbit
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Arfin, Anwar 2006, Pencitraan Dalam Politik. Penerbit : Pustaka Indonesia. Jakarta
Astuti, Palupi 2003, Profil Kedaerahan Kabupaten dan Kota Jilid 3. Penerbit
Kompas. Jakarta
Azed, Abdul Bari (Ed), 2000, Sistem-sistem Pemilihan Umum Suatu Himpunan
Pemikiran, Jakarta; FH UI.
Azwar, Khairul, Rully 2008, Politik Komunikasi Partai Golkar di Tiga Era. Penerbit
Grasindo. Jakarta
Baker,A 1986, Metodologi Kualitatif. Fakultas Pasca sarjana UGM.Yogyakarta
Budiarjo, Miriam 1992, Dasar- Dasar Ilmu Politik, Penerbit Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
Budiarjo,Miriam 1994, Demokrasi Di Indonesia Demokrasi Parlementer dan
Demokrasi Pancasila. Penerbit : PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Budiharsoni 2003, Sayuti. Politik Komunikasi. Penerbit PT Gramedia. Jakarta
Bulkin, Farchan, 1998, Analisa Kekuatan Politik di Indonesia, Jakarta; LP3ES
Bungin,B 1983, Metode Penelitian Sosial Format-Format Kualitatif dan Depannya,
Penerbit : Ghalia Indonesia. Jakarta
Duverger, Maurice 1994, Partai Politik dan Kelompok Penekan. Penerbit Rineka
Cipta. Jakarta
E. Kosim. Metode Sejarah, Arah dan Proses. Bandung: Fakultas Sastra Unversitas
Padjajaran, 1983.
Eriyanto 2002, Analisis Framing; Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, LKiS,
Yogyakarta
Fatah, Eep Saefulloh Tiga Tingkat Otonomi, Harian Republika 20 September 2004
Faturohman, Deden dan Sobari, Wawan. 2004, Pengantar Ilmu Politik, UMM
Malang
Firmanzah 2008, Mengelola Partai Politik. Penerbit Yayasan Obor Indonesia.
Jakarta
Gaffar, Affan 1999, Politik Indonesia: Transisi menuju Demokrasi. Penerbit Pustaka
Pelajar. Jakarta
Habibie, B. Jusuf. 2006. Detik-Detik yang Menentukan, Jalan Panjang Indonesia
Menuju Demokrasi. Jakarta: THC Mandiri.
Hamad, Ibnu 2004, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa. Penerbit
Granit. Jakarta

65
Hamid, Farham, Ahmad 2008, Partai Politik Lokal di Aceh. Penerbit Kemitraan.
Jakarta
Hamko 2009, Quovadis Golkar : Mencari Presiden Pilihan Rakyat. Penerbit
Kintamani Publishing. Jakarta
Harian Analisa, “Edisi Kampanye Partai Golkar di sejumlah Kabupaten Simalungun”
dimuat pada 22 -26 Maret 2004
Haricahyono, Cheppy 1991, Ilmu Politik dan Perspektifnya. Penerbit Tiara Wacana
YP2LPM. Jakarta
Haris, Herdiansyah 2010, Metodeogi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Sosial. Penerbit
Salemba Hermanika, Jakarta
Harjanto, SL 2004, Dinamika Birokrasi dan Politi Lokal. Penerbit PT Media
Mahkota Utama. Jakarta
Hestu CH, 2005, “Mencari Makna Representasi DPD dalam Rangka Pelaksanaan
Otonomi Daerah”, Makalah pada Seminar Nasional Peningkatan Eksistensi DPD-
RI dalam rangka Otonomi Daerah diselenggarakan kertjasama DPD RI dan BEM
KM UGM, 16 Juni 2005 di Magister Management UGM.
Holil, Makrum 2009, Dinamika Politik Islam Golkar di Era Orde Baru. Penerbit
Gaya Media Pratama. Jakarta
Ichlasul Amal 1998, Teori-teori Mutakhir Partai Politik, Penerbit Tiara Wacana,
Yogyakarta,
Imawan, Rishwanda 1997, Membedah Politik Orde Baru. Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Jr, Powell,Gabriel Almond 1966, Comparative Politics A Development Aprroach.
Little Brown. Boston
Karim, Rusli 1983, Perjalanan Partai Politik di Indonesia : Sesudah Potret Pasang
Surut. Penerbit Rajawali. Jakarta
Kartaprawira, Rusadi 1988, Sistem Politik Indonesia suatu Modal Pengantar, Cet. V,
Penerbit Sinar Baru, Bandung
Koiruddin 2005, Sketsa Kebijakan Desentralisasi di Indonesia Format Masa Depan
Ekonomi Menuju Kemandirian Daerah. Penerbit Avereos Press. Malang
Mahrus Irsyam, Lili Romli (ed). Menggugat Partai Politik. Jakarta: Laboratorium
Ilmu Politik FISIPOL UI, 2003.
Marbun, B.N. Kamus Politik. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005
Materi Pendidikan dan Latihan Kader Penggerak Teritorial Desa, Lembaga
Pengelola Kaderisasi Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar,Jakarta
MF Syarofin Arba 1998, ed, Demitologisasi Politik Indonesia, Mengusung Elitisism
dan Orde Baru, Penerbit PT Pustaka CIDESINDO. Jakarta
Michael, Robert 1984, Partai Politik: Kecendrungan Oligarkis dalam Birokrasi.
Penerbit Rajawali Press. Jakarta

66
Miftah 1993, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasi. Penerbit Grafindo
Persada. Jakarta
Murtopo, Ali 1987, “Strategi Pembangunan Nasional”, CSIS, 1981, dalam Bintan R.
Saragih, Lembaga Perwakilan dan Pemilihan Umum di Indonesia,Penerbit
Gaya Media Pratama. Jakarta
Nasir, Moh 1983, Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta
Nimmo, Dan 1998, Komunitas Politik. Penerbit PT Remaja Rosdakarya. Bandung
Novianto, Kholid 2003, Partai Golkar Dalam Masa Transisi. Penerbit Benda Press.
Jakarta
Nurcholis, Hanif 2005. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah.
Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta
Nurhasim, Moch dan Ikrar Nusa Bhakti 2009. Sistem Presidensial dan Sosok
Presiden Ideal. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Pratignyo, Imam 1984, Ungkapan Sejarah Lahirnya Golkar. Penerbit Yayasan
Bhakti. Jakarta
Purba, Izwarizona 2009, Kiprah Partai Golkae dalam Pentas Politik Nasional
dibawah Kepemimpinan Akbar Tandjung. Universitas Sumatera Utara. Medan
Rachman, A, H 2007, Sistem Politik Indonesia. Penerbit Graha Ilmu. Jakarta
Rachman, Aulia 2003, Citra Khalayak Tentang Partai Golkar. Penerbit PSAP.
Jakarta
Runua, Nung 1994, Dinamika Politik Indonesia dari Pemilu 1992 sampai Kabinet
Pembangunan IV. Penerbit PT Bina Rena Perwira. Jakarta
Sanit , Arbi 1985, Perwakilan Politik Indonesia, Penerbit CV. Rajawali. Jakarta
Sanit, Arbi 1993, Sistem Politik Indonesia : Kestabilan Peta Kekuatan Politik dan
Pembangunan. Penerbit PT Grafindo Persada. Jakarta
Saragih Bintan R 1983, Lembaga Perwakilan dan Pemilihan Umum di Indonesia,
Penerbit Gaya Media Pratama, Jakarta
Setiawan, Bambang 2004, Partai-Partai Politik Indonesia, Ideologi dan Program
2004-2009. Penerbit Kompas. Jakarta
Siagian, Sondang P 1998, Teori dan Praktik Kepemimpinan. Penerbit Rineka Cipta.
Jakarta
Sinar Indonesia, “Ada Apa dengan Partai Golkar?” dimuat 15 September 2008
diunduh pada 16 Oktober 2013
Siregar, Evendoy M 2000, Akbar Tandjung Anak Desa Sorkam. Penerbit Pustaka
Mari belajar. Jakarta
Sirumapea, Pangihutan 2001, Keistimewaan Kabupaten Karo dan Kabupaten
Simalungun. Medan Garuda Maju Cipta

67
Sirumapea, Pangihutan 2008, Perkembangan Partai Golkar di Sumatera Utara.
Penerbit Garuda Maju Cipta. Jakarta
Supardi, Triputro, Widodo, R 2005, Pembaharuan Otonomi Daerah. Penerbit
Program Studi Ilmu Pemerintahan STPMD, APMD dan APMD Press. Jakarta
Surbakti, Ramlan 1999, Memahami Ilmu Politik. Penerbit Grasindo. Jakarta
Suryadinata, Leo 1992, Golkar dan Militer : Studi Tentang Budaya Politik. Penerbit
LP3ES. Jakarta
Tandjung, Akbar 2003, (Edisi : Hajriyanto Y. Tohari) Moratorium Politik : Menuju
Rekonsiliasi Nasional. Penerbit Golkar Pres. Jakarta
Tandjung, Akbar 2007, The Golkar way : Survival Partai Golkar di tengah
Turbulensi Politik di Era Transisi . Penerbit Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta
Usman,Hunaini 1996, Metode Penelitian Sosial, Penerbit Bumi Aksara. Jakarta
Widjaja, Haw 2000, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi Politik. Penerbit Rineka
Cipta. Jakarta

Internet :
http://www.cetro.com , 4 Agustus 2003
http://news.liputan6.com/read/75500/kisah-sukses-parpol-baru-di-pemilu-1999
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0202/18/opi01.html, 18 Februari 2002
www.KabupatenSimalungun.go.id
www.kpu.go.id
www.kpu-Sumut.go.id
www.tempointeraktif.com

68

You might also like