Professional Documents
Culture Documents
“Dengue Fever”
Diajukan kepada :
dr. Nani Widorini, Sp.PD
Disusun oleh :
Putri Rahmawati Utami G4A016113
2018
LEMBAR PENGESAHAN
DisusunOleh :
Putri Rahmawati Utami G4A016113
Pembimbing,
2
I. STATUS PENDERITA
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Sdr. F
Usia : 20 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Lajang
Agama : Islam
Tanggal periksa : 26 Desember 2018
B. SUBJEKTIF
1. Keluhan Utama
Demam
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Ajibarang tanggal 24 Desember 2018
pukul 07.00 dengan keluhan demam. Demam dirasakan mendadak tinggi
sejak 5 hari SMRS. Demam terus naik dan tidak pernah turun, Baru 2 hari
ini pasien merasakan sudah tidak demam. Selain itu pasien juga
mengeluhkan nyeri pada seluruh otot badan , nyeri kepala , mual dan nyeri
ulu hati. Bintik-bintik merah pada kedua kaki nya dirasakan baru muncul
sejak tadi malam ( belum 1 hari ).
Pasien menyangkal ada keluhan mimisan , BAB merah dan keluhan
sesak. 1 minggu yang lalu pasien baru pulang dari Jawa Timur. Di sekitar
lingkungan pasien tidak ada yang mengeluhkan hal serupa.
3
4. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat keluhan serupa : disangkal
b. Riwayat penyakit jantung : disangkal
c. Riwayat hipertensi : disangkal
d. Riwayat diabetes mellitus : disangkal
e. Riwayat alergi : disangkal
5. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan seorang santri yang mondok di salah satu
pesantren yang berada di Jawa Timur, sudah 2 tahun pasien menjadi santri
disana. Pasien merupakan anak ke 4 dari 5 bersaudara. Setiap hari pasien
makan 3 kali sehari , danmakan apa yang di sediakan oleh pondok. Menu
makan setiap hari pasti ada lauk sayur dan daging atau telur.
C. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum : Sedang
- Kesadaran : Compos Mentis
- Vital sign : Tekanan Darah : 120/70mmHg
Nadi : 80 kali/menit
RR : 18 kali/menit
Suhu : 36,8oC
- Status Generalis
- Kepala : Bentuk : mesochepal, simetris (+)
Rambut :warna hitam, tidak mudah dicabut,
distribusi merata
- Mata : palpebra edema -/-, konjungtiva anemis -/- , sklera
ikterik -/-, pupil isokor, diameter pupil 3 mm/3 mm, reflex cahaya +/+,
mata cekung (-/-), air mata (+/+)
- Telinga : otore (-/-), deformitas (-/-), nyeri tekan (-/-)
- Hidung : NCH (-/-), discharge (-/-), deformitas (-/-), bloody
rinore (-/-)
- Mulut : bibir sianosis (-), bibir kering (-) , perdarahan
mukosa (-)
- Trakhea : deviasi trakhea (-/-)
- Kelenjar lymphoid : tidak membesar
4
- Thoraks
- Paru :
- Inspeksi : simetris, ketinggalan gerak(-), jejas (-), Retraksi (-)
- Palpasi : vocal fremitus kanan = kiri, ketinggalan gerak (-)
- Perkusi : sonor pada lapang paru kiri dan kanan
- Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/-),
RBK (-/-), RBH (-/-)
- Jantung :
- Inspeksi : ictus cordis nampak pada SIC V LMCS
- Palpasi : ictus cordis teraba di SIC VLMCS, kuat angkat (-)
- Perkusi : Batas jantung kanan atas : SIC II LPSD
Batas jantung kiri atas : SIC II LPSS
Batas jantung kanan bawah:SIC IV LPSD
Batas jantung kiri bawah: SIC V LMCS 1 jari
medial LMCS
- Auskultasi : S1>S2, reguler, murmur (-), gallop (-)
- Abdomen
- Inspeksi : cembung
- Auskultasi : bising usus (+) normal
- Perkusi : timpani
- Palpasi : supel, nyeri tekan (+) regio epigastrium
- Hepar : tidak teraba pembesaran
- Lien : tidak teraba pembesaran
- Ekstrimitas
- Superior : akral hangat (+/+), edema (-/-), ptechie (-/-)
- Inferior : akral hangat (+/+), edema (-/-),ptechie (+/+)
2. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium darah
Pemeriksaan 24-12-2018 25-12-2018 25-12-2018
(05.20) (19.44)
Hb 13.7 gr/dl 13.1 gr/dl 12.6 gr/dL
Leukosit 1.71 x 103 /ul (L) 2.25 x 103/ul L 3.33 x 103/ul L
Hermatokrit 40.4 % (L) 38.9 % L 37.2 % L
Eritrosit 7.21 juta/ul (H) 6.84 juta/ul (H) 6.50 juta/ul (H)
Trombosit 71.000/ul (L) 31.000/ul L 67.000/ul L
MCV 56 Fl (L) 56 L 56.4 L
MCH 19 pg/cell (L) 19.2 pg/cellL 19.1 pg/cell
MCHC 33.9 g/dl 33.7 g/dl 33.9 g/dl
5
RDW 18.1 % H 17 % H 16.2 % H
Basofil 1% 0% 0%
Eosinofil 1%L 3% 3%
Batang 0.0 % L 0.0 % L 0.0 % L
Segmen 51.4 % 33 % L 45.4 %
Limfosit 35 % 49 % H 38 %
Monosit 12 % H 14 % H 13 % H
SGOT 136 H
SGPT 72 H
GDS 136
D. DIAGNOSIS BANDING
Viral Infection
Demam Tifoid
Idiopathic thrombocytopenia purpura
E. DIAGNOSIS KERJA
Demam Dengue
F. PLANNING
1. Pemeriksaan penunjang
a. IgM dan IgG anti dengue
2. Terapi
a. Farmakologi
1) Inj Ranitidin 2 x 25 mg
2) Inj Ketorolac 3 x 15 mg
3) PO Paracetamol 3x500 mg
4) PO curcuma 3x20 mg
b. Non Farmakologi
1) IVFD RL 20 tpm
2) Bed rest
c. Edukasi
1) Edukasi terkait perjalanan penyakit dan tatalaksananya, sehingga
pasien mengerti tidak ada obat /medika mentosa untuk penanganan
DBD, terapi hanya bersifat suportif dan mencegah perburukan
penyakit. Penyakit akan sembuh sesuai dengan perjalanan alamiah
penyakit
2) Modifikasi gaya hidup
a) Melakukan kegiatan 3M, menguras , mengubur dan menutup
6
b) Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan
bergizi dan melakukan olahraga secara rutin
3. Monitoring
a. Keadaan umum dan kesadaran
b. Tanda vital
c. Monitoring pemeriksaan darah lengkap
G. PROGNOSIS
Advitam : dubia ad bonam
Adfungsionam : dubia ad bonam
Adsanationam : dubia ad bonam
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Demam Berdarah Dengue
1. Definisi
DEN-4, yang mengakibatkan infeksi 390 juta per tahun di dunia pada
ditularkan melalui vector nyamuk yaitu Aedes aegypti dan spesies lain
dari Aedes sp. juga berpotensi menularkan virus dengue. Aedes aegypti
2. Epidemiologi
WHO terdapat kira-kira 50-100 juta kasus infeksi virus dengue setiap
8
Surabaya (termasuk 24 kasus yang meninggal). Pada tahun 1997, 2004
15,2 per 100.000 orang, 30 per 100.000 orang dan 13,7 per 100.000
dimulai pada tahun 1995 menunjukkan bahwa insidens dari satu atau
lebih infeksi dengue 29,2% terjadi pada kelompok umur 4-9 tahun di
antibodi terhadap satu atau lebih tipe virus pada awal penelitian, dan
34,3% dari seluruh kasus terbukti secara serologi telah terpapar dengan
satu serotipe. Pada kasus anak yang terbukti secara serologi belum
805) mengalami serokonversi dan enam dari 1837 kasus yang dirawat
umur 5-14 tahun, tetapi setelah tahun 1984 insidens kelompok umur
>15 tahun meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 di provinsi
9
DKI Jakarta, persentase kasus DBD terbanyak merupakan kelompok
umur 5-14 tahun (36%), diikuti kelompok umur >5 tahun (31%),
kelompok 15-44 tahun (22%) dan >45 tahun (11%). Data dari tahun
3. Faktor risiko
a. Usia
umur <15 tahun. Sejak tahun 1999 – 2009 keadaan ini berubah
10
anak berumur 5-11 tahun. Sedangkan menurut Hapsari (2006)
pula mortalitasnya.
11
c. Sanitasi lingkungan
rumah atau sekitar rumah, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter
12
d. Tindakan pembersihan sarang nyamuk
(Fathi, 2005).
13
e. Mobilitas penduduk
bawah 1,08 dan batas atas 80,15 (OR= 9,29, CI 95%= 1,08-80,15).
4. Patogenesis
terus menularkan kepada individu yang rentan pada saat menggigit dan
manusia akan menuju organ sasaran yaitu sel kuffer hepar, endotel
(Candra, 2010).
14
retikuloendotelial menyebabkan kompleks antigen antibodi yang
plasma (Hadinegoro,1999).
15
plasma dari ruang intravaskuler ke ekstravaskuler (plasma
(Hadinegoro,1999).
5. Manifestasi klinis
berdarah yaitu :
a. Fase febris
16
mialgia, artralgia dan sakit kepala. Beberapa kasus pada fase ini
b. Fase kritis
seperti efusi pleura dan asites dapat dideteksi pada fase ini. Pada
c. Fase sembuh
17
peningkatan jumlah leukosit terjadi lebih dahulu dibandingkan
atau mungkin lebih rendah karena efek dilusi dari diserap cairan.
6. Diagnosis
a. Anamnesis
2) Pada anak besar, dapat mengeluh nyeri kepala, nyeri otot, dan
nyeri perut.
(PPK,2017).
18
b. Pemeriksaan fisik
2017) :
c. Pemeriksaan laboratorium
2017) :
2) Uji serologis, uji hemaglutinasi inhibisi saat fase akut dan fase
konvalesens
19
a) Infeksi primer, serum akut < 1:20, serum konvalesens naik
20
Pasien dengan demam tinggi
Demam Dengue akut/mendadak dengan minimal dua dari
gejala berikut ini: Sakit kepala, nyeri
retroorbital, nyeri otot, nyeri sendi/nyeri
tulang, rash, manifestasi perdarahan (Tes
tourniquet positif, petekie, epistaksis),
leukopenia.
Kriteria laboratorium antibodi
HI >=1.280 atau tes ELISA IgM/IgG
positif pada masa konvalesens atau adanya
konfirmasi kasus dengue di
daerah yang sama.
7. Klasifikasi
21
a. DBD derajat 1 adalah demam yang disertai dengan gejala klinis tidak
spontan.
ditandai dengan denyut nadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi 20
endemic.
2) Ruam
3) Nyeri kepala
4) Myalgia
22
5) Uji tourniket positif
6) Leukopenia
1) Nyeri abdominal
2) Muntah persisten
3) Perdarahan mukosa
4) Akumulasi cairan
5) Letargi
6) Gelisah
7) Hepatomegali >2 cm
c. Dengue berat
berikut ini:
23
1) Kebocoran plasma berat yang akan mengakibatkan : Sindrom
respirasi
2) Perdarahan berat
8. Prognosis
24
sekitar 3 % jika dideteksi dan ditangani segera, namun bila terjadi syok
KESIMPULAN
1. Sdr.F usia 20 tahun pada kasus ini terdiagnosis demam dengue berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang mendukung.
2. Demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh famili
Flavivirus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4, yang mengakibatkan
infeksi 390 juta per tahun di dunia pada sepertiga populasi yang berisiko
25
(Paul, 2016). Demam berdarah ditularkan melalui vector nyamuk yaitu Aedes
aegypti dan spesies lain dari Aedes sp. juga berpotensi menularkan virus
dengue.
3. Tatalaksananya untuk penanganan DBD hanya bersifat suportif dan
mencegah perburukan penyakit. Penyakit akan sembuh sesuai dengan
perjalanan alamiah penyakit
Daftar Pustaka
26
Departemen Kesehatan RI. 2005. Pencegahan dan Pemberantasan Demam
Berdarah Dengue. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, Jakarta.
Depkes RI, Ditjen PPM & PLP Tahun 1998/1999 tentang Petunjuk Teknis
Pemberantasan Nyamuk Penular Penyakit Demam Berdarah Dengue di
Indonesia. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, Jakarta.
Gama, A.T dan Faizah B.R. 2010. Analisis Faktor Risiko Kejadian Demam
Berdarah Dengue Di Desa Mojosongo Kabupaten Boyolali. Eksplanasi. 5
(2) : 1-9
Graham RR, Juffrie M, Tan R, Hayes CG,Laksono I, Ma’roef C, Erlin, dkk. 1999.
A prospective seroepidemiologic study on dengue in children four to nine
years of age in Yogyakarta, Indonesia. Am J Trop Med Hyg. 61 : 412-9
Hadinegoro SR, Satari HI. 1999. Demam berdarah dengue. Balai Penerbit FKUI,
Jakarta.
Jaya, Ihsan. 2008. Hubungan Kadar Hematokrit Awal Dengan Derajat Klinis
DBD. Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Surakarta. 42 hal.
27
Rahayu, Misti, T. Baskoro, B. Wahyudi. 2010. Studi Kohort Kejadian Penyakit
Demam Berdarah Dengue. Berita Kedokteran Masyarakat. 26 (4) : 163-
170
Setiati TE, Wangenaar JF, Kruit MD, Mairuhu AT, Gorp EC, Soemantri A. 2006.
Changing epidemiology of dengue haemorrhagic fever in Indonesia.
Dengue Bulletin. 30:1-14
Soejoso, Atmaji, D., 1998. Gambaran Hematokrit, Trombosit, dan Plasma Protein
pada Penderita DBD. http:digilib.litbang.depkes.go.id. Diakses 12 Juni
2016
Supartha, I Wayan. 2008. Pengendalian Terpadu Vektor Demam Berdarah Aedes
Aegypti dan Aedes Albopictus. Universitas Udayana, Denpasar.
28
29