Professional Documents
Culture Documents
D. Pengkajian
1. Faktor Predisposisi
Penyebab :
a. Gangguan fungsi susunan saraf pusat
b. Gangguan pengiriman nutrisi
c. Gangguan peredaran darah
a. Penuaan
• Kumulatif degeneratif jaringan otak = penuaan
• Racun dalam jaringan otak
• Kimia toksik/logam berat = Respon kognitif maladaptif
b. Neurobiologi
• Penyakit Alzheimer’s
• Gangguan metabolik :
- Penyakit lever kronik,
- GGK
- Defisit vitamin
- Malnutrisi
• Anorexia nervosa
• Bulimia nervosa
c. Genetik : Penyakit otak degeneratif herediter ( Huntington’s Chorea)
2. Stressor Presipitasi
a. Hipoksia :
- Anemia hipoksik
- Histotoksik hipoksia
- Hipoksemia hipopoksik
- Iskemia hipoksik = Suplai darah ke otak menurun/berkurang
b. Gangguan metabolisme
Malfungsi endokrin : Underproduct / Overproduct Hormon
- Hipotiroidisme
- Hipertiroidisme
- Hipoglikemia
c. Racun, Infeksi
- Gagal ginjal
- Syphilis
- Aids Dement Comp
d. Perubahan Struktur
- Tumor
- Trauma
e. Stimulasi Sensori
- Stimulasi sensori berkurang
- Stimulasi berlebih
3. Perilaku
Pada gangguan kognitif, diagnosa medis yang sering dihadapi adalah Demensia:
Suatu keadaan respon kognitif maladaptif yang ditandai dengan hilangnya
kemampuan intelektual/ kerusakan memori, penilaian, berpikir abstrak. Delirum:
Suatu keadaan proses pikir yang terganggu, ditandai dengan: Gangguan perhatian,
memori, pikiran dan orientasi. Insomnia: Insomnia/sulit tidur adalah masalah yang
lazim dialami lansia; sleep-maintenance insomnia adalah kondisi terkait umur dan
membuat penderitanya lemah (Bootzin, Engle-Friedman, dan Hazelwood).
Demensia
1. Pengertian Demensia
Demensia merupakan istilah digunakan untuk menjelaskan penurunan fungsional
yang disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada otak. Demensia bukan berupa
penyakit dan bukanlah sindrom.
Pada usia muda, demensia bisa terjadi secara mendadak jika cedera hebat,
penyakit atau zat-zat racun (misalnya karbon monoksida) menyebabkan hancurnya
sel-sel otak. Tetapi demensia biasanya timbul secara perlahan dan menyerang usia
diatas 60 tahun. Namun demensia bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang
normal. Sejalan dengan bertambahnya umur, maka perubahan di dalam otak bisa
menyebabkan hilangnya beberapa ingatan (terutama ingatan jangka pendek) dan
penurunan beberapa kemampuan belajar. Perubahan normal ini tidak mempengaruhi
fungsi.
Pikun merupakan gejala umum demensia, walaupun pikun itu sendiri belum
berarti indikasi terjadinya demensia. Orang-orang yang menderita demensia sering
tidak dapat berpikir dengan baik dan berakibat tidak dapat beraktivitas dengan baik.
Oleh sebab itu mereka lambat laun kehilangan kemampuan untuk menyelesaikan
permasalahan dan perlahan menjadi emosional, sering hal tersebut menjadi tidak
terkendali.
5. Tahap-Tahap Demensia
1) Tahap awal
a. Perubahan alam perasaan atau kepribadian
b. Gangguan penilaian dan penyelesaian masalah
c. Konfusi tentang tempat (tersesat pada saat akan ke toko)
d. Konfusi tentang waktu
e. Kesuliatan dengan angka,uang dan tagihan
f. Anomia ringan (kesulitan dalam menyebut nama benda)
g. Menarik diri/depresi
2) Tahap pertengahan
a. Gangguan memori saat ini dan masa lalu.
b. Anomia, agnosia (ketidakmampuan untuk mengenali objek yang umum),
apraksia (ketidakmampuan melakukan gerakan yang bertujuan meskipun sistem
sensoris dan motoriknya utuh ), afasia (kesulitan dengan bahasa)
c. Gangguan penilaian dan penyelesaian masalah yang parah.
d. Konfusi tentang waktu dan tempat semakin memburuk.
e. Gangguan persepsi
f. Kehilangan pengendalian impuls.
g. Anxietas, gelisah, mengeluyur dan berkeras (gerakan atau vokalisasi berulang)
h. Hiperoralitas (ingin memasukan makanan atau benda-benda lain ke dalam
mulutnya).
i. Kemungkinan kecurigaan,delusi atau halusinasi
j. Konfabulasi (tidak mampu menemukan kata yang tepat,dapat menggunakan
kata-kata atau frasa yang tidak logis untuk mengisi kekosongan.
k. Gangguan kemampuan merawat diri yang sangat besar
l. Mulai terjadi inkontinensia
m.Gangguan siklus tidur bangun.
3) Tahap akhir
a. Gangguan yang parah pada semua kemampuan kognitif.
b. Ketidakmampuan untuk mengenali keluarga dan teman-teman
c. Gangguan komunikasi yang parah (dapat menggerutu, mengeluh,
menggumam).
d. Sedikitnya kapasitas perawatan diri.
e. Inkontinensia kandung kemih dan usus
f. Kemungkinan menjadi hiperoralitas dan memiliki tangan yang aktif.
g. Penurunan nafsu makan,disfasia dan resiko aspirasi
h. Depresi sitem imun yang menyebabkan meningkatnya risiko infeksi.
i. Gangguan mobilitas dengan hilangnya kemampuan untuk berjalan,kaku
otot,dan paratonia.
j. Reflex menghisap dan menggenggam
k. Menarik diri
l. Gangguan siklus tidur bangun,dengan peningkatan waktu tidur
6. Diagnosa
Diagnosis demensia ditegakkan berdasarkan penilaian menyeluruh, dengan
memperhatikan usia penderita, riwayat keluarga, awal dan perkembangan gejala serta
adanya penyakit lain (misalnya tekanan darah tinggi atau kencing manis). Dilakukan
pemeriksaan kimia darah standar. Pemeriksaan CT scan dan MRI dimaksudkan untuk
menentukan adanya tumor, hidrosefalus atau stroke.
Jika pada seorang lanjut usia terjadi kemunduran ingatan yang terjadi secara
bertahap, maka diduga penyebabnya adalah penyakit Alzheimer. Diagnosis penyakit
Alzheimer terbukti hanya jika dilakukan otopsi terhadap otak, yang menunjukkan
banyaknya sel saraf yang hilang. Sel yang tersisa tampak semrawut dan di seluruh
jaringan otak tersebar plak yang terdiri dari amiloid (sejenis protein abnormal).
Metode diagnostik yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit ini adalah
pemeriksaan pungsi lumbal dan PET (positron emission tomography), yang
merupakan pemerisaan skening otak khusus.
I. PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan Dahulu dan Sekarang
Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk adanya tanda dan gejala
karakteristik yang berkaitan dengan gangguan tertentu yang didiagnosis.
2. Kaji adanya demensia
Dengan alat- alat yang sudah distandarisasi, meliputi:
a. Mini Mental Status Exam (MMSE)
3. Singkirkan kemungkinan adanya depresi
Dengan alat skrining yang tepat, seperti Geriatric Depression Scale ( Yesavage &
brink, untuk perbandigan gejala delirium, demensia, depresi.
4. Wawancarai klien, pemberi asuhan atau keluarga. Lakukan observasi langsung
terhadap:
a. Perilaku.
1. Bagaimana kemampuan klien mengurus diri sendiri dan melakukan aktivitas
hidup sehari-hari?
2. Apakah klien menunjukkan perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial?
3. Apakah klien sering mondar mandir “keluyuran”?
4. Apakah dia menunjukkan sundown syndrome atau perseveration
phenomena?
b. Afek.
1. Apakah klien menunjukkan ansietas?
2. Labilitas emosi?
3. Depresi atau apatis?
4. Iritabilitas?
5. Curiga?
6. Tidak berdaya?
7. frustasi?
c. Respon kognitif.
1. Bagaimana tingkat orientasi klien?
2. Apakah klien mengalami kehilangan ingatan tentang hal-hal yang baru saja
atau yang sudah lama terjadi?
3. Sulit mengatasi masalah, mengorganisasikan atau mengabstrakan? Kurang
mampu membuat penilaian terbukti mengalami afasia, agnosia, atau
apraksia?
4. Luangkan waktu bersama pemberi asuhan atau keluarga.
a. Identifikasi pemberian asuhan primer dan tentukan berapa lama ia
sudah menjadi pemberi asuhan di keluarga tersebut. (demensia jenis
Alzheimer tahap akhir dapat sangat menyulitkan karena sumber daya
keluarga mungkin sudah habis.)
b. Identifikasi system pendukung yang ada pada pemberi asuhan dan
anggota keluarga yang lain.
c. Identifikasi pengetahuan dasar tentang perawaran klien dan sumber
daya komunitas ( catat hal-hal yang prertlu diajarkan)
d. Identifikasi system pendukung spiritual bagi keluarga.
e. Identifikasi kekhawatiran tertentu tentang klien dan kekhawatiran
pemberi asuhan tentang dirinya sendiri.