You are on page 1of 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Fraktur merupakan hilangnya kontinuitas tulang, rawan sendir, tulang rawan
epifisis, yang bersifat komplit maupun inkomplit (Ismiarto, 2015). Fraktur anak-
anak berbeda dengan orang dewasa, dikarenakan adanya perbedaan anatomi,
biomekanik, serta fisiologi tulang. Daerah yang paling rawan terjadinya fraktur
adalah daerah epyfisis, karena tulang rawan lempeng epyfisis lebih lemah
daripada tulang (Ismiarto, 2015). Fraktur pada siku merupakan trauma yang
sering terjadi pada anak dengan angka sekitar 10%. Beberapa jenis fraktur dapat
sembuh hanya dengan pemasangan fiksasi dan observasi, namun ada beberapa
yang memerlukan tindakan operasi (Flynn et al., 2003). Fraktur suprakondilar
humerus merupakan lokasi fraktur yang paling sering terjadi khususnya pada
anak-anak (Kumar & Singh, 2016). Pada anak laki-laki terdapat prevalensi sekitar
16% dari seluruh jenis fraktur, dan 60% dari seluruh jenis elbow fraktur (Kumar
& Singh, 2016).
Fraktur suprakondilar lebih sering terjadi pada tulang anak-anak yang masih
imature jika dibandingkan dengan tulang dewasa. Puncak terjadinya adalah pada
anak usia 6-7 tahun saat terjadinya proses remodeling pada bagian suprakondilar
sehingga area tersebut lebih tipis dan rawan terjadi fraktur ketika terjadinya
trauma (Brubacher & Dodds, 2008). Mekanisme yang paling sering menyebabkan
kejadian ini adalah ketika terjatuh dengan tangan terjulur ke depan untuk menahan
sehingga memberikan beban hiperekstensi pada tangan. Hiperekstensi yang terjadi
pada siku membuat olekranon berfungsi sebagai penyeimbang dan memfokuskan
stres pada humerus distal dan menyebabkan fraktur. Osifikasi terjadi di beberapa
bagian tulang tergantung dari umur (Brubacher & Dodds, 2008).
Komplikasi yang dapat terjadi akibat fraktur ini salah satunya adalah kecacatan
pada ekstremitas yang mengalami fraktur (Kumar & Singh, 2016). Sehingga
diperlukan pemahaman lebih dalam lagi mengenai anatomi sesuai dengan usia,
penemuan radiografi, jenis tatalaksana yang dapat dilakukan, dan juga komplikasi
yang dapat terjadi. Sehingga dapat memudahkan pengobatan dan menurunkan
morbiditas pada fraktur anak-anak.

1.2.Tujuan
Laporan kasus ini disusun untuk membantu penulis mengetahui dan memahami
tentang:
2. Definisi, epidemiologi, etiopatofisiologi fraktur pada anak-anak
3. Penegakkan diagnosa fraktur pada anak-anak
4. Penatalaksanaan fraktur pada anak-anak

4.1. Manfaat
Menambah wawasan keilmuan tentang fraktur pada anak-anak bagi penulis dan
pembaca

You might also like