You are on page 1of 11

EFEKTIFITAS POSISI TIDUR SEMI FOWLER DENGAN KUALITAS TIDUR

PADA PASIEN ASMA DI RUANG RAWAT INAP PERAWATAN PARU RSUD


BANGKINANG TAHUN 2017

Nila Kusumawati
Dosen S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

ABSTRACT
Sleep as one part of the physiological needs are basic needs that are needed by
all humans. Someone came in and hospitalized, sleep patterns can be easily changed
and impaired as a result of illness and hospital routine unknown. The purpose of this
study aims to determine the effectiveness of bed semi-Fowler's position with the quality
of sleep in patients with asthma in the hospital inpatient pulmonary disease
Bangkinang. This study is an analytical type with Quasi Experiment design. The
sampling technique using sampling purfosive as many as 20 people. Analysis of the data
used are univariate (central tendency) and bivariate (t test dependent). The results
showed that the mean difference in the quality of sleep in the two groups: (18.80 +
1.795: 2.798 + 15.40). Visible differences in mean values between the two groups was
3.40 with a standard deviation of 1.003, the differences were statistically significant (p
<0.05). This means sleeping position semifowler effectively to improve the quality of
sleep in patients with asthma in the lung space Bangkinang. Expected at the hospital to
be able to apply the sleeping position is an appropriate solution in asthmatic patients
with rest and sleep disorders.

Keywords : Asthma, sleep position

PENDAHULUAN Berdasarkan Riset Kesehatan


A. Latar Belakang Dasar (RISKESDAS) tahun 2013
Menurut WHO (World Health mendapatkan hasil prevalensi
Organization) tahun 2011, 235 juta nasional untuk penyakit asma pada
orang di seluruh dunia menderita semua umur adalah4,5 %. Dengan
asma dengan angka kematian lebih prevalensi asma tertinggi terdapat di
dari 8% di negara-negara Sulawesi Tengah (7,8%), diikutiNusa
berkembang yang sebenarnya dapat Tenggara Timur (7,3%), DI
dicegah.2 National Center for Health Yogyakarta (6,9%), dan Sulawesi
Statistics (NCHS) pada tahun 2011, Selatan (6,7%). Untuk provinsi Riau
mengatakan bahwa prevalensi asma memiliki prevalensi asma sebesar 4,3
menurut usia sebesar 9,5% pada anak %. Disampaikan pula bahwa
dan 8,2% pada dewasa, sedangkan prevalensi asma lebih tinggi pada
menurut jenis kelamin 7,2% laki- perempuan dibandingkan pada laki-
laki dan 9,7% perempuan (Kemenkes laki (Riskesdas, 2013).
RI, 2014).

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 54


Volume 1, Nomor 2, Oktober 2017 ISSN 2623-1573(Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

Keperawatan sebagai sebuah prioritas teratas karena apabila tidak


ilmu terapan memahami dan terpenuhi maka akan berpengaruh
memandang manusia bukan saja pada kebutuhan lainnya. Kebutuhan
sebagai objek melainkan juga fisiologis adalah kebutuhan untuk
sebagai subjek. Manusia dipandang mempertahankan kehidupan atau
sebagai sistem karena terdiri dari sub kelangsungan hidup. Kebutuhan
sistem yang membentuk manusia fisiologis terdiri dari: kebutuhan akan
yaitu biologis, psikologis, sosial, udara (oksigen), cairan dan elektrolit,
spiritual, dan kultural. Keseluruhan nutrisi, eliminasi, istirahat dan tidur,
subsistem tersebut satu sama lain menghindari dari rasa nyeri, regulasi
akan saling mempengaruhi dan suhu badan, kebersihan diri,
apabila salah satu komponen stimulasi atau rangsangan,
terganggu maka akan menyebabkan melaksanakan aktivitas atau
gangguan pada komponen yang lain kegiatan, eksplorasi dan manipulasi
dan hal inilah yang mendasari serta kebutuhan seksual (Maryam S,
manusia dipandang sebagai makhluk 2013).
yang holistik. Manusia juga Tidur sebagai salah satu bagian
merupakan makhluk hidup yang dari kebutuhan fisiologis merupakan
terdiri dari bio-psiko-sosial-spiritual kebutuhan dasar yang dibutuhkan
yang utuh dan unik (Atoilah & oleh semua manusia untuk dapat
Kusnadi, 2013). berfungsi secara optimal baik sehat
Teori kebutuhan manusia maupun yang sakit (Munardi, 2003).
memandang manusia sebagai suatu Tidur adalah bagian dari
keterpaduan, keseluruhan yang penyembuhan dan perbaikan.
terorganisir yang mendorong untuk Kebutuhan untuk tidur sangat
memenuhi kebutuhan dasar manusia. penting bagi kualitas hidup semua
Kebutuhan dasar manusia adalah orang. Setiap individu memiliki
aktivitas yang dibutuhkan oleh kebutuhan tidur yang berbeda dalam
semua orang untuk keberhasilan dan kuantitas dan kualitasnya (Potter &
kepuasan hidup. Kebutuhan manusia Perry, 2006).
dipandang sebagai takanan internal, Mencapai kualitas tidur yang
sebagai hasil dari perubahan sistem, baik penting untuk kesehatan, sama
dan tekanan ini dinyatakan dengan halnya dengan sembuh dari penyakit.
perilaku untuk mencapai tujuan Klien yang sedang sakit sering kali
sehingga terpenuhinya kebutuhan. membutuhkan lebih banyak tidur dan
Kebutuhan-kebutuhan tersebut sama istirahat daripada klien yang sehat.
bagi semua orang semua usia, baik Penyakit biasanya mencegah
sehat maupun sakit (Maryam S, beberapa klien untuk mendapatkan
2013). tidur dan istirahat yang adekuat.
Kebutuhan manusia menurut Penyakit dan perawatan kesehatan
Abraham Maslow terdiri dari lima rutin yang asing, dengan mudah
kategori, yaitu kebutuhan fisiologi, mempengaruhi kebiasaan pola tidur
keselamatan, sosial, harga diri, dan seseorang yang masuk rumah sakit
aktualisasi diri. Semua kebutuhan ini atau fasilitas pelayanan kesehatan
merupakan bagian-bagian vital dari lainnya (Potter & Perry, 2010).
sistem manusia, tetapi Seseorang yang masuk dan
kebutuhanfisiologis merupakan dirawat dirumah sakit, pola tidurnya

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 55


dapat dengan mudah berubah dan dalam proses respirasi. Berdasarkan
mengalami gangguan sebagai akibat tersebut maka perawat harus
dari penyakit dan rutinitas rumah memahami indikasi pemberian
sakit yang tidak diketahui(Potter & oksigen, dan metode pemberian
Perry, 2006). Rutinitas rumah sakit oksigen (Hidayat, 2007).
yang khas dapat mengganggu tidur Menurut Angela dalam Safitri
atau mencegah klien untuk tertidur dan Andriyani (2008), saat terjadi
pada waktu biasa mereka. Masalah sesak nafas biasanya klien tidak
ini lebih besar terjadi dimalam dapat tidur dalam posisi berbaring,
pertama rawat inap atau hospitalisasi, melainkan harus dalam posisi duduk
ketika klien mengalami peningkatan atau setengah duduk untuk
total waktu bangun, sering meredakan penyempitan jalan nafas
terbangun, serta menurunkan tidur dan memenuhi oksigen dalam darah.
REM (Rapid Eye Movement) dan Posisi yang paling efektif bagi klien
total waktu tidur (Potter & Perry, dengan penyakit kardiopulmonari
2010). adalah posisi semi fowler dimana
Menurut Hidayat(2013),faktor kepala dan tubuh dinaikkan dengan
yang menyebabkan gangguan tidur derajat kemiringan 45° , yaitu
bermacam-macam. Biasanya klien dengan menggunakan gaya gravitasi
dapat mengidentifikasi penyebab untuk membantu pengembangan
masalah-masalah gangguan tidur paru dan mengurangi tekanan dari
seperti gangguan pernafasan, nyeri, abdomen ke diafragma.
takut, dan kecemasan. Gangguan Penelitian Supadi, dkk (2008),
kebutuhan dasar pada klien gangguan menyatakan bahwa posisi semi
pernafasan akan menimbulkan fowler membuatoksigendidalamparu-
masalah keperawatan, salah satu parusemakinmeningkatsehingga
diantaranya adalah gangguan memperingan kesukaran nafas. Posisi
kebutuhan istrahat atau gangguan ini akan mengurangi kerusakan
pola tidur berhubungan dengan membran alveolus akibat
nocturia (banyak kencing) atau tertimbunnya cairan. Hal tersebut
perubahan posisi tidur yang dipengaruhi oleh gaya grafitasi
menyebabkan sesak nafas (Smletzer sehingga oksigen delivery menjadi
& Bare, 2002). optimal. Sesak nafas akan berkurang,
Kebutuhan oksigenasi dalam dan akhirnya proses perbaikan
tubuh harus terpenuhi karena apabila kondisi klien lebih cepat.
kebutuhan oksigen dalam tubuh Begitu juga penelitian yang
berkurang, maka akan terjadi dilakukan oleh Herni (2014) tentang
kerusakan pada jaringan otak dan Efektifitas pemberian posisi semi
apabila hal tersebut berlangsung fowler terhadap kualitas tidur pada
lama, akan terjadi kematian pasien Broncho Penumonia di ruang
jaringan bahkan dapat mengancam rawat inap RSUD Selasih yang
kehidupan. Pemberian terapioksigen menyatakan bahwa terdapat
dalam asuhan keperawatan hubungan yang kuat (r=0,532) antara
memerlukan dasar pengetahuan perubahan posisi semifowler
tentang faktor-faktor yang terhadap kualitas tidur (p value
mempengaruhi masuknya oksigen 0,012).
dari atmosfer hingga sampai ke Survey awal yang dilakukan
tingkat sel melalui alveoli paru diruang inap perawatan paru RSUD

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 56


Volume 1, Nomor 2, Oktober 2017 ISSN 2623-1573(Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

Bangkinang, data tahun 2015 yang belum posisi semi fowler 3


menunjukkan jumlah pasien yang orang. Dari hasil wawancara dengan
dirawat diruangan penyakit paru 4 pasien yang mengalami gangguan
sebanyak 250 orang. Prevalensi pernafasan 3 Orang mengatakan
kasus pasien periode Januari-Maret tidurnya tidak nyaman dan tidak bisa
2016, khusus untuk pasien yang lama, dan sering terbangun kalau
mengalami asma rata-rata pasien tidurnya dalam posisi telentang.
perbulan sebanyak 30 orang Berdasarkan fakta banyaknya
(Medical Record RSUD Bangkinang, pasien yang mengalami gangguan
2016). Hasil wawancara yang tidur yang salah satu penyebabnya
peneliti lakukan pada tanggal 28 karena posisi tidur, maka peneliti
Februari 2015 terhadap pasienyang tertarik untuk meneliti tentang
dirawat diruangan paru, terdapat 4 Efektifitas Posisi Tidur Semifowler
orang pasien asma yangkondisinya dengan kualitas tidur pada pasien
sedang sesak nafas, dengan yang asma di ruang rawat inap perawatan
sudah posisi semi fowler 1 orang dan paru RSUD Bangkinang.
Rancangan penelitian ini tidak dapat
METODE PENELITIAN terdapat kelompok pembanding (
A.Desain Penelitian kontrol ), tetapi paling tidak telah
Desain penelitian bersifat dilakukan observasi pertama (pretest)
eksperimen atau percobaan adalah yang memungkinkan menguji
kegiatan percobaaan yang bertujuan perubahan-perubahan yang terjadi
untuk mengetahui suatu gejala atau setelah adanya eksperimen
pengaruh yang timbul, sebagai akibat (Arikunto,2013).
dari adanya perlakuan tertentu B. Lokasi dan Waktu Penelitian
(Setiadi, 2013) 1. Lokasi Penelitian
Adapun desain eksprimen yang Penelitian ini akan di
digunakan adalah Quasy lakukan di ruang rawat inap
Eksperimental Design (desain penyakit paru RSUD
Eksprimen Semu ). Disebut demikian Bangkinang..
karena eksprimen jenis ini belum 2. Waktu Penelitian
memenuhi persyaratan seperti cara Waktu penelitian ini akan
dapat dikatakan ilmiah mengikuti dilaksanakan pada bulan 27 April
peraturan-peraturan tertentu.( s/d 27 Mei 2017.
Arikunto, 2013 ). C. Populasi dan Sampel
Rancangan penelitian yang 1. Populasi
digunakan adalah One group Pretest- Populasi merupakan
Postest design yaitu eksprimen yang wilayah generalisasi yang terdiri
dilaksanakan pada suatu kelompok atas objek atau subjek yang
saja tanpa kelompok pembanding. mempunyai kualitas dan
Kelompok subjek diberikan prestest karakteristik tertentu yang
sebelum dilakukan perlakuan dan ditetapkan oleh peneliti untuk
postest setelah dilakukan perlakuan dipelajari dan kemudian ditarik
dan untuk mengetahui pengaruh kesimpulannya (Sugiyono, 2010).
posisi tidur semi fowler terhadap Populasi pada penelitian ini
kualitas tidur pada pasien asma yang adalah pasien asma yang dirawat
diberikan perlakuan semi fowler. diruangan penyakit Paru RSUD

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 57


Bangkinang sebanyak 30 orang b. Pasien asma yang berumur 15
perbulan. keatas
2. Sampel c. Pasien asma yang tidak dalam
Sampel merupakan bagian terapi obat tidur.
populasi yang akan diteliti atau d. Bersedia menjadi responden.
sebagian jumlah dari karakteristik Sedangkan kriteria eksklusi dalam
yang dimiliki oleh populasi penelitian ini adalah:
(Hidayat, 2009). Jumlah sampel a. Pasien asma dengan kategori
yang digunakan peneliti sebanyak total care
30 responden. Penelitian ini b. Pasien asma dengan keadaan
menggunakan tekhnik umum buruk
pengambilan sampel non
probability sampling dengan HASIL PENELITIAN
metode purposive sampling Penelitian dilakukan di ruang inap
adalah suatu teknik penetapan perawatan paru RSUD Bangkinang di
sampel dengan cara mengambil mulai pada tanggal 27 April s/d 27 Mei
sampel sesuai tujuan peneliti 2017 dengan jumlah responden
(Nursalam, 2013). Pada saat sebanyak 20 responden. Data yang
penelitian peneliti menggunakan diambil yaitu mengenai Efektifitas
20 sampel yang terdiri dari Posisi Tidur Semi fowler dengan
kelompok eksperimen. Tehnik kualitas tidur pada pasien asma di ruang
pengambilan sampel ini atas dasar rawat inap perawatan paru RSUD
pertimbangan waktu, biaya, Bangkinang. Untuk lebih jelasnya dapat
tenaga, dan tempat. dilihat pada analisis univariat dan
Kriteria inklusi adalah bivariat berikut ini:
karakteristik umum subyek A. Analisis Univariat
penelitian dari suatu populasi 1. Karakteristik Responden
target dan terjangkau yang akan Karakteristik responden
diteliti (Setiadi, 2013). Adapun pada penelitian ini meliputi
kriteria inklusi yang dibuat umur, jenis kelamin, pekerjaan,
peneliti adalah sebagai berikut: dan lama rawat. Selengkapnya
a. Pasien asma dengan keadaan dapat dilihat pada tabel 4.1 di
umum yang ringan dan sedang. bawah ini:

Tabel 4.1 Karakteristik


Responden yang mengalami
Hospitalisasi di ruang rawat
inap Perawatan Paru RSUD
Bangkinang

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 58


Volume 1, Nomor 2, Oktober 2017 ISSN 2623-1573(Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

No Karakteristik F %
1. Umur
a. < 51 tahun 10 50,0
b. ≥ 51 tahun 10 50,0
Total 20 100
2. Jenis Kelamin
a. Laki-laki 14 70.0
b. Perempuan 6 30,0
Total 20 100
3. Pekerjaan
a. PNS 3 15,0
b. Swasta 5 25,0
c. Petani 9 45,0
d. Tidak Bekerja 3 15,0
Total 20 100
Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner
Berdasarkan tabel 4.1 di membagi menjadi dua
atas diperoleh hasil bahwa kelompok yaitu kelompok pre
rata-rata usia responden test dan post test.
berusia 51 tahun, sebagian Selengkapnya hasil penelitian
besar berjenis kelamin laki- ini dapat dilihat pada tabel
laki yaitu 14 orang (70,0%), 4.2 di bawah ini:
sebagian besar responden Tabel 4.2 Distribusi
bekerja sebagai petani Frekuensi Kualitas Tidur
sebanyak 9 orang (45%). Responden pada
2. Analisis Univariat Kelompok Pre
Hasil analisis univariat Test Terhadap Posisi Semi
Fowler di Ruang
pada variabel peneliltian ini
Perawatan Paru
yaitu variabel kualitas tidur RSUD Bangkinang Tahun
yang diukur melalui 2017
instrumen PSQI. Peneliti

NO Kualitas Tidur Frekuensi Persentase


1 Baik 2 10
2 Buruk 18 90
Total 20 100
Sumber : Hasil uji T-Test
Berdasarkan tabel 4.2 umumnya memiliki kualitas
dapat diketahui bahwa dari 20 tidur buruk sebanyak 18
responden sebelum diberikan responden (90%).
posisi tidur semi fowler
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Responden pada
Kelompok Post Test Terhadap Posisi Semi Fowler di Ruang
Perawatan Paru RSUD Bangkinang Tahun 2017
NO Kualitas Tidur Frekuensi Persentase
1 Baik 13 65
2 Buruk 7 35
Total 20 100
Sumber : Hasil uji T-Test.

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 59


Berdasarkan tabel 4.3 umumnya memiliki kualitas
dapat diketahui bahwa dari 20 tidur baik sebanyak 13
responden setelah diberikan responden (65%).
posisi tidur semi fowler
B. Analisis Bivariat
Analisis ini di ruang rawat inap perawatan
menggunakan uji paired t test paru RSUD Bangkinang
untuk melihat efektifitas posisi seperti yang terlihat pada tabel
tidur semi fowler dengan 4.5 berikut ini:
kualitas tidur pada pasien asma
Tabel 4.5 Efektifitas Posisi Tidur Semi fowler dengan kualitas tidur pada
pasien asma di ruang rawat inap perawatan paru RSUD
Bangkinang Tahun 2017
Variabel
Mean SD P Value N
Kualitas Tidur
Pre Test 7.2500 1.650
0,000 20
Post Test 2.3000 1.128
Sumber : hasil uji T-Test
Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh perbedaan tersebut signifikan (p <
bahwa rerata perbedaan kualitas tidur 0,05). Artinya posisi tidur
pada kedua kelompok yaitu (7,2500 semifowler efektif untuk
+ 1,650 : 1,128 + 2,3000). Terlihat meningkatkan kualitas tidur pada
perbedaan nilai mean antara kedua pasien asma di ruang paru RSUD
kelompok adalah 4,95 dengan Bangkinang.
standar deviasi 1,003, secara statistik
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa bahwa
PEMBAHASAN rerata selisih kualitas tidur
sebelum dan sesudah intervensi
A. Efektifitas Posisi Tidur Semi
berkisar 3,95. Artinya adanya
Fowler dengan Kualitas tidur
perubahan kualitas antara pre
Pada Pasien Asma Di Ruang
dan post intervensi perubahan
Inap Perawatan Paru RSUD
posisi semi fowler di ruang
Bangkinang Tahun 2017
perawatan paru RSUD
Dari hasil penelitian yang
Bangkinang. Sedangkan rerata
telah diuraikan sebelumnya,
perbedaan kualitas tidur pada
maka pada bab ini akan dibahas
kedua kelompok yaitu (7,2500
secara sistematis dari hasil
+ 1,650 : 1,128 + 2,3000).
analisis uji statistik tentang
Terlihat perbedaan nilai mean
Efektifitas Posisi Tidur Semi
antara kedua kelompok adalah
fowler dengan kualitas tidur
3,95, secara statistik perbedaan
pada pasien asma di ruang rawat
tersebut signifikan (p < 0,05).
inap perawatan paru RSUD
Artinya posisi tidur semifowler
Bangkinang. Pembahasan dalam
efektif untuk meningkatkan
penelitian ini adalah dengan
kualitas tidur pada pasien asma
melihat teori dan penelitian
di ruang perawatan paru RSUD
terkait yang telah dilakukan oleh
Bangkinang.
peneliti lain yang relevan
dengan penelitian saat ini.

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 60


Volume 1, Nomor 2, Oktober 2017 ISSN 2623-1573(Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

Menurut analisis peneliti, gangguan tidur bermacam-


pada kelompok pre dan post test macam. Biasanya klien dapat
terdapat perbedaan mean mengidentifikasi penyebab
kualitas tidur yaitu kualitas tidur masalah-masalah gangguan tidur
setelah diberikan intervensi seperti gangguan pernafasan,
dengan perubahan posisi tidur nyeri, takut, dan kecemasan.
menjadi posisi semi fowler Gangguan kebutuhan dasar pada
berbeda nilai 3,95 dibandingkan klien gangguan pernafasan akan
dengan kualitas tidur setelah menimbulkan masalah
diberikan intervensi. Artinya, keperawatan, salah satu
secara statistik perubahann diantaranya adalah gangguan
posisis semifowler memberikan kebutuhan istrahat atau
pengaruh terhadap kualitas tidur gangguan pola tidur
pada pasien asma dengan nilai p berhubungan dengan nocturia
value < 0,05. (banyak kencing) atau
Keterkaitan antara kondisi perubahan posisi tidur yang
seseorang yang kurang stabil menyebabkan sesak nafas
mempengaruhi kenyamanan (Smletzer & Bare, 2002).
dalam mengendalikan dirinya Kebutuhan oksigenasi
untuk mampu beristirahat. dalam tubuh harus terpenuhi
Khawatir atas masalah-masalah karena apabila kebutuhan
pribadi atau situasi sering oksigen dalam tubuh berkurang,
mengganggu tidur. Stres maka akan terjadi kerusakan
emosinal menyebabkan pada jaringan otak dan apabila
seseorang menjadi tegang dan hal tersebut berlangsung lama,
sering menyebabkan frustasi akan terjadi kematian jaringan
ketika tidak dapat tidur. Stres bahkan dapat mengancam
juga menyebabkan seseorang kehidupan. Pemberian terapi
berusaha terlalu keras untuk oksigen dalam asuhan
dapat tertidur, sering terbangun keperawatan memerlukan dasar
selama siklus tidur, atau tidur pengetahuan tentang faktor-
terlalu lama. Hal ini sesuai faktor yang mempengaruhi
dengan teori Potter & Perry, masuknya oksigen dari atmosfer
(2010) yang mengatakan bahwa hingga sampai ke tingkat sel
siklus tidur dan bangun melalui alveoli paru dalam
mempengaruhi dan mengatur proses respirasi. Berdasarkan
fungsi fisiologis dan respon tersebut maka perawat harus
perilaku. Artinya kebutuhan rasa memahami indikasi pemberian
aman dan nyaman dalam oksigen, dan metode pemberian
beristirahat membutuhkan oksigen (Hidayat, 2007).
prilaku adaptif untuk Menurut Angela dalam
menghindari terjadinya stress Safitri dan Andriyani (2008),
sehingga sesorang mampu saat terjadi sesak nafas biasanya
mengendalikan kondisinya klien tidak dapat tidur dalam
dalam batas normal. posisi berbaring, melainkan
Menurut Hidayat (2013), harus dalam posisi duduk atau
faktor yang menyebabkan setengah duduk untuk

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 61


meredakan penyempitan jalan faktor penyebab stressor melalui
nafas dan memenuhi oksigen mekanisme koping yang adaptif.
dalam darah. Posisi yang paling Faktor intervensi yang dimaksud
efektif bagi klien dengan pada penelitian ini adalah
penyakit kardiopulmonari adalah perubahan posisi semifowler
posisi semi fowler dimana mampu meningkatkan
kepala dan tubuh dinaikkan kenyamanan seseorang dalam
dengan derajat kemiringan 45° , menghadapai situasi tertentu
yaitu dengan menggunakan gaya mempengaruhi kualitas rasa
gravitasi untuk membantu aman dan nyaman.
pengembangan paru dan
mengurangi tekanan dari KESIMPULAN
abdomen ke diafragma. Setelah dilakukan
Penelitian Supadi, dkk penelitian tentang Efektifitas
(2008), menyatakan bahwa Posisi Tidur Semi fowler dengan
posisi semi fowler membuat kualitas tidur pada pasien asma
oksigen didalam paru-paru di ruang rawat inap perawatan
semakin meningkat sehingga paru RSUD Bangkinang
memperingan kesukaran nafas. terhadap 20 responden, maka
Posisi ini akan mengurangi dapat disimpulkan sebagai
kerusakan membran alveolus berikut:
akibat tertimbunnya cairan. Hal 1. Rerata selisih kualitas tidur
tersebut dipengaruhi oleh gaya sebelum dan sesudah
grafitasi sehingga oksigen intervensi berkisar 3,95.
delivery menjadi optimal. Sesak Artinya adanya perubahan
nafas akan berkurang, dan kualitas antara pre dan post
akhirnya proses perbaikan intervensi perubahan posisi
kondisi klien lebih cepat. semi fowler di ruang paru
Begitu juga penelitian perawatan RSUD
yang dilakukan oleh Herni Bangkinang.
(2014) tentang Efektifitas 2. Rerata perbedaan kualitas
pemberian posisi semi fowler tidur pada kedua kelompok
terhadap kualitas tidur pada yaitu (7,2500 + 1,650 : 1,128
pasien Broncho Penumonia di + 2,3000). Terlihat perbedaan
ruang rawat inap RSUD Selasih nilai mean antara kedua
yang menyatakan bahwa kelompok adalah 3,95, secara
terdapat hubungan yang kuat statistik perbedaan tersebut
(r=0,532) antara perubahan signifikan (p < 0,05). Artinya
posisi semi fowler terhadap posisi tidur semifowler
kualitas tidur (p value 0,012). efektif untuk meningkatkan
Berdasarkan uraian di atas kualitas tidur pada pasien
peneliti bersumsi bahwa asma di ruang perawatan paru
kebutuhan rasa aman dan RSUD Bangkinang.
nyaman ditentukan oleh faktor
intervensi yang sesuai dengan DAFTAR PUSTAKA
kondisi psikologis seseorang Atoilah dkk. (2013). Askep pada
sehingga mampu mengendalikan klien dengan gangguan

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 62


Volume 1, Nomor 2, Oktober 2017 ISSN 2623-1573(Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

kebutuhan dasar manusia. Kedokteran Universitas Riau.


Jakarta : In Media. Skripsi, Universitas Riau.
Direja, (2011). Buku ajar asuhan Nursalam. (2003). Konsep dan
keperawatan jiwa. Yogyakarta penerapan metodologi
: Nuha Medika. penelitian ilmu keperawatan.
Guyton dkk, (2007). Buku ajar Jakarta : Salemba Medika.
fisiologi kedokteran. Jakarta : Potter ddk, (2010). Pengantar
EGC. psikologi dalam keperawatan.
Hidayat. (2006). Pengantar Jakarta : Kencana.
kebutuhan dasar manusia. Potter dkk, (2006). Buku ajar
Jakarta : Salemba Medika fundamental keperawatan.
____, (2009). Metode penelitian Jakarta : EGC.
keperawatan dan teknik _________, (2010). Fundamental
analisis data. Jakarta : keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika. Salemba Medika.
____, (2013). Pengantar kebutuhan Rahayu, (2012). Pengaruh terapi
dasar manusia-aplikasi konsep musik new age terhadap
dan proses keperawatan. kualitas tidur pada pasien
Jakarta : Salemba Medika. rawat inap diruang mawar
Maryam, S. (2013). Buku ajar RSUD Dolopo Kabupaten
kebutuhan dasar manusia dan Madiun. Skripsi, STIKes
berpikir kritis dalam Sutriya Bhakti Nganjuk.
keperawatan. Jakarta : Trans Sarwono, (2012). Pengantar
Info Media. psikologi umum. Jakarta :
Munardi, (2003). Faktor yang Rajawali Pers.
mempengaruhi kebutuhan tidur Setiadi, (2013). Konsep dan praktek
pada pasien dengan perubahan penulisan riset keperawatan.
fungsi pernafasan diBadan Yoyakarta : Graha Ilmu.
Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Steven, (2002). Ilmu keperawatan.
Zainoel Abidin Banda Aceh. Jakarta : EGC.
Skripsi, Universitas Banda Stuart dkk, (2001). Buku saku
Aceh. keperawatan jiwa. Jakarta :
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi EGC.
penelitian kesehatan. Jakarta : Sugiyono, (2010). Memahami
Rineka Cipta. penelitian kualitatif. Bandung :
Nova. (2012). Hubungan kualitas Alfabeta.
tidur dengan tekanan darah
pada mahasiswa Fakultas

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 63


PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 64

You might also like