You are on page 1of 21
REPUBLIK INDONESIA Menimbang Mengingat PERATURAN MENTER! PERHUBUNGAN NOMOR : KM 20 TAHUN 2009 TENTANG ‘SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN (SAFETY MANAGEMENT SYSTEM) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN, bahwa ketentuan Keamanan dan Keselamatan Penerbangan telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001; bahwa untuk menjamin kesiapan dalam pelaksanaan dan mengantisipasi perkembangan teknologi yang terjadi dalam pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a, maka peru diatur mengenai manajemen keselamatan; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana_dimaksud dalam huruf a dan b, perlu menetapkan Sistem Manajemen Keselamatan (Safety Management System) dengan Peraturan Menteri Perhubungan; Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075); Pasal 4 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Jakarta padatanggal : 17 Februari 2009 MENTERI PERHUBUNGAN ttd ir, JUSMAN SYAFII DJAMAL ‘SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada : 1. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, Direktur Jenderal Perhubungan Udara, dan Para Kepala Badan di lingkungan Departemen Perhubungan; 2. Ketua KNKT; 3. DPPINACA. Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro re LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 20 TAHUN 2009 TANGGAL : -17 FEBRUARI 2009 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN 4. Landasan Hukum Peraturan ini diumumkan secara resmi di bawah kewenangan Undang-undang No.1/2009 tentang Penerbangan, Bab XIII - Keselamatan Penerbangan, Bagian Keempat — Sistem Manajemen Keselamatan Penyedia Jasa Penerbangan. 2. Ruang Lingkup dan Penerapan b. Ruang lingkup a) (2) (3) (4) (5) Peraturan ini menguraikan persyaratan untuk suatu penyedia layanan Safety Management System (SMS) yang beroperasi sesuai dengan ICAO Annex 6 - Operation of Aircraft, ICAO Annex 11 - Air Traffic Services, dan ICAO Annex 14 - Aerodromes. Di dalam konteks peraturan ini, istilah “Penyedia Layanan” harus dipahami dengan merujuk pada suatu organisasi yang berkaitan dengan penyediaan layanan penerbangan. Peraturan ini lebih memperhatikan proses dan aktifitas yang berkaitan dengan keselamatan daripada jabatan keselamatan, perlindungan lingkungan, atau kualitas layanan pelanggan. Penyedia layanan bertanggung jawab untuk layanan keselamatan atau produk yang disewa atau dibeli dari organisasi lain. Peraturan ini menetapkan persyaratan minimum yang dapat diterima; penyedia layanan dapat menetapkan persyaratan yang lebih ketat. Penerapan dan penerimaan Penyedia layanan harus mulai menerapkan Safety Management System (SMS) yang dapat diterima oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara pada (1) Operator pesawat atau penyedia layanan lainnya : 1 Januari 2009. (2) Operator Bandara Internasional : 1 Januari 2010. (3) Operator Bandara Domestik : 1 Januari 2011 Mengandung sedikitnya (1) (2) mengenali ancaman keselamatan dan penilaian dan mengurangi resiko; memastikan tindakan perbaikan diperlukan untuk mempertahankan suatu tingkat keselamatan yang dapat iterima dapat dilaksanakan;

You might also like