Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami
sensori dengar seseorang, dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasa ada suara
padahal tidak ada stimulus suara. Suara dapat berasal dari diri individu dan dari
mulai melamun dan memikirkan hal – hal yang menyenangkan, cara ini
bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat
2. Fase kedua disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu
Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas, klien tidak ingin orang lain
3. Fase ketiga adalah fase controling atau ansietas berat yaitu pengalaman
hanya beberapa menit atau detik, tanda – tanda fisik berupa klien
4. Fase keempat adalah fase conquering atau panik yaitu klien lebur
dan memarahi klien, klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol
dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain
dilingkungan.
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri atau
urine, feses, parfum, atau bau lain. Ini sering terjadi pada seseorang
bergerak
Menurut Stuart dan Sundeen dikutip dalam buku Ermawati Dalami dkk
Keterangan Gambar :
sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam
pengalaman ahli.
d. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam
batas kewajaran.
dan lingkungan.
gangguan.
rangsangan pancaindra.
d. Prilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi
batas kewajaran.
orang lain.
hati.
teratur.
1.2.5 Etiologi
1. faktor Presdiposisi
a. Faktor Pengembangan
mendiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih
b. faktor Sosiokultural
c. faktor Biokimia
dopamin.
d. Faktor Psikologis
2. Faktor Presipitasi
a. Dimensi Fisik
b. Dimensi Emosional
c. Dimensi Intelektual
akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak
e. Dimensi Spiritual
takdirnya memburuk.
1.2.6 Pohon Masalah
Core Problem P
Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
mengancam diri klien tau orang lain atau suara lain yang membahayakan.
tertawa sendiri, marah – marah tanpa sebab, menutup telinga, mulut komat
2.3.1 Pengkajian
1. Alasan Masuk RS
mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala yang
mendapatkan perawatan.
2. Faktor Predisposisi
aman.
5) Komunikasi tertutup
Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan
d. Faktor Psikologis
ideal diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis
e. Faktor Biologis
f. Faktor Genetik
penerimaan abnormal).
a. Kesehatan
b. Lingkungan
mendapat pekerjaan.
c. Sikap
Merasa tidak mampu, putus asa, merasa gagal, merasa punya kekuatan
d. Perilaku
1) Isi Halusinasi
pertanyaan klien.
4) Respon Klien
atau sebaliknya.
Pemeriksaan Fisik
Yang dikaji adalah tanda – tanda vital (suhu, nadi, pernafasan, dan tekanan darah),
berat badan, tinggi badan serta keluhan fisik yang dirasakan klien.
1. Status Mental
h. Tingkat kesadaran
2. Mekanisme Koping
internal
6. Mengetahu
i reaksi
setelah
minum
obat
7. Ketetapan
prinsip 5
benar
minum
obat
membantu
penyembu
han dan
menghinda
ri kesalahn
minum
obat serta
membantu
tercapainya
standar
2.3.4 Penatalaksanaan
wahyu dayatmono.
1. Proses Keperawatan
sering mendengar suara – suara yang membisiki dan isinya tidak jelas.
3. Diagnosa Keperawatan
a. SP 1 Pasien
Orientasi
selama ini bapak dengar tetapi tak tampak wujudnya?” Dimana kita
kalau 30 menit?”
Kerja
yang paling sering didengar suara itu? Berapa kali sehari bapak/ibu
dengan cara itu suara – suara itu hilang? Bagaimana kalau kita
yang sudah terjadwal, dan yang keempat yaitu dengan minum obat
secara teratur.”
menghardik.”
dengar, kamu suara palsu. Begitu diulang – ulang sampai suara itu
Terminasi
Kalau muncul suara – suara itu silahkan coba cara yang tadi sudah
klien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan
Bagaimana kalau dua ajm lagi? Berapa lama kita akan berlatih?
Dimana tempatnya?”
b. SP 2 Pasien
Orientasi
janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol
halusinasi dengan bercakap – cakap dengan orang lain, kita akan
Kerja
suara – suara ayo bercakap – cakap dengan saya! Atau kalau ada
lakukan! Ya, begitu, bagus. Coba sekali lagi! Bagus. Nah latih terus
ya bapak.
Terminasi
sewaktu – waktu ketika suara itu muncul! Besok pagi saya akan
kesini lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu
melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana kalau
Selamat pagi.”
c. SP 3 Pasien
Orientasi
janji kita hari ini kita akan belajar cara ketiga untuk
terjadwal. Mau dimana kita bicara? Baik kita duduk diruang tamu.
Kerja
keberhasilan klien).
Terminasi
jadwal 6 hari berikutnya. Jadi sudah berapa cara yang sudah kita
cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa?
Menurut Farida Kusumawati dan Yudi Hatono, terapi kelompok adalah metode
pengobatan ketika klien ditemui dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga
3. Tujuan :
b. Membentuk sosialisasi.
kognitif.
e. Penyaluran emosi.
Tujuan :
dengan tepat.
televisi.
gambar.
dalam kehidupan :
halusinasi.
melakukan kegiatan.
diri rendah.
menari.
Tujuan :
Klien mampu berespon terhadap suara yang didengar, suara yang dilihat,
lain – lain, seperti gambar, video, tarian dan nyanyian. Indikasi pada klien
dengan isolasi sosial, menarik diri, harga diri rendah yang disertai dengan
Klien diorientasi pada kenyataan yang ada disekitar klien yaitu diri sendiri,
orang lain yang ada disekeliling klien, atau prang terdekat klien. Aktivitas
Tujuan :
waktu dengan tepat, dapat mengenal diri sendiri dan orang – orang
4. TAK Sosialisasi
sosialisasi.
Tujuan :
telah dilakukan.
1. Tujuan
2. Setting
3. Alat
a. Spidol
b. Papan tulis
4. Metode
Langkah Kegiatan
1. Persiapan
persepsi : halusinasi
b. Membuat kontrak dengan klien
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
b. Evaluasi / validasi
c. Kontrak
saat ini.
3. Tahap Kerja
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1. Kemampuan verbal
Nama Klien
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5
c. Menyebutkan asal
d. Menyebutkan hobi
Nama Klien
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5
a. Kontak Mata
b. Duduk Tegak
1. Tujuan :
mengatasi halusinasi.
2. Setting
3. Alat
4. Metode
1. Persiapan
2. Orientasi
a. Salam Terapeutik
b. Evaluasi / validasi
mengontrol halusinasi
3. Tahap Kerja
giliran.
a. Evaluasi
b. Tindak lanjut
melakukan kegiatan
Evaluasi
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai denga tujuan TAK.
berikut
Sesi 2 :
Nama Klien
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
(buat jadwal)
1. Tujuan
halusinasi
2. Setting
3. Alat
b. Pulpen
4. Metode
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Salam terapeutik
b. Evaluasi / validasi
dipelajari
menghardik halusinasi
3. Kontrak
4. Tahap Kerja
5. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
b. Tindak Lanjut
bercakap – cakap
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Nama Klien
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk setiap klien,beri penilaian atas kemampuan menyebutkan kegiatan
halusinasi. Beri tanda √ jika klien mampu dan tanda X jika klien tidak
mampu
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat terapi TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh klien mengikuti TAK stimulasi persepsi
2.3.6 Pencegahan
Peran dan fungsi perawat sangatlah penting dalam hal pelaksanaan asuhan
difokuskan pada pasien. Prinsip tersebut adalah pencegahan primer pada anggota
masyarakat yang sehat jiwa, pencegahan sekunder pada anggota masyarakat yang
pasien gangguan jiwa yang sedang dalam proses pemulihan (Kusumawati dam
Hartono, 2010).
2.3.7 Evaluasi Keperawatan
2.3.8 Dokumentasi
dilakukan karena dapat dijadikan sebagai bukti apabila suatu saat terjadi
Graha Ilmu
3 Jakarta : EGC
Direja, Ade Herman S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta
: Nuha Medika
Firia, Nita. (2010). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
Maharatih, Ayu. et. Al. (2009). Psikiatri Komprehensif Soal dan Pembahasan
Jakarta : EGC
Salemba Medika
Maharatih, Ayu. et. Al. (2009). Psikiatri Komprehensif Soal dan Pembahasan
Jakarta : EGC
Yosep, Iyus (2011). Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Jakarta : Refika Aditama
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian
yang salah atau tidak realistis dari suatu pengalaman atau persepsi.
bahwa klien percaya bahwa perasaan, pikiran, atau tindakan yang mereka
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita
dengan fakta dan keyakinan tersebut mungkin “aneh” (misal, mata saya
adalah komputer yang dapat mengontrol dunia) atau bisa pula “tidak aneh”
(hanya sangat tidak mungkin, misal, “FBI mengikuti saya”) dan tetap
mengoreksinya.
2. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
3. Penyebab
1. Faktor Predisposisi
2. Faktor Presipitasi
Selain itu, menurut NANDA NIC-NOC, 2015 ada beberapa teori yang
1. Biologis
2. Teori psikososial
1) System keluarga
2) Teori interpersonal
penuh dengan ansietas tinggi. Hal ini jika dipertahankan maka konsep
3) Psikodinamika
melawan perasaan.
Menurut Aziz R dkk dalam Eko Prabowo tahun 2014, tanda dan gejala
3. Curiga
4. Bermusuhan
9. Mudah tersinggung
5. Klasifikasi Waham
a. Waham Agama
pakaian putih setiap hari,” atau klien mengatakan bahwa dirinya adalah
b. Waham Kebesaran
c. Waham Curiga
dengan kenyataan.
saya karena mereka semua iri dengan kesuksesan yang dialami saya.”
d. Waham Somatik
kenyataan.
e. Waham Nihilistik
Keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia, diucapkan
Contoh: “Ini kan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”.
sama sekali tidak masuk akal (Sadock & Sadock, 2007). Waham bizar
terdiri dari waham sisip pikir (thought of insertion), waham siar pikir
controlled).
yang tidak masuk akal bahwa orang lain dapat mendengar atau
menyadari pikirannya.
sendiri.
6. Prognosis Waham
adalah imigrasi yang baru saja dilakukan, konflik social dengan anggota
dengan rekan kerja, mencari perlindungan dari FBI atau polisi, atau mulai
mood, sekitar 50% pasien sembuh dengan follow-up jangka panjang, 20%
Menurut Abdul Muhith, 2015. Data diperoleh dari observasi pada saat
1. Arus Pikir
tujuan pembicaraan.
tujuan pembicaraan.
menyadarinya.
lainnya, masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada
tujuan.
7. Blocking : pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal
berlebihan.
umum.
persamaan bunyi.
2. Isi Pikir
menghilangkannya.
tertentu.
diinginkan.
5. Bunuh diri : Ide bunuh diri.
asing.
diri sendiri tentang suatu hal yang pernah atau tidak pernah
dilakukan.
itu.
muncul adalah:
V. RENCAN KEPERAWATAN
keperawatan yang dapat diberikan pada pasien dengan gangguan isi pikir :
Copel, Linda Carman. 2002. Kesehatan Jiwa & Psikiatri: Pedoman Klinis
Perawat, edisi 2. Jakarta : EGC
Ingram, I.M. 1995. Psikiatri : Catatan Kuliah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
: EGC
Keliat, Budi Anna dan Akemat. 2007. Model Praktik Keperawatan Profesional
Jiwa. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran : EGC
Keliat, Budi Anna, dkk. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran : EGC
Keliat, Budi Anna, dkk. 2012. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN
(Basic Course). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran : EGC
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3.
Jogjakarta : Medication
Sadock, Benjamin J., & Virginia Alcott. 2004. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2.
Jakarta : EGC
LAPORAN PENDAHULUAN
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan, serta pendirian
Konsep diri adalah penilaian subektif terhadap dirinya perasaan sadar / tidak
Menurut Mukhripah dkk (2014) dalam buku Asuhan Keperawatan Jiwa, Konsep
orang lain. Konsep diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari hasil
pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan
Citra tubuh adalah kumpulan sikap individu yang disadari dan tidak di
sadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi serta perasaan masa lalu dan
Hal-hal penting yang terkait dengan gambaran diri seperti fokus indvidu
terhadap fisik lebih menonjol pada usia remaja, bentuk tubuh, tinggi badan,
realistik terhadap menerima dan menyukai bagian tubuh, akan memberi rasa
individu yang stabil, realistik, dan konsisten terhadap gambaran dirinya, dapat
Sering juga disebut bahwa ideal diri sama dengan cita-cita, keinginan,
Hal-hal yang terkait dengan ideal diri meliputi perkembangan awal terjadi
identifikasi terhadap orang tua, guru, dan teman. Dipengaruhi oleh orang-
orang yang di pandang penting dalam memberi tuntunan dan harapan serta
diri sebatas kemampuan, faktor kultur dibandigkan dengan standar orang lain,
hasrat melebihi orang lain, hasrat untuk berhasil, hasrat memenuhi kebutuhan
realistik, hasrat menghindari kegagalan, dan adanya perasaan cemas dan ideal
diri.
keunikan individu. Pembentukan identitas di mulai pada masa bayi dan terus
remaja. Menurut Sunaryo (2004) identitas diri merupakan kesadaran akan diri
semua aspek konsep diri dan menjadi satu kesatuan yang utuh. Hal-hal
konsep diri.
dirinya tidak sama dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya.
dijalani dan seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang diambil adalah
Menurut Sunaryo (2004), peran diri adalah pola perilaku, sikap, nilai dan
Setiap individu disibukkan oleh berbagai macam peran yang terkait dengan
posisinya.
5. Stres peran, terdiri dari konflik peran, peran yang tidak jelas, peran yang
diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berasal yang berasal dari
kekalahan, dan kegagalan, tetap merasa sebagai seorang yang penting dan
disayangi, dikasihi orang lain dan mendapatkan penghargaan dari orang lain.
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Keliat B.A, 1992).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa
gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Yosep, 2009).
Menurut Nanda (2005) Harga diri rendah adalah berkembangnya persepsi diri
sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berpikir yang negatif. Kejadian sakit
dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini
dengan gangguan fisik yang kronik atau pada klien gangguan jiwa.
hubungannya dengan orang lain (Stuart & Sunden, 1995) Konsep diri tidak
Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah
perilaku sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1999). Sedangkan harga diri rendah
adalah menolah dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak bertanggung
jawab atas kehidupannya sendiri. Jika individu sering gagal maka cenderung
harga diri rendah. Harga diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan
Menurut Melza Lahyuni (2017) dari buku Stuart dan Sundeen (1998) respon
individu terhadap konsep dirinya sepanjang rentang respon konsep diri yaitu
beraktualisasi diri.
c. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep diri
maladaptif.
e. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realitas terhadap diri sediri yang
2.2.4 Etiologi
seseorang. Dalam tinjauan life span history klien, penyebab terjadinya harga diri
rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
awal sering gagal disekolah, pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul
(Yosep, 2009)
yang mengakibatkan harga diri rendah kronik meliputi faktor predisposisi dan
a. faktor predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai
tanggung jawab yang personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri
percayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur
sebaya.
b. Faktor presipitasi
konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional atau kronik.
penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman.
Harga diri rendah kronik biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau
sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat saat
dirawat.
tentang diri sendiri merupakan salah satu tanda dan gejala harga diri rendah :
Community Meental Healthy Nursing (CMHN, 2006) tanda dan gejala harga diri
d. Penurunan produktifitas
kurang.
g. Tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat
adalah:
2.2.6 Patofisiologi
interpersonal yang buruk yang mulanya merasa dirinya tidak berharga sehingga
merasa tidak aman berhubungan dengan orang lain, individu yang mempunyai
dengan harga diri rendah adalah kritik terhadap diri sendiri / orang lain,
perasaan irritable, sikap negatif terhadap diri sendiri, ketegangan peran, pesimis
kemampuan diri sendiri, mengejek diri dari realitas, cemas dan takut. Harga diri
kasus skizofrenia dan depresi. Hal ini dapat terjadi karena faktor sosiokultural
kehidupan sehari-hari dan faktor psikologis meliputi koping individu yang tidak
efektif terhadap keadaan dirinya, tanggung jawabnya, serta koping keluarga dalam
Pohon masalah pada pasien dengan harga diri rendah kronik menurut
2.2.8 Penatalaksanaan
a. Psikofarmaka
dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan generasi
perawat dan dokter. Tujuan dari psikoterapi ini adalah supaya iatidak
yang kurang baik, pasien dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan
bersama.
artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode yang dipasang satu
atau dua temples. Terapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak
mempan dengan terapi neuroleptika oral atauinjeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5
joule / detik.
d. Keperawatan
stimulasi realita dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.Dari empat jenis terapi
aktivitas kelompok yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan
konsep diri harga diri rendah dengan terapi aktivitas kelompok (TAK). Stimulasi
persepsi adalah terapi yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait
dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok dapat
2.2.9 Pencegahan
Menurut Kusuma dan Hartono (2010) peran dan fungsi perawat sangatlah
kesehatan adalah komprensif, yang di fokuskan pada klien. Prinsip tersebut adalah
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan
merupakan data yang disampaikan secara lisan oleh klien maupun keluarga klien
melalui proses wawancara. Sedangkan data objektif adalah data yang ditemukan
secara nyata pada klien melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat
sakit, apakah sudah tahu penyakit tersebut sebelumnya, apa yang dilakukan
b. Faktor predisposisi
orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kueang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang
c. Faktor presipitasi
d. Konsep diri
disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian
yang disukai.
3. Harga diri : penilaian individu tentang nilai personal yang di peroleh dengan
ansietas bermusuhan dan rasa bersalah. Masalah ini sering menimbulkan proses
penyebaran diri dan sirkular bagi individu yang dapat menyebabkan repon
koping maladaptif respon ini dapat terlihat pada berbagai macam individu yang
Ruang : No. CM :
1 Harga diri TUM : 1. Ekspresikan wajah 1. Bina hubungan saling percaya dengan
rendah Pasien memiliki bersahabat menunjukkan mengungkapkan prinsip komunikasi
konsep diri yang rasa senang ada kontak terapeutik.
positif. mata mau berjabat a. Sapa klien dengan ramah
tangan, mau menjawab b. Perkenalkan diri denga sopan
TUK 1: salam, klien mau duduk c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama
Klien dapat membina berdampingan dengan panggilan yang paling disukai
hubungan saling perawat, mau d. Jelaskan tujuan pertemuan
percaya dengan mengutarakan masalah e. Jujur dan menepati janji
perawat yang dihadapi. f. Tunjukkan sifat empaty dari menerima klien
apa adanya
g. Beri perhatian kepada klien
h. Diskusikan kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki klien.
22
TUK 2 : 2. Klien mengidentifikasi a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif
Klien dapat kemampuan dan aspek yang dimiliki pasien
mengidentifikasikan positif yang dimiliki : b. Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi
kemampuan dan a. Kemampuan yang nilai negatif
aspek positif yang dimiliki c. Utamakan memberikan pujian yang realistik
dimilik b. Aspek positif
keluarga
c. Aspek positif
lingkungan
TUK 4 : 4. Klien membuat rencana a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat
Klien kegiatan harian dilakukan setiap hari sesuai dengan
dapat(menetapkan) kemampuan
kegiatan sesuai b. Tingkatkan kegiatan yang sesuai dengan
dengan kemampuan toleransi koondisi klien
yang dimiliki c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang
boleh klien lakukan
23
TUK 5 : 5. Klien melakukan a. Beri kesempatan kepada klien untuk mencoba
Klien dapat kegiatan sesuai kondisi kegiatan ang telah direncanakan
melakukan kegiatan sakit dan kemampuannya b. Beri pujian atas keberhasilan klien
sesuai kondisi sakit c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah
24
2.3.4 Tindakan Keperawatan
Langkah-langkah untuk mengatasi masalah pasien dengan harga diri rendah adalah
A. Tujuan :
B. Tindakan keperawatan :
1) Mendiskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah kemampuan dan aspek positif
seperti kegiatan pasien di rumah, serta adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
2) Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan pasien penilaian
yang negatif.
1) Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat ini setelah
mengalami bencana.
2) Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang
diungkapkan pasien.
2) Bantu pasien menetapkan aktivitas yang dapat pasien lakukan secara mandiri, aktivitas
yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga, dan aktivitas yang perlu bantuan penuh
dari keluarga atau lingkungan terdekat pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan aktivitas
yang dapat dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan buat daftar aktivitas atau kegiatan
sehari-hari pasien.
1) Mendiskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan kegiatan (yang sudah dipilih
2) Bersama pasien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan yang akan dilakukan
pasien.
3) Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang diperlihatkan pasien.
1) Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan.
2) Beri pujian atas aktivitas/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari.
3) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap aktivitas.
4) Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama pasien dan keluarga.
SP 1 pasien : Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu
yang sudah di pilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah
“T, apa saja kemampuan yang T miliki ? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya
ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang bisa T lakukan? Bagaimana denga
merapihkan kamar? Menyapu? Mencuci piring.......dst”
“waaah, bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang T miliki”
“ T, dari lima kegiatan / kemampuan ini, mana yang masih dapay dikerjakan
dirumah sakit? Coba kita lihat yang pertama bisakah? Yang kedua.... sampai 5
(misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang
masih bisa dikerjakan dirumah sakit ini.”
“ Sekarang coba T pilih salah satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan dirumah
sakit ini” “O yang nomer satu merapikan tempat tidur? Kalau gitu, bagaimana
kalau sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur
“ Mari kita lihat tempat tidur T. Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?”
“ Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal
dan selimutnya. Bagus ! sekarang kita angkat spreinya, kita mulai dari arah
atas, yaaa bagus! Sekarang sebelah kiri, tarik dan masukkan, lalu sebelah
pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan disebelah
atas/ kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan disebelah bawah. Baguuus!!
“ T sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan
bedakah dengan sebelum dirapikan ? bagus “
Coba lakukan kegiatan diatas dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri
kalau T dapat melakukannya tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika T diingatkan
untuk melakukan, dan T (tidak) melakukan.
TERMINASI :
SP 2 pasien : Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan pasien
ORIENTASI :
“T sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu
sabet / tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk membersikan
piring dan air untuk membilas. T bisa menggunakan air yang mengalir dari kran
ini. Oh iya jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa
makanan.”
“ Oh iyaa sekarang saya perlihatkan dulu yaa caranya.”
“ Setelah semuanya perlengkapan tersedia, T ambil satu pring kotor lalu buang
dulu sisa kotoran yang ada dipiring tersebut ketempat sampah. Kemudian T
bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut/tapes ang sudah diberikan
sabun pencuci piring. Setelah selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai
tidak ada busa sabun sedikitpun dipiring tersebut. Setelah itu T bisa
mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia didapur.
Nah selesai....”
“Sekarang coba T yang melakukan...”
“Bagus sekali, T dapat mempraktekkan cuci piring dengan baik. Sekarang dilap
tangannya.”
TERMINASI :
Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah dirumah dan
A. Tujuan
dilakukan.
B. Tindakan keperawatan
c. Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien dalam melakukan kegiatan yang sudah
ORIENTASI :
“ Assalamualaikum!”
“Bagaimana keadaan bapak / ibu pagi ini ?”
“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat T?
Berapa lama waktu bapak/ ibu? 30 menit? Baiklah,mari duduk di ruangan
wawancara!”
KERJA:
SP 2 keluarga : melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien denan masalah harga
ORIENTASI:
“Assalamualaikum pak/bu”
“Bagaimana perasaan bapak/ibu hari ini?”
“Bapak/ibu masih ingat latihan merawat anak bapak/ibu yang suda kita pelajari
2 hari yang lalu?”
“Baik, hari ini kita akan langsung mempraktekkannya kepada T.”
“Waktunya 20 menit.”
“Sekarang mari kita temui T.”
KERJA:
ORIENTASI :
“Asslamulaikum pak/bu.”
“Karena hari ini T sudah boleh pulang, maka kita akan membicarakan jadwal T
selama di rumah.”
“Mari kita bicarakan dikantor.”
KERJA :
“Pak/bu ini jadwal kegiatan T selama dieumah sakit. Coba perhatikan, apakah
semua dapat dilaksanakan dirumah? Tolong jadwal kegiatan maupun jadwal
minum obatnya tetap dilanjutkan dirumah.”
“Hal-hal yang harus diperhatikan lebih lanjut adalah perilau yang ditampilkan
T selama dirumah. Contohnya adalah T terus-menerus menyalahkan diri sendiri
dan berpikir negatif terhadap diri sendiri, menolak minim obat serta
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi, segera
hubungi perawat K di puskesmas Indra Puri, puskesmas terdekat dari rumah
bapak/ibu. Ini nomor telepon Puskesmasnya : (0651)54xxxx.”
“Selanjutnya perawat K tersebut yang akan memantau perkembangan T selama
dirumah.”
TERMINASI:
“Bagaimana pak/bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian T untuk
dibawa pulang. Ini surat rujukan untuk perawat K di Puskesmas Indra Puri.
Jangan lupa kontrol ke Puskesmas sebelum obat habis atau ada gejala yang
tampak. Silahkan selesaikan administrasinya.”
3. TAK Stimulus persepsi : Harga Diri Rendah
Tujuan
Setting
Alat
2. Kertas putih HVS dua kali jumlah klien yang megikuti TAK
Metode
1. Diskusi
2. Permain
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi yaitu klien dengan gangguan konsep diri : harga
diri rendah.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
b. Evaluasi / validasi
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yaitu bercakap – cakap tentang hal positif diri
sendiri.
a. Jika ada klien yang meninggalkan kelompok harus meminta izin kepada terapis.
3. Tahap kerja
a. Terapis memperkenalkan diri : nama lengkap dan nama panggilan serta memakai
papan nama.
f. Terapis meminta tiap klien menulis hal positif tentang diri sendiri : kemampuan yang
g. Terapis meminta klien membacakan hal positif yang sudah di tulis secara bergiliran
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
b. Tindak lanjut
Terapis meminta klien menulis hal positif lain yang belum tertulis.
1. Menyepakati TAK yang akan datang yaitu melatih hal positif diri yang dapat
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi : harga diri rendah sesi 1, kemampuan klien yang diharapkan dan aspek positif
Sesi 1
Kemampuan menulis pengalaman yang tidak menyenangkan dan hal positif diri sendiri
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama.
2. Untuk tiap klien beri penilaian tentang kemampuan menulis pengalaman yang tidak
menyenangkan dan aspek positif diri sendiri. Beri tanda (V) jika klien mampu dan (X) jika
Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 1, TAK stimulasi persepsi harga diri
rendah. Klien mampu menuliskan tiga hal pengalaman yang tidak menyenangkan, mengalami
kesulitan menyebutkan hal positif diri. Anjurkan klien menulis kemampuan dan hal positif
Tujuan
Setting
Alat
Metode
2. Bermain peran.
Langkah kegiatan
1. Persiapan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
b. Evaluasi / validasi
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yaitu melatih hal positif pada klien.
a. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis.
3. Tahap kerja
a. Terapis meminta semua klien membaca ulang daftar kemampuan positif sesi 1 dan
d. Terapis melatih cara pelaksanaan kegiatan/ kemampuan yang dipilih dengan cara
berikut.
1. Terapis memperagakan.
4. Kegiatan a sampai dengan d, dapat diulang umtuk kemampuan/ kegiatan yang berbeda.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
b. Tindak lanjut
Terapis meminta kien memasukkan kegiatan yang telah dilatih pada jadwal kegiatan
sehari-hari.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang di evaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK srimulasi
persepsi harga diri rendah sesi 2, kemampuan klien yang diharapkan adalah memiliki satu hal
positif yang akan dilatih dan memperagakannya. Formulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 2 : TAK
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama.
2. Untuk tiap klien beri penilaian tentang kemampuan menulis pengalaman yang tidak
menyenangkan dan aspek positif diri sendiri. Beri tanda (V) jika klien mampu dan (X)
Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan keperawatan
tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 2, TAK stimulasi persepsi: harga diri rendah. Klien
telah melatih merapikan tempat tidur. Anjurkan dan jadwalkan agar klien melalukannya serta
berikan pujian.
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi pada pasien Harga Diri Rendah menurut Melza Lahyuni dalam buku Keliat
(2015) mengatakan bahwa kemampuan pasien harga diri rendah dan keluarga berhasil
a. Pasien
3. Memilih kegiata yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
b. Keluarga
tentang status kesehatan klien serta semua kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
informasi guna mempertahankan sejumlah fakta yang penting secara terus menerus pada
Sesi 1
Kemampuan menulis pengalaman yang tidak menyenangkan dan hal positif diri sendiri
Petunjuk :
3. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama.
4. Untuk tiap klien beri penilaian tentang kemampuan menulis pengalaman yang tidak
menyenangkan dan aspek positif diri sendiri. Beri tanda (V) jika klien mampu dan (X) jika
Sesi II
Petunjuk :
3. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama.
4. Untuk tiap klien beri penilaian tentang kemampuan menulis pengalaman yang tidak
menyenangkan dan aspek positif diri sendiri. Beri tanda (V) jika klien mampu dan (X)
Definisi
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya dan kesejahteraannya sesuai
dengan kondisi kesehatannya . Klien dinyatakan terganggu perawatan dirinya ika tidak dapat
melakukan perawatan dirinya (Mukhripah & Iskandar, 2012:147).
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalai kelainan dalam
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari – hari secara
mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian
kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri adalah
ketidakmampuan dalam : kebersihan dir, makan, berpakaian, berhias diri, makan sendiri,
buang air besar atau kecil sendiri (toileting) (Keliat B. A, dkk, 2011).
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada pasien gangguan
jiwa. Pasien gangguan iwa kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan
ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam
keluarga maupun masyarakat (Yusuf, Rizky & Hanik,2015:154).
Penyebab Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), Penyebab kurang perawatan diri adalah :
a. kelelahan fisik
b. penurunan kesadaran.
a. Faktor presdiposisi
1) Perkembangan :
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
4) Sosial
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri (Mukhripah &
Iskandar, 2012: 148).
Menurut Depkes (2000) didalam buku (Mukhripah & Iskandar, 2012:148) faktor –
faktor yang mempengaruhi personl higiene adalah
a. Defisit perawatan diri: Mandi Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.
Rentang respon
Adaptif Maladaptif
seimbang tidak
Keterangan :
1. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu untuk
berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih
melakukan perawatan diri.
2. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan stresor kadang – kadang
klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan saat stresor.
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya
perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri
menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri,
makan secara mandiri,berhias diri secara mandiri, dan toileting ( buang air besar [BAB]atau
buang air kecil [BAK])secara mandiri (Yusuf, Rizky & Hanik,2015:154).
Sedangkan Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), Penyebab kurang perawatan diri
adalah : kelelahan fisik dan penurunan kesadaran.
Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009) adalah sebagai berikut:
Menurut Depkes (2000), tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah :
a. Fisik
b. Psikologis
c. Sosial
1) Interaksi kurang
2) Kegiatan kurang
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma
4) Cara makan tidak teratur BAK dan BAB disembarangan tempat, gosok gigi dan mandi
tidak mampu mandiri (Mukhripah & Iskandar, 2012:150).
Akibat
dari defisit perawatan diri adalah gangguan pemeliharaan kesehatan. Gangguan pemeliharaan
kesehatan ini bentuknya bisa bermacam – macam. Akibat dari defisit perawat diri adalah
sebagai berikut :
a. Kulit yang kurang bersih merupakan penyebab berbagai gangguan macam penyakit kulit
(kadas, kurap, kudis, panu, bisul, kusta, patek atau frambosa, dan borok).
b. Kuku yang kurang terawat dan kotor sebagai tempat bibit penyakit yang masuk ke dalam
tubuh. Terutama penyakit alat – alat pernapasan. Disamping itu kuku yang kotor sebagai
tempat bertelur cacing, dan sebagai penyakit cacing pita, cacing tambang, dan penyakit perut.
c. Gigi dan mulut yang kurang terawat akan berakibat pada gigi berlubang, bau mulut, dan
penyakit gusi
d. Gangguan lain yang mungkin muncul seperti gastritis kronis (karenan kegagalan dalam
makan), penyebaran penyakit dari orofecal (karena hygiene BAB/BAK sembarangan) (Wahit
Iqbal, dkk.,2015:159)
a. Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah
: gangguan integritas kulit, gangguan 9 membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga, gangguan fisik pada kuku.
Mekanisme koping
a. Regresi
b. Penyangkalan
Sedangkan menurut (Stuart & Sundeen, 2000) didalam didalam (Herdman Ade,
2011:153-154) mekanisme koping menurut penggolongannya dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Mekanisme koping adaptif Mekanisme koping yang mendukund fungsi integrasi,
pertumbuhan, belajar mencapai tujuan. Kategorinya adalah klien bisa memenuhi kebutuhan
perawatn diri secara mandiri.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dengan defisit perawatan diri menurut (Herdman Ade, 2011:154) adalah
sebagai berikut :
Pohon masalah
Defisit perawatan diri merupakan core probem atau diagnosa utama dalam pohon
masalah di atas, berikut ini adalah rencana asuhan keperawatan dari defisit perawatan diri
menurut (Kelliat,2006)
4. menjelaskan peralatan yang digunakan untuk menjaga kebersihan diri dan cara
melakukan kebersihan diri
Kriteria evaluasai
Intervensi
3. Meminta klien untuk memperagakan ulang alat dan cara kebersihan diri
2. Beri kesempatan klien untuk bertanya dan mendemonstrasi kan cara benar
2. Beri kesempatan klien untuk bertanya dan mendemonstrasi kan cara yang benar
3. Memberi pujian positif terhdap klien
2. Beri kesempatan klien untuk bertanya dan mendemonstrasi kan cara yang benar
2. Beri kesempatan klien untuk bertanya dan mendemonstrasi kan cara yang benar
9.1. Menjelsakan kepada keluarga tentang pengertian tanda dan gejala tanda defisit
perawatan diri, dan jenis perawatan diri.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) SP1 KEBERSIHAN
DIRI
1. Proses Keperawatan
a. Kondisi pasien Seorang klien mengalami defisit perawatan diri. Klien terlihat kotor,
rambut kotor dan kusam, gigi kotor, kulit berdaki, bau, kuku panjang dan kotor, BAB/BAK
disembarangan tempat.
c. Tujuan khusus
d. Tindakan keperawatan
a. Orientasi
1) Salam Terapeutik
Selamat pagi bapak atau ibu, perkenalkan nama saya naina fitri. saya biasanya
dipanggil fitri. Nama bapak atau ibu siapa? Biasanya dipanggil siapa ? Saya mahasiswa
akper Dian Husada yang akan merawat bapak hari ini dari jam 7 sampai jam 2 siang. Dari
19 tadi saya lihat Bapak atau ibu menggaruk – garuk badannya, apakah gatal ?
2) Evaluasi
Bagaimana keadaan bapak atau ibu hari ini ? bapak atau ibu apakah sudah mandi
? Sudah berganti baju ?
3) Kontrak
Topik : Bapak atau ibu saya ingin berbincang – bincang TentangPentingnya Kebersihan
Waktu : Bapak atau ibu kita akan berbincang – bincang jam berapa ? berapa lama ?
bagaimana jika jam 09.30- 09.45 ?
Tempat : Bapak atau ibu dimana kita akan berbincang – bincang? Bagaimana kalau
ditaman ?
b. Kerja
“Bapak atau ibu mengapa anda garuk – garuk badan ? Apakah Bapak atau ibu sudah
mandi ? Apa alasan Bapak atau ibu tidak merawat diri ? Kalau kita tidak teratur menaga
kebersihan diri masalah apa menurut Bapak atau ibu yang bisa muncul ? Ya betul, selain
Bau badan , masalah yang dapat timbul yaitu kudis, panu, kutu , gatal – gatal, dan lain –
lain.”
“Menurut Bapak atau ibu kita mandi harus bagaimana ? sebelum mandi apa yang perlu
kita siapkan ? benar sekali, Bapak atau ibu perlu menyiapkan handuk, sikat gigi dan pasta
gigi, sabun, shampoo, dan sisir. Bagaimana kalau sekarang kita kekamar mandi , saya akan
membimbing Bapak atau ibu melakukannya. Sekarang,buka pakaian dan siram seluruh
tubuh Bapak atau ibu termasuk rambut lalu ambil shampoo gosokan pada kepala Bapak
atau ibu sampai berbusa, lalu bilas sampai bersih. Bagus sekali! Selanjutnya ambil sabun,
gosokan diseluruh tubuh secara merata, lalu disiram dengan air sampai bersih, jangan lupa
sikat gigi pakai pasta gigi, giginya disikat mulai dari atas sampai bawah. Gosok seluruh
gigi bapak atau ibu mulai dari depan sampai belakang. Bagus, lalu kumur – kumur sampai
bersih. Terakhir, siram lagi seluruh badan Bapak atau ibu sampai bersih lalu keringkan
dengan handuk. Bapak atau ibu bagus sekali melakukannya.”
c. Terminasi
1) Evaluasi Subyektif Bagaimana perasaan Bapak atau ibu setelah belajar cara menjaga
kebersihan diri (mandi) yang benar.
2) Evaluasi Obyektif Coba Bapak atau ibu sebutkan lagi apa saja cara – cara mandi yang baik
yang sudah Bapak atau ibu lakukan.
3) Kontra
- Topik Bagaimana kalau besok kite bertemu lagi dan berbincang – bincang lagi tentang
cara makan yang baik.
- Tempat Bapak atau ibu mau berbincang – bincang dimana? Bagaimana kalau diruang
makan ?
- Waktu Bagaimana kalau kita berbincang – bincang kembali besok jam 08.00 – 08.15 ?,
apakah bapak atau ibu setuju ?
4) Rencana tindak lanjut
Saya harap Bapak atau ibu melakukan cara menjaga kebersihan diri dan jangan lupa
memasukkan dalam jadwal kegiatan harian (Aprilianti, dkk, 20145-7).
1. Proses Keperawatan
a. Kondisi pasien: Klien mengatakan malas makan sendiri dn tidak mampu untuk makan
sendiri. Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makanan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.
c. Tujuan khusus
d. Tindakan keperawatan
a. Orientasi
1) Salam Terapeutik Selamat siang Bapak atau ibu, tampak rapi hari ini. Siang ini kita
akan latihan bagaimana cara makan yang baik. Kita latihan langsung di ruang makan
ya!Mari.....itu sudah datang makanan.
2) Evaluasi
3) Kontrak
Topik : Bapak atau ibu saya ingin berbincang – bincang tentangcara dan alat makan yang
benar.
Waktu : Bapak atau ibu kita akan berbincang – bincang jam berapa ? Dan berapa lama ?
Bagaimana jika jam 08.00 – 08-15.
Tempat :dimana kita berbincang – bincang ? Bagaimana kalau kita berbincang diruan
makan ?
b. Kerja
“Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun setelah makan? Dimana Bapak atau Ibu
makan?”
“Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita praktikkan!”
“ Bagus, setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap kita berdoa dulu.
Silakan Bapak atau Ibu yang pimpin! Bagus.”
“Mari kita makan! Saat makan kita harus menyuap makanan satu persatu dengan pelan-pelan.
Ya, ayo......sayurnya dimakan ya. Setelah makan kita bereskan piring dan gelas yang kotor.
Ya betul ......dan kita akhiri dengan cuci tangan.”
“Ya bagus ! itu suster sedang membagikan obat, coba Bapak atau Ibu minta sendiri obatnya.’’
c. Terminasi
1) Evaluasi Subyektif Bagaimana perasaan bapak atau ibu setelah berbincang – bincang
dengan saya dan setelah kita makan bersama.
2) Evaluasi Obyektif Coba bapak atau ibu sebutkan kembali apa saja yang harus kita lakukan
pada saat makan.
3) Kontrak
- Topik Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi dan berbincang – bincang lagi tentang
cara toileting yang baik.
- Tempat Besok kita akan berbincang – bincang dimana ? Bagaimana kalau ditaman ?
- Waktu Bagaimana kalau kita berbincang – bincang kembali besok jam 08.00 – 08.15 ?
Apakah Bapak atau ibu setuju ?
5) Rencana tindak lanjut Saya harap Bapak atau ibu melakukan makan secara mandiri dan
jangan lupa masukkan dalam jadwal kegiatan harian (Kelliat, 2007:173).
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Proses Keperawatan
a. Kondisi pasien Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK atau
BAB. Ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri ditandai BAB atau BAK tidak
pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB atau BAK.
c. Tujuan khusus
4) Klien dapat menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAK dan BAB
d. Tindakan keperawatan
3) Jelaskan tempat BAB dan BAK yang sesuai 4) Jelaskan cara membersihkan diri setelah
BAB dan BAK
a. Orientasi
1) Salam Terapeutik
Selamat pagi bapak atau ibu, bagaimana perasaan hari ini ? baik. Sudah dijalankan jadwal
kegiatannya ?. . kita akan membicarakan tentang cara BAB dan BAK yang baik ya. Kira –
kira 30 menit yah .. ? dimana kita duduk ?
2) Evaluasi
b) Bapak atau ibu ketika makan apa saja yang harus dilakukan ?
3) Kontrak
Topik : Bapak atau ibu saya ingin berbincang – bincang tentangmelakukan BAB dan
BAK secar mandiri
Waktu :Bapak atau ibu kita akan berbincang – bincang jam berapa ? Dan berapa ? Dan
berapa lama ? Bagaiman jika jam 08.00 – 08.00?
Tempat : Dimana kita akan berbincang – bincang ? bagaimana jika kita berbincang –
bincang di taman ?
b. Kerja
Dimana biasanya bapak buang air besar dan buang air kecil? Benar bapak buang air
besar atau kecilyang bail itu di WC, kamar mandi atau tempat lain yang tertutup dan ada
saluran pembuangan kotoran. Jadi kita tidak boleh buang air besar atau kecil di sembarang
tempat. Sekarang, apakah bapak tau bagaimana cara cebok? Yang perlu diingat saat
mencebok adalah bapak membersihkan bokong atau kemaluan dengan air yang bersih dan
pastikan tidak ada tinja atau air kencing yang di tubuh bapak. Setelah bapak selesai cebok,
jangan lupa tinja atau air kencing yang ada di WC di bersihkan. Caranya siram tinja atau
air kencing yang ada di WC secukupnya sampai tinja atau air kencing itu tidak tersisa di
WC. Setelah itu cuci tangan dengan menggunakan sabun.
Untuk perempuan:
Cara membilas yang bersih setelah ibu buang air besar yaitu dengan menyiram air
kea rah depan ke belakang. Jangan terbalik yah.. cara seperti ini berguna untuk mencegah
masuknya kotoran/tinja yang ada di bokong ke bagian kemaluan kita. Setelah ibu selesai
cebok, jangan lupa tinja atau air kecingyang ada di WC di bersihkan. Caranya siram tinja
atau air kencing tersebut dengan air secukupnya sampai air kencing atau tinja tidak tersisa
di WC. Lalu cuci dengan menggunakan sabun.
c. Terminasi
1) Evaluasi Subyektif Bagaiman perasaan Bapak atau ibu setelah berbincang – bincang lagi
tentang Buang air besar atau kecil yang baik.
2) Evaluasi Obyektif Coba bapak atau ibu jelaskan ulang tentang cara BAB/BAK yang baik.
3) Kontrak
- Topik Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi dan berbincang – bincang lagi tentang
cra berhias/berdandan.
- Tempat Besok kita akan berbincang – bincang dimana ? Bagaimana kalau di ruangan ?
- Waktu Besok jam berapa Bapak atau ibu ? Berapa lama ? Bagaimana kalau jam 08.00 –
08.15 seperti biasa
Saya harap Bapak atau ibu melakukan toileting yang baik dan jangan lupa masukkan
dalam jadwal kegiatan harian(Aprilianti, dkk, 20145-7).
1. Proses Keperawatan
c. Tujuan khusus
d. Tindakan keperawatan
a. Orientasi
1) Salam Terapeutik
Selamat pagi Bapak atau ibu, bagaimana perasaan hari ini ? Baik. Sudah dijalankan
jadwal kegiatannya ?., Hari ini kita akan latihan berhias/berdandan, mau dimana
latihannya? Bagaimana kalau diruang tamu ? bagaimana kalau kita melakukannya
selama 30 menit?
2) Evaluasi
b) Bapak atau ibu ketika BAB/BAK apa saja yang harus dilakukan.?
3) Kontrak
Topik : Bapak atau ibu saya ingin berbincang – bincang tentang melakukan
berhias/berdandan.
Waktu : Bapak atau ibu kita akan berbincang – bincang jam berapa ? Dan berapa lama
? Bagaimana jika jam 08.00 – 08.15 ?
Tempat : Dimana kita akan berbincang – bincang ? Bagaimana kalau kita berbincang –
bincang di ruangan?
b. Kerja
“apa yang bapak lakukan setelah selesai mandi? Apa Bapak sudah ganti baju?”
“untuk berpakaian, pilihlah pakaian yang bersih dan kering. Berganti pakaian yang bersih 2
kali sehari. Sekarang coba bapak ganti baju. Ya, bagus seperti itu.”
“apakah bapak menyisir rambut? Bagaimana cara bersisir? Coba kita praktikkan, lihat ke
cermin, bagus sekali “
“apakah bapak suka bercukur? Berapa hari sekali bercukur? Betul 2 kali seminggu
“tampaknya kumis dan janggut bapak sudah panjang. Mari pak dirapikan!ya, bagus!” (catatan
: janggut dirapikan jika pasien tidak memelihara janggut).
c. Terminasi
2) Evaluasi Obyektif Coba Bapak, sebutkan cara berhias diri yang baik sekali lagi.
3) Kontrak
- Topik
Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi dan berbincang – bincang lagi tentang kondisi
bapak/ibu yang lain.
- Tempat
- Waktu
Bagaimana kalau kita berbincang – bincang kembali hari ini jam 08.00 selama 30 , apakah
bapak atau ibu setuju ?
Saya harap Bapak atau ibu melakukan berhias atau berdandan yang baik dan jangan lupa
masukkan dalam jadwal kegiatan harian. (Kelliat, 2007:171)
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL
2.1.1 Pengertian
Isolasi sosial merupakan pertahanan diri seseorang terhadap orang lain maupun lingkungan
yang menyebabkan kecemasan pada diri sendiri dengan cara menarik diri secara fisik maupun
psikis. Isolasi Sosial merupakan gangguan dalam hubungan dan merupakan mekanisme
individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari intraksi dengan
orang lain karena perasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk
2.1.2 Etiologi
Terjadi gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi diantaranya perkembangan dan
sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya
pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap orang lain, tidak mampu
berkomunikasi pada orang lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan
1.Faktor Predisposisi:
A .Faktor perkembangan :
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses
karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi akan menghamat perkembangan
selanjutnya. Keluarga adalah tempat yang memberikan pengalaman bagi individu dalam
menjalani hubungan dengan orang lain. Kurangnya simulasi, kasih sayang, perhatian dan
kehangantan dari ibu/pengasuh bayi akan memberi rasa percaya diri. Rasa ketidak percayaan
tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di
kemudian hari komunikasi yang hangat sangat penting pada masa ini, agar anak tidak merasa
B. Faktor biologis:
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden tertinggi skizofren
ditemukan pada keluarga yang anggota keluarganya ada yang menderita skizofrenia.
(Ardani,2013)
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor pendukung terjadinya
faktor berhubungan. Dapat juga disebabkan karena norma-norma yang salah dianut oleh
suatu keluarga seperti anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial, kelainan
pada struktu otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan vlume otak serta
2. Faktor predisposisi
Stressor presifitasi terjadinya isoalsi sosial dapat ditimbulkan dari faktor internal maupun
stressor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadi penurunan
stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan
pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara
b.Stressor biokimia
1.) Teori dopatime: kelebihan dopatime pada mesokortikal dan mesolibik serta tratus saraf
2.) Menurut MOA (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan meningkatkan
dopaminedalam otak. Karena salah satu kegiatan MOA adalah sebagai enzim yang
menurunkan dopamine, maka menurut MOA juga dapat merupakan indikasi terjadinya
skizofrenia.
3.) Faktor endokrin: jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan dalam klien skizofrenia
Menurut Nita Fitria (2012) Pohon Masalah isolasi sosial adalah sebagai berikut:
11. klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun, berdiri
sendiri
Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari stuard (2006) menyatakan bahwa manusia adalah
makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina
hubungan interpersonal yang positif. Individu juga harus membina saling bergantung yang
Maladaktif
saling ketergantungan
a.Menyendiri
Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan
dilingkungan sosial dan suatu cara mengevaluasi diri untuk langkah selanjutnya. Menyendiri
b. Otonomi
Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide ide pikiran,
c. Kebersamaan
kebersamaan adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut
Saling ketergantungan merupakan kondisi saling ketergantungan antar individu dengan orang
e. Kesepian
Merupakan kondisi dimana individu merasa sendiri dsn terasing pada lingkungannya
f. Isolasi sosial
g. Keterganungan
ketergantungan terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri atau
kemampuan untuk berfungsi secara sukses. Pada gangguan hubungan sosial jenis ini orang
diperlukan sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan
individu cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan, bukan orang lain
h. Manipulasi
merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap orang
lain sebagai objek. Individu tersebut tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam
i. Impulvise
individu impulvise tidak mampu merencanakan sesuatu, belajar dari pengalaman, tidak dapat
pada individu narkisisme terdapat harga diri yang rapuh,secara terus menerus berusaha
mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosentrik,pecemburu, marah jika orang lain
tidak mendukung
mekanisme dalam upaya mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua
upaya mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan
yang spesifik (Gail,2006: hal 281) koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian
anti sosial antara lain: proyeksi, merendahkan orang lain. Koping ini berhubungan dengan
gangguan kepribadian ambang: formasi reaksi, isolasi, identitas orang lain,dan merendahkan
orang lain.
Menurut Dalami, 2009, observasi yang dilakukan pada klien dengan isolasi sosial akan
ditemukan data objektif meliputi apatis, ekspresi wajah sedih,afek tumpul, menghindar dari
orang lain, klien tampak memisahkan diri dari orang lain, komunikasi kurang, klien tampak
tidak bercakap-cakap pada orang lain, tidak ada kontak mata atau kotak mata kurang, klien
lebih sering menunduk, berdiam diri dikamar. Menolak berhubungan dengan orang lain, tidak
melakukan kegiatan sehari-hari, meniru posisi janin saat tidur, sedangkan untuk data subjektif
sukar didapat jika klien menolak komunikasi. Beberapa data subjektif adalah dengan singkat,
Menurut kusnawati dan Hartono (2010), peran dan fungsi perawat sangatlah penting
dalam hal pelaksanaan asuhan keperawatan jiwa. Prinsip pelayanan kesehatan adalah
komprehensif, yang difokuskan pada pasien secara menyeluruh. Prinsip tersebut adalah
pencegah primer pada anggota masyarakat yang sehat jiwa, pencegahan tersier pada pasien
2.2.9 Penatalaksanaan
Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah suatu jenis pengobatan dimana arus listrik
digunakan pada otak dengan menggunakan 2 elektrode yang ditempatkan dibagian temporal
Indiksi:
(1) Klien depresi berat dengan retardasi mental, waham, tidak ada perhatian lagi terhadap
dunia sekeliling, kehilangan berat badan yang berlebihan dan adanya ide bunuh diri yang
menetap.
(2) Klien depresi ringan adanya riwayat responsive atau memberikan respon membaik pada
ECT.
(3) Klien depresi yang tidak ada respon terhadap pengobatan antidepresi atau klien tidak bisa
menerima antridepresi.
3.) Maniak
Klien maniak tidak responsive terhadap cara terapi yang lain atau terapi yang berbahaya bagi
klien.
4.) Skizofrenia
Terutama akut, tidak efektif untuk skizofrenia kronik. Tetapi bermanfaat pada skizofrenia
5.) Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relative cukup lama dan merupakan bagian penting dalam proses
terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa aman dan tenang,
Adalah suatu ilmu yang seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam
melakukan aktifitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk memperbaiki,
2. Penatalaksanaan Keperawatan
merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien
yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Yang bertujuan untuk memebantu
anggota berhubungan dengan orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan
maladaktive. (Keliat,2004)
2.2 Proses Keperawatan
1. Identitas klien
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang menyebabkan pasien dibawa kerumah sakit biasanya akibat adanya
3. Fase Predisposisi
Fase predisposisi sangat erat dengan kaitannya dengan faktor etiologi yakni keturunan,
4. Psikososial
1.) Genogram
Genoram ini biasanya dikaitkan dengan penyakit isolasi sosial misalnya skizofrenia
Kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi yang mengenai pasien mempengaruhi konsep
diri pasien.
Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun, dan berdiam diri
4.) Spiritual
5. Status Mental
Pasien tampak lesu, tak bergairah, rambut acak acak, kancing baju tidak rapi, baju terbalik
Kegiatan yang dilakukan bervariatif,kecenderungan bertahan pada satu posisi yang dibuatnya
sendiri (katalepsia)
4.) Emosi
Emosi dangkal
5.) Afek
Cenderung tidak kooperatif, kontak mata kurang, tidak mau menatap lawan bicara, diam.
7.) Persepsi
9.) Kesadaran
Kesadaran berubah, kemampuan mengadakan hubungan serta pembatasan dengan dunia luar
dan dirinya sendiri sudah terganggu pada taraf tidak sesuai dengan kenyataan (secara
kualitatif)
10.) Memori
Tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan, selalu
Pada permulaan, penderita kurang memperbaiki diri dan keluarga, makin mundur dalam
pekerjaan akibat kemunduran kemauan. Minta untuk memenuhi kebutuhannya sendiri sangat
menurun dalam hal makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian, dan istirahat tidur
sebagai berikut:
1.) Tidak ada dukungan orang yang dianggap penting.
12.)Menunjukan perilaku yang tidak dapat diterima oleh kelompok cultular yang dominan
2. Subjektif
7.) Mengungkapkan nilai yang tidak dapat diterima oleh kelompok cultural yang didomisikan
2.2.4 Rencana Asuhan keperawatan menurut Eko Prabowo (2014), adalah sebagai berikut:
keperawatan
bersahabat.
mengikuti pembicaraan
pasien
pasien
tersebut
pasien untuk
mengungkapkan perasaan
yang muncul
5. Berikan reinforcement
positif terhadap
perasaannya.
orang lain dan kerugian bila tidak dengan orang lain serta
tentang keuntungan
lain
5. Beri reinforcement
positif terhadap
kemampuan
mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan
lain.
mengetahui manfaaf
7. Memotivasi pasien
melakukan pergaulan
dilakukan.
lain
1.) SP 1 Pasien: Membina hubungan saling percaya,membantu pasien mengenal isolasi sosial,
membantu pasien mengenal manfaat berhubungan dan kerugian berhubungan dengan orang
Orientasi
“Apa keluhan bapak saat ini?”, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang teman dan
“Bagaimana kalo diruang tamu?,Mau berapa lama pak?, Bagaimana kalau 15 menit?”
Kerja
“Siapa saja yang tinggal serumah dengan bapak?, Siapa yang dekat dengan bapak?, siapa
yang jarang bercakap-cakap dengan bapak?, Apa yang membuat bapak bercakap-cakap
dengannya?”
“Apa yang bapak rasakan selama bapak dirawat disini?, bapak merasa sendiri?”
“Apa saja kegiatan yang bapak lakukan dengan teman yang bapak kenal”
“Apa yang menghambat bapak dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang
lain”
“Menurut bapak apa saja manfaat kalau kita memiliki teman?, Wah benar ada teman yang
bercakap-cakap. Apa lagi? (Sampai pasien dapat menyebutkan beberapa), nah banyak juga
ruginya tidak punya teman ya?, jadi apakah bapak belajar bergaul dengan orang lain?”
“Bagus! Bagaimana kalau kita sekarang belajar berkenalan dengan orang lain?”
“Begini lho bapak, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita, nama
panggilan yang kita suka, asal kita, dan hobby kita. Contohnya: nama saya……, senang
“Ayo bapak coba! Misalnya saya belum kenal dengan bapak. Coba berkenalan dengan saya!
“Setelah bapak berkenalan dengan orang tersebut, bapak bisa melakukan percakapan tentang
hal-hal yang menyenangkan bapak bicarakan, misalnya tentang cuaca, tentang hoby,tentang
Terminasi
“Bapak tadi sudah mempraktikkan cara berkenalan dengan baik sekali. Selanjutnya bapak
dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada sehingga bapak lebih
siap untuk berkenalan dengan orang lain. Bapak mau mempraktikkan ke orang lain?”
bagaimana kalau bapak mencoba berkenalan dengan teman saya, perawat……, bagaimana,
bapak mau kan?”
2.) SP 2 Pasien: Mengajarkan pasien berintraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang
pertama (perawat)
Orientasi
“Bagus sekali, bapak masih ingat. Nah, seperti janji saya,saya akan mengajak bapak
berkenalan dengan teman saya perawat….. Tidak lama kok, sebentar 10 menit.”
Kerja
“Selamat pagi perawat…..., bapak ingin berkenalan dengan……. Baiklah pak, bapak bisa
“Ada lagi yang ingin bapak tanyakan pada perawat…..? coba tanyakan tentang keluarga
perawat….!”
“Jika tidak ada lagi yang ingin dibicarakan bapak dapat menyudahi perkenalan ini. Lalu
bapak bisa buat janji untuk bertemu lagi dengan perawat….., karena bapak sudah selesai
berkenalan, saya dan bapak akan kembali keruangan bapak. Selamat pagi!” (bersama pasien,
Terminasi
Pertahankan terus apa yang sudah bapak lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakin topik
lain supaya perkenalan berjalan lancer.misalnya menanyakan keluarga, hoby, dan sebagainya.
Bagaimana mau mencoba dengan perawat lain? Mari kita masukkan kedalam jadwal. Mau
beberapa kali sehari?, bagaimana kalau 2 kali. Baik nanti bapak coba sendiri. Besok kita
latihan sendiri ya pak, mau jam berapa? Jam 10? Sampai besok?”
Orientasi
“Apakah bapak bercakap dengan perawat….. kemarin sian (jika pasien berkata “ya” maka
“Bagaimana kalau sekarang kita lagi dengan teman serunangan bapak yang lain, yaitu
bapak….. seperti biasa, kira-kira 10 menit. Mari kita temui diruang makan.”
Kerja
“Baiklah bapak, Bapak sekarang bisa berkenalan dengannya seperti telah bapak lakukan
sebelumnya.”(Pasien mendemonstrasikan cara berkenalan: memberi salam, menyebutkan
nama, nama panggilan, asal, hobi, dan menanyakan hal yang sama.)
“Ada lagi lagi yang bapak ingin tanyakan kepada….? Kalau tidak ada lagi yang ingin
dibicarakan, bapak bisa sudahi percakapan ini. Lalu bapak bisa buat janji bertemu lagi, missal
bertemu lagi jam 4 sore nanti (Bapak membuat janji temu kembali dengan…..).”
Terminasi
“Dibandingkan kemarin pagi bapak lebih baik ketika berkenalan dengan…..,pertahankan apa
yang sudah bapak lakukan tadi jangan lupa untuk bertemu kembali dengan…..jam 4 sore
nanti”
“Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap dengan orang lain
sebanyak 3 kali, jam 10 pagi, 1 siang, dan jam 8 malam, bapak bisa bertemu dengan….., dan
tambah dengan pasien yang baru dikenal. Selanjutnya bapak bisa berkenalandengan orang
“Baiklah,besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman bapak. Pada jam yang
Tujuan Keperawatan: Setelah tindakan keperawatan, keluarga dapat merawat pasien dengan
isolasi sosial.
1.) SP 1 Keluarga: Memberi pendidikan kesehatan pada keluarga mengenai masalah isolasi
sosial, penyebab isolasi sosial, dan cara merawat pasien isolasi sosial.
Orientasi
“Selamat pagi dan bapak saya perawat…., saya yang merawat anak bapak,anak bapak di
ruang….ini?”
perawatannya?”
“Kita diskusikan disini saja ya? Berapa lama bapak punya waktu?, bagaimana kalau setengah
jam?”
Kerja
“Apa malah yang bapak hadapi dalam merawat anak bapak? Apa yang sudah dilakukan?”
“Masalah yang dialami anak bapak disebut isolasi sosial. Ini adalah salah satu penyakit yang
juga dialami pasien-pasien gangguan jiwa yang lain. Tanda-tandanya antara lain tidak mau
bergaul dengan orang lain, mengurung diri, dan kalau berbicara hanya sebentar dengan wajah
menunduk. Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang mengecewakan
ketika berhubungan dengan orang lain seperti ditolak, tidak dihargai dan berpisah dengan
orang-orang yang dicintai. Jika masalah isolasi sosial tidak diatasi, seseorang dapat
mengalami halusinasi, yakni melihat atau mendengar bayangan yang sebetulnya tidak ada.
Untuk menghadapi keadaan yang demikian bapak dan anggota keluarga yang lainnya harus
sabra menghadapi anak bapak. Untuk merawat anak bapak keluarga perlu melakukan
beberapa hal. Pertama, keluarga harus membina hubungan saling percaya kepada anak bapak,
caranya dengan perduli terhadap anak bapak dan jangan ingkar janji. Kedua, keluarga perlu
memberi semangat dan dorongan kepada anak bapak untuk dapat melakukan kegiatan
bersama-sama dengan orang lain. Berikan ujian yang wajar dan jangan mencela anak bapak.
Selanjutnya jangan biarkan anak bapak sendiri. Buat rencana jadwal bercakap-cakap dengan
anak bapak, misalnya ibadah bersama, makan bersama, rekreasi bersama, atau melakukan
“Nah, bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan semua cara itu? Begini contoh
komunikasinya pak,”…bapak lihat kamu sekarang sudah bisa bercakap-cakap dengan orang
lain. Perbincangannya juga lumayan lama. Bapak senang sekali melihat perkembangan kamu,
nak. Coba kamu berbincang-bincang dengan yang lain. Bagaimana nak, kamu mau
cobakan?”
“Nah, coba sekarang bapak peragakan cara berkomunikasi seperti yang saya contohkan!
Terminasi
“Baiklah waktu sudah habis, bagaimana perasaan bapak setelah kita latian tadi?”
“Coba bapak ulangi apa yang dimaksud isolasi sosial, dan tanda-tanda orang yang mengalami
isolasi sosial. Selanjutnya dapatkah bapak ulangi cara-cara perawatan anak bapak yang
“Bagus sekali, bapak dapat menyebutkan cara-cara perawatan tersebut! Nanti kalau bertemu
anak bapak coba bapak lakukan. Dan tolong ceritakan kepada semua keluarga agar
“Bagaimana kalau kita bertemu tiga hari lagi untuk latihan langsung dengan anak bapak?”
“Kita bertemu disini ya pak dengan jam yang sama. Selamat pagi!”
2.) SP 2 Keluarga: melatih keluarga merapat pasien isolasi sosial langsung dihadapan pasien.
Orientasi
lalu?”
“Mari kita langsung praktikan dengan anak bapak! Bapak punya waktu berapa lama? Baik
Kerja
“Bapalk anda datang membesuk. Beri salam! Bagus. Tolong bapak tunjukkan jadwal
“Nah pak, sekarang bapak bisa mempraktikkan apa yang sudah kita lakukan beberapa hari
yang lalu. (perawat mengobservasi keluarga cara merawat pasien seperti yang dilakukan pada
pertemuan sebelumnya.)”
“Baiklah sekarang saya dan orang tua keruang perawat dulu.”(perawat meninggalkan pasien
Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita latian tadi? Bapak sudah bagis melakukannya
“Mulai sekarang bapak sudah dapat melakukan cra perawat ersebut terhadap anak bapak”
“Tiga hari lagi kita akan bertemu dan mendiskusikan pengalaman bapak melakuakan cara
merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempat sama seperti sekarang ya pak?”
Orientasi
“Selamat pagi bapak! Karena besok adak bapak sudah boleh pulang, kita perlu membicarakan
cara perawatan anak bapak dirumah.”
“Bagaimana kalau kita membicarakan jadwal anak bapak tersebut disini saja.”
Kerja
“Bapak, ini jadwal anak bapak selama dirumah sakit. Coba dilihat, mungkin dilanjut
dirumah? Di rumah bapak yang menggantikan perawat. Lanjutkan jadwal dirumah. Baik
jadwal kegiatan maupunjadwal minum obat berikan pujian jika benar dilakuakan. Hal-hal
yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan anak bapak
selamadirumah. Misalnya kalau anak bapak terus-menerus tidak mau bergaul dengan orsng
lain. Menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakanorang lain jika hal
itu terjadi segera hubungi perawat…. Di puskesmas, yang terdekat dari rumah bapak, ini
Terminasi
“Bagaimana pak? Ada yang belum jelas?, ini jadwal kegiatan anak kegiatan harian anak
bapak untuk dibawa pulang. Ini surat rujukan untuk perawat….dipuskesmas. jangan lupa
control kepuskesmas kalau obat habis atau ada gejala yang tampak. Silahkan selesaikan
administrasinya!”
Klien dibantu melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar klien, dilakukan
bertahap interpersonal, kelompok, massa. Aktivitas dapat berupa latihan dalam kelompok
Menurut Budi Anna Keliath dan Akemat 2010 TAK yang dapat dilakukan oleh pasien
isolasi sosial adalah TAK sosialisasi yang meliputi 7 sesi, meliputi hal-hal berikut.
sosial meliputi kemampuan pasien isolasi sosial meliputi kemampuan pasien isolasi sosial
I. MASALAH UTAMA
PERILAKU KEKERASAN
1. PENGERTIAN
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
perilaku kekerasan dapat dilakukakn secara verbal, diarahkan pada diri sendiri,
orang lain dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri
2. RENTANG RESPON
a.Respon Adaptif
-norma sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain, individu tersebut dalam
batas normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah
pengalaman
4) Perilaku sosiaL adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran
5)Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan lingkungan
b.Respon Maladaptif
tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial
3)Kerusakan proses emosi adalah perubahan status yang timbul dari hati
3. PENYEBAB
a.Faktor Predisposisi
adalah:1)Teori Biologis
a) Neurologic FaktorBeragam komponen dari sistem syaraf seperti sinap,
yang berarti dan pemikiran rasional, yang merupakan bagian otak dimana
terdapat interaksi antara rasional dan emosi. Kerusakan pada lobus frontal
b)Genetic Faktor
Adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi potensi perilaku
agresif. Menurut riset kazu murakami (2007) dalam gen manusia terdapat dorman
(potensi) agresif yang sedang tidur akan bangun jika terstimulasi oleh factor
dimiliki oleh penghuni pelaku tindak kriminal serta orang-orang yang tersangkut
c)Cycardian Rhytm
Iramapenelitian pada jam sibuk seperti menjellang masuk kerja dan menjelang
berakhirnya kerja ataupun pada jam tertentu akan menstimulasi orang untuk lebih
d)FaktorBiokimia
informasi melalui sistem persyarafandalam tubuh. Apabila ada stimulus dari luar
tubuh yang dianggap mengancam atau membahayakan akan dihantarkan melalui
100).
Gangguan pada sistem limbik dan lobus temporal, siindrom otak, tumor otak,
2)Teori Psikogis
a)Teori Psikoanalisa
seseorang. Teori ini menjelaskan bahwa adanya ketidakpuasan fase oral antara
usia 0-2 tahun dimana anak tidak mendapat kasih sayang dan pemenuhan
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan
membuat konsep diri yang yang rendah. Perilaku agresif dan tindakan kekerasan
merupakan
harga diri perilaku tindak kekerasan (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 100 –101)
mentolelir kekerasan. Adanya contoh, model dan perilaku yang ditiru dari media
pada boneka dengan reward positif ( semakin keras pukulannya akan diberi
coklat). Anak lain diberikan tontonan yang sama dengan tayangan mengasihi dan
mencium boneka tersebut dengan reward yang sama (yang baik mendapat hadiah).
Setelah anak –anak keluar dan diberi boneka ternyata masing-masing anak
c)Learning Theory
dan mengamati bagaimana respon ibu saat marah ( Mukripah Damaiyanti, 2012:
hal 101).
b.Faktor Presipitasi
c.Tangan mengepal
d.Rahang mengatup
138) :
5. AKIBAT
yang dapat
membahayakan, baik diri sendiri maupun orang lain. Seseorang dapat mengalami
perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain dapat menunjukan perilaku
Data Subyektif :
Data Obyektif :
b.Mondar mandir
c.Mata melotot, rahang mengatup
d.Tangan mengepal
f.Mata merah
h. Muka merah
Perilaku kekerasan
1. Masalah keperawatan:
Data Subyektif :
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang
kesal
atau marah.
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul
diri
sendiri/orang lain.
Data Subyektif :
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang
Data Obyektif
Data subyektif:
1) Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
Data obyektif:
2) Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
Perilaku kekerasan
V. RENCANA KEPERAWATAN
Tujuan Umum: Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan Khusus:
Tindakan:
a. Bina hubungan saling percaya :salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan
jelaskan tujuan
Tindakan:
c. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap
Tindakan :
Tindakan:
a. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
Tindakan:
Tindakan :
b. Diskusikan cara lain yang sehat. Secara fisik :tarik nafas dalam jika sedang kesal,
c. Secara verbal : katakana bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
kesabaran.
Tindakan:
Tindakan :
a. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan
Tindakan:
a. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan
efeksamping).
b. Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis,
c. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
A. PROSES KEPERAWATAN
1) Pengkajian :
a) Data Subyektif :
Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau
marah.
b) Data Obyektif :
Mata merah, wajah agak merah.Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.Ekspresi
marah
sosial, dan
b. Tindakan
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa
aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara lakukan
b) Berjabat tangan
d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu
marah secara:
a) verbal
d) terhadap lingkungan
b) Obat
meminta dengan
pasien,
benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis
obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat
11) Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi
mengontrol
Perilaku Kekerasan
tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara
ORIENTASI:
“Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya nurhakim yudhi wibowo, panggil saya
yudi, saya perawat yang dinas di ruangan 9 ini, Nama bapak siapa, senangnya
dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?”
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah bapak”
”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalahlah
dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak
berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan –
lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung,
bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah
bisa melakukannya. Bagaimana perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-
waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”
TERMINASI
“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya tiga jam yang lalu sekarang saya datang lagi”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan fisik untuk
cara yang kedua”
“sesuai janji kita tadi kita akan berbincang-bincang sekitar 20 menit dan tempatnya disini di
ruang tamu,bagaimana bapak setuju?”
KERJA
“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata
melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal”.
“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau nanti
bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan
memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali
bapak melakukannya”.
“Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”
“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian jangan
lupa merapikan tempat tidurnya
TERMINASI
b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta
dengan
ORIENTASI
“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal?, apa
yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”
“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.”
“Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri; kalau
diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau diingatkan. Nah kalau tidak
dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat yang sama?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”
KERJA
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah
dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka
kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya pak:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab marahnya larena minta
uang sama isteri tidak diberi. Coba Bapat minta uang dengan baik:”Bu, saya perlu uang
untuk membeli rokok.” Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta baju, minta obat dan lain-
lain. Coba bapak praktekkan. Bagus pak.”
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya,
katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak
praktekkan. Bagus pak”
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal bapak
dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba praktekkan.
Bagus”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah
dengan bicara yang baik?”
“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”
“Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari bapak mau
latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?”
Coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll. Bagus
nanti dicoba ya Pak!”
“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?”
“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu dengan
cara ibadah, bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti ya”
dan sosial/verbal
b. Latihan sholat/berdoa
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah
dilatih.
b. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien,
benar
nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat)
disertai
a. Tujuan
b. Tindakan
3) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera dilaporkan kepada
a) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah diajarkan
oleh perawat
b) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapt melakukan
c) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien menunjukkan
P1 SP 1 Keluarga: Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara merawat klien perilaku
kekerasan di rumah
3) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera dilaporkan kepada
ORIENTASI
“Selamat pagi bu, perkenalkan nama saya A K, saya perawat dari ruang Soka ini, saya
yang akan merawat bapak (pasien). Nama ibu siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang sekarang tentang masalah yang Ibu hadapi?”
“Berapa lama ibu kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?”
“Di mana enaknya kita berbincang-bincang, Bu? Bagaimana kalau di ruang tamu?”
KERJA
“Bu, apa masalah yang Ibu hadapi/ dalam merawat Bapak? Apa yang Ibu lakukan?
Baik Bu, Saya akan coba jelaskantentang marah Bapak dan hal-hal yang perlu
diperhatikan.”
“Bu, marah adalah suatu perasaan yang wajar tapi bisa tidak disalurkan dengan benar
akan membahayakan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan.
Yang menyebabkan suami ibu marah dan ngamuk adalah kalau dia merasa
direndahkan, keinginan tidak terpenuhi. Kalau Bapak apa penyebabnya Bu?”
“Kalau nanti wajah suami ibu tampak tegang dan merah, lalu kelihatan gelisah, itu
artinya suami ibu sedang marah, dan biasanya setelah itu ia akan melampiaskannya
dengan membanting-banting perabot rumah tangga atau memukul atau bicara kasar?
Kalau apa perubahan terjadi? Lalu apa yang biasa dia lakukan?””
“Nah bu, ibu sudah lihat khan apa yang saya ajarkan kepada bapak bila tanda-tanda
kemarahan itu muncul. Ibu bisa bantu bapak dengan cara mengingatkan jadual latihan
cara mengontrol marah yang sudah dibuat yaitu secara fisik, verbal, spiritual dan obat
teratur”. Kalau bapak bisa melakukanya jangan lupa di puji ya bu”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat bapak?”
“Coba ibu sebutkan lagi cara merawat bapak”
“Setelah ini coba ibu ingatkan jadual yang telah dibuat untuk bapak ya bu”
“Bagaimana kalau kita ketemu 2 hari lagi untuk latihan cara-cara yang telah kita
bicarakan tadi langsung kepada bapak?”
“Tempatnya disini saja lagi ya bu?”
b) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah diajarkan
oleh
perawat
c) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat melakukan
kegiatan
d) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien menunjukkan
ORIENTASI
“Selamat pagi bu, sesuai dengan janji kita 2 hari yang lalu sekarang kita ketemu lagi untuk
latihan cara-cara mengontrol rasa marah bapak.”
“Bagaimana Bu? Masih ingat diskusi kita yang lalu? Ada yang mau Ibu tanyakan?” “Berapa
lama ibu mau kita latihan?“Bagaimana kalau kita latihan disini saja?, sebentar saya panggilkan
bapak supaya bisa berlatih bersama”
KERJA
”Nah pak, coba ceritakan kepada Ibu, latihan yang sudah Bapak lakukan. Bagus sekali. Coba
perlihatkan kepada Ibu jadwal harian Bapak! Bagus!”
”Nanti di rumah ibu bisa membantu bapak latihan mengontrol kemarahan Bapak.”
”Sekarang kita akan coba latihan bersama-sama ya pak?”
”Masih ingat pak, bu kalau tanda-tanda marah sudah bapak rasakan maka yang harus
dilakukan bapak adalah.......?”
”Ya.. betul, bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar
lalu keluarkan/tiup perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba
lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali, coba ibu
temani dan bantu bapak menghitung latihan ini sampai 5 kali”.
“Bagus sekali, bapak dan ibu sudah bisa melakukannya dengan baik”.
“Cara yang kedua masih ingat pak, bu?”
“ Ya..benar, kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-
debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal”.
“Sekarang coba kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau nanti
bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan
memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan sambil didampingi ibu, berikan bapak
semangat ya bu. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”. “Cara yang ketiga adalah bicara yang
baik bila sedang marah. Ada tiga caranya pak, coba praktekkan langsung kepada ibu cara
bicara ini:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak menggunakan
kata-kata kasar, misalnya: ‘Bu, Saya perlu uang untuk beli rokok! Coba bapak praktekkan.
Bagus pak”.
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya, katakan:
‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan.
Bagus pak”
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal bapak
dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba praktekkan.
Bagus”
“Cara berikutnya adalah kalau bapak sedang marah apa yang harus dilakukan?”
“Baik sekali, bapak coba langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya
rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.
“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur dengan didampingi ibu untuk meredakan
kemarahan”.
“Cara terakhir adalah minum obat teratur ya pak, bu agar pikiran bapak jadi tenang, tidurnya
juga tenang, tidak ada rasa marah”
“Bapak coba jelaskan berapa macam obatnya! Bagus. Jam berapa minum obat? Bagus. Apa
guna obat? Bagus. Apakah boleh mengurangi atau menghentikan obat? Wah bagus sekali!”
“Dua hari yang lalu sudah saya jelaskan terapi pengobatan yang bapak dapatkan, ibu tolong
selama di rumah ingatkan bapak untuk meminumnya secara teratur dan jangan dihentikan tanpa
sepengetahuan dokter”
TERMINASI
“Baiklah bu, latihan kita sudah selesai. Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan cara-cara
mengontrol marah langsung kepada bapak?”
“Bisa ibu sebutkan lagi ada berapa cara mengontrol marah?”
“Selanjutnya tolong pantau dan motivasi Bapak melaksanakan jadwal latihan yang telah dibuat
selama di rumah nanti. Jangan lupa berikan pujian untuk Bapak bila dapat melakukan dengan
benar ya Bu!”
“ Karena Bapak sebentar lagi sudah mau pulang bagaimana kalau 2 hari lagi Ibu bertemu saya
untuk membicarakan jadwal aktivitas Bapak selama di rumah nanti.”
“Jam 10 seperti hari ini ya Bu. Di ruang ini juga.”
SP 3 Keluarga: Menjelaskan perawatan lanjutan bersama keluarga
ORIENTASI
“Selamat pagi pak, bu, karena ibu dan keluarga sudah menetahui cara-cara yang
sebelumnya telah kita bicarakanya. Sekarang Bagaimana kalau kita berbincang-
bincang tentang perawatan lanjutan untuk keluarga Bapak/Ibu. Apakah sudah dipuji
keberhasilannya?”
“Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadual kegiatan dan perawatan lanjutan di
rumah, disini saja?”
“Berapa lama bapak dan ibu mau kita berbicara? Bagaimana kalau 30 menit?”
KERJA
“Pak, bu, jadual yang telah dibuat tolong dilanjutkan, baik jadual aktivitas maupun
jadual minum obatnya. Mari kita lihat jadwal Bapak!”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh
bapak selama di rumah. Kalau misalnya Bapak menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain, maka bapak konsul kan ke dokter
atau di bawa kerumah sakit ini untuk dilakukan pemeriksaan ulang pada bapak.”
TERMINASI
“ Bagaimana Bu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan apa saja yang perlu
diperhatikan (jadwal kegiatan, tanda atau gejala, kontrol; ke rumah sakit). Saya rasa
mungkin cukup sampai disini dan untuk persiapan pulang pasien lainya akan segera
saya siapkan”