Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Atik Fibrianti
Abstract: This study aimed to determine the effect of teacher competence and
student learning motivation on student achievement, and the effect of
both of them simultaneously on the learning achievement of high school
students in Seruyan District.
From this survey descriptive analytical methods can be concluded that
competencies possessed by a teacher will affect student learning
outcomes, and that learning motivation or the desire to learn possessed
by students will also influence student learning outcomes.
Pendahuluan
Salah satu indikator keberhasilan guru atau pendidik secara umum pada
tingkatan kelas adalah dimana seorang guru mampu membangun motivasi belajar
para siswanya, jika siswa-siswa itu dapat ditumbuhkan motivasi belajarnya, maka
sesulit apa pun materi pelajaran atau proses pembelajaran yang diikuti oleh siswa
pasti mereka akan menjalaninya dengan senang dan bersemangat, dengan demikian
betapa pentingnya motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran. Fungsi dari
motivasi belajar adalah memberikan dorongan-dorongan untuk membangkitkan
dan menetukan arah perbuatan untuk mencapai hasil belajar yang maksimal demi
tercapainya suatu tujuan yang diharapkan. Tujuan dan harapan yang ingin dicapai
tidak lepas dari partisipasi guru dalam memberikan dorongan atau motivasi kepada
anak didiknya, sehingga mereka termotivasi baik melalui mental, pengalaman fisik,
maupun pengalaman sosial. Dalam kegiatan pembelajaran, perhatian dan motivasi
berperan penting sebagai langkah awal memacu aktivitas-aktivitas berikutnya.
Dengan perhatian dan motivasi seseorang berupya memusatkan pikiran, perasan
emosional segi fisik dan unsure psikisnya kepada sesuatu yang menjadi tumpuan
perhatianya.
Metode
Jenis penelitian ini adalah survai dengan menggunakan metode deskriptif
analitis. Penulis menarik kesimpulan bahwa metode survai deskriptif sesuai
digunakan dalam penelitian ini, karena sesuai dengan maksud dari peneliti, yaitu
untuk memperoleh gambaran tetang Pengaruh Kompetensi Guru dan Motivasi
Belajar terhadap Prestai Belajar Siswa SLTA di Kabupaten Seruyan.
Sasaran populasi dari penelitian ini adalah siswa SLTA yang berada di
wilayah Kabupaten Seruyan. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda
dan jumlah variabel penelitian sebanyak tiga buah maka peneliti menetapkan
ukuran sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 siswa (20 kali jumlah variabel
penelitian).
Tehnik pengambilan sampel digunakan dua cara yaitu, (1) Judge sampling
digunakan untuk memilih kelas sebagai sampel pada setiap sekolah ditentukan oleh
peneliti. (2) Random sampling digunakan untuk memilih siswa sebagai responden
ditentukan secara acak
Dan berdasarkan pengertian diatas peneliti akan mengabil sampel sebanyak
60 responden, yang terbagi: SMAN 1 Kuala Pembuang sebanyak 25 responden,
SMAN 2 Kuala Pembuang 20 responden, SMKN Seruyan 10 responden, dan SMA
Asseruyaniah 5 responden. Dengan kelas ditentukan kemudian pada saat pelaksana
pengambilan data.
Untuk menjelaskan makna variable yang dipakai dalam penelitian ini secara
oprasional variable perlu didefinisikan sebagai berikut:
𝑛(∑ 𝑋𝑌 ) − (∑ 𝑋 ). (∑ 𝑌)
𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
√{𝑛. ∑ 𝑋 2 } − (∑ 𝑋)2 . {𝑛. ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 }
Dimana:
𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = koefesien korelasi
X = variabel bebas
Y = variable terikat
n = jumlah responden
Korelasi PPM dilambangkan dengan 𝑟 dengan ketentuan nilai 𝑟 tidak lebih dari
harga (−1 ≤ 𝑟 ≤ 1) apabila nilai 𝑟 = −1, artinya korelasinya sangat negative
sempurna, 𝑟 = 0 artinya dan tidak ada korelasi, dan 𝑟 = 1 berarti korelasinya
sangat kuat. Sedangkan harga 𝑟 akan ditunjukan dengan table 3 berikut:
n = Jumlah sampel
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = Nilai F yang dihitung
.75
Expected Cum Prob
.50
.25
0.00
0.00 .25 .50 .75 1.00
Uji Mulitikolinieritas
Pada model regresi yang bagus, variabel-variabel independen atau variabel
bebas yang diteliti seharusnya tidak berkorelasi satu dengan yang lain, karena
apabila ada mulitikolinieritas dapat mengurangi ketepatan mendifinisikan pengaruh
variabel. Suatu model regresi dikatakan bebas dari mulitikolinieritas jika
mempunyai nilai VIF disekitar anggka 1 dan mempunyai angka toleransi mendekati
1. (Santoso, 2011). Dari data SPSS (lampiran 3) diketahui bahwa koefesien variabel
kompetensi guru nilai VIF sama dengan 1,019 dan koefesien variabel motivasi
belajar juga sama dengan 1,019. Begitu juga anggak toleransi untuk variabel
kompetensi guru sama dengan 0,981(mendekati angka 1) dan anggak toleransi
untuk variabel motivasi juga sama dengan 0,981(mendekati angka 1) hal ini berarti
menujukan dugaan tidak terjadi multikolinieritas.
Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui residu yang ada
seharusnya mempunyai varians yang konstan (homoskedastisitas). Sedangkan
untuk mendekteksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilahat
dari pola gambar Scatterplot model tersebut. Tidak terdapat heteroskedastisitas jika:
1) penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola, 2) titik-titik data menyebar di
atas dan di bawah atau sekitar angka 0 dan, 3) titik-titik data tidak mengumpul
hanya di atas atau di bawah saja. (Sujianto, 2007). Dari data SPSS ( lampiran 4)
pencaran data tidak memperlihatkan sebuah pola tertentu atau pola yang jelas
dimana poin-poin menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, hal ini
menujukan model regresi bebas dari heteroskedastisitas.
Analisis Data
Melakukan serangkaian pengujian terhadap hipotesis dengan menggunakan
teknik analisis menggunakan SPSS yang sudah ditentukan semula yaitu analisis
korelasi, regrasi sederhana dan regresi berganda diuraikan sebagi berikut:
Analisis Hipotesis 1
Berdasarkan tabel 5.1 (lampiran 5) pengaruh antara variabel Kompetensi
Guru (𝑋1 ) dengan Prestasi Belajar 𝑌 sebesar 𝑟𝑥1 𝑦 = 0,447 tergolong kuat.
Sedangkan sumbangan (kontribusi) 𝑋1 terhadap 𝑌 atau koefisien determinan =
𝑟𝑥1 𝑦 2 x 100% = (0,447)2 x 100% = 19,98 % = 20 %. (Riduwan, 2005) sedangkan
sisanya 80% ditentukan oleh variabel lain. Sedangkan tingkat signifikan koefisien
korelasi dua sisi (2-tailed) dari output (diukur dari probabilitas) menghasilkan
angka 0,000 atau 0 karena probability jauh dibawah 0,050, maka pengaruh antara
antara Kompetensi Guru terhadap Presasi belajar adalah signifikan.
Berdasarkan tabel 5.2 (lampiran 5) dari uji anova atau Ftes, ternyata didapat
Fhitung adalah 10,414 dengan tingkat signifikan 0,000 karena probabilitas (0,000)
jauh lebih kecil dari 0,05, sehingga model regresi dapat dipakai untuk
memperediksi prestasi belajar siswa.
Dari tabel 5.3 (lampiran 5) menujukan bahwa persamaan regresi sebagai
berikut:
𝑌 = 𝑎 + 𝑏1 𝑋1 = 63,857 + 0,412 𝑋1
Dari persamaan fungsi regresi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
konstanta sebesar 63,857 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai variabel
kompetensi guru (𝑋1 ), maka nilai prestasi belajar siswa (𝑌) adalah 63,857. dan
koefisien regresi sebesar 0,412 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena
tanda +) satu sekor atau nilai kompetensi guru akan memberikan peningkatan
sebesar 0,412 untuk prestasi belajar.
Analisis Hipotesis 2
Berdasarkan tabel 5.1 (lampiran 5) pengaruh antara variabel Motivasi Belajar
(𝑋2 ) dengan Prestasi Belajar 𝑌 sebesar 𝑟𝑥2 𝑦 = 0,318 tergolong lemah. Sedangkan
sumbangan (kontribusi) 𝑋2 terhadap 𝑌 atau koefisien determinan = 𝑟𝑥1 𝑦 2 x 100%
= (0,318)2 x 100% = 10,11 %. Hal ini menujukan pengaruh yang lemah walau
mendekati angka 0,40, antara motivasi belajar terhadap prestasi siswa. Sedangkan
taraf signifikan koefesien korelasi satu sisi (1-tailed) dari output menghasilakan
0,013 karena probabilitas dibawah 0,05. Karena probabilitas dibwah 0,05 maka
pengaruh antara motivasi belajar dengan prestasi belajar signifikan.
Berdasarkan tabel 5.2 (lampiran 5) dari uji anova atau Ftes, ternyata didapat
Fhitung adalah 10,414 dengan tingkat signifikan 0,026 karena probabilitas (0,026)
jauh lebih kecil dari 0,05, sehingga model regresi dapat dipakai untuk
memperediksi prestasi belajar siswa.
Dari tabel (lampiran 5) menujukan bahwa persamaan regresi sebagai berikut:
𝑌 = 𝑎 + 𝑏2 𝑋2 = 63,857 + 0,262 𝑋2
Dari persamaan fungsi regresi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
konstanta sebesar 63,857 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai variabel
motivasi belajar (𝑋2 ), maka nilai prestasi belajar siswa (𝑌) adalah 63,857. dan
koefisien regresi sebesar 0,262 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena
tanda +) satu sekor atau nilai motivasi belajar akan memberikan peningkatan
sebesar 0,262 untuk prestasi belajar.
Uji t untuk menguji signifikansi konstanta dan variabel dependen (prestasi
belajar). Kreteria uji koefesien regresi dari variabel motivasi belajar terhadap
prestasi belajar sebagai berikut:
Ho: Motivasi belajar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Prestasi
Belajar.
Ha: Motivasi Belajar berpengaruh secara signifikan terhadap Prestasi Belajar.
Dasar pengambilan keputusan dengan membandingkan nilai t hitung dengan
ttabel sebagai berikut:
1) Jika nilai thitung > ttabel, maka Ho ditolak artinya koefisien regresi signifikan
2) Jika nilai thitung < ttabel, maka Ho terima artinya koefisien regresi tidak signifikan.
Nilai thitung diambil dari table 5.3 (lampiran 5) untuk variabel motivasi belajar
= 2,290, sedangkan nilai ttabel untuk α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) =
jumlah data (n) – 2 = 60 – 2 = 58 dan uji dilakukan dua sisi adalah 1,67. Telihat
bahwa kolom signifikan table (lampiran 5) terdapat nilai 0,026 atau probabilitas
jauh dibawah dari 0,05. Karena thitung > ttabel atau 2,290 > 1,67, maka Ho ditolak
artinya koefesien regresi signifikan, ini berarti bahwa motivasi belajar berpengaruh
terhadap prestasi belajar.
Analisis Hipotesis 3
Berdasarkan tabel 5.4 (lampiran 5) terdapat R square adalah 0,268 atau
penkuadratan dari koefisien korelasi 0,517. R square dapat disebut koefesien
determinasi yang dalam hal ini berarti 26,8% sumbangan (kontribusi) dari variabel
kompetensi guru dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar sedangkan sisinya
73,2% oleh sebab yang lain. R square berkisar antar 0 sampai dengan 1, dengan
cacatan semakin kecil angka R square semakin lemah pula hubungan kedua atau
lebih variabel tersebut. Jadi kompetensi guru dan motivasi belajar secara simultan
memiliki kontribusi sebesar 26,8% terhadap prestasi belajar.
Model persamaan regresi berganda berdasarkan tabel 5.3 (lampiran 5) adalah:
𝑌 = 𝑎 + 𝑏1 𝑋1 + 𝑏2 𝑋2 = 63,857 + 0,412 𝑋1 + 0,262 𝑋2
Berdasarkan tabel 5.2 (lampiran 5) uji anova atau Ftes, ternyata didapat Fhitung
adalah 10,414 dengan tingkat signifikan 0,000 karena probabilitas (0,000) jauh
lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi prestasi
belajar siswa. Dan untuk menguji signifikan kompetensi guru dan motivasi belajar
secara bersama-sama atau secara simultan terhadap prestasi belajar adalah dengan
menggunakan kaidah pengujian signifikansi regresi berganda, dan dasar
pengambilan keputusan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel sebagai
berikut:
Jika Fhitung > Ftabel, maka signifikan dan jika Fhitung < Ftabel, maka tidak
signifikan. Terlihat pada table 5.2 (lampiran 5) Fhitung = 10, 414 dan Ftabel = 3,15
dengan α = 5% atau 10, 414 > 3,15 maka signifikan.
Simpulan
Berdasarkan pengaruh secara simultan antara variabel Kompetensi Guru (X1)
dan Motivasi Belajar (X2) terhadap Prestasi Belajar (Y) tergolong kuat. Sedangkan
sumbangan (kontribusi) secara bersama-sama variabel (X1) dan (X2) terhadap Y
adalah 26,8% sedangkan sisanya ditentukan oleh variabel lain. Kemudian mengenai
naik turunnya atau besar kecilnya Prestasi Belajar dapat diprediksi melalui
persamaan regresi Y=63,857+0,412 X_1+0,262 X_2. Sehingga dari hasil penelitian
ini dapat ditarik beberapa sub kesimpulan sebagai berikut:
1) Dari uji statistik bahwa besarnya pengaruh variabel kompetensi guru terhadap
pretasi belajar adalah 0,447 sedang kontribusi variabel kompetensi guru
terhadap pretasi belajar adalah sebesar 20% kemudian sisanya dipengaruhi oleh
Daftar Pustaka