You are on page 1of 9

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP


TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENDEWASAAN USIA
PERKAWINAN (Studi pada Remaja di SMP NU 06 Kedungsuren
Kabupaten Kendal)

Sri Madinah, M. Zen Rahfiludin, S. A. Nugraheni


Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Unversitas Diponegoro
Email: sri.madinah@gmail.com

Abstract :Susenas data of Central Java province in 2010 shows


that regency/city with a population of ASFR (Age Specific Fertility Rate) age 15-
19 years the most is Kendal
regency. ItisinfluencedbythehighnumberofmatingageunderandsupportedReligious
CourtdatastatingthenumberoffilingofmarriagedispensationsonKendalreaches100c
asesduringthelastthreeyears.Thisresearchaimstoknowthedifferenceofknowledge
about Maturation Age of Marriage (PUP) before teenager and after
givenreproductive health education at Junior High School NU 06 Kedungsuren,
Kendal
regency.Educationisprovidedintheformofoutreachwithmediapowerpointtemplatesa
ndanexplanationthematerialsofleaflets.Thisresearchusesthepredesignexperiment
s with one group pretest– posttest design. The population in this research is
grade VIII as much as 152 with 52 of them being samples of research selected by
simple random sampling. The measurement of the knowledge of the
respondents use questionnaire pretest, followed by the granting of extension
about reproductive health and maturation age of marriage, then 5 days later
carried out activities posttest.
DataanalysisusingtheWilcoxontest.Basedonstatisticaltestsconductedat the time of
the median scores pretest of 17.00 be 20.00 posttest at the
time,withthedifferencebetween3.00points.Theresultsofapretestknowledgepercent
agemore
inthecategoryofknowledgeless(55%)andgoodknowledge(11.5%).Thepercentage
of posttest on knowledge less decreased (46,2%) and good
knowledgeonthecategoryinto(53,8%).TheresultsofstatisticaltestsusingWilcoxonfou
ndthe difference in knowledge with a value of p= 0.001. From this research it can
be concluded that there is a difference of knowledge about adolescent Maturation
Age of Marriage (PUP) before and after the given reproductive health education.

Keywords: PUP, teenager, education, reproductive health, Wilcoxon

PENDAHULUAN
Remaja merupakan masa adalah usia 12-24 tahun, menurut
transisi dari anak-anak menjadi Departemen Kesehatan Republik
dewasa yang ditandai dengan Indonesia (Depkes RI) adalah antara
berbagai perubahan baik perubahan 10-19 tahun dan belum kawin.1
hormonal, fisik, psikologis maupun Sedangkan menurut Badan
sosial. Batasan usia remaja menurut Kependudukan Keluarga Berencana
World Health Organization (WHO)

332
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Nasional (BKKBN) adalah usia 10- 2-5 kali lebih tinggi daripada
24 tahun dan belum menikah.2 kematian maternal yang terjadi pada
Hasil data Susenas tahun usia 20-29 tahun.6
2010 provinsi Jawa Tengah Pendidikan kesehatan adalah
menunjukkan bahwa jumlah ASFR upaya sadar untuk menimbulkan
(Age Spesific Fertility Rate) dengan perubahan tingkah laku hidup sehat,
usia 15-19 tahun terbanyak ada 10 baik lingkungan masyarakat dan
Kabupaten yakni Temanggung, sosial. Pendidikan kesehatan sangat
Banjarnegara, Rembang, Grobogan, diperlukan sebagai dasar untuk
Brebes, Wonosobo, Jepara, Blora, kegiatan dalam kesehatan
Sragen dan Kendal.3 masyarakat menju masyarakat sehat
Penyebab pernikahan usia dini jasmani, rohani, sosial dan ekonomi.
antara lain pemaksaan dari orang Pentingnya pendidikan
tua, pergaulan bebas, rasa kesehatan reproduksi yang mana
keingintahuan tentang perilaku seks, program Pendewasaan Usia
faktor lingkungan maupun teman Perkawinan berada dalam
sebaya, rendahnya pendidikan, serta kesatuannya. Informasi yang
faktor ekonomi.4Pada pernikahan diberikan berupa cara menjaga
usia dini faktor ekonomi dapat kesehatan organ reproduksi remaja,
menjadi alasan terjadinya pencegahan terhadap perilaku seks
5
perceraian. Pada pandangan lain, bebas pada remaja dan risiko
orang tua terkadang enggan karena pernikahan usia dini. Oleh karena
tidak tahu cara menyampaikan itu, perlu dikembangkan program
masalah seksual khususnya dan kegiatan komunikasi, informasi
berkaitan dengan kesehatan dan edukasi yang tepat agar tumbuh
reproduksi menganggap bahwa hal kesadaran yang tinggi, peningkatan
itu bukan urusan mereka sehingga pengetahuan yang berbobot,
masalah cukup diserahkan kepada kemauan dan tingkah laku yang
guru dan sekolah.6 semakin berbudaya baik.
Pemerintah melalui BKKBN Sebagian besar penduduk
telah berupaya untuk meningkatkan kabupaten Kendal terdiri dari buruh
usia kawin pertama sejak tahun tani, buruh pabrik dan juga beberapa
1982 melalui program Pendewasaan diantaranya menjadi Tenaga Kerja
Usia Perkawinan (PUP). Program Indonesia (TKI). Hal ini menjadi
PUP pada setiap periode mengalami salah satu penyebab beberapa
peningkatan batas usia yang remaja tidak melanjutkan
diperbolehkan untuk menikah, dalam pendidikan, sebab keterbatasan
Peraturan Kepala BKKBN ekonomi yang memunculkan niat
Nomor:55/HK-010/B5/2010 batas untuk memilih bekerja. Selain itu,
usia menikah yang ditetapkan dalam wilayah kendal yang berbatasan
program adalah minimal wanita dengan Koa Semarang juga
berusia 20 tahun dan minimal pria menjadikan dorongan kuat untuk
berusia 25 tahun.7 Batasan usia ini bekerja karena beberapa wilayah
dianggap telah siap, baik dipandang sebagian besar merupakan wilayah
dari sisi kesehatan maupun industri.
perkembangan emosional untuk Akses pendidikan yang
menghadapi kehidupan ditempuh oleh para remaja tergolong
berkeluarga.8 Kematian maternal mudah di jangkau, karena
pada wanita hamil dan melahirkan banyaknya jumlah sekolah yang ada
pada usia dibawah 20 tahun ternyata di kabupaten Kendal. Namun,

333
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

beberapa wilayah terpencil masih Variabel yang digunakan


sangat minim untuk mencapai dalam penelitian ini adalah
pendidikan lanjut. pengetahuan remaja tentang
Hasil studi pendahuluan ke pendewasaan usia
Kantor UrusanAgama (KUA) perkawinan.Pengambilandata
Kecamatan Kaliwungu dan Sukorejo dilakukan menggunakan kuesioner
Kabupaten Kendal, terdapat di SMP NU 06 Kedungsuren.Analisis
perbedaan gambaran umum wilayah data dilakukan secara univariat dan
dan jumlah pendidikan di daerah bivariat menggunakan uji wilcoxon
kecamatan masing-masing. Data sing rank test
jumlah pelaporan usia pernikahan
dibawah umur pada tahun 2013 HASILPENELITIAN
sampai 2015 Kecamatan Kaliwungu 1. Karakteristik Responden
Selatan dua kali dari data Berdasarkan hasil penelitian
Kecamatan Sukorejo, sehingga diperoleh bahwa responden
penulis mengambil wilayah terbanyak berumur 12-13 tahun
Kecamatan Kaliwungu Selatan (42,3% dan 55,8%), semua
sebagai tempat penelitian. responden menyatakan bahwa tidak
pernah mendapatkan paparan
TUJUAN penyuluhan mengenai kesehatan
Penelitian ini dilakukan dengan reproduksi ataupun istilah PUP.
tujuan: Sedangkan responden yang pernah
1. Mendeskripsikan karakteristik berdiskusi terkait pendewasaan usia
remaja meliputi umur, paritas perkawinan dari orang tua atau guru
dalam keluarga, paparan hanya sebesar 9 (17,3%) dan yang
informasi, sosial budaya pernah berdiskusi dengan teman
(kebiasaan). sebaya hanya sebesar 10 (19,2%).
2. Mendeskripsikan pengetahuan Faktor sosial budaya pada penelitian
remaja tentang pendewasaan ini adalah kebiasaan atau sudah
usia perkawinan sebelum dan menjadi hal biasa menikah pada
sesudah pemberian usia muda, maka didapatkan hasil
pendidikan kesehatan ada sebanyak 16 (30,8%) reponden
reproduksi yang menyatakan kebiasaan
3. Menganalisis perbedaan menikah muda.
pengetahuan remaja tentang 2. Pengetahuan Remaja
pendewasaan usia perkawinan a. Komponen pertanyaan tentang
sebelum dan sesudah pengetahuan
pemberian pendidikan Berdasarkanhasil penelitian
kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa dari 28 jumlah
soal untuk mengukur tingkat
METODE PENELITIAN pengetahuan remaja terdapat 3
Penelitian ini meruapakan komponen soal yang menurun dari
penelitian kuantitatif dengan jenis sebelum pemberian pendidikan ke
penelitianpra eksperimen yakni sesudah pemberian pendidikan
pengumpulan data dilakukan melalui kesehatan reproduksi. Komponen
One group Pretest-Posttest pertanyaan pengetahuan yang
Design.Teknik pengambilan sampel menurun yaitu: (1) Pada usia berapa
adalah random sampling.Sampel remaja termasuk masa remaja awal
berjumlah 52remaja kelas VIII. atau dini, dengan skor yang
menjawab benar pada saat pretest

334
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

25 (48%) menjadi 21 (40%) pada pada hasil responden adalah 17,00


saat posttest; (2) Apa tanda utama dengan standar deviasi 3,720.Hal ini
kematangan alat reproduksi menunjukkan bahwa terjadi
perempuan, dengan skor pada saat peningkatan nilai median
pretest 48 (92%) menjadi 46 (88%) pengetahuan responden tentang
pada saat posttest; dan (3) pendewasaan usia perkawinan
berapakah usia yang baik/ideal bagi sesudah diberikan pendidikan
pria untuk menikah menurut program kesehatan reproduksi pada remaja.
upaya pendewasaan usia Tabel 2
perkawinan, dengan skor pada saat Pretest – Posttest
pretest 14 (27%) menjadi 8 (15%) setelah perlakuan
pada saat posttest. Z -5.292a
b. Pengetahuan remaja (pretest) Asymp. Sig.
Berdasarkan hasil penelitian .000
(2-tailed)
menunjukkan bahwafrekuensi
pengetahuan responden sebelum
mendapatkan pendidikan kesehatan Hasil uji Wilcoxonmenunjukkan
reproduksi dengan pengetahuan nilai alpha pada penelitian ini adalah
baik hanya sebanyak 11,3% dan 0,001. Berdasarkan tabel nilai pvalue
yang memiliki pengetahuan kurang 0, 001 < α 0,05, maka dapat
sebanyak 88,5%. Pengetahuan disimpulkan bahwa ada perbedaan
responden mayoritas termasuk pengetahuan tentang pendewasaan
dalam kategori kurang. usia perkawinan pada remaja
c. Pengetahuan remaja (posttest) sebelum dan sesudah diberikan
Berdasarkan hasil penelitian pendidikan kesehatan reproduksi.
menunjukkan frekuensi pengetahuan b. Hubungan pengetahuan
responden sesudah mendapatkan pretest dan karekateristik
pendidikan kesehatan reproduksi remaja
dengan pengetahuan baik Tabel 3
meningkat sebanyak 46,2% dan Pengetahuan
yang memiliki pengetahuan kurang Variabel Pretest Jumlah
sebanyak 53,8%. Pada hal ini Kurang Baik
diketahui hampir kategori Ya 13,5 % 3,8 % 17,3 %
pengetahuan responden baik dan Dukungan Tidak 75,0 % 7,7 % 82,7 %
kurang hampir mencapai persentase keluarga Jumlah 88,5 % 11,5 % 100,0 %
yang seimbang. p= 0,596
3. Analisis Hubungan Variabel Dukungan Ya 15,4 % 3,8 % 19,2 %
a. Analisis beda pengetahuan teman Tidak 73,1 % 7,7 % 80,8 %
pretest dan posttest sebaya Jumlah 88,5 % 11,5 % 100,0 %
Tabel 1 p= 0,703
Total nilai Hasil analisis menunjukkan
Medi
N SD kuesionebahwa remaja yang melakukan
an
r diskusi bersama keluarga dan
Pretest 52 17,00 3,720 28 memiliki pengetahuan yang baik
Posttest 52 20,00 2,669 28 hanya sebanyak 3,8%. Sementara
itu, remaja yang tidak melakukan
diskusi bersama keluarga lebih
banyak memiliki pengetahuan
Hasil analisis menunjukkan kurang sebanyak 75,0%. Hasil uji
bahwa nilai median yang didapat hubungan menunjukkan bahwa nilai

335
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

p=0,596 sehingga dapat disimpulkan PEMBAHASAN


bahwa tidak ada hubungan antara a. Karakteristik remaja
diskusi bersama keluarga dengan Sebagian besar subjek
pengetahuan remaja tentang penelitian ini terdiri masa remaja
pendewasaan usia perkawinan. pertengahan (13-16 tahun). Pada
Remaja yang berdiskusi masa ini remaja mulai mencari
bersama teman sebaya dan identitas diri, memperhatikan
berpengetahuan baik ada 3,8%. keadaan tubuh, timbul keinginan
Sementara itu, remaja yang tidak untuk berkencan dan
berdiskusi bersama teman sebaya mengembangkan kemampuan
dan memiliki pengetahuan kurang berpikir abstrak.9Dan berdasarkan
sebanyak 73,1%. Hasil uji hubungan kuesioner yang telah disebar juga
yang dilakukan, diperoleh nilai didapatkan 15 dari 52 responden
p=0,703 sehingga dapat disimpulkan telah berkencan dengan teman
bahwa tidak ada hubungan antara sebaya lingkungan sekolah maupun
diskusi bersama teman sebaya diluar sekolah. Hal ini terjadi karena
dengan pengetahuan tentang rasa ingin bebas dan mempunyai
pendewasaan usia perkawinan. rasa cinta yang cenderung akan
Tabel 4 masuk pada zona pergaulan bebas.
Pengetahuan Sementara pengetahuan akan
Total
Variabel Pretest pentingnya memperhatikan tanda-
Kurang Baik tanda perubahan tubuh yang sedang
Sosial Ya 27,0 % 3,8 % dialami
30,8 % remaja terabaikan, masalah
Budaya ini didukung pada masih banyaknya
(Kebiasaan remaja yang kurang mengetahui apa
Tidak 61,5 % 7,7 % 69,2kesehatan
itu % reproduksi dan apa
Menikah
Usia Muda) tanda kematangan alat reproduksi
Total 88,5% 11,5% pada remaja putri.
100,0%
Hasil penelitian menunjukkan
Hasil analisis menunjukkan bahwa pada saat pretest Hal ini
bahwa sosial budaya (kebiasaan sejalan dengan jurnal penelitian
menikah usia muda) pada remaja yang dilakukan oleh Yuliastia pada
dilingkungan tempat tinggal yang tahun 2013 yang berjudul
berpengetahuan baik dan “Penyuluhan dan Pengetahuan
menyatakan menikah usia muda tentang Pernikahan Usia Muda”
merupakan hal yang biasa terjadi yang menyatakan bahwa terdapat
sebanyak 3,8%. Sementara itu, pengaruh penyuluhan dengan
remaja yang berpengetahuan kurang peningkatan pengetahuan pada
dan menyatakan menikah usia muda siswa kelas VIII di Patuk tentang
bukan merupakan hal yang biasa pernikahan usia mudatahun 2013.10
terjadi sebanyak 61,5 %. Hasil uji Metode penyuluhan tersebut dapat
hubungan menunjukkan bahwa nilai dijadikan pilihan bagi pelaksanaan
p= 1,000 sehingga dapat pemberian pendidikan kesehatan
disimpulkan bahwa tidak ada untuk meningkatkan pengetahuan
hubungan antara kebiasaan siswa tentang pernikahan usia
usiamuda dengan pengetahuan muda.
remaja tentang pendewasaan usia
perkawinan

336
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

b. Pengetahuan remaja tentang pre-test adalah 16,65, nilai median


PUP 17,00 dengan standar deviasi 3,720.
Pengetahuan merupakan Pada saat post-test nilai rata-rata
domain yang sangat penting untuk 20,88, nilai median 20,00 dengan
terbentuknya tindakan (over standar deviasi 2,699. Hal ini
behavior) pada seseorang. menunjukkan bahwa terdapat
Berdasarkan pengalaman dan peningkatan nilai rata-rata
penelitian, ternyata perilaku yang pengetahuan sebelum dan sesudah
didasari oleh pengetahuan akan diberikan pendidikan kesehatan
lebih berlangsung lama daripada reproduksi dari 16,65 menjadi 20,88
peilaku yang tidak didasari oleh dengan selisih 4,23. Hal ini sejalan
pengetahuan.11 dengan penelitian yang dilakukan
Pada penelitian ini untuk oleh Natalia pada tahun 2015 yang
melihat tingkat pengetahuan remaja berjudul “Pengaruh Pendidikan
peneliti memberikan pendidikan Kesehatan Reproduksi terhadap
kesehatan reproduksi. Tujuan dari Pengetahuan dan Preferensi
diberikannya suatu pendidikan Remaja terkait Pendewasaan Usia
kesehatan adalah untuk memberikan Perkawinan di Kabupaten Semarang
informasi kepada remaja apa yang Tahun 2015” yang menyatakan
dialami perubahan secara fisik dan bahwa pendidikan kesehatan
juga perubahan psikologis sesuai reproduksi memberikan pengaruh
dengan kehidupan di lingkungan yang signifikan terhadap
sosial budayanya, serta dampak peningkatan pengetahuan remaja
yang dapat ditimbulkan akibat ditunjukkan dari peningkatan median
kurangnya pengetahuan tentang skor pengetahuan tentang
pendewasaan usia perkawinan. pendewasaan usia perkawinan.13
Pada saat pretest
pengetahuan remaja termasuk c. Tabulasi silang pengetahuan
dalam kategori kurang karena belum pretest dan karakteristik
terpapar informasi secara langsung responden
mengenai pendewasaan usia Hasil tabulasi silang dukungan
perkawinan maupun program genre. orang tua/keluarga dan teman
Akan tetapi secara tidak langsung sebaya didapatkan tidak ada
beberapa remaja masih terpapar hubungan antara dukungan orang
informasi dari media massa tanpa tua/keluarga dan dukungan teman
pengetahuan lebih lanjut yakni pada sebaya dengan pengetahuan
tahap tahu. tengtang pendewasaan usia
Hal ini sejalan dengan jurnal perkawinan (p=0,596) dan
penelitian yang dilakukan oleh (p=0,703). Hal ini sejalan dengan
Yuliastia pada tahun 2013 yang penelitian oleh Siti dengan judul
berjudul “Penyuluhan dan “Pengaruh Faktor Internal dan
Pengetahuan tentang Pernikahan Eksternal terhadap Terjadinya
Usia Muda” yang menyatakan Pernikahan Usia Muda di Desa
bahwa terdapat pengaruh Seudam Kecamatan Kejuruan Muda
penyuluhan dengan peningkatan Kabupaten Aceh Tamiang Tahun
pengetahuan pada siswa kelas VIII 2014” menyatakan bahwa tidak ada
di Patuk tentang pernikahan usia hubungan antara dukungan
mudatahun 2013.12 orangtua terhadap pernikahan usia
Nilai rata-rata pengetahuan muda (p=0,256).45
responden dalam penelitian ini pada

337
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Hasil tabulasi silang antara muda) yang diketahui oleh


sosial budaya (kebiasaan) dengan remaja pada daerahnya
pengetahuanpretest responden sebanyak 15 responden (28,8)
didapatkan tidak ada hubungan menyatakan bahwa menikah
dengan pengetahuan responden usia muda merupakan
dengan kebiasaan/sosial budaya kebiasan pada daerahnya.
menikah muda (p=1,000). Hal ini c. Pengetahuan sebelum (pre-
tidak sejalan dengan penelitian yang test) diberikan pendidikan
dilakukan oleh Wahyuningrum tahun kesehatan reproduksi yang
2015 yang berjudul “Upaya Promosi memiliki pengetahuan kurang
Kesehatan Pendewasaan Usia sebanyak 46 responden
Perkawinan Oleh Pusat Informasi (88,5%) dan yang memiliki
Konseling Remaja (PIK-R) Ditinjau pengetahuan baik sebanyak 6
Dari Teori Precede-Proceed” yang responden (11,5%).
menyatakan bahwa pernikahan dini d. Pengetahuan sesudah (post-
di KecamatanSukowono test) diberikan pendidikan
merupakan suatu tradisi atau kesehatan reproduksi yang
budaya yang melekat pada memiliki pengetahuan kurang
masyarakat untuk menikahkan sebanyak 28 responden
anaknya di usia muda.14 (46,2%) dan yang memiliki
pengetahuan baik sebanyak
KESIMPULAN DAN SARAN 24 responden (53,8%).
1. Kesimpulan e. Ada perbedaan pengetahuan
a. Pendidikan kesehatan remaja tentang Pendewasaan
reproduksi dilakukan dengan Usia Perkawinan (PUP)
metode penyuluhan sebelum dan sesudah
menggukan PPT dan leaflet diberikan pendidikan
sebagai pendukung media kesehatan reproduksi (p=
penyuluhan. Materi yang 0,001).
disampaikan seputar 2. Saran
pengetahuan dasar tentang a. Bagi Badan Kependudukan dan
kesehatan reproduksi dan Keluarga Berencana Nasional
program pendewasaan usia (BKKBN)
perkawinan. Jarak antara Melakukan advokasi kepada
waktu pretest dan posttest sekolah-sekolah agar program
selama 5 hari. yang telah dibuat dapat
b. Karakteristik responden terkait terlaksanan dengan baik.
umur dengan rentang umur 12- b. Bagi Pihak Sekolah
16 tahun, seluruh responden 1. Melakukan kerjasama dengan
52 (100%) tidak pernah petugas puskesmas ataupun
terpapar penyuluhan PUP dan kesehatan untuk memberikan
tidak ikut serta dalam kegiatan informasi terkait kesehatan
PIK KRR di dalam maupaun remaja agar menjadi generasi
luar sekolah. Mayoritas yang cerdas dan berencana.
responden tidak melakukan 2. Membentuk PIK KRR sebagai
diskusi bersama orangtua kegiatan dan tempat untuk
maupun guru (82,7%) dan juga memperoleh dan menambah
teman sebaya (80,8%), informasi tentang kesehatan
sementara itu sosial budaya reproduksi terutama mengenai
(kebiasaan menikah usia

338
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

program Pendewasaan Usia 2. Kementrian Kesehatan Republik


Perkawinan (PUP). Indonesia. Pusat Data dan
3. Kepala Sekolah perlu Informasi. 20123. Dinas
memfasilitasi siswa putri Kesehatan Provinsi Jawa
dengan Guru BK perempuan Tengah. Profil Kesehatan
agar para siswa putri dapat Provinsi Jawa Tengah Tahun
lebih membuka diri terkait 2014. In: Semarang; 2015.
kesehatan reproduksi. 3. Badan Koordinasi Keluarga
4. Materi intervensi dari peneliti Berencana Nasional. Peraturan
dapat digunakan sebagai Kepala Badan Koordinasi
bahan pembelajaran di Keluarga Berencana Nasional
sekolah. Nomor 55/HK-010/135/2010
c. Bagi remaja tentang Standar Pelayanan
1. Mencari informasi Minimal Bidang Keluarga
mengenai kesehatan Berencana dan Keluarga
reproduksi. Sejahtera di Kabupaten/Kota.
2. Lebih aktif dalam mengikuti Jakarta: Kepala Badan
kegiatan penyuluhan yang Koordinasi Keluarga Berencana
akan diadakan dari pihak Nasional. 2010
sekolah ataupun instansi 4. Badan Kependudukan dan
yang bekerjasama dengan Keluarga Berencana Nasional.
sekolah. Pendewasaan Usia Perkawinan
d. Bagi peneliti selanjutnya dan Hak-Hak Reproduksi bagi
1. Kepada peneliti selanjutnya Remaja Indonesia. Jakarta:
dapat menyempurnakan BKKBN. 2010
penelitian ini dengan 5. Kumandasari, Intan, dan Iwan
sasaran remaja SMP/MTs Andhyantoro. Kesehatan
baik putra maupun putri dan Reproduksi Untuk Mahasiswa
memperdalam masalah Kebidanan dan Keperawatan.
yang berkaitan dengan Jakarta: Salemba Medika. 2012
Pendewasaan Usia 6. Puryanti, Ida. Gambaran
Perkawinan (PUP). Pengetahuan Remaja Putri
2. Melakukan pengkajian tentang Pernikahan Usia Dini di
secara kualitatif mengenai Desa Gogodalen, Kecamatan
gambaran kebudayaan Bringin, Kabupaten Semarang.
(kebiasan menikah) yang Semarang: Diploma III Akademi
dapat mempengaruhi Kebidanan Ngudi Waluyo
keputusan remaja. Ungaran. 2014
7. Maryati, Dwi dan Septikasari,
DAFTAR PUSTAKA Majestika. Buku Ajar Kesehatan
1. Sari, E. J. Santoso dan Reproduksi dan Prektikum.
Saryono. Pengaruh Pendidikan Yogyakarta: Nuha Medika. 2007
Kesehatan tentang Hygiene 8. Romauli, Suryati dan Vindari,
saat Menstruasi terhadap Anna Vida. Kesehatan
Pengetahuan dan Keterampilan Reproduksi. Yogyakarta: Nuha
Remaja Putri dalam Merawat Medika. 2009
Perinum saat Menstruasi. 9. Direktorat Perencanan
Journal of Perpustakaan Pengendaian Penduduk.
Semarang. 2010 Penyajian tentang TFR
Kabupaten dan Kota: Data

339
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Susenas 2010. Jakarta: BKKBN


2013
10. Sastroasmoro, S. Dasar-Dasar
Metode Penelitian Klinis.
Jakarta: Sagung Seto. 2006
11. Zaidin, H. Ali. Pengantar
Keperawatan Keluarga. Jakarta:
EGC. 2009
12. Eka, Yulistia. Penyuluhan dan
Pengetahuan tentang
Pernikahan Usia Muda. Jurusan
Kebidanan Poltekes Kemenkes:
Yogyakarta. 2013
13. Desy, Natalia. Pengaruh
Pendidikan Kesehatan
Reproduksi terhadap
Pengetahuan dan Preferensi
Remaja terkait Pendewasaan
Usia Perkawinan di Kabupaten
Semarang Tahun 2015.
Fakultas Kesehatan
Masyarakat: Semarang. 2015
14. Zubaidah, S. Pengaruh Faktor
Internal dan Eksternal terhadap
Terjadinya Pernikahan Usia
Muda di Desa Seudam
Kecamatan Kejuruan Muda
Kabupaten Aceh Tamiang
Tahun 2014. Fakultas
Kesehatan Masyarakat USU:
Medan. 2014

340

You might also like