You are on page 1of 16

GANGGUAN HIPERKINETIK (F90)

BAB 1
PENDAHULUAN

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau gangguan aktivitas


dan perhatian (gangguan hiperkinetik) adalah suatu gangguan psikiatrik yang cukup
banyak ditemukan dengan gejala utama inatensi, hiperaktivitas, dan impulsivitas
yang tidak konsisten dengan tingkat perkembangan anak, remaja, atau orang dewasa.
Biasanya pada waktu anak ADHD mencapai remaja atau dewasa, gejala
hiperaktivitas dan impulsivitas cenderung menurun meskipun gejala inatensinya
kadangkadang masih tetap ada. (1)
Gangguan hiperaktif merupakan salah satu kelainan yang sering dijumpai
pada gangguan perilaku pada anak. Dalam tahun terakhir ini gangguan hiperaktif
menjadi masalah yang menjadi sorotan dan menjadi perhatian utama di kalangan
medis ataupun di masyarakat umum. (2)
Anak-anak dengan ADHD bisa dikenali di klinik, di sekolah, maupun di
rumah mereka. Kurangnya perhatian mereka nampak pada saat mereka sering
melamun, bingung, dan kesulitan dalam mengerjakan satu tugas selama periode
waktu tertentu yang diperpanjang. Seiring dengan perhatian mereka yang mudah
beralih dari satu stimulus ke stimulus lainnya, mereka seringkali meninggalkan orang
tua atau guru dengan kesan bahwa mereka tidak mendengarkan. Hiperaktivitas
mereka, seringkali muncul dalam bentuk kegelisahan, bicara berlebihan, ditoleransi
dengan buruk di sekolah, serta membuat frustasi orang tua yang seringkali
kehilangan mereka di tengah banyak orang dan tidak dapat membuat mereka tidur
sesuai dengan jam tidurnya. Sedangkan impulsivitas mereka membuat mereka
mudah mendapat kecelakaan, menciptakan masalah dengan teman sebaya, dan
mengganggu suasana kelas yaitu ketika mereka menjawab tanpa berfikir,
mengganggu orang lain, atau beralih dari pekerjaan sekolah menuju aktivitas lain
yang kurang pantas. Pada kehidupan selanjutnya apabila tidak ditangani dengan baik
maka ketiga gejala tersebut dapat menyebabkan menurunnya harga diri, menurunnya
prestasi akademik, dan timbulnya gangguan dalam hubungan interpersonal pada saat

1
remaja maupun dewasa. Sedangkan dampak anak ADHD pada keluarga dapat
menyebabkan keluarga merasa bersalah, depresi, mengalami stres yang berat, isolasi
sosial, dan bahkan bisa mengalami masalah perkawinan maupun pekerjaan. (1)

Deteksi dini gangguan ini sangat penting dilakukan untuk meminimalkan


gejala dan akibat yang ditimbulkannya dikemudian hari. Hal ini harus melibatkan
beberapa lapisan masyarakat. Baik dikalangan medis maupun nonmedis. Dokter
umum, dokter spesialis anak dan klinisi lainnya yang berkaitan dengan kesehatAn
anak harus bisa mendeteksi sejak dini faktor resiko dan gejala yang terjadi.
Manifestasi klinis yang terjadi dapat timbul pada usia dini namun gejalanya akan
tampak nyata pada saat mulai sekolah melakukan anamnesa terhadap orang tua dan
guru, guna mengevaluasi perkembangan dan mengarahkan pola pendidikan dan
pengasuhan anak dengan hiperaktif bila dapat dilakukan deteksi dini dan
penatalaksanaan pada tahap awal.(2)

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan
perilaku yang ditandai inattentiveness atau gangguan pemusatan perhatian dan
gangguan konsentrasi, impulsivitas yaitu berbuat dan berbicara tanpa
memikirkan akibatnya, disertai hiperaktif (overactivity) yang tidak sesuai dengan
umur perkembangannya (Davinson,1994; Sadock, 2003). Pola perilaku ini
menimbulkan gangguan dalam fungsi sosial dan akademisnya, serta
mengakibatkan penderitaan yang nyata bagi yang bersangkutan maupun
lingkungannya.(3)

ADHD (Attention deficit hyperactivity disorder ) atau gangguan


pemusatan perhatian dan hiperaktif adalah salah satu dari faktor penyakit
terbanyak pada anak dan berlanjut hingga remaja dan dewasa. Gejala-gejalanya
terdiri dari sulit untuk tetap fokus dan memusatkan perhatian, sulit mengontrol
perilaku, dan hiperaktif (Over-activity).(4)

Ciri utama individu dengan gangguan pemusatan perhatian meliputi:


gangguan pemusatan perhatian (inattention), gangguan pengendalian diri
(impulsifitas), dan gangguan dengan aktivitas yang berlebihan
(hiperaktivitas).Dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Inatensi
Yang dimaksud adalah bahwa sebagai individu penyandang gangguan ini
tampak mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatiannya. Mereka
sangat mudah teralihkan oleh rangsangan yang tiba-tiba diterima oleh alat
inderanya atau oleh perasaan yang timbul pada saat itu. Dengan demikian
mereka hanya mampu mempertahankan suatu aktivitas atau tugas dalam
jangka waktu yang pendek, sehingga akan mempengaruhi proses penerimaan
informasi dari lingkungannya.

3
b. Impulsifitas
Yang dimaksud adalah suatu gangguan perilaku berupa tindakan yang tidak
disertai dengan pemikiran. Mereka sangat dikuasai oleh perasaannya
sehingga sangat cepat bereaksi. Mereka sulit untuk memberi prioritas
kegiatan, sulit untuk mempertimbangkan atau memikirkan terlebih dahulu
perilaku yang akan ditampilkannya. Perilaku ini biasanya menyulitkan yang
bersangkutan maupun lingkungannya.
c. Hiperaktivitas
Yang dimaksud adalah suatu gerakan yang berlebuhan melebihi gerakan yang
dilakukan secara umum anak seusianya. Biasanya sejak bayi mereka banyak
bergerak dan sulit untuk ditenangkan. Jika dibandingkan dengan individu
yang aktif tapi produktif, perilaku hiperaktif tampak tidak bertujuan. Mereka
tidak mampu mengontrol dan melakukan koordinasi dalam aktivitas
motoriknya, sehingga tidak dapat dibedakan gerakan yang penting dan tidak
penting. Gerakannya dilakukan terus menerus tanpa lelah, sehingga kesulitan
untuk memusatkan perhatian. (3)

B. EPIDEMIOLOGI
Anak-anak ADHD didapatkan pada semua golongan sosio ekonomi dan lebih
sering didapatkan pada anak laki-laki daripada anak perempuan (dengan
perbandingan 3-6 kali lebih banyak). Onset timbulnya gejala ADHD sebelum
usia 7 tahun. (1)

Prevalensi anak ADHD berkisar antara 3-10% pada anak-anak usia sekolah,
dan 35-50% kasus ADHD dapat berlanjut ke masa remaja atau dewasa. Dari 34
juta kasus ADHD di USA, Eropa dan Jepang, diperkirakan 31% menjadi kasus
ADHD dewasa (usia > 19 tahun) dan 69% kasus ADHD pada usia 3-19 tahun. (1)

Di Amerika Serikat insidens ADHD diperkirakan berkisar antara 2–20% pada


anak-anak usia sekolah dan 3-7% pada usia pra pubertas. Di Inggris Raya
insidens ADHD lebih rendah, yaitu kurang dari 1%. Prevalensi pada laki-laki
lebih tinggi daripada wanita dengan rasio terentang antara 2 : 1 sampai 9 :1. (1)

4
Gejala ADHD sering nampak pada usia 3 tahun, tetapi diagnosis seringkali
baru bisa ditegakkan pada masa sekolah, seperti pada prasekolah atau Taman
Kanak Kanak, yaitu ketika guru dan teman mengeluh akan kurangnya perhatian
dan impulsivitasnya. (1)

Prevalensi pada wanita memang lebih rendah, tetapi gejalanya cenderung


menetap dengan bertambahnya usia. Beberapa peneliti mendapatkan bahwa
gejala ADHD menetap pada sebagian remaja dan dewasa, berkisar antara 31%-
71%, meskipun dilaporkan hanya berkisar 8% gejalanya yang memenuhi kriteria
ADHD pada usia dewasa. Literatur lain menyatakan 15%-20% ADHD menetap
sampai dewasa dan 65% di antaranya mengalami masalah di bidang akademis
dan pekerjaannya. (1)

Kebanyakan gangguan kejiwaan pada masa dewasa adalah penyalahgunaan


alkohol/ ketergantungan (26%), gangguan kepribadian antisosial (17%),
penyalahgunaan zat ketergantungan / penyalahgunaan (16%), riwayat lain dari
gangguan hypomanic (15%), gangguan kecemasan menyeluruh (14% ), dan
gangguan depresi mayor episode kini (13%). Kasus dengan ADHD terus-
menerus secara signifikan lebih memungkinkan untuk memiliki lebih dari satu
gangguan kejiwaan dibandingkan mereka yang tanpa ADHD persisten (81% vs
47%).(5

C. ETIOLOGI
Sampai saat ini etiologi sesungguhnya dari ADHD memang belum jelas
diketahui.(1) Banyak peneliti mencurigai faktor genetik dan biologis sebagai
penyebab ADHD, meskipun lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang
juga membantu menentukan perilaku anak yang spesifik.(6)
Beberapa faktor yang diduga berhubungan atau sebagai penyebab ADHD antara
lain :
 Faktor Genetik
Bukti penelitian menyatakan bahwa faktor genetika merupakan faktor penting
dalam memunculkan tingkah laku ADHD. Satu pertiga dari anggota keluarga

5
ADHD memiliki gangguan, yaitu jika orang tua mengalami ADHD, maka
anaknya beresiko ADHD sebesar 60 %. Pada anak kembar, jika salah satu
mengalami ADHD, maka saudaranya 70-80 % juga beresiko mengalami
ADHD.(3)
Pada studi gen khusus beberapa penemuan menunjukkan bahwa molekul
genetika gen-gen tertentu dapat menyebabkan munculnya ADHD.Dengan
demikian temuan-temun dari aspek keluarga, anak kembar, dan gen-gen tertentu
menyatakan bahwa ADHD ada kaitannya dengan keturunan. (3)

 Faktor Neurobiologis
Anak-anak dengan ADHD tidak terbukti mengalami kerusakan berat di
otak. Banyak anak dengan kelainan neurologis yang disebabkan oleh trauma
kapitis berat justru tidak menunjukkan adanya gejala-gejala angguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas. Faktor-faktor yang justru menyokong timbulnya
gejala ADHD adalah faktor prenatal (infeksi, keracunan logam berat/ bahan
toksik lain), prematuritas, trauma kelahiran, maupun komplikasi kehamilan
karena ibu banyak merokok dan mengkonsumsi alkohol saat hamil yang
berpengaruh terhadap perkembangan sistim saraf.(1)

 Faktor lingkungan
Aspek lingkungan baik lingkungan biologis maupun psikososial telah
banyak diteliti sebagai salah satu faktor resiko untuk ADHD. Ide bahwa
makanan tertentu dapat menyebabkan ADHD mendapat cukup banyak perhatian.
Beberapa peneliti mengklaim dapat menyembuhkan ADHD dengan
menghilangkan bahan-bahan aditif makanan dari diet. Teori populer lainnya
menyebutkan bahwa intake gula yang berlebihan akan menuju pada
simptomatologi ADHD. Berbeda dengan sebagian studi negatif tentang faktor-
faktor makanan, beberapa toksin telah terbukti berpengaruh dalam etiologi
ADHD. Beberapa kelompok studi telah menunjukkan bahwa kontaminasi timah
terbukti terkait dengan kebingungan, hiperaktivitas, kegelisahan, dan
pemfungsian intelektual yang lebih rendah (Needleman, 1982).(1)

6
 Faktor psikososial
Palfrey et al 1985, Barkley 1998 menunjukkan hasil penelitiannya bahwa
pendidikan ibu yang rendah, kelas sosio-ekonomi yang rendah, dan orangtua
tunggal (single parenthood) adalah faktor yang penting sebagai penyebab
timbulnya gejala ADHD. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa ibu-ibu dari
anak-anak dengan ADHD menunjukkan pola komunikasi yang lebih buruk
dengan anak, lebih sering marah, dan lebih sering terjadi konflik dengan anak
dibanding ibu-ibu dari anak yang normal. Biederman et al, 1995 menyatakan
bahwa konflik yang khronis, keakraban keluarga yang menurun, adanya kelainan
psikopatologis orangtua terutama ibunya, lebih sering terjadi pada keluarga anak
ADHD dibanding keluarga anak yang normal.(1)

D. DIAGNOSIS
Tanda utama hiperaktivitas dan impulisvitas didasari pada riwayat pola
perkembangan awal pranatal yang rinci bersama dengan pengamatan langsung
pada anak, terutama pada situasi yang memerlukan perhatian. Diagnosis ADHD
memerlukan gejala hiperaktivitas/impulsivitas yang persisten dan mengganggu
atau keadaan tanpa atensi yang menimbulkan hendaya pada sedikitnya dua
keadaan yang berbeda.(7)

Pada saat ini kriteria diagnostik dan karakteristik utama ADHD yang
digunakan sebagai pedoman dalam pendidikan dokter dan praktik klinik adalah
yang tersusun dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder
Edisi IV, (DSM IV, American Psychiatric Association, 1994).(8)

Kriteria diagnostik ADHD berdasarkan DSM-IV-TR untuk Gangguan


Defisit-Atensi/Hiperaktivitas

A. Baik (1) atau (2):


1) Enam (atau lebih) dari gejala inatensi berikut ini telah ada sedikitnya selama
6 bulan hingga suatu derajat yang maladaptif dan tidak konsisten dengan
tingkat perkembangan :

7
Inatensi
 sering gagal memberikan perhatian penuh sampai terperinci atau selalu
berbuat kesalahan saat melakukan aktivitas pekerjaan di sekolah, tempat
pekerjaan atau aktivitas lain
 sering mengalami kesukaran dalam mempertahankan perhatian dalam
tugas tertentu atau aktivitas bermain (mudah bosan)
 sering tidak mendengarkan bila diajak bicara secara langsung kepadanya
 sering tidak mengikuti perintah secara sungguh-sungguh dan gagal
menyelesaikan pekerjaan sekolah, pekerjaan rumah tangga atau
kewajiban di tempat pekerjaan (hal ini bukan disebabkan karena sikap
menentang atau kurang memahami isi perintah)
 sering mengalami kesukaran dalam mengatur tugas-tugasnya dan
aktivitasnya
 sering menghindar, tidak menyenangi atau segan melakukan tugas-tugas
yang membutuhkan perhatian mental yang cukup lama (misalnya
pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah)
 sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas atau
aktivitas tertentu
 (misalnya pensil, alat-alat sekolah, buku, alat permainan dsb.)
 sering perhatian mudah teralih oleh rangsangan di luar
 sering lupa melakukan aktivitas sehari-hari (membersihkan rumah,
mencuci piring).
2) Enam (atau lebih) dari gejala hiperaktivitas-impulsivitas berikut ini yang
telah berlangsung sedikitnya selama 6 bulan hingga suatu derajat yang
maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan :
Hiperaktivitas
 sering gelisah dengan tangan atau kaki atau sering bergerak-gerak saat
duduk
 sering meninggalkan tempat duduk saat di dalam kelas atau situasi lain
dimana duduk diam diperlukan atau diharapkan
 sering lari-lari atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang tidak
sesuai (tak bisa diam)

8
 sering mengalami kesukaran mengikuti permainan atau aktivitas yang
membutuhkan ketenangan (main catur, halma dsb.)
 selalu dalam keadaan bergerak atau sering melakukan aktivitas seolah-
olah mengendarai motor
 sering berbicara berlebihan.
Impulsivitas
 sering cepat menjawab sebelum pertanyaan selesai diutarakan
 sering memiliki kesulitan dalam menunggu giliran bermain
 sering mengganggu orang lain (menyela pembicaraan, mengacau
permainan anak lain).
B. Beberapa gejala hiperaktif-impulsif atau inatensi yang menyebabkan hendaya
terjadi sebelum usia 7 tahun
C. Beberapa hendaya akibat gejala ada dalam dua atau lebih keadaan (misal,
disekolah [atau tempat kerja] dan di rumah)
D. Harus ada bukti khas adanya hendaya di dalam fungsi sosial, akademik, atau
pekerjaan yang secara klinis bermakna.
E. Gejala tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan perkembangan pervasif,
skizofrenia, atau gangguan psikotik lain serta tidak disebabkan oleh gangguan
jiwa lain (misal, gangguan mood, gangguan ansietas, gangguan disosiatif, atau
gangguan kepribadian).(7)

Pemberian kode didasarkan atas tipe :


Gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas, tipe kombinasi : jika Kriteria A1 dan A2
terpenuhi untuk selama 6 bulan terakhir
Gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas, dominan tipe inatensi : jika Kriteria A1
terpenuhi terapi Kriteria A2 tidak terpenuhi untuk 6 bulan terakhir
Gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas, dominan tipe hiperaktif-impulsif : jika
Kriteria A2 terpenuhi tetapi Kriteria A1 tidak terpenuhi untuk 6 bulan terakhir.
Cacatan pemberian kode: untuk individu (terutama remaja dan dewasa) yang saat
ini memiliki gejala yang tidak lagi memenuhi kriteria utuh, harus dirinci “dalam
remisi parsial”.(7)

9
Di Indonesia sebagai penggolongan dan diagnosis untuk gangguan ini dan
gangguan psikiatri lainnya adalah pedoman penggolongan dan dignosis Gangguan
Jiwa Edisi 3 (PPDGJ III, Departemen kesehatan RI, 1993). Sesuai dengan PPDGJ
III gangguan ini disebut sebagai gangguan hiperkinetik, termasuk dalam kelompok
utama gangguan perilaku dan emosional dengan onset biasanya pada masa kanak-
kanak dan remaja, dengan nomor kode klasifikasi F90.(8)

Pedoman Diagnostik Menurut PPDGJ III :


GANGGUAN HIPERKINETIK
 Ciri-ciri utama ialah berkurangnya perhatian dan aktivitas berlebihan. Kedua
ciri ini menjadi syarat mutlak untuk diagnosis dan haruslah nyata ada pada
lebih dari satu situasi (misanya di rumah, di kelas, di klinik).
 Berkurangnya perhatian tampak jelas dari terlalu dini dihentikannya tugas
dan ditinggalkannya suatu kegiatan sebelum tuntas selesai. Anak-anak ini
seringkali beralih dari satu kegiatan ke kegiatan lain, rupannya kehilangan
minatnya terhadap tugas yang satu, karena perhatiannya tertarik kepada
kegiatan lainnya (sekalipun kajian laboratorium pada umumnya tidak
menunjukkan adanya derajat gangguan sensorik atau perseptual yang tidak
biasa). Berkurangnya dalam ketekunan dan perhatian ini seharusnya hanya
didiagnosis bila sifatnya berlebihan bagi anak dengan usia atau IQ yang sama.
 Hiperaktivitas dinyatakan dalam kegelisahan yang berlebihan, khususnya
dalam situasi yang menuntut keadan relatif tenang. Hal ini, tergantung dari
situasinya, mencakup anak itu berlari-lari atau berlompat-lompat sekeliling
ruangan, ataupun bangun dari duduk/kursi dalam situasi yang menghendaki
anak itu tetap duduk, terlalu banyak berbicara dan ribut, atau
kegugupan/kegelisahan dan berputar-putar (berbelit-belit). Tolok ukur untuk
penilaiannya ialah bahwa suatu aktivitas disebut berlebihan dalam konteks
apa yang diharapkan pada suatu situasi dan dibandingkan dengan anak-anak
lain yang sama umur dan nilai IQ-nya. Ciri khas perilaku ini paling nyata di
dalam suatu situasi yang berstruktur dan diatur yang menuntut suatu tingkat
sikap pengendalian diri yang tinggi.

10
 Gambaran penyerta tidaklah cukup bahkan tidak diperlukan bagi suatu
diagnosis, namun demikian ia dapat mendukung. Kecerobohan dalam
hubungan-hubungan sosial, kesembronoan dalam situasi yang berbahaya dan
sikap yang secara impulsif melanggar tata tertib sosial (yang diperlihatkan
dengan mencampuri urusan atau mengganggu kegiatan orang lain, terlampau
cepat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang belum lengkap diucapkan
orang, atau tidak sabar menunggu gilirannya), kesemuanya merupakan ciri
khas dari anak-anak dengan gangguan ini.
 Gangguan belajar serta kekakuan motorik sangat sering terjadi dan haruslah
di catat secara terpisah (di bawah F80-F89) bila ada; namun demikian tidak
boleh dijadikan bagian dari diagnosis aktual mengenai gangguan hiperkinetik
yang sesungguhnya.
 Gejala-gejala dari gangguan tingkah laku bukan merupakan kriteria eksklusi
ataupun kriteria inklusi untuk diagnosis utamanya, tetapi ada tidaknya gejala-
gejala itu dijadikan dasar untuk subdivisi utama dari gangguan tersebut (lihat
di bawah).(9)

E. PENATALAKSANAAN
1). Terapi perilaku
 Terapi perilaku sebaiknya dilakukan pada anak ADHD yang ringan gejalanya
(mild ADHD)
 anak ADHD dengan komorbiditas yang tidak berespons baik dengan
pengobatan stimulansia (anak depresi, gangguan tingkah laku, gangguan
sikap menentang dll)
 keluarga yang tidak mau menggunakan obat untuk terapi anaknya
 anak ADHD yang tak berespons secara adekuat dengan obat-obatan
 anak ADHD yang tidak tahan dengan obat-obatan (alergi, reaksi ADHD/efek
samping keadaan tambah buruk).(1)

11
Terapi perilaku terdiri dari beberapa langkah yakni
a. fase pemberian informasi (information phase)
Memberi informasi pada orangtua mengenai keadaan anak sebenarnya
termasuk kesukaran tingkah laku anak.
b. fase penilaian (assessment phase)
Menilai seberapa berat gangguan interaksi anak dengan saudara atau orangtua
c. fase pelatihan (training phase)
Menawarkan pelatihan keterampilan sosial pada anak, orangtua, bila
memungkinkan gurunya.
d. fase evaluasi (review progress)
Menilai kemajuan atau perbaikan tingkah laku anak ADHD.(1)

Terapi perilaku untuk ADHD harus dimulai segera setelah diagnosis


ditegakkan. Terapi perilaku baik untuk anak-anak prasekolah, siswa SD, dan remaja
dengan ADHD. Orang tua, sekolah, dan praktisi seharusnya tidak menunda dalam
memulai terapi perilaku yang efektif untuk anak-anak ADHD.(10)

Dengan Behavior Modification (Modifikasi Perilaku), orang tua, guru dan


anak-anak mempelajari teknik-teknik dan keterampilan khusus dari ahli terapi, atau
mempelajari cara pendekatan dari seorang pendidik berpengalaman yang akan
membantu memperbaiki perilaku anak-anak. Orang tua dan guru yang menggunakan
keterampilan dalam interaksi sehari-hari dengan anak-anak ADHD, akan
mengembangkan hubungan interaksi anak dengan anak-anak lainnya dan orang
dewasa.(10)

Modifikasi perilaku sering dimasukkan ke dalam hal “ABCs”.(11)


“ABCs” pada modifikasi perilaku melibatkan identifikasi :
Antecedents (Hidup sebelum masa kini) :
 Pemikiran tentang inisiasi atau mengawali perilaku
 Hal-hal yang memicu atau terjadi sebelum perilaku
 Misalnya, bagaimana mereka (orangtua dan guru) memberikan perintah
kepada anak-anak. (10,11)

12
Behaviors (Perilaku)
 Perilaku yang tidak di inginkan
 Hal-hal yang dilakukan anak akan diubah oleh orangtua dan guru
 Misalnya,bagaimana mereka dengan konsisten mengubah cara mereka dalam
menaggapi perilaku anak-anak, dan mengajarkan anak-anak cara-cara baru
dalam berperilaku. (10,11)
Consequences (Konsekuensi)
 Hal-hal yang terjadi setelah perilaku
 Pemikiran tentang terjadinya akibat dari perilaku.
 Misalnya, bagaimana mereka bereaksi ketika seorang anak mematuhi atau
tidak mematuhi perintah.(10,11)

Dalam terapi perilaku sebaiknya orangtua menunjukkan perilaku yang baik


yang dapat ditiru anak (menunda kemarahan/lebih sabar, memberikan disiplin yang
konsisten dan sesuai dengan usia anak).(1) Intervensi orangtua, guru dan anak harus
dilakukan pada waktu yang sama untuk mendapatkan hasil yang terbaik.(10)

2). Farmakoterapi (Psychopharmacology)


Obat psikostimulan adalah merupakan obat pilihan utama untuk pengobatan ADHD
(first line treatment). Pengobatan dengan psikostimulan memperbaiki kemampuan
memusatkan perhatian, mengurangi hiperaktivitas dan impulsivitas, menigkatkan
kepatuhan anak terhadap guru dan orangtua, mengurangi agresivitas, dan
meningkatkan produktivitas hasil belajar.
Methylphenidate lebih banyak di gunakan daripada psikostimulan lainnya.
Pengobatan dengan pada ADHD memberikan hasil yang lebih efektif dan efek
samping yang terjadi lebih sedikit dibandingkan dengan dekstroamfetamin.(1,7)

Dosis obat psikostimulan yang diberikan: (1)


Obat Dosis Duration of Regimen
(tablet/capsul) Action dose
*Methylphenidate 2,5-25 mg 2 – 3 jam 2 x/hari
- Short acting (Ritalin) 0,3-0,7 mg/kg/hr tab @ 10mg

13
(tablet)

- Intermediate acting (sustained 20 – 40 mg 3 – 8 jam 1 x/hari tab.


Release/ Ritalin SR) @ 20 mg

- Long acting * Concerta 18 mg, 36 mg 8 – 12 jam 1 x/hari cap.


* Ritalin 1 A 20 mg 8 – 12 jam 1 x/hari cap.

* Short Acting
Amphetamine/Dextroamphetamine
- Tablet/spansul 2,5 – 25 mg 4 – 6 jam 1 x/hari
- Elixir 2,5 – 25mg 4 – 6 jam *tab. @ 5mg
* Pemoline (Cylert) 18,75 – 112,5 6 – 10 jam *spansul @
mg 5mg, 10mg,
15mg
*Elixir:
2x/hari
5mg/5cc
tablet @
18,75 mg
37,5 mg
75 mg

F. PROGNOSIS
Perjalanan gangguan ADHD bervariasi. Gejala dapat ada hingga remaja atau
dewasa; gejala ini dapat pulih setelah pubertas; atau hiperaktivitas dapat hilang,
tetapi berkurangnya rentang atensi dan masalah pengendalian impuls dapat
bertahan.(7)
Pada masa remaja awal dan tengah, defisit relatif terlihat dalam fungsi akademik
dan sosial, gejala ADHD tetap bermasalah dalam 2/3 hingga 3/4 dari anak-anak.
Kebanyakan masalah tersebut bertahan sampai usia remaja akhir. Sekitar 2/5
terus mengalami gejala ADHD pada tingkat yang signifikan secara klinis. 1/3

14
sampai 1/4 didiagnosa memiliki gangguan antisosial, dan 2/3 yang ditangkap.
Juga, penyalahgunaan narkoba yang diamati secara signifikan pada minoritas
dari mereka. Ketika dievaluasi di pertengahan dua puluhan, beberapa tidak dapat
menyelesaikan pendidikan, memiliki jabatan yang rendah dalam pekerjaan, dan
berkurangnya keterampilan sosial. Selain itu, menunjukkan kepribadian antisosial
dan, mungkin gangguan penggunaan zat di masa dewasa. Selain itu, beberapa
telah mencapai pendidikan tingkat tinggi (misalnya, menyelesaikan gelar Master,
terdaftar di sekolah kedokteran) dan pekerjaan (misalnya, akuntan, broker
saham). Selain itu, 2/3 dari anak-anak ini tidak menunjukkan bukti adanya
gangguan mental di masa dewasa.(12)

BAB III
KESIMPULAN

Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) didefinisikan sebagai


gangguan perilaku yang ditandai dengan gangguan pemusatan perhatian dan
gangguan konsentrasi, serta melakukan sesuatu dan berbicara tanpa memikirkan
akibat yang timbulkannya, dan disertai hiperaktif yang tidak sesuai dengan
perkembangan umurnya.

Penyebab dari ADHD memang belum jelas diketahui. Tetapi, beberapa


peneliti mencurigai faktor genetik dan biologis sebagai penyebab ADHD. Selain itu,
faktor lingkungan serta faktor psikososial juga disebut sebagai penyebab dari ADHD.

Penatalaksanaan attention-deficit hyperactivity (ADHD) adalah terapi


perilaku dan psikofarmaka. Terapi perilaku ini sangat membantu dalam
memperbaiki perkembangan perilaku anak ADHD. Psikofarmaka yang diberikan
pada penderita ADHD adalah obat psikostimulan yang merupakan obat utama (first
line treatment) untuk pengobatan ADHD.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. S Agung Budi. Aspek Neurological Attention Deficit Hyperactivity


Disorder.1-16.
2. Judarwanto, Widodo. 2009. Deteksi Dini ADHD. 2.
3. Sugiarmin, Muhammad. Bahan Ajar Anak dengan ADHD.2007.
4. U.S. Departemen of Health and Human Services. Booklet of National
Institute of Mental Health. Attention Deficit Hyperactivity Disorder. 2008.
5. Joffe, Alain. Journal Watch Pediatrics and Adolescent Medicine. Adult
Outcomes of Childhood ADHD. 2013
6. Perpustakaan Universitas pendidikan Indonesia. Self Regulated Behavior
Pada Anak Attetion Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
http://repository.upi.org
7. Sadock BJ. Sadock VA. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Gangguan Defisit
Atensi/Hiperaktivitas. 39. 598,600.
8. Saputro, Dwidjo. ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder). 41-42
9. Maslim R. Gangguan Perilaku. In: Maslim R, editor. Diagnosis Gangguan
Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III. Jakarta: PT Nuh Jaya; 2001. p. 136-137.
10. National Resource Center on ADHD. 2004. Psychosocial Treatment for
Children and Adolescents with ADHD. 1-2.
11. Attetion Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). http://bbrfoundation.org
12. Mannuza S, Klein RG. US National Library of Medicine National Instituses
of Health. Long-Term prognosis in Attention Deficit/Hyperactivity Disorder.
2000.

16

You might also like