Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
NIM : G3A018019
2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN CHF
(CONGESTIF HEART FAILURE)
A. Definisi
Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung kongestif adalah suatu
kondisi dimana jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah guna
mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal
ini mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah
lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung
kaku dan menebal. Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang
singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa dengan
kuat. Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan air dan garam.
Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh seperti
tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh klien menjadi bengkak
(congestive) (Udjianti, 2010).
B. Etiologi
Gagal jantung kongestif dapat disebabkan oleh (Mansjoer, Arif dkk 2001):
Grade gagal jantung menurut New york Heart Association terbagi menjadi
empat kelainan fungsional, yaitusebagai berikut:
a. NyHA Grade I timbul gejala sesak pada aktifitas fisik berat
b. NyHA Grade II timbul gejala sesak pada aktifitas fisik sedang
c. NyHA Grade III timbul gejala sesak pada aktifitas ringan
d. NyHA Grade IV timbul gejala sesak pada aktifitas sangat ringan/ istirahat
C. Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari congestive heart failure (CHF) atau gagal jantung
meliputi gangguan kemampuan kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah
jantung lebih rendah dari normal. Dapat dijelaskan dengan persamaan CO = HR x
SV di mana curah jantung (CO: Cardiac output) adalah fungsi frekuensi jantung
(HR: Heart Rate) x Volume Sekuncup (SV: Stroke Volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila curah jantung
berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk
mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk
mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup
jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi,
yang tergantung pada 3 faktor, yaitu: (1) Preload (yaitu sinonim dengan Hukum
Starling pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah yang mengisi jantung
berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan
serabut jantung); (2) Kontraktilitas (mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi
yang terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut
jantung dan kadar kalsium); (3) Afterload (mengacu pada besarnya tekanan
ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan
yang ditimbulkan oleh tekanan arteriole).
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang terjadi baik
pada jantung dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua ventrikel berkurang
akibat penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat, maka volume
dan tekanan pada akhir diastolik di dalam kedua ruang jantung akan meningkat. Hal
ini akan meningkatkan panjang serabut miokardium pada akhir diastolik dan
menyebabkan waktu sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama,
maka akan terjadi dilatasi ventrikel. Cardiac output pada saat istirahat masih bisa
berfungsi dengan baik tapi peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama
(kronik) akan dijalarkan ke kedua atrium, sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik.
Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat yang akan menyebabkan transudasi
cairan dan timbul edema paru atau edema sistemik.
Cardiac output yang tidak adekuat memicu beberapa respon kompensasi yang
berusaha untuk mempertahankan perfusi organ vital tubuh. Respon awal adalah
stimulus pada saraf simpati yang menimbulkan dua pengaruh utama, yaitu:
► Dispnea
Pernafasan yang memerlukan tenaga merupakan gejala dini dari kegagalan
ventrikel. Bisa timbul akibat gangguan pertukaran gas karena cairan di
dalam alveoli. Hal ini bisa menjadi payah karena pergerakan tubuh, misal
menaiki tangga, berjalan mendaki dll. Karena dengan kegiatan tersebut
memerlukan peningkatan oksigen.
► Orthopnea
Timbul kesukaran bernafas pada waktu berbaring terlentang dan orang
harus tidur pakai sandaran di tempat tidur atau tidur duduk pada sebuah
kursi. Bila orang tidur terlentang ventilasi kurang kurang dan volume darah
pada pembuluh- pembuluh paru- paru meningkat.
Hambatan m
pengosongan ventrikel e
n
i
Beban jantung meningkat
n
Kurang
g
Gagal jantung kiri Gagal jantung kongestif pengetahuan
k
a
Gagal pompa Cemas
t ventrikel kiri
Oedema paru
Nutrisi Metabolisme otak
Retensi Na + H2O
an aerob men
Metabolisme Cairan masuk
uru
sel Timbunan asam dalam alveoli
n Kelebihan volume
laktat meningkat
cairan
Lemah Fatique Gangguan
pertukaran gas
Intoleransi aktivitas
Gangguan perfusi
jaringan
D. Manifestasi Klinis
Gejala yang muncul sesuai dengan gejala jantung kiri diikuti gagal jantung
kanan dapat terjadinya di dada karana peningkatan kebutuhan oksigen. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan tanda–tanda gejala gagal jantung kongestif biasanya
terdapat bunyi derap dan bising akibat regurgitasi mitral. Tanda dominan
meningkatnya volume intravaskuler. Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan
vena meningkat akibat penurunan curah jantung. Manifestasi kongesti dapat
berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi (Masjoer, Arif dkk
2001):
1. Gagal jantung kiri : kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena
ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan
tekanan dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru.
Manifestasi klinis yang dapat terjadi meliputi : dispnea, ortopnea, batuk, mudah
lelah, takikardia, dan insomnia.
a. Dispnea dapat terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang
mengganggu pertukaran gas. Dispnea bahkan dapat terjadi pada saat istirahat
atau dicetuskan oleh gerakan minimal atau sedang.
c. Batuk yang berhubungan dengan ventrikel kiri bisa kering dan tidak
produktif, tetapi yang tersering adalah batuk basah yaitu batuk yang
menghasilkan sputum berbusa dalam jumlah yang banyak, yang kadang
disertai bercak darah.
d. Mudah lelah dapat terjadi akibat curah jantung yang kurang menghambat
jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan
sisa hasil katabolisme, juga terjadi akibat meningkatnya energi yang
digunakan untuk bernapas.
2. Gagal jantung kanan : bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti
visera dan jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu
mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat
mengakomodasikan semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi
vena. Manifestasi klinis yang tampak dapat meliputi edema ekstremitas bawah,
peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena leher, asites, anoreksia,
mual dan nokturia.
a. Edema dimulai pada kaki dan tumit juga secara bertahap bertambah ke
tungkai, paha dan akhirnya ke genetalia eksterna serta tubuh bagian bawah.
b. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi
akibat pembesaran vena di hepar. Bila proses ini berkembang, maka tekanan
dalam pembuluh darah portal meningkat sehingga cairan terdorong keluar
rongga abdomen, suatu kondisi yang dinamakan ascites. Pengumpulan cairan
dalam rongga abdomen ini dapat menyebabkan tekanan pada diafragma dan
distress pernafasan.
c. Anoreksia dan mual terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam
rongga abdomen.
d. Nokturia terjadi karena perfusi renal yang didukung oleh posisi penderita
pada saat berbaring. Diuresis terjadi paling sering pada malam hari karena
curah jantung membaik saat istirahat.
e. Kelemahan yang menyertai gagal jantung sisi kanan disebabkan karena
menurunnya curah jantung, gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk
sampah katabolisme yang tidak adekuat dari jaringan (Smeltzer, 2002).
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Hitung sel darah lengkap: anemia berat atau anemia gravis atau polisitemia vera
2. Hitung sel darah putih: Lekositosis atau keadaan infeksi lain
3. Analisa gas darah (AGD): menilai derajat gangguan keseimbangan asam basa
baik metabolik maupun respiratorik.
7. Tes fungsi ginjal dan hati: menilai efek yang terjadi akibat CHF terhadap fungsi
hepar atau ginjal.
10. Cardiac scan: menilai underperfusion otot jantung, yang menunjang penurunan
kemampuan kontraksi.
11. Rontgen toraks: untuk menilai pembesaran jantung dan edema paru.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien yang menderita penyakit CHF atau gagal jantung
kongestif yaitu:
G. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul pada penyakit CHF atau gagal jantung kongestif
yaitu:
1. Syok kardiogenik
2. Episode tromboemboli karena penbentukan bekuan vena karena stasis darah
3. Efusi dan tamponade perikardium (Smeltzer & Bare, 2002).
H. Diagnosa keperawatan :
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium sekunder
penurunan GFR.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya perpindahan cairan
kedalam alveoli sekunder Oedem paru.
3. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
jantung.
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai darah menurun.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh.
Fokus intervensi keperawatan
Kolaborasi Meningkatkan
pemberian konsentrasi
oksigen oksigen alveolar,
yang dapat
Cemas memperbaiki/
berhubungan menurunkan
dengan Setelah dilakukan hipoksemia
kurangnya tindakan jaringan
pengetahuan keperawatan Berikan
tentang penyakit selama 1 x 24 jam pendidikan Pasien akan
jantung. dengan kriteria kesehatan tentang memahami
hasil : penyakitnya. kondisinya dan
- Pasien mengurangi stress.
mengetahui
penyakitnya. Kuatkan rasional Pemahaman
pengobatan program, obat,
dapat
meningkatkan
kerjasama dalam
melaksanakan
gangguan perfusi tindakan
jaringan Setelah dilakukan keperawatan.
berhubungan tindakan Pijat area
dengan suplai keperawatan kemerahan atau Meningkatkan
darah menurun. selama 3 x 24 jam memutih aliran darah,
dengan kriteria meminimalkan
hasil : hipoksia jaringan.
- Tidak terjadi Ubah posisi
gangguan sering ditempat Memperbaiki
perfusi jaringan. tidur. sirkulasi,
intoleransi menurunkan
aktivitas tekanan pada satu
berhubungan Setelah dilakukan area
dengan tindakan Periksa tanda Hipotensi
kelemahan tubuh keperawatan vital sebelum dan ortostatik dapat
selama 3 x 24 jam sesudah aktivitas. terjadi dengan
dengan kriteria peningkatan
hasil : aktivitas
- Dapat memenuhi Evaluasi
kebutuhan peningkatan Dapat menunjukan
perawatan intoleran aktivitas peningkatan
sendiri. dekompensasi
- Menurunnya jantung dari pada
kelemahan dan kelebihan
kelelahan aktivitas.
- Tanda vital
dalam rentang
normal.
6. Diagnosa
Untuk memperkuat diagnosa maka dlm pemeriksaan fisik akan menunjukkan :
Denyut nadi lemah dan cepat, tekanan darah menurun, bunyi jantung
abnormal, pembesaran jantung, pembengkakan vena leher, cairan di dalam
paru, pembesaran hati, penambahan berat badan yang cepat, pembengkakan
perut dan tungkai.
Pengobatan
Pengobatan dilakukan agar penderita merasa lebih nyaman dalam
melakukan berbagai aktivitas fisik, dan bisa memperbaiki kualitas hidup serta
meningkatkan harapan hidupnya.
Pendekatannya dilakukan melalui 3 segi, yaitu :
1. mengobati penyakit penyebab gagal jantung.
2. menghilangkan faktor-faktor yang bisa memperburuk gagal jantung.
3. Mengobati gagal jantung.
Doenges, M.E, Moorhouse, M.F., & Geissler, A.C. 1999. Rencana asuhan
keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien. Jakarta. EGC.
Wilkinson J.M, dan Ahern N.R. 2013. Buku Saku Diagnosa Keperawatan: Diagnosa
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC, Edisi 9. EGC ;
Jakarta
APrice, Sylvia and M. Wilson, Lorraine. 1992. Pathophysiology Fourth Edition. Mosby
Year Book. Michigan
Soeparman. Et al. (1990). Buku Ajar Penyakit Dalam, Edisi Ketiga. Jakarta. Balai
Penerbit FKUI.