Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
(S.Ked)
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Demikian pernyataan ini saya buat dan apabila kelak dikemudian hari terbukti ada
unsur plagiasi, saya bersedia mempertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Pembimbing 1 Pembimbing 2
dr. Rizka Adi Nugraha Putra, M. Sc. Andi Muh. Maulana, M. Sc.
NIK. 2160480 NIK. 2160749
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked.) pada
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Purwokerto
Tanggal : xx 2018
Mengetahui,
Dekan
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-
Nya, dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Hubungan Lama Merokok dengan
Kadar Karboksihemoglobin (HbCO) pada Perokok Tembakau. Penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit untuk
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapakan terima kasih kepada yang terhormat:
vi
9) Teman-teman semuanya, Azzah, Kuntya, Ajikwa, Abdullah, Novia, Ken,
Aissyah, Enrika, Sekar, Samia, Farah, dan teman-teman Neuro’15 yang
tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan
dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
10) Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu. Amin.
vii
DAFTAR ISI
Hal
viii
DAFTAR TABEL
Hal
ix
DAFTAR GAMBAR
Hal
x
DAFTAR SINGKATAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Acute Kidney Injury (AKI), yang biasa disebut gangguan ginjal akut
adalah suatu kondisi klinis yang spesifik dengan manifestasi yang sangat
bervariasi, mulai dari ringan tanpa gejala, hingga sangat berat dan disertai gagal
organ multipel (Sudoyo et al., 2014). Komplikasi dini yang paling mungkin
terjadi dari penyakit ini adalah Chronic kidney disease (CKD). Insidensi CKD
di berbagai negara sebesar 200 kasus per satu juta penduduk per tahun.
Prevalensi penyakit ini di Amerika mendekati 1800 per satu juta, sementara di
Jepang dan Taiwan mendekati 2400 per satu juta (Hill et al., 2016).
Indonesia, karena angka ini dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.
Jumlah penderita gagal ginjal di Indonesia pada tahun 2014 tercatat 11.689
pasien aktif dengan 17.193 pasien baru dan pada tahun 2015 meningkat
menjadi 30.554 pasien aktif dengan 21.050 pasien baru (PERNEFRI, 2015).
tahun 2013 didapatkan angka prevalensi untuk penyakit GGK pada penduduk
1
pada tahap akhir, dimana sudah terbentuk fibrosis pada ginjal. Pada tahap
fibrosis ini, fungsi fisiologis ginjal akan mengalami penurunan dan berakhir
menjadi End Stage Renal Disease (ESRD) (Cao, Wang and Harris, 2014).
ESRD juga ditandai dengan terbentuknya fibrosis ginjal terutama pada daerah
pada matriks (Kamata et al., 2015). Proses terjadinya fibrosis ginjal dapat
dipahami melalui tingkat seluler yaitu respon dari sel (Putra, Arfian and
Budiharjo, 2017).
dihindari. Secara alamiah, semua fungsi organ tubuh termasuk ginjal akan
multivariat pada sebuah studi kasus di empat rumah sakit di Jakarta tahun 2014
minuman kopi, teh, dan coklat, serta kebiasaan minum jamu pegal linu atau
pelangsing juga dapat dimasukkan sebagai faktor lain terjadinya GGK, tetapi
tidak terbukti secara statistik (Delima et al., 2017). Hal ini menunjukkan bahwa
pola makan sehari-hari dapat mempengaruhi angka kejadian GGK. Selain itu,
MSG atau yang lebih dikenal dengan produk vetsin adalah zat aditif pada
Sirajuddin and Zakaria, 2014). MSG telah dikonsumsi secara luas di seluruh
2
dunia sebagai penambah rasa untuk makanan olahan ataupun masakan Asia
studi preklinik pada hewan coba menunjukkan bahwa MSG bersifat toksik
terhadap berbagai macam organ seperti hati, otak, pankreas dan ginjal (Henry-
konsumsi MSG jangka panjang dan stress oksidatif, adalah penyebab utama
mengandung polifenol efektif untuk mencegah kerusakan pada hati, ginjal, dan
otak tikus yang diinduksi MSG (Ugur I et al., 2016). Penggunaan tanaman yang
dimanfaatkan dari kemangi adalah daunnya. Ekstrak daun kemangi sebagai anti
preklinik pada kelompok tikus yang diberikan ekstrak daun kemangi dosis
dapat mempengaruhi profil penanda ginjal, yaitu ureum dan kreatinin (Ali et
al., 2017). Ekstrak daun kemangi juga tidak berefek toksik pada hasil
3
pemeriksaan biokimia dan histopatologi ginjal dan hepar sehingga berpotensi
akibat stress oksidatif yang disebabkan oleh konsumsi MSG berlebih serta
efek ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum basilicum) terhadap cedera tubulus
B. Rumusan Masalah
dapat menurunkan skor cedera tubulus pada ginjal tikus putih Wistar (Rattus
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
(Ocimum basilicum L.) terhadap skor cedera tubulus pada ginjal tikus
2. Tujuan Khusus
mg/kgBB, dan 700 mg/kgBB terhadap skor cedera tubulus pada ginjal
4
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
ginjal.
2. Bagi Masyakarat
3. Bagi Institusi
Penelitian ini sesuai dengan visi dan misi dari Fakultas Kedokteran
kedokteran herbal.
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian penelitian
5
strain
Wistar) yang
Diinduksi
Monosodium
Glutamate
(MSG)
6
Setelah mg/kgBB dan 40 ginjal yang pemberian
Pemberian mg/kgBB selama berbeda pada meloksikam
Meloksikam 1, 3 , dan 5 hari. pemberian dosis toksik,
Dosis Toksik meloksikam sementara
dengan dosis peneliti
berbeda. menggunakan
ekstrak etanol
daun kemangi
dosis
bertingkat.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Ginjal
a. Embriologi ginjal
(fibroblast growth factor receptor 2), WT-1 (Wilms tumor 1), FGF-8
8
pada akhir minggu keempat perkembangan janin (Sadler T. W.,
2015).
terletak lebih inferior atau rendah dari ginjal kiri. Hal ini disebabkan
terkencil ginjal yang disebut nefron. Setiap nefron terdiri dari renal
secara selektif. Fungsi vital ginjal dicapai dengan filtrasi plasma darah
9
terlarut dan air dalam jumlah yang sesuai di sepanjang tubulus ginjal.
Kelebihan zat terlarut dan air akan diekskresikan keluar tubuh dalam
yaitu :
10
Kerja ginjal yang berperan cukup penting dalam pengaturan
pertama dalam produksi urin. Air dan zat terlarut (solutes) dalam
tubulule.
sel tubulus mengabsorbsi 99% air filtrat dan zat terlarut yang
11
material lain, seperti sampah, obat dan ion-ion yang berlebihan
c. Histologi Ginjal
dan fungsi yang sama. Hal ini dapat menunjukkan bahwa kerja ginjal
adalah jumlah total dari fungsi semua nefron tersebut (Price dan
12
anion organik. (c). Filtration slit atau celah filtrat podosit yang
13
pelepasan renin dan mengontrol volume cairan ekstraseluler dan
renin.
2014).
14
segmen tebal asenden. Ansa henle berperan pada proses retensi
terjadi proses reabsorbsi dan sekresi dari zat terlarut. Epitel yang
2014).
duct)
15
Gambar 2.4 Histologi medulla ginjal (Junqueira and Carneiro, 2014)
d. Penyakit Tubulointerstisial
16
Mekanisme fibrosis ginjal melibatkan berbagai respon seluler,
destruksi pada sel epitel tubulus (Putra, Arfian and Budiharjo, 2017).
2014).
17
2. Monosodium Glutamate (MSG)
glutamat, sebuah asam amino non esensial yang berada di hampir setiap
menguji efek metabolik dan toksik dari pemberian MSG kronik, dan
pentanoate . Sifat fisika dan kimia MSG dapat dilihat pada Tabel 2.1.
membuat rasa makanan menjadi lebih lezat yang disebut rasa umami atau
gurih. MSG yang masuk kedalam tubuh, akan terurai menjadi natrium dan
2014).
18
Gambar 2.5 Struktur kimia Monosodium glutamate (MSG) (Maluly,
Arisseto-Bragotto and Reyes, 2017).
ginjal tikus yang diinduksi MSG (Sari, 2018). Terjadinya stress oksidatif
glutathione (GSH) dan lainnya (Meng et al., 2015) yang terdapat di ginjal,
sehingga terjadi oksidasi lipid, protein, DNA, RNA, dan cedera sel
Kingdom : Animalia
19
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Subkelas : Theria
Ordo : Rodensia
Subordo : Sciurognathi
Famili : Muridae
Subfamili : Murinae
Genus : Rattus
(Maula, 2014)
Rattus sp. atau tikus adalah binatang pengerat yang banyak digunakan
putih. Berat tikus yaitu sekitar 150-600 gram, berhidung tumpul dan badan
besar, dengan panjang badan mencapai 18-25 cm. Kepala dan badan tikus
lebih pendek dari ekornya. Ekor tikus pun berukuran kecil, yaitu pada
fisiologi yang mirip dengan manusia. Hampir seluruh tikus domestik dan
laboratorium berasal dari satu spesies tikus, yaitu tikus Norwegia (Rattus
norvegicus) dengan berbagai galur seperti Sprague Dawley, Long Evans dan
20
Wistar. Tikus dengan galur yang berbeda akan menunjukkan sensitivitas
histopatologis yang bisa muncul, baik melalui penuaan ataupun pada usia
lebih sering pada tikus jantan karena terpengaruh pada diet tinggi protein,
a. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
21
Subkelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Keluarga : Lamiaceae
Genus : Ocimum
b. Morfologi
6-10 bunga. Warna kelopaknya putih, merah muda atau keunguan dan
coklat tua sampai hitam, batang halus berwarna hijau dengan tebal 6
22
Gambar 2.6. Tanaman Ocimum Basilicum (Ismawan, 2016)
Tanaman ini tumbuh pada habitat gurun dan berbukit-bukit. Selain itu,
dan warna daun (hijau sampai ungu tua), warna bunga (putih, merah,
nila atau ungu), bentuk dan tinggi tanaman, serta aroma dan waktu
basil, Purple basil (A), Purple basil (B) and Purple basil (C) (Varga
et al., 2017)
23
c. Kandungan kimia
ρ-cymene 1.03
1,8-cineole 12.28
Linalool 64.35
α-terpineol 1.64
Eugenol 3.21
germacrene-D 2.07
Apriliana, 2016)
24
Senyawa fenol terutama flavanoid merupakan komponen kimia
pelarut air yang diasamkan dengan asam asetat dan etanol yang
d. Efek farmakologi
25
ul-Bariyah, Ahmed and Ikram, 2012). Tanaman ini juga telah
2017), dan melawan efek toksik pada renal (Ali et al., 2017).
biologis yang disimpan atau diarsipkan. BBT diperoleh dari penelitian atau
26
BBT yang sering digunakan diantaranya, darah, jaringan (dari
tulang, air susu, feses, dsb. BBT tersebut akan melewati 3 (tiga) tahap yaitu
oleh praktisi terampil. Hal yang harus diperhatikan yaitu jarak waktu
dan penurunan kualitas pada RNA spesimen. Suhu yang digunakan untuk
penyimpanan jaringan segar yaitu 0-4oC dan 18-20oC dalam bentuk blok
27
B. Kerangka Teori
MSG
Natrium Glutamate
Ekstrak etanol
daun kemangi α-ketoglutarate,
Siklus TCA ↑
Succinyl-CoA,
Succinate
Flavonoid
α-KGDH ↑
Antioksidan Eksogen ↑
Pengaktifan Limfosit T
nefritogenik
Keterangan :
: Menghambat : Diteliti
: Mengakibatkan : Menurunkan
: Meningkatkan
28
C. Kerangka Konsep
Variabel Terikat:
Skor cedera tubulus ginjal
D. Hipotesis
menurunkan skor cedera tubulus pada ginjal tikus putih (Rattus norvegicus)
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
kelompok perlakuan.
2. Tempat Pelaksanaan
1. Populasi
galur Wistar.
30
2. Sampel
telah difiksasi dengan larutan Buffered Neutral Formalin (BNF) 10% yang
sampai Mei 2018. Saat ini BBT diawetkan dalam blok parafin untuk
tubulus.
berikut:
(𝑡 − 1)(𝑛 − 1) ≥ 15
(4 − 1)(𝑛 − 1) ≥ 15
3(𝑛 − 1) ≥ 15
3𝑛 − 3 ≥ 15
3𝑛 ≥ 18
𝑛≥6
t = jumlah perlakuan
31
norvegicus) dengan 1 cadangan tiap kelompok sehingga jumlah seluruh
3. Subjek
BBT yang akan digunakan pada penelitian ini adalah BBT yang telah
memenuhi kriteria inklusi berupa spesimen organ ginjal tikus putih (Rattus
tidak pecah, pewarnaan cukup, tidak ada bagian jaringan yang hilang, dan
tidak terdapat spot hitam pada preparat jaringan. Kriteria eksklusi berupa
2017)
C. Variabel Penelitian
1. Variabel
2. Definisi operasional
32
menggunakan pelarut etanol 96% yang didapat dari PT. Lansida
Yogyakarta.
MSG berupa bubuk kristal putih dengan LD50 19,9 g/kgBB (Inuwa et
al., 2011).
1. Alat Penelitian
a. Alas nekropsi
b. Alumunium foil
33
c. Cetakan parafin
f. Gunting lurus
g. Gunting bengkok
h. Handscoon
i. Jarum fiksator
j. Label
k. Masker
o. Oven
p. Pinset anatomis
q. Pinset chirurgis
r. Scalpel
2. Bahan
a. Spesimen
34
disesuaikan dengan penghitungan sampel yaitu berjumlah 6 untuk 4
kelompok.
Bahan biologi berasal dari tikus yang telah diinduksi MSG dan
kemangi dengan dosis 135, 350, dan 700 mg/kgBB yang berjumlah
28 ekor.
b. Bahan kimia
1) Air
2) Alkohol 80%
3) Alkohol 96%
4) Alkohol asam 1%
5) Entelan
6) Eosin
7) Hematoksilin
10) Parafin
11) Xylol
E. Langkah Penelitian
35
Mengajukan persetujuan etik untuk dilakukannya penelitian kepada
Purwokerto.
adalah:
hari.
hari.
hari.
36
Untuk terminasi hewan coba pada penelitian ini dilakukan
dahulu. Cervical dislocation dilakukan dengan cara meletakan ibu jari dan
jari telunjuk pada kedua sisi leher di dasar tengkorak atau batang lalu
ekor atau kaki belakang dengan cepat ditarik sehingga terjadi pemisahan
pembuatan preparat.
dan direndam terlebih dahulu dalam larutan formalin 10%. Setelah itu,
37
kemudian preparat dimasukkan ke dalam oven selama 1-2 jam pada suhu
60-70°C.
80%, alkohol 96% sebanyak dua kali, dan dijernihkan menggunakan xylol.
perlakuan.
38
F. Alur Penelitian
39
G. Analisis Data
apabila p>0,05. Jika data yang diperoleh terdistribusi normal, maka akan
perlakuan. Apabila data yang diperoleh tidak terdistribusi dengan normal maka
dengan normal maka akan dilakukan analisis non parametrik menggunakan Uji
(Dahlan, 2014)
40
H. Jadwal Penelitian
41
DAFTAR PUSTAKA
42
Harrison : Nefrologi dan Gangguan Asam-Basa. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, pp. 12–19.
Henry-Unaeze, H. N. (2017) Update on food safety of monosodium L-glutamate
(MSG), Pathophysiology, pp. 243–249.
43
Maluly, H. D. B., Arisseto-Bragotto, A. P. and Reyes, F. G. R. (2017) Monosodium
glutamate as a tool to reduce sodium in foodstuffs: Technological and safety
aspects, Food Science and Nutrition, 5(6), pp. 1039–1048.
Maula, I. F. (2014) Uji Antifertilitas Ekstrak Etanol 70% Biji Jarak Pagar (Jtropha
curcas L.) pada Tikus Jantan Galur Sprague Dawley Secara in vivo.
McInnes, E. F. (2014) Wistar and Sprague-Dawley rats, Background Lesions in
Laboratory Animals. Elsevier Ltd.
Meng et al. (2015) TGF-Î2/Smad signaling in renal fibrosis, Frontiers in
Physiology, 6.
Muharani, E. (2016) Pengaruh Pemberian MSG (Monosodium Glutamate) pada
Tikus Sprague-Dowley Betina Usia Reproduktif selama 2 minggu terhadap
Kadar Enzim Penanda Kerusakan Sel Hati.
Paulsen, F. et al. (2015) Sobotta Lehrbuch Anatomie, Sobotta.
Pedro, A. C. et al. (2016) Extraction of bioactive compounds and free radical
scavenging activity of purple basil ( Ocimum basilicum L .) leaf extracts as
affected by temperature and time, 88, pp. 1–14.
PERNEFRI (2015) Report of Indonesian Renal Registry: Program Indonesian
Renal Regestry (IRR), Indonesian Renal Registry.
Price, S. and Wilson, L. (2015) Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6.
Putra, R. A. N., Arfian, N. and Budiharjo, S. (2017) Pengaruh Pemberian Vitamin
D Aktif pada Mencit Jantan dengan Unilateral Ureteral Obstruction, Kajian
terhadap Cedera Tubulus, Jumlah Makrofag M1 & M2, serta Jumlah
Myofibroblast, pp. 1–3.
Putri, G. S. S. (2018) Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum basilicum)
terhadap Kadar Ureum dan Kreatinin pada Tikus Putih Galur Wistar (Rattus
norvegicus strain Wistar) yang Diinduksi Monosodium Glutamate (MSG),
[Skripsi] Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Purwokerto. pp. 1–76.
Rennke, H. G. and Denker, B. M. (2014) Renal Pathophysiology : The Essential.
Fourth. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Riskesdas (2013) Riset Kesehatan Dasar 2013, Riset Kesehatan Dasar.
Rodrigues, L. B. et al. (2016) Anti-inflammatory activity of the essential oil
obtained from Ocimum basilicum complexed with β-cyclodextrin (β-CD) in
mice, Food and Chemical Toxicology. Elsevier Ltd.
Sadler T. W. (2015) Langmans Medical Embryology. Wolters Kluwer.
44
Sari, Y. E. S. (2018) Gambaran Histologi Ginjal Tikus Wistar Yang Terpapar MSG
Setelah Perlakuan Diberikan Jus Tomat Dan Diberhentikan Perlakuan Saja,
1(2), pp. 62–69.
Sharma, A. et al. (2014) Proteomic analysis of kidney in rats chronically exposed
to monosodium glutamate, PloS one, 9(12), p. e116233.
Sharma, A. (2015) Monosodium glutamate-induced oxidative kidney damage and
possible mechanisms: A mini-review, Journal of Biomedical Science. Journal
of Biomedical Science, 22(1), pp. 1–6.
Sherwood, L. (2014) Fisiologi manusia : dari sel ke sistem edisi 8, in Polish Journal
of Surgery, pp. 675–693.
Sudoyo, A. W. et al. (2014) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2, Interna
Publishing.
Teofilović, B. et al. (2017) Experimental and chemometric study of antioxidant
capacity of basil (Ocimum basilicum) extracts, Industrial Crops and
Products, 100, pp. 176–182.
Tortora, G. J. and Derrickson, B. (2014) Principles of Anatomy and Physiology,
Wiley.
Ugur I, C. et al. (2016) The Effects of Monosodium Glutamate and Tannic Acid on
Adult Rats, Iran Red.Crescent.Med.J., 18(2074–1804 (Print)), p. e37912.
Varga, F. et al. (2017) Morphological and biochemical intraspecific
characterization of Ocimum basilicum L., Industrial Crops and Products.
Vaught, J. B. and Henderson, M. K. (2011) Biological sample collection,
processing, storage and information management., IARC scientific
publications, (163), pp. 23–42.
Vincent, A., Trianto, H. F. and Ilmiawan, M. I. (2014) Pengaruh Pajanan
Monosodium Glutamat terhadap Histologi Duodenum Tikus Putih, pp. 1–7.
Widyalita, E., Sirajuddin, S. and Zakaria (2014) Analysis of Monosodium
Glutamate ( MSG ) in Street Food at SD Lariangbangi Complex in Makassar,
pp. 1–8.
Yu, A. S. L. and Brenner, B. M. (2013) Penyakit Tubulointerstisial Ginjal, in
Harrison : Nefrologi dan Gangguan Asam-Basa. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, pp. 182–187.
45