Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Early Childhood Education is a vehicle of education that is very fundamental in providing the basic
framework for the formation and development of basic knowledge, attitude and skills in children. Given
that Indonesia is a country with a diversity of cultures, multicultural education is the answer to many
different backgrounds. Early-based early childhood education needs to be grown from an early age so that
the future of society can be well ordered in accordance with the ideals of humanity in accordance with the
culture of society. Multicultural education builds on existing cultural diversity, becoming a worldview that
sees the world as the basis for the diversity of society and a part of life that bridges the various ethnic,
religious and cultural life.
ABSTRAK
Pendidikan Anak Usia Dini adalah merupakan wahana pendidikan yang sangat fundamental dalam
memberikan kerangka dasar terbentuk dan berkembangnya dasar-dasar pengetahuan, sikap dan
keterampilan pada anak. Mengingat Indonesia adalah negara yang memiliki keragaman budaya, maka
pendidikan multikultural adalah jawaban atas berbagai latar belakang perbedaan itu. Pendidikan anak usia
dini berbasis multikultural perlu ditumbuhkembangkan sejak dini sehingga masa depan masyarakat dapat
tertata dengan baik sesuai dengan cita-cita kemanusiaan sesuai dengan kultur masyarakat. Pendidikan
multikultural membangun keragaman budaya yang ada, menjadi suatu cara pandang yang melihat dunia
sebagai basis bagi keragaman masyarakat dan menjadi bagian kehidupan yang menjembatani berbagai
etnis, agama dan budaya dalam kehidupan.
1
Dipresentasikan dalam seminar karya Ilmiah Dosen Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN
Ambon
2
Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1990), h. 204.
3
Abdul Rahman Saleh, Pendidkan Agama & Pembangunan Watak Bangsa (Ed. 1. Cet. I, Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 2005), h. 2.
4
Republik Indonesia, Undang-Undang RI, No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Cet. IV; Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h. 2.
sehingga seseorang bisa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku
yang sesuai dengan kebutuhan.5
Menurut Langeveld dalam Burhanuddin Salim mengatakan bahwa pendidikan
adalah suatu bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum
dewasa untuk mencapai kedewasaan.6 Sedangkan pengertian pendidikan menurut Kihajar
Dewantara dalam Abdul Rahman Saleh menyatakan bahwa pendidikan itu menuntut
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai
anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-
tingginya.7
Dalam bahasa Arab istilah pendidikan dikenal dengan kata tarbiyah, yang berakar
dari tiga kata rabba-yarbu, artinya bertambah atau memelihara. dengan kata kerjanya
rabba-yurabbi-tarbiyatan al-ta’lim dan ta’dib, yang berarti mengasuh, mendidik, dan
memelihara.8Beberapa pengertian tersebut memiliki arti yang berbeda sesuai dengan
penggunaan istilah tersrebut. Namun pada hakikatnya semua istilah tersebut lebih
cenderung berkonotasi pada aspek pendidikan secara umum.
Adapun pendidikan anak usia dini adalah merupakan wahana pendidikan yang
sangat fundamental dalam memberikan kerangka dasar terbentuk dan berkembangnya
dasar-dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan pada anak. Keberhasilan proses
pendidikan pada masa dini tersebut menjadi dasar untuk proses pendidikan.9 Dalam
proses ini maka dibutuhkan karakter manusia yang adil sehingga untuk mewujudkan cita-
cita tersebut dibutuhkan adanya dukungan berbagai pihak di luar lembaga pendidikan
antara lain wali murid dan lembaga pemerintah yang terkait dengan isu-isu tersebut.10
Dalam Undang-Undang Sisdiknas pasal 1 ayat 14 Tahun 2013 disebutkan bahwa
Pendidikan Anak Usia Dini adalah merupakan upaya pembinaan yang ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
stimulus pendidikan agar membantu perkembangan, pertumbuhan baik jasmani maupun
ruhani sehingga anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan yang lebih lanjut.11 Jika
menelusuri pendidikan di Indonesia maka Pendidikan Anak Usia Dini dianggap sebagai
cermin dari suatu tatanan masyarakat, tetapi juga ada pandangan yang mengemukakan
bahwa sikap dan perilaku suatu masyarakat dipandang sebagai suatu keberhasilan
ataupun sebagai suatu kegagalan dalam pendidikan. Keberhasilan pendidikan tergantung
kepada pendidikan anak usia dini karena jika pelaksanaan pendidikan pada anak usia dini
baik, maka proses pendidikan pada anak usia remaja, usia dewasa anak baik pula.12
Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar yang dilakukan oleh oleh seseorang atau kelompok dengan sengaja
untuk menyiapkan sumber daya manusia menuju kedewasan berfikir dan bertindak sesuai
5
Muhibbin Syah, Psikologi dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010),
h. 10.
6
Burhanudin Salim, Pengantar Pedagogik; Dasar Ilomu mendidik (Jakarta: Rineka Cipta, 1997),
h. 3-4.
7
Abdil Rahman Saleh, Pendidikan Agama,, op. cit. h. 3.
8
A. Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir (Cet. I. Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku-buku
Ilmiah Keagamaan, 1984), h. 504.
9
Ashak Abdulhak, Memposisikan Pendidikan Anak Usia Dini dalam Sistem Pendidikan Nasional,
Buletin PAUD, Jurnal Ilmiah Anak Usia Dini, Edisi 03 Desember 2006 (Jakarta: PAUD, Dirjen, PLSP,
Depdiknas, 2007), h. 52.
10
Siti Malaiha Dewi, Pengembangan Model Pembelajaran Responsif Gender di PAUD AININA
Mejobo Kudus, (Jurnal Thufula, STAIN Kudus, Vol. 1, Nomor 1, Juli-Desember 2013), h. 133.
11
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional.
12
Mursid, Belajar dan Pembelajaran PAUD (Cet. I; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), h. 16.
dengan etika yang berlaku di masyarakat. Oleh karena itu jika pendidikan tersebut
diarahkan kepada tujuan agama akan melahirkan manusia-manusia yang memiliki
kedewasaan berfikir sesuai dengan tuntunan syariat Islam.
Dengan demikian sesuai dengan visi dari pembangunan nasional adalah untuk
memperkuat jati diri dan kepribadian manusia, masyarakat dan bangsa Indonesia dalam
suasana yang demokratis, tenteram dan damai. Visi tersebut dimaksudkan dalam rangka
mewujudkan masyarakat Indonesia baru, yaitu masyarakat yang ; (1) damai, (2)
demokratis, (3) mengakui hak azasi manusia, (4) sadar hukum, (5) berkeadilan, 6)
berdaya saing, dan (7) sejahtera. Visi masyarakat Indonesia baru tersebut dituangkan
dalam bidang pendidikan, yaitu mengembangkan kualitas manusia, yaitu manusia yang:
(1) beriman, (2) bertakwa, (3) berakhlak mulia, (4) demokratis, (5) kreatif, (6) inovatif,
(7) berwawasan kebangsaan, (8) cerdas, (9) berdisiplin, (10) bertangggung jawab, dan
(11) menguasai iptek.
Dengan visi dan misi dalam mewujudkan masyarakat Indonesia baru terwujud
menunjukkan betapa pentingnya peranan pendidikan anak sejak masa balita dalam
mendesain dan mengembangkan nilai-nilai baru yang diinginkan, sehingga dalam
memasuki kehidupan global yang penuh persaingan diperlukan peninjauan kembali
praktik pendidikan yang sedang di jalani selama ini. Untuk itu diperlukan perumusan
kembali paradigma-paradigma baru yang sesuai dengan tuntutan dinamika perkembangan
masyarakat, dalam melihat prospek pendidikan anak usia dini tersebut.
Melihat fenomena kemajuan yang dicapai dunia dewasa ini, maka pendidikan anak
usia dini sangat penting untuk dibicarakan. Mengingat gelombang demokrasi menuntut
pengakuan perbedaan dalam tubuh bangsa Indonesia yang sarat dengan nilai-nilai
multikultural, menuntut agar penataan pendidikan diperlukan juga satu tatanan
pendidikan yang berbasis multikultural. Oleh sebab itu, pendidikan multikultural adalah
jawaban atas beberapa probelamtika kemajemukan bangsa Indonesia dewasa ini.
Pendidikan dibutuhkan untuk mengenalkan keragaman agama, suku, bahasa dan budaya
negeri ini. Hal ini lantaran pendidikan menyediakan ruang bagi penanaman dan
pengimplementasian nilai-nilai etika dan kebajikan yang dapat merespon setiap
perbedaan dalam keanekaragaman. Pendidikan bukan semata-mata transfer of khowledge
saja, tetapi juga transfer of values. Transfer of values dimaksudkan pewarisan nilai-nilai
etis-religius-humanis dari generasi terdahulu kepada generasi berikutnya. Maka
diharapkan lewat institusi tersebut dapat mengatasi dan meminimalisir timbulnya
berbagai perbedaan dan keragaman etnik dan budaya.
Institusi pendidikan mempunyai peran besar dalam membentuk karakter individu-
individu peserta didik secara klasikal. Institusi pendidikan diharapkan mampu menjadi
guiding light bagi generasi muda penerus bangsa. Di tengah masyarakat Indonesia yang
majemuk, salah satu tugas utama lembaga pendidikan (sekolah dan Perguruan Tinggi)
yang strategis dan mendesak adalah menanamkan sikap toleran dan inklusif sehingga
relasi antar kelompok yang majemuk dapat terjalin secara harmonis dan damai. Sikap
toleran dan inklusif dalam menghadapi multukultural harus dipandang sebagai salah satu
indikator dari akhlak atau budi pekerti luhur. Salah satu prasyarat bagi terwujudnya
hubungan antar kelompok yang lebih harmonis adalah menghilangkan prasangka negatif
terhadap kelompok lain. Institusi pendidikan dapat membantu mengurangi prasangka
antar kelompok ini dengan menerapkan pendidikan yang menyantuni yakni pendidikan
multikultural.13 Dengan demikian maka kajian ini difokuskan pada pendidikan anak usia
dini berbasis multikultural. Dalam makalah ini juga akan dijelaskan pentingnya konsep
multikultural dalam masyarakat untuk membangun persaudaraan dalam bingkai
kebersamaan yang aman dan damai.
B. Pengertian Mutikultural
Kata multikutural berasal dari bahasa Inggris multicultural, multi artinya banyak
sedangkan cultur artinya kebudayaan14. Istilah ini dalam Oxford Advanced Learner’s
Dictionary adalah for of including people of several differents races, religions, languages
or national tradition, multicultural education.15 Pengertian ini sejalan dengan pendapat
Atho Mudzhar yang menyatakan bahwa mutikultural adalah suatu konsep yang menunjuk
kepada suatu masyarakat yang mengedepankan pluralisme budaya.16 Budaya adalah
istilah yang menunjukan semua aspek simbolik dan yang dapat dipelajari tentang
masyarakat manusia, termasuk kepercayaan, seni, pendidikan, adat istiadat, moralitas,
dan hukum.
Secara hakiki dalam multikultural ini terkandung pengakuan akan martabat
manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaan masing-masing yang unik.
Dengan demikian, setiap individu merasa dihargai sekaligus merasa bertanggung jawab
untuk hidup bersama komunitasnya. Pengingkaran suatu masyarakat terhadap kebutuhan
untuk diakui (politics of recognition) merupakan akar dari segala ketimpangan dalam
berbagai bidang kehidupan.17
Menurut Benyamin S. Bloom sebagaimana dikutip oleh Atmadja memberikan
penjelasan bahwa multikulturalisme meliputi sebuah pemahaman, penghargaan dan
penilaian atas budaya seseorang dan sebuah penghormatan dan keingintahuan tentang
budaya etnis orang lain. Artinya meliputi sebuah penilaian terhadap kebudayaan-
kebudayaan orang lain, bukan dalam arti menyetujui seluruh aspek dari kebudayaan-
kebudayaan tersebut, melainkan mencoba melihat bagaimana kebudayaan tertentu dapat
mengekspresikan nilai bagi anggota-anggotanya sendiri.18
Multikultural akan menjadi pengikat jembatan yang mengakomodasi perbedaan-
perbedaan termasuk perbedaan kebangsaan dan suku bangsa dalam masyarakat yang
multikultural. Konsep multikultural mengkaji berbagai permasalahan yang mendukung
ideologi, politik, demokrasi, keadilan, penegakkan hukum, kesempatan kerja dan usaha,
hak asasi manusia, hak budaya komuniti dan golongan minoritas, prinsip-prinsip etika
dan moral, tingkat serta mutu produktifitas serta berbagai konsep lainnya yang lebih
relevan. Konsep ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Bloom bahwa
multkulturalisme meliputi sebuah pemahaman, penghargaan dan penilaian atas budaya
seseorang dan sebuah penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain.
Artinya, meliputi sebuah penilaian terhadap kebudayaan orang lain, bukan dalam arti
menyetujui seluruh aspek dari kebudyaan-kebudayaan tersebut, melainkan mencoba
13
Pendidikan Multikukltural dalam Konteks Indonesia, http:www.wahana-
kebangsaan.org/index.php?option=com content&task=view&id=36&Itemid=33. Diakses tanggal 24 Juli
2016.
14
Chairul Mahfud, h. 75.
15
Oxford Advanced Lerner’s Dictionary (International New Student Tradition, 2009), 764.
16
Atho Mudzhar, Tantangan Kontribusi Agama dalam Mewujudkan Multikulturalisme di
Indonesia, dalam Jurnal Multikutural dan Multireligius, Vol. III, Nomor 9, Janurai Maret 2004), h. 10.
17
Chairul Mahfud, Pendidikan Multikutural (Cet, III; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 75.
18
Rahmawaty Rahim, Signifikansi Pendidikan Multikultural Tehadap Kelompok Etnis Minoritas,
(Jurnal Analisis, Vol. XII, Nomor 1, Juni 2012), h. 165.
19
Mely G. Tan, Agama dan Hubungan antar Etnis di Indonesia, dalam Jurnal Multikultural dan
Multireligius, Vol. III, Nomor 9 Januari-Maret 2004), h. 9.
20
Rahmawaty Rahim, Signifikansi Pendidikan Multikultural Tehadap Kelompok Etnis Minoritas,
(Jurnal Analisis, Vol. XII, Nomor 1, Juni 2012), h. 165.
21
Rahmawaty Rahim, Signifikansi Pendidikan Multikultural Terhadap Kelompok Minoritas,
dalam (Jurnal Analisis, Vol, XII, Nomor 1 Juni 2012), h. 163.
22
Richard, J. And Griffon Sanders, Pluralism and Horizon (Grand Rapids: Wlliam B. Eedmans
publishing Company, 1993), h. 168.
23
Ainurrafiq Dawam, Emoh Sekolah (Yogyakarta: Inspeal Ahimsa Karya Press, 2003), h. 17.
24
Musa asy’arie, Pendidikan Multikultural dan Konflik Bangsa,http://www.
Idiomachino.com.google.htm.
25
Chorul Mahfud, Pendidikan Multikultural (Cet. III. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 176.
26
Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural (Cet. III. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 180.
27
Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural (Cet. III. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. Viii.
28
John Sealy, Religious Education Philosophical Perpective (London: George Allen & Unwin:
1986), h.44.
Itu artinya, pendidikan agama pada prinsipnya juga ikut andil dan memainkan peranan
yang sangat besar dalam menumbuh-kembangkan sikap-sikap pluralitas dalam diri
peserta didik. Apalagi jika mencermati pernyataan Alex R. Rodger bahwa pendidikan
agama merupakan bagian integral dari pendidikan pada umumnya dan berfungsi untuk
membantu perkembangan bagi orang-orang yang berbeda iman, sekaligus juga untuk
memperkuat ortodoksi keimanan bagi mereka.29 Pandangan dari tokoh tersebut
mengindikasikan bahwa untuk mengembangkan sikap yang terbuka maka jalan yang
ditempuh melalui jalur pendidikan agama yang diberikan kepada peserta didik adalah
dengan menumbuhkan sikap keterbukaan dengan menyadari keberagaman sebagai
karunia Allah Swt, yang patut dihargai.
Dalam konteks teoretis, belajar dari model-model pendidikan multikultural yang
pernah ada dan sedang dikembangkan oleh-negara-negara maju, dikenal lima pendekatan,
yaitu: pertama, pendidikan mengenai perbedaan kebudayaan atau multikulturalisme,
kedua, pendidikan mengenai perbedaan kebudayaan atau pemahaman kebudayaan,
ketiga, pendidikan bagi pluralisme kebudayaan, keempat, pendidikan dwi-budaya,
kelima, pendidikan multikultural sebagai pengalaman moral manusia.30
Konsep pendidikan multikultural di negara maju seperti Amerika dan Kanada
menganut konsep demokratis. Hal ini dilakukan pada prinsipnya untuk melenyapkan
diskriminasi rasial antara orang kulit putih dan kulit hitam, yang bertujuan untuk
memajukan dan memelihara integritas nasional. Pendidikan multikultural tersebut
mengakui adanya keragaman etnik dan budaya masyarakat suatu bangsa dengan konsep
tentang pluralitas yang berbeda-beda, mulai dari melting pot sampai multikulturalisme.
Sejak kedatangan berbagai bangsa mendiami Amerika menjadikan mereka menjadi
bangsa yang multi-budaya, maka pasca kemerdekaaan Amerika pada tanggal 4 Juli 1776
mereka baru menyadari bahwa masyarakatnya terdiri dari berbagai ras dan asal negara
yang berbeda. Oleh karena itu dalam hal ini Amerika mencoba mencari terobosan baru,
yaitu dengan menempuh strategi menjadikan sekolah sebagai pusat sosialisasi dan
pembudayaan nilai-nilai baru yang dicita-citakan. Atau dalam bahasa lain lembaga
pendidikan sebagai medium transformasi budaya.
Melalui pedekatan inilah, dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi, di Amerika
Serikat berhasil membentuk bangsanya yang dalam perkembangannya melampaui
masyarakat induknya yaitu Eropa. Kaitannya dengan nilai-nilai kebudayaan yang perlu
diwariskan dan dikembangkan melalui sistem pendidikan pada suatu masyarakat, maka
Amerika Serikat memakai sistem demokrasi dalam pendidikan yang dipelopori oleh John
Dewey. Intinya, toleransi tidak hanya diperuntukkan bagi kepentingan bersama, tetapi
juga menghargai kepercayaan dan berinteraksi dengan anggota masyarakat.31
Dalam konteks pendidikan di Indonesia, pendidikan multikutral relatif baru dikenal
sebagai suatu pendekatan yang dianggap lebih sesuai bagi masyarakat Indonesia yang
heterogen, terlebih pada masa otonomi dan desentralisasi. Pendidikan multikultural yang
dikembangkan di saat ini sejalan dengan pengembangan demokrasi yang dijalankan
sebagai counter terhadap kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah. Apabila hal itu
dilaksanakan dengan tidak berhati-hati justru akan menjerumuskan bangsa ke dalam
perpecahan nasional. Menurut Azyumardi Azra, pada level nasional, berakhirnya
sentralisme kekuasaan yang pada masa orde baru memaksakan “monokulturalisme” yang
nyaris seragam, memunculkan reaksi balik, yang bukan tidak mengandung implikasi-
29
Alex R. Rodger, Educational and faith in open Society (britain: The handel Press, 1982), h. 61.
30
Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, h. 180.
31
Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, h. 182.
32
Kasinyo Harto, Model Pendidikan Agama islam Berbasis Multikultural (Cet. III; Palembang:
Excelent Publishing, 2014), h. 58-59.
33
Kasinyo harto, Model Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikultural, h. 58.
34
B. Suryosubroto, Berapa Aspek Dasar-Dasar Kependidkan (Edisi Revisi; Jakarta: Rineka Cipta;
2002), h. 2.
lembaga, dan kebanyakan lembaga PAUD dari sekian banyak jumlah tersebut sebagian
besar belum terakreditasi.
Yang termasuk dalam PAUD non formal adalah Kelompok Bermain, Tempat
Penitipan Anak (TPA), Satuan Paud Sejenis (SPS) misalnya Sekolah Minggu, Pengajian
Al-Qur’an dan lain-lain, serta Pos PAUD seperti Posyandu, Bina Keluarga Balita (BKB)
dan PAUD. Demikian keterangan Kepala Seksi Mutu PAUD dan Pendidikan Masyarakat
(Dikmas) Dinas Pendidikan dan Olahraga (Dikor) Kota Ambon.35
Menurutnya, 89 lembaga TK di Kota Ambon sudah terakreditasi dan 16 lembaga PAUD
non formal juga sudah terakreditasi. Mereka harus didampingi terus guna meningkatkan
pelayanan. Sesuai target, dalam tahun 2017 ini 54 lembaga PAUD non formal di dorong
untuk terakreditasi, karena lembaga yang dapat mengakses bantuan Pemerintah kalau
sudah terakreditasi. Sedangkan secara kualitas banyak pelatihan yang diadakan guna
menunjang penyempurnaan kegiatan pembelajaran yang ada.36
Jika diperhatikan dengan kualitas jumlah PAUD tersebut dapat di katakan bahwa
pendidikan anak usia dini sesungguhnya bertujuan untuk membina calon-calon peserta
didik sejak dari awal sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang dapat memahami
konsep pendidikan yang diharapkan. Pendidikan tersebut dilakukan sejak anak lahir,
bahkan dalam teori pendidikan agama Islam dinyatakan bahwa proses pendidikan
tersebut dilakukan sejak anak masih berada di dalam kandungan ibu, dalam bentuk
pembelajaran yang terpadu, sehingga semua aspek dari kehidupan kesehariannya dapat
membentuk karakter anak ketika di dilahirkan.
Anak yang dididik sejak mulai dari dalam kandungan dapat menerima respon
positif dari lingkungan dimana dia berada, sehingga pembentukan tersebut menjadi
indikator apabila dia terlahir nanti. Oleh karena itu maka proses pendekatan multikultural
kepada peserta didik ketika dia masih berada di dalam kandungan akan sangat
menentukan cikal bakal anak yang berkualitas nanti apabila anak tersebut telah diajarkan
bagaimana memahami kondisi sosial dalam kehidupan ini. Dengan demikian setiap
respon yang diberikan oleh orang tuanya akan terkoneksi secara langsung kepada setiap
anak. Hal ini sesuai dengan konsep agama yang menuntun manusia bahwa dia diwajibkan
menuntut ilmu sejak dari buaian sampai ke liang lahad nanti.
Pendidikan adalah adalah proses interaksi antara pendidik dan peserta didik atau
lingkungan secara sadar, teratur, terencana, dan sistematis guna membantu
pengembangan potensi peserta didik secara maksimal.37 Pengertian Pendidikan Anak
Usia Dini dalam Undang-Undang Sisdiknas Tahun 2013 sebagaimana telah disebutkan
bahwa pendidikan anak usia dini adalah merupakan upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian stimulus pendidikan agar membantu perkembangan, pertumbuhan baik
jasmani maupun rohani sehingga anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan yang
lebih lanjut.38
Pendidikan anak usia dini ini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan
formal (PAUD, Taman Kanak-kanak, Raudhatul Athfal atau bentuk lain yang sederajat),
jalur pendidikan nonformal (Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak, atau bentuk lain
yang sederajat) dan atau jalur pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
Pendidikan anak usia dini adalah upaya yang dilakukan oleh masyarakat atau pemerintah
35
Jems Selanno, http. www. Google, html. Diakses pada tanggal 29 September 2017.
36
Setiadi Susilo, Pedoman Administrasi PAUD (Cet. I; Jakarta; Bee Media Pustaka, 2016), h. 1.
37
Mursid, Belajar dan Pembelajaran PAUD (Cet. I; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), h. 16.
38
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional.
untuk membantu anak usia dini dalam mengembangkan potensinya secara holistik, baik
aspek pendidikan, gizi, maupun kesehatan.39 Pendidikan anak usia dini adalah suatu
proses pembinaan tumbuh berkembangnya anak usia lahir hingga enam tahun secara
menyeluruh, yang mencakup aspek fisik dan non fisik. Proses pengembangan pendidikan
tersebut dilakukan terintegrasi dalam menunjang proses akulturasi budaya dimana dia
berada sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan cita-cita manusianya.
Proses tumbuh kembang tersebut dilakukan dengan memberikan rangsangan bagi
perkembangan jasmani, rohani (moral spiritual), motorik, akal fikir, emosional, dan sosial
secara optimal. Adapun upaya dilakukan mencakup stimulasi intelektual, pemeliharaan
kesehatan, pemberian nutrisi, dan penyediaan kesempatan yang luas untuk
mengeksplorasi dan belajar secara aktif.40
Dengan demikian dari pandangan yang dikemukakan oleh Mursid tersebut dapatlah
di pahami bahwa pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling mendasar
dan menempati kedudukan sebagai the golden age dan sangat strategis dalam
pengembangan sumber daya manusia. Rentang anak usia dini dari lahir sampai usia enam
tahun adalah usia kritis sekaligus strategis dalam proses pendidikan dan dapat
mempengaruhi proses serta hasil pendidikan seseorang. Itu artinya pada fase ini
merupakan periode kondusif untuk menumbuhkembangkan berbagai kemampuan,
kecerdasan, bakat, kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosio-emosional dan spiritual.
Pendidikan dan perkembangan anak usia dini itu perlu mendapatkan perhatian tidak
hanya setelah anak lahir (postnatal) tetapi pendidikan dan perkembangan itu sudah
dimulai sejak anak masih dalam kandungan, kurang lebih selama sembilan bulan, telah
dapat diselidiki dan dididik melalui ibunya.41 Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa
perilaku-perilku ibu waktu hamil menggambarkan anak dalam kandungan. Jika sang ibu
berperilaku mendidik dirinya dan anaknya dalam kandungan, maka anak yang
dikandungnya sampai lahir ke dunia akan melanjutkan pendidikan dan perkembangannya
dengan baik. Oleh karena itu jika berbicara anak maka harus ditelusuri perkembangannya
sebelum anak itu lahir atau dikenal dengan istilah pranatal atau sebelum kelahiran, yaitu
suatu prakondisi keadaan sebelum melahirkan.42
Pra kondisi ini berkaitan dengan hal-hal atau proses keadaan sebelum melahirkan.
Dengan demikian jika ditelusuri lebih dalam masa prakondisi tersebut dimulai sejak
memilih calon pasangan karena sesungguhnya hal ini akan berkaitan dengan proses
sebelum anak itu dilahirkan. Dirjen Pendidikan Nonformal, Kementerian Pendidikan
Nasional, Hamid menyebutkan pendidikan anak usia dini (PAUD) sangat berperan dalam
upaya mempersiapkan tumbuh kembang anak secara optimal. Sebagai fondasi
pendidikan, PAUD juga mampu meningkatkan partisipasi anak dalam pendidikan.
Mengingat pentingnya PAUD, pemerintah telah menetapkan berbagai kebijakan
dan strategi untuk mengembangkannya. Kebijakan dalam pengembangan PAUD
diarahkan untuk mewujudkan pendidikan berkeadilan, bermutu, dan relevan dengan
kebutuhan masyarakat. Maka konsep pendidikan multikultural menjadi konsep
pendidikan yang sesuai dengan keberadaan masyarakat yang perlu di kembangkan saat
39
Imam Musbikin, Buku Pintar PAUD: Tuntunan Lengkap dan Praktis Para Guru PAUD (Cet. I;
Yogjakarta; Laksana, 2010), h. 36.
40
Mursid, Belajar dan Pembelajaran PAUD, h. 16.
41
Muzayin Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan
Keluarga (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h. 28.
42
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka; 1997), h. 32.
ini. Konsep pendidikan yang diatur berdasarkan kondisi sosiologi masyarakat yang
memahami keadaan dan perkembangan perubahan dunia dewasa ini. Pemerintah
mengusahakan ketersediaan layanan PAUD yang bisa diakses dan terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, pemerintah juga berupaya memberikan jaminan
kepastian setiap anggota masyarakat dalam memperoleh layanan PAUD sebagai bekal
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya,43 yaitu proses pendidikan yang
melayani semua kultur kehidupan masyarakat, dengan tidak membedakan asal usul dari
mana dia berada, dari agama manupun dia. Konsep pendidikan multikultural menurut
Hamid dapat dilihat dalam seminar “Early Children in Education Multiculural
Perpectives: Multicultural Approach in Improving the Quality of Early Childhood
Education”, Hamid mengatakan penyelenggaraan PAUD di Indonesia selain untuk
mengembangkan potensi kecerdasan secara komprehensif dan kreativitas anak, juga
bertujuan untuk mempersiapkan anak mengikuti pendidikan di tingkat selanjutnya yaitu
tingkat kecakapan dan kondisi adat dan tradisi yang berbeda. Oleh karena itu, mulai tahun
ini pengembangan PAUD telah ditetapkan melalui pendekatan holistik integratif. Dalam
hal ini, PAUD yang dimaksud tidak hanya menekankan pada aspek pendidikan semata.
Namun, juga mencakup aspek pelayanan gizi, kesehatan, pengasuhan, serta perlindungan
anak dari berbagai macam masalah yang mendiskriminasi perkembangan anak nanti.
Ditambahkan Hamid, karena bangsa Indonesia terdiri atas multietnik, agama, dan
budaya, kebijakan dalam pengembangan PAUD menghendaki adanya internalisasi nilai-
nilai kearifan budaya lokal ke dalam proses layanan pengasuhan dan perlindungan anak.
Mempersiapkan anak yang berwawasan multikultural sedini mungkin menjadi sangat
penting untuk menjamin pembentukan karakter anak yang toleran dan memiliki
kepercayaan diri sebagai bangsa yang unggul dan bermartabat.
Sementara itu, menurut Supra Wimbarti, staf pengajar Fakultas Psikologi UGM,
mengatakan bahwa pengembangan pendidikan budaya majemuk di tataran PAUD
merupakan suatu kebutuhan yang mendesak untuk segera dilakukan. Pasalnya, kesadaran
akan eksistensi diri telah dimulai saat anak berusia cukup muda. Seiring dengan
pertambahan usia, anak akan mempunyai lingkaran sosial yang semakin besar. Dengan
demikian pengembangan pendidikan dan budaya pendidikan budaya majemuk dikaitkan
dengan pendidikan anak usia dini karena pada masa inilah nilai-nilai dasar kemanusiaan
diletakkan. Menurutnya, pendidikan budaya majemuk dapat diberikan kepada anak
dengan berbagai cara, salah satunya melalui kesenian. Bercerita adalah salah satu wahana
yang cukup ampuh untuk memasukkan nilai-nilai dalam keluarga dan masyarakat.44
Pada pembelajaran PAUD hal yang terpenting adalah proses belajar yang
menumbuhkan anak senang belajar, senang melakukan proses saintis, bukan menekankan
pada penguasaan materi karena penilaian atau assessment pada program anak usia dini
merujuk pada tahap perkembangan. Inilah keunikan kurikulum 2013 Pendidikan Anak
Usia Dini. Namun demikian proses pembelajaran pada anak usia dini yang dilakukan
melalui kegiatan bermain juga memberikan penambahan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan anak yang sesuai dengan Kompetensi Dasar dengan memperhatikan
kemampuan yang sesuai tahap perkembangan anak pada usia tertentu pada umumnya.45
Pendidikan Anak usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak
43
Http.www. google, html. Hamid Muhammad, Fakultas Psikologi UGM, Diakses tanggal 18
September 2017.
44
Http.www. google, html. Supra Wimbarti, diakses tanggal 18 September 2017
45
Http.www. google.html. Fakultas Tarbiyah IAIN Raden intan Lampung, diakses tanggal 29
September 2017.
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan dengan memberi rangsangan
pendidikan untuk mambantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Sebenarnya sudah
menjadi kesepakan bersama untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, salah
satu kebijakan yang digulirkan adalah menumbuhkembangkan PAUD yang merupakan
tanggung jawab bersama antara keluarga, pemerintah dan masyarakat serta pemangku
kepentingan lain. Untuk kepentingan tersebut, diperlukan kesadaran serta program
terpadu yang melibatkan masyarakat dan pemerintah untuk merealisasikan Gerakan
Pendidikan Anak Usia Dini berbasis multikultural.
E. Kesimpulan
1. Konsep Pendidikan Anak usia Dini adalah merupakan bentuk pendidikan yang
dikembangkan dalam membangun masa depan pendidikan dimulai sejak manusia
itu berada dalam kandungan ibunya. Ini menunjukkkan bahwa pendidikan anak usia
dini berbasis multikultural merupakan bentuk pendidikan yang sangat menentukan
dalam mendesain keragaman budaya dan merupakan bentuk pendidikan
multikultural yang diterapkan pada Pendidikan Anak Usia Dini. Oleh karena itu
dalam konteks inilah maka pendidikan Anak Usia Dini menjadi kunci bagi
pengembangan generasi bangsa, maka pendidikan anak usia dini berbasis
multikultural perlu ditumbuhkembangkan sejak dini sehingga masa depan
masyarakat dapat tertata dengan baik sesuai dengan cita-cita kemanusiaan sesuai
dengan kultur masyarakat dan bangsa dewasa ini.
2. Konsep pendidikan multikultural sesungguhnya adalah bentuk pendidikan yang
mengusung keragaman etnik, budaya dan agama dengan tujuan yang dicapai dalam
membangun ide dan gagasan menerapkan strategi dengan membangun keragaman
budaya dalam bingkai kebersamaan. Pendidikan multikultural membangun
keragaman budaya yang ada, menjadi suatu cara pandang yang melihat dunia
sebagai basis bagi keragaman masyarakat dan menjadi bagian kehidupan yang
menjembatani berbagai etnis, agama dan budaya dalam kehidupan yang aman dan
damai dalam bingkai kebersamaan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulhak, Ashak. Memposisikan Pendidikan Anak Usia Dini dalam Sistem Pendidikan
Nasional, Buletin PAUD, Jurnal Ilmiah Anak Usia Dini, Edisi 03 Desember 2006
Jakarta: PAUD, Dirjen, PLSP, Depdiknas, 2007
Arifin, Muzayin. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan
Keluarga Jakarta: Bulan Bintang, 1980
Asy’arie, Musa. Pendidikan Multikultural dan Konflik Bangsa,http://www.
Idiomachino.com.google.htm.
Suryosubroto, Berapa Aspek Dasar-Dasar Kependidkan (Edisi Revisi; Jakarta: Rineka
Cipta; 2002
Dawam, Ainurrafiq. Emoh Sekolah Yogyakarta: Inspeal Ahimsa Karya Press, 2003
Dewi, Siti Malaiha. Pengembangan Model Pembelajaran Responsif Gender di PAUD
AININA Mejobo Kudus, Jurnal Thufula, STAIN Kudus, Vol. 1, Nomor 1, Juli-
Desember 2013
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai
Pustaka; 1997
Harto, Kasinyo. Model Pendidikan Agama islam Berbasis Multikultural (Cet. III;
Palembang: Excelent Publishing, 2014
Http.www. google, html. Hamid Muhammad, Fakultas Psikologi UGM, Diakses tanggal
18 September 2017
Http.www. google, html. Supra Wimbarti, diakses tanggal 18 September 2017
Http.www. google.html. Fakultas Tarbiyah IAIN Raden intan Lampung, diakses tanggal
29 September2017.
Mudzhar, Atho. Tantangan Kontribusi Agama dalam Mewujudkan Multikulturalisme di
Indonesia, dalam Jurnal Multikutural dan Multireligius, Vol. III, Nomor 9, Janurai
Maret 2004
Mahfud, Chairul. Pendidikan Multikutural Cet, III; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009
Mursid, Belajar dan Pembelajaran PAUD Cet. I; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015
Munawwir, A. Warson. Kamus al-Munawwir Cet. I. Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku-
buku Ilmiah Keagamaan, 1984
Musbikin, Imam. Buku Pintar PAUD: Tuntunan Lengkap dan Praktis Para Guru PAUD
Cet. I; Yogjakarta; Laksana, 2010
Oxford Advanced Lerner’s Dictionary International New Student Tradition, 2009
Pendidikan Multikukltural dalam Konteks Indonesia, http:www.wahana-
kebangsaan.org/index.php?option=com content&task=view&id=36&Itemid=33.
Diakses tanggal 24 Juli 2016
Rahim, Rahmawaty. Signifikansi Pendidikan Multikultural Tehadap Kelompok Etnis
Minoritas, Jurnal Analisis, Vol. XII, Nomor 1, Juni 2012
Republik Indonesia, Undang-Undang RI, No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional Cet. IV; Jakarta: Sinar Grafika, 2011
Rodger, Alex R. Educational and faith in open Society britain: The handel Press, 1982
Saleh, Abdul Rahman. Pendidkan Agama & Pembangunan Watak Bangsa Ed. 1. Cet. I,
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005
Syah, Muhibbin. Psikologi dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2010
Salim, Burhanudin, Pengantar Pedagogik; Dasar Ilomu mendidik Jakarta: Rineka Cipta,
1997
Sanders, Richard, J. And Griffon. Pluralism and Horizon Grand Rapids: Wlliam B.
Eedmans publishing Company, 1993
Sealy, John. Religious Education Philosophical Perpective London: George Allen &
Unwin: 1986
Selanno, Jems. http. www. Google, html. Diakses pada tanggal 29 September 2017
Susilo, Setiadi. Pedoman Administrasi PAUD Cet. I; Jakarta; Bee Media Pustaka, 2016
Tan, Mely G. Agama dan Hubungan antar Etnis di Indonesia, dalam Jurnal
Multikultural dan Multireligius, Vol. III, Nomor 9 Januari-Maret 2004
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional.
ABSTRACT
This study discusses the ideas of Ottoman Turkey to modern times. The purpose of this study is to
describe how Ottoman Ottoman thought in the development of thinking in politics. The issues to be
answered in this research are: What is the background of the emergence of Umani Turkish government and
Ottoman Ottoman political ideas. This research is literature research with qualitative-descriptive method
with critical-pilosofis approach.
Based on the results of the study found that the background of the emergence of Ottoman Ottoman
government stems from the repentance of Sultan Ala ad-Din II of Turkey Saljuk Rum Ertoghul who led the
war troops against the Roman army and then won. With this victory, the Sultan Ala ad-Din rewarded the
Erthogul army, an area bordering Byzantium. Then he built the land and extended his territory to
Byzantium. Erthogul had a son named Usman who was born in 1258. It was Usman's name that was taken
as the name of the Ottoman Empire. The Ottoman Turkish political thought included thoughts in the field
of kemeliteran and government, the fields of science and culture, and the religious field.
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang pemikiran Turki Usmani hingga zaman modern. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana pemikiran Turki Usmani dalam pengembangan
pemikiran di bidang politik. Permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: Bagaimana latar
belakang munculnya pemerintahan Turki Umani dan pemikiran-pemikiran politik Turki Usmani. Penelitian
ini adalah penelitian kepustakaan dengan metode kualitatif-deskriptif dengan pendekatan kritis-pilosofis.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa latar belakang munculnya pemerintahan Turki
Usmani bermula dari balas budi Sultan Ala ad-Din II dari Turki Saljuk Rum Ertoghul yang memimpin
pasukan perang melawan tentara Romawi dan kemudian menang. Dengan kemenangan ini, maka Sultan
Ala ad-Din memberi hadiah kepada pasukan Erthogul, sebuah wilayah yang berbatasan dengan Bizantium.
Kemudian ia membangun tanah itu dan mempeluas wilayah kekuasaannya ke Bizantium. Erthogul
mempunyai anak yang bernama Usman yang lahir pada tahun 1258. Nama Usman itulah yang diambil
sebagai nama kerajaan Turki Usmani. Pemeikiran politik Turki Usmani meliputi pemikiran dalam bidang
kemeliteran dan pemerintahan, bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan, dan bidang keagamaan.
A. PENDAHULUAN
Bangsa Turki mempunyai peran yang sangat strategis dalam perkembangan
kebudayaan Islam. Peran strategis tersebut terlihat dalam bidang politik ketika mereka
masuk dalam tentara profesional maupun dalam birokrasi pemerintahan yang bekerja
untuk khalifah-khalifah Bani Abbas. Kemudian mereka sendiri membangaun kekuasaan
yang sekalipun independen namun tetap mengaku loyal kepada khalifa Abbas. Hal ini
ditunjukkan dengan munculnya Bani Saljuk (1038-1194). Setelah hancurnya Bagdad
ditangan bangsa Mongol, orang-orang Turki semakin mempertegas kemandirian mereka
dalam membangun kekuasasaannya sendiri, seperti yang dilakukan oleh Turki Usmani
(1281-1924). Bahkan pengaruh dinasti itu menjangkau wilayah yang sangat luas,
46
Duriana adalah dosen dalam bidang pemikiran pada fakultas Ushuluddin dan dan Dakwah IAIN
Ambon
termasuk Eropa Timur, Asia Kecil, Asia Tengah, Timur Tengah, Mesir dan Afrika
Utara.47
Selama lima abad pemerintahan Turki Usmani, telah memainkan peranan yang
pertama dan satu-satunya dalam menjaga dan melindungi kaum muslimin. Turki Usmani
merupakan pusat Khilafah Islam, karena merupakan pemerintahan Islam yang terkuat
pada masa itu, bahkan merupakan Negara paling besar di dunia.48
Akbar S. Ahmad menjelaskan bahwa peran Turki Usmani tidak dapat dianggap
remeh. Mereka adalah kekhalifaan muslim terpenting, fakta bahwa mereka memerintah
salah satu kekhalifaan terbesar dalam waktu terlama dalam sejarah, mereka menjadi
penjaga tempat-tempat suci di Arabia, khlaifah, penerus Nabi adalah penguasa Usmani
dan mereka merupakan kalangan muslim Sunni yang menjadi wakil aliran utama Islam
dan penguasa kekhalifaan Muslim terbesar.49
Puncak kemajuan Turki Usmani berada pada zaman pemerintahan kekuasaan
Sultan Mahmud II, antara lain pada tahun 1453. Pada saat ini Turki Usmani dapat
menaklukkan Byzantium Romawi. Dari Istambul mereka menguasai daerah sekitar laut
tengah dan berabad-abad lamanya Turki sebagai suatu Negara yang perlu diperhatikan
dan diperhitungkan oleh ahli-ahli politik dari Eropa.50 Dalam termin Islam secara
keseluruhan, puncak-puncak baru pencapaian dalam puisi, seni dan arsitektur diukur
selama periode ini. Dimasa itu pula Usmani melakukan ekspansi besar-besaran.51
Namun akhirnya kekuasaan politik dan militer yang hampir tak terkalahkan ini
mulai mendapat tantangan pada masa Sultan Murad IV (1623-1640) dengan munculnya
kekuatan Barat. Kekalahan militernya di Eropa dan India, menurut Abdullahi Ahmed an-
Na’im merupakan konsekwensi yang harus diterima dinasti ini akibat kemerosotan agama
dan budaya, penyimpangan dari tradisi dan korupsi.52
Banyak pengamat pada masa itu berpendapat bahwa solusi terhadap melemahnya
tentara dan rezim Emperium Usmani sesunguhnya bisa ditemukan dengan kembali
kepada tata atuan lama (nizām al-qadīm), adat dan tradis Islam serta budaya Turki yang
tinggi.53
Menjelang awal abad ke-XVIII, seruan untuk kembali ke zaman keemasan Turki
Usmani justru berganti dengan seruan menyongsong tatanan baru. Yaitu keinginan
Kesultanan Usmani untuk pertama kalinya mulai mencermati perkembangan budaya dan
peradaban Barat dengan mengirimkan beberapa Duta Besarnya ke sejumlah ibu kota
penting di Eropa guna melaporkan kemajuan yang terjadi di sana.
Ketika keadaan pemerintahannya lemah Negara-negara Nasrani segera
berkumpul, sebelumnya belum pernah berkumpul seperti itu, tujuannya untuk
mengganyang the sick man ”orang yang tengah sakit” (pemerintahan Usmani). Lalu
47
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, (Cet. I; Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 1977), h. 1.
48
Ahmad al-‘Usairy, Al-Tārīkhul Islām, diterjemahkan oleh Samson Rahman dengan judul
“Sejarah Islam” (Cet. I; Jakarta: Akbar Media Eka Sarana 2003), h. 351.
49
Akbar S. Ahmad, From Samarkand to Stornoway: Living Islam, diterjemahkan oleh
Pangestuningsih dengan judul “Living Islam” (Cet. I; Bandung: Mizan, 1997), h. 120- 121
50
Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam,
(Cet. II; Jakarta: PT Raja Grafindo, 1998), h. 11
51
Akbar S. Ahmad, Op. Cit, h.125.
52
Abdullahi Ahmed an-Na’im, Islam dan Negara Sekuler, mengasosiasikan Masa Depan Syariah,
(Cet.I; Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2007), h.343.
53
Menghubungkan kemunduran kekuasaan dengan kemunduran agama adalah tema yang pamiliar
dalam sejarah Islam. (lihat Albert Hourani, A. History if the Arab Peoples, (Cambridge: Harvard Univercity
Press,1991), h.209.
mereka merebut sedikit demi sedikit kekuasaanya, akhirnya pemerintahan Usmani jatuh
tercampakkan.maka berakhirlah kekhilafahan Islam terakhir yang menyebabkan tercerai
berainya kaum muslimin. Kekuasaan Usmani terpecah ke dalam berbagai kelompok,
golongan,dan Negara-negara kecil.54
Bermula dari sinilah munculnya bibit-bibit baru dalam kesultanan Turki Usmani
yang kelak ingin melepasakan diri dari kungkungan kekhalifaan dan menggantikan
bentuk pemerintahan dengan pemerintahan republik Turki yang bercorak sekuler.
Sejarah pemerintahan Turki Usmani tergolong sejarah yang samar, penuh dengan
intrik-intrik politik dan juga perkara-perkara syubhat, namun tidak dapat diabaikan akan
jasa-jasa dan pemikiran-pemikiran politiknya selama dinasti kekuasaannya. Hal inilah
yang menarik untuk dikaji lebih lanjut lewat penelitian ini.
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan dengan menggunakan buku-buku
referensi yang tersedia di perpustakaan dan juga melalui kajian lewat media internet
dengan pendekatan kritis-filosofis.Fokus masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana latar belakang munculnya pemerintahan Turki Usmani?
2. Bagaiman pemikiran-pemikiran politik Turki Usmani hingga zaman Modern?
54
Ahmad al-‘Usairy, Ibid, h. 352.
55
Syafiq A. Mughni, Op.Cit, Op. Cit. h.51.
dari nenek moyang Usman (nama yang sama dengan Khlaifah ketiga Usman).56 Erthogul
meninggal tahun 1280, Usman ditunjuk untuk menggantikan ayahnya sebagai pemimpin
suku bangsa Turki atas persetujuan Sultan Saljuk. Sultan banyak memberi hak isrtimewa
kepada Usman dan mengangkatnya menjadi gubernur dengan gelar Bey di belakang
namanya. Usman juga diperbolehkan mencetak uang sendiri dan didoakan dalam khutbah
Jum’at.
Setelah menghancurkan Bagdad pada tahun 1258, Bangsa Mongol meneruskan
penaklukkannya ke arah Utara, termasuk ke wilayah kekuasaan Saljuk rum. Sultan saljuk
tidak dapat mempertahankan diri dan mati terbunuh. Dalam keadaan kosong itulah
Usman memerdekakan diri dan bertahan terhadap serangan bangsa Mongol. Bekas
wilayah Saljuk dijadikan basis kekuasannya dan para pemimpin Saljuk yang selamat dari
pembantaian Mongol mengangkatnya sebagai pemimpin. Peristiwa itu berlangsung kira-
kira tahun 1300, maka berdirilah pemerintahan Usmani yang dipimpin oleh Usman yang
bergelar Padisyah Alu Usman atau raja dari keluarga Usman.
Semangat pasukan Usmani didorong oleh ajaran agama Islam yang berbasis pada
tarekat Bektasyiyyah yang dipeloori oleh Haji Bektasyi (w. 1297). Bahkan mengawini
salah seorang anak dari pemimpin tarekat bektasyi Syekh Ubadi.
Bermodalkan wilayah di Anatolia Tengah itulah pemerintahan Usmani dapat
mengembangkan wilayahnya ke tiga benua yakni Asia, Eropa Timur dan Afrika Utara.
Dengan timbulnya daulah Usmani dapatlah Islam kembali menunjukkan
kegagahperkasaan yang luar biasa dan dapat menyambung usaha dan kemegahan yang
lama sampai kepermulaan abad ke-20 ini.57
Menurut Yusran Asmuni bahwa bangsa Turki adalah bangsa pemeberani dan
disiplin, bangsa campuran dari bangsa Mongol dan bangsa lainnya di Asia Tengah.
Sebelum mereka memeluk Islam mereka memeluk agama Majusi, Budha dan agama-
agama besar lainnya.58
Pada tahun 1453, Dinasti Usmani berhasil mengambil alih Konstantinopel dari
kerajaan Byzantium. Kemudian menjadikan Byzantium sebagai ibu kota Negara dan
mengganti nama dengan Istambul.59 Imperium ini kemudian menaklukkan Suriah, Mesir
dan Arabia Barat pada tahun 1516-1517 M. kekuatan militer dinasti ini, mencapai
puncaknya pada abad ke -16. Namun akhirnya kekuasaan politik dan militer yang hampir
tak terkalahkan ini mulai mendapat tantangan pada masa Sultan Murad IV, memimpin
antara 1623-1640 M, dengan munculnya kekuatan Barat. Kekalahan militernya oleh
pasukan Eropa di Eropa dan laut India seakan-akan sebuah konsekwensi yang harus
diterima oleh dinasti ini akibat penyelewengan dari tata aturan lama.60 Penyebab
utamanya adalah karena kemerosotan agama, penyimpangan dari tradisi dan korupsi serta
melemahnya kekuatan militer yang selama ini menjadi kekuatan utamanya.
56
Akbar S. Ahmed, Op. Cit, h.124.
57
Musyrifah Sunanto, Sejarah Kebudayaan Islam, Edisi I, (Cet.I; Jakarta:Prenada Media, 2003),
h. 246.
58
Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam,
(Cet. II; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), h.14.
59
Abdullah Ahmed al-Na’im, Islam dan Negara Sekuler, (Cet. I; Bandung: Mizan, 2007), h. 347.
60
Yang dimaksud dengan tata aturan lama adalah adat dan tradisi Islam serta budaya Turki yang
tinggi. Lihat Abdullah Ahmed al-Na’im, Ibid.
61
Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam, Edisi I; (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h.
133-134.
62
Syed Mahmudunnasir, Islam its Consept and history, (New deli: Kitab bahavan, 1981), h. 282.
63
Ahmad Salabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam: Imperium Turki Usmani, (Jakarta: Kalam Mulia,
1988), h. 2.
64
Lothropt Stoddart, Dunia baru Islam, h. 145.
3. Bidang Keagamaan
Peran agama bagi masyarakat Turki sangat besar, terutama dalam masalah sosial
dan politik. Masyarakat diklasifikasi berdasarkan agama yang dianutnya. Negara sangat
terikat dengan syariat Islam sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang ditaati. Ulama
mempunyai peran besar dalam kerajaan dan masyarkat. Mufti, sebagai pejabat urusan
agama tertinggi, berwenang memberi fatwa resmi terhadap problem keagamaan yang
dihadapi masyarakat. Tanpa legitimasi mufti, keputusan hukum kerajaan tidak bisa
berjalan.
Pada masa Turki Usmani, tarekat mengalami kemajuan dengan berkembangnya
beberapa aliran tarekat seperti Bektasyi, Maulawi dan lain-lain. Tarekat ini banyak dianut
oleh kalangan militer dan masyarakat sipil. Tarekat Bekhtasyi mempunyai pengaruh yang
amat besar di kalangan tentara Bektasyi, sementara tarekat Maulawi mendapat dukungan
dari para penguasa dalam mengimbangi Jenissari, sehingga mereka sering disebut Tentara
Bektasyi, sementara tarekat Maulawi mendapat dukungan dari para penguasa dalam
mengimbangi Jenissari Bektasyi.
Di sisi lain kajian-kajian ilmu keagamaan seperti fiqh, ilmu kalam, tafsir, ilmu
hadis, kurang berkembang sebagai mana mestinya, karena para penguasa lebih cenderung
untuk menegakkan satu paham (mazhab) keagamaan dan menekan mazhab lainnya,
Sultan Abdul Hamid II misalnya sangat panatik terhadap aliran Asy’ariyah sehingga
memerintahkan kepada salah seorang ulama untuk menulis kitab yang berjudul al-
Hushum al-Hamidiyah (Benteng Pertahanan Abdul Hamid). Ia merasa perlu
mempertahankan aliran tersebut dari kritikan-kritikan aliran lain.67
65
Lihat Badri Yatim, Op. Cit, h. 135
66
Philip K. Hitti, Op. Cit, h. 715.
67
Badri Yatim, Op. Cit, h. 137-138.
Abdul Hamid II adalah Sultan Turki Usmani yang hidup pada periode ke-V.
Periode ini ditandai dengan semakin kuatnya pengaruh kultur dan pemikiran barat
terhadap Sultan Usmani yang merupakan orang tua dari Sultan abdul Hamid yaitu Sultan
Abdul Majid. Menurut Muhammad Harb bahwa Sultan Abdul majid merupakan sultan
pertama dari keluarga Usmani yang mengakui dan melegalkan gerakan pem-Baratan
Daulah Usmani.68
Bermula dari sinilah Daulah Usmaniah mulai menggunakan al-Tanzīmāt yaitu
suatu istilah yang menggambarkan pengaturan Negara berdasarkan metode Barat dan
menjauhkan penyelengggaraan Negara yang berdasarkan syari’at Islam. Negara juga
memasukkan jiwa dan pemikiran Barat dalam pembuatan undang-undang dan
pembentukan lembaga-lembaga Negara.
Sultan Abdul Hamid benar-benar menyaksikan bapaknya dan pamannya Abdul
Aziz, keduanya melindungi gerakan model Barat. Juga ia menyaksikan sikap jahat
Negara-negara Barat dan Rusia terhadap Negara Usmaniah dengan berusaha
meruntuhkan pondasi-pondasi kultur dan budaya Turki termasuk budaya Islam yang
selama ini dijalankan oleh pemerintahan Usmani.
Gerakan al-Tanzimat memunculkan al-Bāb al-‘Ălī menggantikan sistim al-Dīwān
dalam sistim pengaturan Negara. Pada sistim baru ini Menteri Besar dan para menteri
lainnya berbagi kekuasaan dengan sultan dalam urusan pemerintahan. Selanjutnya
kedudukan Syaikh al-Islam ditempatkan pada tingkat kedua pada sisi otoritas dan
kewenangan dalam tugas-tugasnya. Pada sistim Dīwān yang merupakan dasar
pemerintahan sebelumnya, pemerintahan bertumpu pada tiga pilar pokok yaitu
kesultanan, Khalifah dan Syaikh al-Islam. Diwan melaksanakan perintah Sultan/Khalifah
sedang Syaik al-Islam melaksanakan aktifitas Syūra bagi Khalifah sehingga kedudukan
Diwan,69adalah sebagai pembantu Khalifah dalam penyelenggaraan dan pengaturan
urusan negara.
Menurut John L. Espowsito bahwa sejak munculnya kesultanan Usmani, Negara
dan masyarakat Turki sangat dipengaruhi oleh tradisi Islam bahkan sejak abad ke-XVI
Islam terkukuhkan dengan baik di bawah pengaruh tarekat-tarekat sufi seperti tarekat
Naqsabandiyah, Maulawiyah, Malamiyah dan Bektasyi. Tarekat-tarekat ini tidak hanya
berpengaruh terhadap masyarakat tetapi pengaruhnya memasuki tembok kesultanan dan
kemiliteran.70
Ketika tekanan-tekanan Barat dirasakan sultan sangat berat, maka ia perlu
dukungan dari seluruh umat Islam untuk itu ia sangat mendukung gerakan pan Islamisme
yang digagas oleh Jamaluddin al-Afgani.71 Jamaluddin al-Afghani diundang untuk
tinggal di Istambul. Seiring dengan itu dikirim pula utusan-utusan ke berbagai Negara
Islam termasuk Insdonesia untk mencari dukungan bagi kepemimpinannya sebagai
khalifah kaum muslimin.72
68
Muhammad Harb, Muzakkirārāt al-Sulț ān ‘Abdal-Hamīd, diterjemahkan oleh Abdul halim
dengan judul “Catatan harian Sultan Abdul hamid II”, (Cet. I; Jakarta: Pustaka Thariqul Izzah, 2004), h.xxv.
69
Diwan adalah semacam kantor biro yang menangani urusan pemerintahan yang berakaitan denga
tugas-tugas Sultan/Kalifah.
70
John L. Esposito, Ensiklopedi Oxpord Dunia Islam Modern, Jilid VI, (Cet. II; Bandung: Mizan,
2002), h. 63
71
The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic Word, Jilid I. (New York: Oxford Univercity
Press, tt.), h. 64.
72
Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam, h.12.
73
Badri Yatim, Sejarah Sosial Keagamaan Tanah Suci, (Cet. I; Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu,
1999),h. 132.
74
Lihat Http, ww dinasti turki usmani dan sekularisme turki. Htm, 2009
75
Ira M. Lapidus, A. History of Islamic Societies, diterjemahkan oleh Ghufron A. Ma’adi dengan
judul “Sejarah Sosial Ummat Islam”( Cet. I, Jakarta: PT. Raja Granfindo Persada, 1999). h. 514.
76
Taufik Abdullah Dkk, Ensiklopedi Tematis, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, tt), h. 222.
77
Departemen Pndidikan, Ensiklopedi Islam, Jlid V, h. 144.
pengambil alihan dana dari tangan ulama membuat sultan lebih berkuasa dalam bertindak
dan berbuat.
Pemikiran yang dikembangkan oleh Usmani Muda mempunyai dampak positif
bagi pembaruan setelah Tanzimat di Turki. Dalam usaha pengembangan ide pembaruan
dan kritikan-kritikan terhadap pemerintah absolut, saluran media massa banyak
dipergunakan. Tahun 1861 Ibrahim Sinasi Effendi (1242H/1826M) mendirikan sebuah
surat kabar yang bernama Tasvir –al-afkar (gambaran pemikiran). sebagai akibat
penilaian kepada pemerintah yang sangat tajam, ia terpaksa meninggalkan Turki pada
tahun 1864. Selanjutnya surat kabar tersebut dipimpin oleh Namik Kemal Pasya (!840-
1888). Sebagaimana pimpinan pertama, Namik Kemal Pasya pada tahun 1867 juga harus
meninggalkan Turki.
Keberadaan tokoh Usmani Muda di Eropa di Perancis atau di Inggris, telah
membuat mereka lebih mengenal dan berhubungan dengan tokoh-tokoh liberal Eropa,
seperti Leon Cahun, dan Armenius yang mempunyai perhatian serius bagi perkembangan
Turki. Oleh karena itu bukanlah suatu hal yang mengherankan, jika pemikiran-pemikiran
yang dikembangkan oleh kaum Usmani Muda bersifat liberal.78
Namik Kemal yang terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran Ibrahim Sinasi
Effendi, mempunyai pandangan yang sama dengan Ziya Pasya dalam memajukan Turki.
Ide-ide Barat tidak dapat diterima tanpa melalui seleksi agar sejalan dengan nilai-nilai
Islam. Kebesaran jiwa Namik Kemal mengantarkannya untuk berani memberikan
kritikan-kritikan terhadap pembaruan yang dilancarkan oleh Tanzimat yang sepenuhnya
telah menerima ide Barat, yang menjurus ke Sekuler dan memasukkan institusi-institusi
Barat yang belum tentu sejalan dengan ajaran Islam dan kebutuhan-kebutuhan
masyarakat dunia Timur. Menurutnya syariat Islam Mampu untuk membenahi bentuk-
bentuk pemerintahan dan mampu menghadapi masuknya pengaruh Barat dalam urusan
pemerintahan Islam. Walaupun demikian, pemikiran Namik Kemal yang menonjol
adalah idenya tentang cinta kepada tanah air. Tanah air yang dimaksudkannya mencakup
seluruh wilayah kerajaan Ottoman. Ini memberikan indikasi bahwa seluruh umat Islam
perlu dihimpun dalam suatu wadah kekuasaan di bawah kepemimpinan Kerajaan
Ottoman.79
Negara dalam pandangan Namik Kemal berbentuk demokrasi dan Negara
semacam ini tidak bertentangan dengan Islam. Sistim bai’at (sumpah setia kapada
imam/pemimpin) yang berlaku pada zaman pemerintahan al-Khulafa’ ar-Rasyidun
(empat khalifah besar) pada hakikatnya mencerminkan kedaulatan rakyat. Adanya ide al-
Maslahah al-mursalah (kemaaslahatan yang tidak ada ketentuannya dalam dalil syarak)
dalam Islam memberikan arti bahwa segala sesuatu seharusnya berjalan sesuai dengan
pandangan umum. Dalam menjalankan roda pemerintahan, khalifah tidak boleh
menyimpang dari syariat, yang merupakan satu bentuk konstitusi. Nilai musyawarah
sama dengan demokrasi dalam Islam. Karena itu Negara yang berlandaskan konstitusi,
dalam pandangan Namik Kemal, sejalan dengan Islam. Intervensi sistem tersebut ke
dalam tubuh pemerintahan Ottoman, lepas dari sifat otokrasi, adalah pemerintahan yang
sah. Di dalamnya kaum ulama memegang kekuasaan legislatif, sementara sultan dan para
menterinya memegang kekuasaan eksekutif. Kekuasaan kontrol berada di tangan kaum
Jenissary.80
78
Deoartemen Pendidikan, Ibid, 144-145.
79
Ibid. 145.
80
Departemen Pendididkan.. Ibid, h. 145.
E. KESIMPULAN
1. Munculnya pemerintahan Turki Usmani kepentas sejarah perpolitikan Islam,
bermula Setelah hancurnya Bagdad di tangan bangsa Mongol. Pemerintahan
Turki Usmani didirikan oleh suku bangsa pengembara yang berasal dari wilayah
Asia Tengah, yang termasuk suku Kayi. Ketika bangsa Mongol menyerang dunia
Islam, pemimpin suku Kayi Sulaiaman Syah, mengajak anggota sukunya untuk
menghindari serbuan bangsa Mongol tersebut dan lari ke arah Barat.
2. Pemerintahan kerajaan Usmani dipegang oleh Sultan Usmani yang berkuasa
secara mutlak. Dalam menjalankan pemerintahan sultan dibantu oleh Perdana
Menteri yang dikenal dengan sadrazam. Di bawahnya ada gubernur (pasya) yang
menguasai wilayah tertentu, dan di bawahnya lagi memerintah seorang bupati (as-
sanāziq atau al-‘alāwiyah).
3. Dalam menjalankan pemerintahan, Sultan-sultan Turki Usmani menekankan
pemikirannya pada bidang militer, kebudayaan dan keagamaan. Dalam bidang
kemiliteran untuk pertama kalinya kekuatan militer Turki Usmani mulai
diorganisir dengan baik. Dalam bidang kebudayaan terjadi assimilasi antara
budaya Eropa, Asia dan Arab akan tetapi budaya arab dengan budaya Islamnya
sangat kuat mempengaruhi arsitektur dan kaligrafinya. Peran agama bagi
masyarakat Turki sangat besar, terutama dalam masalah sosial dan politik.
DAFTAR PUSTAKA
81
Ibid. h. 145-146.
82
Munawwir Syadzali, Islam dan Tata Negara, Sejarah dan Pemikiran, Edisi V, (Jakarta:
Universitas Indonesia Press, 1993), h. 225.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Ensiklopedi Islam, Jlid V. Jakarta: PT. Ikhtiar
Baru Van Hoeve, 1997.
Harb, Muhammad. Muzakkirārāt al-Sulț ān ‘Abdal-Hamīd, diterjemahkan oleh Abdul
Halim dengan judul “Catatan harian Sultan Abdul hamid II”. Cet. I; Jakarta:
Pustaka Thariqul Izzah, 2004.
Hitti, Philip. K. A. History of the Arabs. London: Macsmillan Press, 1970.
Hourani, Albert. A. History if the Arab Peoples. Cambridge: Harvard Univercity Press,
1991.
Lothropt Stoddart, Dunia baru Islam.
Mahmudunnasir, Syed. Islam its Consept and history. New deli: Kitab bahavan, 1981.
Musyrifah Sunanto. Sejarah Kebudayaan Islam, Edisi I. Cet.I; Jakarta: Prenada Media,
2003.
Lapidus, Ira M. A. History of Islamic Societies, diterjemahkan oleh Ghufron A. Ma’adi
dengan judul "Sejarah Sosial Ummat Islam." Cet. I, Jakarta: PT. Raja Granfindo
Persada, 1999.
Lihat Http, ww dinasti Turki usmani dan sekularisme turki. Htm, 2009
Lewwis, C. The Incyclopaedia of Islam. New Edition. Leiden: EJ. Brill, tt..
an-Na’im, Abdullah Ahmed. Islam dan Negara Sekuler, mengasosiasikan Masa Depan
Syariah. Cet. I; Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2007.
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki. Cet. I; Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 1977.
Salabi, Ahmad. Sejarah dan Kebudayaan Islam: Imperium Turki Usmani. Jakarta: Kalam
Mulia, 1988.
The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic Word, Jilid I. New York: Oxford
Univercity Press, tt.
Taufik Abdullah, dkk, Ensiklopedi Tematis. Jakarta: PT. Ikhtiar Baru Van Hoeve, tt
Toprak, Binnaz. Islam and Political Development in Turkey. Leiden: E.J. Brill, 1981.
The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic Word, Jilid I. New York: Oxford
Univercity Press, tt.
al-‘Usairy, Ahmad. Al-Tārīkhul Islām, diterjemahkan oleh Samson Rahman dengan judul
“Sejarah Islam” (Cet. I; Jakarta: Akbar Media Eka Sarana 2003.
Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia
Islam. Cet. II; Jakarta: PT Raja Grafindo, 1998.
Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia
Islam. Cet. II; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, Edisi I. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2006.
ABSTRACT
Fundamentalism can be understood as a movement in a stream, ideology or religion that seeks to return its
people to what is believed to be the foundations or principles (fundamental). The effort is done because
according to them the beliefs of the people and the practice of religious teachings have deviated from the
basic or principal religion. In an attempt to realize their understanding, fundamentalists often clash with
other religions or with groups that disagree with them. One of the offers of improvement comes from a
group of supporters of pluralism, namely the need for recognition of the truth of other religions. That means,
all religions within him contain the truth of God in a relative portion. Their motto "All truth (religion) is
relative". This motto affirms all truths as forms of relativity but at the same time affirms relativity as the
only truth. Besides, by saying that all truths are relative, they have created counter-groups to deal with the
faithful followers of formal religions that still remain fundamentalist.
ABSTRAK
Fundamentalisme dapat dipahami sebagai sebuah gerakan dalam sebuah aliran, paham atau agama
yang berusaha mengembalikan umatnya kepada apa yang diyakini sebagai dasar-dasar atau asas-asas
(fundamental). Usaha itu dilakukan karena menurut mereka keyakinan umat dan pengamalan ajaran
agamanya telah menyimpang dari dasar atau pokok agama. Dalam usaha untuk mewujudkan paham
mereka, fundamentalis sering kali berbenturan dengan agama lain atau dengan kelompok yang tidak
sepaham dengan mereka. Salah satu tawaran perbaikan datang dari kelompok pendukung pluralisme, yakni
perlu adanya pengakuan akan kebenaran agama lain. Itu artinya, semua agama dalam dirinya mengandung
kebenaran Tuhan dalam porsi yang relatif. Semboyan mereka “Semua kebenaran (agama) adalah relatif”.
Semboyan ini menegaskan semua kebenaran sebagai bentuk-bentuk relatifisme tetapi pada saat yang sama
menegaskan relatifisme sebagai satu-satunya kebenaran. Di samping itu pula dengan mengatakan bahwa
semua kebenaran adalah relatif, mereka justru telah menciptakan kelompok tandingan untuk berhadapan
dengan pengikut setia agama-agama formal yang masih tetap bersikap fundamentalis.
juga terhadap minoritas Muslim Rohingya. Konflik yang telah dimulai pada tahun 2012
diperparah oleh sentimen agama yang dilancarkan Asosiasi Biksu Muda dan Asosiasi
Biksu Mrauk Oo. Kelompok-kelompok Budhis, dengan dibantu junta militer Maynmar,
melakukan pembantaian besar-besaran terhadap kaum muslimin. Korban jiwa meninggal
mencapai lebih dari 3.000 orang sementara sudah lebih dari 80.000 orang lainnya terpaksa
harus mengungsi ke Bangladesh dan negara-negara tetangga lainnya, termasuk Indonesia.
Sebagaimana halnya di Palestina, konflik juga dipusatkan pada wilayah pemukiman
penduduk muslim. Akibatnya juga adalah perkampungan beserta sekolah, masjid dan
tempat-tempat usaha atau pusat-pusat perekonomian kaum muslimin mengalami
kehancuran berat.84
Di Indonesia pun tak kalah seru dengan konflik-konflik agama. Beberapa di
antaranya saja perlu disebutkan. Pada tanggal 12 Oktober 2002 di Bali terjadi
pengeboman terhadap tempat hiburan. Tragedi yang dikenal dengan nama Bom Bali I ini
menewaskan 202 jiwa. Pada tanggal 1 Oktober 2005 terjadi lagi Bom Bali II dan
menewaskan 23 jiwa. Sebelumnya juga, di Jakarta sudah terjadi secara berturut-turut,
yaitu bom Bursa Efek Jakarta pada tanggal 14 September 2000, bom Plaza Atrium pada
tanggal 1 Agustus 2001, dilanjutkan dengan bom JW Marriot pada tanggal 5 Agustus
2003. Pada insiden-insiden tersebut tidak sampai mengakibatkan jatuhnya korban jiwa.
Tetapi pada Bom Kuningan pada tanggal 9 September 2004 mengakibatkan korban jiwa
meninggal sebanyak 9 atau sampai 11 orang. Daerah-daerah lain yang turut berpartisipasi
meramaikan konflik, yang tentu saja penting untuk disebutkan di sini adalah Propinsi
Maluku dan Maluku Utara. Tahun-tahun antara 1999 sampai dengan 2002 merupakan
masa berlangsungnya konflik secara masif. Di samping mengakibatkan kerusakan materi
yang tidak sedikit, korban jiwa meninggal mencapai 10.000 orang. Suatu jumlah yang
cukup fantastis.85
Konflik agama meningkat ke level internasional. Beberapa di antaranya perlu
disebutkan. Pada tanggal 11 September 2001 dunia dikejutkan dengan pengeboman
menara kembar World Trade Centre (WTC) di kota New York, Amerika Serikat. Cukup
besar, karena di samping kerusakan hebat pada kedua gedung tersebut, korban jiwa
meninggal mencapai 3.000 orang. Juga di Paris, yaitu pada tanggal 7 Januari 2015, terjadi
penyerangan bersenjata oleh sekelompok orang terhadap kantor majalah Charlie Hebdo.
Konflik dipicu oleh tulisan penghinaan dalam majalah tersebut terhadap Nabi
Muhammad Saw. Korban meninggal 12 orang sementara 10 lainnya mengalami luka-
luka. Terakhir untuk disebutkan juga adalah konflik yang ditimbulkan dari usaha
mendirikan negara Islam oleh kelompok yang menamakan dirinya sebagai Islamic State
of Iraq and Syiria (ISIS). Gerakan yang dilancarkan oleh fundamentalis Islam terbesar
abad ini telah mengakibatkan korban jiwa meninggal mencapai lebih 6.500 orang.
84
Buyung Sutan Muhlis, “Sejarah Pembantaian Terhadap Muslim Rohingya (Bagian I)”, dalam
https://www. Kicknews. Today. Dikutip pada tanggal 31 Oktober 2017.
85
Untuk penjelasan lebih jauh mengenai konflik Maluku, lihat: Husen Assagaf, “Toleransi
Kehidupan Beragama”, Hasil Penelitian yang dipersiapkan untuk Disertasi Doktor pada Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016; Rustam, Kastor, Fakta, Data dan Analisa Konspirasi
RMS dan Kristen Menghancurkan Umat Muslim di Ambon-Maluku. Yogyakarta: Wihdah Press, 2000;
I.O. Nanulatu, Timbulnya Militerisme Ambon Sebagai Suatu Persoalan Politik, Sosial, Ekonomi. Jakarta:
Bhratara, 1966; Husni Putuhena, Buku Putih Seri 2 Konspirasi RMS dalam Kerusuhan Ambon dan Lease,
Gerakan Penghancuran Islam untuk Merebut Sebuah Kekuasaan di Bumi Siwa-Lima 1950-2000, Ambon;
Samuel Waileruny, Membongkar Konspirasi di Balik Konflik Maluku. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2001.
Seluruh uraian singkat dan agak kasar di atas sekedar menggambarkan bahwa
situasi masa depan umat manusia dunia, secara global, agak tidak menggembirakan.
Ancaman serius tindakan-tindakan radikalis kelompok fundamentalis agama masih selalu
terbuka. Tidak terlalu salah jika dikatakan bahwa gerakan semua fundamentalis agama,
apakah itu Yahudi, Budha, Hindu, Kristen maupun Islam, sangat berkecenderungan kuat
untuk menimbulkan konflik-konflik baru, bahkan yang lebih hebat dan dahsyat.
Akar permasalahan penyebab munculnya tindakan radikalis kelompok
fundamentalis agama berbeda antara satu dengan yang lain. Tetapi, khusus mengenai
Islam, menurut sosiolog kontemporer Bassam Tibi (1944 - ….), penyebabnya ada pada
persoalan politik internasional. Mereka mendesain skenarionya berdasarkan pada
kepentingan politik global mereka. Sementara di pihak fundamentalis Islam sendiri
menganggap bahwa Barat telah gagal secara mendasar dalam upaya menciptakan
perdamaian global. Inilah saatnya, para fundamentalis Islam merasa perlu untuk segera
melakukan tindakan merekonstruksi dunia baru berdasar pada interpretasi Islam versi
mereka. Dalam upaya untuk merealisasikan cita-cita tersebut, seringkali mereka
menempuh jalan kekerasan.86
Sikap ekstrim di atas harus dihilangkan untuk meminimalisir atau menghilangkan
sama sekali kerusakan-kerusakan lebih lanjut. Salah satu tawaran alternatif perbaikan
datang dari kelompok pendukung pluralisme agama. Mereka mendesak supaya setiap
orang mau mengembangkan sikap kedewasaan beragama dan pengakuan terhadap
kenyataan pluralitas.
Tetapi, masalahnya bukan pada belum adanya pengakuan akan kenyataan
pluralitas. Terjadinya perdebatan sengit oleh karena kelompok pendukung pluralisme
menuntut terlalu jauh. Menurut mereka, setiap pemeluk agama harus juga saling meyakini
kebenaran agama-agama, bukan hanya agamanya saja. Tuntutan itu didasarkan pada
pandangan bahwa pada tataran empirik tidak satu pun kebenaran bersifat mutlak. Tidak
boleh ada sebuah agama boleh menglaim dirinya sebagai satu-satunya pemilik kebenaran.
Kebenaran semua agama adalah relatif. Agama-agama yang ada saat ini tidak lain dari
jalan-jalan yang berbeda-beda menuju Tuhan Yang Satu. Dalam Diri Yang Satu semua
perbedaan lahiriah menemukan titik damai yang abadi. Konflik antar umat beragama
terjadi karena adanya saling klaim kebenaran dan tindakan saling menyalahkan.
Sebagaimana akan tampak, tulisan ini menunjukkan bahwa pluralisme agama
ternyata menimbulkan dua permasalahan fundamental, dua permasalahan yang justru
ingin dihilangkannya karena dianggap sebagai pemicu terjadinya konflik yaitu, klaim
kebenaran dan sikap menyalahkan pihak lain. Menyatakan bahwa semua kebenaran
(agama) adalah sebuah bentuk pernyataan kontradiktif. Kata “semua” pada ungkapan
“semua agama adalah relatif” memang menegaskan agama-agama sebagai kebenaran-
kebenaran relatif. Tetapi, pada saat yang sama kata “semua” juga secara langsung
menegaskan relatifisme sebagai satu-satunya kebenaran. Itu artinya, semua orang harus
berpaham relatifisme. Karena tidak ada yang tidak relatif, maka pluralisme adalah suatu
bentuk klaim kebenaran dan juga suatu bentuk penolakan kepada paham lain yang masih
merasa benar. Tampak, mereka tidak konsisten: menolak klaim kebenaran kelompok
fundamentalis Islam tetapi menglaim kebenaran relatifisme.
Sikap-sikap seperti yang baru saja digambarkan di atas sudah tentu bertentangan
dengan prinsip-prinsip dasar pluralisme itu sendiri, yaitu sikap menolak memutlakkan
kebenaran sendiri serta sikap menyalahkan kelompok lain yang menganggap keyakinan
86
Dikutip dari Ribut Karyono, Fundmanetalisme dalam Kristen-Islam (Yogyakarta: Kalika Press,
2003), h. 25.
87
Budhy Munawar-Rahman, Reorientasi Pembaruan Islam: Sekularisme, Liberalisme dan
Pluralisme (Paradigma Baru Islam Indonesia), (Jakarta: Lembaga Studi Agama dan Filsafat [LSAF],
2010), h. 525-526.
88
Lihat, Bertrand Russel, History of Western Philosophy (London: Routledge, 1946), 9.
89
Bertrand Russel, History of Western Philosophy, 94.
90
F.C.S. Schiller, “Humanism,” dalam James Hasting (ed.), Encyclopedia of Religion and Etics
(Edinburgh: T. & T. Clark [1913], fourth impression 1959), volume VI, 830.
91
Yudi Latif, “Islam dan Nasionalisme: Menuju Rekonsiliasi,” dalam, Islam, Nasionalisme, &
Masa Depan Negara Bangsa Indonesia ( Jakarta: Fraksi PPP MPR RI [2009-2014], 2011), 341.
92
Arief Mudatsir Mandan, Islam dan Nasionalisme, 135
93
Arief Mudatsir Mandan, Islam dan Nasionalisme, 136.
94
Arief Mudatsir Mandan, Islam dan Nasionalisme, 139
95
Yudi Latif, “Islam dan Nasionalisme: Menuju Rekonsiliasi,” dalam, Islam, Nasionalisme, &
Masa Depan Negara Bangsa Indonesia, ( Jakarta: Fraksi PPP MPR RI [2009-2014], 2011), 343-344.
96
Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama (Jakarta: Perspektif, 2005), 58.
97
Wilfred Cantwell Smith, The Meaning and End of Religion (London: SPCK, [1962], 1978), 8.
98
Wilfred Cantwell Smith, The Meaning and End of Religion. Penjelasan selengkapnya mengenai
dua istilah ini terdapat di dalam bab 6 dan bab 7.
99
Lihat, Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama, (Jakarta: Perspektif, 2005), h. 82-83.
mempergunakan akal untuk memahami hubungan dan penilaian antar agama. Standar
penilaian terhadap agama haruslah eksternal dan rasional, bukan internal dan subyektif.
Seseorang tidak bisa menilai agama orang lain dengan standar agamanya.100 Sinkretisme
dikembangkan dan mendapat bentuk baru di tangan Mohandas Karamchand Gandhi atau
biasa dipanggil Mahatma Gandhi ( 1869 – 1948). Secara singkat dapat dijelaskan bahwa
menurut Gandhi agama terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah agama dalam
kesempurnaannya yang menyatu dengan hakikat kebenaran Tuhan. Dalam hal ini tak ada
seorang manusia pun yang mengetahuinya persisi sebagaimana manusia tak mengetahui
Tuhan. Bagian kedua adalah agama yang dipahami manusia yang wujud dalam beragam
bentuk.101
Usaha-usaha untuk menjelaskan persoalan keragaman agama seperti yang
dilakukan oleh tren-tren pluralisme di atas telah menimbulkan sejumlah persoalan. Tokoh
pluralisme dari tren Hikmah Abadi (Sophia Perennis) Seyyed Hossein Nasr (1933-….)
mencatat persoalan-persoalan tersebut, sebagai berikut:
1. Terjadi pendangkalan agama dari sakralitasnya, yang kemudian berdampak pada
timbulnya sekularisme.
2. Pereduksian absolutisme ((kebenaran) agama menjadi relatif.
3. Pengkaburan batas-batas agama antara satu dengan yang lain sehingga hilang
karakteristik agama-agama.102
Nasr kemudian mengajukan Hikmah Abadi (Sophia Perennis) sebagai jalan
keluar dan sekaligus untuk memberikan jawaban yang lebih memuaskan mengenai bukan
hanya hubungan antar agama, melainkan juga hubungan Tuhan dengan alam ciptaan
termasuk manusia.103 Istilah yang digunakan untuk menunjuk semua ajaran atau agama
yang pernah, sekarang dan akan ada adalah tradisi. Jadi, tradisi adalah semua ajaran
yang menjelaskan realitas-realitas atau prinsip-prinsip dasar ketuhanan yang diwahyukan
kepada semua perantara (nabi, avatara, logos, dan yang lainnya). Ia teraplikasikan ke
dalam berbagai bidang seperti hukum, bangunan sosial, seni, simbol, ilmu dan lain
sebagainya.104 Lebih jauh dan lebih radikal lagi Nasr menegaskan bahwa di masa
sekarang ini atau pun di masa yang akan datang jika muncul dimensi kehidupan beragama
dan spiritual yang signifikan, maka ia adalah kehadiran dunia-dunia sakral yang bukan
sekedar fakta arkeologis atau historis tetapi memang betul-betul sebagai realitas agama
yang disebutnya tradisi itu.105
100
Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme, 90-96.
101
Ronald Duncan, (ed.), Selected Writings of Mahatma Gandhi (London, Glasgow:
Fontana/Collins, 1973), 173.
102
Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme, 108-109.
103
Aldous Huxley menjelaskan pengertian Hikmah Abadi (sophia Perennis) atau filsafat perenial
berdasarkan pada tiga tingkatan aspek kedirian manusia. Dari segi metafisika Hikmah Abadi berupaya
menjelaskan hakikat ketuhanan yang menjadi esensi dari segala ciptaan (alam); secara psikologi Hikmah
Abadi berupaya mengungkap aspek ilahiyah dalam jiwa manusia; secara etika, Hikmah Abadi berupaya
menuntun manusia kepada tujuan hidupnya, secara imanen maupun transenden. Lihat, bukunya, The
Perennial Philosophy (London: Fontana Books, [1946] 3rd Impression 1961), 9.
104
Seyyed Hossein Nasr, Knowledge and the Sacred (Lahore: Suhail Academy, 1998), 67-68.
105
Seyyed Hossein Nasr, Knowledge and the Sacred, 292.
106
Hamid Fahmy Zarkasy mengumpulkan pengertian dari beberapa kamus. Dia dapati
bahwa Pluralisme bermakna dua hal: Pertama, pengakuan terhadap kualitas majemuk atau toleransi
terhadap kemajemukan.Kedua, doktrin yang berisi: a) Pengakuan terhadap kemajemukan prinsip tertinggi,
b) Pernyataan tidak ada jalan untuk menyatakan kebenaran yang tunggal atau kebenaran satu-satunya
tentang suatu masalah, c) Ancaman bahwa tidak ada pendapat yang benar atau pendapat bahwa semua
pendapat itu sama benarnya, d) Teori yang seirama dengan relativisme dan sikap curiga terhadap kebenaran
(truth), e) Pandangan bahwa di sana tidak ada pendapat yang benar atau pendapat bahwa semua sama
benarnya, Misykat: Refleksi tentang Westernisasi, Liberalisasi dan Islam, (Jakarta: Hasil Kerjasama
INSIST dan MIUMI, 2012), 137-138.
107
Teologi yang dikembangkan dalam pluralisme agama terdiri dari dua aliran besar.
Pertama, teologi global (global theology) atau disebut juga teologi dunia (world theology) yang
diperkenalkan oleh John Hick. Menurutnya, kebenaran itu relatif, yang absolut hanya Tuhan. Manusia tidak
pernah mampu memahami Tuhan. Apa yang dipahaminya hanya bersifat relatif. Kedua, teologi yang
berdasarkan pada kesatuan agama-agama, dikembangkan oleh Frithjof Schuon. Tokoh yang terakhir ini
melihat agama memiliki dua aspek: eksoterik dan esoterik. Pada tataran eksoterik, agama-agama
mempunyai Tuhan, teologi dan ajaran yang berbeda-beda. Pada tataran esoterik agama-agama menyatu
pada Tuhan yang sama, abstrak dan tak terbatas. Lihat, Hamid Fahmy Zarkasy, Misykat, 142-143.
108
Hamid Fahmy Zarkasyi, Misykat, 149
109
Mengenai Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor: 7/Munas VII/MUI/11/2005 Tentang
Pluralisme, Liberalisme Dan Sekularisme Agama, lihat lampiran.
D. Penutup
Upaya kelompok pluralis untuk mengkerdilkan agama berubah menjadi
mengabsolutkan paham pluralismenya. Tentunya hal ini bertentangan dengan semboyan
mereka bahwa semua kebenaran adalah relatif.
Penjelasan secara historis menunjukkan bahwa usaha-usaha para pemikir
pluralisme tidak pernah mencapai pemikiran global-universal. Pluralisme tetap selalu
menjadi relativisme dan karena itu tidak pernah berhasil menciptakan perdamaian.
Paham-paham kelompok pluralis tetap berbeda-beda. Para pendukung pluralisme
agama berubah menjadi para fundamentalis pluralis. Di samping itu pula dengan
mengatakan bahwa semua kebenaran adalah relatif, mereka justru telah menciptakan
kelompok tandingan untuk berhadapan dengan pengikut setia agama-agama formal yang
masih tetap bersikap fundamentalis.
DAFTAR PUSTAKA
Syarifudin;
Dosen Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon,
alamat; Jl. dr. H. Tarmizi Taher Kebun Cengkeh Batu Merah Kompleks IAIN Ambon
atas email; syarifiainambon99@gmail.com., Hp.081343372180
ABSTRACT
This research is concerned with Islamic Islamic astrology. This research problem focuses on the
identification of Islamic archipelagic astrology in Tidore Kesulatanan as a contribution in society,
especially for marginal people who do not have the knowledge and the cost of treatment in the hospital.
This research is characterized by phenomenology in Tidore Islands Islamic Astrology. This study uses a
multiparadigm approach in looking at social reality. The results of this study found there are 9 types of
black magic that is used as a media disrupt social social life, and there are 14 white science that has a major
contribution to maintain the mental health and physical health of Islamic islands in the city of Tidore. The
contribution of Islamic astrology has become a tradition that is orally transformed. The term astrology is
also known as mat science. Islamic archipelagic astrology contributes to maintaining social balance.
Modern astrology uses the great cost of Islamic astrology of the islands less costly in the healing process
for humanity.
ABSTRAK
Penelitian ini berkaitan dengan ilmu astrologi Islam kepulauan. Masalah penelitian ini terfokus pada
identifikasi ilmu astrologi Islam kepulauan di Kesulatanan Tidore sebagai kontribusi di tengah masyarakat
khususnya bagi masyarakat marginal yang tidak memiliki ilmu pengetahuan dan biaya perobatan di rumah
sakit. Penelitian ini bercorak fenomenologi dalam Astrologi Islam Kepulauan Tidore. Kajian ini
menggunakan pendekatan multiparadigma dalam mencermati realitas sosial. Hasil penelitian ini
menemukan ada 9 jenis ilmu hitam yang digunakan sebagai media pengganggu kehidupan sosial
bermasyarakat, dan ada 14 ilmu putih yang memiliki kontribusi besar menjaga kesehatan jiwa dan
kesehatan jasmani masyarakat Islam kepulauan di kota Tidore. Kontribusi astrologi Islam telah menjadi
tradisi yang ditransformasikan secara lisan. Istilah astrologi juga dikenal dengan ilmu tikar. Astrologi Islam
kepulauan berkontribusi menjaga keseimbangan sosial. Astrologi modern menggunakan biaya besar
astrologi Islam kepulauan kurang menggunakan biaya yang besar dalam proses penyembuhan bagi
kemanusiaan.
A. LATAR BELAKANG
Astrologi Islam kepulauan pesisir dalam kajian ilmiah masih sangat kurang dibahas
oleh para ilmuan Islam sehingga bahan bacaan masyarakat terhadap lokal jenius Islam
kepulauan sangat terbatas.110 Dalam sejarah Islam astrolog terkemuka, seperti Nasiruddin
at-Tusi, Ulugh Beg, Al-Batanni, Ibnu Al-Haitham, Ibnu Al-Syatir, Abdur Rahman as-
Sufi, Al-Biruni, Ibnu Yunus, Al-Farghani, Al-Zarqali, Jabir Ibnu Aflah, Abu Ma’shar,
dan lainnya, telah memberi kontribusi bagi pengembangan astrono)mi dan astrologi
modern.111
110
Ja’far ibnu Muhammad Abu Ma’shar al-Balkhi, al-Mudkhal al-Kabir ila eIlm Ahkam Annujjum,
Kitab ini terdiri dari 106 bab. mengungkapkan, ilmuwan Muslim terkemuka di abad ke-9 M itu terlahir
pada 10 Agustus 787 M di Balkh, Persia (sekarang Afganistan).
111
Nicholas Champian, Astrology and Cosmology in the World’s Religions, (New York University
Press, London, 2012), h. 11.
Ibnu Arabi mengungkapkan bahwa dunia makrokosmos seperti matahari, bulan dan
planet-planet di alam semesta ini tidak hanya mempunyai pengaruh signifikan terhadap
manusia selaku mikrokosmos, tetapi juga menunjukkan betapa Ruh yang ada dalam diri
manusia merupakan pusat keilahian yang memancarkan sifat-sifat ruang, dan bagaimana
Ruh manusia tunduk pada pancaran sinar ruang angkasa serta ketundukannya pada
totalitas Ruh sebagai suatu takdir yang berada di luar dirinya.112 Dalam Ilmu astrologi
Islam kepulauan juga memiliki pandangan yang sama dengan temuan Ibnu Arabi
sehingga kalender hijirah jadi rujukan untuk menentukan perhitungan bulan.
Abu Ma'syar al-Falaki dan Abu Hayyillah al-Marzuqi menemukan bahwa adanya
pengaruh dari hukum-hukum general kosmos terhadap hukum-hukum kosmik yang
bersifat praktis, misalnya dalam ketatanegaraan dan watak-watak dasar individu. Bagi
sebagian kalangan, tak menutup kemungkinan pandangan semacam itu dinilainya sebagai
bertentangan dengan fundamen-fundamen Islam; dan itu bukan urusan tulisan ini.113 Atas
dasar inilah sehingga pada kesempatan ini kajian etnografi astrologi Islam kepulauan
menjadi sorotan bagaimana peran astrologi Islam di tengah masyarakat dalam
menggerakkan perubahan sosial melalui pendekatan etnografi realitas sosial kehidupan
Islam kepulauan di kota Tidore kepulauan Provinsi Maluku Utara.
Etnografi astrologi Islam atau dikenal dengan ilmu perbintangan khas Islam
kepulauan memiliki keunikan isu karena beberapa argumentasi mendasar sehingga ia
menjadi sorotan dalam kajian ini antara lain; 1). Astrologi Islam Kepulauan sangat
memengaruhi semua aspek kehidupan untuk menentukan hari baik untuk mencapai
kesuksesan dalam kehidupan sosial, 2). Astrologi Islam Kepulauan dijadikan sebagai
instrument penentuan hari-hari pemerintahan, sosial politik, agama, dan, budaya, dan
ekonomi, 3). Astrologi Islam Kepulauan menjadi poros penyembuhan penyakit media
dan non medis yang didierita masyarakat di kota Tidore.
Penelitian astrologi akan menelaah proses transformasi dakwah Islam dalam
mendidik, menjaga kualitas spiritual untuk mencegah dominasi materialism dalam
kehidupan sosial. Tujuan penelitian ini akan mengintegrasikan astrologi modern bersifat
materialism dan astrologi Islam yang bersifat spiritual. Kajian ini berupaya menemukan
wawasan keilmuan Astrologi Islam kepulauan yang terintegrasi, interkoneksi dengan
astrologi modern dengan menggunakan perspektif multiparadigma untuk membangun
wawasan Astrologi Islam kepulauan sebagai kontribusi pengembangan ilmu
pengetahuan.114
Berkaitan dengan isu pengembangan ilmu pengetahuan astrologi Islam kepulauan
realitas seting sosial saat ini di kota Tidore sebagai pusat kesultanan mengalami
perubahan sosial yang tidak menentu arah dan haluan sistem pembangunannya, kemana
corak astrologi Islam kepulauan sebagai kontribusi bagi pengembangan ilmu
pengetahuan. Berdasarkan Data ini ditemukan diperpustakaan berdasarkan hasil
wawancara stap perpustakaan bahwa kota Tidore selama lima tahun terakhir belum ada
kajian-kajian akademik yang berkaitan dengan lokal jenius, astrologi Islam kepulauan.
Kondisi ini saat datang di perpusatakaan kota Tidore kepulauan 98% buku hasil import
112
Titus Burckhardt, Astrologi Spiritual Ibnu 'Arabi (Cet. I; Jakarta: Risalah Gusti, 2011), h. 43.
113
Abu Ma'syar al-Falaki dan Abu Hayyillah al-Marzuqi, Astrologi Islam: Abu Ma’syar al-Falaki
(787-886), Astronom Muslim hebat waktu itu. Di bagian belakang, dicantumkan buku at-Thali’ a-Hadasy
karya Abu Hayyillah al-Marzuqi. Buku ini diterbitkan oleh Mathba’ah Isa al-Babi al-Halabi, Mesir tanpa
tahun.
114
David Hawthorne, V. K. Choudhry, Astrology for Life
dari ilmu-ilmu dari luar. Kondisi ini sangat memprihatinkan realitas wawasan masyarakat
karena lebih didominasi oleh referensi dari luar yang berpotensi tinggi dapat mematikan
lokal jenius astrologi Islam kepulauan di daerah kesultanan Tidore.
Permasalah ini diperkuat oleh sistem pendidikan nasional yang diterapkan karena
langkahnya ilmu pengetahuan baru yang lahir di kota Tidore sehingga sistem pendidikan
budaya Tidore, sistem astrologi Islam kepulauan, dan sejarah perjuangan Sultan Nuku
dalam mempertahankan agama, budaya, sosial politik jarang diajarkan di dunia
pendidikan di Tidore, saat ini semua kiblat pendidikan mengacu pada KURNAS
(Kurikulum Nasional) sementara KURDA (Kurikulum Daerah) sang minim di ajarkan
dalam bentuk muatan lokal jenius Islam kepulauan.
Rendahnya penguatan lokal jenius astrologi Islam kepulauan ini sehingga pilihan
masyarakat dari umur 7-60 tahun lebih banyak di dominasi oleh Informasi media sosial,
koran, dan lupa pada kearifan lokal sebagai jatidiri Islam kepulauan di Kesultanan Tidore.
Saat ini masyarakat lebih mengakses data media sosial seperti akses FB, Twitter,
Histagram, WA, telegram elektronik, BBM, dan Google dalam mencari data.115 Selain itu
prilaku selfi di mana-mana semakin berkembang untuk sosialisasi diri secara personal
lupa tujuan besar untuk melakukan pengembangan ilmu astrologi Islam kepulauan.116
Kondisi ini sangat berpotensi negatif bagi pengembangan budaya lokal di tengah
masyarakat Tidore justru akan melahirkan prilaku baru akibat konstruksi pemikiran yang
setiap hari memengaruhi masyarakat, anak-anak, dan para penentu kebijakan di Tidore
Kepulauan.
Ekspresi prilaku ini berpotensi mematikan budaya lokal Islam kepulauan sebagai
kearifan dan kebudayaan astrologi Islam kepulauan. Media sosial telah menjadi teman
dan Guru elektronik masyarakat.117 Kondisi ini laksana tokoh yang menyediakan
berbagai macam informasi baik dan buruk disuguhkan di berbagai aplikasi internet secara
online. Kearifan lokal Islam kepulauan mulai punah akibat dominasi saluran dunia global
menguasai alam pikiran masyarakat dengan suguhan multimedia audio visual sehingga
ajaran astrologi Islam kurang diminati oleh umat Islam kepulauan sebagai jati diri
kebudayaan di Tidore Kepulauan.
Kondisi pemahaman masyarakat tentang astrologi Islam mulai berkurang dari aspek
ilmu astrologi laut, darat, musim dan ilmu astrologi biota laut yang sampai saat ini
terlupakan akibat dominasi KURNAS dan dominasi media sosial yang memalingkan jalur
berpikir modern dan meninggalkan tradisi kebudayaan lokal. Hal ini belum menjadi
bahan kajian ilmiah oleh ilmuan Islam di kawasan Timur Indonesia di kota Tidore. Saat
ini masyarakat dijajah oleh berbagai macam pengetahuan modern dikonstruksi lewat
KURNAS, dan media cetak, elektronik, dan media sosial.118 Media ini yang mendominasi
alam pikiran kebudayaan anak-anak, remaja, dan orang dewasa sekalipun. Inilah yang
disebut Zianuddin Sardar sebagai motif penjajahan budaya global agar masyarakat lupa
pada ilmunya dan beralih menggunakan produk modern. Ilmu astrologi Islam kepulauan
115
Abdillah Yafi Aljawiy, Jejaring Sosial dan Dampak Bagi Penggunanya Jurusan Sistem
Informasi, Fakultas Teknologi Infomasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jurnal Ilmiah 2017.
116
Een Irianti, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Communicatus: Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 1, No.1. Januari - Juli 2017.
117
Briyan Anugerah Pekerti, Pengaruh Jejaring Sosial Terhadap Kelakuan Seseorang Jurusan
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang 2017.
118
Ali Riasaty, Necessity of Rethinking about the Preventive Strategies of Addiction, International
Journal of Community Based Nursing and Midwifery. Shiraz University of Medical Sciences,
2017;5(3):303-304.
B. Tujuan
1. Untuk mendapatkan rumusan akademik deskripsi peta Astrologi Islam Kepulauan
Moloku Kieraha di Kota Tidore sebagai brandmark dalam membuat referensi
kebijakan pemerintah daerah dalam mewujudkan visi dan misinya yang selama ini
belum ada konsep yang terintegrasi dan interkoneksi yang berkaitan dengan ilmu
astrologi Islam.
2. Menemukan Wawasan astrologi Islam kepulauan di Moloku Kieraha khususnya di
Kota Tidore sebagai pusat studi dan kajian astrologi Islam dikawasan Timur
Indonesia yang bercorak Islam kepulauan sebagai khas kajian akademik Islam
kepulauan. Dan untuk mendapatkan konsep astrologi Islam kepulauan di Kota
Tidore.
C. Metode Penelitian
Corak penelitian ini adalah bersifat kualitatif dengan menggunakan perspektif
Ahmad Al-Jaberi yang berasumsi bahwa pengetahuan fenomenologi itu multiparadigma
burhani, bayani, dan irfani.121 Ketika pendekatan ini secara teknik berkerja secara
119
Maswin M. Rahman, Mengenal Kesultanan Tidore, (Cet.I; Lembaga Kesultanan Keraton Limau
Duko Kesultanan Tidore, 2006), h. 9.
120
Risky Polisi (25 Tahun), Wawancara di rumahnya pada hari jumat 21 Juli 2017 jam 08:55 wit.
121
Nasrah, “Pengetahuan Manusia dan Epistemologi Islam”, lihat juga Universitas Sumatera Utara
Nasution, Khoiruddin, “Pengantar Studi islam” Yogyakarta: Tazzaff, 2009.
integrasi, interkoneksi dalam preoses penterjemahan data dari fakta sosial yang tampak
dalam keseharian masyarakat.122 Perspektif konsep penelitian integrasi dan interkoneksi,
antara epistemologi bayani, irfani, dan burhani.123 Pendekatan kajian ini menggunakan
metode tafsir sosial Tahlili yang memilih satu objek sosial khusunsya proses penerimaan
informasi, proses memahami informasi dan proses prilaku terhadap informasi tersebut.
Corak metode penelitian dengan mencermati satu fenomena sosial dari aspek memahami
pesan, memaknai pesan, dan menjalankan pesan.124 Realitas sosial ditafsirkan secara
alamiah kemudian merumuskannya menjadi tekstual, kontekstual dan antar tesktual.
Metode ini diperkuat oleh kajian etnografi sebagai metode untuk mencatat
fenomena adat-istiadat, susunan masyarakat,125 bahasa dan identitas fisik dari suku-suku
bangsa tertentu dengan pendekatan fenomenologi komunikasi budaya. Pendekatan
fenomenologis digunakan untuk mengamati fenomena sosial alamiah.126 Perspektif
etnografi merupakan kegiatan penelitian untuk memahami ekspresi interaksi sosial dalam
bekerjasama dalam kehidupan sehari-hari.127 Etnogarafi adalah pelukisan yang sistematis
dan analisis suatu kebudayaan kelompok, masyarakat atau suku bangsa yang dihimpun
dari lapangan dalam kurun waktu tertentu. Untuk menggambarkan realitas sosial Islam
kepulauan perspektif ini digunakan untuk mengidentifikasi ilmu astrologi Islam
kepulauan secara alamiah dengan mengidentifikasi proses pemahaman, pemaknaan, dan
prilaku keilmuannya di tengah masyarakat.
Model pengumpulan data penelitian ini juga mengkombinasikan teknik
pengumpulan data dengan menggunakan dua strategi antara lain; metode FGD dengan
pemuka masyarakat dan observasi, wawancara mendalam,128 kepada narasumber ahli,
dan dokumentasi fakta-fakta lapangan. Teknik analisis data menggunakan konsep
Haberman dan Milles dengan melakukan penyajian data, kodifikasi data, reduksi data,
dan mengambil kesimpulan dari data pustaka dan data lapangan.
D. PEMBAHASAN
1. Topografi dan Demografi kota Tidore
Letak wilayah Kota Kepulauan Tidore berada pada batas astronomis 00200 Lintang
Utara hingga 00 500 Lintang Selatan dan pada posisi 12700’- 1270045’ Bujur Timur. Kota
Kepulauan Tidore memiliki daratan dengan luas 1.550,37 km2. Seluruh kawasan di
daerah ini dikelilingi oleh laut dan mempunyai batas-batas sebagai berikut: Sebelah Utara
dengan Kabupaten Halmahera Barat, Sebelah Selatan dengan Kabupaten Halmahera
Selatan, Sebelah Timur dengan Kabupaten Halmahera Timur dan Kabupaten Halmahera
Tengah, Sebelah Barat dengan Kota Ternate.
122
Muhammad Zainuddin, Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam, (Cet. II; Yogyakarta: Bayu
Media, 2003), h. 241.
123
Harun Nasution, Islam Rasional dan Gagasan dan Pemikiran, (Cet. Bandung: Mizan,1996), h.
132
124
Baqir Al-Shadr, Metode Tahliliy,(metode tajzi’iy), Metode ini berusaha menjelaskan ekspresi
sosial dari segi pemahaman, pemaknaan, dan prilaku dengan memperhatikan prilaku manusia dalam ayat-
ayat Al-Quran sebagaimana tercantum di dalam mushaf.
125
Koentjaraningrat dkk, Masyarakat Desa di Indonesia, (Cet. XIV; Jakarta, Gramedia,1993), h.
54.
126
Koentjaraningrat dkk, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Edisi Ketiga) (Cet. VII; Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama,1987), h. 77.
127
James P Spradley, Metode Penelitian Etnografi (Cet.II; Jakarta: Tiara Wacana, 2013), h. 93
128
Jogianto, Metodologi Penelitian Sistem Informasi (Cet.II; Jogyakarta: Andi, 2008), h.6
Struktur topografi kota Tidore memiliki 10 pulau dengan kota Kepulauan Tidore
dan juga umumnya daerah di Provinsi Maluku Utara mempunyai tipe iklim tropis,
sehingga sangat dipengaruhi oleh iklim laut yang biasanya heterogen sesuai indikasi
umum iklim tropis. Bentuk topografi kota Tidore seperti piramida. Gunung dan di bawah
kaki gunung tinggal masyarakat pesisir. 90% masyarakat tinggal di daerah pesisir dan
10% tinggal di daerah pegunungan seperti di kelurahan Gurah Bunga tinggal
dipegunungan yang udaranya sangat dingin. Di tempat ini diyakini oleh masyarakat alat
pembuktian kota Tidore adalah kota yang memiliki kekuatan supranatural.
Astrologi diambil oleh cendekiawan Islam setelah runtuhnya Aleksandria ke Arab
pada abad ke-7, dan pendirian kerajaan Abbasiyah di urutan 8. Khalifah Abbasiyah kedua,
Al Mansur (754-775) mendirikan kota Baghdad untuk bertindak sebagai pusat
pembelajaran, dan termasuk dalam rancangannya sebuah pusat penerjemahan
perpustakaan yang dikenal sebagai Rumah Hikmah Bayt al-Hikma ', yang terus berlanjut
menerima pengembangan dari ahli warisnya dan memberikan dorongan besar untuk
terjemahan bahasa Arab-Persia dari teks astrologi Helenistik. Penerjemah awal termasuk
Mashallah, yang membantu memilih waktu untuk berdirinya Baghdad, dan Sahl ibn
Bishr, (alias Zael), yang teks-teksnya secara langsung berpengaruh pada ahli astrologi
Eropa seperti Guido Bonatti pada abad ke-13, dan William Lilly di abad ke-17.
Pengetahuan tentang teks-teks Arab mulai diimpor ke Eropa selama terjemahan Latin
abad ke-12.129
129
Learning Theories An Educational Perspective Sixth Edition
130
Data yang dikutif pada BPS kota Tidore Kepulauan untuk semua kabupaten, penulis belum
temukan data secara rinci perkecamatan tahun 2016.
131
Nani Jafar, Sejarawan Maluku Utara, http://kabarpulau.com/berita-pulau-tidore-titik-
pembenaran-teori-ilmu-pengetahuan-.html. Diakses 31 Juli 2017.
Astrologi Islam jika dibandingkan dengan wawasan Nani Jafa sebagai Dosen
Jurusan Sejarah Universitas Khairun Ternate itu menjelaskan, teori bumi ini bulat
(geosentris), pertama kali astrologi yang digagas Galileo-Galilei, ilmuwan terkenal Eropa
pada abad pertengahan. Pada abad ke-16 Islam kepulauan di Tidore juga telah menggas
ilmu astrologi untuk menentukan arah kiblat, puasa, ritual haji, tanda-tanda alam yang
dikenal dengan ilmu kutika (ilmu perbintangan).132 Astrologi bisa memberi Anda
keunggulan. Memahami energi yang Anda kerjakan dengan menciptakan kedamaian
batin. Ini memberi Anda kepercayaan diri yang lebih besar. Mengetahui bahwa Anda
berada di jalan yang benar. Anda bergerak maju dan menyelaraskan dengan waktu ilahi
Anda.
Teori ini kemudian dikembangkan dan disebarluaskan oleh Copernicus beberapa
tahun kemudian setelah meninggalnya Galileo-Galilei dengan ilmu astrologi. Meskipun
Copernicus dianggap orang pertama yang berjasa dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan astrologi, khususnya teori pada ilmu geografi. Namun ia secara
mengenaskan karena tidak sesuai dengan temua para agawan Gereja maka dihukum mati
oleh pihak Gereja Katolik Roma karena dianggap temuan astrologinya bertentangan
dengan pemikiran dan keyakinan Gereja Katolik Roma yang mengatakan bahwa bumi ini
datar dan bentuknya persegi empat (heliosentris). Pada masa pemerintahan Kesultanan
Mansur ilmu astrologi ini sudah berkembang sebagai ilmu untuk melakukan pelayaran
dan perdagangan rempah-rempah yang disebut dengan astrologi kemaritiman dengan
menggunakan perahu kora-kora.
Jika astrologi di Eropa menjadi polemik antara pemikiran ilmu pengetahuan yang
diwakili oleh Copernicus dan pemikiran dogmatik yang dihembuskan pihak Gereja
Katolik Roma, mendorong Kerajaan Spanyol (ketika itu masih berafiliasi dengan
Portugis) mengutus Magellan untuk membuktikan kebenaran dua pemikiran yang sedang
dipolemikkan itu sementara kesultanan Tidore telah menjadi konstruksi bangunan ilmu
pengetahuan yang bersumber dari ajaran Al-Quran sehingga temuan-temuan para ilmuan
relevan dengan astrologi para ulama yang dikembangkan di kesultanan Tidore.
Ekspedisi Magellan pun mulai dilakukan, namun sayangnya ia tidak sempat
mencapai Maluku (Tidore) untuk menyaksikan ilmu astrologi Islam kepulauan di kota
Tidore. Juan Antonio de Elcano (seorang sejarawan sekaligus navigator dalam pelayaran
itu) lah yang melanjutkan ekspedisi itu hingga mencapai Pulau Tidore pada tahun 1521.
“Dan, titik yang menguak kebenaran pemikiran Copernicus itu ternyata terletak di Pulau
Tidore setelah de Elcano dengan kapal Trinidad dan Victoria berlabuh di pantai barat
Pulau Tidore pada tahun itu.133
Dia turut mengusulkan Sultan Tidore dan Wali Kota agar Tidore Kepulauan
ditetapkan sebagai anggota delegasi mewakili Indonesia (Tidore) dalam pertemuan
tersebut Termasuk keikutsertaan secara tetap (permanen).134 Sultan Tidore dan Wali
Kota Tidore Kepulauan ditetapkan sebagai wakil Indonesia pada periode pertemuan ke-
VIII dan seterusnya. Hal ini menurutnya perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah
Tidore Kepulauan dalam proses integrase keilmuan untuk kemanusiaan.
132
David Hawthorne, V. K. Choudhr, Astrology For Life: Haw To by for Own Vedic Astrologer A
Practical Guide to creating and Intrepreting Horoscopes for Your self, for family, and Friends (Sunstar
Publishing Group, 2000), h.23.
133
Nani Jafar, Sejarawan Maluku Utara, http://kabarpulau.com/berita-pulau-tidore-titik-
pembenaran-teori-ilmu-pengetahuan-.html.
134
Maswin M. Rahman, Mengenal Kesultanan Tidore, (Cet.I; Lembaga Kesultanan Keraton Limau
Duko Kesultanan Tidore, 2006), h. 9.
Misi pembangunan Islam kepulauan di kota Tidore telah relevan dengan temuan
para peneliti di seluruh dunia, dengan bersemangat terus berusaha menguak rahasia racun
keong ini. "Dalam habitat sebagai predator, keong dipaksa memiliki racun yang bereaksi
cepat dan ampuh. Pasalnya keong bergerak lamban dan tidak bisa mengejar ikan
mangsanya. Evolusi memicu hanya keong laut yang mengembangkan racun kadar tinggi,
yang bisa tetap eksis di lautan". ujar pakar fisiologi saraf Heinrich Terlau.
Metode baru pengobatan kanker dan tambahkan Oksigen. Jika ilmu astrologi Islam
kepulauan di integrasikan dengan ilmu astrologi moderen maka terjadi paradigma baru
dalam mengdiagnosa segala macam panyakit sosial yang sifatnya media dan non medis.
Integrasi ilmu menjadi kekuatan ilmu astrologi Islam kepulauan dan moderen berdampak
positif terhadap pengembangan ilmu astrologi sesuai dinamika problematika sosial di
kota Tidore Kepulauan.
135
L. Ophelia, Sukses Finansial Lewat Astrologi dan Peta Kehidupan (Cet. II; Jakarta: Kompas,
2010), h. 173.
Fokus kajian ini pada proses etnografi transformasi dakwah yang berkaitan dengan
prilaku sosial keagamaan Islam kepulauan di kota Tidore. Kajian ini berada di kelurahan
Tomagoba kecamatan Tidore yang berlokasi tepat di kantor Walikota Tidore kepulauan
yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 18.677 jiwa. 136 Problematika sosial yang
paling dominan memproduksi masalah adalah joget, miras, perkelahian antar sporter saat
turnamen bola kaki dan konflik pendukung saat pilkada sedang berlangsung. Sedangkan
pembunuhan sadis terjadi pelakunya dari orang luar bukan asli Tidore Kepulauan.137
Semua masalah sosial ini belum ada pemetaan sosial yang baik oleh para penyuluh karena
materi dakwah yang disuguhkan kurang sesuai dengan masalah yang dihadapi masyarakat
Islam kepulauan di kota Tidore kecamatan Tomagoba yang terdiri dari 11 kelurahan.
Konsep Sultan Nuku ingin menjadikan kota Tidore sebagai kota ilmu
(madinatuilm), wawasan ini berpandangan bahwa Sumber Daya Alam akan habis dan
negeri yang menguasasi ilmulah yang akan menjadi pemimpin di dunia ini. Sehingga
pengertian Tidore difahami tempat tidurnya para ilmuan untuk mengkaji kekuatan laut
dan darat sebagai model pembangunan. Sultan Nuku Memahami Marajal Bahraini
Yaltaqiyan itu pertemuan air tawar dan air laut menjadi inspirasi untuk membangun
wawasan ilmu astrologi Islam. Banyak Sumber Daya Laut di Tidore Kepulauan yang
membutuhkan penelitian mendalam yang terintegrasi antara ilmu science dan ilmu agama
sebagai perspektif untuk mengungkap peradaban ilmu Astrologi Islam yang dapat diakui
sebagai bidang kajian ilmiah dalam bentuk kontribusi terhadap perkembangan dunia ilmu
pengetahuan.
136
Maswin M. Rahman, Mengenal Kesultanan Tidore, (Cet.I; Lembaga Kesultanan Keraton Limau
Duko Kesultanan Tidore, 2006), h. 9.
137
Risky Polisi (25 Tahun), Wawancara di rumahnya pada hari jumat 21 Juli 2017 jam 08:55 wit.
138
Maswin M. Rahman, Mengenal Kesultanan Tidore, (Cet.I; Lembaga Kesultanan Keraton Limau
Duko Kesultanan Tidore, 2006), h. 19.
Ilmu ini dalam kajian Islam disebut ilmu falaq, tapi tafsiran terhadap astrologi Islam
kepulauan meliputi segala aspek kehidupan.139
Wawasan ini menggunakan paradigm berpikir antroposentrisme. Corak berpikir
antroposentrisme bahwa segala yang berhubungan dengan perubahan sosial manusia
sebagai pusat pergerakan dan perubahan sosial masyarakat. Astrologi Islam kepulauan di
kesultanan juga digunakan untuk mengetahui saat panen obat di laut dan di darat dengan
menggunakan rumus perbintangan yang ditulis dan diwariskan secara turun-temurun baik
secara lisan dan Tulisan oleh masyarakat Tidore yang dianggap memiliki keturunan yang
menguasai ilmu tersebut.
Kota Tidore dikelilingi laut maka ia banyak menyimpan obat-obatan di dalam laut
seperti keong racul dari dasar laut mampu memutus suplai oksigen ke sel tumor adalah
salah satu cara untuk mencegah pertumbuhan sel. Tapi para dokter di rumah sakit
universitas Zürich mengujicoba hal sebaliknya. Pembuluh darah yang diserang kanker
dinormalisasi kemudian dibanjiri oksigen. Para ilmuwan mengharapkan, dengan cara itu
bisa meningkatkan keampuhan kemotherapi dan radiasi dari bahan obatan dari laut.140
Tidore dengan luas laut dapat dijadikan sebagai pusat integrasi obat tradisional dan
moderen sebagai kekuatan untuk menjaga kesehatan jasmani dan rohani.
Saat ini terdapat 500 spesies keong laut, yang masing-masing mengembangkan
komposisi racun berbeda-beda pula. Riset mengurai satu persatu unsur aktifnya. Satu
diantaranya diharapkan bisa membantu penderita diabetes. Elemen ini akan memicu
produksi insulin, jika kadar gula darah naik. Heinrich Terlau menjelaskan lebih lanjut :
"Setiap spesies keong mengembangkan 100 hingga 200 unsur aktif unik yang dapat
digunakan untuk mengobatan yang berharga murah untuk merawat keluarga miskin.
Artinya kota Tidore sebagai Kesulatan memiliki 100.000 unsur aktif unik dari racun
keong.
Sejauh ini baru beberapa ribu yang diteliti. Kita masih berada di tahap awal." Bagi
Thorsten Nickels obat ampuh dari laut itu sudah menunjukkan khasiatnya. "Dengan
bantuan obat ini saya bisa kembali hidup normal. Bekerja lagi dan aktif dalam kehidupan.
Sekitar 80 persen rasa sakit lenyap", ujarnya menambahkan. Obat-obatan dari sumber di
lautan, di masa depan diharapkan jadi sarana penyembuhan bagi banyak pasien sakit
kronis.141 Dari data ini memberikan petunjuk bahwa laut adalah kekuatan ekonomi
kesehatan yang perlu di integrasikan dengan darat untuk meningkatkan ilmu astrologi
Islam kepulauan di kota Tidore.
Jumlah penyakit yang banyak menyerang di Kota Tidore Kepulauan pada tahun
2015 seperti SPA, Myalgia, Dispersia, Pharyngitis, Hipertensi, Diare, Penyakit lain pada
saluran pernafasan seperti; tonsillitis, rematoid artristis, dan bronchitis dari data BPS
tahun 2016 sangat kurang. Realitas ini diduga kuat karena peran Ilmu nujum di Kota
Tidore kepulauan memiliki kontribusi besar untuk merawat kesehatan masyarakat. Hal
ini juga dirasakan oleh Para dokter di rumah sakit di kota Tidore bahwa banyak penyakit
yang lebih banyak diobati oleh para ahli astrologi Islam kepulauan. Peran strategis para
ahli etnoscience astrologi Islam ini belum banyak mendapat perhatian pemerintah akibat
139
Saturnius, Boekoe “Astrologie” Atawa Horoscoop: Ilmoe Bintang Kelahiran Boeat Mengetaoei
Orang Poenja Sifat2, Watak, Tabeat, dan Nasib. (Cet.I; N.V. Java Ien Boe Kongsie, Semarang), h.97.
140
Obat Herbal Penyakit Alergi Ikan Laut, Temuan Obat Ampuh dari Dasar Laut,
http://www.dw.com/ id/temuanobat-ampuh-dari-dasar-laut/av-19246758.
141
Temuan Obat Ampuh dari Dasar Laut, http://www.dw.com/id/temuan-obat-ampuh-dari-dasar-
laut/av-19246758
pemahaman yang masih sangat terbatas terhadap ilmu nujum yang memliki kontribusi
besar pada masyarakat yang tidak mampu secara ekonomi.
Kehadiran ahli astrologi Islam kepulauan di tengah masyarakat sangat berkontribusi
dalam menjaga kesenjangan sosial bagi masyarakat yang kurang mampu dalam proses
penyembuhan penyakitnya. Masyarakat dan pemerintah khususnya dinas kesehatan untuk
merawat kesehatan masyarakat di Tidore Kepulauan. Peran-peran sosial para astologi
local jenius antara lain; melihat jodoh, penyakit yang tidak bisa diobati oleh dokter,
membaca doa selamat saat masuk rumah baru, ilmu hubungan intim, dan mendeteksi
pencurian yang sulit ditemukan buktinya.
Kota Tidore terkenal dengan ilmu nujum (Ilmu Astrologi) dalam pemaknaan
masyarakat Islam kepulauan ilmu orang pintar. Tradisi orang pintar secara turun
temurung menjadi jejak peradaban Islam kepulauan. Tradisi ini mulai kurang di
publikasikan oleh masyarakat saat ini karena dianggap bid’ah dan mitos, sementara
sebagian masyarakat asli penduduk Tidore meyakini sebagai ilmu yang sangat
bermanfaat bagi kemaslahatn hidupa manusia. Sebelum ada rumah sakit, para imam, ilmu
falaq, para tabib, orang pintar, dan ahli nujum yang menjadi pusat kebutuhan spiritual
masyarakat.
Islam Kepulauan yang tersebar di tengah masyarakat menjadi strategis yang
mengobati masyarakat sebelum ada rumah sakit. Saat ini rumah sakit juga menghadapi
berbagai masalah sehingga ada sebagian penyakit yang tidak bisa disebuhkan sehingga
ilmu astrologi sebagai solusi terhadap persoalan yang dihadapi oleh rumah sakit modern.
Semua ini membutuhkan penjelasan secara sistematis untuk mengungkap apa peran
strategis ilmu astrologi Islam di tengah masyarakat. Untuk lebih dekat dengan ilmu
astrologi Islam ini perlu dideskripsikan untuk mengidentifikasi jenis-jenis ilmu astrologi
Islam kepulauan yang hidup di tengah masyarakat.
Catatan peneliti dapat di identifikasi ilmu astrologi Islam kepulauan yang menjadi
focus kajian yang memiliki kontribusi bagi masyarakat miskin yang tidak mampu
memasukkan keluarganya di ruma sakit. Dalam kajian hanya sebagian yang akan dibahas
sebagai sampel bahwa ilmu astrologi di kesultanan Tidore masih sangat berperan di
tengah masyarakat Tidore. Berdasarkan hasil penjelajahan peneliti ditemukan beberapa
jenis astrologi Islam di kota ini sebagai media dakwah, ilmu kesehatan, dan majelis ilmu
pencerahan masyarakat yang berfungsi sebagai instrument sosial untuk meredam gejolak
konflik sosial.
No Jenis Astrologi Manfaat
1 Tahlilan Untuk memasuki rumah baru, dan kajian malam jumat
untuk mendoakan orang tua yang sudah meninggal.
2 Ratib Bacaan zikir yang dilakukan untuk mentransformasikan
wawasan untuk meningkatkan kecerdasan spiritual.
3 Khutbah Jenis transformasi pengetahuan melalui suara dan tidak
dibalik tabir melihat khatib yang memberikan khutbah. Tujuannya
untuk memberikan focus dan konsentrasi bagi jama’ah.
4 Urut Spiritual Jenis pijat dan urut yang dipakai untuk menyembuhkan
luka bakar, terkena minyak panas, air panas dan patah
tulang.
5 Kemasukan Jin Ilmu yang mengganggu manusia dari jin dan manusia.
6 Suanggi Ilmu yang membahas tentang blac magic.
7 Ramuan air Ramuan yang dipakai untuk istri yang bersalin dengan
bersalin mudah dan tidak sakit, tanpa masuk rumah sakit.
8 Ilmu Usul Diri Ilmu yang membahas tentang hakikat diri manusia dari
lahir sampai ia meninggal dunia.
9 Orang Pintar Tokoh masyarakat yang diyakini mengetahui dan mampu
memprediksi nasib manusia dan pencurian dapat dideteksi
secara supranatural.
10 Garuda Filosofi Negara dan Kebangsaan di kesultanan Tidore yang
berkelapala dua berasaskan aku adalah engkau dan kau adalah aku. Ulama
dan Umara itu sejajar.
11 Ilmu Perang Ilmu yang digunakan untuk berlayar, mencari ikan, dan
Maritim Kora- ilmu untuk perang di lautan.
kora.
12 Jihad Menjaga masyarakat Tidore dari Kolonial, penjajahan
kemerdekaan budaya, dan politik adu-domba.
Sultan Nuku.
13 Kota Misi Sultan Nuku menjadikan Tidore sebagai pusat
Pendidikan pendidikan astrologi sebagai bagian dari misi
Astrologi. perjuangannnya.
ritual, sifat individulisme makin tinggi, dan rasa persatuan, persaudaraan Islam kepulauan
mulai terkikis oleh imbas budaya moderen.
Dalam kontek ini untuk menjaga, merawat dan melestarikannya ilmu kearifan lokal
Islam kepulauan maka perlu festival kearifan lokal dan membuat konferensi untuk
menjaga kedaulatannya di kawasan Islam kepulauan. Hal ini pernah dilakukan dalam
dalam konferensi yang berlangsung selama dua hari ini bertema “Local Knowledge to
Policy: Whose Evidence Matters”.142 Tujuannya membangun wawasan tentang
pentingnya pengakuan dan penghormatan terhadap peran pengetahuan kearifan lokal
dalam pengembangan sektor pengetahuan di Indonesia yang sifat mono paradigm
menajdi multi paradigma, sebagai basis untuk pembuatan kebijakan yang berkelanjutan.
Dalam acara yang digagas Pemerintah Australia melalui program Knowledge
Sector Initiative (KSI) bekerjasama dengan Bappenas dan LIPI ini, Menteri Sofyan
mengemukakan komitmen Bappenas mendukung pembangunan sektor pengetahuan
termasuk di dalamnya pengetahuan lokal. Sebab, untuk menjawab tantangan
pembangunan saat ini, pengetahuan yang dibutuhkan juga harus mengakar pada lokalitas
masing-masing daerah dengan corak pengetahuan lokalnya yang selama ini mampu
berkontribusi penataan terhadap ekosistem sosial sehat dan ilmu kesehatannya mampu
berkontribusi terhadap umat Islam yang berpenghasilan rendah.143 Berikut analisis ilmu
astrologi Islam pesisir dan ilmu modern sebagai perspektif budaya.
Kelebihan dan kekurangan Kelebihan dan kekurangan
Ilmu Kearifan lokal Ilmu Moderen
Kesucian batin yang sangat di Kurang mengindahkan kejujuran
dahulukan sebagai syarat dapat tetapi lebih menitip beratkan pada
menjalankan ilmu astrologi. kesucian batin, tapi lebih pada
kredibilitas profesionalisme.
Niat dan tujuan pengobatan untuk Motivasinya biaya yang mahal untuk
kemanusiaan dengan dasar ikhlas menyembuhkan penyakit tertentu
bukan niat berdasarkan materi. akibat alat diaognosis penyakit.
Mampu mengobati penyakit jasmani Mampu mengobati penyakit jasmani
dan rohani. saja karena dasar pengetahuannya
berbasis jasmani.
Murah dan dapat lebih banyak Mahal dan membutuhkan biaya dalam
motivasi membantu yang tidak mampu proses diagnose pasien.
berobat di rumah sakit
Media penyembuhan pada air dan Membutuhkan peralatan kedokteran
ramuan daunan sebagai media utama, yang sangat mahal sehingga pasien
tabib kampung tidak menggunakan yang tidak memiliki biaya perobatan
alat kedokteran yang mahal sehingga tidak bisa dilayani.
pasien mampu diobati tanpa
menggunakan biaya mahal.
142
Menteri PPN/Kepala Bappenas Sofyan Djalil menyebutkan bahwa local knowledge
(pengetahuan lokal) dan local wisdom Indonesia harus lebih digali dan dijadikan basis kebijakan pada acara
Konferensi Pengetahuan Lokal pada Selasa (12/04) di Auditorium Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI).
143
ww.ksi-indonesia.org/in/news/detail/pengetahuan-dan-kearifan-lokal-diharapkan-jadi-basis-
kebijakan.
Dari tabel analisis kelebihan dan kekurangan astrologi modern dan tradisional
masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Tetapi perhatian pada astrologi
Islam belum banyak dijadikan sebagai kekuatan dalam membangun wawasan sebagai
petunjuk dalam mengembangkan ilmu kesehatan jasmani dan rohani.
Kearifan Islam pesisir di kesulatanan Tidore dalam aspek pengobatan tradisional
dengan pengobatan modern memiliki keunggulan masing-masing yang jika di
integrasikan memberikan dampak positif dalam sistem pengobatan jasmani dan rohani.
Sampai saat realitas sosial menunjukkan bahwa Islam kepulauan masih dipengaruhi ilmu
kesehatan tradisional. Rumah sakit hanya mampu mengobati penyakit Jasmani sementara
penyakit jiwa, rohani, dan kemasukan jin lebih banyak ditangani oleh Dokter Kampung
(Orang Tua-Tua). Kontribusi dokter kampung sejak abat ke-15 telah berkontribusi
terhadap kemanusiaan sampai saat ini sehingga kajian ilmu astrologi ini tetap menjadi
kebutuhan masyarakat untuk menjadi petunjuk dalam memiliki arah dan kebijakan hidup
di dunia dan akhirat dengan sukses, sehat, dan selamat.144
Berdasarkan hasil wawancara dari tuan Guru astrologi Islam Kepulauan bahwa
pada prinsipnya ilmu astrologi dapat memberikan petunjuk sekaligus mampu mengobati
berbagai macam penyakit disebuhkan menggunakan berbagai macam media seperti; air,
minyak urut untuk luka bakar, air untuk menyebuhkan sakit perut, lambung, ginjal, mati
ayam bagi orang yang terjangkit firus rabies dan media lainnya yang digunakan untuk
mengobati pasiennya.145 Semua penyakit ini sebelum diobati para tabib menggunakan
kitab astrologi yang menjadi pegangan dan sebagai petunjuk sebelum pengobatan pasien.
Tubuh kita terdiri dari jasmani dan rahani maka idealnya rumah sakit juga ada dua
yakni rumah sakit jasmani dan rumah sakit rohani. Dokter perlu memadukan kedua ilmu
ini untuk bisa mengobati pasiennya lebih maksimal. Menurut WHO, saat ini 80%
penduduk di negara berkembang dan 65% penduduk di negara maju telah menggunakan
obat herbal. Faktor penyebabnya adalah usia harpan hidup lebih panjang pada saat
prevalensi penyakit kronis meningkat, adanya kegagalan penggunaan obat modern untuk
penyakit tertentu (seperti kanker), diabetes, dan strok.
Dalam perspektif astrologi Islam kesucian batin sebagai syarat utama sebagai
dokter, sebagai astrologer karena ia harus mendapat petunjuk dari Allah swt untuk
mengobati ciptaan Allah sehingga ide, gagasan, ilmu penyembuhan disesuaikan dengan
ilmu dari Allah swt. ketika cara pengobatannnya tidak sesuai dengan sunnatullah maka
penyakit itu akan bertambah besar. Misalnya penyakit tumor bagi dokter itu
amputasi(potong/operasi) semunya penyakit mengandalkan logika empiris dalam proses
penyembuhan. Perspektif para dokter modern ini melahirkan paradigm materialis dalam
membangun maidset dokter sehingga manusia dilihat dari persepktif benda. Wawasan
berpikir ini dalam kajian Muhammad Al-Jaberi termasuk level berpikir pertama(empiris)
144
https://pusatkopibukukunojadul.wordpress.com/tag/astrologi/
145
Om Nau (63 Tahun), Wawancara di Rumahnya pada tanggal 5 September 2017 jam 09:00-
05:00 wit.
belum menjadikan level berpikir irfani (level berpikir metafisik) sebagai kekuatan untuk
mengetahui hakikat penyakit manusia yang terdiri dari jasmani dan rohani.
Astrologi Islam yang digunakan masyarakat Tidore sebagai petunjuk untuk
mengetahui jenis penyakit lebih banyak menggunakan media alam sebagai instrument
penyembuhan dan ditungjang oleh meluasnya akses informasi mengenai obat herbal di
seluruh dunia. Dan data dari sekretariat Convention on Biological Diversity (CBD)
menunjukkan angka penjualan global obat herbal dapat menyentuh angka 60 miliar dollar
AS setiap tahunnya. Sampai saat ini dikawasan Islam kepulauan menggunakan terapi
herbal yang masih segar menjadi obat untuk menyebuhkan penyakit di kawasan yang
tidak ada rumah sakit.146 Metode penyembuhan di Kesultanan Tidore mulai dikenla sejak
abad ke-15 sudah ada sebelum datang sistem kesehatan modern dari benua Eropa.
Di daerah kesultanan Tidore sendiri, obat herbal telah digunakan sejak berabad-
abad yang lalu. Hal ini dapat dibuktikan dari penemuan naskah lama dikesultanan Tidore
yang menjadi tabib Sultan. Sebelum ada rumah sakit modern ilmuan tradisional ini
sebagai penyangga kesehatan masyarakat di kawasan Islam kepulauan di Tidore dalam
berbagai aspek penyakit jasmani dan rohani. Menurut keterangan orang pintar dari orang
Tua-Tua di Tidore bahwa ilmu ini lebih banyak untuk kemanusiaan bukan sebagai
industry, cara pandang ini berbeda dengan para dokter yang selalu menjadikan capital
sebagai kekuatan untuk membangun teknologi kedokteran modern.
Sejak perkembangan ilmu kedokteran modern berkembang di akhir abad ke -18
jelang awal abad ke-19 di Negara Inggris, Jerman dan Perancis. Ilmu ini bertujuan untuk
memberikan cara kerja efektik dengan metode ilmiah serta ilmu sains modern. Ilmu
kesehatan modern mempelajari bagaimana cara mempertahankan kesehatan manusia dan
mengembalikan manusia pada keadaan sehat dengan waktu minim namun hasil
maksimal. Para dokter mempelajari system tubuh manusia, penyakit, pengobatan serta
penerapan-nya, ilmu ini karena diproduk dari wawasan berpikir rasional kurang
menggunakan cara berpikir irfani spiritualis.
Kondisi ini sebagian Perguruan Tinggi memproduksi dokter matrealis yang
memiliki suasana kejiawaan yang mengedepankan pendapatan bukan pengobatannya.
Kondisi ini memengaruhi aqidah (pegangan) dokter lebih melihat manusia dari aspek
materi jika ia sakit jarang dilihat dari aspek rohani. Sehingga Dokter mengalami kendala
dan kerap kali menjadikan pasien sebagai alat percobaan akibat keterbatasan media
diagnose.
Seiring dengan berkembangnya tehnologi dan ilmu pengetahuan, pengobatan
tradisional berkembang melalui pendekatan spiritualitas sedangkan ilmu kedokteran
modern pendekatannya gejala realitas. Perbedaan cara pandangan inilah yang
memberikan cara kerja dalam proses pengobatan yang berbeda. Ilmu kesehatan modern
memiliki biaya yang tinggi akibat peralatan yang membutuhkan biaya besar sementara
ilmu tradisional cukup menggunakan zikir, pikir, dana mal sebagai pendekatan. Inilah
kearifan astrologi Islam sebagai paradigm berpikir untuk memberikan kontribusi terhadap
perbaikan kesehatan umat secara jasmani dan rohani.
Ilmuan astrologi Islam kepulauan di Tidore yang mengolah obat tradisional
digolongkan menjadi 3 jenis; jamu (empirical based herbal medicine), obat ekstrak alam
(obat herbal terstandar/scientific based herbal medicine), dan fitofarmaka (clinical based
146
Menteri PPN/Kepala Bappenas Sofyan Djalil menyebutkan bahwa local knowledge
(pengetahuan lokal) dan local wisdom Indonesia harus lebih digali dan dijadikan basis kebijakan pada acara
Konferensi Pengetahuan Lokal pada Selasa (12/04) di Auditorium Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI).
herbal medicine). Jamu adalah jenis herbal yang belum melalui proses uji kelayakan,
hanya berdasarkan pengalaman masyarakat, sedangkan obat tradisional telah diuji khasiat
dan toksisitasnya (kandungan racun), namun belum diujicobakan penggunaannya pada
pasien.
Penafsiran Astrologi dimulai dengan diagram langit untuk waktu dan lokasi yang
tepat dari permulaan kelahiran seseorang. Adapun diagramnya disebut Birth Chart atau
Peta Kelahiran. Diagram ini menggambarkan sifat, kepribadian, potensi dan bakat-bakat
yang kita miliki serta beberapa jenis tantangan yang harus kita hadapi jika kita ingin
meraih keberhasilan di dalam kehidupan.147
Peta Kelahiran menunjukkan posisi planet-planet tepat pada saat kelahiran.
Membuat Peta Kelahiran membutuhkan proses yang sangat rumit. Meskipun demikian
kecanggihan tehnologi yang ada saat ini sudah mampu mempermudah proses pembuatan
Peta Kelahiran dengan cukup mudah dan cepat tanpa kita perlu melakukan kalkulasi
matematis yang sulit dan kompleks.148
Untuk membuat Peta Kelahiran dibutuhkan data berupa lokasi, tanggal dan waktu
kelahiran dari seseorang, suatu negara atau suatu peristiwa. Peta Kelahiran dibuat dengan
menggunakan konsep geosentris. Posisi kita diandaikan berada di titik tengah dalam
Diagram Kelahiran. Ufuk timur dimana matahari terbit dikenal dengan istilah Ascendant
(AC), Ufuk barat dimana matahari tenggelam disebut dengan istilah Descendant (DC),
titik tertinggi matahari atau titik siang hari disebut dengan istilah Medium Coeli (MC),
Midheaven atau Zenith, sedang titik terendah matahari atau titik tengah malam disebut
dengan istilah Immum Coeli (IC) atau Nadir. Jika kita terlahir malam hari maka matahari
ada di bawah garis cakrawala sehingga tidak mampu kita lihat.
Pada Peta Kelahiran planet bumi dimana kita tinggal digunakan sebagai titik
acuannya. Pada lingkaran terluar terdapat 12 rasi bintang dimana matahari kita
melintasinya dalam waktu 1 tahun. Lingkaran berikutnya adalah bidang ekliptika dimana
berbagai planet bergerak di dalam orbitnya masing-masing yang dalam pandangan kita
seolah-olah juga ikut bergerak mengelilingi bumi.
Dalam Peta Kelahiran terdapat berbagai benda langit yaitu: Matahari, Bulan, Mars,
Venus, Merkurius, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto, asteroid Chiron dan North
Node (titik di mana orbit Bulan memotong bidang ekliptika). Adapun pada lingkaran
ketiga terdapat pembagian 12 sektor / houses yang menggambarkan berbagai aspek dalam
kehidupan manusia. Lingkaran terakhir atau bagian dalam dari Peta Kelahiran terdapat
berbagai garis yang berfungsi untuk menunjukkan berbagai aspek yang terjadi dalam
hubungan antar planet seperti sextile, trine, square, opposition, semisextile, semisquare,
sesquisquare dan quincunx.
Untuk bisa membaca dan menafsirkan berbagai posisi planet dalam Bagan
Kelahiran diperlukan pemahaman yang cukup tentang ilmu astrologi. Astrologi bisa
digunakan untuk berbagai hal diantaranya adalah:
1. Astrologi Kelahiran (Birth Chart Astrology)
2. Astrologi Kepribadian (Psychological Astrology)
3. Astrologi Karir / Pekerjaan (Vocational Astrology)
4. Astrologi Hubungan/Kecocokan Pasangan (Relationship Astrology/Synastry)
5. Astrologi Prediksi (Prediction Astrology)
6. Astrologi Negara / Dunia (Mundane Astrology)
7. Astrologi Kesehatan (Medical Astrology)
147
Astrologi Dan Peta Kehidupan
148
http://indoastrologi.com/article/148228/astrologi-dan-peta-kehidupan.html.
149
Om Nau 63 Tahun, wawancara dirumahnya Ome pada tanggal 4 September 2017 jam 09:00-
05:00
150
Wikipedia Indonesia, Awal Mula Perkembangan Kesulatanan Tidore diakses pada tanggal 6
September 2017.
memilah pengobatan mana yang dirasa paling cocok untuk masyarakat di kawasan Islam
kepulauan.
Berdasarkan realitas sosial kontribusi astrologi Islam kepulauan memiliki
kontribusi sejak abat ke-17 sampai saat ini mereka belum mendapat tempat yang layak
sesuai dengan kontribusinya di tengah masyarakat. Ilmu astrologi Islam kepulauan di
Tidore telah memiliki kontribusi yang bertahun-tahun untuk menjaga, merawat, dan
melindungi masyarakat dari berbagai macam penyakit mental, jiwa, dan penyakit fisik.
Berdasarkan hasil identifikasi ilmu astrologi Islam kepulauan sebagai kearifan lokal yang
perlu dijaga, dikembangkan, dan dilestarikan untuk warisan generasi selanjutnya. Berikut
ini jenis ilmu yang tersebar di kota kepulauan Tidore sebagai pusat Islam kepulauan di
Mauku Utara.
Indonesia adalah salah satu Negeri terkaya dengan adanya beragam adat dan
kebudayaan, bahkan sebagian dari budaya tersebut kini masih banyak di anut oleh
sebagian masyarakatnya. Salah satu hal yang masih melekat di masyarakat Indonesia
adalah tentang hal-hal mistis yang di tinggalkan dan di wariskan oleh para leluhur.
Percaya nggak percaya kalau hal-hal mistis ternyata sampai kini masih banyak di
pergunakan oleh orang-orang di zaman modern, dan salah satunya adalah tentang ilmu
hitam. Inilah kearifan lokal di kota kepulauan yang membuat kota kepulaun menjadi kota
yang sangat rendah tingkat kriminalnya. Konsep ini menjadi bagian dari perspektif untuk
menjaga, merawat, dan melestarikan Islam kepulauan sebagai bagian realiatas sosial yang
sehat dan teratur dengan tingkat margin error sangat rendah.
E. KESIMPULAN
1. Astrologi Islam Kepulauan warisan Sultan Nuku di Kesultanan Tidore masih sangat
berperan dan memiliki kontribusi besar terhadap kemanusiaan dalam kehidupan
sosial di kepulauan di Tidore.
2. Etnografi Astrologi local jenius berkontribusi astrologi Islam kepulauan sebagai
pakaian umat Islam kepulauan yang berkontribusi merawat, menjaga dan mencegah
tingkat kriminal sangat rendah di bandingkan dengan kabuten kota lainnya di
Indonesia. Astrologi modern menggunakan biaya besar astrologi Islam biayanya
seikhlasnya pasien dan sangat membantu masyarakat kepulauan yang kurang
mampu dalam proses penyembuhan bagi kemanusiaan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Riasaty, Necessity of Rethinking about the Preventive Strategies of Addiction,
International Journal of Community Based Nursing and Midwifery. Shiraz University
of Medical Sciences, 2017.
Abdillah Yafi Aljawiy, Jejaring Sosial dan Dampak Bagi Penggunanya Jurusan Sistem
Informasi, Fakultas Teknologi Infomasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jurnal
Ilmiah 2017.
Briyan Anugerah Pekerti, Pengaruh Jejaring Sosial Terhadap Kelakuan Seseorang Jurusan
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Semarang 2017.
Een Irianti, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Communicatus: Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 1, No.1. Januari - Juli 2017.
Maswin M. Rahman, Mengenal Kesultanan Tidore, (Cet.I; Lembaga Kesultanan Keraton
Limau Duko Kesultanan Tidore, 2006.
Risky Polisi (25 Tahun), Wawancara di rumahnya pada hari jumat 21 Juli 2017 jam 08:55
wit.
Nasrah, “Pengetahuan Manusia dan Epistemologi Islam”, lihat juga Universitas Sumatera
Utara Nasution, Khoiruddin, “Pengantar Studi islam” Yogyakarta: Tazzaff, 2009.
Muhammad Zainuddin, Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam, Cet. II; Yogyakarta: Bayu
Media, 2003.
Harun Nasution, Islam Rasional dan Gagasan dan Pemikiran, Cet. Bandung: Mizan,1996.
Baqir Al-Shadr, Metode Tahliliy,(metode tajzi’iy), Metode ini berusaha menjelaskan ekspresi
sosial dari segi pemahaman, pemaknaan, dan prilaku dengan memperhatikan prilaku
manusia dalam ayat-ayat Al-Quran sebagaimana tercantum di dalam mushaf.
Koentjaraningrat dkk, Masyarakat Desa di Indonesia, Cet. XIV; Jakarta, Gramedia,1993.
Koentjaraningrat dkk, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Edisi Ketiga). Cet. VII;
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,1987.
James P Spradley, Metode Penelitian Etnografi, Cet.II; Jakarta: Tiara Wacana, 2013.
Jogianto, Metodologi Penelitian Sistem Informasi, Cet.II; Jogyakarta: Andi, 2008.
Data yang dikutif pada BPS kota Tidore Kepulauan untuk semua kabupaten, penulis belum
temukan data secara rinci perkecamatan tahun 2016.
Nani Jafar, Sejarawan Maluku Utara, http://kabarpulau.com/berita-pulau-tidore-titik-
pembenaran-teori-ilmu-pengetahuan-.html. Diakses 31 Juli 2017.
Obat Herbal Penyakit Alergi Ikan Laut, Temuan Obat Ampuh dari Dasar Laut,
http://www.dw.com/ id/temuanobat-ampuh-dari-dasar-laut/av-19246758.
Temuan Obat Ampuh dari Dasar Laut, http://www.dw.com/id/temuan-obat-ampuh-dari-
dasar-laut/av-19246758
Maswin M. Rahman, Mengenal Kesultanan Tidore, Cet.I; Lembaga Kesultanan Keraton
Limau Duko Kesultanan Tidore, 2006.
Data wawancara;
Husen Maswara (56 Tahun), Wawancara, di kantor Fakultas Syari’ah tanggal 1 Agustus 2017
jam 10.30 wit
Risky Polisi (25 Tahun), Wawancara di rumahnya pada hari jumat 21 Juli 2017 jam 08:55
wit.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Sofyan Djalil menyebutkan bahwa local knowledge
(pengetahuan lokal) dan local wisdom Indonesia harus lebih digali dan dijadikan basis
kebijakan pada acara Konferensi Pengetahuan Lokal pada Selasa (12/04) di Auditorium
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
www.ksi-indonesia.org/in/news/detail/pengetahuan-dan-kearifan-lokal-diharapkan-jadi-
basis-kebijakan.
Oleh:
Dr. Sri Ratna Dewi Lampong, MA
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk menggambarkan bentuk relasi sosial antara masyarakat dan aparat
pemerintah dan proses perijinan melalui retribusi, baik retribusi periklanan, retribusi minuman beralkohol
sampai pada retribusi gangguan usaha serta mempengaruhi tingkat pendapatan Kantor Walikota Ambon
dan menggambarkan seberapa besar pengaruhnya pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Penelitian
ini dilakukan dengan memperhatikan suasana alamiah dari latar penelitian sehingga menggunakan
pendekatan kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data: a. Observasi, b.Wawancara & c.
Dokumentasi dan studi literatur. Keseluruhan data diolah melalui proses recording, mendokumentasikan
dan menyimpan semua data kemudian dilakukan proses editting serta indexing. Berdasarkan paparan data
dan penjelasan analisis, maka sesungguhnya yang menjadi pengaruh besar dari perolehan Pendapatan Asli
Daerah Kota Ambon terletak pada Relasi Sosial yang di bangun antara staf kantor walikota Ambon dengan
masyarakat. Bentuk Relasi Sosial ada 3, yakni: Relasi Fungsional, Relasi Mutual Trust and Respect dan
Relasi Pertukaran Uang Dengan Kemudahan
ABSTRACT
This research aims to explain the form of social relation between institution agency and civil
society and lisence process of retribution, the advertising lisence, alcoholic drink lisence and disruption of
trade than and to determine the influence of to regional revenue in Ambon City and social wellfare. Method
in this research is qualitative descriptive from: in depth interview, observation and study of library. Data
processing with recording, documentation and saving then editting and indexing process. Be based on data
explain and analylis, then to determine the influence of to regional revenue in Ambon City and social
wellfare are social relation become by institution agency in Ambon Major Office with civil society
(enterpreneur). the forms of social relation are : 1. Fungtional of Relation, 2. Mutual Trust and Respect of
Realation and 3. Money exchange of Realtion with ease.
Kata kunci: social relation, culture of public services and the regional revenue
A. Latar Belakang
Pelayanan publik atau pelayanan kepada masyarakat mencerminkan pendekatan
seutuhnya dari seorang pegawai pada instansi pemerintah baik dari tingkat Kecamatan,
Kabupaten/Kota sampai pada tingkat pemerintah Daerah. Inti dari pelayanan masyarakat
adalah sikap menolong, bersahabat, dan profesional dalam memberikan pelayanan jasa
atau produk dari suatu instansi yang memuaskan masyarakat dan menyebabkan
masyarakat datang kembali untuk mohon pelayanan instansi tersebut. Pelayanan
masyarakat menuntut setiap unsur di dalam lembaga tersebut untuk berempati kepada
masyarakat. Empati mengandung pengertian sebagai kesanggupan dari birokrat
pemerintah untuk menempatkan dirinya dari pihak masyarakat dan melihat hal-hal atau
masalah-masalah dari sudut pandangan masyarakat. Melalui empati yang dilakukan oleh
pegawai itu akan menuntut kesabaran dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Pemerintah sebagai organisasi birokrasi memiliki peran yang sangat besar dalam
pelayanan publik, di mana sebuah proses tentang perijinan misalnya harus ditempuh oleh
masyarakat melalui meja satu ke meja yang lain. Hal ini dapat menyebabkan masyarakat
sebagai obyek yang dilayani mengalami kebosanan maupun merasa terlalu direpotkan.
Sehingga pelayanan prima yang dimaksudkan adalah bagaimana cara seorang staf
pemerintahan sebagai aparatur negara dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan dapat mencapai tujuan secara
bersama. Struktur dalam sistem pemerintahan juga berpengaruh, di mana antara staf di
level terbawah memahami tugas dan kewajibannya begitupun dengan staf di level teratas.
Bukan berarti untuk menonjolkan kekuasaan namun dalam hal ini keterkaitan tugas
dipentingkan agar proses pelayanan tersebut dapat berjalan baik. Masyarakat
mendapatkan apa yang diinginkannya, sedangkan staf pemerintahan mendapatkan hasil
yang maksimal dalam pekerjaannya. Semua hal di atas dapat diperoleh jika ditunjang
dengan tertibnya administrasi baik oleh staf pemerintah sebagai pelayan masyarakat juga
sebagai anggota masyarakat yang membutuhkan pelayanan tersebut. Dengan demikian,
sangat dibutuhkan kerjasama yang baik oleh semua pihak yang berkepentingan.
Hasil penelitian Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta (2001) tentang pelayanan publik di wilayah Yogyakarta, Sumatera
Barat dan Sulawesi Selatan Menunjukkan bahwa lebih dari 50% pelanggan mengeluhkan
bahwa tidak jarang masyarakat pengadu dimarahi atau diremehkan oleh petugas
pelayanan. Berdasarkan kenyataan sehari-hari, kualitas pelayanan publik yang diberikan
oleh Departemen ataupun Lembaga Pemerintah Non-Departemen (LPND) masih
fluktuatif, artinya masih pasang surut.151
Pemerintah Kota Ambon memiliki Kantor Pelayanan Publik di mana struktur
organisasinya di mulai dari Kepala Kantor, Sub Bagian Ketatausahaan, Seksi
Penyuluhan, Informasi dan Pengaduan Masyarakat, Seksi Perijinann dan Seksi
Pendataan, Penetapan dan Evaluasi yang memiliki tugas dan fungsi sebagai pelayan
masyarakat sekaligus membantu walikota dalam melaksanakan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang Pelayanan Publik. Sebagai perpanjangan tangan dari
kantor Pelayanan Publik, Kantor Walikota Ambon memiliki bagian-bagian yang juga
melakukan pelayan Publik seperti bagian Ekonomi yang bertugas memproses perijinan
melalui pembayaran retribusi melalui bank yang sudah ditetapkan berupa; retribusi
Reklame, retribusi Minuman Beralkohol dan retribusi Gangguan Usaha. Hingga tahun
2014, Bagian Ekonomi kantor Walikota Ambon dalam melakukan pelayanan publik di
bidang retribusi ketiga hal di atas mengalami proses pencapaian tujuan sesuai dengan apa
yang sudah ditargetkan dalam perencanaan mereka. Misalnya: dalam setahun, bagian
Ekonomi menargetkan akan mendapatkan hasil sebesar Rp. 1.000.000.000 (satu milyar
Rupiah) dan hal tersebut tercapai, namun dalam kurun waktu beberapa tahun ke belakang,
kenyataan yang terjadi adalah bahwa apa yang sudah ditargetkan selama setahun tidak
tercapai.152
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperkenalkan cara pandang antropologi
dalam memandang berbagai persoalan yang muncul dari berlangsungnya kegiatan
pelayanan publik dengan cara melihat dinamika hubungan para pelaku yang terlibat
dalam kegiatan tersebut. Adapun yang terpenting dalam kajian ini terfokus pada
berlangsungnya proses pelayanan publik yang tidak hanya terbatas pada kegiatan
manajemen para pembuat kebijakan dalam pencapaian tujuan organisasi, hubungan-
hubungan sosial yang dilakukan untuk mendapatkan kemudahan, keringanan sanksi, atau
keuntungan berupa barang dan jasa pelayaan yang lebih cepat. Oleh sebab itu, penelitian
151
Baedhowi, 2007: Revitalisasi Sumber Daya Aparatur Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas
Pelayanan Publik. Jurnal Ilmu Adminstrasi dan Organisasi, Bisnis dan Birokrasi. Vol. 15, N0. 2 (edisi Mei)
152
Data Kantor Walikota Bagian Ekonomi dan Pengembangan Sumber Daya
ini menggunakan teori relasi sosial dan teori pertukaran sosial dalam menganalisis
hubungan-hubungan sosial yang ada, hubungan interaksi yang berlangsung dalam
aktivitas memberi dan menerima pelayanan, dengan argumentasi bahwa keuntungan
(reward) yang didapat dari adanya proses pertukaran sosial dimaknai sebagai hasil
interaksi timbal balik di antara masing-masing pihak
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang, maka yang menjadi permasalahan adalah:
“Bagaimana Bentuk Relasi Sosial dalam Budaya Pelayanan Publik dan Dampaknya
Terhadap Pencapaian Target Pendapatan (Studi Kasus pada Bagian Ekonomi Kantor
Walikota Ambon)”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini
adalah: Untuk mendeskripsikan dan menganalisis bentuk relasi sosial antara aparat
Pemerintah pada Bagian Ekonomi dengan masyarakat Kota Ambon.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian di harapkan dapat menggambarkan semua bentuk relasi sosial
yang terjalin antara masyarakat dan aparat pemerintah dan proses perijinan melalui
retribusi, baik retribusi periklanan, retribusi minuman beralkohol sampai pada retribusi
gangguan usaha. Dari proses-proses tersebut akan tergambar faktor apa saja yang mampu
mempengaruhi tingkat pendapatan dan pencapaian target oleh Bagian Ekonomi Kantor
Walikota Ambon sehingga dapat menggambarkan seberapa besar Pendapatan Asli
Daerah (PAD) yang berpengaruh pada peningkatan kesejahteraan kedua belah pihak, baik
pengusaha (klien) juga keseluruhan staf atau pegawai yang bekerja di Kantor Walikota
Ambon karena jika Pendapatan dari pembayaran retribusi meningkat maka Pendapatan
Asli Daerah (PAD) diduga meningkat dan ketika PAD meningkat maka kesejahteraan
pegawai atau staf juga meningkat.
pelayanan publik. Pelayanan publik oleh Kepmenpan. No. 63/2003 terbagi ke dalam tiga
kelompok, yaitu:
1. Kelompok Pelayanan Adminstrasi, pelayanan yang akan menghasilkan
dokumen-dokumen formal yang dibutuhkan oleh masyarakat.
2. Kelompok Pelayanan Barang atau pelayanan yang menghasilkan berbagai
bentuk jenis barang yang digunakan oleh publik.
3. Kelompok Pelayanan Jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai
bentuk atau jenis barang yang dibutuhkan oleh publik, seperti: pelayanan
pendidikan, pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan transportasi,
penyelenggaraan post, dan lain-lain
G. Metode
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan suasana alamiah dari latar
penelitian sehingga menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan pendekatan ini, proses
perijinan di amati untuk menjelaskan keterlibatan masyarakat dan staf pemerintah
154
Malinowski, B. (1922). Argonauts of the Western Pacific. NY: Dutton.
155
Mauss, M. (1925, 1967). The Gift: Forms and Functions of Exchange in Archaic Societies. NY:
W.W. Norton. Oxford University Press.
sehingga dapat dikatahui penyebab terjadinya pengurangan dari sisi pendapatan asli
daerah atau pendapatan daerah melalui proses tersebut menurun.
H. Pembahasan
1. Gambaran Umum Bagian Kerja Sama dan Promosi Pengembangan
Ekonomi Kota Ambon
Bagian Kerja Sama dan Promosi Pengembangan Ekonomi merupakan bagian
yang terintegrasi dari Kantor Walikota Ambon berada di bawah garis koordinasi dengan
Asisten Bidang Ekonomi pada Struktur Organisasi Kantor Pemerintahan Kota Ambon
156
W.Laurence, Neuman,: Social Researche Methods: Qualitative and Qualitative Approaches fifth
ed. USA. Boston: Allyn and Bacon Peason Education. Inc.
dan merupakan bagian dari pelayanan terpadu dalam Pelayanan Publik untuk mengurus
ijin usaha baik berupa ijin gangguan dan ijin tempat penjualan minuman beralkohol serta
ijin pemakaian kekayaan daerah, di samping tugas-tugas yang lain dan berkoordinasi
dengan lembaga atau instansi dalam maupun luar negeri yang secara umum merupakan
satu satuan kerja di bawah Walikota sehingga segenap urusan secara terpadu di bawah
kendali kantor Walikota.
Visi misi Bidang Kerja Sama dan Promosi Pengembangan Ekonomi Kota Ambon
terpatri dalam visi misi Pemerintahan Kota Ambon, yakni:
“Ambon yang Maju, Mandiri, Relijius, Lestari dan Harmonis Berbasis
Masyarakat”
Proses pencapaian visi dan misi dibutuhkan pemimpin dan staf yang andal dalam
melaksanakan tugas sehingga dalam struktur organisasi pemerintahan kota Ambon,
masing-masing pejabat dan staf memiliki tugas pokok dan fungsi. Struktur Organisasi
dari Bagian Kerja Sama dan Promosi Pengembangan Ekonomi Kota Ambon terdiri dari
1 Kepala Bagian dan 3 Kepala Sub Bagian, antara lain: Kepala Sub Bagian Umum dan
Kepala Sub Bagian Kerja Sama dan Kepala Sub Bagian Promosi Pengembangan
Ekonomi.
Berdasarkan Peraturan Walikota Ambon No 15 Tahun 2009 Tentang Uraian
Tugas dan Jabatan Fungsional, maka pada pasal 21 ayat (1) menyatakan bahwa Kepala
Bagian Kerja sama dan Pengembangan Ekonomi mempunyai tugas membantu Asisten
Perekonomian, Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat dalam melaksanakan dan
mengkoordinasikan penyusunan program dan petunjuk teknis pelaksanaan kerja sama
antar daerah maupun luar negeri dan promosi pengembangan ekonomi serta
melaksanakan tugas-tugas umum satuan kerja.
Berdasarkan Peraturan Walikota Ambon No 15 Tahun 2009 Tentang Uraian
Tugas dan Jabatan Fungsional, maka pada pasal 22 ayat (1) menyatakan bahwa Kepala
Sub Bagian Umum mempunyai tugas membantu Kepala Bagian Kerja sama dan
Promosi Pengembangan Ekonomi melakukan pembinaan Urusan tata usaha,
perencanaan, mengelola serta membina kepegawaian, keuangan dan perlengkapan satuan
kerja.
Berdasarkan Peraturan Walikota Ambon No 15 Tahun 2009 Tentang Uraian
Tugas dan Jabatan Fungsional, maka pada pasal 23 ayat (1) menyatakan bahwa Kepala
sub bagian kerja sama mempunyai tugas membantu Kepala Bagian Kerja sama dan
Promosi Pengembangan Ekonomi mengumpulkan bahan, menyusun pedoman dan
petunjuk teknis pembinaan di bidang kerja sama baik anta daerah maupun luar negeri.
Berdasarkan Peraturan Walikota Ambon No 15 Tahun 2009 Tentang Uraian
Tugas dan Jabatan Fungsional, maka pada pasal 24 ayat (1) menyatakan bahwa Kepala
sub bagian Promosi Pengembangan Ekonomi mempunyai tugas untuk membantu Kepala
Bagian Kerja sama dan Promosi Pengembangan Ekonomi mengumpulkan bahan,
menyusun pedoman dan petunjuk teknis pembinaan di bidang Promosi Pengembangan
Ekonomi.
2. Informan
Informan dalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha yang mengurus
kelengkapan persyaratan ijin baik ijin gangguan maupun ijin tempat usaha minuman
beralkohol pada Kantor Walikota Ambon Bagian Kerja Sama dan Promosi Pengmbangan
Ekonomi yang secara keseluruhan berjumlah 535 pengusaha yang terbagi dalam 12 jenis
usaha yang ditetapkan dalam Perda Kota Ambon No. 14 Tahun 2012 tanggal 3 Juli 2012
tentang retribusi ijin gangguan dan ijin tempat penjualan minuman beralkohol.
Penggolongan jenis usaha tersebut, antara lain:
1. Jenis usaha untuk Retribusi Izin Gangguan
2. Jenis usaha untuk Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol, terdiri dari:
Proses Pengurusan ijin, pengusaha dipersyaratkan untuk membawa beberapa
berkas yang sudah di foto kopi, antara lain: SITU Reklame, BPJS ketenagakerjaan, ijin
gangguan lama bagi yang melanjutkan setelah 3 tahun berjalan, dan bukti pembayaran
PBB. Data diverifikasi oleh Bagian Kerja Sama dan Promosi Pengembangan Ekonomi
Kota Ambon untuk menentukan besarnya biaya yang harus di bayar berdasarkan Perda
Walikota tentang ijin gangguan dan ijin tempat penjualan minuman beralkohol. Setalah
itu, petugas Bagian Kerja Sama dan Promosi Pengembangan Ekonomi Kota Ambon ke
perusahaan untuk menyampaikan besaran verifikasi. Setelah pengusaha mendapatkan
kepastian harga kemudian pengusaha ke BPPT (Badan Pelayanan Perijinan Terpadu)
untuk mendapatkan Surat SKRD dan bermodalkan SKRD tersebut pengusaha membayar
di Bank.
I. Kesimpulan
Berdasarkan paparan data dan penjelasan analisis, maka sesungguhnya yang
menjadi pengaruh besar dari perolehan Pendapatan Asli Daerah Kota Ambon adalah
terletak pada Relasi Sosial yang di bangun antara staf pada Bagian Ekonomi Kota Ambon
dengan masyarakat atau Pengusaha. Bentuk – bentuk Relasi Sosial ada 3, yakni:
1. Relasi Fungsional
Jika semua staf pada Bidang Ekonomi Kota Ambon bekerja sesuai dengan
Tupoksi masing-masing, maka pengusaha yang akan mengurus Ijin usahanya
akan merasa nyaman, namun di satu sisi proses yang agak berbelit membuat para
pengusaha merasa banyak waktu yang terbuang hanya untuk menunggu. Hal ini
menyebabkan para pengusaha menjadi malas untuk membayar proses perijinan
dan berdampak pada perolehan Pendapatan Asli Daerah
2. Relasi Mutual Trust and Respect
Hubungan yang dibangun dari rasa saling percaya antara staf pada Bidang
Ekonomi Kota Ambon dengan pengusaha sangat dibutuhkan untuk menghindari
terjadinya pelanggaran-pelanggaran baik secara administrasi maupun keuangan.
Hal ini menyebabkan pengusaha merasa nyaman dan yakin bahwa ijin usaha yang
dilakukan tidak akan mengalami kecurangan baik dalam bentuk angka maupun
persayaratan lainnya.
157
Malinowski, . (1922). Argonauts of the Western Pacific. NY: Dutton.
158
Mauss, (1925, 1967). The Gift: Forms and Functions of Exchange in Archaic Societies. NY:
W.W. Norton.
DAFTAR PUSTAKA
Lembaga Penelitian SMERU, 2002: Dampak Desntralisasi dan Otonomi Daerah atas
Kinerja dan Pelayanan Publik, Jakarta
Mikkelsen, Britha, 2001: Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya Pemberdayaan:
Sebuah Buku Pegangan Bagi Para Praktisi Lapangan (Terjemahan: Matheos
Nalle), Penerbit: Yayasan Obor Indonesia, Jakarta
Mulyadi, Deddy, 2015: Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik; Konsep dan
Aplikasi Proses Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik, Penerbit: Alfabeta,
Bandung
Neuman, W. Laurence, 2003: Social Researche Methods: Qualitative and Qualitative
Approaches fifth ed. USA. Boston: Allyn and Bacon Peason Education. Inc.
Puspitosari, Hesti, dkk, 2012: Filsafat Pelayanan Publik. Penerbit|: Setara Press, Malang
Rakhmat. 2005. Reformasi Administrasi Publik MenujuPemerintahan Daerah yang
Demokratis. Jurnal Administrasi Publik. Volume 1/No.1/2005.
Siddiqi, Shamim Ahmad. 2012. Development and Growth through Economic
Diversification: Are there Solutions for Continued Challenges Faced by Brunei
Darussalam?.Journal of Economics and Behavioral Studies. Vol. 4, No. 7, pp.
397-413, July 2012. P: 397-405.
Sinambela, Lijan Poltak, 2005: Reformasi Pelayanan Publik, Penerbit : PT. Bumi Aksara,
Jakarta.
ABSTRACT
This paper aims to provide a perspective of colonial history in aspects of inter-religious relations in Maluku
through the momentum of the birth of Protestantism in Maluku and how it relates to Islam. First, awareness
of sajarah needs to be transformed for the benefit of the shared learning space, so that its meaning can be
understood based on the surrounding context. Second, the tension of the past is only a method or way of
responding to the process of colonialism. Third, Colonialism has a positive impact on the formulation of
common identity as the Moluccas.
ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk memberikan perspekif sejarah kolonial dalam aspek hubungan antar agama di
Maluku melalui momentum hari lahirnya Protestantisme di Maluku dan bagaimana relasinya dengan Islam.
Pertama, Kesadaran sajarah perlu ditransformasikan bagi kepentingan ruang pembelajaran bersama,
sehingga maknanya dapat dipahami berdasarkan konteks yang mengitarinya. Kedua, Ketegangan masa lalu
hanyalah metode atau cara merespon proses kolonialisme. Ketiga, Kolonialisme memberikan dampak
positif bagi perumusan identitas bersama sebagai orang Maluku.
A. Pendahuluan
Saya merasa tertantang untuk menuliskan sejarah lokal yang memiliki
konektivitas dengan sejarah Nusantara dan juga dengan sejarah global. Aspek global itu
bisa dilihat dari penjelasan tentang mengisi lembaran 500 tahun sejarah Protestantisme
yang lahir dari pergumulan pemikiran yang kemudian melahirkan protes dari Marthin
Luther pada 31 Oktober 1517 di Jerman. Arus atau gelombang kekristenan yang semula
lahir di Eropa, kini menjadi bagain dari sejarah masyarakat lokal di Maluku.
Hadirnya Protestantisme dan menjadi warisan (legacy) bagi masyarakat di
Maluku, memang tidak serta merta dapat diterima dengan sadar oleh leluhur
Ambon/Maluku. Sebab proses menjadi Kristen Protestan selain bersifat politis tapi juga
tak instan. Respon orang-orang Maluku terhadap Protestantisme tidak otomatis, bagai
remote control, sekali tekan langsung nyala. Karena itu, Protestantisme dan konteks
Maluku menarik untuk didialogkan secara kritis dan analitis bagi pengembangan GPM
dan pelayanan kontekstualnya kepada jemaat dan masyarakat di Maluku.
Proses sosial, budaya, politik, ekonomi dan agama mengalami dinamika yang
cukup intens sejak datangnya bangsa Eropa di tanah Maluku sejak abad XVI. Dinamika
itu kemudian membentuk struktur sosial keagamaan masyarakat di Maluku hingga saat
ini. Protestantisme dimaknai sebagai suatu gerakan protes keagamaan atas Vatikan di
Jerman tahun 1517 sebagai simbol kebenaran agama Kristen yang kemudian melahirkan
Kristen Protestan dengan model konstruksi teologi baru. Protestantisme hadir di Maluku,
bertumbuh dalam benteng Victoria, pada 27 Februari 1605. Sementara Arus Islam di
159
Makalah ini ditulis dalam rangka memperingati 500 tahun Protestantisme di Maluku dan
dipresentasikan dalam seri diskusi dosen Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon.
160
Dosen pada Jurusan Sosiologi Agama IAIN Ambon
Maluku telah dulu ada bersama jejak perdagangan yang cukup ramai terjadi di nusantara.
Jaringan perdagangan rempah-rempah yang melibatkan pedagang-pedagang Melayu,
Jawa, Makasar, dan juga pedagang Arab dan Cina telah memperkenalkan ajaran Islam
secara intens ke masyarakat di Maluku. Bangsa Eropa datang kemudian menjadikan
dinamika perdagangan menjadi bukan saja ramai, tetapi juga ketegangan secara terbuka
dengan kompleksitas permasalahan di dalamnya.
Denys Lombard (1996) sebagaimana dikutip oleh Yudi Latif mengungkapkan
bahwa pengaruh Islamisasi mulai dirasakan secara kuat pada abad ke-13, dengan
kemunculan kerajaan-kerajaan Islam awal seperti kerajaan Samudera Pasai di sekitar
Aceh. Dari ujung Barat Nusantara, pengaruh Islam secara cepat meluas ke bagian Timur
meresapi wilayah-wilayah yang sebelumnya dipengaruhi Hindu-Budha, yang
akselarasinya dipercepat justru oleh penetrasi kekuatan-kekuatan Eropa di Nusantara
sejak abad ke-16. Kehadiran Islam membawa perubahan penting dalam pandangan dunia
(world view) dan etos masyarakat Nusantara, terutama, pada mulanya, bagi masyarakat
wilayah pesisir. Islam meratakan jalan bagi modernitas dengan memunculkan masyarakat
perkotaan dengan konsepsi “kesetaraan” dalam hubungan antara manusia. Konsepsi
“pribadi” (nafs, personne) yang mengarah pada pertanggung jawaban individu, serta
konsepsi waktu (sejarah) yang “linier”, menggantikan konsepsi sejarah yang melingkar161
Pengaruh Tionghoa hampir bersamaan dan saling meresapi (osmosis) dengan
pengaruh Islam, yang mulai dirasakan setidaknya sejak abad ke-14 (zaman Dinasti Ming
di Tiongkok), ketika imigran-imigran baru dari Fujian dan Guangdong tiba di Nusantara,
dan segera membaur ke dalam struktur sosial-budaya yang ada tanpa hambatan berarti
(Coppel, 1983). Kehadiran anasir Tionghoa berperan penting dalam memperkenalkan dan
mengembangkan teknik produksi berbagai komoditi (gula, arak, dan lain-lain),
pemanfaatan laut untuk perikanan, pembudidayaan tiram dan udang, dan pembuatan
garam, pengadopsian teknik serta perlengkapan perdagangan, gaya hidup (arsitektur,
perhiasan, hiburan, tontonan, beladiri, dan romannya), peran sosial-budaya kelenteng
serta keterlibatan ulama keturunan Tionghoa dalam Islamisasi162
Dengan demikian, sejak awal lalu lintas perdagangan itu muncul disertai pula
dengan penyebaran agama Islam di Nusantara melalui para pedagang itu sendiri. Islam
telah berlabuh di hati masyarakat Nusantara bersamaan dengan berlabuhnya kapal-kapal
perdagangan dari Arab, Gujarat dan juga Tionghoa. Perdagangan rempah kemudian
mengalami intensitas dengan perluasan yang dikuasi oleh para pedagang Islam hingga
sampai ke Timur Tengah sebagai pusat ajaran Islam.
Realitas semacam itu bukan tanpa resiko, dimana dunia sedang diliputi oleh
keinginan Eropa yang diwakili oleh Spanyol dan Portugis, di mana dunia lain dilihat
sebagai aras penguasaan dengan misi penyelamatan dari ketertinggalan dan juga
kekafiran. Misi ini kemudian membuat bangsa Eropa membuat strategi pelayaran untuk
menaklukan dunia lain, sekaligus juga menyiarkan agama, termasuk di Maluku. Salah
satu masalah krusial perjumpaan muslim dan umat kristiani oleh bangsa Eropa adalah
tradisi panjang permusuhan melawan Islam.163
Selain Islamisasi yang diwakili oleh Melayu dan Arab, rakyat Maluku juga
mengalami pengaruh pembaratan diperkenalkan oleh kahadiran Portugis pada abad ke-
161
Yudi Latif, Urgensi Nila Budaya dan Silang Budaya bagi Kemajuan Bangsa., dalam
Penyerbukan Silang Antarbudaya Membangun Manusia Indonesia, (Jakarta. Gramedia:2015).h. 86
162
Ibid. h. 87
163
Untuk penjalasan ini bisa dilihat pada buku Leonard Andaya, Dunia Maluku: Indonesia Timur
Pada Zaman Modern Awal, (Yogyakarta, Bambu: 2015).h. 156
16, disusul oleh Belanda dan Inggris. Tetapi aktor utamanya, tak pelak lagi adalah
Belanda. Sejak kedatangan armada pertama Belanda di bawah pimpinan Cornelis de
Houtman pada tahun 1596, yang disusul oleh operasi ‘Serikat Perseroan Hindia Belanda’
(VOC) sejak 1602, secara berangsur proses pembaratan mulai dirasakan. Bahkan dalam
catatan kakinya, Yudi Latif menguraikan bahwa sebagian besar dari teritori Indonesia
saat ini ialah wilayah-wilayah yang pernah ditaklukan oleh Belanda pada paruh kedua
abad ke-19. Beberapa kerajaan bahkan tidak berhasil ditaklukan sampai dekade pertama
abad ke-20. Untuk menguasai Aceh, dibutuhkan peperangan habis-habisan selama 30
tahun (1873-1904), sementara kerajaan-kerajaan yang lain seperti Bali Selatan dan Bone
(Sulawesi Selatan), baru ditaklukan pada tahun1906. Dan patut dicatat bahwa beberapa
dari pulau yang ditaklukan itu ada yang diperintah secara langsung, dan ada pula yang
diperintah secara tidak langsng. 164
Intensifikasi pembaratan terjadi selama masa rezim ‘liberal’ pada paruh kedua
abad ke-19 yang dilanjutkan oleh rezim “Politik Etis” pada awal ke-20. Pengaruh
pembaratan membawa mentalitas modern yang telah dibuka oleh pengaruh Islam menuju
perkembangan yang lebih luas dan dalam. Pada bidang sosial ekonomi, pengaruh Barat
memunculkan sistem perkebunan, perusahaan dan perbankan modern, pemakaian besi,
perkembangan angkutan, khususnya kereta api, dan pengobatan modern. Pada bidang
sosial-politik, pengaruhnya dirasakan pada modernisasi tata kelola negara dan
masyarakat, klub sosial, organisasi, dan bahasa politik modern. Pada bidang sosial-
budaya, pengaruhnya tampak pada kehadiran lembaga pendidikan dan penelitian modern,
perkembangan tulisan latin, percetakan dan pers, dan gaya hidup.165
Islamisasi maupun Kristenisasi dalam proses historisitasnya telah mengalami
persilangan atau penyerbukan budaya dengan berbagai unsur budaya lain yang datang
dari luar. Sejak ekspansi Hindu-Budha yang berarti Indianisasi di Nusantara, Islam
dengan strategi adaptasi budaya lokal, dan Kristen melalui kolonialisme bangsa Eropa,
baik itu Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda, terutama Belanda telah membentuk
realitas historis masyarakat baik Islam dan Kristen di Maluku. Perjumpaan-perjumpaan
itu selain membentuk memori kelam dari cara-cara kekerasan dari bangsa kolonial, tetapi
sekaligus juga memberikan dampak mentalitas modern yang menjadi mesin gerak
perubahan masyarakat di Maluku.
Perjumpaan secara keras, dimana agama memakai pakaian politik atau politik
memakai pakaian agama oleh kelompok Islam maupun Kristen (Protestan) yang penuh
dengan pergumulan, persaingan, konflik, bahkan kekerasan komunal telah menjadi
memori kelam yang juga menjadi salah satu mentalitas bawaan dari proses panjang
kolonisasi. Hal ini tentu bisa menjadi hambatan bagai relasi sosial budaya masyarakat
Islam dan Kristen (Protestan) di Maluku. Tetapi ini bukan satu-satunya dampak kolonial
yang dirasakan, sebab pada ranah sosial budaya, aspek pendidikan, seni, dan penerbitan,
serta tata kelola pemerintahan yang diperkenalkan oleh kolonial, telah memberikan
dampak positif bagi munculnya mentalis modern. Dengan demikian, aspek sosial-budaya
memainkan peran penting dalam merumuskan konstruksi teologis bagi relasi Islam dan
Kristen (Protestan) di Maluku. Ini semacam dialektika yang tiada akhir di mana masalah
krusial dari perdebatan selama ini adalah apakah agama mengandung masalah doktrin
teologisnya atau orang beragama yang salah dalam merumuskan konstruksi teologisnya.
Sejalan dengan itu, seperti ditegaskan oleh Kimball sebagaimana dikutif Azra
ketika memberikan kata pengantar pada buku Jan. S. Aritonang tentang ‘Perjumpaan
164
Ibid.
165
Ibid.h. 88
Islam dan Kristen di Indonesia’, argumen bahwa orang atau penganut agama-bukan
agama itu sendiri sebagai masalah mengandung kekuatan dan kebenarannya sendiri,
karena pada akhirnya memang sikap dan tindakan manusialah yang menjadi persoalan
dan menimbulkan masalah. Tetapi penting juga diingat, agama bukanlah entitas abstrak,
yang tidak secara bebas mengambang (free-floating) begitu saja. Agama hidup sebagai
tradisi yang dipeluk dan menjadi hidup di tangan masyarakat manusia. Agama yang
kemudian menjadi tradisi mempengaruhi perjalanan manusia. Sebaliknya, manusia juga
mempengaruhi agama. Karena itulah ajaran-ajaran dan struktur-struktur agama tertentu
dapan digunakan siapa saja untuk kepentingan sendiri, hampir sama dengan pistol atau
senjata apa saja yang dapat digunakan untuk menghabisi riwayat orang lain.166
Tulisan ini hendak mengelaborasi pemaknaan ulang atas eksistensi misi
keagamaan, terutama gerakan Protestantisme dan bagaimana kaitannya dengan arus
Islam di Maluku. Tentu kedua arus utama ini memiliki pengaruh cukup siginifikan dalam
membentuk struktur sosial masyarakat Maluku, terutama dalam mengkonstruksi
bangunan teologis yang harmonis, egaliter dalam kerangka kearifan lokal sebagai pakaian
kebudayaan masyarakat Maluku sepanjang eksistensi mereka. Historisitas sebagai subjek
matter bagi bangunan relasi sosial-budaya masyarakat Maluku yang bisa menjadi
diskursus pemikiran dalam merumuskan teologi orang basudara di Maluku.
166
Azyumardi Azra, dalam Jan.S. Aritonang., Perjumpaan Islam dan Kristen di Indonesia, ,
(Jakarta, Gunung Mulia),h. xiv
167
Penyebutan bahasa Ambon Melayu untuk basudara Sarane oleh karena mereka setelah
mengalami pembaratan, terutama konversi agama, baik itu negeri yang tadinya Islam menjadi Krsiten
maupun agama-agama lokal yang belum memeluk agama Islam dan Kristen, bahasa lokal mereka menjadi
hilang atau dihilangkan. Oleh karena itu, bahasa perantara yang dipakai adalah bahasa Ambon Melayu
tersebuy dengan dialeknya yang khas. Terkadang memiliki kesamaan dialek dan ada juga yang tidak sama
sekali. Bahkan dari dialek bahasa di Maluku menjadi penanda untuk mengenali secara jelas mana basudara
Salam dan mana basudara Sarane. Hal ini berbeda dengan masyarakat di Maluku Tenggara, di mana negeri-
negeri Sarena (Katolik) tetap dapat berbahasa key dengan baik.
Dalam konteks itu, saya ingin mengetengahkan tiga fase perjumpaan masyarakat
Maluku dalam perjumpaan dengan bangsa Eropa. Pertama, Portugis dengan misi
Katoliknya, telah memberikan dampak memori sejarah yang kelam pada relasi sosial
keagamaan basudara Salam dan Sarane di Maluku. Relasi yang penuh dengan
pertentangan, eksploitasi, penghianatan, dan juga pembunuhan. Perjumpaan dengan
bangsa Eropa telah disadari melalui mimpi-mimpi yang dipercayai oleh masyarakat di
Maluku Utara. Mimpi-mimpi ini boleh dikatakan sebagai suatu tradisi budaya dari bangsa
Austronesia dalam mengkonstruksi kosmologinya. Dalam konteks itu, Portugis pada
awalnya diterima dengan hormat oleh Sultan Ternate demi kepenting perdagangan.
Tetapi seiring waktu, keramahan itu dimanfaatkan oleh Portugis demi mengejar ambisi
kekuasaan. Tentu saja, perjumpaan ini mempertemukan dua karakter kebudayaan, di
mana kesultanan dengan gaya hukum Islam sebagai petunjuk bagi pola kelakuan (pattern
for behavier) dan bangsa Portugis dengan prinsip kebebasan, seks bebas, serta tradisi
minuman keras yang secara pulgar di pertontonkan. Berbagai permasalahan yang
ditimbulkan dari hal-hal semacam ini juga memicu peperangan antara masyarakat Islam
dengan penjajah. Hal ini bisa dilihat pada kasus pertempuran antara Hitu dan Portugis
ketika Portugis secara terbuka menurunkan ratusan gardus berisi minuman keras dan
diminum di tengah kampung Hitu.
Kedua, Spanyol merupakan bangsa Eropa pertama yang mengumandangkan
permusuhan dengan Islam dan juga Yahudi ketika masyarakatnya diwajibkan menjadi
Katolik pada tahun 1492168. Kemudian atas nama Niaga, pengabaran Injil digunakan
untuk menguasai belahan dunia lain di Asia, termasuk Indonesia. Spanyol lebih ramah
pada masyarakat di Maluku, terutama kerajaan Tidore, namun tidak terlalu lama.
Perjumpaan Spanyol dengan masyarakat di Maluku Utara melalui ekspedisi Magellan
1512 sebagai ekspedisi pertama orang Eropa ke Maluku Utara Ternate.
Dalam catatan sejarah, Spanyol justru lebih memilih berkoalisi dengan Tidore
sebagai rival dari Ternate. Akibat dari kemesraan itu, Partugis lalu menyerang Tidore dan
membakar pemukiman masyarakat di Tidore. Tentu saja ini terkait dengan relasi kuasa
yang berhubungan dengan monopoli perdagangan dan legitimasi kekuasaan Portugis dan
Sultan. Baik Spanyol maupun Portugis atas nama cengkeh dan pala sama-sama
mempergunakan misi Katolik untuk masyarakat di Maluku. Lebih keras lagi, agama
diperalat demi memuluskan usaha dagang dari para penjajah untuk meneguhkan
kekuasaan mereka. Lalu kemudiaan pertanyaannya adalah apakah Sultan Ternate dan
Tidore tidak memperalat agama untuk penegukan eksistensi kekuasaannya? Pertanyaan
ini menjadi penting bagi upaya membangun konstruksi teologis dengan melihat perspektif
historisitas itu sendiri. Sebab, agama dan orang beragama berada dalam tawanan
situasional yang sama.
Ketiga, Belanda dengan sistem monopoli dagang telah membentuk struktur
sosial masyarakat dari mulai para raja, orang kaya dan golongan bawah. Akhir abad ke-
16, Belanda mengambil alih perdagangan. Kebijakan Belanda dengan membagi wilayah
jajahannya menjadi model administratif pemerintahan hingga sekarang. Belanda juga
membagi kelompok masyarakat menjadi tiga golongan, yakni golongan bangsa Eropa,
golongan Timur Asing (Arab dan Cina), dan golongan Pribumi. Pembagian tiga kategori
penduduk Hindia Belanda tersebut menjadi akar permasalahan dalam proses perumusan
identitas sosial-budaya dan politik di Indonesia.
168
Untuk hal ini bisa dilihat pada tulisan Kees De Jong, Dari Perpisahan Kolonial ke Perjuangan
Nasionalisme Bersama. Sejarang Singkat Hubungan Islam Kristen di Indonesia (±1520-1949), Gema
Teologi Vol. 36, No. 2, Oktober 2012.
169
Bernard H. M. Vlekke, Nusantara Sejarah Indonesia, (Jakarta, KPG:2016). h. 84
dilihat secara hitam putih, tetapi pada saat yang sama, juga tidak bisa dilupakan sejarah
masalah lalu. Seperti Ariel Heryanto menggambaran mobil dan kaca spion sebagai
perspektif dalam melihat sejarah. Sejarah kolonial adalah fakta yang yang telah terjadi,
tetapi tidak selamanya buruk atau juga baik.
Atas dasar itulah, kesadaran sejarah filosofis menjadi penting untuk didesakan
agar relasi Islam dan Kristen di Maluku bisa merumuskan paradigma kebudayaannya bagi
kemajuan dan kemakmuran rakyat di Maluku. Kesadaran filosofis yang dirumuskan oleh
Kuntowijoyo meniscayakan pemaknaan transformatif atas fakta-fakta sejarah yang telah
terjadi. Fakta tentang penolakan terhadap simbol-simbol penjajah oleh basudara Salam di
Maluku yakni gitar, kalung yang melingkar di leher dan sekolah-sekolah berbasis umum
yang dulu dianggap sebagai entitas penjajah, fakta stereotif negatif bawaan sejarah
basudara Salam dan Sarane yang masih aktif, yang dikuatkan oleh segregasi pemukiman
yang tajam. Semua itu harus dimaknai sebagai dimensi sejarah yang dinamis dan
berkaitan dengan kehendak berkuasa oleh para penjajah.
Basudara Salam maupun Sarane berada dalam objek permainan yang ditundukan
oleh kuasa dan uang. Diktum Marx tentang sejarah manusia sebetulnya berbasis pada
aspek material, disebabkan oleh awal mula hidup manusia adalah upaya memenuhi
kebutuhan makan dan minum. Makan dan minum sebagai penanda dinamika ekonomi
yang berbasis pada barang berharga. Jadi hidup manusia sebetulnya berkaitan dengan
simbol barang yang berubah-berubah dan membentuk struktur kesadaran kekuasaan.
Kekusaan membentuk basis masyarakat di mana ada kelompok yang berkuasa dan
dikuasi. Agama kemudian menjadi alat legitimasi untuk memperlancar penetrasi perilaku
kolonialisme. Sejarah selalu menghadirkan struktur masyarakat yang berkuasa dan
dikuasai yang kemudian melahirkan politik identitas bersama sebagai korban. Untuk itu,
perlawanan dalam konteks kesadaran sejarah filosofis adalah ketidakadilan dan
dehumanisasi.
Dalam konteks itu, agama sejatinya bukanlah atribut tanpa ruang budaya. Agama
dengan bahasa langit disapa oleh manusia dengan kebudayaanya sehingga boleh jadi
agama menjadi tidak asli pada dirinya sendiri. Oleh karena itu, dalam perilaku setiap
orang beragama, sedapat mungkin menghindari sikap merayakan diri sendiri sebagai
yang paling benar dan mengabaikan orang lain. Agama-agama harus menerima kenyataan
pluralitas dengan tidak melihat agama sebagai entitas yang kaku, sebaliknya agama
dilihat sebagai entitas yang dinamis. Oleh karena itu, pandangan salah seorang pemikir
muslim Iran, Abdul Karim Soroush170 penting untuk cerna bahwa kita tidak sedang
membicarakan soal agama, tetapi kita sedang memperbincangkan tafsiran kita tentang
agama.
Sebagai tafsir, tentu unsur-unsur eksterior dari setiap agama mempengaruhi
konstruksi teologis. Dalam konteks itu, ruang dan waktu dari perjalanan setiap agama
sangat menentukan corak dan tafsiran atas agama itu sendiri. Apakah masa lalu agama
yang penuh dengan eksploitasi, kekerasan dan penundukan yang mewarnai tafsiran atas
bangunan teologis, sehingga tafsiran teologi rasa curiga, dendam, dan permusuhan yang
terpendam itu yang mewarnainya. Ini semacam jebakan kolonialisme yang belum pulih.
Pada ruang dan waktu di mana eksistensi agama dan orang beragama itu jauh berbeda.
Kemudian, apakah hal-hal semacam ini masih terus ada? Jawabannya tergantung pada
sejauh mana ruang publik diisi oleh konstruksi teologis yang melepaskan jebakan
kolonialisme tersebut. Kenapa ruang publik, sebab ruang publik adalah jaminan ekspresi
yang menjadi representasi konstruksi pemikiran keagamaan itu sendiri. Dari situlah masa
depan relasi agama-agama bisa diprediksikan.
Teologi koeksistensi, hemat saya, bertujuan menyadarkan agama-agama bahwa
perbedaan dalam memahami “Yang Ilahi” secara subjektif sama dengan yang dipahami
oleh agama yang lain. Islam dengan Kristen, Hindu, Budha, Noaulu, Kaharingan, dan
yang lain mesti dilihat sama seperti sedang melihat dirinya sendiri dalam memahami
‘Yang lahi”. Dalam hadits kudsi disebutkan bahwa Allah menginformasikan dirinya
“Aku Allah seperti persangkaan hamba-hambaku”. Persangkaan menjadi penanda
bangunan konstruksi teologis dari agama-agama itu sendiri. Relasi teologis intersubjektif
dalam memahami perbedaan agama. Oleh karena itu, Sorous171 menggambarkan dengan
gurih, bahwa tidak boleh ada pemaksaan dalam agama. Ini bermakna bahwa tangan tirani
tidak dapat menebar benih keagamaan di ladang hati. Tidak ada dekrit raja atau fatwa
nalar yang dapat melahirkan atau memperbanyak iman dan cinta. Ambang pintu cinta
jauh di atas dunia nalar. Pemaksaan tidak mempunyai tempat di sini, ini adalah wilayah
pesona gaib.
Kalau dulu, agama hadir melalui sudut pandang subjek-objek, di mana agama
yang satu dianggap sebagai musuh, objek penyadaaran dan penundukan di dalamnya, dan
kemudian memberi warna bagi kehidupan masa itu, sekarang kebutuhan akan hal itu tidak
lagi relevan. Agama-agama harus bisa saling belajar, duduk bersama dengan semangat
mendesekkan keadilan bagi kemanusiaan dalam semangat religiusitas. Keadilan
170
Abdul Karim Sorous oleh Robin Wright, koresponden The Los Angeles Time, menyebutnya
sebagai Marthin luther-nya Islam. Dalam hal pembaruan pemikiran keagamaan, pertanyaan utama yang
coba dijawab Soroush adalah dapatkan ide tentang “perubahan” didamaikan dengan ide “keabadian” yang
diklaim agama- dan jika dapat, seberapa jauhkah itu dimungkinkan. ..Lihat Abdul Karim Sorouh,
Menggugat Otoritas dan Tradisi Agama, (Bandung, Mizan:2002).
171
Ibid. H. 204. Dalam pasal tentang Kebebasan yang Tidak Dapat Dicabut untuk Beriman
Membutuhkan Kebebasan Agama, dijelaskan bahwa iman adalah masalah pengalaman yang sangat
personal dan privat. Kita memeluk suatu agama secara individu sebagaimana kita menghadapi kematian
kita secara individu.
diwujudkan dalam tata kelola ruang publik ke-Indonesia-an dan juga ke-Maluku-an yang
menghadirkan rasa damai dan manusiawi. Sebab, tata kelola ruang publik yang demikian,
dapat ditafsirkan sebagai penanda bagi hadirnya keadilan Tuhan yang dinginkan oleh
semua agama.
E. Penutup
Merayakan 500 tahun Protestantisme sama dengan mengenang masa lalu di mana
agama Protestan itu lahir. Mengapa ini penting, oleh karena masa lalu telah membentuk
masa sekarang. Atas nama perubahan ruang dan waktu, sebagaimana juga berubahnya
situasi masyarakat dengan berbagai permasalahan yang dihadapi, memungkinkan
perubahan konstruksi teologi ke arah yang penad dan berdampak maslaha bagi
kemanusian.
GPM memiliki tanggung jawab yang strategis di dalam memotori ruang
perjumpaan yang lebih dialogis dan mencerahkan. Sebab dengan begitu, kualitas umat
dapat menjadi modal capital yang memberi konstribusi bagi proses-proses bergeraja dan
bernegara. Salah satu tantangan keagamaan kita hari ini adalah proses pendangkalan
pemahaman keagamaan melalui dunia teknologi komunikasi dan informasi. Selain
memberikan dampak positif, teknologi komunikasi dan informasi juga memberi dampak
negatif yang tak terelakan.
Untuk itu, momentum perayaan 500 tahun Protestantisme menjadi wahana
perumusan agenda-agenda perubahan untuk merespon situasi sosial keagamaan, sosial
politik, dan sosial ekonomi, dan sosial budaya yang terus mengalami dinamika yang
tinggi. Tentu semua itu, tidak terlepas dari bebas sejarah yang melatari kesadaran orang
beragama di Maluku. Kesadaran sejarah filosofis menjadi filter bagi pelurusan kesadaran
untuk mengatur perilaku dalam membangun dialog keagamaan yang lebih damai.
Problem krusial kita hari ini adalah bagaimana membangun teologi koeksistensi
yang memungkinkan agama-agama membangun sinergitas bagi kemaslahan umat dalam
bingkai keadilan dan kemanusian. Selama agama-agama dan orang beragama masih
bermasalah pada dirinya sendiri, maka relasi damai agama-agama hanyalah slogan
belaka. Padahal baik Islam maupun Kristen telah membentuk mentalitas modern yang
memungkinkan umat beragama mengalami proses-proses pembangunan yang lebih
terarah.
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi, dalam Jan.S. Aritonang., Perjumpaan Islam dan Kristen di Indonesia,
Jakarta, Gunung Mulia: 2012.
Andaya, Leonard, Dunia Maluku: Indonesia Timur Pada Zaman Modern Awal,
Yogyakarta, Bambu: 2015.
De Jong, Kees, Dari Perpisahan Kolonial ke Perjuangan Nasionalisme Bersama.
Sejarang Singkat Hubungan Islam Kristen di Indonesia (±1520-1949), Gema
Teologi Vol. 36, No. 2, Oktober 2012
Karim Sorouh, Abdul, Menggugat Otoritas dan Tradisi Agama, Bandung, Mizan:2002
Latif, Yudi, Urgensi Nilai Budaya dan Silang Budaya bagi Kemajuan Bangsa., dalam
Penyerbukan Silang Antarbudaya Membangun Manusia Indonesia, Jakarta.
Gramedia:2015.
Vlekke, Bernard H. M., Nusantara Sejarah Indonesia, Jakarta, KPG:2016.
ABSTRACT
Plurality of religion is a necessity, sunnatullah that can not be denied existence. The plurality of
religions itself is historically very difficult to circumvent, for religion is revealed to be less sekligus in the
same point of time and space, but down in the historical moments of time and space. This means that
religion is accepted and understood by its adherents in cultural packs and very heterogeneous language
symbols. The city of Ambon with a balanced religious plurality (Islam-Christian) makes segregation of
territory based on religion.
ABSTRAK
Pluralitas agama adalah sebuah kebutuhan, sunnatullah yang tidak bisa dipungkiri adanya.
Pluralitas agama itu sendiri secara historis sangat sulit untuk dihindari, karena agama diturunkan menjadi
kurang sekligus dalam periode waktu dan ruang yang sama, namun turun dalam momen historis ruang dan
waktu. Ini berarti bahwa agama diterima dan dipahami oleh penganutnya dalam paket budaya dan simbol
bahasa yang sangat heterogen. Kota Ambon dengan pluralitas agama yang seimbang (Islam-Kristen)
membuat segregasi wilayah berdasarkan agama.
A. Pendahuluan
Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang plural. Hal ini ditandai
tidak hanya beragamnya suku bangsa, tapi juga beragamnya agama yang dianut. Di
Indonesia, aksi kekerasan atas nama agama sangat rawan merupakan gambaran dari
semakin terpuruknya hubungan sosial lintas agama.
Pluralitas adalah salah satu di antara wacana keislaman yang masih hangat dan
aktual untuk selalu dibicarakan dari kalangan inteluktual sampai sekarang, baik di
kalangan intelektual Islam, maupun dari kalangan Intelektual non-Islam. Paling tidak ada
dua alasan yang memotivasi penggalakan konsep ini. Pertama, dasar negara kita yang
menganut falsafah Bhinneka Tunggal Ika dan persatuan. Penciptaan suasana kehidupan
yang damai dan saling menghargai antara satu dengan yang lainnya sulit terwujud jika
tidak ada kesadaran akan pemahaman falsafah tersebut. Kedua, terjadinya sederet
peristiwa memilukan dengan melibatkan simbol-simbol agama, bahkan tidak jarang
tindakan itu dilakukan oleh mereka yang mempunyai basic agama yang kuat dan
melakukannya dengan atas nama agama. Apa yang terjadi di Sulawesi Tengah, Maluku,
dan Aceh,174 juga di Agfanistan, Pakistan, India, Palestina, Thailand, Philipina dan
Irlandia, demikian pula pertikaian yang diakibatkan perbedaan dalam pengamalan atau
paham keagamaan, seperti yang terjadi di Irak antara Sunni-Syi’ah,
Pluralitas agama tersebut sangat rentan memunculkan konflik karena agama dapat
dikategorikan sebagai pandangan dunia (world view). Pandangan dunia seorang Muslim
tentu saja berbeda dengan pandangan dunia seorang Nasrani, juga berbeda dengan
pandangan dunia orang beragama Hindu, Budha, dan Konghuchu. Jelas bahwa agama
172
Makalah disampaikan pada seminar dosen Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon
173
Dosen Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon
174
Laporan Pusat Penelitian Pengembangan Pedesaan & Kawasan oleh UGM bekerja sama dengan
Departemen Agama RI., Prilaku Kekerasan Kolektif, Kondisi & Pemicu, (Yogyakarta: UGM, 1997).
B. Pembahasan
175
Lihat Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rahmat, Komunikasi Antarbudaya, Panduan
Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya (Bandung: Rosdakarya, 2005), h. 29.
176
Dedy Mulyana. Komunikasi Efektif: Suatu Pendekatan Lintasbudaya (Bandung: Rosdakarya,
2004), h. 35.
Bahkan bangsa lain itu harus ditumpas dan tak boleh dikasihani. Disebutkan, Dan
Tuhan, Allahmu, telah menyerahkan mereka kepadamu, sehingga engkau memukul
meraka, maka haruslah kamu menumpas mereka sama sekali. Janganlah kamu
mengadakan perjanjian dengan mereka dan janganlah kamu mengasihani mereka.”180
Dalam ayat-ayat itu diperoleh satu pandangan eksklusif dan tidak toleran terhadap umat
dan bangsa lain. Nada mempersalhkan dan merendahkan orang lain sangat kuat.
177
Lihat, Paul F. Knitter, Satu Bumi Banyak Agama: Dialog Multi Agama dan Tanggung Jawab
Global, (Jakarta: Gunung Mulya, 2003), h. 4-11
178
Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab, Perjajian Lama: Kitab Ulangan, 7 : 6
179
Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab, Perjajian Lama: Kitab Kejadian,19:3-6
180
Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab, Perjajian Lama: Kitab Ulangan, 7 : 2
181
Penting dicatat bahwa ayat-ayat eksklusif pada mulanya tak diarahkan untuk meng-
ekskomunikasi-kan umat Islam, karena pada saat itu Nabi Muhammad belum lahir dan agama Islam belum
ditetapkan. Namun dalam perkembangannya, ayat-ayat eksklusif tersebut dipakai untuk menyatakan
ketidakselamatan orang-orang di luar kristen
182
Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab, Perjajian Baru: Yohanes 14:6
183
Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab, Perjajian Baru: Kisah Para Rasul 4: 12
184
Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab, Perjajian Baru: Matius 12: 30
185
Adnan Aslan, Menyikap Kebenaran: Pluralisme Agama dalam Filsafat Islam dan Kristen
Seyyed Hossein Nasr dan John Hick, (Bandung: Alifya, 2004), h. 252-253
186
Karl Rahner, Other Religios are Implicit Forms of Our Own Religion, dalam Abd. Moqsith
Ghazali, Argumen Pluralisme Agama, Membangun Toleransi Berbasis Al-Qur’an (Jakarta; KataKita,
2009), h. 59
mungkin dipahami secara tunggal oleh seluruh umat beragama. Karena itu, paradigma
pluralis menegaskan bahwa yang lain itu harus dipahami sebagai yang lain. Paradigma
pluralis tak menilai agama lain. Semua agama memiliki hak yang sama untuk tumbuh dan
berkembang, termasuk hak pemeluk agama untuk mejalankan agamanya secara bebas.
Menghadapi tiga jenis paradigma ini, sejumlah intelektual menilai bahwa secara
pandangan eksklusif tak memadai diterapkan dalam konteks masyarakat yang plural.
Pandangan eksklusif cenderung bersikap negatif dan merendahkan agama lain.
Eksklusivisme potensial berujung pada malapetaka bagi kerukunan antar umat beragama.
Sikap eksklusivisme yang menutup diri dipandang bukan merupakan suatu kekokohan
dasar yang sejati dalam beriman, tetapi kegoyahan. Dalam konteks tersebut, ketertutupan
adalah cermin dari ketakutan yang merupakan cermin kegoyahan. Kekokohan dasar
dalam beriman bagi seseorang justru terbukti ketika ia berani berhadapan dengan orang-
orang lain yang berbeda pandangan dengannya dalam satu agama dan orang-orang lain
yang berbeda agama dengannya.187
Begitu juga dengan paradigma inklusif yang melakukan pengakuan sepihak
bahwa orang lain akan tetap terselamatkan sejauh mereka menjalankan misi dasar
agamanya, sekiranya yang lain itu menyatakan ketundukannya hanya kepada Tuhan. Cara
pandang inklusif memang terbuka terhadap adanya berbagai jalan menuju Tuhan, akan
tetapi jalan yang paling benar tetap jalan yang dirintis agamanya, yaitu jalan yang paling
memungkinkan seseorang mendapatkan kerelaan (ridha) Tuhan. Mereka masih menilai,
dengan patokan agamanya sendiri, bahwa jalan yang ditempuh umat agama lain tidak
benar sepenuhnya. Karena itu, bahwa sadar kelompok inklusif masih menghendaki agar
orang lain menempu jalan yang sama dengan dirinya. Mereka berusaha menunjukkan
bahwa agamanya adalah agama cinta damai, anti kekerasan, dan menjadi rahmat bagi
seluruh alam.
Mencermati ketiga sikap para tokoh agama di kota Ambon tersebut maka
pandangan sikap pluralis yang hendaknya ditumbuh kembangkan di kota Ambon, namun
demikian pendukung paradigma pluralis pun masih sangat beragama188, yaitu: Pertama,
sebagian kaum pluralis dalam beragama mengatakan, semua agama umumnya
menawarkan jalan keselamatan bagi umat manusia dan semuanya mengandung
kebenaran religius.189
Kedua, sebagian pakar berpendapat, perbedaan agama adalah perbedaan yang
simbolik dan teknis. Misalnya perbedaan antara Islam dan Kristen (dan antar-agama
secara umum) diterima sebagai perbedaan dalam meletakkan prioritas antara “perumusan
iman” dan “pengalaman iman”. Sebagaimana dikemukakan Frithjof Schuon dan Seyyed
Hossein Nasr, setiap agama pada dasarnya distrukturkan oleh dua hal tesebut; perumusan
iman dan pengalaman iman.190
Selanjutnya, untuk mewujudkan kerukunan hidup beragama atau potensi integrasi
dalam bingkai plurasme di kota Ambon, perlu diperhatikan adanya faktor penghambat
dan penunjang. Beberapa faktor penghambat kerukunan hidup beragama di kota Ambon,
antara lain: warisan politik imperialis, fanatisme dangkal, sikap kecurigaan yang
187
Kautsar Azhari Nour, “Passing Over; Memperkaya Pengalaman Keagamaan”, dalam
Kamaruddin Hidayat & Ahmad Gaus AF, Passing Over: Militansi Batas Agama, h. 265
188
Lihat Abd. Moqsith Ghazali, Argumen Pluralisme Agama, Membangun Toleransi Berbasis Al-
Qur’an (Jakarta; KataKita, 2009), h. 59
189
Muhammad Legenhausen, Satu Agama atau Banyak Agama: Kajian Tentang Liberalisme dan
Pluralisme Agama, (Jakarta: Penerbit Lentera, 1999), h. 19
190
Ibid
191
Hasil wawancara dengan Tony Pariela, (Tokoh agama dan Akademisi Universitas Pattimura)
192
Abidin Wakano, (Tokoh Agama dan Akademisi IAIN Ambon)
Toleransi, harmoni, dan kedewasaan itu hampir hilang ditelan derasnya arus
zaman yang dikemas dalam bingkai teologi permusuhan atas nama klaim keselamatan
masing-masing agama. Sudah cukup banyak preseden toleransi dalam Islam. Bukan
hanya Islam mengajarkan demikian, namun sejarah juga memberikan pelajaran berharga
bagi kaum Muslim supaya menegakkan dan menghomati prinsip toleran di antara umat
manusia. Sikap intoleran sebenarnya merupakan hasil dari pembacaan teks agama dalam
kacamata picik dan tidak toleran. Teks apa pun, termasuk Alquran, tidak menutup
kemungkinan terhadap pluralitas pemaknaan, bukan sebuah kepastian.
193
Hasil wawancara dengan Tony Pariela, (Tokoh Agama dan Akademisi Universitas Pattimura)
194
Lihat Larry Barker, communication, dalam Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), h. 243
kehidupan sosial masyarakat. Ini tidak berarti bahwa semua ajaran agama itu sama atau
pluralisme sempit yang cenderung disamakan dengan perspektif monotheisme.
Berdasarkan asumsi bahwa Tuhan telah menetapkan agama-agama yang berbeda
dalam berbagai periode sejarah karena perubahan sosial dan lingkungan historis. Banyak
orang yang yang tidak bisa menjaga keimanan dalam agama sampai ke tingkat
menganggap para pengikut semua agama lain sebagai yang terkutuk dan akalnya cukup
untuk mendeteksi dalam seni sakral, doktrin-doktrin dan ritus-ritus tradisi lain.
c. Penggunaan media
Media adalah sarana paling efektif dalam membangun komunikasi dalam
masyarakat pluralisme karena media dapat menembus relung-relung kehidupan manusia
di mana saja ia berada. Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi, media sebagai
sarana informasi mengalami kemajuan yang sangat pesat. Media cetak maupun media
elektronik merupakan media massa yang paling banyak digunakan oleh masyarakat luas
di berbagai lapisan sosial. Arus informasi serta beragamnya media akan mengantar umat
manusia kepada transformasi budaya.
Dalam beberapa penelitian tentang efek media informasi dapat disimpulkan
bahwa media sangat besar pengaruhnya terhadap aktivitas keseharian manusia, dan ia
mampu mengubah pola pikir dari pemikiran tradisional menuju pemikiran modern.
Namun demikian, meskipun perubahan pola pikir masyarakat dapat terjadi namun bukan
berarti dengan serta merta dapat menghilangkan pemikiran tradisional akan tetapi justru
dapat berinteraksi antara satu dan lainnya. Pada kenyataannya, kedua pola pemikiran
dikotomis tersebut bisa digunakan untuk memperkaya khasanah pemikiran dalam ranah
pluralisme.
Komunikasi (communication) pada hakekatnya selalu mengandaikan minimal dua
orang yang berintraksi. Dari hakekat komunikasi ini, menurut Habermas, tindakan
komunikatif terarah pada “saling pengertian” (vesrstandigung) dan “koordinasi hidup
bersama”, di mana setiap orang melaksanakan kebebasannya dengan mengakui dan
menerima orang lain sebagai subjek yang bebas. Tindakan komunikatif seperti ini berada
dalam situasi tindakan yang bersifat sosial sehingga tindakan strategis, bukan tindakan
yang instrumental dan berada dalam situasi yang bersifat non sosial.195
Dalam dialog antar umat beragama, komunikasi sesungguhnya juga merupakan
suatu bentuk komunikasi dari “pengalaman iman”. Jika iman dipahami sebagai dasar
tindakan komunikatif. Ini berarti hanya dengan pengalaman imanlah tindakan
komunikatif dalam konteks dialog antar umat beragama sungguh menjadi mungkin,
karena pengalaman iman yang sejati merupakan puncak kepunahan hidup pribadi
manusia. Sebagaimana diungkapkan diungkapkan oleh Joao Piedade Inocencio bahwa:
“Hanya pada pengalaman imanlah, setiap orang tanpa diskriminasi diakui dan
diterima penuh sebagai subjek bebas. Atas dasar itulah, setiap orang dapat terlibat
pada kepentingan sesamanya dalam sebuah solidaritas universal.”196
195
Jurgen Habermas, The Theory of Communicative Action, vol. I. Trans. Thomas McCarthy
(Boston: Beacon Press, 1985), h. 285
196
Joao Piedade Inocencio, SJ., “Proses Dialog Intraksi” dalam Budi Santoso, Teologi dan Praksis
Komunikasi Post-modern, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), 124
komunikasi dilakukan oleh pelaku-pelaku yang sadar diri secara terbuka dan terus-
menerus mempertahankan dialog-dialog mempertemukan kepentingan-kepentingan
pribadi dengan komunikasi aktif dan mengambil konsesus-konsesus pada titik temu atas
kepentingan bersama (win-win solution).
Refleksi diri merupakan sebuah proses di mana tekanan-tekanan yang semu
alamiah dilenyapkan secara kritis. Kegiatan ini sangat positif sebagai sebuah proses
pencerahan, pencapaian kemandirian dan tanggung jawab. Habermas mengkonkritkan
konsep refleksi diri yang sifatnya emansipatoris itu atau kritik dalam paradigma
komunikasi dengan memperlihatkan cara kerja psikoanalisis Sigmund Freud sebagai
“hermeneutika dalam”. Maksud Habermas adalah:
“Melalui kritik penyembuhan ini, distorsi-distorsi ideologis yang membuat para
anggota masyarakat terhambat perkembangannya mencapai otonomi dan
kedewasaan ingin menghancurkan. Psikoanalisis dipandang sebagai metode yang
mampu membawa ketidaksadaran ke permukaan kesadaran. Habermas
mengingatkan metode ini jangan dipandang lepas dari konteks, melainkan harus
diletakkan dalam praksis komunikasi”.197
197
Fransisco Budi Hardiman, Menuju Masyarakat Komunikatif (Yogyakarta: Kanisius,1993), h.
xxxiii
198
Juniarsi Ridwan dan Achmad Sodik, Tokoh-tokoh Ahli Pikir tentang Negara dan Hukum dan
zaman Yunani Kuno sampai Abad 20 (Bandung, Nuansa, 2010), h. 255
199
Fransisco Budi Hardiman, Menuju Masyarakat Komunikatif, h. xxv
200
Mukti Ali, “Dialog dan Kerjasama Agama dalam Menanggulangi Kemiskinan”, dalam Weinata
Sairin (ed.), Dialog Antar Umat Beragama: Membangun Pilar-pilar Keindonesiaan yang Kukuh, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1994) h. 67
إِالَّ َمن َّر ِح َم. َاحدَة ً َوالَيَزَ الُونَ ُم ْخت َ ِل ِفين ِ اس أ ُ َّمةً َو
َ ََّولَ ْو شَآ َء َرب َُّك لَ َجعَ َل الن
َاس أ َ ْج َم ِعين ِ َّت َك ِل َمةُ َربِ َك أل َ ْمأل َ َّن َج َهنَّ َم ِمنَ ْال ِجنَّ ِة َوالنْ َرب َُّك َو ِلذَ ِل َك َخلَقَ ُه ْم َوت َ َّم
Artinya:
Dan seandainya Tuhanmu menghendaki, maka pastilah Dia jadikan manusia
umat yang tunggal. Namun mereka akan tetap berselisih, kecuali yang Tuhanmu
merahmatinya. Lantaran itulah Dia ciptakan mereka itu, dan telah sempurnalah kalimat
(keputusan) Tuhanmu: “Pastilah Aku penuhi Jahannam dengan isi dari Jin dan manusia
(yang durhaka) semuanya.”
Dari penegasan tersebut dapat dicermati bahwa (1) Tuhan tidak menghendaki
manusia dalam keadaan tunggal atau monolitik; (2) manusia akan tetap berselisih; (3)
yang tidak berselisih (patuh) ialah mereka yang mendapat rahmat Tuhan; (4) untuk design
itulah Tuhan menciptakan manusia; (5) kalimat keputusan atau ketetapan Tuhan ini telah
sempurna, tidak akan berubah; (6) kebahagiaan dan kesengsaraan abadi bersangkutan
dengan masalah perbedaan antara sesama dan perselisihan mereka.202 Dengan demikian
telah jelaslah bagi kita bahwa sikap menghargai perbedaan antara sesama adalah wujud
kepatuhan kepada Tuhan yang akan mendatangkan kebahagiaan, begitupun sebaliknya.
Multi-agama dan kepercayaan dalam masyarakat kota Ambon menjelaskan bahwa
pluralitas agama merupakan suatu fakta universal yang terdapat di dunia yang kita
tinggali ini. Segenap faktor kehidupan modern seperti komunikasi, kemudahan
transportasi, kesaling-tergantungan sistem ekonomi, organisasi internasional,
memerlihatkan terjadinya pertemuan antar masyarakat, budaya dan agama yang semakin
pesat dan memerlukan pemahaman, saling pengertian. Lebih sebagai suatu fakta,
pluralitas juga merupakan kekuatan yang memerkaya kehidupan manusia, terjadinya
kontak dengan yang lain, memungkinkan manusia di mana saja dapat saling belajar
tentang berbagai kepercayaan agama dan memerluas wawasan membuka kepada
pandangan-pandangan baru, dan jalan-jalan yang bermanfaat, membantu untuk kritis
terhadap diri sendiri, terbuka dan menghargai perbedaan yang lain.
Dalam mencapai kehidupan beragama yang dinamis itu, tidak bisa tidak lain, para
penganut agama harus menapaki jalan menuju yang Satu dengan menghormati
perbedaan-perbedaan agama, pluralitas agama lewat keterbukaan terhadap agama yang
lain untuk bisa saling mengenal dan saling memahami timbal balik, seperti melalui proses
dialog antar agama. Dialog antar agama merupakan titik pertemuan para penganut
berbagai agama. Karena itu, tidak terelakkan jika fakta pluralitas agama akan berujung
pada dialog antar agama.
Dialog antar agama sebagai bentuk komunikasi bukan hanya terbatas kepada
diskusi rasional tentang agama termasuk diskusi tentang etika atau teologi agama-agama,
namun juga bisa mengambil berbagai macam bentuk, seperti dialog kehidupan sehari,
201
Lihat Nurcholish Madjid, Masyarakat Religius, Membumikan Nilai-Nilai Islam dalam
Kehidupan, Dian Rakyat Jakarta, 2010, h. 25
202
lihat Nurcholish Madjid, Masyarakat Religius……. 2010, h. 25-26.
karya sosial bersama, maupun dialog pengalaman beragama. Terdapat berbagai macam
bentuk dialog, begitu pula berbagai macam kesulitannya. Namun bagaimana pun bentuk
dialog antar agama tersebut, maupun macam kesulitan yang menyertainya, dialog antar
agama merupakan suatu bentuk komunikasi manusia.
Dengan demikian, dialog antar umat Islam dan Kristen di kota Ambon hendaknya
terus menjadi rutinitas, seringkali terlaksana formal, dan jatuh dalam formalisme.
Sehingga yang terjadi, dialog antar agama yang berfungsi menciptakan kerukunan hidup
beragama, malah menciptakan kerukunan yang semu, kerukunan yang hanya terbatas
pada dialog yang seremonial formalistik. Sebagai akibatnya komunikasi di antara
kehidupan manusia yang berbeda agama tersebut tetap tidak tercipta. Masing-masing
komunitas agama tetap tinggal pada prasangka dan klaim komunitasnya masing-masing,
yang besar kemungkinan menimbulkan problem besar dalam kehidupan sosial,
mengandung potensi konflik.
Menurut Abidin Wakano, ada beberapa hambatan tokoh agama dalam
mengkomunikasikan pluralisme keagamaan di kota Ambon antara lain: Pertama, ada
sebagaian tokoh agama yang paham tentang pluralisme namun sering ‘bermuka-dua’
yakni di satu sisi dia telah nyaman menerima pluralisme namun di sisi lain masih
menggunakan simbol agama sebagai alat propaganda politik. Kedua, adanya segregasi
(pemisahan) pemukiman sehingga nuansa hidup berdampingan tidak dirasakan secara
baik malah cenderung menuju pada pemishan secara sosial-psikis, di sini pluralisme
keagamaan hanya sebatas diskursus belaka. Ketiga, masih minimnya pemanfaatan media
massa bagi penggiat pluralisme terutama dari kalangan pemuka pendapat untuk
menyosialisasikan pluralisme sebagai perekat antar komunitas yang tersegredasi
tersebut.203
Untuk mengatasi stagnasi tersebut maka dibutuhkan beberapa solusi yang bisa
dipertimbangkan seperti pendidikan dan pelatihan, workshop dan sebagainya kepada para
tokoh agama yang diberi muatan khusus tentang pluralisme. Kemudian perlunya
intensitas pertemuan atau dialog informal antar para tokoh agama dari kedua komunitas.
Selain itu, tersedianya ruang-ruang dan sarana publik yang terjangkau dan
memungkinkan kedua komunitas saling bertemu dan berinteraksi secara rutin. Akhirnya,
pemanfaatan media massa yang optimal untuk mengomunikasikan pesan-pesan
pluralisme secara kontinyu dan berkesinambungan204. Pesan-pesan dapat ditampilkan
dalam perspektif yang beragam oleh tokoh agama, akademisi, professional, pengusaha,
pemuda dan elemen masyarakat lainnya sehingga tersosialisasi dengan baik karena
melibatkan sebagian besar segmen khalayak.
Senada dengan itu menurut KH Husein Muhammad205 ada individu-individu
maupun kelompok-kelompok yang menolak pluralisme karena sudah tidak percaya lagi
pada konstitusi, keputusan-keputusan negara maupun organisasi-organisasi Islam yang
besar. Boleh jadi mereka hanya percaya pada hukum Tuhan dan negara khilafah. Karena
menurut mereka hanya Hukum Tuhan atau Syari at Islamiyah sajalah yang harus diikuti
dan ditaati. Konsikuensi pandangan ini adalah bahwa Hukum Tuhan wajib ditegakkan.
Argumen yang dipergunakan adalah Hukum Tuhan yang menyatakan bahwa orang yang
tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Allah adalah orang kafir, zalim dan fasik
(baca: QS al-Maidah : 44,45 dan 47) dan juga firman Allah : “Apakah hukum jahiliyyah
203
Hasil wawancara dengan DR. Abidin Wakano
204
Hasil wawancara dengan DR. Abidin Wakano
205
Husen Mahmud dalam Abd. Moqsith Ghazali, Argumen Pluralisme Agama, Membangun
Toleransi Berbasis Al-Qur’an (Jakarta; KataKita, 2009), h. xv
yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah
bagi orang-orang yang yakin” (QS. al-Maidah : 50). Berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an
tersebut, mereka meyakini bahwa tidak boleh menerima keyakinan dan pikiran lain
kecuali keyakinan dan pemikiran Islam. Dengan begitu, menurut mereka, pluralisme
adalah ide yang terlarang dalam Islam.
Membaca argumentasi kelompok anti-pluralisme tersebut di atas, tampak jelas
bahwa mereka tidak mempunyai pengetahuan yang cukup mendalam dan luas yang bisa
memahami sumber-sumber otoritatif agama. Pembacaan mereka atas teks-teks
keagamaan menurut KH Husein Muhammad tampak sangat dangkal, partikulatif,
eklektik, dan harfiah, lalu membuat generalisasi atasnya. Argumen mereka sangat kering
dan konservatif. Pola pembacaan teks seperti itu, bagaimana pun telah mereduksi Ilmu
Tuhan yang Maha Tak Terbatas. Klaim kebenaran atas pemahaman literal, tunggal dan
final sambil menyalahkan pemahaman pihak lain adalah bentuk kebodohan yang nyata
sekaligus kekeliruan besar terhadap teks-teks suci Islam.
Perlu bagi setiap pemeluk agama ada program dialog antar umat beragama di
kalangan masyarakat kota Ambon. Dalam rangka memberikan pemahaman dan
pengetahuan tentang agama terutama ide pluralisme. Begitu banyak Tuhan menuturkan
tentang ide pluralisme. Tuhanlah yang menghendaki makhlukNya bukan hanya berbeda
dalam realitas fisikal, melainkan juga berbeda-beda dalam ide, gagasan, berkeyakinan,
dan beragama sebagaimana disebutkan dalam kitab suci umat Islam (al-Qur,an),
“Andaikata Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu. Dan
(tetapi) mereka senantiasa berbeda” (QS Hud: 118), “Andaikata Allah menghendaki,
niscaya kamu dijadikanNya satu umat saja (QS al-Maidah: 48). Dengan demikian, sangat
jelas bahwa ketunggalan dalam beragama dan berkeyakinan tidaklah dikehendaki Tuhan.
Pada ayat lain juga sangat populer disebutkan: “Tidak ada paksaan dalam memasuki
agama” (QS al-Baqarah: 256).
Menurut Islam, perbedaan ekspresi berkeyakinan atau berketuhanan tidak
membenarkan seseorang mengganggu “yang lain”. Dengan kata lain, pemaksaan dalam
perkara agama – di samping bertentangan dengan harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk merdeka- juga berlawanan dengan ajaran al-Qur’an.
C. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Eksistensi wacana pluralitas keagamaan di kota Ambon sebelum konflik
merupakan hal yang tabu, bahkan untuk berdialog dengan komunitas ‘lawan’
dapat dicap sebagai penghianat bahkan sampai pada tahap dieksekusi atau
dibunuh. Kesadaran tentang arti pentingnya pluralisme agama di kota Ambon
mulai diterima setelah konflik komunal mulai reda walaupun belum sepenuhnya
aman, yakni sekitar tahun 2003.
2. Dalam membangun komunikasi pluralitas keagamaan di kota Ambon minimal
menggunakan tiga cara yaitu, (a) Menggunakan bahasa sederhana dan
komunikatif, (b) Membangun kesadaran tentang perbedaan dan (c) Penggunaan
media untuk mendorong terciptanya toleransi antar umat beragama
DAFTAR PUSTAKA
Aslan, Adnan, Menyikap Kebenaran: Pluralisme Agama dalam Filsafat Islam dan
Kristen Seyyed Hossein Nasr dan John Hick, Bandung: Alifya, 2004
Ghazali, Abd. Moqsith, Argumen Pluralisme Agama, Membangun Toleransi Berbasis Al-
Qur’an Jakarta; KataKita, 2009
Goffman, Erving, The Presentation of Self Indonesia Everyday Life, Garden City: N.Y.
Double Day, 1959
Habermas, Jurgen, The Theory of Communicative Action, vol. I. Trans. Thomas
McCarthy, Boston: Beacon Press, 1985
Hasil wawancara Abidin Wakano, (Tokoh Agama dan Akademisi IAIN Ambon)
Hasil wawancara dengan Tony Pariela, (Tokoh agama dan Akademisi Universitas
Pattimura)
Knitter, Paul F. , Satu Bumi Banyak Agama: Dialog Multi Agama dan Tanggung Jawab
Global, Jakarta: Gunung Mulya, 2003
Legenhausen, Muhammad, Satu Agama atau Banyak Agama: Kajian Tentang
Liberalisme dan Pluralisme Agama, Jakarta: Penerbit Lentera, 1999
Madjid, Nurcholish, Masyarakat Religius, Membumikan Nilai-Nilai Islam dalam
Kehidupan, Dian Rakyat Jakarta, 2010
Mulyana Deddy, Metode Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan
Ilmu Sosial Lainnya, Bandung: Rosdakarya, 2004
_________. Komunikasi Efektif: Suatu Pendekatan Lintasbudaya, Bandung: Rosdakarya,
2004
_________, Komunikasi Antarbudaya, Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang
Berbeda Budaya, Bandung: Rosdakarya, 2005
_________, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001
Ridwan, Juniarsi dan Achmad Sodik, Tokoh-tokoh Ahli Pikir tentang Negara dan Hukum
dan zaman Yunani Kuno sampai Abad 20, Bandung, Nuansa, 2010.
ABSTRACT
Cognitive development not only affects the child's understanding of the physical world, but the social world
as well. Children at the age of 5 to 7 years is a golden age for the child. In fact many children at the age of
5 to 7 years in the city of Ambon now preoccupied by various kinds of tutoring. Cognitive violence in early
childhood is a cognitive development in preoperational stage forced to think at a concrete operational stage.
The condition of early child who attended school in kindergarten in Ambon city, as much as 33% (2,409
PD) followed private lesson, not only one, but two, three tutoring. Result of research that not all students
who follow private lessons or classical tutoring do hate crime, as much as 11% (265 PD). Hate crime is a
hate speech.
ABSTRAK
Perkembangan kognitif tidak hanya mempengaruhi pemahaman anak terhadap dunia fisik, tapi juga dunia
sosial. Anak-anak di usia 5 sampai 7 tahun merupakan masa keemasan bagi anak. Sebenarnya banyak anak-
anak di usia 5 sampai 7 tahun di kota Ambon sekarang asyik dengan berbagai macam tutoring. Kekerasan
kognitif pada anak usia dini adalah perkembangan kognitif pada tahap pra operasi yang dipaksakan untuk
berpikir pada tahap operasional yang konkret. Kondisi anak usia dini yang bersekolah di taman kanak-
kanak di kota Ambon, sebanyak 33% (2.409 PD) mengikuti pelajaran privat, tidak hanya satu, tapi dua, tiga
les. Hasil penelitian bahwa tidak semua siswa yang mengikuti pelajaran privat atau les klasik melakukan
kebencian, sebanyak 11% (265 PD). Kebencian yang membenci adalah ucapan yang membenci.
A. Latar Belakang
Kelahiran bukanlah awal kehidupan, melainkan interupsi dalam pola
perkembangan yang dimulai pada saat pembuahan207. Itulah saatnya ketika individu harus
melakukan peralihan dari lingkungan intern di dalam rahim ke dunia di luar tubuh ibu.
Kognitif merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan manusia, terutama untuk
Pendidikan Anak Usia Dini yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran di
sekolah.
Guru sebagai tenaga kependidikan yang bertanggung jawab melaksanakan
interaksi edukatif di dalam kelas, perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang
perkembangan kognitif peserta didiknya. Dalam bekal pemahaman tersebut, guru akan
dapat memberikan layanan pendidikan atau melaksanakan proses pembelajaran yang
sesuai dengan kemampuan kognitif peserta didik yang dihadapinya.
Perkembangan kognitif sama halnya sejumlah aspek perkembangan lainnya,
kemampuan kognitif anak juga mengalami perkembangan tahap demi tahap menuju
kesempurnaannya. Secara sederhana, kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai
kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran
dan pemecahan masalah208. Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini akan
206
Dosen sekjur BKI 2017 Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon
207
Elizabeth B. Hurlock, 2005. Child Development. Sixth Edition. Diterjemahkan oleh, Med.
Meitasari Tjandrasa dan Muslichah Zarkasih, dengan judul: Perkembangan Anak. Jilid. 1 (Jakarta:
Erlangga), h. 84
208
Desmita, 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Remaja Rosdakarya), h. 96
memudahkan anak menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu
menjalankan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan
lingungan sehari-hari.
Mendengarkan, berbicara, membaca, menulis dan mengembangkan kecakapan
akademis lainnya bergantung pada system kognitif. System kognitif mengandalkan input
sensoris dan berfungsinya perhatian, pemrosesan informasi, dan beberapa subsistem
memori secara memadai untuk mengonstruksi pengetahuan dan kecakapan 209. Yang juga
penting, system kognitif berfungsi paling baik jika system-sistem lain, emosional, social,
fisik, atau reflektif tidak bersaing menarik perhatian. Jika system-sistem cenderung
bersaing dan bukan bekerja sama, maka pembelajaran secara drastic akan menurun.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah salah satu
aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu
semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan
memikirkan lingkungannya. Perkembngan akhirnya mencapai suatu diferensiasi yang
semakin tinggi (motorik yang semula kasar menjadi makin halus, hal ini juga berlaku bagi
bahasa)210.
Sebelum Piaget, pandangan psikologi terhadap perkembangan kognitif anak
didominasi oleh perspektif (sudut pandang) biologi maturasi, yang memberikan bobot
hampir sepenuhnya pada komponen “alam” dari perkembangan, dan oleh perspektif
lingkungan belajar, yang memberikan bobot hampir sepenuhnya pada komponen
“pengasuhan.” Sebaliknya, Piaget berfokus pada interaksi antara kemampuan maturitas
alami anak dan interaksinya dengan lingkungan. Piaget memandang anak sebagai
partisipan aktif di dalam proses perkembangan ketimbang sebagai resipien aktif
perkembangan biologis atau stimuli eksternal.
Pada sekitar usia 2 tahun, anak mulai menggunakan bahasa. Kata, sebagai
symbol, dapat mewakili benda, dan suatu benda dapat menjadi symbol benda lain. Jadi
dalam permainan seorang anak berusia 3 tahun mungkin memperlakukan tongkat seperti
kuda dan menungganginya dan berlari-lari di sekeliling rumah, sebuah kotak kayu dapat
menjadi mobil, sebuah boneka menjadi ayah dan boneka lain menjadi anak. Walaupun
anak usia 3 dan 4 tahun dapat berpikir dalam pengertian simbolik, kata-kata dan
bayangannya masih belum terorganisasi secara logis.
Piaget dalam David menyebut stadium perkembangan kognitif antara 2 sampai 7
tahun sebagai praoperasional, karena anak masih masih belum memahami aturan atau
operasi tertentu. Suatu operasi adalah kebiasaan mental untuk memisahkan,
mengkombinasikan, dan mentransformasikan informasi secara mental dan logis211.
Sebagai contohnya, jika air dituang dari gelas yang tinggi sempit ke gelas yang pendek
dan lebar, orang dewasa tahu bahwa jumlah air tidak berkurang mereka dapat membalikan
transformasi di pikiran mereka, mereka dapat membayangkan menuangkan air kembali
dari gelas pendek ke gelas tinggi, dengan demikian mendapatkan kembali keadaan awal.
Dalam stadium praoperatif perkembangan kognitif, pemahaman anak tentang
reversibilitas dan operasi mental lain masih belum ada atau lemah. Sebagai akibatnya,
209
Baharuddun, 2009. Pendidikan & Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media), h.
191
210
F.J. Monks, A.M.P. Knoers & Siti Rahayu Haditono, 2004. Psikologi Perkembangan Pengantar
dalam berbagai-bagiannya (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2004), h. 211
211
David Elkind,. 2008. Six Psychological Studies Jean Piaget, Ed. Revisi (London: University of
London Press), h. 68
menurut Piaget, anak praoperasional masih belum mendapatkan konservasi. Mereka gagal
untuk mengerti bahwa jumlah air tetap dipertahankan walaupun dituang dari gelas tinggi
ke gelas pendek.
Perkembangan kognitif bukan hanya mempengaruhi pemahaman anak tentang
dunia fisik, tetapi dunia social pula. Karena pemahaman peraturan moral dan social adalah
penting dalam semua masyarakat, peneliti tertarik kepada bagaimana anak menjadi
memahami peraturan tersebut. Peneliti skeptic bahwa pengaruh orangtua adalah kuat
dalam perkembangan pemahaman tersebut. Peneliti menduga bahwa pemahaman anak
tentang peraturan moral dan social harus menyesuaikan dengan tingkat perkembangan
kognitif secara keseluruhan.
Anak pada usia 5 sampai 7 tahun merupakan masa keemasan bagi anak tersebut,
sehingga anak mulai mengembangkan minatnya, mulai mengeksplorasi pegetahuannya,
mulai keluar dari lingkungan dalam rumah ke lingkungan luar rumah. Contohnya anak
mulai bermain dengan anak tetangga yang usianya sebaya maupun dua tahun di atasnya
ataupun dua tahun di bawahnya.
Namun kebanyak anak-anak pada usia 5 sampai 7 tahun sekarang disibukan oleh
berbagai macam les. Ketika orangtua mulai mendaftarkan anaknya untuk masuk ke
Sekolah Dasar (SD) atau sekolah setingkatnya, orangtua dihadapkan dengan mengisi
formulir yang salah satu aitemnya adalah: Apakah putra/putri anda pernah mengikuti les?
Les apa sajakah yang diikuti ? ada orangtua yang mengisi: anak saya pernah dan sedang
mengikuti les matematika, les membaca, les bahasa Inggris, les sempoa, les tari, les karate,
les menggambar dan lain-lain212.
Table.1. Kota Ambon memiliki 87 TK/PAUD
Terdaftar Jumlah TK/PAUD Jumlah Peserta Didik
Kandepag 14 950
Dinas Pend 84 6.350
Jumlah 98 7.300
Data: September 2017. Kandepag & Dikor Kota Ambon
Kekerasan kognitif pada anak usia dini adalah perkembangan kognitif yang berada
pada stadium praoperasional dipaksakan untuk berpikir pada stadium operasional konkrit.
Contohnya pada usia bermain, bersosialisasi dengan teman, berfantasi, bermain permainan
tradisional (gici-gici, enggo lari, lompat tali, dll) dan (bertindak seperti super hiro dalam
film kartun) tidak bisa dirasakan karena anak disibukan dengan berbagai macam kegiatan
akademik seperti les-les dan lain-lain.
Keprihatian dengan rendahnya pendidikan bermuatan pembentukan karakter,
moral dan social pada anak usia dini di Indonesia pada umumnya dan di kota Ambon pada
khusunya. Pendidikan di Indonesia (Maluku/Ambon) lebih cenderung mengejar
kecerdasaan akademik/ inteligensi dari pada kecerdasan yang memiliki ketrampilan social,
emosi, budaya, dan keagamaan.
Kondisi anak usia dini yang bersekolah pada TK/PAUD di kota Ambon, 33%
(2.409 PD) mengikuti les-les privat, bukan hanya satu les saja, melainkan ada beberapa
anak yang mengikuti 2 sampai 3 les. Anak usia dini sudah memiliki bibit-bibit dominasi,
monovoli, tidak menghargai hak orang lain, tidak menghormati guru atau orang lain,
cenderung mem-bully, dan hate crime. Korban dari hate crime beberapa anak yang
212
Ainun Diana Lating, Observasi dan Investigasi, di MIT As-Salam Ambon, tanggal 26 Maret -
3 April 2017
memiliki ketakutan berlebihan, untuk berbicara di depan teman yang lain bahkan di depan
sekelompok orang. Indikasi meningkat apabila anak dibesarkan tidak secara baik dan
benar dikhawatirkan anak tersebut akan tumbuh dan berkembang tidak normal, dan
tingkah laku hate crime akan berlanjut. Tidak semua anak didik yang mengikuti les privat
ataupun les klasical melakukan hate crime, dari 33% peserta didik, 11% (265 PD) adalah
pelaku hate crime213.
Setiap anak memiliki keunikan yang berbeda-beda, dan memiliki pertumbuhan
dan perkembangan yang berbeda-beda pula. Ada anak yang mengalami jalan duluan baru
kemudian bisa berbicara, ada juga sebaliknya, bisa berbicara duluan baru kemudian bisa
berjalan. Jika anak “dipaksakan otaknya””mengalami kekerasan kognisi” disibukan
dengan berbagai les, maka kemungkinan anak tersebut mengalami gangguan pada moral
dan social. Sebagai contoh, anak tersebut sering menyebut teman lainnya dengan sebutan
(hate crime) bodoh, mencemo’oh, menjauhkan dia dari teman-teman main, yang
mengakibatkan anak (korban) itu menyendiri, sedih, tidak mau pergi sekolah, perasaan
dikucilkan, perasaan malu, tidak memiliki kepercayaan diri, bahkan walaupun anak
tersebut mengetahui pelajarannya tapi dia tidak mau atau takut untuk mengerjakannya.
Hate crime adalah perasaan benci, tidak suka, bahkan ekpresi kebencian itu
dikeluarkan dengan kata-kata atau bahasa oleh orang yang merasa dominasi, atau orang
kulit putih, atau mayoritas, atau orang memiliki otoritas kepada kaum minoritas, kulit
hitam, kelas social rendah dan lain-lain. Dan persolan ini sudah banyak muncul di
kalangan anak-anak usia dini, yang seharusnya mereka harus hidup secara normal sesuai
dengan perkembangan kognisinya.
B. Fokus Kajian
Orangtua yang mempunyai status ekonomi tengah dan atas merasa bahwa
kegiatan les adalah suatu kegiatan yang wajib diikuti oleh anak-anak mereka. Bahkan
orangtua yang kerja kantoran, pulang sore bahkan malam, merasa sungguh sibuk dengan
pekerjaan mereka sehingga mereka lebih percaya anak-anaknya ikut les sebagai tempat
aman jika tidak bersama mereka. Bukan saja bagi orangtua yang kerja kantoran, orangtua
yang bekerja sebagai pengusaha ataupun pedagang juga sama halnya dengan orangtua
kantoran di atas.
Anak usia dini 4 sampai 7 tahun sudah sekolah ditambah dengan ikut berbagai
macam les, sehingga waktu bermain anak lebih sedikit bahkan tidak ada, dan waktunya
habis untuk belajar. Anak si A suka dibandingkan dengan anak si B, si C dst, kondisi anak
yang ikut les, ada yang terpaksa, nangis, tidak suka, anak tersebut dimarahi, dibentak. Jadi
anak usia dini dipaksakan untuk berpikir secara akademis anak usia 10 sampai 12 tahun.
Contoh kasus, pada buku paket pembelajaran Fiqih untuk kelas 5 di salah satu
sekolah terpadu di kota Ambon, materinya tentang hubungan suami istri, sperma, haid,
yang menurut hemat peneliti tidak sesuai dengan usia perkembangan anak didik. Baik
secara kognitif, social dan komunikasi social.
Anak usia dini yang memiliki ketrampilan kognitifnya melebihi teman-teman
seusianya indikasi meningkat munculnya hate crime yang berdampak negative kepada
korban bahkan pelaku hate crime itu sendiri. Hal ini yang membuat peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian tentang kekerasan kognitif dan hate crime di kalangan anak usia
dini. Anak usia dini pada penelitian ini khususnya anak usia 4 sampai 7 tahun yang berada
213
Ainun. 2017. Penelitian di TK/PAUD Kota Ambon
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1.1 Aspek Teoritis
a. Bagi peneliti, untuk pengembangan keilmuan dosen pada mata kuliah
psikologi perkembangan, dan sebagai tambahan ilmu pengetahuan tentang
perkembangan kognitif anak usia dini dan tumbuh serta berkembang di
sekolah-sekolah favorit, atau sekolah-sekolah unggul di kota.
b. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain, yang akan melaksanakan
penelitian sejenis.
c. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.
D. Jenis Studi
Penelitian ini menggunakan kualitatif interaktif jenis studi kasus. Studi kasus
memiliki keunikan atau keunggulan tersendiri dalam kancah penelitian sosial. Secara
umum studi kasus memberikan akses atau peluang yang luas kepada peneliti untuk
menelaah secara mendalam, detail, intensif dan menyeluruh terhadap unit sosial yang
diteliti. Itulah kekuatan utama sebagai karakteristik dasar dari studi kasus. Secara lebih
rinci studi kasus mengisyaratkan keunggulan-keunggulan berikut:
1. Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan antar
variabel serta proses-proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang
lebih luas.
2. Studi kasus memberikan kesempatan untuk memperoleh wawasan mengenai
konsep-konsep dasar parilaku manusia. Melalui penyelidikan intensif peneliti
dapat menemukan karakteristik dan hubungan-hubungan yang (mungkin) tidak
diharapkan/diduga sebelumnya;
3. Studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan-temuan yang sangat berguna
sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan bagi perencanaan penelitian
yang lebih besar dan mendalam dalam rangka pengembangan ilmu-ilmu sosial214.
Studi kasus merupakan suatu penelitian yang dilakukan terhadap suatu “kesatuan
sistem”. Kesatuan ini dapat berupa program, kegiatan, peristiwa, atau sekelompok
individu yang terikat oleh tempat, waktu dan ikatan tertentu. Sehingga studi kasus juga
adalah suatu penelitian yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna,
memperoleh pemahaman dari kasus tersebut215.
E. Penelitian Terdahulu
Data terbaru Biro Penyelidiki Federal AS (FBI) menyebutkan, kejahatan
kebencian (hate crime) naik dari 5. 479 menjadi 5. 850 kasus tahun lalu, sementara
kejahatan bermotif kebencian terhadap warga muslim naik ke tingkat tertinggi sejak 2001.
Warga New York melakukan unjuk rasa agar Kejahatan Kebencian terhadap Minoritas
dihentikan saat pemakaman Imam Maulama Akonjee dan Thara Uddin yang ditembak
tewas di Queens, New York 15 Agustus 2016 lalu.
Badan Penyelidikan Federal Amerika FBI hari senin 14 Nopember 2016
melaporkan bahwa kejahatan bermotif kebencian terhadap warga minoritas tahun 2015
naik 7%. Insiden yang menarget warga Muslim bahkan naik pesat 67%.
Kejahatan bermotif kebencian naik dari 5. 850 kasus tahun 2014 menjadi 5. 979
kasus tahun 2015. Sebaliknya kejahatan bermotif kebencian terhadap warga Muslim naik
dari 154 kasus tahun 2014 menjadi 257 kasus tahun 2015. Menurut para aktivis dan pakar
Muslimmeningkatnya kejahatan kebencian disebabkan meningkatnya Islamphobia atau
ketidaksukaan atau prejudice terhadap Islam, reaksi terhadap serangan terror di Amerika
dan Eropa.
FBI mendefinisikan “hate crime” sebagai pelanggaran criminal yang sebagian
atau secara keseluruhan dilatarbelakangi oleh status sesungguhnya atau penilaian atas
status seseorang atau sekelompok orang, misalnya ras dan etnis, agama, disabilitas,
orientasi seks, gender dan identitas gender216.
214
Burhan Bungin, 2005. Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada),
h. 23
215
Nana Syaodih Sukmadinata, 2009. Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya), h. 64
216
Vaoindonesia.com, diakses tanggal 20 April 2017
F. Kajian Teori
1. Konsep Dasar Kekerasan Kognisi dan Hate Crime
a. Teori Kognisi Anak anak usia dini Jean Piaget
Psikolog Swiss terkenal, Jean Piaget, menekankan bahwa remaja secara aktif
mengkonstruksikan dunia kognitif mereka sendiri, informasi tidak hanya dicurahkan ke
dalam pikiran mereka dari lingkungan. Piaget menekankan bahwa anak usia dini
menyesuaikan pikiran mereka dengan memasukan gagasan-gagasan baru, karena
tambahan informasi akan mengembangkan pemahaman217. Piaget juga percaya bahwa
manusia melewati empat tahapan dalam memahami dunia. Setiap tahapan berhubungan
dengan umur tertentu dan terdiri dari cara berpikir yang berbeda. Cara yang berbeda
dalam memahami dunialah yang membuat satu tahap lebih maju dari pada tahap yang
lain. Mengetahui lebih banyak informasi tidaklah membuat berpikir anak lebih maju,
karena kognisi anak berbeda secara kualitatif dalam tahap yang satu dibandingkan dengan
tahap yang lain.
Piaget membagi tahap berpikir menjadi empat tahap yaitu218: 1). Tahap
sensorimotorik, yang berlangsung dari lahir sampai kira-kira usia 2 tahun, anak
mengkonstruksi pemahaman mengenai dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman
sensoris (seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan fisik, motorik. 2). Tahap
praoperasional yang berlangsung dari kira-kira usia 2 – 7 tahun, anak mulai
mereprestasikan dunia dengan kata-kata, citra dan gambar-gambar. Pikiran simbolik
sudah lebih dari sekedar hubungan sederhana antara informasi sensoris dan aktivitas sik.
3). Tahap operasional konkret yang berlangsung dari kira-kira usia 7 sampai 11 tahun,
anak dapat melakukan operasi dan penalaran logis, menggantikan pemikiran intuitif,
sepanjang penalaran dapat diaplikasikan pada contoh khusus atau konkret. 4). Tahap
operasional formal yang terjadi antara usia 11 dan 15 tahun, individu bergerak melebihi
dunia pengalaman yang aktual dan konkret, dan berpikir lebih abstrak serta logis.
Dalam kamus psikologi karya Drever, dijelaskan bahwa kognisi adalah istilah
umum yang mencakup segenap mode pemahaman, yakni persepsi, imajinasi,
penangkapan makna, penilaian dan penalaran219. Ada juga penjelasan lain bahwa kognisi
adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan, termasuk di dalamnya
mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka, membayangkan,
memperkirakan, menduga, dan menilai. Secra tradisional, kognisi ini dipertentangkan
dengan konasi (kemauan) dan dengan afeksi (perasaan).
Sejumlah ahli psikologi juga menggunakan istilah thinking atau pikiran ini untuk
menunjuk pengertian yang sama dengan cognition (kognisi), yang mencakup berbagai
aktivitas mental, seperti penalaran, pemecahan masalah, pembentukan konsep-konsep,
dan sebagainya.
217
David Elkind, 2008. Ibid., h. 69
218
Desmita. 2009. Ibid., h. 100
219
Drever, Kamus Psikologi, 2008 (Yogyakarta: UGM Press), h. 245
Gagne dan Briggs dalam Santrock menyatakan suatu contoh kerja kognisi ialah
proses inferensi atau induksi. Pengalaman dengan obyek-obyek, dan disitu seseorang
220
John W. Santrock. Live Span Development (Dalas: University of Texas Press, 1995),.h. 91
221
Ibid,. h. 95
222
Ibid,. h. 98
Piaget melandasi timbulnya strategi kognitif, disebut teori meta cognition. Meta
cognition merupakan keterampilan yang di miliki oleh siswa-siswa dalam mengatur dan
mengontrol proses berpikirnya. Menurut Presseisen meta cognition meliputi empat jenis
keterampilan, yaitu:
a. Keterampilan Pemecahan Masalah
b. Keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk
memecahkan masalah melalui pengumpulan fakta-fakta, analisis informasi,
menyusun berbagai alternatif pemecahan, dan memilih pemecahan masalah yang
paling efektif.
c. Keterampilan Pengambilan Keputusan
d. Keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk memilih
suatu keputusan yang terbaik, dari beberapa pelihan yang ada melalui
pengumpulan informasi, perbandingan kebaikan dan kekurangan dari setiap
alternatif, analisis informasi, dan pengambilan keputusan yang terbaik
berdasarkan alasan-alasan yang rasional.
e. Keterampilan Berpikir Kritis
f. Keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk
menganalisa argumen dan memberikan interprestasi berdasarkan presepsi yang
benar dan rasional, analisis asumsi bias dari argumentasi, dan interprestasi logis.
g. Keterampilan Berpikir Kreatif 229
h. Keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk
menghasilkan gagasan yang baru, kontruktif berdasarkan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip yang rasional maupun peresepsi, dan intuisi individu.
Keterampilan-keterampilan di atas ini saling terkait antara satu dengan yang
lainnya, dan sukar untuk membedakan, karena keterampilan-keterampilan tersebut
terintegrasi. Kadang-kadang pada saat yang bersamaan tatkala seorang menggunakan
strategi kognitifnya untuk memecahkan masalah, maka dia menggunakan keterampilan
untuk memecahkan masalah, mengambil keputusan ,berpikir kritis, dan berpikir kreatif.
229
H. Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi (GP Press Group, Ciputat
2012), hal 5
230
Diakses 2017. http//www.legislation.gov.uk/2003
respon231. Anak yang mengalami kekersan kognitif sering mengalami depresi, tidak
percaya diri, suhu tubuhnya panas, karena terjadi abnormalitas kognitif. Serangkaian
kognitif tertentu sebagai penyebabnya, yaitu, perasaan tidak berdaya yang menguasai
individu. Seseorang penderita depresi memiliki skema negative menunjukan pada kita
bahwa orang tersebut memiliki pikiran-pikiran yang membuatnya tertekan232.
Namun. Pola pikir semacam itu sebenarnya merupakan bagian dari diagnose
depresi. Hal yang membedakan dalam paradigm kognitif adalah pikiran memiliki situasi
kausal, pikiran dianggap menyebabkan fitur lainnya dari suatu gangguan, seperti
kesedihan.
Dan kami wasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya.
Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan bersyukurlah kepada-
Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu. (Q.S. Lukman :
14).233
Menurut sebagian para ulama, ayat diatas bukanlah bagian pengajaran Lukman
kepada anaknya. Ia disisipkan Al-qur’an untuk menunjukkan betapa penghormatan dan
kebaktian kepada kedua orang tua yang menempati posisi kedua setelah pengagungan
kepada Allah SWT. Dan kita diperintahkan untuk berbakti kepada kedua orang tua,
sebagaimana dalam Q.S. Al-an’am (96) ayat 151 yang menyatakan: “katakanlah
(Muhammad), marilah aku bacakan apa yang diharamkan tuhan kepadamu. Janganlah
memprsekutukan-Nya dengan apa pun, berbuat baik kepada ibu bapak……dst. (Al-
an’am[6]: 151). Maka untuk itulah kita diperintahkan untuk berbuat baik kepada mereka,
dan bersyukur kepada Allah yang menciptakan kita melalui perantara keduanya dan
bersyukur pula kepada kedua orang tua yang senantiasa melimpahkan kasih sayangnya
kepada kita sebagai seorang anak.
Nilai pendidikan yang harus kita ambil yaitu bagaimana cara untuk mempergauli
kedua orang tua baik mereka sudah lanjut usia yang dalam pemeliharaan kita.
231
Gerald C. Davison, John M. Neale, Ann M. Kring. Abnormal Psychology. 2014.
Diterjemahkan Noermalasari Fajar. Ed. 9 (Jakarta: Rajawali Pres), h. 73
232
Ibid., h. 77
233
Muhammad Shohib. 2007. Qur’an dan Terjemahnya (Kepala Pentashihan Mushaf Al-
Qur’an) Jakarta., h.. 412
Q. S. Lukman[31] Ayat 15
ِوان جاهداك على ان تشرك بي ماليس لك به علم فال تطعهما وصاحبهما في الدنيامعروفا واتبع سبيل من اناب
.الي ثم الي مرجعكم فانبئكم بماكنتم تعملون
Terjemahnya: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah engkau mematuhi
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang
yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”234
Setelah ayat lalu menekankan tentang pentingnya berbuat baik kepada orang tua,
maka dalam ayat diatas dinyatakan pengecualian untuk mentaati perintah kedua orangtua.
Ayat ini berkenaan Sa’ad bin Malik. Sa’ad bin Malik mengatakan, “aku sangat mencintai
ibuku. Saat aku masuk islam ibuku tidak setuju dan berkata, ‘anakku, kau pilih salah satu,
kamu tinggalkan Islam atau aku tidak akan makan sampai aku mati. Aku bertekad untuk
tetap memeluk Islam. Namun ibuku malaksanakan ancamannya selama tiga hari tiga
malam. Aku bersedih dan berkata, ‘ibu, jika ibu memiliki seribu jiwa (nyawa) dan satu
persatu meninggal, aku akan tetap dalam Islam. Karena itu terserah ibu mau makan atau
tidak, akhirnya ibuku pun luluh dan mau makan kembali.” (H.R. at-Tabrani).
Nilai-nilai pendidikan yang bias kita ambil jika dikaitkan dengan Al-qur’an surah
lukman ayat 15: sebagai berikut:
1. Peran orangtua bukanlah segalanya, melainkan terbatas dengan peraturan dan
norma-norma ilahi.
2. Dalam dunia pendidikan, pendidik tidak mendominasi secara mutlak, tidak semua
harus diterima oleh anak didik melainkan anak didik perlu memilah yang benar
berdasarkan nilai-nilai Islamiyah. Yaitu merujuk pada Al-qur’an dan As-sunnah.
3. Dalam persoalan keduniaan, kita harus mematuhi kedua orang tua dan berbakti
atau memberikan haknya, namun kalau persoalan aqidah tidak seharusnya kita
mengikuti.
Selanjutnya pada ayat yang lain Allah SWT melalui RasulNya menjelaskan dalam
Qur’an Surat (66) At-Tahrim ayat 6, tentang lindungilah keluarga dari perbuatan jahat:
Ayat enam diatas menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan harus bermula
di rumah. Kedua orangtua bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga pasangan
masing-masing sebagaimana masing-masing bertanggungjawab atas kelakuannya.
Ayah atau ibu sendiri tidak cukup untuk menciptakan satu rumah tangga yang diliputi
oleh nilai-nilai agama serta dinaungi oleh hubungan yang harmonis. Anak adalah aset
bagi orang tua dan di tangan orangtualah anak-anak tumbuh dan menemukan jalan-
234
Muhammad Shohib, Ibid,.
jalannya. Banyak orang tua “salah asuh” kepada anak sehingga perkembangan fisik yang
cepat diera globalisasi ini tidak diiringi dengan perkembangan mental dan spiritual yang
benar kepada anak sehingga banyak prilaku kenakalan-kenalakan dilakukan oleh anak.
Sebagai orang tua yang proaktif kita harus memperhatikan benar hal-hal yang
berkenaan dengan perkembangan sang buah hati, amanah Allah. Rasulullah juga
memeberitahu betapa pentingnya / Urgensi mendidik anak sejakdini, dalam hadits
Rasulullah SAW :
“Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka hanya kedua orang tuanyalah
yang akan menjadikannya seorang yahudi atau seorang nasrani atau seorang
majusi”. (HR.Bukhari)
Dari hadits di atas jelaslah bahwa setiap bani adam yang terlahirkan di dunia ini
dalam keadaan fitrah (dalam keadaan islam), karena sesungguhnya setiap bani adam
sebelum ia terlahirkan ke dunia (masih dalam kandungan), ia sudah berikrar dengan
kalimat syahadat yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah
Subhanallahu wa Ta’ala dan Muhammad adalah hamba dan utusan Allah Subhanallahu
wa Ta’ala. Sedangkan yang menjadikan anak itu menjadi seorang yahudi, nasrani, dan
majusi melainkan itu semua karena peranan dari kedua orang tuanya.
Dan untuk lebih menambah pengetahuan kita, saya akan mengutip pernyataan
ilmuwan pendidikan Dorothy Law Nolte yang pernah menyatakan bahwa anak belajar
dari kehidupan lingkungannya. Lengkapnya adalah sebagai berikut:
a. Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
b. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
c. Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri
d. Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyeasali diri
e. Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
f. Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
g. Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan
h. Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
i. Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, Agus, Revolusi Kecerdasan Abad 21: Kritik MI, EI, SQ, & Successful Intelligence
atas IQ (Bandung: Alfabeta, 2005)
Elkind, David. Six Psychological Studies Jean Piaget, Ed. Revisi (London: University of
London Press, 2008
Demita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009)
Hurlock, Elizabeth. Development Psychology (Calofornia: Erlyin and Bacon, 1994)
Hurlock, Elizabeth. Child Development, Alih Bahasa. Meitasari Tjandrasa & Muslichah
Zarkasih (Jakarta: Erlangga, 2005).
ABSTRACT
In communicating often encountered an event where we have difficulty communicating with
others who have different background. This happens because of differences in regional backgrounds with
different cultural structures. This writing aims to determine the experience of communication between
ethnic Bugis and ethnic Ambon in Ambon city and Factors that support and inhibit the behavior of inter-
ethnic communication Bugis and ethnic Ambon. The method used is qualitative descriptive. The results
showed that communication between ethnic Bugis with ethnic Ambon in the city of Ambon already bias
achieve mutual understanding. Factors that support and inhibit in the process of communication can also
be used as a tool to achieve a common understanding, which led to the attitude of tolerance between them.
ABSTRAK
Dalam berkomunikasi sering ditemui peristiwa dimana kita mengalami kesulitan berkomunikasi
dengan orang lain yang memiliki latar belakang yang berbeda. Hal terjadi karena perbedaan latar belakang
daerah dengan struktur budaya yang berbeda pula. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman
komunikasi antara etnik Bugis dan etnik Ambon di kota Ambon dan Faktor yang mendukung dan
menghambat perilaku komunikasi antar etnik Bugis dan etnik Ambon. Metode yang digunakan adalah
deskriftif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa komunikasi antara etnik Bugis dengan etnik
Ambon di kota Ambon sudah bias mencapai pengertian bersama. Faktor-faktor yang mendukung dan
menghambat dalam proses komunkasi pun dapat dijadikan alat untuk mencapai suatu pengertian bersama,
yang berujung pada sikap toleransi anatar keduanya.
A. Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia
lainnya. Manusia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa
yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi.
Dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain
niscaya akan terisolasi dari masyarakatnya. Pengaruh keterisolasian ini akan
menimbulkan depresi mental yang pada akhirnya membawa orang kehilangan
keseimbangan jiwa. Oleh karena itu, menurut Dr. Everet Kleinjan dari East West Center
Hawaii, komunikasi sudah merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia seperti
halnya bernafas. Sepanjang manusia ingin hidup, ia perlu berkomunikasi.235
memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda agama, ras, etnik, sosial ekonomi, atau
gabungan dari semua perbedaan ini).
Komunikasi multikultural merupakan suatu proses komunikasi berjenjang yang
mampu menjadi pengikat dan jembatan yang mengakomodasi perbedaan-perbedaan
seperti status sosial, etnik, gender dan agama dalam masyarakat yang multikultural agar
tercipta kepribadian yang cerdas, bijak dan santun dalam menghadapi masalah-masalah
keberagaman.
Dalam berkomunikasi sering ditemui peristiwa dimana kita mengalami kesulitan
berkomunikasi dengan orang lain yang memiliki latar belakang yang berbeda. Berbeda
ketika kita berkomunikasi dengan orang yang memiliki latar belakang yang sama dengan
kita, kemungkinan terjadinya kesalahpahaman dalam berkomunikasi semakin besar
ketika kita berkomunikasi dengan orang yang latar belakang budayanya berbeda dengan
kita.
Perbedaan merupakan kenyataan yang sudah ada sejak awal ketika kehidupan
umat manusia ini diciptakan oleh sang Maha Pencipta. Sebagai tak terpisahkan dari
kehidupan umat manusia maka perbedaan merupakan suatu kenyataan yang
dianugerahkan (as Given) akan senantiasa melekat pada diri kita dan karenanya akan tetap
ada sepanjang sejarah kehidupan umat manusia. Hal tersebut bermakna bahwa dalam
menjalani kehidupan sosialnya maka setiap individu manusia akan senantiasa ada dalam
medan perbedaan yang sama sekali tidak bisa untuk dihindari. Perbedaan dalam realitas
sosial merupakan entitas yang harus diterima sebagai fakta absolut oleh setiap individu
manusia dalam kehidupan ini.
Bentuk perbedaan yang harus dihadapi oleh setiap individu manusia dalam
realitas sosialnya sangatlah beragam. Ketika berinteraksi dengan individu lain maka
setiap individu bisa jadi akan menjumpai perbedan fisiologis, pola perilaku, pola pikir,
cara pandang, standar hidup, hingga yang paling kompleks dan sistematik adalah
perbedaan budaya. Perwujudan perbedaan yang tersebut terakhir telah menempatkan
individu manusia hidup dalam suatu sistem sosial dengan keberagaman budaya yang
kemudian lebih popular dikenal dengan sistem sosial yang multikultur. Di dalam sistem
social yang multikultur, secara relatif setiap individu akan cenderung semakin sering dan
semakin intensif untuk berinteraksi dengan individu lainyang berbeda budaya. Terlebih
lagi dalam situasi saat ini ketika teknologi transfortasi dan komunikasi telah mengalami
kemajuan yang begitu dahsyat.
Melihat ciri dari masyarakat Indonesia sangat terasa keberagamannya, mulai
keberagaman etnis sampai perspektif, hal ini diperjelas oleh Bhirek dalam Hendra
menjelaskan dalam masyarakat modern kontemporer ditengarai ada tiga kategori
keanekaragaman golongan yang hidup dan mewarnai masyarakat, yaitu (1)
keanekaragaman subkultur,(2) keanekaragaman perspektif dan (3) keanekaragaman
komunal. Masyarakat yang mempunyai tiga unsur golongan ini dalam komposisinya, dan
terutama yang menunjukkkan keanekaragaman tipe yang kedua dan ketiga, disebut
Parekh sebagai “masyarakat multikultural”. Hal itulah yang membuat masyarakat
Indonesia sering disebut Masyarakat Multikultural, yang sarat akan perselisihan, konflik
tetapi di satu sisi juga terasa aroma toleransi dan saling menghargai di dalamnya.236
Di kota Ambon ada beberapa etnik yang menatap dan berbaur dalam interaksi
sosialnya, di antaranya etnik Bugis, Buton, Jawa, Toraja, Padang. Komunikasi yang
terjadi antara kelompok orang atau etnik yang ditandai dengan bahasa dan asal usul yang
236
Filosa Gita Sukmono dan Fajar Junaedi. 2014. KOMUNIKASI MULTIKULTURAL. Melihat
Multikultural Dalam Genggaman Media.Buku Litera Yogyakarta. Hlm 3
sama. Oleh karena itu, komunikasi antar etnik juga merupakan bagian dari komunikasi
multikultural atau komunikasi antarbudaya, sebagaimana juga komunikasi antar ras, dan
agama.
Kedatangan etnik Bugis di kota Ambon memberikan warna tersendiri dalam
kehidupan bermasyarakat di kota Ambon. Bertemunya kedua etnik ini akan efektif jika
keduanya mempunyai kecakapan dan kompetensi komunikasi dan saling memahami
perbedaan budaya di antara mereka. Komunikasi yang baik dapat menunjang hubungan
yang baik antara keduanya.Banyak yang menganggap bahwa melakukan interaksi atau
komunikasi itu mudah, namun, setelah mendapat hambatan ketika berkomunikasi,
barulah disadari bahwa komunikasi multikultural atau komunikasi antar budaya yang
berbeda tidaklah mudah.
Komunikasi yang terjadi antara kelompok orang yang ditandai dengan bahasa dan
asal usul yang sama. Oleh karena itu, komunikasi antar etnik yang merupakan bagian dari
komunikasi antarbudaya, sebagaimana juga komunikasi antar ras, komunikasi antar
agama, dan komunikasi antar gender. Dengan kata lain, komunikasi antar budaya lebih
luas dari bidang-bidang komunikasi lainnya. Pemahaman mengenai komunikasi
antarbudaya bukan sesuatu yang baru karena sebenarnya sejak dulu manusia sudah saling
berinteraksi yang tentu saja manusia tersebut mempunyai latar belakang kebudayaan yang
berbeda, maka komunikasi antarbudaya telah dapat dikatakan langsung.
Bertemunya etnik Bugis dan etnik Ambon di kota Ambon berarti mempertemukan
unsur-unsur etnik dan budaya yang berbeda pula. Koentjaraningrat membagi tujuh unsur
kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia, yaitu; pertama, bahasa
yaitu lisan dan tulisan, kedua, sistem pengetahuan. Ketiga, organisasi sosial. Keempat,
sistem peralatan hidup dan teknologi. Kelima, sistem mata pencaharian hidup, keenam,
sistem religi. Ketujuh, kesenian.237
Bertemunya berbagai kelompok sosial suku-suku bangsa atau etnik pada suatu
wilayah dapat terjadi dua kemungkinan proses sosial (hubungan sosial atau interaksi
sosial), yaitu hubungan sosial yang positif dan negatif. Berbagai macam perbedaan
budaya, bahasa, agama, dan adat istiadat yang dimiliki etnik Bugis dalam berinteraksi
dengan etnik Ambon yang mayoritas. Kajian ini menarik untuk melihat keberagaman
komunikasi antarbudaya (multikulturalisme) antar etnik yang berbeda. Berdasarkan
uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul:
“Fenomena Komunikasi Multikultural Di Kota Ambon (Studi Pengalaman
Komunikasi Antara Etnik Bugis Dan Etnik Ambon)”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengalaman komunikasi antara etnik Bugis dan etnik Ambon di
kota Ambon?
2. Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat perilaku komunikasi
antar etnik Bugis dan etnik Ambon dalam berkomunikasi?
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka peneliti membatasi penelitian ini
hanya pada:
1. Pengalaman komunikasi antara etnik Bugis dan etnik Ambon di kota Ambon.
237
Koentjaraningrat . Masyarakat Dan kebudayaan Indonesia (2002:203)
D. Signifikansi Penelitian
Dalam penelitian ini ada dua manfaat yang diharapkan. Pertama, secara akademis
penelitian ini bertujuan memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu komunikasi
terutama komunikasi antarbudaya. Kedua, penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi
mahasiswa atau peneliti lainnya yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut di bidang
komunikasi antar budaya dengan perspektif yang berbeda serta bermanfaat bagi
masyarakat etnik Bugis dan etnik Ambon dalam berinteraksi di kota Ambon
F. Kerangka Teori
1. Teori Interaksional Simbolik
Blumer mengemukakan tiga prinsip dasar interaksionisme simbolik yang
berhubungan dengan meaning, language, dan thought. Premis ini kemudian mengarah
pada kesimpulan tentang pembentukan diri seseorang (person’s self) dan sosialisasinya
dalam komunitas (community) yang lebih besar.
a. Meaning (makna): Konstruksi Realitas Sosial
Blumer mengawali teorinya dengan premis bahwa perilaku seseorang terhadap
sebuah objek atau orang lain ditentukan oleh makna yang dia pahami tentang
objek atau orang tersebut.
b. Language (Bahasa): The Source of meaning
Seseorang memperoleh makna atas sesuatu hal melalui interaksi. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa makna adalah hasil interaksi sosial. Makna tidak
melekat pada objek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa.
Bahasa adalah bentuk dari simbol. Oleh karena itulah teori ini kemudian disebut
sebagai interaksionisme simbolik.
c. Thought (Pemikiran); Process of taking the role the other
Premis ketiga Blumer adalah bahwa,”an individual’s interpretation of symbol is
modified by his or her own thougth processes.” Interaksionisme simbolik
menjelaskan proses berpikir sebagai inner conversation, Mead menyebut aktivitas
ini sebagai minding. Secara sederhana proses menjelaskan bahwa seseorang
melakukan dialog dengan dirinya sendiri ketika berhadapan dengan sebuah situasi
dan berusaha untuk memaknai situasi tersebut. Untuk bisa berpikir maka
2. Teori Dramaturgi
Fokus pendekatan dramaturgi adalah bukan apa yang orang lakukan, bukan apa
yang ingin mereka lakukan, atau mengapa mereka melakukan, melainkan bagaimana
mereka melakukannya. Berdasarkan pandangan Kenneth Burke bahwa pemahaman yang
layak atas perilaku manusia harus bersandar pada tindakan. Dramaturgi menekankan
dimensi ekspresif/impresif aktivitas manusia. Burke melihat tindakan sebagai konsep
dasar dalam dramatisme. Burke memberikan pengertian yang berbeda antara aksi dan
gerakan. Aksi terdiri dari tingkah laku yang disengaja dan mempunyai maksud, gerakan
adalah perilaku yang mengandung makna dan tidak bertujuan. Masih menurut Burke
bahwa seseorang dapat melambangkan simbol-simbol. Seseorang dapat berbicara tentang
ucapan-ucapan atau menulis tentang kata-kata, maka bahasa berfungsi sebagai kendaraan
untuk aksi. Karena adanya kebutuhan sosial masyarakat untuk bekerjasama dalam aksi-
aksi mereka, bahasapun membentuk perilaku.239
G. Metode Penelitian
a. Objek penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah etnik Bugis dan etnik Ambon yang
menetap lebih dari 2 tahun di kota Ambon.
238
Edi Santoso dan Mite Setiansah. Cet. Pertama 2009. Teori Komunikasi. Yogyakarta: Graha
Ilmu. Hlm.22-23
239
Edi Santoso dan Mite Setiansah. Cet. Pertama 2009. Teori Komunikasi. Yogyakarta: Graha
Ilmu. Hlm.52
240
Burhan Bungin. SOSIOLOGI KOMUNIKASI:TEORI, PARADIGMA, DAN DISKURSUS
TEKNOLOGI KOMUNIKASI DI MASYARAKAT. Jakarta: Kencana, hlm.266
b. Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang
menggambarkan realitas sosial yang terjadi dengan melakukan penjelajahan
lebih mendalam mengenai topik penelitian yaitu pengalaman dan perilaku
komunikasi antara etnik Bugis dan Etnik Ambon di kota Ambon.
c. Teknik pemilihan Informan
Pemilihan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sengaja
(purposive sampling) yaitu orang yang dianggap dapat memberikan informasi
yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Adapun kriteria informan
dalam penelitian ini:
1. Etnik Bugis; individu etnik Bugis sejumlah 5 orang yang sudah
menetap di kota Ambon lebih dari 2 tahun dan berinteraksi dengan etnik
Ambon.
2. Etnik Ambon; individu etnik Ambon yang berinteraksi melakukan
komunikasi secara intensif dengan etnik Bugis dalam kesehariannya
sejumlah 5 informan.
petuanan desa Suli (kecamatan Salahutu kabupaten Maluku Tengah), dan sebelah Barat
berbatasan dengan petuanan desa Hattu (kecamatan Leihitu kabupaten Maluku Tengah241
3) Tipografi
Wilayah kota Ambon sebagian besar terdiri dari daerah berbukit yang berlereng
terjal seluas + 186,90 km2 atau 73% dan daerah dataran dengan kemiringan sekitar 10%
seluas +55 km2atau 17 % dari seluruh wilayah daratan. Wilayah dataran tersebar pada
tiga kecamatan dan dapat dikelompokkan dalam 7 lokasi, yaitu:
1. Pusat kota dan sekitarnya (sebagian petuanan Amahusu sampai Latta) dengan areal
ketinggian 0 – 50 m dan kemiringan 3,360 seluas 13,50 km2 atau 5,44%
2. Rumah Tiga dan sekitarnya dengan areal ketinggian 0-50 m dengan kemiringan
3,180 seluas 4,50km2 atau 5,57%
3. Passo dan sekitarnya dengan areal ketinggian 0 – 50 m dengan kemiringan 3,000
seluas 3,00 km2seluas 14,75 km2 atau 4,74%
4. Latta dan sekitarnyadengan areal ketinggian 0 – 50 m dengan kemiringan 3,930
seluas 4,25 km2 atau 6,18 %
5. Hutumuri dan sekitarnya dengan areal ketinggian 0 – 50 m dengan kemiringan 6,160
seluas 4,25 km2 atau 9,70 %
6. Kilang dan sekitarnya dengan areal ketinggian 0 – 50 m dengan kemiringan5,660
seluas 3,50 km2 atau 9,91 % sedangkan untuk ketinggian 50 – 250 m dengan
kemiringan 6,560 seluas 3,25 km2atau 10,30%.
5) Kondisi Masyarakat
Kota Ambon dihuni oleh berbagai etnis dan budaya yang ada diIndonesia dengan
menggunakan istilah perkumpulan multisuku242 Masyarakat di kota Ambon termasuk
masyarakat majemuk (heterogen) yang tinggal di pusat kota Ambon tersebar di lima
kecamatan, tetapi konsentrasi penduduk terbesar di kecamatan Nusaniwe dan kecamatan
Sirimau sebagai pusat kota, sementara di jazirah Leihitu cenderung homogen. Jumlah
241
Data dokumentasi kota Ambon 2009
242
Leo Suryadinata dan Namun J. S. Furnival. 2005. Keragaman Budaya Maluku (cet. I:
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, h. 173
penduduk kota Ambon 478 jiwa/km2 wilayah dari kepadatan penduduk komunitas
masyarakat multikultural tersebut sebanyak 934 jiwa km2.243
Berdasarkan hasil registrasi penduduk, jumlah penduduk kota Ambon pada tahun
2006 sebanyak 263.146 jiwa, meningkat 0,7 % dari tahun sebelumnya. Sedangkan data
tahun 2010 berjumlah 365.983 jiwa.
Pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun sudah mencapai sekitar 3% meskipun
selama konflik kurang dari 1 %. Kenaikan jumlah penduduk ini lebih disebabkan karena
imigran lokal dari berbagai daerah (Bugis, Makassar, Lombok, Bima, Buton, Sumatra,
Jawa, Cina dan pendatang dari luar kota Ambon menetap dalam lingkup kota Ambon.
Dari data rawan sosial ini termasuk struktur lapisan masyarakat multikultural yang
memiliki dampak terhadap seluruh aktivitas sosial di kota Ambon. Permasalahan sosial
masyarakat multikultural termasuk permasalahan seluruh rakyat Indonesia dan untuk
menghindari konflik demi menjaga dan melestarikan keharmonisan dalam membangun
masyarakat multikultural yang damai.
b. Identitas Informan
1) Informan Etnik Bugis
- Informan pertama, bernama Asrul Salim, berusia 25 tahun, Asrul Salim tinggal
di BTN Kanawa bekerja sebagai karyawan swasta. Informan ini telah tinggal 10
tahun di Ambon, memiliki 1 orang anak dan menikah dengan etnis Ambon.
Semua keluarga tinggal di Ambon.
- Informan kedua, bernama Nadia (biasa dipanggil mama Dinda) berusia 47 tahun.
Nadia tinggal di Tantui Batu Merah Atas. Nadia seorang ibu rumah tangga dan
memiliki 3 orang anak.sudah menetap di Ambon selama 28 tahun.
- Informan ketiga, bern ma Hj, Murni, berusia 40 tahun dan sudah menetap di
Ambon selama 20 tahun. Hj. Murni menikah dengan etnik/suku Ambon dan
dikarunia anak 4 orang. Hj. Murni tinggal di lorong Putri bersama suaminya. Dua
anaknya melanjutkan studi di Makassar dan duanya bersekolah di Ambon.
- Informan keempat, H. Rauf, bekerja sebagai pedagang di pasar Mardika. H.Rauf
berusia 50 tahun dan menetap di Ambon sudah 27 tahun. Tinggal di lorong putri
dalam bersama istri dan 2 anaknya.
- Informan kelima bernama Andi Harun, berusia 35 tahun. Bekerja sebagai
Pegawai Negeri Sipil (PNS), tinggal di BTN Kebun Cengkeh. Lama menetap di
Ambon 10 tahun.
243
BPS kota Ambon tahun 2010
2. PEMBAHASAN
Sama halnya dengan Raiman (21 thn) tentang pendatang Etnik Bugis yang
mengatakan bahwa orang Bugis memiliki gaya berbicara sendiri. Namun, ada beberapa
orang Bugis yang lebih bergaul dengan sesama mereka orang Bugis. Hal ini diungkapkan
Raiman berikut ini:
“Orang Bugis itu dikenal dari dong pung bicara (logatnya) tapi kadang dong
bergaul deng sesame dong sa.” Pengalaman beta ketika berkomunikasi dengan
etnik Bugis, dong bicara deng bahasa indonesia, kalo deng sesama dong biasa
dong pake bahasa dong”245
Di kota Ambon sendiri, ada beberapa tempat yang menjadi tempat bermukim para
pendatang dari etnik Bugis, salah satunya di Lorong Putri. Tempat ini merupakan tempat
yang mayoritas dihuni oleh warga pendatang Etnik Bugis. Kota Ambon menjadi pilihan
pendatang etnik Bugis karena beberapa faktor diantaranya terjadinya perkawinan antar
etnik Bugis dengan etnik Ambon, pekerjaan dan lain-lain. Jadi Ambon menjadi salah satu
tempat alternatif untuk didatangi. Seperti yang dikatakan oleh Bapak H. Rauf (50thn)
sebagai berikut:
“Kenapa katong pilih Ambon daripada yang lain karena kami pikir Ambon bias
menjadi tempat yang tepat untuk kami pendatang mencari pekerjaan dan bias
menyekolahkan anak-anak kami karena banya kerabat kami dari Bugis sudah
berhasil di Ambon.”
Perilaku komunikasi yang baik antara kedua etnik dapat dibuktikan dengan suatu
keadaan dimana keduanya dapat membina hubungan pertemanan hingga relasi kerja.
Perilaku komunikasi yang baik ini didukung oleh factor kebutuhan akan sosialisasi yang
baik. Sosialisasi yang baik dapat menghindarkan kedua budaya yang bertemu tersebut
dari konflik sosial. Para pendatang etnik Bugis secara otomatis harus belajar bagaimana
244
Wawancara dengan Idrus, 5 Agustus 2015, jam 5 sore
245
Wawancara dengan Raiman, 7 Agustus 2017 jam 5 sore
berinterkasi dengan penduduk asli (etnik Ambon). Interaksi yang baik tersebut akan sangat
membantu dalam memenuhi kebutuhan sosialisasi mereka sebagai mahluk sosial.
budaya dan latar belakang. Dari segi komunikasi antara pendatang dari etnik Bugis dan
penduduk etnik Ambon di kota Ambon, budaya adalah salah satu aspek yang dapat
menjadikan proses komunikasi menjadi terhambat. Benturan budaya akan terjadi antara
pelaku komunikasi jika keduanya tidak saling memahami budaya masing-masing. Kata
“iye” yang digunakan oleh etnik Bugis untuk menunjukkan rasa kesopanan antar sesama.
Kata “iye” merupakan jawaban sopan ketika seseorang ditanyai oleh orang-orang yang
mereka hormati atau yang mereka kenal. Kata ini diucapkan dengan intonasi yang lebih
lembut.
Kedua, latar belakang seseorang dapat menghambat proses komunikasi dalam
sebuah percakapan antara pendatang dari etnik Bugis dengan pnduduk asli (etnik
Ambon). Seringkali memang, orang membiarkan pengalamannya mengubah arti pesan
yang diterimanya. ketika seseorang melakukan interaksi dengan orang lain, hal pertama
yang dilakukannya adalah mengingat kembali pengalaman- pengalamannya terkait
pesan yang disampaikan. Sehingga umpan balik yang ada seringkali merupakan hasil
dari himpunan pengalamannya yang diubah menjadi suatu pesan yang diberikan kepada
lawan bicaranya. Apalagi jika ditambah dengan suara-suara disekitar komunikan yang
sangat berpotensi mengaburkan proses komunikasi.
Faktor yang menghambat proses komunikasi selanjutnya adalah lingkungan para
pelaku komunikasi berada. Lingkungan yang tidak mendukung terjadinya suatu
interaksi akan sangat menghambat proses komunikasi yang berlangsung. Lingkungan
sangat berpengaruh besar atas berhasil atau tidaknya suatu proses komunikasi.
Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat proses komunikasi antara
pendatang etnik Bugis dan etnik Ambon semakin disadari oleh keduanya. Hambatan saat
proses komunikasi antara keduanya semakin menipis seiring berjalannya waktu. Seperti
kata “iye yang sudah banyak digunakan oleh penduduk kota Ambon jika berkomunikasi
dengan etnik Bugis. Kata “iye” ini tidak menjadi hal yang tabu lagi dalam proses
komunikasinya dengan masyarakat kota Ambon.
Hasil akhirnya adalah bahwa sejauh ini proses komunikasi antara etnik Bugis
dengan etnik Ambon di kota Ambon sudah bias mencapai pengertian bersama. Faktor-
faktor yang mendukung dan menghambat dalam proses komunkasi pun dapat dijadikan
alat untuk mencapai suatu pengertian bersama, yang berujung pada sikap toleransi anatar
keduanya.
Pengertian bersama yang dimaksud disini adalah ketika keduanya dapat
memperkecil konflik yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakatnya dan menjadikan
komunikasi sebagai alat untuk menyatukan mereka dan pendapat- pendapatnya agar
tercapainya suatu tujuan bersama. Pengertian bersama merupakan hasil yang ideal dalam
sebuah proses komunikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Komala, Lukiati. 2009. Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses, Dan Konteks. Bandung:
Widya Padjajaran.
Liliweri, Alo. 2002. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mulyana, Deddy.2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja
RosdaKarya.
Mulyana, Deddy.2004. Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. Bandung: PT Remaja RosdaKarya.
Nasrullah, Rulli. 2012. Komunikasi Antarbudaya Di Era Budaya Siber. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Santoso, Edi dan Mite Setiansah.2010 .Teori Komunikasi.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sukmono, Filosa Gita dan Fajar Junaedi.2014. Komunikasi Multikultural Melihat
Multikulturalisme dalam Genggaman Media. Yogyakarta: Buku Litera.
Susetyo, D. P. Budi. 2010. Stereotip dan Relasi Antarkelompok. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
ABSTRACT
Sirri marriage phenomenon recently began to become news and conversations throughout the media, both
electronic media (television, internet / medsos) and print media (newspapers and magazines). In the site
was also explained, that sirri marriage program is an online siri marriage application that can be accessed
through android applications. The goal is to help meet someone with prospective bride dreams quickly and
accurately. The purpose of this writing is how to marry sirri according to Islam and the state and how the
communication of Islam mengelisik marriage phenomenon sirri. The results of the analysis prove that the
law of marriage betel by rule of religion is legitimate. And permitted or allowed if laden and rukun nika are
met. But legally applicable in our country on marriage legislation is not valid because in the legislation
there are not complete administratively. The greatest amount of marriage siri affects the women and
children for their future.
ABSTRAK
Fenomena nikah sirri akhir-akhir ini mulai menjadi berita dan perbincangan yang diseluruh media, baik
media elektronik (televisi, internet/medsos) maupun media cetak (koran dan majalah). Dalam situs itu juga
dijelaskan, bahwa program nikah sirri merupakan aplikasi nikah siri online yang dapat diakses melalui
aplikasi android. Tujuannya untuk membantu mempertemukan seseorang dengan calon mempelai
idamannya secara cepat dan akurat. Tujuan penulisan ini adalah bagaimana nikah sirri menurut islam dan
negara serta bagaimana komunikasi islam menelisik fenomena nikah sirri. Hasil analisis membuktikan
bahwa hukum nikah sirih secara aturan agama adalah sah. Dan dihalalkan atau diperbolehkan jika sarat dan
rukun nikanya terpenuhi. Namun secara hukum yang berlaku di Negara kita tentang perundang-undangan
pernikahan itu tidak sah karena di dalam perundangan ada yang tidak lengkap secara administrasi.
Kerugaian yang terbesar dari nikah siri berdampak pada pihak perempuan dan anaknya untuk masa
depannya.
A. Latar Belakang
Fenomena nikah sirri akhir-akhir ini mulai menjadi berita dan perbincangan yang
diseluruh media, baik media elektronik (televisi, internet/medsos) maupun media cetak
(koran dan majalah). Beredarnya berita tersebut bermula dari munculnya aplikasi baru
yang ada tersebar di internet melalui situs www.nikahsirri.com.
Aris Wahyudi, Pendiri Partai Ponsel dan situs www.nikahsirri.com. yang juga
merupakan penyedia jasa nikah siri online akhirnya ditangkap polisi di rumahnya, Jati
Asih, Bekasi. Menurut Direktur Reskrimsus Polda Metro Kombes Pol Adi Derian, setelah
diperiksa Aris Wahyudi dijadikan tersangka. Menurut dia, ada dua pasal disangkakan
kepada Aris Wahyudi. Yaitu UU ITE dan Pornografi. "Ancaman 6 tahun penjara,"
http://news.liputan6.com.
Yang menarik dari situs tersebut adalah tampak sebuah gambar perempuan
dengan lambang empat kaki manusia bertumpukan, dengan slogan bertuliskan
"Mengubah Zinah menjadi Ibadah". Di gambar itu, juga ditulis ajakan untuk menjadi
mitra nikahsirri.com yang diyakini akan mendatangkan uang hingga ratusan juta rupiah.
Menelisik kebagian bawah, tampak penjelasan tentang nikah siri versi pembuat
situs. Dalam laman tersebut dijelaskan mengenai syarat dan hal-hal mengenai nikah siri
yang dianggap lebih mudah dibanding pernikahan legal yang diakui oleh negara.
Dalam situs itu juga dijelaskan, bahwa program nikah sirri merupakan aplikasi
nikah siri online yang dapat diakses melalui aplikasi android. Tujuannya untuk membantu
mempertemukan seseorang dengan calon mempelai idamannya secara cepat dan akurat.
Dari latar belakang tersebut penulis ingin membahas beberapa hal layak untuk dikaji yaitu
: Bagaimana Nikah Sirri Menurut Islam dan Negara? dan Bagaimana Komunikasi Islam
Menelisik Fenomena Nikah Sirri?
B. Pembahasan
1. Nikah Sirri Menurut Islam dan Negara
Menikah bagi seluruh umat Islam merupakan ikatan yang sakral antara dua insan
manusia seorang laki-laki dengan seorang perempuan, yang kemudian setelah terjadinya
akad nikah berdasarkan aturan hukum Islam maka seorang laki-laki tersebut dinamakan
suami dan seorang perempuan tersebut bernama istri. Ikatan dalam pernikahan tersebut
tentunya memiliki tujuan yang sangat mulia yakni ibadah dan membangun rumah tangga
yang sakinah, mawaddah wa rahmah.
Untuk mewujudkan tujuan dari pernikahan tersebut, tentu dalam melaksanakan
pernikahan seharusnya menjaga kesucian lembaga perkawinan, maka seyogyanya dalam
pernikahan tersebut dicatatkan dilembaga yang terkait, yang dilindungi oleh hukum
negara. Akan tetapi kenyataannya masih banyak pernikahan ummat Islam khususnya di
Indonesia ini yang kurang mematuhi aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan perundang-
undangan negara.
Sehingga masih ada di antara masyarakat muslim di Indonesia dengan berbagai
cara dan alasan melakukan nikah sirri. Fenomena Nikah sirri ini adalah pernikahan yang
tidak dicatatkan dilembaga atau pejabat yang berwenang, atau dalam masyarakat
Indonesia terkenal dengan pernikahan dibawah tangan. Sebelum lebih jauh membahas
tentang nikah sirri ini perlu penulis jelaskan dulu berbagai pengertian tentang nikah.
Menurut aturan hukum Islam, sebuah pernikahan akan sah apabila dalam
pernikahan itu syarat dan rukun nikah terpenuhi, dimana rukun nikah dalam agama Islam,
sebagaimana dijelaskan oleh beberapa tokoh berikut ini;
Menurut Sulaiman Rasyid dalam “Fiqh Islam” membagi rukun nikah ke dalam
tiga unsur pokok, yaitu: 1) Adanya shighat, 2) Adanya wali, dan 3) Adanya dua orang
saksi.246 Rukun dan Syarat Pernikahan Menurut A. Zuhdi Mudlor, rukun pernikahan itu
ada lima unsur pokok, yaitu : 1). Calon mempelai pria, 2). Calon mempelai wanita, 3).
Wali nikah, 4. Dua orang saksi, 5). Shighat (aqad) ijab dan kabul.247
Dari kedua pendapat di atas pada dasarnya menyatakan bahwa rukun pernikahan
dalam Islam antara lain yaitu;
1. Adanya calon mempelai pria dan wanita
2. Adanya wali dari calon mempelai wanita
3. Adanya dua orang saksi dari kedua belah pihak
4. Adanya ijab ; yaitu ucapan penyerahan mempelai wanita oleh wali kepada mempelai
pria untuk dinikahi
5. Qabul; yaitu ucapan penerimaan pernikahan oleh mempelai pria (jawaban dari ijab)
Dalam sebuah hadits disebutkan : “Tidak ada nikah kecuali dengan adanya wali
dan dua saksi yang adil” (HR. Al-Khamsah kecuali An-Nasa`i, dishahihkan Al-Imam
Al-Albani rahimahullahu).
246
Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, cet. ke-25 Jakarta; Attahitiyah Jatinegara, 1992,h. 354
247
A. Zuhdi Mudlor, Memahami Hukum Perkawinan, Bandung; Al Bayan, 1994, h. 53.
ayat (1) dan (2) UU No.1/1974 Jo. Pasal 4 dan Pasal 5 ayat (1) dan (2) KHI, suatu
perkawinan di samping harus dilakukan secara sah menurut hukum agama, juga harus
dicatat oleh pejabat yang berwenang, Dengan demikian, dalam perspektif peraturan
perundang-undangan, nikah sirri adalah pernikahan illegal dan tidak sah.254
Bagi umat Islam, kepentingan pencatatan itu sendiri sebenarnya mempunyai dasar
hukum Islam yang kuat mengingat perkawinan adalah suatu ikatan perjanjian luhur dan
merupakan perbuatan hukum tingkat tinggi. Artinya, Islam memandang perkawinan itu
lebih dari sekedar ikatan perjanjian biasa. Dalam Islam, perkawinan itu merupakan
perjanjian yang sangat kuat (mitsaqan ghalidhan). Bagaimana mungkin sebuah ikatan
yang sangat kuat dipandang ringan? Mengapa logika sebagian umat Islam terhadap
wajibnya pencatatan perkawinan seperti mengalami distorsi? Perlu kita yakinkan kepada
umat Islam bahwa pencatatan perkawinan hukumnya wajib syar’i. Sungguh sangat keliru
apabila perkawinan bagi umat Islam tidak dicatatkan sesuai dengan ketentuan hukum
yang berlaku. Sedangkan ikatan perjanjian biasa, misalnya semacam utang piutang di
lembaga perbankan atau jual beli tanah misalnya saja perlu dicatat, mengapa ikatan
perkawinan yang merupakan perjanjian luhur dibiarkan berlangsung begitu saja tanpa
adanya pencatatan oleh pejabat yang berwenang. Adalah ironi bagi umat Islam yang
ajaran agamanya mengedepankan ketertiban dan keteraturan tapi mereka
mengabaikannya. (https://nurfitriyanielfima. wordpress.com).
Allah SWT berfirman dalam QS. An Nisa’ Ayat: 59 yang artinya sebagai berikut:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri
di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu)
dan lebih baik akibatnya”.
Berdasarkan dalil Firman Allah SWT tersebut di atas, dapat ditarik garis tegas
tentang adanya beban hukum “wajib” bagi orang-orang yang beriman untuk taat kepada
Allah dan taat kepada Rasul SAW dan juga taat kepada Ulil Amri. Sampai pada tahapan
ini kita semua sepakat bahwa sebagai umat yang beriman memikul tanggung jawab secara
imperatif (wajib) sesuai perintah Allah SWT tersebut. Akan tetapi ketika perintah taat
kepada Ulil Amri diposisikan sebagai wajib taat kepada pemerintah, otomatis termasuk
di dalamnya perintah untuk mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku
mengenai pencatatan pernikahan, maka oleh sebagian umat Islam sendiri terjadi
penolakan terhadap pemahaman tersebut sehingga kasus pernikahan di bawah tangan
masih banyak terjadi dan dianggap sebagai hal yang tidak melanggar ketentuan hukum
syara’.
Permasalahannya masih banyaknya nikah sirri di kalangan umat Islam adalah
terletak pada pemahaman makna siapakah yang dimaksud Ulil Amri dalam ayat tersebut
di atas. Ada banyak pendapat mengenai siapakah ulil amri itu, antara lain ada yang
mengatakan bahwa ulil amri adalah kelompok Ahlul Halli Wa Aqdi dan ada pula pendapat
yang mengatakan bahwa ulil amri adalah pemerintah. Dalam tulisan ini, penulis tidak
ingin memperdebatkan tentang siapakah Ulil Amri itu. Yang perlu dikedepankan adalah
bahwa pemahaman terhadap hukum Islam itu harus komprehensif sesuai dengan
katakteristik hukum Islam itu sendiri. (https://nurfitriyanielfima.wordpress.com/)
Komprehensifitas (dari hukum Islam) itu dapat dilihat dari keberlakuan hukum
dalam Islam di mayarakat, sebagaimana yang dikemukakan oleh Yusuf Qardhawi, yaitu
254
Cik Hasan Bisri, Kompilasi Hukum Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), 145.
bahwa: Hukum tidak ditetapkan hanya untuk seseorang individu tanpa keluarga, dan
bukan ditetapkan hanya untuk satu keluarga tanpa masyarakat, bukan pula untuk satu
masyarakat secara terpisah dari masyarakat lainnya dalam lingkup umat Islam, dan ia
tidak pula ditetapkan hanya untuk satu bangsa secara terpisah dari bangsa-bangsa di dunia
yang lainnya, baik bangsa penganut agama ahlulkitab maupun kaum penyembah berhala
(paganis)255.
Setelah ketentuan-ketentuan/peraturan-peraturan nikah dijelaskan di atas, maka
apa sebenarnya yang menyebabkan ummat Islam tetap melaksanakan nikah sirri tersebut?
Dalam hal ini penulis ingin menjelaskan kemungkinan-kemungkinan yang menjadikan
masyarakat Indonesia memilih untuk menikah dengan nikah sirri. Salah hal yang
mungkin adalah peraturan Negara Republik Indonesia yang mengatur sedemikian rupa
tentang tata aturan poligami. Walaupun Sebagian masyarakat berpendapat nikah siri atau
nikah di bawah tangan tidak sah, akan tetapi sebagian lain mengatakan sah.
Lalu bagaimana pandangan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Untuk itu, Majelis
Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa. Nikah siri sah dilakukan untuk membina
rumah tangga. "Pernikahan di bawah tangan hukumnya sah kalau telah terpenuhi syarat
dan rukun nikah, tetapi haram jika menimbulkan mudharat atau dampak negative”. Ketua
Komisi Fatwa MUI Ma'ruf Amin dalam jumpa pers di kantor MUI, menjelaskan bahwa
fatwa tersebut merupakan hasil keputusan ijtima' ulama Se-Indonesia II, di Pondok
Pesantren Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur yang berlangsung 25-28 Mei 2006.
Ma'ruf menjelaskan nikah siri adalah pernikahan yang telah memenuhi semua rukun dan
syarat yang ditetapkan dalam fikih (hukum Islam), namun tanpa pencatatan resmi di
instansi berwenang sebagaimana diatur oleh peraturan perundang-undangan yang
berlaku. "Perkawinan seperti itu dipandang tidak memenuhi ketentuan perundang-
undangan dan sering kali menimbulkan dampak negatif terhadap istri dan anak yang
dilahirkannya terkait dengan hak-hak mereka seperti nafkah ataupun hak waris,"
Tuntutan pemenuhan hak-hak tersebut sering kali menimbulkan sengketa, sebab tuntutan
akan sulit dipenuhi karena tidak adanya bukti catatan resmi perkawinan yang sah. Namun
demikian untuk menghindari kemudharatan, peserta ijtima' ulama sepakat bahwa
pernikahan harus dicatatkan secara resmi pada instansi berwenang.
(https://news.detik.com/berita/605475/fatwa-mui-nikah-siri-sah).
255
Yusuf Qardhawi, Pengantar Kajian Islam: Studi Analistik Komprehensif Tentang Pilar-pilar
Substansial, Karakteristik, Tujuan dan Sumber Acuan Islam, diterjemahkan oleh Setiawan Budi Utomo,
Cet.4, Jakarta, Pustaka Alkautsar, 2000, hal 156
manusia dengan cara persuasi dan argumentasi yang baik melalui komunikasi. Dengan
demikian konsep yang dihasilkan dari seruan tersebut adalah bagaimana bisa
berkomunikasi dengan baik kepada sang Khaliq. Al-Qur’an sebagai kitab (buku) dapat
dikategorikan sebagai salah jenis media massa cetak. Jadi sebagai media cetak Kitab itu
memiliki fungsi-fungsi yang kurang lebih sama degnan fungsi-fungsi yang dimiliki oleh
media cetak lainnya. Yakni antara lain fungsi informasi, fungsi mendidik, fungsi kritik,
fungsi pengawasan sosial (social control), fungsi hiburan (hiburan sehat), fungsi
menyalurkan aspirasi masyarkat dan fungsi menjaga lingkungan (surveillance of the
environment). Fungsi yang disebut terakhir itu ialah media massa senantiasa membuat
masyarakat memperoleh informasi tentang keadaan sekitar baik itu di dalam lingkungan
sendiri maupun di luar lingkungan mereka. Dengan dengan demikian masyarakat selalu
dapat melakukan tindakan-tindakan penyesuaian yang perlu untuk memelihara
kesejahteraan dan ketenteraman atau untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan kata lain,
agar masyarakat dapat melakukan respons atau bertindak terhadap lingkungannya.256
Beberapa ayat Al-Qur’an banyak yang mengandung informasi, dan dari informasi
tersebut maka manusia berkewajiban untuk melakukan filterisasi dan seleksi
(penyaringan dan pemilihan) dari berbagai informasi yang saat ini membanjiri dunia.
Tidak semua informasi itu baik, benar dan bermanfaat bagi setiap individu dan umat
Manusia. Informasi yang bersifat fitnah, hasud, atau dakwah syaitaniyah harus dijauhi.
Manusia pada hakekatnya merupakan Makhluk Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
yang diberi kelebihan berupa akal dan fikiran. Sudah menjadi kodrat alam, sejak Sebagai
makhluk sosial, kita sangatlah membutuhkan bantuan dari orang lain demi memenuhi
kebutuhan kita sehari-hari. Tentunya dengan kita berkomunikasi kepada orang lain proses
tersebut akan sangat membantu kita untuk menjalankannya. Inti dari berkomunikasi ialah
untuk menyampaikan suatu pesan ataupun informasi kepada seorang komunikan atau
audien. Karena dengan berkomunikasi secara langsung (direct communication) maka kita
juga akan mendapatkan timbal balik informasi (feedback) dari seorang komunikan
tersebut.
Bahkan Agama Islam pun mengajarkan kepada kita untuk berkomunikasi kepada
siapapun. Sebagaimana dalam firman Allah SWT. :
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
(QS. Al-Hujurat:13).
Dalam perspektif Islam sendiri, komunikasi merupakan bagian yang tak
terpisahkan dalam kehidupan manusia, tiada hari tanpa komunikasi. karena segala gerak
langkah kita selalu disertai dengan komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah
komunikasi yang islami, yaitu komunikasi berakhlak al-karimah atau beretika.
Komunikasi yang berakhlak al-karimah berarti komunikasi yang bersumber kepada Al-
Quran dan As-Sunnah (Hadits Nabi).
256
Andi Abdul Muis, Komunikasi Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), 2002, h. 9
tangan tidak sah. Sebagian lain mengatakan sah. Untuk itu, Majelis Ulama Indonesia
(MUI) mengeluarkan fatwa. Nikah siri sah dilakukan untuk membina rumah
tangga."Pernikahan di bawah tangan hukumnya sah kalau telah terpenuhi syarat dan
rukun nikah, tetapi haram jika menimbulkan mudharat atau dampak negatif,"
Ketua Komisi Fatwa MUI Ma'ruf Amin, menjelaskan Fatwa tersebut merupakan
hasil keputusan ijtima' ulama Se-Indonesia II, di Pondok Pesantren Modern Gontor,
Ponorogo, Jawa Timur yang berlangsung 25-28 Mei 2006. Nikah siri adalah pernikahan
yang telah memenuhi semua rukun dan syarat yang ditetapkan dalam fikih (hukum Islam),
namun tanpa pencatatan resmi di instansi berwenang sebagaimana diatur oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku."Perkawinan seperti itu dipandang tidak memenuhi
ketentuan perundang-undangan dan sering kali menimbulokan dampak negatif terhadap
istri dan anak yang dilahirkannya terkait dengan hak-hak mereka seperti nafkah ataupun
hak waris”. Tuntutan pemenuhan hak-hak tersebut sering kali menimbulkan sengketa.
Sebab tuntutan akan sulit dipenuhi karena tidak adanya bukti catatan resmi perkawinan
yang sah.Namun demikian untuk menghindari kemudharatan, peserta ijtima' ulama
sepakat bahwa pernikahan harus dicatatkan secara resmi pada instansi berwenang.
(https://news.detik.com/berita/605475/fatwa-mui-nikah-siri/).
Sedangkan Menteri Agama Republik Indonesia Lukman Hakim Saifudin
menegaskan bahwa praktik bisnis yang ditawarkan situs NikahSirri.com tidak sesuai
dengan ajaran agama dan ilegal. "Sudah jelas itu praktik yang enggak betul. Secara agama
sama sekali tidak membenarkan praktik-praktik semacam itu," Dia melanjutkan, perilaku
tersebut ilegal dan melanggar ketentuan agama dan norma sosial. Lukman menambahkan
bahwa seluruh hal yang ada di situs tersebut tidak sesuai dengan tujuan pernikahan yang
sakral. "Pernikahan dimata agama itu adalah peristiwa sakral, peristiwa suci, itu adalah
kontrak ikatan tidak hanya hubungan fisik antara anak manusia yang berbeda jenis tapi
itu adalah ikatan akad untuk membangun rumah tangga, untuk melahirkan anak-anak,
keturunan yang baik." (http://kabar24.bisnis.com/read/20170927/15/693536/kasus-
nikahsirri.com-menteri-agama).
Manusia pada hakekatnya merupakan Makhluk Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
yang diberi kelebihan berupa akal dan fikiran. Sudah menjadi kodrat alam, sejak
dilahirkan manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya di dalam suatu
pergaulan hidup. Hidup bersama di sini, untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari baik
jasmani maupun rohani. Pada umumnya seorang pria maupun seorang wanita timbul
kebutuhan untuk hidup bersama. Hidup bersama antara seorang pria dan seorang wanita
mempunyai akibat yang sangat penting dalam masyarakat, baik terhadap kedua belah
pihak maupun keturunannya serta anggota masyarakat yang lainnya. Oleh karena itu
dibutuhkan suatu peraturan yang mengatur tentang hidup bersama antara lain syarat-
syarat untuk peresmian hidup bersama, pelaksanaannya, kelanjutannya dan berakhirnya
perkawinan itu.
Keabadian ikatan pernikahan merupakan tujuan dasar aqad nikah dalam Islam.
Janji yang diikrarkan setelah aqad berlaku untuk selamanya, sepanjang hayat manusia.
Supaya suami dan isteri secara bersama-sama dapat mewujudkan sebuah mahligai rumah
tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Namun disisilain, Islam tidak melarang dan
malah memberikan hak agar seseorang memiliki isteri lebih dari satu (poligami) asal
sesuai dengan hukum dan hal itu dilakukan bukan hanya menuruti hawa nafsu. Namun di
Indonesia tidak serta merta hak itu dapat diwujudkan karena harus ada persetujuan dari
isteri yang ada sebelum dapat izin dari pengadilan (UU No.1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan).
Hasil dari kajian tematik tersebut ada 4 (empat) model nikah sirri yang dilakukan
oleh Ummat Islam di Indonesia, yaitu sebagai berikut ;
Pertama; Pernikahan antara seroang pria dan seroang wanita yang sudah cukup
umur menurut undang-undang akan tetapi mereka sengaja melaksanakan perkawinan ini
di bawah tangan, tidak dicatatkan di KUA dengan berbagai alasan. Pernikahan ini
mungkin terjadi dengan alasan menghemat biaya, yang penting sudah dilakukan menurut
agama sehingga tidak perlu dicatatkan di KUA. Atau mungkin, pernikahan itu dilakukan
oleh seseorang yang mampu secara ekonomi, akan tetapi karena alasan tidak mau repot
dengan segala macam urusan administrasi dan birokrasi sehingga atau karena alasan lain,
maka ia lebih memilih nikah sirri saja.
Kedua: Pernikahan antara seorang pria dengan seorang wanita yang sudah cukup
umur yang dilangsungkan di hadapan dan dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah namun
hanya dihadiri oleh kalangan terbatas keluarga dekat, tidak diumumkan dalam suatu
resepsi walimatul ursy.
Ketiga; Pernikahan antara seroang pria dan seorang wanita yang masih di bawah
umur menurut undang-undang, kedua-duanya masih bersekolah. Pernikahan ini atas
inisiatif dari orang tua kedua belah pihak calon suami isteri yang sepakat menjodohkan
anak-anak mereka dengan tujuan untuk lebih memastikan perjodohan dan menjalin
persaudaraan yang lebih akrab. Biasanya setelah akad nikah mereka belum kumpul
serumah dulu. Setelah mereka tamat sekolah dan telah mencapai umur perkawinan, lalu
mereka dinikahkan lagi secara resmi pejabat yang berwenang.
Keempat; Pernikahan yang dilakukan oleh orang-orang yang sudah memiliki
isteri, dengan harapan melaksanakan Sunnah Nabi, akan tetapi tidak mau diketahui oleh
keluarga Istri (pertama). Sehingga pelaksanaannya dilakukan secara sembunyi-sembunyi
karena ingin berpoligami. Mereka melaksanakannya tetap sesuai dengan aturan ajaran
Islam.
Pernikahan yang dilakukan model keempat ini ada beberapa faktor yang
menyebabkan yaitu; UU Perkawinan memberikan pengecualian, sebagaimana dapat kita
lihat Pasal 3 ayat (2) UU Perkawinan, yang mana Pengadilan dapat memberi izin kepada
seorang suami untuk beristeri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak
yang bersangkutan.
Dalam hal seorang suami akan beristeri lebih dari seorang, maka si suami wajib
mengajukan permohonan kepada Pengadilan di daerah tempat tinggalnya (Pasal 4 ayat
[1] UU Perkawinan). Dalam Pasal 4 ayat (2) UU Perkawinan dijelaskan lebih lanjut
bahwa Pengadilan hanya akan memberikan izin kepada si suami untuk beristeri lebih dari
satu jika:
a. Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri;
b. Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan;
c. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan.
C. Kesimpulan
Hukum nikah sirih secara aturan agama adalah sah. Dan dihalalkan atau
diperbolehkan jika sarat dan rukun nikanya terpenuhi. Namun secara hukum yang berlaku
di Negara kita tentang perundang-undangan pernikahan itu tidak sah karena di dalam
perundangan ada yang tidak lengkap secara administrasi. Namun demikian dampak yang
ditimbulkan dari nikah sirih lebih banyak faktor kerugaiannya dibandingkan faktor
keuntungannya. Kerugaian yang terbesar dari nikah siri berdampak pada pihak
perempuan dan anaknya untuk masa depannya.
Sedangkan dalam kajian komunikasi Islam, Faktor yang melatarbelakangi adanya
nikah sirih yaitu 1) faktor ekonomi, 2) proses admisntrasi pernikahan yang dianggap
terlalu sukar, 3) bagi pria yang yang ingin menikah lagi atau poligami tetap tidak
mendapat persetujuan atau disetujui dari istri ke pertama, 4) dari awal baik siwanita atau
pria yang melakukan nikah siri mempunyai itikad tidak baik, hanya sekedar
menghalalkan hubungan persetubuhan saja.
DAFTAR PUSTAKA
Abd.Rahman Gazaly, Fiqh Munakahat, Jakarta, Kencana, 2006, hlm 7.
Abddullah bin Nuh dan Umar Bakri, Kamus Arab Indonesia Inggris, Jakarta, Penerbit
Mutiara, MCMLXXIV.
Abi Abdillah Muhammad Bin Yazid Al-Qazwimi Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah. Juz-1,
Beirut: Dar Al-Kutub Al-Arabiyah, tt.
Abidin, Slamet. Fiqh Munakahat. Bandung: Pustaka Setia, 1999.
Afkar, Tanwirul. 2000. Fiqh Rakyat. Yogyakarta: LKIS.
Al Hamdani, H.S.A. Risalah Nikah (Hukum Perkawinan Islam). Jakarta: Pustaka Amani,
2002.
Bintush-Shat}i’, Aishah. Istri-istri Nabi, Fenomena Poligami di Mata Seorang Tokoh
Wanita. Bandung: Pustaka Hidayah, 2001.
Bisri, Cik Hasan. 1999. Kompilasi Hukum Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Jakarta,
Balai Pustaka, 2001.
Ditbinpapera Islam, Himpunan Peraturan Perundang- Undangan Dallam Lingkungan
Peradilan Agama, Tahun 2001.
Hamdani, Muhamad Faisal, Nikah Mut’ah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2008.
Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 tentang Penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam.
Kiswati, Tsuroya dkk, 2004. Perkawinan di Bawah Tangan (Sirri) dan Dampaknya Bagi
Kesejahteraan Istri dan Anak di Daeah Tapal Kuda Jawa Timur. Surabaya: Pusat
Studi Gender IAIN Sunan Ampel.
Masfuk, Zuhdi. Masail Fikhiyah. Jakarta: PT Midas Surya Grafindo, 1997.
Muhammad bin Ismail Al-Kahlany, Subul Al Salam, Bandung; Dahlan, tt, Jilid 3
Mukti Ali Jalil, S. Ag., M.H.,Tinjauan Sosio-Filosofis Urgensi Pemberian Izin Poligami
Di Pengadilan Agama, diunduh pada 18 Maret 2013 dari http://www.pa-
bengkalis.go.id/images/stories/berita/Data/Tinjauan-poligami.pdf.
Internet:
http://pa-kotabumi.go.id/
http://www.google.com (Nikah Sirri)
https://pengembara9ilmu.blogspot.co.id/ http://iusyusephukum.blogspot.co.id/
http://kabar24.bisnis.com/read/20170927/15/693536/kasus-nikahsirri.com-menteri-
agama/.
http://www.republika.co.id/ https://fandyisrawan.wordpress.com/.
https://news.detik.com/berita/605475/fatwa-mui-nikah-siri-sah/.
https://nurfitriyanielfima. wordpress.com/.