You are on page 1of 71

GAMBARAN MRI LUMBOSAKRAL PADA PASIEN DENGAN NYERI

PUNGGUNG BAWAH RSUP DR M DJAMIL PADANG


PERIODE APRIL 2016 – APRIL 2018

Skripsi
Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai
Pemenuhan Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan
Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh

ANNISA BADRIYYAH HAKIMAH


NO. BP. 1410312052

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas i
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas ii
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas iii
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT dan


Shalawat beserta salam untuk Nabi Muhammad SAW, berkat rahmat dan
karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran MRI
Lumbosakral pada Pasien dengan Nyeri Punggung Bawah RSUP Dr. M. Djamil
Periode April 2016 – April 2018” yang merupakan salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas.
Keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini telah banyak dibantu oleh
berbagai pihak. Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. dr. Wirsma Arif H, SpB(K)-Onk selaku Dekan beserta Wakil
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
2. dr. Dina Arfiani Rusjdi, SpRad dan dr. Tuti Handayani, SpRad selaku
dosen Pembimbing yang telah sabar dan meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan, saran, dan arahan dalam penyusunan skripsi
ini.
3. dr. Sylvia Rachman, SpRad (K), dr. Hendra Permana, SpS, M.Biomed,
dan dr. Dolly Irfandy, SpTHT-KL (K) selaku tim penguji skripsi yang
telah memberikan masukan serta saran demi kesempurnaan skripsi ini.
4. dr. Nita Afriani, M.Biomed selaku Pembimbing Akademik yang telah
memacu semangat penulis untuk menuntut ilmu lebih giat lagi selama
masa studi.
5. Seluruh dosen pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.
6. Orangtua dan saudara yang telah memberikan dukungan moral dan
materil.
7. Berbagai pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi pelayanan rumah sakit, dunia pendidikan, instansi
terkait dan masyarakat luas. Akhir kata, segala saran dan masukan akan penulis
terima dengan senang hati demi kesempurnaan skripsi ini.

Padang, Agustus 2018

Penulis

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas v


LUMBOSACRAL MRI FINDINGS IN PATIENTS WITH LOW BACK
PAIN AT DR. M DJAMIL PADANG HOSPITAL
IN APRIL 2016 - APRIL 2018

By :
ANNISA BADRIYYAH HAKIMAH

ABSTRACT
Low back pain (LBP) is defined as pain, muscle tension, or stiffness
localized below the 12th costal and above the inferior gluteal folds that is in
lumbar or lumbosacral region, with or without leg pain. Low back pain is the one
of the most common problem healths and is the common reason for medical
consultations in primary health care. Imaging modalities are performed to
evaluate LBP and identified the diagnosis. Magnetic Resonance Imaging (MRI) is
preferred than conventional because it is useful in depicting intra-extradural and
soft tissue pathologies. This research is aimed to know the lumbosacral MRI
findings in patients with low back pain at Dr. M Djamil Padang hospital in April
2016 – April 2018.
This research was descriptive retrospective design. Data retrieval was held
in Radiology Department of Dr. M. Djamil Padang hospital during April –Mei
2018 . Sample size was 479 samples of patient’s MRI lumbosacral investigation
reports. Data is processed and displayed in frequency distribution.
This research showed that LBP occured mostly in women (55,5%) and
patients between 51-60 years of age (30,5%). Hernia Nucleus Pulposus (HNP) is
the most frequent findings with 36,2%, Spondylolisthesis (13,6%) and
Spondylosis and Spondyloarthrosis (12,2%). Abnormal lumbosacral MRI findings
were mostly seen on L5 (24,8%) and L4 (24,2%). The conclusion is the most
frequent finding in patients with LBP is HNP and the abnormal findings were
mostly seen on L4 and L5.

Keywords : Low Back Pain, Lumbosacral MRI

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas vi


GAMBARAN MRI LUMBOSAKRAL PADA PASIEN DENGAN NYERI
PUNGGUNG BAWAH RSUP DR M DJAMIL PADANG
PERIODE APRIL 2016 - APRIL 2018

Oleh:
ANNISA BADRIYYAH HAKIMAH

ABSTRAK

Nyeri punggung bawah (NPB) didefinisikan sebagai nyeri, ketegangan


otot, atau kekakuan yang terbatas pada regio dibawah kosta 12 sampai lipatan
glutea inferior yaitu pada daerah lumbal atau lumbosakral dengan atau tanpa nyeri
tungkai. Nyeri Punggung Bawah merupakan masalah kesehatan yang sering
dijumpai di masyarakat dan menjadi salah satu alasan utama kunjungan ke
layanan primer. Pemeriksaan penunjang berupa pencitraan radiologi dilakukan
untuk membantu penegakan diagnosis NPB. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
lebih dipilih dibandingkan foto polos karena dapat melihat kelainan intra maupun
ekstradural dan jaringan lunak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran MRI lumbosakral pada pasien dengan nyeri punggung bawah di RSUP
DR. M Djamil Padang pada periode April 2016 – April 2018.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif. Penelitian
dilakukan di bagian Radiologi RSUP DR. M. Djamil Padang pada bulan April –
Mei 2018. Sampel penelitian berupa laporan hasil pemeriksaan MRI lumbosakral
pasien berjumlah 479 sampel. Data diolah dan ditampilkan dalam bentuk
distribusi frekuensi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa NPB didominasi oleh perempuan
(55,5%) dan usia 51-60 tahun (30,5%). Gambaran nyeri punggung bawah yang
paling banyak ditemukan adalah Hernia Nukleus Pulposus (HNP) sebanyak
36,2%, Spondilolistesis (13,6%), Spondilosis dan Spondiloarthrosis (12,2%).
Regio vertebra yang paling banyak ditemukan kelainan adalah L5 (24,8%) diikuti
oleh L4 (24,2%). Pada penelitian ini disimpulkan bahwa gambaran MRI
lumbosakral NPB tersering adalah HNP dengan lokasi terbanyak adalah L4 dan
L5.

Kata kunci : Nyeri Punggung Bawah, MRI Lumbosakral

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas vii


DAFTAR ISI

Halaman
Sampul Depan
Sampul Dalam i
Pernyataan Orisinalitas ii
Persetujuan Skripsi iii
Pengesahan oleh Tim Penguji Skripsi iv
Kata Pengantar v
Abstract vi
Abstrak vii
Daftar Isi viii
Daftar Tabel x
Daftar Gambar xi
Daftar Singkatan xii
Daftar Lampiran xiii

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Masalah 3
1.4 Manfaat Penelitian 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Vertebra 5
2.2 Defenisi Nyeri Punggung Bawah 8
2.3 Epidemiologi Nyeri Punggung Bawah 8
2.4 Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah 8
2.5 Etiologi Nyeri Punggung Bawah 9
2.5.1 Nyeri Punggung Bawah Diskogenik 9
2.5.2 Nyeri Punggung Bawah Non Diskogenik 12
2.6 Faktor Risiko Nyeri Punggung Bawah 13
2.7 Manifestasi Klinis Nyeri Punggung Bawah 15
2.8 Diagnosis Nyeri Punggung Bawah 16
2.8.1 Anamnesis 16
2.8.2 Pemeriksaan Fisik 16
2.8.3 Pemeriksaan Penunjang 17
2.9 MRI pada Nyeri Punggung Bawah 17
2.10 Tatalaksana Nyeri Punggung Bawah 19
2.11 Kerangka Teori 21
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian 22
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 22
3.2.1 Tempat Penelitian 22
3.2.2 Waktu Penelitian 22
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 22
3.3.1 Populasi 22
3.3.2 Sampel 22
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel 22

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas viii


3.4 Variabel Penelitian 23
3.5 Defenisi Operasional Variabel Penelitian 23
3.5.1 Nyeri Punggung Bawah 23
3.5.2 Usia 23
3.5.3 Jenis Kelamin 23
3.5.4 Gambaran MRI Nyeri Punggung Bawah 24
3.5.5 Lokasi Nyeri Punggung Bawah 24
3.6 Instrumen Penelitian 24
3.7 Prosedur Pengambilan Data 24
3.8 Alur Penelitian 25
3.9 Cara Pengolahan dan Analisis Data 25
3.9.1 Pengolahan Data 25
3.9.2 Analisis Data 26
BAB 4. HASIL PENELITIAN
4.1 Distribusi Gambaran MRI Lumbosakral Nyeri Punggung
Bawah 27
4.2 Distribusi Gambaran MRI Lumbosakral Nyeri Punggung
Bawah berdasarkan Usia 29
4.3 Distribusi Gambaran MRI Lumbosakral Nyeri Punggung
Bawah berdasarkan Jenis Kelamin 33
4.4 Distribusi Lokasi Kelainan MRI Lumbosakral Nyeri
Punggung Bawah 34
BAB 5. PEMBAHASAN
5.1 Distribusi Gambaran MRI Lumbosakral Nyeri Punggung
Bawah 37
5.2 Distribusi Gambaran MRI Lumbosakral Nyeri Punggung
Bawah berdasarkan Usia 38
5.3 Distribusi Gambaran MRI Lumbosakral Nyeri Punggung
Bawah berdasarkan Jenis Kelamin 40
5.4 Distribusi Lokasi Kelainan MRI Lumbosakral Nyeri
Punggung Bawah 41
5.5 Keterbatasan Penelitian 42
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan 43
6.2 Saran 43
DAFTAR PUSTAKA 44
LAMPIRAN

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas ix


DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 : Perbedaan struktur vertebra pada regio servikal, 7
thorakal dan lumbal
Tabel 2.2 : Faktor risiko dan kronisitas NPB (yellow flags) 14
Tabel 2.3 : Red flags dan probabilitas penyakit penyebab 16
NPB
Tabel 2.4 : Sensitivitas dan spesifitas MRI dalam diagnosis 19
NPB
Tabel 2.5 : Efektifitas tatalaksana NPB akut dan kronik 20
Tabel 4.1 : Distribusi Gambaran MRI Lumbosakral NPB 27
Tabel 4.2 : Rincian HNP, Spondilolistesis, Spondilosis dan 28
Spondiloarthrosis yang ditemukan
Tabel 4.3 : Distribusi Gambaran MRI Lumbosakral NPB 34
berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.4 : Perbandingan Jumlah Laki-laki dan Perempuan 34
terhadap Total Gambaran MRI yang ditemukan
berdasarkan Usia
Tabel 4.5 : Distribusi Lokasi Kelainan MRI Lumbosakral 35
NPB
Tabel 4.6 : Gambaran MRI Lumbosakral NPB berdasarkan 35
Segmen Antar Vertebra

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas x


DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 : Anatomi susunan vertebra tampak depan dan 5
lateral
Gambar 2.2 : Anatomi diskus intervertebralis 6
Gambar 2.3 : Kompresi diskus intervertebralis saat terjadi 6
penambahan beban
Gambar 2.4 : Kolumna, arkus, prosesus vertebra 6
Gambar 2.5 : Klasifikasi HNP Berdasarkan Gambaran MRI 10
Gambar 2.6 : Morfologi disk pada HNP 11
Gambar 2.7 : Gambaran MRI dari kolumna vertebralis normal 11
(kiri) dan yang mengalami herniasi (kanan)
Gambar 2.8 : MRI lumbal normal 19
Gambar 2.9 : Kerangka teori 21
Gambar 3.1 : Alur Penelitian 25
Gambar 4.1 : Total Gambaran MRI Lumbosakral NPB 29
berdasarkan Usia
Gambar 4.2 : Distribusi Gambaran MRI Lumbosakral NPB 29
pada Usia 1-10 Tahun
Gambar 4.3 : Distribusi Gambaran MRI Lumbosakral NPB 30
pada Usia 11-20 Tahun
Gambar 4.4 : Distribusi Gambaran MRI Lumbosakral NPB 30
pada Usia 21-30 Tahun
Gambar 4.5 : Distribusi Gambaran MRI Lumbosakral NPB 31
pada Usia 31-40 Tahun
Gambar 4.6 : Distribusi Gambaran MRI Lumbosakral NPB 31
pada Usia 41-50 Tahun
Gambar 4.7 : Distribusi Gambaran MRI Lumbosakral NPB 32
pada Usia 51-60 Tahun
Gambar 4.8 : Distribusi Gambaran MRI Lumbosakral NPB 32
pada Usia 61-70 Tahun
Gambar 4.9 : Distribusi Gambaran MRI Lumbosakral NPB 33
pada Usia >71 Tahun
Gambar 4.10 : Gambaran MRI Lumbosakral NPB berdasarkan 36
Segmen Vertebra

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas xi


DAFTAR SINGKATAN

AP = Anteroposterior
CES = Cauda Equina Syndrome
CSS = Cairan Serebrospinal
CT = Computed Tomography
DDD = Degenerative Disc Diseases
FLAIR = Fluid Attenuated Inversion Recovery
HNP = Hernia Nukleus Pulposus
IMT = Indeks Massa Tubuh
MRI = Magnetic Resonance Imaging
NPB = Nyeri Punggung Bawah
OAINS = Obat Anti Inflamasi Non Steroid
PD = Proton Density
TB = Tuberkulosis
T1WI = T1 Weighted Image
T2WI = T2 Weighted Image

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas xii


DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Uraian Jadwal Kegiatan 50
Lampiran 2 : Surat Keterangan Lolos Kaji Etik 51
Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian 52
Lampiran 4 : Hasil Analisis Data 53

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas xiii


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan masalah kesehatan yang sering
dijumpai di masyarakat dan menjadi salah satu alasan utama kunjungan ke
layanan primer.1 Nyeri punggung bawah didefinisikan sebagai nyeri, ketegangan
otot, atau kekakuan yang terbatas pada regio dibawah kosta 12 sampai lipatan
glutea inferior yaitu pada daerah lumbal atau lumbosakral dengan atau tanpa nyeri
tungkai.2,3,4
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Balagué F et al. di Swiss pada
tahun 2012 didapatkan bahwa prevalensi seumur hidup NPB di negara maju
adalah sebesar 84%, dan prevalensi NPB kronik sebesar 23% dengan 11-12% dari
populasi tersebut mengalami disabilitas.5 Insiden tertinggi NPB terjadi pada
kelompok usia 45-60 tahun walaupun NPB juga dilaporkan terjadi pada remaja
dan dewasa dalam segala usia.6 Indonesia belum memiliki data epidemiologik
tentang NPB namun diperkirakan 40% penduduk Jawa Tengah berusia antara 65
tahun pernah menderita NPB. Penelitian yang dilakukan Kelompok Studi Nyeri
PERDOSSI (Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia) pada 14 rumah
sakit pendidikan di Indonesia, pada bulan Mei 2002 menunjukkan jumlah
penderita nyeri sebesar 25% dari total kunjungan, dengan penderita NPB sebesar
35,86%.7,8
Walaupun nyeri punggung bawah jarang fatal namun nyeri yang dirasakan
dapat menyebabkan penderita mengalami disabilitas yaitu keterbatasan fungsional
dalam aktifitas sehari-hari dan banyak kehilangan jam kerja terutama pada usia
produktif..1,2 Hal ini menimbulkan beban ekonomi yang besar bagi individu,
keluarga, komunitas, industri, dan pemerintahan.9
Nyeri punggung bawah menjadi penyebab utama disabilitas pada orang-
orang berusia dibawah 45 tahun di Amerika.10 Nyeri punggung bawah merupakan
penyebab kedua kehilangan jam kerja sesudah sefalgia.11 Diperkirakan terjadi
kehilangan 149 juta hari kerja dalam satu tahun di Amerika yang menghabiskan
rata-rata 100-200 miliar US$ dan kehilangan 100 juta hari kerja pertahun di
Inggris akibat NPB. Penelitian di Swedia menunjukkan adanya peningkatan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1


kehilangan jam kerja akibat NPB sebanyak empat kali lipat dalam kurun waktu
tujuh tahun yaitu dari 7 juta hari di tahun 1980 menjadi 28 juta hari di tahun 1987.
9,11,12

Nyeri punggung bawah adalah sebuah gejala dan bukan merupakan


diagnosis.1 Untuk menegakkan diagnosis dari NPB dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang, salah satunya dengan pemeriksaan radiologi (pencitraan). Pemeriksaan
pencitraan dipertimbangkan pada pasien yang telah menjalani pengobatan dan
terapi fisik selama 6 minggu tetapi hanya menunjukkan kemajuan penyembuhan
yang sedikit atau bahkan tidak ada kemajuan sama sekali terhadap nyeri yang
mereka alami. Hal ini juga dipertimbangkan pada pasien NPB dengan temuan
pemeriksaan fisik yang mengindikasikan adanya kondisi serius seperti infeksi atau
kanker (red flags).10,13,14 Modalitas radiologi yang digunakan untuk mendiagnosis
NPB yaitu teknik pencitraan foto polos, Computed Tomography (CT) scan,
Magnetic Resonance Imaging (MRI), myelografi, atau dengan diskografi.2,7,10
Foto polos lumbal adalah pemeriksaan pencitraan untuk NPB yang paling
banyak digunakan karena alatnya sudah banyak dan harganya yang relatif murah.2
Pemeriksaan foto polos memberikan gambaran dugaan fraktur dan dislokasi.8
Berdasarkan beberapa hasil penelitian didapatkan bahwa gambaran radiologis
terbanyak dengan pemeriksaan foto polos pada pasien NPB adalah spondilosis
lumbal.2,7,15,16 Akan tetapi, pemeriksaan foto polos tidak dapat memberikan
gambaran terhadap jaringan lunak seperti hernia nukleus pulposus (HNP) padahal
sekitar 40% NPB disebabkan oleh HNP.17 Oleh karena itu, MRI lebih dipilih
karena dapat melihat defek intra maupun ekstradural dan jaringan lunak.8
Magnetic Resonance Imaging juga merupakan pilihan utama pada kasus-kasus
NPB complicated dibandingkan myelografi dan CT scan.8,10,18
Herniasi diskus merupakan kelainan pada NPB yang paling banyak
didiagnosis dengan MRI.8 Meskipun demikian, MRI dapat memberikan gambaran
radiologi yang lebih bervariasi, MRI memberikan gambaran terhadap fraktur
kompresi, neoplasma, infeksi, dugaan CES, mengkonfirmasi adanya HNP dan
radikulopati.13,18,19 Penelitian yang dilakukan oleh Mariconda et al. di Italia pada
tahun 2001-2003 terhadap hasil MRI 120 responden didapatkan 98 orang
penyempitan diskus, 81 orang HNP, 56 orang memiliki stenosis spinal, dan 25

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2


orang spondilolistesis. Hal ini juga menunjukkan bahwa pada seorang pasien NPB
dapat ditemukan lebih dari satu gambaran radiologi.8,20
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mariconda et al. di Italia tahun
2001-2003 didapatkan bahwa regio vertebra yang paling banyak ditemukan
kelainan NPB adalah L5 kemudian diikuti oleh L4.20 Penelitian yang dilakukan
oleh Kemalasari di Kebumen pada tahun 2015 juga didapatkan bahwa regio
vertebra yang paling banyak ditemukan kelainan NPB adalah L4 sebanyak 25,3%
kemudian diikuti oleh L5 dengan 23,4%.2
Uraian diatas menunjukkan bahwa pemeriksaan pencitraan terhadap NPB
dengan menggunakan MRI menunjukkan hasil yang lebih bervariasi dibandingkan
pemeriksaan foto polos. Saat ini belum ada penelitian mengenai gambaran MRI
NPB di Sumatera Barat khususnya kota Padang. Oleh karena itu penulis merasa
perlu untuk meneliti tentang gambaran radiologi dengan pemeriksaan MRI
lumbosakral pada pasien NPB di RSUD dr. M Djamil Padang pada periode April
2016 – April 2018.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana gambaran MRI lumbosakral pada pasien dengan NPB di RSUP
dr. M Djamil Padang pada periode April 2016 – April 2018?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran MRI lumbosakral pada pasien dengan NPB
di RSUP dr. M Djamil Padang pada periode April 2016 – April 2018.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi gambaran MRI lumbosakral NPB.
2. Untuk mengetahui distribusi gambaran MRI lumbosakral NPB
berdasarkan usia.
3. Untuk mengetahui distribusi gambaran MRI lumbosakral NPB
berdasarkan jenis kelamin.
4. Untuk mengetahui distribusi lokasi kelainan gambaran MRI
lumbosakral NPB.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3


1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Akademik
Penelitian ini memberikan informasi tentang gambaran MRI pada pasien
NPB sehingga dapat menjadi masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan
terutama mengenai NPB.
1.4.2 Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi bagi masyarakat
mengenai penyebab NPB sehingga dapat menghindari hal-hal yang berisiko
menyebabkan NPB.
1.4.3 Bagi Pengembangan Penelitian
Penelitian ini diharapkan menjadi landasan penelitian selanjutnya.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Vertebra


Vertebra merupakan pilar utama dalam tubuh yang berfungsi menyangga
kranium, gelang bahu, ekstremitas superior, thoraks, dan meneruskan berat badan
ke ekstremitas inferior melalui gelang panggul. Rongga dalam vertebra atau
disebut foramen vertebralis mengandung medulla spinalis, radiks spinalis, dan
duramater yang dilindungi oleh kolumna vertebralis.21
Kolumna vertebralis berbentuk segmen-segmen yang terdiri dari 33 ruas
tulang yaitu 7 vertebra servikalis, 12 vertebra thorakalis, 5 vertebra lumbalis, 5
vertebra sakralis yang membentuk tulang sakrum, dan 4 vertebra koksigis (3
tulang yang terletak dibawah umumnya bersatu).21 Seiring pertambahan usia,
beberapa vertebra pada regio sakral dan koksigis bersatu, sehingga pada orang
dewasa kolumna vertebralis terdiri dari 26 tulang.22 Kolumna vertebralis bersifat
fleksibel karena tersusun dari vertebra, sendi dan bantalan fibrokartilago yang
disebut diskus intervertebralis.21 Bantalan ini terdiri dari annulus fibrosus yang
terbuat dari tulang rawan dan nukleus pulposus yang berbentuk seperti jeli dan
mengandung banyak air.2

Gambar 2.1 Anatomi susunan vertebra tampak depan dan lateral.22

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 5


Diskus intervertebralis paling tebal terdapat pada daerah dengan
pergerakan terbanyak di kolumna vertebralis yaitu daerah servikal dan lumbal.
Diskus berperan sebagai peredam benturan jika tiba-tiba ada penambahan beban
pada kolumna vertebralis. Sifat setengah cair nukleus pulposus
memungkinkannya berubah bentuk sehingga vertebra dapat menjungkit ke depan
atau ke belakang di atas yang lain. Peningkatan beban kompresi yang mendadak
pada kolumna vertebralis menyebabkan nukleus pulposus yang semi cair ini
menjadi gepeng dan keadaan ini diakomodasi oleh daya pegas di sekeliling anulus
fibrosus.21

Gambar 2.3 Kompresi diskus


Gambar 2.2 Anatomi diskus intervertebralis saat terjadi
intervertebralis.21 penambahan beban.22
Vertebra pada masing-masing regio memiliki karakteristik yang berbeda
menurut ukuran, bentuk, dan beberapa detail lainnya. Namun, secara umum
vertebra terdiri dari kolumna vertebra, arkus vertebra dan beberapa prosesus
vertebra.

Gambar 2.4 Kolumna, arkus, prosesus vertebra.22

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 6


Tabel 2.1 Perbedaan struktur vertebra pada regio servikal, thorakal dan lumbal.22
Karakteristik Servikal Thorakal Lumbal

Struktur keseluruhan

Ukuran Kecil Lebih lebar Paling lebar

Foramina Satu vertebral dan dua Satu vertebral Satu vertebral


transversal

Processus spinosus Ramping, sering Panjang, cukup tebal Pendek, tumpul


bifid/terpecah jadi dua (kebanyakan proyeksi di (proyeksi lebih ke
(C2-C6) inferior) posterior dibanding
inferior)

Processus transversus Kecil Cukup lebar Lebar dan tumpul

Sendi faset ke iga Tidak ada Ada Tidak ada

Arah sendi faset

Superior Posterosuperior Posterolateral Medial

Inferior Anteroinferior Anteromedial Lateral

Ukuran diskus Relatif tebal dibanding Relatif tipis dibanding Paling tebal
intervertebralis ukuran corpus vertebra ukuran corpus vertebra

Struktur tulang belakang harus dipertahankan dalam kondisi yang baik


agar tidak terjadi cedera. Jika terjadi kerusakan pada diskus intervertebralis maka
tulang akan menekan saraf sehingga menimbulkan nyeri pada bagian punggung
bawah dan kaki.2 Selain cedera, faktor usia juga berperan dalam kerusakan
vertebra. Seiring berjalannya waktu terjadi perubahan massa dan densitas tulang
akibat perubahan mineral didalam tulang. Hal ini menyebabkan tulang menjadi
rapuh dan mudah rusak. Kartilago pada sendi faset juga mengalami penipisan
seiring waktu sehingga menyebabkan kondisi osteoarthritis. Selain itu terjadi
pertumbuhan tulang abnormal didalam kolumna vertebralis yaitu disekitar diskus
intervertebralis yang disebut osteofit. Osteofit menyebabkan penyempitan
(stenosis) pada kanalis spinalis. Penyempitan ini menyebabkan kompresi pada
saraf yang bermanifestasi menjadi nyeri dan penurunan fungsi otot pada
punggung bawah dan ekstremitas inferior.22
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 7
2.2 Definisi Nyeri Punggung Bawah
Nyeri punggung bawah didefinisikan sebagai nyeri, ketegangan otot, atau
kekakuan yang terbatas pada regio dibawah kosta 12 sampai lipatan glutea
inferior yaitu pada daerah lumbal atau lumbosakral dengan atau tanpa nyeri
tungkai.2,3,4 Nyeri punggung bawah merupakan gejala dari banyak penyebab yang
mendasarinya.1 Oleh karena itu sesuai dengan lokasi nyeri, seringkali pasien
dengan keluhan nyeri punggung bawah juga didiagnosis dengan ischialgia, HNP,
radikulopati, dan stenosis kanalis spinal.11

2.3 Epidemiologi Nyeri Punggung Bawah


Sebanyak 75-80% orang pernah mengalami NPB setidaknya sekali seumur
hidup yang membuat mereka berhenti bekerja untuk sementara.4,23,24,25,26 Keluhan
NPB tidak mengenal umur, jenis kelamin dan status sosial.2 Prevalensi NPB akut
dan kronik pada dewasa meningkat dua kali lipat dalam dekade terakhir dan terus
mengalami peningkatan pada populasi seiring dengan proses penuaan,
mempengaruhi baik wanita maupun pria dari semua etnis.27 NPB juga dapat
mengenai siapa saja baik itu pekerja maupun non pekerja.26
Prevalensi NPB pada populasi umum di Kanada dan Amerika berdasarkan
studi epidemiologi berkisar antara 4,4% - 33%, sedangkan untuk prevalensi NPB
dalam 1 bulannya berkisar antara 35% - 52,2%.26 Menurut penelitian Savigny et
al.di London pada tahun 2009 insiden NPB di Amerika Serikat dalam satu tahun
berkisar antara 15-20%.8 Sementara itu di Indonesia berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
di Poliklinik Neurologi RSCM pada bulan Mei tahun 2002 dengan 742 pasien
berusia 8-78 tahun didapatkan prevalensi penderita NPB sebanyak 116 orang
(15,6%).11 Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Pusat
Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta, khususnya Poli Neurologi diperoleh data
pasien yang menderita NPB dari bulan Januari-April 2010, yaitu : 1332 dari 5456
orang (24,4%).12

2.4 Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah


Menurut The American College of Physicians dan The American Pain
Society, secara garis besar NPB dibedakan menjadi : 13

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 8


a. NPB non spesifik
NPB yang tidak diketahui keterkaitannya dengan hal-hal yang biasa
menyebabkan NPB, seperti infeksi, tumor, osteoporosis, fraktur,
deformitas, inflamasi, sindroma radikular, atau cauda equina syndrome.5
b. NPB akibat radikulopati atau stenosis spinal.
c. NPB karena penyebab spinal spesifik yang lain.
Berdasarkan onsetnya, NPB dibedakan menjadi : 8,13
a. NPB akut (< 6 minggu)
b. NPB subakut (6-12 minggu)
c. NPB kronik (>12 minggu)
Sebanyak 10-15% pasien dengan NPB akut akan berkembang menjadi
NPB kronik.5

2.5 Etiologi Nyeri Punggung Bawah


Nyeri punggung bawah bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti
karakteristik individual, kondisi pekerjaan seperti beban fisik yang berat, posisi
yang statis dan postur tubuh yang salah, gaya hidup, dan faktor psikologi.
Sebagian kecil NPB merupakan akibat dari adanya trauma pada bagian punggung,
osteoporosis atau penggunaan kortikosteriod jangka panjang. Infeksi vertebra,
tumor dan metastasis tulang juga berkaitan dengan NPB namun kasusnya jarang.9
Penyebab pasti NPB biasanya sulit untuk diidentifikasi. Non spesifik NPB
adalah masalah besar dalam diagnosis dan terapi. Berbagai hal yang
mempengaruhi ligamen, sendi, kartilago dan aliran darah pada vertebra dapat
menyebabkan proses inflamasi dan menimbulkan NPB.9
Sebanyak 5-15% kasus NPB disebabkan oleh penyebab yang spesifik
seperti fraktur, osteoporosis, infeksi, dan neoplasma. Penyebab spesifik dari 85-
95% kasus sisanya belum diketahui secara pasti.9 Penyebab NPB dibedakan
menjadi diskogenik dan non diskogenik.2

2.5.1 NPB Diskogenik


Sebanyak 26-42% kasus NPB kronik didasari oleh NPB diskogenik.28
Penyebab utama NPB diskogenik adalah adanya hernia nukleus pulposus (HNP)
atau disebut juga dengan sindroma radikular.2 Radikulopati adalah kompresi pada

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 9


saraf spinal maupun meningen dikarenakan degenerasi pada struktur spinal seperti
HNP, sendi facet, dan/atau lemak pada epidural.29 Lokalisasi HNP paling sering di
daerah lumbal atau servikal dan jarang sekali pada daerah torakal.2
HNP terbagi menjadi 4 berdasarkan gambaran MRI-nya yaitu:17,30
a. Buldging disc merupakan herniasi diskus yang difus yang melewati
batas dari corpus vertebra di semua bagian. Hal ini dibagi menjadi dua
keadaan yaitu simetris dan asimetris.
b. Protrusion disc merupakan herniasi diskus yang ditandai dengan
penonjolan nukleus pulposus ke satu arah tanpa kerusakan anulus
fibrosus.
c. Extrusion disc merupakan herniasi diskus yang ditandai dengan
keluarnya nukleus pulposus dan anulus fibrosus berada dibawah
ligamentum longitudinalis posterior.
d. Sequestration disc atau fragmen bebas merupakan exstrusion disc
tanpa kontiniutas dengan diskus utama.
Sementara itu, berdasarkan arah atau lokalisasinya HNP dibedakan
menjadi tiga yaitu median, posterolateral, lateral (intra/ekstraforaminal). Sebagian
besar lokalisasi HNP adalah posterolateral dimana ligamen longitudinal posterior
lemah atau tidak ada. HNP mediolateral adalah lokasi utama pada bidang aksial
sedangkan HNP lateral kasusnya sangat jarang (3-12%).31

Gambar 2.5 Klasifikasi HNP Berdasarkan Gambaran MRI.31

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 10


Morfologi disk dianggap berhubungan dengan gejala yang ditimbulkan.19
Namun klasifikasi ini tidak membantu menilai suatu HNP bergejala
(menimbulkan NBP) atau tidak. Ukuran dari kanalis spinalis yang menentukan
timbulnya gejala pada HNP. Sebuah extrusion disc yang besar dalam kanalis
spinalis yang lebar mungkin tidak menimbulkan gejala, sebaliknya sebuah
protrusion disc yang kecil dalam kanalis spinal yang sempit mungkin dapat
menimbulkan defisit sensorimotor yang signifikan.31 Buldging disc dan protrusion
disc kasusnya sering dan tidak terlalu berhubungan dengan gejala lainnya.
Extrusions disc jarang terjadi pada pasien asimtomatik (1-5%).19

Gambar 2.6 Morfologi disk pada HNP.19

Gambar 2.7 Gambaran MRI dari kolumna vertebralis normal (kiri) dan yang
mengalami herniasi (kanan).30

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 11


Seiring pertambahan usia terjadi beberapa perubahan pada diskus
intervertebralis. Kandungan air pada nukleus pulposus berkurang dan digantikan
oleh fibrokartilago. Serabut kolagen pada anulus berdegenerasi sehingga berakibat
anulus tidak selalu dapat menahan tekanan pada nukleus pulposus. Kemudian
pada usia lanjut, diskus akan semakin tipis dan menjadi kurang lentur sehingga
tidak dapat dibedakan antara anulus dan nukleus pulposus.21
Peningkatan beban kompresi yang mendadak pada vertebra terkadang
tidak dapat dikompensasi oleh diskus intervertebralis diakibatkan dorongan yang
terlalu kuat bagi anulus. Hal ini menyebabkan robeknya anulus dan keluarnya
nukleus pulposus yang kemudian menonjol kedalam kanalis vertebralis.
Penonjolan ini akan menekan radiks nervi spinalis, nervi spinalis, bahkan medulla
spinalis.21

2.5.2 NPB Non Diskogenik


Biasanya penyebab NPB yang non-diskogenik adalah iritasi pada serabut
sensorik saraf perifer, yang membentuk n. iskiadikus dan bisa disebabkan oleh
neoplasma, infeksi, proses toksik atau imunologis, yang mengiritasi n. iskiadikus
dalam perjalanannya dari pleksus lumbosakralis, daerah pelvis, sendi sakro-iliaka,
sendi pelvis sampai sepanjang jalannya n. iskiadikus (neuritis n. iskiadikus).2
a. Cedera pada ligamentum, tendon, atau otot pinggang
Hal ini biasa disebut strain dan sprain atau perenggangan lumbosakral.
Strain ini terbagi menjadi akut dan kronik. Strain akut terjadi pada orang-orang
dengan trauma atau mengangkat beban berat dalam posisi yang salah. Strain
kronik terjadi akibat posisi tubuh yang salah dan otot yang kurang adekuat seperti
pada petugas kesehatan yang harus berdiri berjam-jam atau supir yang harus
terus-menerus duduk dalam waktu yang lama.2,8,9,29
b. Infeksi
Penyebab osteomyelitis vertebra tersering adalah Staphylococcus aureus
atau Mycobacterium tuberculosis. Secara klinis, pasien dengan osteomyelitis
vertebra akan mengalami keluhan demam, peningkatan C-reaktif protein, spasme
otot paraspinal, NPB, defisit neurologis, dan abses epidural.9

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 12


c. Osteoporosis
Perubahan hormon yang terjadi akibat menopause membuat wanita lebih
rentan terkena osteoporosis dan akan berkaitan dengan NPB. Sebanyak 25%
wanita post menopause mengalami fraktur akibat osteoporosis dan prevalensi ini
meningkat seiring usia.2,9
d. Tumor atau Kanker
Hanya 1% dari kasus NPB yang datang ke layanan primer akibat tumor
spinal. Sebagian besar NPB diakibatkan oleh metastasis. Metastasis tersering yang
menyebabkan NPB adalah kanker prostat atau ginjal.9
e. Penyakit Viseral
Beberapa penyakit viseral seperti diseksi abdominal aorta, aneurisma,
kolelitiasis, nefrolitiasis, infeksi traktus urinarius, dan penyakit inflamasi pelvis
menyebabkan gejala yang serupa dengan NPB kronik.9

2.6 Faktor Risiko Nyeri Punggung Bawah


a. Psikologis
Psikologis berperan penting dalam frekuensi kejadian NPB. Orang-orang
yang kekurangan kasih sayang, tidak mendapat dukungan dalam pekerjaan, tidak
puas dengan pekerjaan seperti stress, cemas dan depresi lebih rentan untuk
mengalami NPB.8,9,29
b. Tinggi Badan dan Berat Badan
Studi menunjukkan ada hubungan antara tinggi badan dengan NPB.
Orang-orang yang tinggi lebih berpotensi terhadap ketidakstabilan diskus.
Perubahan sendi facet pada pasien dengan HNP lumbal terbukti lebih jelas pada
pasien yang lebih tinggi.9
Beberapa penelitian telah menunjukkan dengan jelas bahwa orang dengan
BMI tinggi lebih rentan terhadap NPB. Penelitian lain menunjukkan adanya
keterkaitan obesitas dengan peningkatan NPB selama tahun 2013.9,29
c. Pekerjaan dan Aktifitas Fisik
Sebanyak 37% kasus NPB di dunia dikaitkan dengan pekerjaan. Duduk
dan mengemudi mobil atau truk, duduk atau berdiri berjam-jam (posisi tubuh
kerja yang statis), getaran, mengangkat, membawa beban, menarik beban,
membungkuk, dan memutar. Aktifitas fisik yang berat, postur tubuh yang terus
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 13
membungkuk meningkatkan resiko NPB karena kelelahan yang tidak
8,9,29
terpulihkan.
d. Sosiodemografi
Faktor-faktor sosiodemografi antara lain usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, dan gaya hidup seperti merokok dapat berpotensi menjadi faktor
risiko NPB.9,29 Semakin tua usia seseorang semakin besar risiko NPB sebab
adanya degenerasi pada vertebra.21,22 Usia puncak terjadinya NPB adalah pada
kelompok usia 41-60 tahun. Hal ini didapatkan dari beberapa penelitian yang
membagi usia subjek penelitian menjadi beberapa kelompok dengan jarak usia
antar kelompok adalah 10 tahun.2,11,12,16 Berdasarkan jenis kelamin, perempuan
lebih rentan terkena NPB dibanding pria tanpa memandang usia.9
Tabel 2.2 Faktor risiko dan kronisitas NPB (yellow flags).8
Kejadian Kronisitas
Faktor Individual  Usia  Obesitas
 Kebugaranfisik  Edukasi rendah
 Kekuatan otot  Tingkat nyeri dan
punggung dan perut keterbatasan energi
 Merokok

Faktor Psikososial  Stress  Tidak stress


 Ansietas  Mood depresif
 Mood  Somatisasi
 Fungsi kognitif
 Perilaku nyeri

Faktor Pekerjaan  Mengendalikan fisik  Ketidakpuasan


secara biasa pekerjaan
 Membungkuk dan  Tidak dapat
memutar tubuh mengerjakan
 Getaran tubuh pekerjaan ringan
seluruhnya  Pekerjaan
 Ketidakpuasan mengangkat benda
pekerjaan selama ¾ hari
 Tugas yang monoton
 Relasi
kerja/dukungan sosial
Evaluasi masalah psikososial dan tanda-tanda peringatan bahaya (yellow flags)
berguna untuk mengidentifikasi pasien dengan prognosis buruk.8
Tingkat pendidikan rendah, pendapatan rendah, dan merokok terkait
dengan kecenderungan NPB yang lebih tinggi pada orang lanjut usia.9,32 Orang
yang berpendidikan lebih tinggi memiliki gejala NPB yang lebih sedikit karena
mereka memiliki pemahaman rasa sakit yang lebih baik, kepatuhan pengobatan
yang lebih baik dan berkeinginan kuat untuk menerapkan gaya hidup sehat.9
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 14
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Indri Seta Septadina di Palembang
pada tahun 2014 merokok menjadi salah satu faktor risiko terjadinya NPB karena
pada uji hipotesis Chi square test didapatkan nilai p 0,04 dan juga pada penilaian
Odd ratio didapatkan nilai 2,813 yang artinya perokok berat memiliki risiko
terjadinya NPB.2,33

2.7 Manifestasi Klinis Nyeri Punggung Bawah


Keluhan nyeri dapat beragam dan diklasifikasikan menjadi nyeri lokal,
radikular dan nyeri alih. Nyeri lokal berasal dari proses patologik yang
merangsang ujung saraf sensorik, umumnya menetap namun dapat pula
intermitten. Nyeri dapat dipengaruhi perubahan posisi, bersifat nyeri tajam atau
tumpul. Biasanya disertai spasme paravertebral.34
Nyeri alih biasanya menjalar dari visera atau pelvis yang mengenai
dermatom tertentu. Bersifat tumpul dan terasa lebih dalam. Nyeri alih yang
berasal dari spinal lebih dirasakan di daerah sakroiliak, gluteus, atau tungkai atas
sebelah belakang. Nyeri radikular berkaitan erat dengan distribusi radiks saraf
spinal. Keluhan semakin berat pada posisi yang menyebabkan tarikan seperti
membungkuk serta berkurang dengan istirahat.34
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mariconda et al. di Italia tahun
2001-2003 didapatkan bahwa regio vertebra yang paling banyak ditemukan
kelainan NPB adalah L5 kemudian diikuti oleh L4.20 Penelitian yang dilakukan
oleh Kemalasari di Kebumen pada tahun 2015 juga didapatkan bahwa regio
vertebra yang paling banyak ditemukan kelainan NPB adalah L4 sebanyak 25,3%
kemudian diikuti oleh L5 dengan 23,4%.2
Regio L4 dan L5 merupakan regio vertebra dengan beban kerja paling
berat dalam menumpu berat tubuh. Selain itu pada regio tersebut sering dilakukan
gerakan-gerakan rotasi, ekstensi dan fleksi.2 Hal inilah yang menyebabkan regio
L4 dan L5 menjadi regio vertebra yang paling banyak menjadi lokasi kelainan
pada NPB.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 15


2.8 Diagnosis Nyeri Punggung Bawah
2.8.1 Anamnesis
Tabel 2.3 Red flags dan probabilitas penyakit penyebab NPB.13
Red Flag Potensi Kondisi yang Mendasari
Penyebab NPB
 Riwayat kanker  Kanker atau infeksi
 Penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan
 Imunosupresi
 Infeksi urinarius
 Penggunaan obat-obatan intravena
 Penggunaan kortikosteroid jangka panjang
 Nyeri punggung yang tidak membaik
dengan terapi konservatif

 Riwayat trauma yang signifikan  Fraktur spinal


 Jatuh minor ketika mengangkat beban pada
individu yang berpotensi osteoporosis atau
lansia
 Penggunaan steroid jangka panjang

 Onset akut retensi urin atau inkontinensia  Cauda equine syndrome atau
luapan (overflow incontinence)
gangguan neurologis berat
 Hilangnya tonus sfingter ani atau
inkontinensia alvi
 Hilangnya sensasi sensoris pada area
bokong, perineum, dan permukaan paha
bagian dalam (saddle anesthesia)
 Kelemahan motorik global atau progresif
pada tungkai bawah
Diagnosis bergantung kepada anamnesis.9 Hal-hal yang perlu ditanyakan
berkaitan dengan keluhan utama, riwayat keluarga, penyakit-penyakit
sebelumnya, penyakit sekarang dan riwayat psikososial. Cara ini dapat
mendeteksi kondisi-kondisi yang lebih berat seperti redflags.8,9

2.8.2 Pemeriksaan Fisik


Perlu dilakukan pemeriksaan fisik umum untuk mengidentifikasi tanda-
tanda penyebab sistemik. Temuan demam pada pemeriksaan tanda vital dapat
mengindikasikan adanya proses infeksi maupun inflamasi. Tekanan nadi dan
tekanan darah dapat membantu evaluasi nyeri dan perdarahan. Pemeriksaan kulit
dapat membantu memperlihatkan berbagai tanda sistemik misalnya, psoriasis,
herpes zoster, gangguan-gangguan hematologis, dan lain-lain. Pemeriksaan leher
dapat melihat kemungkinan nyeri akibat tidak langsung dari gangguan paratiroid
dan kemungkinan metastasis neoplasma dengan adanya limfadenopati.8

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 16


Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui ada tidaknya gangguan viseral.
Pemeriksaan muskuloskeletal juga penting dilakukan terutama pada daerah yang
dikeluhkan. Pemeriksaan neurologik seperti pemeriksaan sensorik, motorik, dan
refleks dapat menentukan kelainan saraf yang mungkin terjadi.8

2.8.3 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada NPB antara lain adalah
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologis. Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan sesuai indikasi untuk mengevaluasi adanya infeksi, inflamasi, kelainan
metabolik, maupun keganasan.8 Pemeriksaan radiologi berupa teknik pencitraan
foto polos, Computed Tomography (CT) scan, Magnetic Resonance Imaging
(MRI), myelografi, atau dengan diskografi.2,7,10
Foto polos direkomendasikan ketika ada tanda-tanda redflags berupa
riwayat trauma yang signifikan, usia >70 tahun, osteoporosis, dan penggunaan
kortikosteroid jangka panjang.8,10,13 Foto polos memberikan gambaran dugaan
fraktur dan dislokasi. Proyeksi anteroposterior (AP) dan lateral sudah cukup
membantu diagnosis. Proyeksi oblik dilakukan pada dugaan spondilolistesis.2
CT scan sangat detail dalam pencitraan tulang namun tidak begitu berguna
dalam menggambarkan HNP dibandingkan MRI. CT berguna untuk
penggambaran spondylolysis, pseudoarthrosis, skoliosis, dan untuk evaluasi post
surgical cangkok tulang, fusi bedah, dan instrumentasi. Selain itu, CT juga
digunakan dalam mengevaluasi ada tidaknya keterlibatan tumor tulang.10
Myelografi menjadi andalan dalam diagnosis HNP lumbal selama
beberapa dekade, namun sekarang dikombinasikan dengan postmyelografi CT.
Myelografi kadang lebih akurat dibandingkan pemeriksaan CT dan MRI namun
berisiko memunculkan efek samping akibat tusukan lumbal dan tusukan kontras.
Myelografi mungkin juga berguna dalam perencanaan bedah.10

2.9 Magnetic Resonance Imaging (MRI) pada Nyeri Punggung Bawah


MRI adalah teknik penggambaran penampang tubuh manusia dengan
menggunakan medan magnet berkekuatan 0,2 - 7 Tesla (mayoritas menggunakan
1,5 T) dan resonansi getaran terhadap inti atom hidrogen. Teknik penggambaran
MRI tergantung pada banyak parameter. Pemilihan parameter yang tepat akan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 17


menghasilkan gambar yang berkualitas baik dan menunjang diagnosis yang lebih
akurat. Kumparan koil pada alat MRI akan membentuk pencitraan dengan
potongan sagital, koronal, aksial dan oblik tanpa banyak memanipulasi posisi
tubuh pasien17,35,36 Hasil pencitraan MRI dideskripsikan sebagai hiperintens (putih
atau terang), isointens (intensitas kelainan sama dengan jaringan), dan hipointens
(hitam atau gelap).37
Pada MRI dikenal istilah pulse sequence yaitu sebuah set program yang
terdiri dari beberapa parameter untuk mengubah gradien magnetik sehingga
menghasilkan gambar T1 Weighted Image (T1WI), T2 Weighted Image (T2WI),
Spin Echo (SE), Proton Density (PD) dan Fluid Attenuated Inversion Recovery
(FLAIR) dengan intensitas yang berbeda-beda. Perbedaan intensitas yang
dihasilkan ini membantu mendiferensiasikan suatu patologi atau kelainan.38,39
Dua jenis gambar paling dasar dalam MRI adalah T1WI dan T2WI.37
Waktu urutan gelombang (pulse sequence) frekuensi radio yang digunakan
untuk membuat T1WI menghasilkan gambar yang menyoroti jaringan lemak di
dalam tubuh. Sementara waktu urutan gelombang (pulse sequence) frekuensi
radio yang digunakan untuk membuat T2WI menghasilkan gambar yang
menyoroti lemak dan air di dalam tubuh. Sehingga dapat disimpulkan pada T1WI
yang bewarna putih adalah lemak, sedangkan pada T2WI yang bewarna putih
adalah lemak dan air.17,40 Lemak subkutan dan sumsum tulang termasuk jaringan
lemak, sedangkan cairan serebrospinal (CSS) tidak mengandung lemak sehingga
CSS terlihat hitam pada T1WI. Jaringan lemak dibedakan dengan jaringan
berbasis air dengan cara membandingkannya dengan T1WI. Semua hal yang
bewarna putih di T2WI tapi terlihat hitam di T1WI adalah jaringan berbasis air,
contohnya CSS.40
Gambar T1WI dapat digunakan untuk mendeteksi lesi epidural atau
paraspinal, infiltrasi atau marrow replacement, lesi tulang fokal, dan lesi yang
mengandung lemak khususnya hemangioma namun sulit untuk melihat herniasi
diskus. Herniasi diskus dilihat dengan menggunakan T2WI karena sifat water
image-nya sehingga dapat menilai medulla spinalis dan cauda equina.17
MRI menjadi pilihan utama sebagai teknik pencitraan terhadap
complicated NPB dibandingkan myelografi dan CT scan dalam beberapa tahun

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 18


terakhir.10 MRI direkomendasikan pada pasien dengan munculan redflags yang
mengindikasikan NPB yang disebabkan oleh penyakit serius seperti CES,
malignansi, atau infeksi. MRI juga merupakan pilihan teknik pencitraan terhadap
pasien dengan kompresi vertebra atau lesi medula spinalis.13

Gambar 2.8 MRI lumbal normal. (A) Potongan sagital T1WI, epidural dan lemak
subkutan hiperintens, CSS hipointens. (B) Potongan sagital T2WI, lemak
subkutan, epidural dan CSS hiperintens.41
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa MRI berguna
untuk melihat kelainan intra maupun ekstradural dan jaringan lunak. MRI juga
digunakan untuk melihat adanya metastasis ke vertebra.8 MRI dengan kontras
sangat berguna untuk deteksi dugaan infeksi dan neoplasma. Selain itu, MRI
dengan kontras juga digunakan sebagai follow up pada pasien post operasi dan
NPB berulang.10,13 MRI merupakan teknik pencitraan yang paling baik untuk NPB
kronik karena kontras jaringan dan resolusinya yang tinggi serta tanpa efek radiasi
ion.8,19
Tabel 2.4 Sensitivitas dan spesifitas MRI dalam diagnosis NPB.8,19
Sensitivitas Spesifisitas
Degenerasi diskus 60%-100% 43%-97%
Stenosis spinal 77%-90% 72%-100%
Infeksi 96% 92%
Spondilitis ankilosa 25%-85% 90%-100%
Metastasis 83%-100% 92%
Fraktur kompresi 95% 95%

2.10 Tatalaksana Nyeri Punggung Bawah


Sebanyak 80-90% kasus NPB dapat sembuh selama kurang dari 6
minggu.2 Sebagian besar pasien dapat kembali beraktivitas normal dalam 30
hari.10 NPB akut tanpa komplikasi dan atau radikulopati sifatnya jinak dan
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 19
merupakan self-limited condition.1,10,13 Prinsip tatalaksana pada pasien NPB
adalah dengan mengontrol nyeri, mempertahankan fungsi dan mencegah
eksaserbasi.9 Tatalaksana untuk pasien dengan diagnosa NPB dapat meliputi
istirahat, latihan fisik, terapi farmakologi, dan terapi bedah.2
Terapi farmakologi berupa pemberian analgetik seperti obat anti inflamasi
non steroid (OAINS), acetaminophen, muscle relaxants (untuk penggunaan
jangka pendek), bahkan penggunaan antidepresan jika perlu. Pasien juga dapat
diberikan terapi opioid jangka pendek bila nyeri semakin memburuk. Terapi non
farmakologi berupa akupuntur, terapi perilaku, latihan fisik, pijat, manipulasi
spinal, dan yoga.6,32,42 Pada pasien NPB kronik tanpa munculan red flags, terapi
lini pertama adalah terapi konservatif dengan terapi farmakologis maupun non
farmakologis.13 Terapi bedah dipertimbangkan apabila tidak dilihat adanya
kemajuan pengobatan dengan terapi fisik maupun farmakologis.2,9
Pengobatan yang efektif untuk NPB akut adalah penggunaan OAINS,
muscle relaxan (walau efek samping berupa rasa kantuk mungkin saja terjadi),
dan anjuran agar tetap aktif. Hal ini dapat mempercepat pemulihan dan
mengurangi disabilitas. Sebaliknya, istirahat di tempat tidur dan melakukan
latihan punggung tertentu seperti peregangan, ekstensi, latihan penguatan dan
fleksi terbukti tidak efektif. Sementara itu, latihan fisik, terapi perilaku, OAINS,
antidepresan, dan manipulasi spinal terbukti efektif terhadap NPB kronik. 43
Tabel 2.5 Efektifitas tatalaksana NPB akut dan kronik.43
Efektivitas NPB Akut NPB Kronik
Bermanfaat Saran agar tetap aktif, OAINS. Terapi latihan, Program
perawatan intensif
multidisiplin.
Trade off Relaksan otot Relaksan otot
Kemungkinan akan Manipulasi spinal, terapi perilaku, Analgetik, akupuntur,
bermanfaat program perawatan multidisiplin antidepresan, terapi
(pada NPB subakut). perilaku, OAINS,
manipulasi spinal
Tidak diketahui Analgetik, akupuntur, injeksi Injeksi steroid epidural,
steroid epidural, penyangga EMG biofeedback,
lumbal, pijat, perawatan penyangga lumbal, pijat,
multidisiplin (untuk NPB akut), stimulasi elektrik saraf
stimulasi elektrik saraf transkutan, transkutan, traksi, injeksi
traksi, suhu. lokal.
Kemungkinan tidak Latihan punggung spesifik -
bermanfaat
Tidak efektif atau Bed rest Injeksi sendi faset
berbahaya

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 20


2.11 Kerangka Teori

Psikologis, TB, BB, Pekerjaan,


Aktivitas Fisik, Sosiodemografi

Faktor Risiko Nyeri Punggung


Bawah

Anamnesis
Pemeriksaan Fisik

Nyeri lokal
Nyeri alih
Nyeri radikular

Yellow Flags Red Flags

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Pemeriksaan Radiologi


Laboratorium

MRI Foto Polos


CT-Scan
Myelografi
Etiologi

Non spesifik HNP Sprain & Strain


Radikulopati Infeksi
Osteoporosis
Tumor/Kanker
Penyakit Visceral
NPB Diskogenik

NPB Non Diskogenik

Prognosis Tatalaksana

Gambar 2.9 Kerangka teori

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 21


BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian ini adalah deskriptif retrospektif.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di bagian Radiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Agustus 2018.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah semua pasien yang menderita NPB yang
menjalani pemeriksaan radiologi MRI lumbosakral di RSUP Dr. M. Djamil
Padang dan terdata di bagian Radiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang pada periode
bulan April 2016 sampai bulan April 2018.
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah bagian dari populasi yang memenuhi
kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi, yaitu :
1. Kriteria Inklusi
a. Pasien yang menderita NPB dengan diagnosis klinis NPB, ischialgia,
HNP, radikulopati, dan stenosis kanalis spinal.
b. Data pasien lengkap meliputi usia, jenis kelamin, dan hasil
pemeriksaan MRI lumbosakral.
2. Kriteria Eksklusi
a. Pasien kontrol
b. Pasien post operasi vertebra
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah dengan metode total sampling.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 22


3.4 Variabel Penelitian
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin,
gambaran radiologi MRI lumbosakral yang terlihat pada pasien yang menderita
NPB sedangkan variabel independen adalah pasien yang menderita NPB.

3.5 Defenisi Operasional Variabel Penelitian


3.5.1 Nyeri Punggung Bawah
Defenisi : Nyeri, ketegangan otot, atau kekakuan yang terbatas pada
regio dibawah kosta 12 sampai lipatan glutea inferior yaitu
pada daerah lumbal atau lumbosakral dengan atau tanpa
nyeri tungkai.2,3,4 Sesuai dengan lokasi nyeri, seringkali
pasien dengan keluhan nyeri punggung bawah juga
didiagnosis dengan ischialgia, HNP, radikulopati, dan
stenosis kanalis spinal.11
Cara Ukur : Observasi klinis dipermintaan pemeriksaan radiologi.
Alat Ukur : Data awal rekam medis.
Hasil Ukur : NPB.
Skala Ukur : Nominal.

3.5.2 Usia
Defenisi : Lama waktu yang dihitung sejak tanggal lahir sampai
dengan waktu pemeriksaan di rumah sakit yang dinyatakan
dalam tahun.
Cara Ukur : Observasi hasil pemeriksaan radiologi MRI lumbosakral.
Alat Ukur : Data hasil pemeriksaan radiologi MRI lumbosakral.
Hasil Ukur : 1-10 tahun, 11-20 tahun, 21-30 tahun, 31-40 tahun
41-50 tahun, 51-60 tahun, 61-70 tahun, >71 tahun.2,11,12,16
Skala Ukur : Ordinal

3.5.3 Jenis Kelamin


Defenisi : Jenis kelamin sampel penelitian berdasarkan kartu status
yaitu laki-laki dan perempuan.
Cara Ukur : Observasi hasil pemeriksaan radiologi MRI lumbosakral.
Alat Ukur : Data hasil pemeriksaan radiologi MRI lumbosakral.
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 23
Hasil Ukur : Laki-laki dan perempuan.
Skala Ukur : Nominal.

3.5.4 Gambaran MRI Nyeri Punggung Bawah


Defenisi :Hasil pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan MRI
lumbosakral pada pasien NPB.
Cara Ukur : Observasi hasil pemeriksaan radiologi MRI lumbosakral.
Alat Ukur : Data hasil pemeriksaan radiologi MRI lumbosakral.
Hasil Ukur :Normal, Spondilitis, Spondilosis, Spondiloarthrosis,
Spondilolistesis, Stenosis Spinal, HNP (Buldging disc,
Protrusion disc, Extrusion disc, Sequestration disc),17
Tumor, Metastasis, Fraktur Kompresi, Degenerative Disc
Diseases (DDD), Hematom, Kelainan Kongenital, Trauma
Medula Spinalis, dan lain-lain.9,20
Skala Ukur : Nominal.
3.5.5 Lokasi Nyeri Punggung Bawah
Defenisi :Segmen vertebra yang ditemukan kelainan berdasarkan
hasil pemeriksaan MRI lumbosakral.2
Cara Ukur : Observasi hasil pemeriksaan radiologi MRI lumbosakral.
Alat Ukur : Data hasil pemeriksaan radiologi MRI lumbosakral.
Hasil Ukur : L1, L2, L3, L4, L5, S1, S2.2,16
Skala Ukur : Nominal.

3.6. Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian yang digunakan adalah data hasil pemeriksaan
radiologi MRI lumbosakral pasien NPB di bagian Radiologi RSUP Dr. M. Djamil
Padang periode bulan April 2016 sampai bulan April 2018.

3.7. Prosedur Pengambilan Data


1. Penelitian baru dapat dilakukan setelah mendapatkan kelayakan etik dari
komite etik penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
2. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian dan pengambilan
data hasil pemeriksaan radiologi MRI lumbosakral pasien NPB ke

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 24


Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas dan bagian Radiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang.
3. Peneliti melakukan pengambilan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan
eksklusi. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2018.
4. Peneliti melakukan pengumpulan dan pencatatan data berupa usia, jenis
kelamin, dan gambaran radiologi MRI lumbosakral pada pasien NPB
berdasarkan observasi pada data hasil pemeriksaan radiologi pasien
sampel.
5. Peneliti melakukan pengolahan dan analisa data.

3.8 Alur Penelitian

Lulus Uji Etik

Permohonan Izin
Penelitian

Pasien Nyeri Punggung Bawah yang menjalani pemeriksaan MRI lumbosakral di


RSUP Dr. M. Djamil Padang dan terdata di bagian Radiologi RSUP Dr. M. Djamil
Padang pada periode bulan April 2016 sampai bulan April 2018.

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

Sampel

Pengambilan dan pencatatan data

Pengolahan data

Hasil Penelitian

Gambar 3.1 Alur penelitian

3.9 Cara Pengolahan dan Analisis Data


3.9.1 Pengolahan Data
a. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan dan kejelasan data.
b. Coding, yaitu pemberian tanda atau kode untuk memudahkan analisis.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 25


c. Tabulating, yaitu menyusun dan menghitung data hasil pengkodean
untuk disajikan dalam bentuk tabel.
d. Cleaning, yaitu proses pengecekan kembali data yang diperoleh
sehingga tidak terdapat data yang meragukan atau salah.

3.9.2 Analisis Data


Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat. Analisis univariat
digunakan untuk menggambarkan distribusi frekuensi setiap variabel yang
disajikan dalam bentuk persentase.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 26


BAB 4
HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di bagian Radiologi RSUP DR. M. Djamil Padang


selama bulan April - Mei 2018. Berdasarkan penelusuran data laporan hasil
pemeriksaan MRI lumbosakral pasien NPB pada bulan April 2016-April 2018,
diperoleh 490 pasien. Sebanyak 479 pasien telah memenuhi kriteria inklusi
maupun eksklusi, sedangkan 11 pasien dieksklusi dengan rincian 4 pasien kontrol
dan 7 pasien post operasi vertebra.
Sampel penelitian sebanyak 479 orang dengan persentase laki-laki s44,5%
dan perempuan 55,5% dalam semua rentang usia. Usia termuda sampel penelitian
adalah 7 tahun dan yang tertua 88 tahun. Pada kelompok usia 1-10 tahun
didapatkan sampel 0,4%, 11-20 tahun 3,3%, 21-30 tahun 4,6%, 31-40 tahun 9,6%,
41-50 tahun 16,5%, 51-60 tahun 30,5%, 61-70 tahun 25%, dan diatas 71 tahun
10,2%.
Dengan demikian karakteristik sampel penelitian adalah perempuan lebih
banyak dari pada laki-laki dengan persentase 55,5% dan kelompok usia terbanyak
adalah pada rentang usia 51-60 tahun sebesar 30,5%.

4.1 Distribusi Gambaran MRI Lumbosakral Nyeri Punggung Bawah


Tabel 4.1 Distribusi Gambaran MRI Lumbosakral NPB
Gambaran MRI f %
Normal 36 3,6
Spondilitis 39 3,9
Spondilosis + Spondiloarthrosis 123 12,2
Spondilolistesis 137 13,6
Stenosis Spinal 114 11,3
HNP 365 36,2
Tumor 15 1,5
Metastasis 13 1,3
Fraktur Kompresi 66 6,6
Degenerative Disc Disease (DDD) 48 4,8
Hematom 3 0,3
Kelainan Kongenital 1 0,1
Trauma Medula Spinalis 8 0,8
lain-lain 39 3,9
Total 1007 100

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 27


Tabel 4.1 menunjukan gambaran MRI Lumbosakral yang ditemukan pada
pasien NPB di RSUP DR M. Djamil periode April 2016 – April 2018.
Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa gambaran MRI Lumbosakral terbanyak pada
pasien NPB adalah HNP dengan persentase 36,2% kemudian diikuti oleh
spondilolistesis 13,6% lalu spondilosis dan spondiloarthrosis 12,2%. Tabel ini
juga menunjukan bahwa jumlah gambaran radiologi yang ditemukan melebihi
jumlah pasien. Hal ini dikarenakan pada satu pasien dapat ditemukan lebih dari
satu gambaran radiologi.

Tabel 4.2 Rincian HNP, Spondilolistesis, Spondilosis dan Spondiloarthrosis yang


ditemukan
No Gambaran MRI f %
1 HNP
a. HNP 162 44,4
b. HNP + Spondilolistesis 83 22,7
c. HNP + Spondilosis dan Spondiloarthrosis 78 21,4
d. HNP + Spondilolistesis + Spondilosis dan 42 11,5
Spondiloarthrosis
Jumlah 365 100
2 Spondilolistesis
a. Dengan HNP 125 91,2
b. Tanpa HNP 12 8,8
Jumlah 137 100
3 Spondilosis dan Spondiloarthrosis
b. Dengan HNP 120 97,6
c. Tanpa HNP 3 2,4
Jumlah 123 100

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dalam penelitian ini,


spondilolistesis, spondilosis dan spondiloarthrosis yang ditemukan pada pasien
hampir selalu diikuti oleh HNP. Persentase spondilolistesis yang ditemukan tanpa
HNP hanya sebesar 8,8% sementara spondilosis dan spondiloarthrosis tanpa HNP
sebesar 2,4%.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 28


4.2 Distribusi Gambaran MRI Lumbosakral Nyeri Punggung Bawah
berdasarkan Usia

>71 th 12,3%

61-70 th 29,9%

51-60 th 31,8%

41-50 th 14%

31-40 th 6,5%

21-30 th 3,2%

11-20 th 2,2%

1-10 th 0,2%

0,0% 5,0% 10,0% 15,0% 20,0% 25,0% 30,0% 35,0%

Gambar 4.1 Total Gambaran MRI Lumbosakral NPB berdasarkan Usia

Berdasarkan usia, gambaran MRI lumbosakral pasien NPB paling banyak


ditemukan pada kelompok usia 51-60 tahun dengan persentase 31,8% kemudian
diikuti oleh kelompok usia 61-70 tahun sebesar 29,9% dari total keseluruhan
gambaran MRI yang ditemukan dari semua kelompok usia.

HNP; 50% Spondilitis;


50%

Gambar 4.2 Distribusi Gambaran MRI Lumbosakral NPB pada Usia 1-10 Tahun
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 29
Pada kelompok usia 1-10 tahun hanya terdapat 2 orang pasien dengan
gambaran MRI yang ditemukan adalah spondilitis dan HNP dengan persentase
masing-masingnya 50%.
Kel. Kongenital;
4,5%

DDD;
9,1%
Fraktur
Kompresi; 9,1%
Normal; 27,3%

Metastasis;
9,1%
Spondilitis;
Tumor;
18,2%
9,1%

HNP; 4,5%
Stenosis Spinal;
9,1%
Gambar 4.3 Distribusi Gambaran MRI Lumbosakral NPB pada Usia 11-20 Tahun

Pada kelompok usia 11-20 tahun gambaran MRI yang paling banyak
ditemukan adalah normal (tidak ada kelainan) yaitu 27,3% diikuti oleh spondilitis
18,2%. Stenosis spinal, tumor, metastasis, fraktur kompresi dan Degenerative
Disc Diseases (DDD) menempati urutan ketiga dengan persentase masing-masing
9,1%.

Trauma M.
Spinalis; 6,3% Normal; 3,1%
Hematom; 3,1%

DDD; 6,3%
Spondilitis;
Fraktur 18,8%
Kompresi; 9,4%

Stenosis Spinal;
Tumor; 6,3% 18,8%

HNP; 28,1%

Gambar 4.4 Distribusi Gambaran MRI Lumbosakral NPB pada Usia 21-30 Tahun

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 30


Pada kelompok usia 21-30 tahun gambaran MRI yang paling banyak
ditemukan adalah HNP yaitu 28,1% diikuti oleh spondilitis dan stenosis spinal
dengan persentase masing-masing 18,8%. Fraktur kompresi menempati urutan
ketiga dengan persentase 9,4%.

Trauma M.
DDD; 4,6%
Fraktur Spinalis; 1,5%
Kompresi; 4,6% Normal; 7,7%

Metastasis;
3,1%
Spondilitis;
12,3%
Spondilosis;
4,6%

Spondilolistesis;
7,7%
HNP; 47,7%

Stenosis Spinal;
6,2%

Gambar 4.5 Distribusi Gambaran MRI Lumbosakral NPB pada Usia 31-40 Tahun

Pada kelompok usia 31-40 tahun gambaran MRI yang paling banyak
ditemukan adalah HNP yaitu 47,7% diikuti oleh spondilitis 12,3%.
Spondilolistesis menempati urutan ketiga dengan persentase 7,7%.

Hematom;
0,7%

Trauma
Tumor; 1,4%
M.
Metastasis; Spinalis;
DDD;
1,4% 0,7%
HNP; 44,0% 5,7%
Lain-
Other; 14,9% lain;
2,1%

Normal; 3,5%
Stenosis
Spinal; Fraktur
Spondilitis; 2,1%
10,6% Spondilolistesis; Spondilosis; Kompresi; 5,7%
10,6% 11,3%

Gambar 4.6 Distribusi Gambaran MRI Lumbosakral NPB pada Usia 41-50 Tahun

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 31


Pada kelompok usia 41-50 tahun gambaran MRI yang paling banyak
ditemukan adalah HNP yaitu 44% diikuti oleh spondilosis dan spondiloarthrosis
sebesar 11,3%. Stenosis spinal dan spondilolistesis menempati urutan ketiga
dengan persentase masing-masing 10,6%.

Trauma M.
Spinalis; 0,3%
Tumor; 2,2% Lain-lain; 5,0%
HNP; 38,1% Metastasis;
0,3% DDD;
Stenosis
3,4%
Spinal; Other; 14,3%
10,9%

Normal; 2,8%
Spondilitis; 2,8% Fraktur
Spondilolistesis; Spondilosis; Kompresi; 5,6%
16,9% 11,6%

Gambar 4.7 Distribusi Gambaran MRI Lumbosakral NPB pada Usia 51-60 Tahun

Pada kelompok usia 51-60 tahun gambaran MRI yang paling banyak
ditemukan adalah HNP yaitu 38,1% diikuti oleh spondilolistesis sebesar 16,9%.
Spondilosis dan spondiloarthrosis menempati urutan ketiga dengan persentase
11,6%.

Trauma M.
Tumor; 0,3% Spinalis; 0,7%
HNP; 33,2% Metastasis;
Stenosis 1,7% Lain-lain;
DDD;
Spinal; 5,0%
5,6%
12,3% Other;
17,6%

Normal; 1,0%
Spondilitis; 2,7% Fraktur
Spondilolistesis; Spondilosis; Kompresi; 6,3%
15,6% 15,6%

Gambar 4.8 Distribusi Gambaran MRI Lumbosakral NPB pada Usia 61-70 Tahun

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 32


Pada kelompok usia 61-70 tahun gambaran MRI yang paling banyak
ditemukan adalah HNP yaitu 33,2% diikuti oleh spondilolistesis, spondilosis dan
spondiloarthrosis dengan persentase masing-masing 15,6%. Stenosis spinal urutan
ketiga dengan persentase 12,3%.

Tumor; 0,8%
Metastasis;
0,8% Trauma M.
Spinalis; 0,8%
Fraktur
HNP; 31,5% Kompresi;
10,5% Lain-lain; 4,0%

Other; 9,6% Hematom; 0,8%


Stenosis Spinal;
12,1% DDD; 4,0%
Normal; 5,6%

Spondilolistesis;
12,9% Spondilosis;
16,1%

Gambar 4.9 Distribusi Gambaran MRI Lumbosakral NPB pada Usia >71 Tahun

Pada kelompok usia diatas 71 tahun gambaran MRI yang paling banyak
ditemukan adalah HNP yaitu 31,5% diikuti oleh spondilosis dan spondiloarthrosis
sebesar 16,1%. Spondilolistesis menempati urutan ketiga dengan persentase
12,9%.

4.3 Distribusi Gambaran MRI Lumbosakral Nyeri Punggung Bawah


berdasarkan Jenis Kelamin
Gambaran MRI lebih banyak ditemukan pada perempuan (58%)
dibandingkan laki-laki (42%) dari total keseluruhan gambaran MRI yang
ditemukan.
Pada laki-laki, gambaran MRI yang paling banyak ditemukan adalah HNP
dengan persentase 35%, kemudian diikuti oleh spondilosis dan spondiloarthrosis
sebesar 12,3%. Sama halnya juga pada perempuan, gambaran MRI yang paling
banyak ditemukan adalah HNP dengan persentase 37,2% namun ditempat kedua
diikuti oleh spondilolistesis sebesar 15,9%.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 33


Tabel 4.3 Distribusi Gambaran MRI Lumbosakral NPB berdasarkan Jenis
Kelamin
Laki-laki Perempuan Total
Gambaran MRI
f % f % f %
Normal 19 4,5 17 2,9 36 3,6
Spondilitis 22 5,2 17 2,9 39 3,9
Spondilosis + 52 12,3 71 12,2 123 12,2
Spondiloarthrosis
Spondilolistesis 44 10,4 93 15,9 137 14
Stenosis Spinal 49 11,6 65 11 114 11,3
HNP 148 35 217 37,2 365 36,2
Tumor 8 1,9 7 1 15 1
Metastasis 9 2,1 4 1 13 1
Fraktur Kompresi 33 7,8 33 5,7 66 6,6
DDD 20 4,7 28 4,8 48 4,8
Hematom 2 0,5 1 0,2 3 0,3
Kelainan Kongenital 1 0,2 0 0 1 0,1
Trauma Medula Spinalis 2 0,5 4 0,7 8 0,8
lain-lain 12 2,8 27 4,6 39 3,9
TOTAL 423 42 584 58 1007 100

Perempuan lebih banyak ditemukan dibandingkan laki-laki terutama


terlihat pada usia 51-60 tahun dengan persentase laki-laki : perempuan sebesar
25,3% : 36,5%, namun setelah usia diatas 60 tahun prevalensinya hampir sama
yaitu laki-laki : perempuan sebesar 29,6% : 30,1%. Hal ini dapat dilihat pada tabel
4.4 berikut.

Tabel 4.4 Perbandingan Jumlah Laki-laki dan Perempuan terhadap Total


Gambaran MRI yang ditemukan berdasarkan Usia

4.4 Distribusi Lokasi Kelainan MRI Lumbosakral Nyeri Punggung


Bawah
Distribusi lokasi yang paling sering ditemukan kelainan adalah segmen
vertebra L5 dengan persentase 24,8% kemudian diikuti oleh segmen vertebra L4
sebesar 24,2% . Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 34


Tabel 4.5 Distribusi Lokasi Kelainan MRI Lumbosakral NPB
Segmen Vertebra f %
L1 109 6,9
L2 184 11,7
L3 272 17,3
L4 380 24,2
L5 390 24,8
S1 222 14,1
S2 14 0,9
Total 1571 100

Distribusi gambaran MRI berdasarkan lokasi kelainannya dibagi menjadi


dua yaitu berdasarkan segmen vertebra (L1, L2, L3, L4, L5, S1, dan S2) dan
segmen antar vertebra (L1-2, L2-3, L3-4. L4-5, L5-S1, dan S1-2) yang disajikan
dalam tabel dan gambar dibawah ini.

Tabel 4.6 Gambaran MRI Lumbosakral NPB berdasarkan Segmen Antar Vertebra
L1-2 L2-3 L3-4 L4-5 L5-S1 Total
Gambaran
MRI
f % f % f % f % f % f %

HNP 60 81,1 129 78,7 211 85,1 326 71,8 199 79 925 77,6

Spondilolistesis 4 5,4 18 11 18 7,3 95 20,9 40 15,9 175 14,7

DDD 10 13,5 17 10,4 19 7,7 33 7,3 13 5,2 92 7,7

Total 74 6,2 164 13,8 248 20,8 454 38,1 252 21,1 1192 100

Berdasarkan tabel 4.5, gambaran MRI yang mendominasi segmen vertebra


lumbosakral adalah HNP dengan total 77,6% yang ditemukan paling banyak pada
L4-5 sebesar 71,8% diikuti Spondilolistesis dengan total 14,7% yang juga paling
banyak ditemukan pada L4-5 sebesar 20,9%
Segmen vertebra lumbal secara umum didominasi oleh spondilosis dan
spondiloarthrosis dengan rentang 38,9% - 60,1%, Pada segmen S1 didominasi
oleh stenosis spinal sebesar 42,6 % sedangkan pada segmen S2 didominasi oleh
tumor dan metastasis dengan persentase masing-masing 33,3%.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 35


Berikut adalah grafik yang menyajikan gambaran MRI Lumbosakral NPB
berdasarkan segmen vertebra yang dikenai.

L1 L2 L3 L4 L5 S1 S2

60,1
57,1
47

42,6
40,8
38,9

33,3

33,3
29,8
28,7
22,6
16,7

16,7
14,9

12,8
11,6

10,6
9,1
8,7

7,7
7,2
6,6

6,4
5,1

4,4
4,3

3,9
3,8
3,5
3,5

3,3
2,7
1,5
1,4
0

Spondilitis Spondilosis + Stenosis Spinal Tumor Metastasis


arthrosis

L1 L2 L3 L4 L5 S1 S2
17

14,9
12,5
12,3
8,1
7,8
7,5
5,9

4,3
2,7
1,7
0,9
0,7
0,5
0,4
0,4

0,4
0,3

1
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0

Fraktur Kompresi Hematom Kel. Kongenital Trauma Medula lain-lain


Spinalis

Gambar 4.10 Gambaran MRI Lumbosakral NPB berdasarkan Segmen Vertebra

BAB 5
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 36
PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di bagian Radiologi RSUP DR. M. Djamil Padang


selama bulan April - Mei 2018. Berdasarkan penelusuran data laporan hasil
pemeriksaan MRI lumbosakral pasien NPB pada bulan April 2016-April 2018,
diperoleh 490 pasien. Sebanyak 479 pasien telah memenuhi kriteria inklusi
maupun eksklusi, sedangkan 11 pasien dieksklusi dengan rincian 4 pasien kontrol
dan 7 pasien post operasi vertebra.

5.1 Distribusi Gambaran MRI Lumbosakral NPB


Hernia Nukleus Pulposus (HNP) menjadi gambaran MRI lumbosakral
yang paling banyak ditemukan dengan persentase 36,2%. Hasil ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Pinzon pada tahun 2012 di Yogyakarta yang
menemukan bahwa 72,5% gambaran MRI pada pasien NPB adalah HNP.44
Penelitian yang dilakukan oleh Europe PMC Funders Group terhadap 220 artikel
studi epidemiologi dari tahun 1976 sampai 2011 mengenai potensi hasil MRI
terhadap diagnosis NPB juga menunjukkan HNP sebagai gambaran terbanyak
yang didapatkan dengan persentase 76%.8,45 Penelitian lainnya yang dilakukan
oleh Waris et al. di Finlandia yang dipublikasikan pada tahun 2007 menunjukkan
bahwa gambaran MRI pasien NPB setelah 17 tahun berlalu (tahun 1987-2003)
sebanyak 76%-nya adalah HNP.46
Hal yang berbeda ditunjukkan oleh penelitian Mariconda et al. pada tahun
2001-2003 di Italia dengan hasil terbanyak adalah penyempitan diskus sebanyak
98 dari 120 pasien.20 Akan tetapi menurut penelitian Waris et al. pada tahun 2007
dijelaskan bahwa degenerasi diskus yang terdiagnosis dengan MRI ketika remaja
berhubungan dengan kejadian HNP asimtomatis ketika dewasa atau dengan kata
lain menjadi faktor prediktor munculnya HNP dikemudian hari.45,46
Sebanyak 40% penyebab NPB adalah HNP.17 Proses degeneratif pada
vertebra dan diskus intervertebralis atau adanya beban kompresi mendadak pada
vertebra yang tidak mampu dikompensasi diskus intervertebralis dapat menjadi
penyebab HNP.21 Magnetic Resonance Imaging (MRI) menjadi baku emas
pemeriksaan adanya HNP. 45 Oleh karena itu, pada pemeriksaan MRI pasien NPB
banyak ditemukan gambaran HNP.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 37


Spondilolistesis menempati urutan kedua dengan persentase 13,6% diikuti
spondilosis dan spondiloarthrosis sebesar 12,2%. Spondilolistesis merupakan
pergeseran segmen vertebra ke arah anterior yang diawali adanya defek pada pars
artikularis akibat fraktur stress.47,48,49 Spondilosis adalah istilah luas yang
digunakan untuk menggambarkan beberapa proses degeneratif pada vertebra,
seperti yang paling sering adalah osteoarthritis vertebra dan pembentukan
osteofit.50 Osteofit merupakan pertumbuhan tulang abnormal pada kolumna
vertebra sebagai stress mechanism dari cedera atau mikro trauma yang berulang-
ulang dan dapat menyebabkan NPB.2,22
Pada penelitian ini, spondilolistesis, spondilosis dan spondiloarthrosis
yang ditemukan pada pasien hampir selalu diikuti oleh HNP. Persentase
spondilolistesis yang ditemukan tanpa HNP hanya sebesar 8,8% sementara
spondilosis dan spondiloarthrosis tanpa HNP sebesar 2,4%. Selain itu,
spondilolistesis, spondilosis dan spondiloarthrosis hanya ditemukan pada usia
diatas 30 tahun. Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat bahwa HNP yang
ditemukan paling banyak disebabkan oleh proses degeneratif.

5.2 Distribusi Gambaran MRI Lumbosakral NPB berdasarkan Usia


Gambaran MRI terbanyak ditemukan pada kelompok usia 51-60 tahun
dengan persentase 31,8%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Novitasari dkk. pada tahun 2016 di Bandung didapatkan bahwa prevalensi
tertinggi NPB adalah pada kelompok usia 50-59 tahun sebesar 48,7%.51
Menurut penelitian Hoy et al. pada tahun 2010 di Australia menyebutkan
bahwa insiden tertinggi NPB terjadi pada dekade ketiga dan prevalensinya terus
meningkat hingga usia 60-65 tahun kemudian menurun setelah usia tersebut.52 Hal
ini sesuai dengan temuan peneliti yaitu terjadi peningkatan temuan gambaran MRI
seiring usia hingga prevalensi tertinggi pada usia 51-60 tahun, kemudian mulai
menurun pada usia 61-70 tahun menjadi 29,9% lalu menjadi 12,3% pada usia
diatas 71 tahun.
Usia merupakan faktor risiko terjadinya NPB.52 Temuan diatas
menunjukkan adanya kecenderungan NPB akibat proses degeneratif.53 Seiring
pertambahan usia terjadi perubahan massa dan densitas tulang akibat perubahan
mineral didalam tulang. Hal ini menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 38
rusak.22 Hal yang sama juga terjadi pada diskus intervertebralis sehingga pada usia
lanjut diskus akan semakin tipis dan menjadi kurang lentur.21 Penurunan
prevalensi NPB yang terjadi setelah usia 60-65 tahun disebabkan sudah tidak
banyaknya aktivitas fisik yang dilakukan pada usia tersebut sehingga nyeri yang
dirasakan tidak begitu berat.2
Kelompok usia 1-10 tahun hanya memiliki 2 pasien dengan gambaran
spondilitis dan HNP dengan persentase masing-masing 50%. Spondilitis paling
banyak disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.9 Spondilitis Tuberkulosis
(TB) lebih sering dijumpai pada orang dewasa, namun dapat ditemukan pada anak
di negara berkembang dengan prevalensi infeksi TB tinggi. Pada anak rute
penyebaran utama TB adalah secara hematogen dari fokus primer, namun
seringkali letak fokus primer ini tidak jelas.54 Hernia nukleus pulposus jarang
ditemukan pada anak dibawah usia 10 tahun dan tidak banyak artikel yang
membahas HNP dibawah usia 10 tahun.55,56 Trauma yang berhubungan dengan
olahraga atau akibat diri sendiri seperti mengangkat beban berat, fleksi dan
ekstensi yang berlebihan, atau terjatuh dianggap sebagai penyebab utama
terjadinya HNP pada anak-anak dan remaja. Hal ini dikarenakan 30-60% anak dan
remaja yang menderita HNP memiliki riwayat trauma sebelum munculnya onset
nyeri.56
Kelompok usia 11-20 sebesar 27,3% gambaran MRI yang ditemukan
adalah normal kemudian diikuti oleh spondilitis sebesar 18,2%. Nyeri punggung
bawah yang terjadi pada usia muda dan usia pertengahan (10-40 tahun)
kemungkinan penyebabnya adalah multifaktorial dan kebanyakan adalah NPB
non spesifik sehingga sulit diketahui penyebabnya.2
Kelompok usia diatas 21 tahun memiliki gambaran MRI terbanyak berupa
HNP dengan persentase 28,1% - 47,7%. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Pinzon pada tahun 2012 di Yogyakarta yang menemukan gambaran
HNP sebesar 72,5% pada pemeriksaan MRI pasien NPB berusia 21-71 tahun.
Pada penelitian tersebut NPB pada usia muda karena HNP sering dikaitkan
dengan trauma yang signifikan.44 Proses degeneratif juga dapat menyebabkan
HNP.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 39


5.3 Distribusi Gambaran MRI Lumbosakral NPB berdasarkan Jenis
Kelamin
Gambaran MRI lumbosakral pasien NPB lebih banyak ditemukan pada
perempuan (58%) dibandingkan laki-laki (42%) dari total keseluruhan gambaran
MRI yang ditemukan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Novitasari dkk. pada tahun 2016 di Bandung yang menunjukan bahwa perempuan
lebih banyak menderita NPB dibanding laki-laki dengan rasio 1:2.51 Penelitian
lainnya yang dilakukan oleh Schepper et al. pada tahun 2010 di Belanda
menunjukkan bahwa prevalensi NPB baik akut maupun kronik lebih banyak
terjadi pada perempuan dibanding laki-laki.57
Perempuan menunjukan nyeri yang lebih hebat dibandingkan laki-laki.57
Penelitian yang dilakukan oleh Hoy et al. pada tahun 2010 di Belanda
menunjukan prevalensi NPB yang lebih besar pada perempuan dibanding laki-laki
dimana lebih banyak perempuan yang cuti bekerja dan mengunjungi fasilitas
kesehatan karena NPB serta pada perempuan banyak yang berkembang menjadi
NPB kronik.52 Hal ini terutama terlihat pada usia 51-60 tahun dengan persentase
laki-laki : perempuan sebesar 25,3% : 36,5%, namun setelah usia diatas 60 tahun
prevalensinya hampir sama yaitu laki-laki : perempuan sebesar 29,6% : 30,1%.
Jenis kelamin dan faktor hormonal dapat mempengaruhi timbulnya NPB.
Perempuan lebih sering menderita NPB dibandingkan laki-laki karena pengaruh
hormon estrogen. Peningkatan estrogen saat hamil dan penggunaan kontrasepsi
memicu peningkatan hormon relaxin. Peningkatan relaxin menyebabkan
kelemahan pada sendi dan ligamen khususnya daerah pinggang. Penurunan
estrogen pada saat memasuki usia menopause dapat menyebabkan penurunan
kepadatan tulang.53,58 Penelitian Hoy et al. pada tahun 2010 di Australia
menemukan bahwa indeks massa tubuh (IMT) >30 berhubungan dengan kejadian
NPB. Hal ini mungkin akan lebih berhubungan dengan perempuan dibandingkan
laki-laki.52
Penelitian ini menunjukkan bahwa gambaran MRI lumbosakral NPB yang
paling banyak ditemukan pada perempuan adalah HNP sebesar 37,2%, diikuti
oleh spondilolistesis 15,9% kemudian spondilosis dan spondiloarthrosis 12,2%.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 40


Pada laki-laki HNP juga menempati urutan pertama sebesar 35%, diikuti oleh
spondilosis dan spondiloarthrosis 12,3% kemudian spondilolistesis 10,4%.
Penelitian yang dilakukan Pinzon pada tahun 2012 menyebutkan bahwa
HNP dijumpai secara seimbang antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan.44
Penelitian Schepper et al. pada tahun 2010 di Belanda menemukan bahwa
spondilosis dan spondiloarthrosis lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding
perempuan dengan persentase 95% : 91%.57 Penelitian Kalichman et al. pada
tahun 2009 di Boston menemukan bahwa spondilolistesis lebih banyak terjadi
pada perempuan dibandingkan laki-laki dengan persentase 21,3% : 7,7%.47 Meski
demikian hubungan antara NPB, diskus, dan keterkaitannya dengan jenis kelamin
laki-laki atau perempuan tidak diketahui.57,59

5.4 Distribusi Lokasi Kelainan MRI Lumbosakral NPB


Lokasi kelainan MRI lumbosakral terbanyak pada NPB adalah vertebra L5
sebesar 24,8% kemudian diikuti oleh L4 sebesar 24,2%. Hasil ini sejalan dengan
penelitian Mariconda et al. di Italia tahun 2001-2003 bahwa segmen vertebra yang
paling banyak ditemukan kelainan adalah L5 (44%) kemudian diikuti oleh L4
(32%).20 Terdapat sedikit perbedaan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Deyo et al. di Nigeria pada tahun 2012 yang menunjukkan bahwa di vertebra L4
lebih banyak ditemukan kelainan daripada L5 dengan persentase L4 26,5% dan
L5 22,3%. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan Kemalasari di Kebumen
pada tahun 2016 dengan persentase L4 25,3% dan L5 23,4%.2,16
Perbedaan tersebut tidak begitu berarti sebab lokasi tersering
ditemukannya kelainan pada pemeriksaan MRI pada pasien NPB adalah segmen
vertebra L4 dan L5.44,46 Hal ini didukung oleh beberapa penelitian salah satunya
penelitian yang dilakukan oleh Saeidiborojeni et al. di Iran pada tahun 2012
dengan persentase kelainan pada L4-L5 sebesar 87%.60
Pada penelitian ini, HNP ditemukan di L4-L5 sebesar 71,8%, diikuti
spondilolistesis yang juga paling banyak ditemukan di L4-L5 sebesar 20,9%,
Temuan ini sejalan dengan penelitian Pinzon pada tahun 2012 di Yogyakarta
bahwa sebanyak 72,4% HNP ditemukan di L4-L5.44 Penelitian Kalichman et al.
pada tahun 2009 di Boston juga menemukan spondilolistesis terbanyak di L4-L5
(5,9%).47
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 41
Vertebra L4 dan L5 adalah segmen terbawah pada vertebra lumbal dan
bersamaan dengan diskus, sendi, saraf dan jaringan lunak, segmen ini
memungkinkan memiliki beberapa fungsi seperti menopang tubuh bagian atas dan
memungkinkan pergerakan ke berbagai arah.61
Vertebra L4 dan L5 merupakan segmen vertebra dengan beban kerja
paling berat dalam menumpu berat tubuh. Selain itu pada segmen tersebut sering
dilakukan gerakan-gerakan rotasi, ekstensi dan fleksi. Dengan beban berat dan
jangkauan fleksibilitasnya, vertebra L4 dan L5 juga rentan cedera akibat adanya
trauma maupun proses degeneratif.2,61 Hal inilah yang menyebabkan vertebra L4
dan L5 menjadi segmen vertebra yang paling banyak menjadi lokasi kelainan
pada NPB.

5.5 Keterbatasan Penelitian


Peneliti tidak menganalisis faktor-faktor lain yang berpotensi
menyebabkan NPB seperti skoliosis, tingkat stress, dan hal-hal lain yang mungkin
berhubungan. Kemudian pengambilan data menggunakan data sekunder sehingga
terdapat beberapa keterbatasan seperti tidak adanya riwayat trauma sebelumnya
sehingga pada beberapa gambaran MRI sulit ditentukan penyebabnya adalah
karena trauma atau proses degeneratif.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 42


BAB 6
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
1. Gambaran MRI lumbosakral NPB yang paling banyak ditemukan
adalah HNP yang diakibatkan oleh proses degeneratif (HNP murni,
HNP dengan spondilolistesis, HNP dengan spondilosis dan
spondiloarthrosis).
2. Gambaran MRI lumbosakral NPB yang ditemukan bervariasi dalam
berbagai rentang usia. Pada usia 1-10 tahun gambaran yang ditemukan
adalah HNP dan Spondilitis. Pada usia 11-20 tahun gambaran yang
paling banyak ditemukan adalah normal diikuti oleh spondilitis. Pada
usia diatas 21 tahun HNP menjadi gambaran MRI lumbosakral yang
paling banyak ditemukan. Pada pemeriksaan MRI lumbosakral dengan
klinis NPB ditemukan kelompok usia terbanyak adalah usia 51-60
tahun.
3. Hernia Nukleus Pulposus (HNP) ditemukan secara seimbang antara
laki-laki dan perempuan. Spondilolistesis lebih banyak ditemukan pada
perempuan dibandingkan laki-laki. Namun spondilosis dan
spondiloarthrosis lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan
perempuan.
4. Perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki terutama pada usia 51-
60 tahun diakibatkan oleh proses degeneratif yang dipengaruhi hormon
terutama hormon estrogen. Pada usia diatas 65 tahun proses degeneratif
yang terjadi pada laki-laki dan perempuan sama.
5. Segmen vertebra yang paling sering menjadi lokasi kelainan pada
pemeriksaan MRI lumbosakral dengan klinis nyeri punggung bawah
adalah L4 dan L5.

6.2 Saran
1. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan faktor-faktor lain yang
berpotensi menyebabkan NPB serta menganalisis hubungannya dengan
kejadian NPB.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 43


DAFTAR PUSTAKA

1. Ehrlich GE. Low Back Pain. Bulletin of the World Health Organization.
2003;81:671-676.

2. Kemalasari AF. Gambaran Radiologis pada Pasien Low Back Pain di


RSUD Kebumen Periode Bulan Juni – Juli 2015 (tesis). Universitas Islam
Indonesia; 2016.

3. Goethem JV, Hauwe LVD, Parizel PM. Evidence based medicine for low
back pain. In: Spinal imaging diagnostic imaging of the spine and spinal
cord. 1st ed. Belgia : Springer; 2007. P. 112.

4. Muñoz IC, Conesa AG, Meca JS. Prevalence of low back pain in children
and adolescents: a meta-analysis. BMC Pediatrics. 2013; 13:14.

5. Balagué F, Mannion AF, Pellisé F, Cedraschi C. Non spesific low back


pain. Lancet. 2012; 379: 482–491.

6. Bratton RL. Assessment and management of acute low back pain. Am


Fam Physician. 1999 ;60(8):2299-2306.

7. Suhadi I, Gambaran klinik dan radiologi kasus low back pain di rumah
sakit Immanuel Bandung periode tahun 2002-2005 (skripsi). Universitas
Kristen Maranatha; 2006.

8. Panduwinata W. Peranan magnetic resonance imaging dalam diagnosis


nyeri punggung bawah kronik. CDK-215. 2014; 41: 260-263.

9. Duthey B. Background paper 6.24 â low back pain. Available at :


http://www.who.int/medicines/areas/priority_medicines/BP6_24LBP.pdf -
Diakses pada November 2017.

10. Bradley WG. Low back pain. AJNR Am J Neuroradiol. 2007; 28: 990–
992.

11. Purba JS, Rumawas AM. Nyeri punggung bawah : studi epidemiologi,
patofisiologi dan penanggulangan. Berkala Neurosains. 2006; 7: 85-93.

12. Yasin MM, Agung K, Sustini F, Andreani S, Rochman F. Hubungan


antara karakteristik, antropometrik, kebiasaan, status psikososial, dan
gambaran radiografis responden dengan kejadian spondylogenic low back
pain. Journal of Orthopaedi and Traumatology Surabaya. 2013; 2(1):95–
106.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 44


13. American College of Radiology. ACR appropriateness criteria: low back
pain. Available at: https://acsearch.acr.org/docs/69483/Narrative/ -
Diakses pada Oktober 2017.

14. Deyo RA, Jarvik JG, Chou R. Low back pain in primary care. BMJ. 2014;
349: 1-6.

15. Mutmainna SC, Ali RH, Loho E. Gambaran foto lumbal pasien dengan
gejala klinis nyeri punggung bawah di bagian/SMF radiologi RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2012 – Desember 2012. Jurnal
Biomedik (JBM). 2014; 6(1): 46-49.

16. Ahidjo A, Ayough SN, Nwobi IC, Garba I, Njiti MM, Abdullahi A.
Common radiographic findings in patients with low back pain a major
nigerian teaching hospital. Journal of Association of Radiographers of
Nigeria. 2012; 26: 35 – 41.

17. Rusjdi DA. Hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan hernia
nukleus pulposus (HNP) lumbal menggunakan Magnetic Resonance
Imaging (MRI) 1,5 Tesla di rumah sakit Hasan Sadikin Bandung (tesis).
Universitas Padjajaran; 2014.

18. Sheehan NJ. Magnetic resonance imaging for low back pain: indications
and limitations. Ann Rheum Dis. 2010;69:7–11.

19. Roudsari B, Jarvik JG. Lumbar spine MRI for low back pain: indications
and yield. AJR. 2010; 195:550–559.

20. Mariconda M, Galasso O, Imbimbo L, Lotti G, Milano C. Relationship


between alterations of the lumbar spine, visualized with magnetic
resonance imaging, and occupational variables. Eur Spine J. 2007; 16:
255–266.

21. Snell R. Columna vertebralis, medulla spinalis, dan meningen. In:


Suwahjo A, Liestyawan YA, editors. Anatomi klinis berdasarkan sistem.
7th ed. Jakarta : EGC; 2011. p. 538-541.

22. Tortora GJ, Derrickson B. The skeletal system: the axial skeleton. In:
Roesch B, editor. Principles of anatomy and physiology. 13th ed. USA :
John Wiley & Sons, Inc; 2012. p. 233-236.

23. Lateef H, Patel D. What is the role of imaging in acute low back pain?.
Curr Rev Musculoskelet Med 2009;2:69–73.

24. Salter RB. Degenerative disorders of joints and related tissues. In :


Johnson EP, editor. Textbook of disorders and injuries of the
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 45
musculoskeletal system. 3rd ed. Pennsylvania : Lippincott Williams &
Wilkins; 1999. p. 273-274.

25. Huiges AS, Groenhof F, Winters JC, Wijhe MV, Groenier KH, Meer
KVD. Radiating low back pain in general practice: Incidence, prevalence,
diagnosis, and long-term clinical course of illness. Scandinavian Journal of
Primary Health Care, 2015; 33: 27–32.

26. Thiese MS, Hegmann KT, Wood EM, Garg A, Moore JS, Kapellusch J et
al. Prevalence of low back pain by anatomic location and intensity in an
occupational population. BMC Musculoskeletal Disorders 2014; 15:283.

27. Allegri M, Montella S, Salici F, Valente A, Marchesini M, Compagnone C


et al. Mechanisms of low back pain: a guide for diagnosis and therapy
[version 2; referees: 3 approved]. F1000Research. 2016; 5(F1000 Faculty
Rev):1530.

28. Peng BG. Pathophysiology, diagnosis, and treatment of discogenic low


back pain. World J Orthop. 2013; 4(2): 42-52.

29. Wong AYL, Karppinen J, Samartzis D. Low back pain in older adults: risk
factors, management options and future directions. Scoliosis and Spinal
Disorders. 2017;12:14.

30. Universitas Hasanudin. Bahan ajar hernia nukleus pulposus. Available at:
http://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/Bahan-
Ajar-4_Hernia-Nucleus-Pulposus.pdf - Diakses pada Februari 2018.

31. Leonardi M, Boos N. Disc herniation and radiculopathy. In: Spinal


disorders- fundamentals of diagnosis and treatment. 1st ed. Belgia :
Springer; 2008. P. 491-493.

32. Gaya LL. Pengaruh aktivitas olahraga, kebiasaan merokok, dan frekuensi
duduk statis dengan kejadian low back pain. J Agromed Unila. 2015;
2(2):186-189.

33. Septadina IS, Legiran. Nyeri pinggang dan faktor-faktor risiko yang
mempengaruhinya. J Keperawatan Unsri. 2014;1;2-4.

34. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Nyeri spinal.


Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4, jilid 2. Jakarta :
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2007. p. 1314-1315.

35. Notosiswoyo M, Suswati S. Pemanfaatan Magnetic Resonance Imaging


(MRI) sebagai sarana diagnosa pasien. Media Litbang Kesehatan. 2004;
14(3):8-13.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 46


36. Wikipedia. Magnetic resonance imaging. Available at :
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Magnetic_resonance_imaging - Diakses
pada Februari 2018.

37. Department of Radiology University of Wisconsin School of Medicine


and Public Health. MR terminology. Available at:
https://sites.google.com/a/wisc.edu/neuroradiology/image-
acquisition/magnetic-resonance-imaging/mr-terminology - Diakses pada
Januari 2018.

38. Apriantoro NH, Christianni. Analisis perbedaan citra MRI brain pada
SEKUENT1SE dan T1FLAIR. SINERGI. 2015;19(3):206-210.

39. Gaillard F, Ballinger R. MRI pulse sequences. Available at:


https://radiopaedia.org/articles/mri-pulse-sequences-1 - Diakses pada
Januari 2018.

40. Radiology Masterclass. MRI interpretation T1 and T2 images it’s all about
fat and water. Available at:
https://www.radiologymasterclass.co.uk/tutorials/mri/t1_and_t2_images -
Diakses pada Januari 2018.

41. Radiopaedia. Normal lumbar spine MRI. Available at:


https://radiopaedia.org/cases/normal-lumbar-spine-mri-2 - Diakses pada
Januari 2018.

42. Last AR, Hulbert K. Chronic low back pain: evaluation and management.
Am Fam Physician. 2009;79(12):1067-1074.

43. Koes BW, Tulder MWV, Thomas S. Diagnosis and treatment of low back
pain. BMJ. 2006;332:1430–4.

44. Pinzon R. Profil klinis pasien nyeri punggung bawah akibat hernia nukleus
pulposus. CDK-198. 2012; 39: 749-751.

45. Endean A. Potential of mri findings to refine case definition for


mechanical low back pain in epidemiological studies: a systematic review.
Spine (Phila Pa 1976). 2011; 36(2): 160–169.

46. Waris E, Eskelin M, Hermunen H, Kiviluoto O, Paajanen H. Disc


degeneration in low back pain a 17-year follow-up study using magnetic
resonance imaging. SPINE. 2007; 32(6): 681–684.

47. Kalichman L, Kim DH, Li L, Guermazi A, Valery B et al. Spondylolysis


and spondylolisthesis: prevalence and association with low back pain in
the adult community-based population. Spine (Phila Pa 1976). 2009;
34(2): 199–205.
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 47
48. Spine Health. Spondylolysis and spondylolisthesis. Available at :
https://www.spine-health.com/conditions/spondylolisthesis/spondylolysis-
and-spondylolisthesis.- Diakses pada Juli 2018.

49. Sakai T, Sairyo K, Suzue N, Kosaka H, Yasui N. Incidence and etiology of


lumbar spondylolysis: review of the literature. J Orthop Sci. 2010;15:281-
288.

50. Spine Health. Spondylosis: what it actually means. Available at:


https://www.spine-health.com/conditions/lower-back-pain/spondylosis-wh
at-it-actually-means. – Diakses pada Juli 2018.

51. Novitasari DD, Sadeli HA, Soenggono A, Sofiatin Y, Sukandar H et al.


Prevalence and characteristics of low back pain among productive age
population in Jatinangor. Althea Medical Journal. 2016;3(3):469-476.

52. Hoy D, Brooks P, Blyth F, Buchbinder R. The epidemiology of low back


pain. Best Practice & Research Clinical Rheumatology 2010;24: 769–781.

53. Purnamasari H, Gunarso U, Rujito L. Overweight sebagai faktor risiko low


back pain pada pasien poli saraf RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto. Mandala of Health. 2010;4(1): 26-32.

54. Surjono E. Diagnosis dan tatalaksana spondilitis TB pada anak. Damianus


Journal of Medicine. 2011;10(3):177-186.

55. Haidar R, Ghanem I, Saad S, Uthman I. Lumbar disc herniation in young


children. Acta Paediatrica. 2010;99:19-23.

56. Dang L, Liu Z. A review of current treatment for lumbar disc herniation in
children and adolescents. Eur Spine J. 2010;19:205-214.

57. Schepper EIT, Damen J, Meurs JBJ, Ginai AZ, Popham M et al. The
association between lumbar disc degeneration and low back pain the
influence of age, gender, and individual radiographic features. SPINE.
2010; 35(5): 531–536.
58. Lailani TM. Hubungan antara peningkatan indeks massa tubuh dengan
kejadian nyeri punggung bawah pada pasien rawat jalan di poliklinik saraf
RSUD Dr. Soedarso Pontianak (skripsi). Universitas Tanjungpura; 2013.

59. Ko SB, Lee SW. Prevalence of spondylolysis and its relationship with low
back pain in selected population. Clinics in Orthopedic Surgery.
2011;3:34-38.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 48


60. Saeidiborojeni HR, Shobeiri E, Saeidiborojeni S. Magnetic resonance
imaging findings in low back pain and lower extremity radicular chronic
pain. J Inj Violence Res. 2012 Nov; 4(3 Suppl 1): 37.

61. Spine Health. All about the L4-L5 spinal segment. Available at :
https://www.spine-health.com/conditions/spine-anatomy/all-about-l4-l5-
spinal-segment - Diakses pada Mei 2018.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 49


Lampiran 1

URAIAN JADWAL KEGIATAN

2017 2018
No. Kegiatan
11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
1. Tahap Persiapan Penelitian

A. Pengesahan Judul

B. Penyusunan Proposal

C. Ujian Proposal

D. Revisi Proposal

2. Tahap Pelaksanaan

A. Pengumpulan Data

B. Analisis Data

3. Tahap Penyusunan Laporan

4. Ujian Skripsi

5. Revisi Skripsi dan


Memperbanyak Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 50


Lampiran 2

SURAT KETERANGAN LOLOS KAJI ETIK

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 51


Lampiran 3

SURAT IZIN PENELITIAN

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 52


Lampiran 4
HASIL ANALISIS DATA
Distribusi Gambaran MRI Lumbosakral NPB
Gambaran MRI f %
Normal 36 3,6%
Spondilitis 39 3,9%
Spondilosis + 123 12,2%
Spondiloarthrosis
Spondilolistesis 137 13,6%
Stenosis Spinal 114 11,3%
HNP 365 36,2%
Tumor 15 1,5%
Metastasis 13 1,3%
Fraktur Kompresi 66 6,6%
DDD 48 4,8%
Hematom 3 0,3%
Kel. Kongenital 1 0,1%
Trauma MS 8 0,8%
lain-lain 39 3,9%
TOTAL 1007 100%

Karakteristik Jenis Kelamin Pasien MRI Lumbosakral NPB


Jenis Kelamin f %
Laki-laki 213 44,5%
Perempuan 266 55,5%
TOTAL 479 100%

Karakteristik Usia Pasien MRI Lumbosakral NPB


Usia LK PR Total
f % f % f %
1-10 tahun 2 1% 0 0% 2 0,4%
11-20 tahun 12 5,6% 4 2% 16 3,3%
21-30 tahun 12 5,6% 10 3,8% 22 4,6%
31-40 tahun 21 9,9% 25 9,4% 46 9,6%
41-50 tahun 33 15,5% 46 17% 79 16,5%
51-60 tahun 55 25,8% 91 34,2% 146 30,5%
61-70 tahun 52 24,4% 67 25,2% 119 25%
>71 tahun 26 12,2% 23 9% 49 10,2%
TOTAL 213 44% 266 56% 479 100%

Distribusi Segmen Vertebra MRI Lumbosakral NPB


Segmen Vertebra f %
L1 109 6,9%
L2 184 11,7%
L3 272 17,3%
L4 380 24,2%
L5 390 24,8%
S1 222 14,1%
S2 14 0,9%
TOTAL 1571 100%

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 53


Distribusi Gambaran MRI Lumbosakral NPB berdasarkan Jenis
Kelamin
Gambaran MRI LK PR Total
f % f % f %
Normal 19 4,5% 17 2,9% 36 3,6%
Spondilitis 22 5,2% 17 2,9% 39 3,9%
Spondilosis + 52 12,3% 71 12,2% 123 12,2%
Spondiloarthrosis
Spondilolistesis 44 10,4% 93 15,9% 137 14%
Stenosis Spinal 49 11,6% 65 11% 114 11,3%
HNP 148 35% 217 37,2% 365 36,2%
Tumor 8 1,9% 7 1,2% 15 1%
Metastasis 9 2,1% 4 0,7% 13 1%
Fraktur Kompresi 33 7,8% 33 5,7% 66 6,6%
DDD 20 4,7% 28 4,8% 48 4,8%
Hematom 2 0,5% 1 0,2% 3 0,3%
Kel. Kongenital 1 0,2% 0 0% 1 0,1%
Trauma MS 4 0,9% 4 0,7% 8 0,8%
lain-lain 12 2,8% 27 4,6% 39 3,9%

TOTAL 423 42% 584 58% 1007 100%

Distribusi Jenis-jenis HNP


LK PR Total
Jenis HNP
f % f % f %
Buldging 35 27,1% 54 26,3% 89 26,6%
Protrusi 83 64,3% 144 70,2% 227 68%
Ekstrusi 10 7,8% 7 3,4% 17 5,1%
Sequesterasi 1 0,8% 0 0% 1 0,3%
TOTAL 129 38,6% 205 61,4% 334 100%

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 54


Distribusi Gambaran MRI Lumbosakral berdasarkan Segmen Vertebra
L1 L2 L3 L4 L5 S1 S2 Total
Gambaran MRI
f % f % f % f % f % f % f % f %
Spondilitis 12 6,6% 15 8,7% 21 9,1% 21 7,2% 14 5,1% 7 14,9% 3 16,7% 93 7,7%
Spondilosis + Spondiloarthrosis 104 57,1% 104 60,1% 108 47% 114 38,9% 111 40,8% 2 4,3% 0 0% 543 44,7%

Stenosis Spinal 14 7,7% 20 11,6% 52 22,6% 84 28,7% 81 29,8% 20 42,6% 3 16,7% 274 22,6%
Tumor 7 3,8% 6 3,5% 8 3,5% 4 1,4% 4 1,5% 5 10,6% 6 33,3% 40 3,3%
Metastasis 8 4,4% 11 6,4% 9 3,9% 8 2,7% 9 3,3% 6 12,8% 6 33,3% 57 4,7%
Fraktur Kompresi 31 17% 14 8,1% 18 7,8% 22 7,5% 16 5,9% 0 0% 0 0% 101 8,3%
Hematom 1 0,5% 0 0% 1 0,4% 1 0,3% 1 0,4% 0 0% 0 0% 4 0,3%
Kel. Kongenital 0 0,0% 0 0% 1 0,4% 0 0,0% 0 0,0% 0 0% 0 0% 1 0,1%
Trauma MS 5 2,7% 3 1,7% 2 0,9% 3 1% 2 0,7% 0 0% 0 0% 15 1,2%
lain-lain 0 0% 0 0% 10 4,3% 36 12,3% 34 12,5% 7 14,9% 0 0% 87 7,2%

Total 182 15% 173 14,2% 230 18,9% 293 24,1% 272 22,4% 47 3,9% 18 1,5% 1215 100%

Perbandingan Jumlah Laki-laki dan Perempuan terhadap Total Gambaran MRI


yang ditemukan berdasarkan Usia*

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 55


Gambaran MRI Metastasis
Usia 1-10 th 11-20 th 21-30 th 31-40 th 41-50 th 51-60 th 61-70 th >71 th Total
Jenis Kelamin f(%) f(%) f(%) f(%) f(%) f(%) f(%) f(%) f(%)

Laki-laki 0 2 (11,1) 0 0 2 (3,2) 1 (0,9) 4 (3,2) 0 9 (2,1)


Perempuan 0 0 0 2 (5,4) 0 0 1 (0,6) 1 (1,6) 4 (0,7)

Gambaran MRI Fraktur Kompresi


Usia 1-10 th 11-20 th 21-30 th 31-40 th 41-50 th 51-60 th 61-70 th >71 th Total
Jenis Kelamin f(%) f(%) f(%) f(%) f(%) f(%) f(%) f(%) f(%)

Laki-laki 0 2 (11,1) 3 (16,7) 3 (10,7) 5 (8,1) 8 (7,5) 6 (4,8) 6 (9,5) 33 (7,8)


Perempuan 0 0 0 0 3 (3,8) 10 (4,7) 13 (7,4) 7 (11,5) 33 (5,7)

Gambaran MRI DDD


Usia 1-10 th 11-20 th 21-30 th 31-40 th 41-50 th 51-60 th 61-70 th >71 th Total
Jenis Kelamin f(%) f(%) f(%) f(%) f(%) f(%) f(%) f(%) f(%)

Laki-laki 0 1 (5,6) 0 1 (3,6) 5 (8,1) 3 (2,8) 7 (5,6) 3 (4,8) 20 (4,7)


Perempuan 0 1 (25) 2 (14,3) 2 (5) 3 (3,8) 8 (3,8) 10 (5,7) 2 (3,3) 28 (4,8)

Gambaran MRI Hematom


Usia 1-10 th 11-20 th 21-30 th 31-40 th 41-50 th 51-60 th 61-70 th >71 th Total
Jenis Kelamin f(%) f(%) f(%) f(%) f(%) f(%) f(%) f(%) f(%)

Laki-laki 0 0 1 (5,6) 0 1 (1,6) 0 0 0 2 (0,5)


Perempuan 0 0 0 0 0 0 0 1 (1,6) 1 (0,2)

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 56


*Keterangan
Persentase didapatkan berdasarkan pembagian jumlah pasien dengan jumlah pasien
secara keseluruhan dalam setiap rentang umur.

N Laki-laki :1-10 th (2 org), 11-20 th (18 org), 21-30 th (18 org), 31-40 th (28 org), 41-
50 th (62 org), 51-60 th (107 org), 61-70 th (125 org), >71 th (63 org).

N Perempuan :1-10 th (0 org), 11-20 th (4 org), 21-30 th (14 org), 31-40 th (37 org), 41-
50 th (79 org), 51-60 th (213 org), 61-70 th (176 org), >71 th (61 org).

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 57

You might also like