You are on page 1of 18

Artikel Penelitian Teknologi Pangan Universitas Pasundan

KAJIAN PERBANDINGAN TEPUNG RUMPUT LAUT (Eucheuma cottoni)


YANG DI SUBSTITUSI TEPUNG IKAN TERI NASI (Stolephorus sp)
DENGAN SUHU PEMANGGANGAN DALAM PEMBUATAN COOKIES
RUMPUT LAUT
Comparative Study Of Four Seaweed (Eucheuma cottonii) Substituted Teri Fish Meal Rice
(Stolephorus sp) with Cokies In Making Roasting Temperature Seaweed

Putri Titi Santi1), Yudi Garnida2), Hj. Hasnelly2)


1)Alumni Teknologi Pangan, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan, Bandung
2)
Dosen Teknologi Pangan, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan, Bandung

ABSTRACT
The purpose of this study is to produce cookies with a ratio of seaweed flour with
rice flour anchovy and roasting temperature on the characteristics of the best cookies.
The method used in the study cookies seaweed that is using research methods RAK
(Random Group) consisting of two factors. The first factor is the comparison flour seaweed
with flour anchovy rice (x), consisting of x1 = Flour Seaweed: Wheat Anchovy (6: 4), x2 =
Flour Seaweed: Wheat Anchovy (7: 3), x3 = Seaweed Wheat: Wheat Anchovy (8: 2). The
second factor is the temperature of the oven (y), consisting of x1 = 100 ° C, with long
roasting 20 minutes, x2 = temperature of 110oC, with long roasting 20 minutes, x3 =
temperature of 120oC, with longer baking 20 minutes.
Preliminary results obtained from the analysis of water content of seaweed and
anchovy rice obtained result is soaking for 10 hours to 9 hours of drying at 60 ° C at 5%
for the seaweed, and 4% for anchovy rice. While the analysis of the ash content of seaweed
and anchovy rice obtained results are soaking for 1 hour to 11 hours drying at 60 ° C of
0.7% for the seaweed, 0.3% for anchovy rice. Based on the results of primary research
comparison flour seaweed with flour anchovy rice and roasting temperature to test hedonic
the color response showed no significantly different with cookies, to respond flavor showed
significantly different to the response aroma and texture of the obtained results were
significantly different, and for crispness obtained significantly different results. Based on
the results of testing chemical analysis on moisture content, ash content, protein content
showed no significantly different with cookies, while for the fat content significantly
different results obtained.

Keywords: Seaweed Flour, Flour Teri Rice, Cookies

Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu sebanyak 193,96 ton, tahun 2009
negara dengan wilayah laut yang luas dan sebanyak 586,45 ton, tahun 2010
sumber daya alam perikanan yang sangat sebanyak 1.116,50 ton, tahun 2011
berlimpah salah satunya, rumput laut dan sebanyak 273,17 ton, dan tahun 2012
ikan (Indriani dkk, 2003). sebanyak 787,87 ton (Badan Perhitungan
Rumput laut merupakan salah satu Statistik, 2012).
jenis budaya dibidang perikanan yang Rumput laut dapat di manfaatkan
mempunyai peluang untuk secara ekonomis sudah dilakukan oleh
dikembangkan. Menurut Badan beberapa negara dari mulai obat-obatan,
Perhitungan Statistik, produksi rumput makanan tambahan, kosmetika, pakan
laut pada tahun 2006 s/d 2012 mengalami ternak, dan pupuk organik. Rumput laut
kenaikan rata-rata 25,82% yaitu untuk telah dimanfaatkan sebagai konsumsi
tahun 2006 sebanyak 39,60 ton, tahun masyarakat salah satunya agar-agar, nori,
2007 sebanyak 100 ton, tahun 2008 krupuk, dan lainnya.

1
Artikel Penelitian Teknologi Pangan Universitas Pasundan

Selain rumput laut, ikan enak tetapi juga menyehatkan (Manley,


merupakan salah satu sumber daya alam 2000).
yang berpotensi dan banyak dikonsumsi
oleh masyarakat di Indonesia. Ikan Identifikasi Masalah
memiliki kandungan asam amino Berdasarkan latar belakang
esensial yang lengkap dan seimbang penelitian di atas, maka dapat
yang susunannya menyerupai susunan diidentifikasi masalahnya sebagai
protein pada tubuh manusia (Winarno et berikut:
al. 1980). 1. Bagaimana pengaruh perbandingan
Salah satu jenis ikan teri adalah tepung rumput laut dengan tepung
ikan teri nasi. Ikan teri nasi merupakan ikan teri nasi terhadap karakeristik
jenis ikan yang hidup bergerombol cookies yang dihasilkan?
hingga mencapai ribuan ekor. Ikan teri 2. Bagaimana pengaruh suhu
nasi (Stolephorus sp) mempunyai pemanggangan terhadap karakeristik
beberapa kandungan kimia yakni cookies yang dihasilkan?
mengandung protein, mineral, vitamin, 3. Bagaimana pengaruh interaksi antara
dan zat gizi lainnya yang sangat perbandingan tepung rumput laut
bermanfaat untuk kesehatan dan dengan tepung ikan teri nasi dan suhu
kecerdasan. Pemanfaatan ikan teri masih pemanggangan terhadap karakeristik
terbatas pada usaha pengasinan dan cookies yang dihasilkan.
dikonsumsi secara langsung, untuk itu
dilakukan pengolahan menjadi tepung Maksud dan Tujuan Penelitian
ikan. Maksud dari penelitian ini adalah
Tepung ikan adalah produk untuk mengetahui perbandingan tepung
penggilingan yang sebagian besar terdiri rumput laut dengan tepung ikan teri nasi
dari komponen protein ikan. Kandungan dan pengaruh suhu pemanggangan
protein tepung ikan relatif tinggi, khusus terhadap karakeristik cookies.
untuk tepung ikan teri selain Tujuan penelitian ini adalah
mengandung 48,8 gram protein, juga menghasilkan produk cookies dengan
mengandung 4608 mg kalsium. perbandingan tepung rumput laut dengan
Sedangkan kadar protein dan kalsium tepung ikan teri nasi dan suhu
ikan teri basah berturut-turut 10,3 gr dan pemanggangan terhadap karakteristik
972 mg. cookies yang terbaik.
Tepung rumput laut dan tepung
ikan teri nasi dapat diolah lebih lanjut Manfaat Penelitian
untuk penganekaragaman produk pangan Penelitian ini untuk meningkatkan
dan meningkatkan nilai jual, salah pemanfaatan produk cookies yang
satunya dengan mengolah tepung dihasilkan dapat menjadi alternatif
tersebut menjadi cookies. diversifikasi produk pangan dari hasil
Cookies merupakan pangan budidaya pengolahan rumput laut,
praktis karena dapat dimakan kapan saja memberikan pengetahuan baru bagi
dan dengan pengemas yang baik, cookies masyarakat dalam memodifikasi tepung
memiliki daya simpan yang relatif rumput laut dan tepung ikan teri nasi,
panjang. Cookies dapat dipandang menekan penggunaan tepung terigu
sebagai media yang baik sebagai salah sebagai bahan dasar utama pembuatan
satu jenis pangan yang dapat memenuhi cookies, sebagai salah satu inovasi baru
kebutuhan khusus manusia. Berbagai dalam pembuatan cookies.
jenis cookies telah dikembangkan untuk
menghasilkan cookies yang tidak hanya

2
Artikel Penelitian Teknologi Pangan Universitas Pasundan

Kerangka Pemikiran aroma, dan rasa biskuit yang disukai oleh


Cookies dibuat dari bahan dasar panelis.
tepung dan bahan-bahan tambahan lain Proses pembuatan cookies
yang membentuk suatu formula, meliputi tiga tahap, yaitu pembuatan
sehingga menghasilkan cookies dengan adonan, pencetakan, dan pemanggangan
sifat struktur tertentu. Formula adonan. Pembuatan adonan diawali
pembuatan cookies bermacam-macam, dengan proses pencampuran dan
hal ini tergantung dari sifat-sifat bahan pengadukan bahan-bahan (Manley,
mentah yang digunakan (I Hui, 1991). 2000).
Cookies sifatnya mudah dibawa karena Menurut (Auliana, 2008), suhu
volume dan beratnya yang kecil dan untuk memanggang kue kering antara
umur simpannya yang relatif lama. 160oC-170oC, lama waktu memanggang
Cookies dapat dikarakterisasi dari antara 20-25 menit. Meski demikian ada
tingginya kandungan gula dan shortening juga kue kering yang butuh panas lebih
serta rendahnya kandungan air di dalam rendah, tentu dengan waktu
adonan (Faridi dan Faubion, 1990). memanggang lebih lama.
Menurut Manley (2000), cookies Menurut (Hayati, 2005), penelitian
diklasifikasikan berdasarkan beberapa sebelumnya yang menyatakan
sifat, yaitu: (1) tekstur dan kekerasan; (2) berdasarkan uji organoleptik yang
perubahan bentuk akibat pemanggangan; dilakukan pada percobaan pendahuluan,
(3) ekstensibilitas adonan; dan (4) cookies yang dibuat dengan
pembentuk produk. perbandingan antara tepung jagung dan
Menurut Desyanti (2005), suhu tepung terigu sebesar 1:5 dan dipanggang
180oC dan lama pemanggangan 20 menit pada suhu 150oC selama 15 menit
memberikan hasil cookies terbaik dalam menunjukkan rasa, tekstur, dan aroma
pengaruh perbandingan tepung komposit yang disukai panelis.
dan konsentrasi margarin terhadap Menurut (Praistama, 2012),
karakteristik cookies sukun pada penelitian sebelumnya yang menyatakan
pengaruh substitusi tepung tape ubi kayu berdasarkan uji organoleptik yang
dan lama pemanggangan terhadap mutu dilakukan pada percobaan pendahuluan
cookies. pembuatan cookies dengan perbandingan
Menurut Matz (1978), cookies tepung ubi jalar dengan tepung sukun
dipanggang dengan suhu ± 176.7oC sebesar 1:3 serta dipanggang dengan
(350oF) selama ± 10 menit, suhu dan suhu 160oC selama 20 menit
lama waktu pemanggangan menunjukkan warna yang paling disukai
mempengaruhi kadar air cookies. Bahwa panelis.
semakin sedikit jumlah gula dan lemak Menurut (Praistama, 2012),
yang digunakan, suhu pemanggangan penelitian sebelumnya yang menyatakan
dapat dibuat lebih tinggi (177-204oC). berdasarkan uji organoleptik yang
Setelah dipanggang, cookies harus segera dilakukan pada percobaan pendahuluan
didinginkan untuk mengurangi pembuatan cookies dengan
pengerasan akibat memadatnya gula dan perbandingan tepung ubi jalar dengan
lemak. tepung sukun sebesar 1:2 serta
Menurut Handayani (1988), dipanggang dengan suhu 160oC selama
melakukan penelitian pembuatan cookies 20 menit menunjukan warna yang paling
dengan perbandingan antara tepung disukai panelis.
kacang jago dan tepung terigu sebesar 1:5 Menurut Sultan, (1999) resep
serta dipanggang dengan suhu 180oC dasar cookies dalam 200 gram basis
selama 6 menit, menunjukan warna, yakni tepung 75 gram, gula halus 30

3
Artikel Penelitian Teknologi Pangan Universitas Pasundan

gram, shortening 40 gram, telur 30 gram, pangan ini merupakan komponen dari
susu skim 20 gram, garam 2 gram, baking jaringan tanaman yang tahan terhadap
powder 0,5 gram, vanili 2,5 gram. proses hidrolisis oleh
Cookies atau kue kering Komposisi/Composition
merupakan camilan yang banyak Tepung Rumput Laut/ Seaweed Flour
digemari orang. Bahan-bahan yang (bk/db) Kadar air/Moisture content (%)
digunakan dalam pembuatan kue kering 6.88 Kadar abu/Ash content (%) 14.81
antara lain: tepung terigu, susu skim, Kadar lemak/Fat content (%) 0.41 Kadar
telur, gula, shortening, garam, vanili, dan protein/Protein content (%) 7.91
bahan pengembang. Karbohidrat/Carbohydrate (%) by
Kadar protein rumput laut segar difference 69.99.
adalah 0,7% (Santoso et al, 2003) Pengolahan rumput laut menjadi
sedangkan rumput laut kering memiliki agar-agar kertas di daerah Pameungpeuk,
kadar protein 1,25% dan untuk tepung Garut banyak dihasilkan ampas rumput
rumput laut sebesar 1,26%. Nilai ini tidak laut yang tidak terpakai, dimana berat
mengalami perubahan karena tidak ada rata-rata ampas tersebut adalah sebesar
penambahan unsur protein pada saat 30 kg dalam keadaan basah dari 30 kg
pengolahan. berat bahan baku rumput laut awal kering
Kadar lemak tepung rumput laut yang akan diolah menjadi agar-agar
adalah 0,13% sedangkan kadar rumput kertas. Secara kimia, dalam ampas
laut segar adalah 0,2% (Santoso et al, rumput laut hasil pengolahan agar-agar
2003). Nilai tersebut tidak jauh berbeda. kertas tersebut masih memiliki
Proses pengolahan menjadi tepung kandungan zat gizi antara lain kadar air
rumput laut dengan menggunakan 80-84 %, protein 0,5-0,8 %, lemak 0,1-
pengering drum dryer pada suhu tinggi 0,2 % dan abu 2-3 %. Sedangkan kadar
dapat menurunkan kadar lemak. karbohidrat (by difference) adalah
Menurut Astawan et al. (2004), sebesar 13-15 %, dengan komponen
tepung rumput laut (Eucheuma cottonii) selulosa sebesar 16-20 %, hemiselulosa
mengandung serat pangan total 91,3% 18-22 %, lignin 7-8 % dan serat kasar
berat kering dan iodium sebesar 19,4 2,5-5 %. Tepung yang dibuat dari ampas
µg/g berat kering. rumput laut pengolahan agar-agar kertas
Hasil analisis serat pangan memiliki komposisi kimia kadar air 7,63
menunjukkan bahwa tepung rumput laut %, protein 15,53 %, lemak 0,19 % dan
(Eucheuma cottonii) pada penelitian ini abu 15,30 %. Sedangkan karbohidrat (by
mempunyai kandungan serat pangan difference) adalah sebesar 61,35 %
sebesar 66,40% (bk). Tepung rumput laut dengan selulosa sebesar 16,03 %,
(Eucheuma cottonii) mengandung serat hemiselulosa 25,23 %, lignin 3,16 % dan
pangan total lebih tinggi dari pada tepung serat kasar sebesar 11,56 %.
rumput laut Gelidium sp. dan Sargassum Menurut Agusman, dkk (2014),
sp. masing-masing adalah 64,43; 53,05; metode pembutan tepung (Eucheuma
dan 56,00% (Herpandi et al., 2006). cottonii), rumput laut (Eucheuma
Kandungan serat pangan tepung rumput cottonii) dicuci hingga bersih kemudian
laut (Eucheuma cottonii) yang digunakan dicacah kecil-kecil. Rumput laut yang
dalam penelitian ini tidak jauh berbeda telah dicacah dikeringkan pada suhu
dengan hasil analisis (Herpandi et al., 40°C selama 10 jam hingga kadar air di
2006). Serat pangan merupakan bawah 10% dengan alat pengering tipe
karbohidrat kompleks di dalam bahan kabinet. Rumput laut yang telah kering
pangan yang tidak dapat dicerna oleh digiling menjadi tepung dan diayak
enzim-enzim pencernaan manusia. Serat menggunakan saringan 100 mesh.

4
Artikel Penelitian Teknologi Pangan Universitas Pasundan

Tepung rumput laut berpengaruh terhadap karakteristik


pembuatannya mengacu pada proses cookies yang dihasilkan.
penepungan yang dilakukan Hudaya 2. Diduga suhu pemanggangan akan
(2008) dengan perendaman rumput laut berpengaruh terhadap karakteristik
(Eucheuma cottonii) dalam air tawar cookies yang dihasilkan.
selama 10 jam untuk membersihkan 3. Diduga interaksi perbandingan tepung
kotoran. Kemudian dilakukan rumput laut dengan tepung ikan teri
pembilasan dengan air mengalir dan dan suhu pemanggangan akan
penirisan. Setelah itu dilakukan berpengaruh terhadap karakteristik
perendaman dalam larutan kapur 5% cookies yang dihasilkan.
selama 5 jam dan ditiriskan kembali,
pengeringan selama 24 jam, Waktu dan Tempat Penelitian
penggilingan, dan pengayakan 80 mesh. Penelitian dilakukan di
Menurut Yanti (2013), rumput laut Laboraturium Teknologi Pangan
(Eucheuma cottonii) kering dicuci, Universitas Pasundan, Penelitian dimulai
kemudian direndam di dalam air tawar dari bulan Maret 2015 sampai bulan
sebanyak 10 kali berat rumput laut April 2015.
(sampai rumput laut terendam semua
dalam air) selama 12 jam. Setelah Bahan Penelitian
direndam rumput laut dicuci dengan air Bahan-bahan yang digunakan
bersih lalu ditiriskan, kemudian rumput dalam pembuatan cookies ini adalah
laut dipotong-potong kecil ± 2 cm. rumput laut yang berasal dari pasar
Rumput laut kemudian dihancurkan Sederhana, ikan teri nasi, kuning telur,
dengan penambahan air 1:1 menjadi vanili, susu bubuk, gula.
bubur rumput laut dengan menggunakan Bahan-bahan yang digunakan
blender. untuk analisis kimia (kadar air, kadar
Menurut Hestini (2013) protein, kadar abu, kadar lemak, kadar
pembuatan tepung ikan teri dimulai serat) adalah Na2SO4 anhidrat, HgO,
dengan mencuci dengan menggunakan Selenium black, NaOH, Na2S2O3,
air untuk membersihkan kotoran. Ikan granula Zn, aquadest, N heksan, eter,
teri yang sudah dibersihkan di rehidrasi asam oxalate (H2C2O4(H2O)2,
dengan air selama 30 menit kemudian phenolphthalein, Na2S2O4, batu didih,
dikeringkan dengan cabinet dyer, asam sulfat pekat, NaOH 30%, NaOH 0,1
dihaluskan dengan disk milk dan di ayak N, H2SO4, CHCl3, alkohol.
dengan tingkat kehalusan 80 mesh.
Penelitian tentang cookies Alat Penelitian
menunjukkan suhu pemanggangan Alat-alat yang digunakan dalam
120°C-130°C dengan waktu 25 menit penelitian pendahuluan adalah oven,
merupakan perlakuan terbaik dalam timbangan digital, sendok, tray, tunnel
pembuatan cookies tanah liat dan rumput dryer, pisau, blender, loyang, dan
laut merah. baskom.
Alat-alat yang digunakan untuk
Hipotesis analisis kimia yaitu oven, labu kjedhal,
Berdasarkan kerangka pemikiran labu takar, labu erlenmeyer, destilasi,
yang telah diuraikan di atas, maka dapat kaca arloji, eksikator, neraca analitik,
diambil hipotesis sebagai berikut: tang krus, soxhlet, gelas erlenmeyer,
1. Diduga perbandingan tepung rumput timbangan digital, cawan krus, desikator,
laut dengan tepung ikan teri akan tanur, gelas kimia 100 ml, erlenmeyer
250 ml, pemanas, saringan, kertas saring,

5
Artikel Penelitian Teknologi Pangan Universitas Pasundan

lumpang dan mortil, timbangan, dan secara organoleptik yaitu warna, rasa,
penjepit. aroma, tekstur, dan kerenyahan.
Penelitian utama terdiri dari rancangan
Metode Penelitian perlakuan, rancangan percobaan,
Metode penelitian cookies rumput rancangan analisis dan rancangan respon.
laut terbagi menjadi dua tahapan yaitu Proses pembuatan cookies yang pertama
penelitian pendahuluan dan penelitian adalah menyiapkan bahan utama yaitu
utama. tepung rumput laut dan tepung ikan teri
nasi, untuk bahan penunjangnya yaitu
Penelitian Pendahuluan gula, vanili, susu bubuk, kuning telur,
Tujuan dari penelitian dan margarin, tahap selanjutnya
pendahuluan ini adalah untuk membuat penimbangan bahan baku utama dan
tepung rumput laut dan tepung ikan teri bahan penunjang, kemudian dilakukan
nasi yang akan digunakan pada penelitian pencampuran dan pengadonan bahan
utama. yang sudah ditimbang lalu di cetak diatas
Pembuatan tepung rumput laut loyang, kemudian dilakukan
adalah menentukan lama perendaman pemanggangan selama 20 menit pada
rumput laut selama 6, 8, dan 10 jam, suhu 100oC, 110oC, 120oC, setelah itu
selain itu juga menentukan lama dilakukan pengujian secara organoleptik
pengeringan rumput laut dengan waktu dan analisis kimia.
pengeringan 9, 12, dan 15 jam dan
menggunakan suhu pengeringan 600C. Prosedur Penelitian
Parameter uji untuk tepung rumput laut Prosedur Penelitian Pembuatan
adalah analisis kadar air (metode Cookies Rumput Laut
gravimetri) dan kadar abu (metode 1. Persiapan Bahan-bahan
gravimetri). Bahan-bahan yang akan
Tepung ikan teri nasi digunakan adalah tepung rumput laut,
pembuatannya adalah menentukan lama tepung ikan teri nasi, gula, margarin,
perendaman ikan teri nasi selama 1, 2, kuning telur, vanili, dan susu bubuk.
dan 3 jam, selain itu juga menentukan 2. Penimbangan
lama pengeringan ikan teri nasi dengan Bahan tepung rumput laut, tepung
waktu pengeringan 9, 11, dan 13 jam dan ikan teri nasi, gula, margarin, kuning
suhu yang digunakan dalam pengeringan telur, vanili, dan susu bubuk ditimbang
adalah 600C. Parameter uji untuk tepung terlebih dahulu, penimbangan dilakukan
adalah analisis kadar air (metode dengan menggunakan timbangan neraca
gravimetri) dan kadar abu (metode digital untuk mengetahui berat bahan
gravimetri). baku yang digunakan dan dapat
menentukan berat masing-masing bahan
Penelitian Utama yang akan ditambahkan pada proses
Penelitian utama yang dilakukan pengadukan dan pelembutan.
yaitu menentukan perbandingan tepung 3. Pencampuran
rumput laut dan ikan teri nasi dengan Proses ini dilakukan dengan cara
suhu pemanggangan 100oC, 110oC, mencampurkan bahan-bahan yang telah
120oC dan lama pemanggangan 20 menit, disiapkan sehingga menghasilkan adonan
yang diuji secara kimia yaitu kadar air yang homogen, pada proses
(metode gravimetri), kadar abu (metode pencampuran ini digunakan dengan
gravimetri), kadar protein (metode menggunakan mixer, setelah itu untuk
kjedhal), kadar lemak (metode shoxlet), mendapatkan adonan yang baik maka
kadar serat (metode gravimetri) dan perlu memperhatikan lamanya proses

6
Artikel Penelitian Teknologi Pangan Universitas Pasundan

pengadukan, sehingga tercapai kerenyahan, yang di ujikan ke panelis-


pengembangan yang optimal. panelis semi terpilih, sehingga didapat
Pengadukan yang berlebihan akan hasil terbaik yang kemudian akan
menyebabkan adonan menjadi panas dilakukan pada penelitian utama.
sehingga tekstur dari cookies serta
menyebabkan keretakan pada saat proses Hasil dan Pembahasan
pengeringan atau pemanggangan
Penelitian Pendahuluan
(Sunaryo, 1985).
Penelitian pendahuluan yang
4. Pencetakan
dilakukan dalam pembuatan cookies
Pencetakan bertujuan untuk
rumput laut ini adalah untuk mengetahui
mendapatkan ukuran cookies yang
pembuatan tepung rumput laut terbaik
seragam. Pada proses ini dilakukan
berdasarkan variasi lama perendaman
pencetakan berbentuk lingkaran,
dan lama pengeringan dan untuk
kemudian dicetak dengan 2 cm dengan
mengetahui pembuatan yang tepung ikan
ketebalan 0,5 cm di atas loyang yang
teri nasi terbaik yang dilihat dari lamanya
telah diolesi margarin dan ditaburi
perendaman dan pengeringan tepung
tepung.
tersebut.
5. Pemanggangan
Parameter uji untuk tepung rumput
Pemanggangan bertujuan untuk
laut dan tepung ikan teri nasi adalah
mendapatkan tekstur cookies yang
analisis kadar air (metode gravimetri)
sesuai, pemanggangan ini dilakukan
dan kadar abu (metode gravimetri).
dengan menggunakan oven selama 20
Hasil Pengujian analisis waktu
menit dengan suhu 100°C, 110°C, 120°C
perendaman rumput laut dan
untuk mematangkan adonan sehingga
pengeringan pada cookies rumput laut
terbentuk cookies. Jarak antara satu
untuk kadar air dan kadar abu dapat
cookies dengan cookies yang lainnya
dilihat pada tabel 12 dan tabel 12.
tidaak kurang dari 1,0-1,5 cm agar tidak
terjadi penempelan satu sama lainnya
Tabel 12. Hasil perendaman dan
selama proses pemanggangan.
pengeringan rumput laut untuk analisis
6. Penirisan
kadar air dan analisis kadar abu
Penirisan bertujuan untuk
Waktu
menurunkan suhu dengan segera dari
Analisis Perendaman Suhu Hasil
suhu pemanggangan ke suhu ruang,
dan
mencegah penyerapan uap air, dan untuk
Pengeringan
mengeraskan tekstur cookies.
Kadar
7. Analisis Kimia
Air 10 jam, 9 60oC 5%
Analisis yang digunakan dalam
Rumput jam
penelitian ini adalah analisis kadar air
Laut
(metode gravimetri), analisis kadar abu
(metode gravimetri), analisis kadar Kadar
protein (metode kjedhal), analisis kadar Abu 10 jam, 9 60oC 0,7%
serat (metode gravimetri), dan analisis Rumput jam
kadar lemak (metode soxhlet). Laut

8. Analisis Organoleptik Berdasarkan hasil kadar air rumput


Analisis organoleptik dilakukan laut didapatkan dengan waktu
dengan mengetahui tingkat kesukaan perendaman selama 10 jam dengan
pada cookies yaitu penilaian terhadap pengeringan selama 9 jam pada suhu
warna, aroma, rasa, tekstur, dan 60oC sebesar 5%, untuk kadar abu

7
Artikel Penelitian Teknologi Pangan Universitas Pasundan

rumput laut didapatkan dengan waktu Menurut Sudarmadji dkk (1996),


perendaman selama 10 jam dengan abu merupakan salah satu faktor yang
waktu pengeringan selama 9 jam sebesar menentukan kualitas suatu bahan.
0,7%. Hasil analisa kadar air dan kadar Penentuan kadar abu untuk mengontrol
abu diatas sudah memenuhi standar SNI konsentrasi garam anorganik seperti
tepung rumput laut maksimal sebesar natrium, kalium, karbonat, dan fosfat.
13% untuk kadar air dan maksimal 1,0% Apabila kadar abunya tinggi, maka
untuk kadar abu. kandungan mineralnya juga tinggi.
Jadi perlakuan pembuatan tepung
Tabel 13. Hasil perendaman dan yang akan digunakan yaitu untuk tepung
pengeringan ikan teri nasi untuk analisis rumput laut dengan waktu perendaman
kadar air dan analisis kadar abu 10 jam pengeringan selama 9 jam, untuk
Waktu tepung ikan teri nasi perendaman selama
Analisis Perendaman Suhu Hasil 1 jam dengan pengeringan selama 11
dan jam.
Pengeringan
Kadar Penelitian Utama
Air Ikan 1 jam, 11 60oC 4% Penelitian utama yang dilakukan
Teri jam yaitu menentukan perbandingan tepung
Nasi rumput laut dengan tepung ikan teri nasi
Kadar dan suhu pemanggangan yang diuji
Abu 1 jam, 11 60oC 0,3% secara organoleptik dan secara kimiawi.
Ikan jam Pengamatan dalam penelitian
Teri utama ini dilakukan secara organoleptik
Nasi terhadap warna, aroma, rasa, tekstur, dan
kerenyahan cookies rumput laut dengan
Berdasarkan hasil kadar air ikan menggunakan 30 panelis. Sampel yang
teri nasi didapatkan dengan waktu diuji sebanyak tiga kali ulangan. Panelis
perendaman selama 1 jam dengan yang digunakan pada uji kesukaan
pengeringan selama 11 jam pada suhu (hedonik) adalah panelis tidak terlatih.
60oC sebesar 4%, untuk kadar abu ikan Panelis tidak terlatih terdiri dari 25-30
teri nasi didapatkan dengan waktu orang. Panelis tidak terlatih hanya
perendaman selama 1 jam dengan waktu diperbolehkan menilai sifat-sifat
pengeringan selama 11 jam sebesar organoleptik yang sederhana seperti sifat
0,3%, Hasil analisa kadar air dan kadar kesukaan, tetapi tidak boleh digunakan
abu diatas sudah memenuhi standar SNI dalam uji pembedaan (Muji, 2013).
yaitu maksimal sebesar maksimal 14,5% Penerimaan produk cookies dapat
untuk kadar air dan 0,70% untuk kadar diketahui dengan pengujian
abu. organoleptik, yaitu penilaian dengan
Abu merupakan bahan anorganik menggunakan indra penglihat, pencicip,
sisa dari proses pembakaran sempurna dan pembau. Sifat produk yang diuji
dari bahan organik pada suhu 600°C adalah warna, rasa, aroma, dan
selama beberapa waktu. Kadar abu suatu kerenyahan (Suarni, 2008).
bahan adalah kadar residu hasil
pembakaran semua komponen-  Organoleptik
komponen organik di dalam bahan. Pada 1. Warna
umumnya abu terdiri dari senyawa Hasil pengujian hedonik
natrium (Na), Kalsium (Ca), Kalium (K), perbandingan tepung rumput laut dengan
dan silikat (Si). tepung ikan teri nasi dan suhu

8
Artikel Penelitian Teknologi Pangan Universitas Pasundan

pemanggangan pada cookies rumput laut panelis belum terbiasa dengan cookies
terhadap respon warna berdasarkan hasil yang mempunyai rasa ikan yang terlalu
perhitungan anava tidak berpengaruh dominan karena produk cookies ikan
nyata karena warna pada cookies rumput belum beredar luas di kalangan
laut berwarna coklat muda dan terlihat masyarakat, padahal cookies ikan
agak pucat. mengandung protein yang tinggi.
Warna memegang peranan penting Menurut Winarno (1997), rasa suatu
dan menentukan kesukaan panelis bahan pangan dipengaruhi oleh beberapa
terhadap suatu produk. Makin lama faktor yaitu senyawa kimia, temperatur,
pemanggangan, produk yang dihasilkan dan interaksi dengan komponen rasa
makin coklat karena terjadi reaksi yang lain. Oleh karena itu, perlu
pencoklatan (Winarno 2002). dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui formulasi yang tepat atau
2. Rasa dengan penambahan bumbu tambahan
Tabel 14. Hasil pengujian hedonik suhu agar cookies dengan penambahan tepung
pemanggangan pada cookies rumput laut ikan dapat lebih disukai.
terhadap respon rasa Rasa merupakan bagian dari
Suhu Rata- Taraf organoleptik pada makanan.
Pemanggangan rata nyata Penginderaan tentang rasa berasal dari
y1 (100oC) 3,66 a indera pengecap (lidah), yang dibagi
menjadi 4 macam rasa yaitu asin, manis,
y3 (120oC) 3,76 b
pahit, dan asam. Rasa dapat ditangkap
y2 (110oC) 3,79 c oleh indera pengecapan karena ada zat
Keterangan: Huruf yang berbeda pada yang terlarut pada produk. Hal ini terlihat
taraf nyata menunjukan perbedaan yang dari hasil panelis menilai rasa kue kering
nyata pada setiap perlakuan (Priskila, 2012).
Tabel 14. menunjukan bahwa 4. Aroma
perbedaan rasa hanya dipengaruhi faktor Tabel 15. Hasil pengujian suhu
(Y) suhu pemanggangan, dengan nilai pemanggangan pada cookies rumput laut
rata-rata tertinggi yakni pada kode y2 terhadap respon aroma
110oC dengan nilai rata-rata sebesar 3,79, Suhu Taraf
sehingga pada atribut rasa, suhu Rata-rata
Pemanggangan nyata
pemanggangan yang terpilih adalah kode y1 (100oC) 3,66 a
y2 110oC selama 20 menit, paling banyak
y3 (120oC) 3,76 b
dipilih dan memiliki suhu terbaik
y2 (110oC) 3,79 c
menurut 30 panelis.
Keterangan: Huruf yang berbeda pada
Suhu pemanggangan untuk kode
y1 100oC memiliki urutan paling rendah taraf nyata menunjukan perbedaan yang
nyata pada setiap perlakuan
yaitu sebesar 3,66. Sedangkan untuk
kode y3 memiliki nilai rata-rata 3,76
Tabel 14. menunjukan bahwa
tidak berbeda jauh dengan kode y2 110oC
perbedaan rasa hanya dipengaruhi faktor
selama 20 menit.
(Y) suhu pemanggangan, dengan nilai
Rasa yang dihasilkan pada cookies
rata-rata tertinggi yakni pada kode y2
rumput laut dengan perbandingan tepung
rumput laut yang lebih banyak, dengan 110oC dengan nilai rata-rata sebesar 3,79,
sehingga pada atribut rasa, suhu
tepung teri nasi yang lebih sedikit
pemanggangan yang terpilih adalah kode
dihasilkan rasa yang lebih dominan dari
ikan teri nasi, dari segi panelis, diduga y2 110oC selama 20 menit, paling banyak

9
Artikel Penelitian Teknologi Pangan Universitas Pasundan

dipilih dan memiliki suhu terbaik Suhu Taraf


Rata-rata
menurut 30 panelis. Pemanggangan nyata
Suhu pemanggangan untuk kode y1 (100oC) 3,88 a
y1 100oC memiliki urutan paling rendah y3 (120oC) 3,82 b
yaitu sebesar 3,66. Sedangkan untuk y2 (110oC) 3,97 c
kode y3 memiliki nilai rata-rata 3,76 Keterangan: Huruf yang berbeda pada
tidak berbeda jauh dengan kode y2 110oC taraf nyata menunjukan perbedaan yang
selama 20 menit. nyata pada setiap perlakuan.
Rasa yang dihasilkan pada cookies
rumput laut dengan perbandingan tepung Tabel 15. menunjukan bahwa
rumput laut yang lebih banyak, dengan perbedaan aroma dipengaruhi oleh suhu
tepung teri nasi yang lebih sedikit pemanggangan (Y), dengan nilai rata-
dihasilkan rasa yang lebih dominan dari rata tertinggi yakni pada kode y3 120oC
ikan teri nasi, dari segi panelis, diduga dengan nilai rata-rata sebesar 3,97,
panelis belum terbiasa dengan cookies sehingga pada atribut aroma, suhu
yang mempunyai rasa ikan yang terlalu pemanggangan yang terpilih adalah kode
dominan karena produk cookies ikan y3 120oC selama 20 menit, paling banyak
belum beredar luas di kalangan dipilih dan memiliki suhu terbaik
masyarakat, padahal cookies ikan menurut 30 panelis.
mengandung protein yang tinggi. Suhu pemanggangan untuk kode
Menurut Winarno (1997), rasa suatu y1 100oC memiliki urutan paling rendah
bahan pangan dipengaruhi oleh beberapa yaitu sebesar 3,88, sedangkan untuk kode
faktor yaitu senyawa kimia, temperatur, y3 memiliki nilai rata-rata 3,82 tidak
dan interaksi dengan komponen rasa berbeda jauh dengan kode y3 120oC
yang lain. Oleh karena itu, perlu selama 20 menit.
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk Aroma kue kering ditentukan oleh
mengetahui formulasi yang tepat atau komponen bahan yang digunakan dan
dengan penambahan bumbu tambahan perbandingannya, seperti margarin, telur,
agar cookies dengan penambahan tepung bahan tambahan, dan jenis tepung,
ikan dapat lebih disukai. dengan demikian, persentase substitusi
Rasa merupakan bagian dari tepung rumput laut dengan tepung ikan
organoleptik pada makanan. teri nasi mempengaruhi aroma produk.
Penginderaan tentang rasa berasal dari Hasil percobaan menunjukkan bahwa
indera pengecap (lidah), yang dibagi aroma yang dihasilkan pada cookies
menjadi 4 macam rasa yaitu asin, manis, rumput laut yaitu beraroma rumput laut
pahit, dan asam. Rasa dapat ditangkap dikarenakan penambahan tepung rumput
oleh indera pengecapan karena ada zat laut lebih banyak dibandingakan tepung
yang terlarut pada produk. Hal ini terlihat ikan teri nasi.
dari hasil panelis menilai rasa kue kering Aroma merupakan suatu
(Priskila, 2012). rangsangan yang dapat dirasakan oleh
seorang panelis dengan menggunakan
4. Aroma indra pembau. Penilaian suatu produk
Tabel 15. Hasil pengujian suhu dengan aroma merupakan tahapan awal
pemanggangan pada cookies rumput laut produk akan diterima atau tidak oleh
terhadap respon aroma seorang konsumen. Jika aroma yang
ditimbulkan kurang dapat menarik minat
atau tidak dapat diterima dengan baik
oleh indra pembau maka produk tidak
akan di konsumsi oleh konsumen,

10
Artikel Penelitian Teknologi Pangan Universitas Pasundan

sehingga aroma menjadi daya tarik yang dan koagulasi atau hidrolisis protein
penting bagi produk. Hal ini diduga (Fellow, 1990).
bahwa panelis masih belum terbiasa
dengan aroma ikan teri nasi pada cookies. 6. Kerenyahan
Menurut Winarno (1997), penambahan Tabel 17. Hasil pengujian hedonik lama
bahan pangan dapat mempengaruhi pemanggangan pada cookies rumput laut
aroma cookies. Aroma mempunyai terhadap respon kerenyahan
peranan penting terhadap uji bau karena Suhu Taraf
Rata-rata
dapat memberikan hasil penilaian apakah Pemanggangan nyata
produk disukai atau tidak. y1 (100oC) 3,59 a
y3 (120oC) 3,69 b
5. Tekstur y2 (110oC) 3,70 c
Tabel 16. Hasil pengujian suhu Keterangan: Huruf yang berbeda pada
pemanggangan pada cookies rumput laut taraf nyata menunjukan perbedaan yang
terhadap respon tekstur nyata pada setiap perlakuan
Suhu Rata- Taraf
Pemanggangan rata nyata Tabel 17. menunjukan bahwa
y1 (100oC) 3,60 a perbedaan kerenyahan dipengaruhi
o
y3 (120 C) 3,71 b faktor (Y) suhu pemanggangan dengan
y2 (110oC) 3,74 c nilai rata-rata tertinggi yakni pada kode
Keterangan: Huruf yang berbeda pada y3 120oC dengan nilai rata-rata sebesar
taraf nyata menunjukan perbedaan yang 3,70, sehingga pada atribut kerenyahan,
nyata pada setiap perlakuan suhu pemanggangan yang terpilih adalah
kode y3 120oC selama 20 menit, paling
Tabel 16. menunjukan bahwa banyak dipilih dan memiliki suhu terbaik
perbedaan tekstur dipengaruhi suhu menurut 30 panelis.
pemanggangan (Y), dengan nilai rata- Suhu pemanggangan untuk kode
rata tertinggi yakni pada kode y2 110oC y1 100oC memiliki urutan paling rendah
dengan nilai rata-rata sebesar 3,74, yaitu sebesar 3,59, sedangkan untuk kode
sehingga pada atribut tekstur, lama y2 110oC memiliki nilai rata-rata 3,69
pemanggangan yang terpilih adalah kode selama 20 menit.
y2 110oC selama 20 menit, paling banyak Pembuatan cookies menggunakan
dipilih dan memiliki suhu terbaik tepung campuran yang terdiri dari tepung
menurut 30 panelis. rumput laut dengan tepung ikan teri nasi.
Lama pemanggangan untuk kode Tepung ikan teri nasi mempunyai
y1 100oC memiliki urutan paling rendah kandungan protein yang tinggi, tepung
yaitu sebesar 3,60, sedangkan untuk kode dengan kandungan protein yang tinggi
y3 memiliki nilai rata-rata 3,71 selama 20 memiliki daya penyerapan air yang tinggi
menit. pula. Semakin banyak tepung dengan
Tekstur suatu produk berkaitan kadar protein tinggi yang ditambahkan,
dengan kadar air dan kadar protein sedangkan jumlah air dalam adonan
dimana semakin tinggi kadar protein terbatas mengakibatkan pati yang
maka akan semakin menyerap air. terdapat pada adonan tidak dapat
Tekstur makanan banyak ditentukan oleh tergelatinisasi dengan sempurna,
kadar air dan juga kandungan lemak dan akibatnya cookies yang dihasilkan
jumlah karbohidrat, serta proteinnya. menjadi gampang patah.
Perubahan tekstur dapat disebabkan oleh Tingkat kerenyahan dalam
hilangnya kandungan air atau lemak, pengujian organoleptik dapat dinilai
pecahnya emulsi, hidrolisis karbohidrat berdasarkan atribut tekstur. Tekstur

11
Artikel Penelitian Teknologi Pangan Universitas Pasundan

merupakan sensasi tekanan yang dapat Kadar air dalam suatu bahan
diamati dengan menggunakan mulut makanan sangat berpengaruh terhadap
(pada waktu digigit, dikunyah dan mutu suatu bahan pangan. Semakin besar
ditelan), ataupun dengan perabaan kadar air dalam suatu bahan pangan maka
dengan jari (Kartika dkk, 1988). umur simpan bahan pangan tersebut
Panelis menyukai produk cookies semakin pendek atau mudah rusak
yang remah (rapuh) namun masih bisa (Winarno, 2003).
dikunyah dan tidak langsung hancur Menurut SNI 01-2973-1992,
ketika masuk ke dalam mulut. Menurut tentang syarat mutu cookies. Semakin
Faridah, dkk. (2008), penggunaan lemak tinggi kadar air dalam tepung maka akan
dengan prosentase sebanyak 65-75% dari membuat tepung menjadi cepat rusak
jumlah tepung akan menghasilkan kue antara lain berjamur dan berbau apek.
yang rapuh, kering, gurih dan warna kue Kadar air dalam suatu bahan pangan
kuning mengkilat perlu ditetapkan, karena semakin tinggi
kadar air yang terdapat dalam makanan,
Analisis Kimia Cookies Rumput Laut makin besar pula kemungkinan makanan
Sesuai dengan tujuan penelitian tersebut rusak sehingga tidak tahan lama.
yaitu untuk mengetahui pengaruh Kandungan air dalam bahan makanan
perbandingan tepung rumput laut dengan mempengaruhi daya tahan terhadap
tepung ikan teri nasi dan suhu serangan mikroorganisme yang
pemanggangan terhadap sifat kimiawi dinyatakan dengan Aw yaitu jumlah air
cookies, maka dilakukan beberapa bebas yang dapat digunakan oleh
pengujian kimiawi. Pengujian yang mikroorganisme untuk pertumbuhannya
dilakukan meliputi analisis kadar air, (Winarno, 1997). Kadar air sangat
analisis kadar abu, analisis kadar protein, penting dalam menentukan daya awet
analisis kadar lemak, dan analisis kadar dari bahan makanan karena
serat mempengaruhi sifat fisik, kimia,
Parameter analisis kimia tersebut perubahan mikrobiologi dan perubahan
diatas menggunakan metode-metode, enzimatis.
yang meliputi analisis kadar air (metode Kadar air merupakan
Gravimetri), analisis kadar abu (metode karakteristik kimia yang sangat
Gravimetri), analisis kadar protein berpengaruh pada bahan pangan karena
(metode Kjedhal), analisis kadar lemak dapat mempengaruhi penampakkan,
(metode shoxlet), analisis kadar serat tekstur dan citarasa makanan. Kadar air
(metode Gravimetri). dalam suatu bahan pangan ikut
Adapun hasil analisis sifat kimia menentukan kesegaran dan daya awet
cookies rumput laut adalah sebagai bahan pangan tersebut. Kadar air juga
berikut: dapat mempengaruhi sifat-sifat fisik
seperti kekerasan (Buckle, 1985).
1. Kadar Air Kandungan air yang terlalu tinggi
Kadar air cookies rumput laut pada cookies akan menyebabkan cookies
dengan berbagai perlakuan dapat dilihat tidak renyah sedangkan cookies dengan
pada lampiran 10, diketahui pada tabel kandungan air rendah menghasilkan
anava faktor X, faktor Y dan interaksinya cookies yang kering dan remah (mudah
tidak berpengaruh nyata terhadap respon hancur). Hal ini berhubungan dengan
kadar air. Kadar air terendah dihasilkan jumlah air dalam adonan dan
pada perlakuan x2y2 (7:3) dengan suhu kemampuan penyerapan air air tepung.
120oC selama 20 menit.
2. Kadar Abu

12
Artikel Penelitian Teknologi Pangan Universitas Pasundan

Berdasarkan hasil pengujian kadar Penggunaan tepung ikan teri nasi dapat
abu cookies rumput laut dengan berbagai dikatakan berhasil meningkatkan kadar
perlakuan dapat dilihat pada lampiran 11, protein cookies dan dapat digunakan
diketahui pada tabel anava faktor X, sebagai alternatif makanan tinggi protein
faktor Y dan interaksinya tidak untuk anak-anak.
berpengaruh terhadap respon kadar abu.
Menurut Sudarmadji dkk (1996), 4. Kadar Lemak
abu merupakan salah satu faktor yang Tabel 18. Hasil pengujian kimia suhu
menentukan kualitas suatu bahan. pemanggangan pada cookies rumput laut
Penentuan kadar abu untuk mengontrol terhadap respon kadar lemak
konsentrasi garam anorganik seperti
natrium, kalium, karbonat, dan fosfat. Suhu Rata- Taraf
Apabila kadar abunya tinggi, maka Pemanggangan rata nyata
kandungan mineralnya juga tinggi. y1 (100oC) 22,62 a
Kadar abu suatu bahan y3 (120oC) 24,76 c
menggambarkan banyaknya mineral o
y2 (110 C) 24,98 b
yang tidak terbakar menjadi zat yang Keterangan: Huruf yang berbeda pada
dapat menguap. semakin besar kadar abu taraf nyata menunjukan perbedaan yang
suatu bahan makanan, menunjukan nyata pada setiap perlakuan
semakin tinggi mineral yang dikandung
oleh makanan tersebut. kadar abu yang Tabel 18. menunjukan bahwa
terlalu tinggi dapat menyebabkan perbedaan kadar lemak dipengaruhi oleh
penurunan daya tahan adonan terhadap faktor (Y) suhu pemanggngan dengan
pengembangan. nilai rata-rata tertinggi yakni pada kode
Kandungan abu dari suatu bahan y2 110oC dengan nilai rata-rata sebesar
pangan menunjukan residu bahan 24,98, sehingga pada respon kadar
organik yang tersisa setelah bahan lemak, suhu pemanggangan yang terpilih
organik dalam makanan didestruksi. adalah kode y2 110oC selama 20 menit,
Kadar abu tidak selalu equivalen dengan paling banyak dipilih dan memiliki suhu
bahan mineral, karena ada beberapa terbaik menurut 30 panelis.
mineral hilang selama volatilisasi atau Suhu pemanggangan untuk kode
interaksi antara konstituen (Sulaeman et y1 100oC memiliki urutan paling rendah
al. 1995). Menurut SNI 01-2973-1992, yaitu sebesar 22,62, sedangkan untuk
tentang syarat mutu cookies. Semakin kode y3 memiliki nilai rata-rata 24,76
tinggi kadar abu dalam suatu bahan selama 20 menit.
pangan atau makanan maka kandungan Protein yang terkandung didalam
residu yang dihasilkan pun besar pula. cookies dipengaruhi oleh komposisi
bahan penyusunnya. Dalam pembuatan
3. Kadar Protein cookies bahan penyusunnya meliputi
Berdasarkan hasil pengujian kadar tepung, susu skim, telur, gula, garam, air,
protein cookies rumput laut dengan shortening dan bahan pengembang. Dari
berbagai perlakuan dapat dilihat pada semua bahan penyusunnya, ada beberapa
lampiran 12, diketahui pada tabel anava bahan yang kaya akan protein
faktor X, faktor Y dan interaksinya tidak diantaranya adalah tepung, susu skim,
berpengaruh. terhadap respon kadar dan telur.
protein. Selama pemanggangan gugus
Tingginya kadar protein pada karboksil akan bereaksi dengan gugus
cookies dikarenakan penggunaan ikan amino atau peptide sehingga terbentuk
teri nasi yang mengandung protein tinggi.

13
Artikel Penelitian Teknologi Pangan Universitas Pasundan

glikosilamin. Komponen-komponen ini asam amino. Di dalam tubuh manusia


selanjutnya mengalami polimerisasi terjadi suatu siklus protein, artinya
membentuk komponen berwarna gelap protein dipecah menjadi komponen-
“melanoidin” yang menyebabkan komponen yang lebih kecil yaitu asam
perubahan warna pada produk, yaitu amino dan atau peptida. Terjadi juga
produk akan menjadi kecoklatan. Pada sintesis protein baru untuk mengganti
reaksi pencoklatan (Millard reaction), yang lama. Semuanya akan dipecah dan
gula, lemak dari margarin, serta protein diganti dengan yang baru dengan laju
dari susu akan mempengaruhi yang berbeda-beda tergantung jenis dan
pembentukan kristal dan perubahan keperluannya dalam tubuh. Waktu yang
warna menjadi coklat. diperlukan untuk mengganti separuh dari
jumlah kelompok protein tertentu dengan
5. Kadar Serat protein baru (Winarno, 1997).
Berdasarkan hasil pengujian kadar
serat cookies rumput laut dengan KESIMPULAN DAN SARAN
berbagai perlakuan dapat dilihat pada
lampiran 14, diketahui pada tabel anava Kesimpulan
faktor X, faktor Y dan interaksinya tidak Berdasarkan hasil penelitian
berpengaruh. terhadap respon kadar perbandingan tepung rumput laut dengan
serat. tepung ikan teri nasi dan suhu
Serat sangat penting dalam pemanggangan pada pembuatan cookies
penelitian kualitas bahan makanan rumput laut, maka dapat ditarik
karena angka ini menentukan nilai gizi kesimpulan sebagai berikut :
suatu bahan makanan. Selain itu, 1. Pengaruh perbandingan tepung
kandungan serat kasar dapat digunakan rumput laut dengan tepung ikan teri
untuk mengevaluasi suatu proses nasi tidak berpengaruh terhadap
pengolahan, dengan demikian persentase karakteristik cookies rumput laut
serat kasar dapat dipakai untuk respon kimia (kadar air, kadar abu,
menentukan kemurnian bahan. Serat kadar protein), dan respon
kasar terdiri atas bagian selulosa dan organoleptik (warna).
lignin dalam makanan. 2. Pengaruh suhu pemanggangan
Menurut SNI 01-2973-1992, terhadap karakteristik cookies rumput
tentang syarat mutu cookies. Semakin laut berpengaruh terhadap respon
tinggi kadar protein dalam cookies kimia (kadar lemak), dan respon
rumput laut maka akan semakin besar organoleptik (rasa, aroma, tekstur,
pula asupan gizi protein yang masuk dan kerenyahan).
dalam tubuh. Kebutuhan protein 3. Pengaruh interaksi antar
perorangan tergantung pada laju perbandingan tepung rumput laut
pertumbuhan dan berat badan. Orang dengan tepung ikan teri nasi dan suhu
dewasa memerlukan kira-kira 1 gram pemanggangan terhadap karakteristik
protein untuk setiap kg berat badan. cookies rumput laut tidak
Selama periode pertumbuhan, lebih berpengaruh nyata terhadap respon
banyak protein diperlukan secara kimia dan respon organoleptik.
proporsional, misalnya untuk anak-anak
usia 5-6 tahun dibutuhkan kira-kira 2 Saran
gram protein untuk tiap kg berat badan Saran-saran yang dapat
(Gaman, 1979). Protein dalam bahan disampaikan oleh penulis dari hasil
makanan yang dikonsumsi manusia akan penelitian tersebut diantaranya adalah :
diserap oleh usus halus dalam bentuk

14
Artikel Penelitian Teknologi Pangan Universitas Pasundan

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Kering, Unit Produksi Boga,


mengenai cookies rumput laut ini, Pendidikan Teknik Boga dan
meliputi masa simpan dan sifat-sifat Busana, Fakultas Teknik,
kimia lainnya. Universitas Negeri Yogyakartya.
2. Perlu dilakukan diversifikasi cookies
rumput laut sehingga dapat AOAC. (2005). Officiall Methods
menambah jenis cookies yang ada ofAnalisis of The Association of
dipasaran. Official Analytical Chemist.
Associstion of Official Analytical
DAFTAR PUSTAKA Chemist, Washington D.C.

Adhistiana, R., Rahayu M, P., Badan Pusat Statistik. (2012). Tabel


Ambarwati R., Herdiana E., Luas Panen. Produktivitas.
Vivaldy. (2008). Pemanfaatan Produksi Rumput Laut Seluruh
Rumput Laut Dalam Provinsi : Jakarta.
Pembuatan Dodol Rumput Laut
(DORULAT). Buckle, K., A., (1985). Ilmu Pangan,
http://www.ipb.ac.id/pembuatan- Edisi ke-2, Penerbit Universitas
rumput-laut.hmtl. Diaskes : 22 Indonesia, Jakarta.
Maret 2015.
Desyanti, G., (2005), Pengaruh
Anggadiredja, J. T., Zatnika, A., Perbandingan Tepung
Purwoto, H. dan Istini, S., (2006), Komposit dan Konsentrasi
Rumput Laut. Penebar Swadaya, Margarine Terhadap
Jakarta. Karakteristik Cookies Sukun
(Artocarpus altilis), Skripsi,
Anggadireja, J, T., A. Zatnika, H. Jurusan Teknologi Pangan,
Purwanto, dan S. Istini. (2008). Fakultas Teknik, Universitas
Rumput Laut. Penebar Swadaya, Pasundan, Bandung.
Jakarta. Dewi, Inneke Kusuma. (2008).
Pengaruh Konsentrasi Telur
Agusman, dkk (2014), Penggunaan dan Substitusi Tepung Terigu
Tepung Rumput Laut dengan Tepung Ubi Kayu
Eucheuma Cottoni Pada (Manihot esculenta Crantz)
Pembuatan Beras Analog Dari Terhadap Karakteristik
Tepung Modified Cassava Flour Cookies. Jurusan Teknologi
(Mocaf). Pangan. Fakultas Teknik.
Universitas Pasundan. Bandung.
Astawan, M., Koswara, S., & Herdiani,
F. (2004). Kadar Iodium dan Estiasih, T. dan Ahmadi., (2009).
Serat Pangan Pada Selai dan Teknologi Pengolahan Pangan,
Dodol [The Utilization of PAU Pangan dan Gizi IPB,
Seaweed (Eucheuma cottonii) to Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Increase Iodine and Dietary Fiber
Contents of Jam and Dodol ]. XV: Faridah Anni. (2008). Patiseri Jilid 1.
Bahan Ajar Sekolah Menengah
Auliana, R., (2008), Pelatihan Singkat Kejuruan.
Pemanfaatan Ampas Minyak
“VCO” dalam Pembuatan Kue

15
Artikel Penelitian Teknologi Pangan Universitas Pasundan

Faridi H & JM Faubion. (1990). Dough Jurnal. Tekno. dan Industri


Reology and Baked Product Pangan. XVII(3): 227–231.
Texture. Nostrand Reinhold,
USA. Hestini Rahmawati (2013), Pengaruh
Substitusi Tepung Tempe Dan
Fellows, P. J, (1990), Food Proccesing Tepung Ikan Teri Nasi
Technology Principles and (Stolephrus sp) Terhadap
practise, Ellis Horwood, New Kandungan Protein, Kalsium,
York, London. dan Organoleptik Cookies.

Gaman,. (1979). Ilmu Pengetahuan Hudaya R N. (2008). Pengaruh


Pangan Terpadu. PAU Pangan Penambahan Tepung Rumput
dan Gizi UGM. Yogyakarta. laut untuk Peningkatan Kadar
Iodium dan Serat Pangan pada
Gaspersz, V., (1995), Teknik Analisis Tahu Sumedang. Skripsi. IPB.
Dalam Penelitian Percobaan, Bogor.
Edisi Pertama, Penerbit Tarsito,
Bandung. Hutomo M, Burhanuddin, A. Djamali, S.
Martosewojo. (1987).
Handayani, D., (1988). Pempelajari Sumberdaya Ikan Teri di
Pengaruh Substitusi Tepung Indonesia. Jakarta : Proyek Studi
Terigu dengan Tepung Kacang Sumberdaya Laut. Pusat Penelitian
Jogo (Phaseolus vulgaris L) dan dan Pengembangan Oseanologi-
Lama Pemanggangaan LIPI.
Terhadap Mutu Cookies, Skripsi.
Jurusan Teknologi Pangan. I Hui, Y. H. (1991). Encyclopedia of
Fakultas Teknik Universitas Food Science and Technology.
Pasundan. Bandung. Vol : 1 A-D. John Wiley and Son’s
Inc. New York – Singapore.
Hayati, Mega P. (2005). Pengaruh
Perbandingan Antara Tepung Indrasti, D., (2004), Pemanfaatan
Jagung (Zeamays L) dan Tepung Tepung Talas Belitung
Terigu Terhadap Karakteristik (Xanthosoma sagittifolium)
Biskuit, Skripsi. Jurusan dalam Pembuatan Cookies,
Teknologi Pangan. Fakultas Skripsi, Fakultas Teknologi
Teknik Universitas Pasundan. Pertanian Institut Pertanian Bogor,
Bandung. Bogor.

Herminiati, A. (2008). Teknologi Indriani, H. dan Suminarsih., E. (2003).


Pengolahan Rumput Laut. Balai Budidaya Pengolahan dan
Pengembangan Teknologi Tepat Pemasaran Rumput laut. Edisi
Guna, Jakarta. 9. Penerbit Swadaya : Jakarta.

Herpandi, Astawan, M., Wresdiyati, T., Kartika, B., P. Hastuti dan W. Supartono.
& Palupi N.S. (2006). Perubahan (1988). Pedoman Uji Inderawi
profil lipida, kolesterol digesta Bahan Pangan. PAU Pangan dan
dan asam propionat pada tiikus Gizi UGM. Yogyakarta.
dengan diet tepung rumput laut.

16
Artikel Penelitian Teknologi Pangan Universitas Pasundan

Labensky, S.R. dan Hause, A. M., Priskila. (2012). Kadar Protein, Zat
(1995). On Cooking : A Text Book Besi, Dan Mutu Organoleptik
of Culinary Fundamentals, Kue Kering Berbahan Dasar
Prentice-Hall, New Jersey. Tepung Terigu Dan Tepung
Beras Dengan Substitusi Tepung
Manley, D. J. R. (2000). Technology of Sorgum (Sorghum bicolor L.
Biscuits, Crackers and Cookies. Moench). Universitas
Ellis Horwood Limited, Diponegoro. Semarang.
Chichester.
Santoso J, Yumiko Y, Takeshi S. (2003).
Matz, S. A., dan T. D. Matz., (1978), Mineral, fatty acid and dietary
Cookies and Crackers fiber compositions in several
Technology, The AVI Publishing Indonesian seaweeds. Jurnal
Co, Inc, Texas. Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan
Indonesia. 11: 45-51.
Mahmud, Mien dkk. (2009). Tabel
Komposisi Pangan Indonesia. Saanin H. (1984). Taksonomi dan
PT Gramedia, Jakarta. kunci Identifikasi Ikan. Jakarta:
Bina Cipta.
Muchtadi TR, Sugiyono. (1989). Standar Nasional Indonesia. 01-2973-
Teknologi Proses Pengolahan 1992. Standar Biscuit. Dewan
Pangan. Departemen Pendidikan Standardisasi Nasional. Jakarta.
dan Kebudayaan, Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Suarni. (2008). Pemanfaatan tepung
Antar Universitas Pangan dan sorgum untuk produk olahan.
Gizi. IPB. Bogor. Balai Penelitian Tanaman
Serealia; Jurnal Litbang Pertanian.
Muchtadi T. R, (1992), Metode Kimia 2004, 23(4):145-151.
Biokimia dan Biologi dalam
Evaluasi Nilai Gizi Pangan Sudarmadji, S., Haryono B., dan Suhardi,
Olahan, Departemen Pendidikan (1996), Analisa Bahan Makanan
dan Kebudayaan, IPB, Bogor. dan Pertanian, Cetakan Kedua,
Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Muchtadi, T. R. dan Ayustaningwarno,
F., (2010), Teknologi Proses Sulaeman A, Anwar F, Rimbawan dan
Pengolahan Pangan, Alfabeta, Marliyati SA. (1995). Metode
Bandung. Penetapan Zat Gizi. Diklat
Jurusan Gizi Masyarakat dan
Muji, Rahayu., (2013). Macam-macam Sumberdaya Keluarga. Bogor :
Panelis Pengujian Organoleptik. IPB, Fakultas Pertanian.
http:// www.kodiak.com [20
Februari 2016]. Sultan WJ., (1999). Modern Pastry Chef
Vol. 1. Connecticut: The AVI
Praistama, (2012). Mempelajari Publishing, Westport.
PerbandinganTepung Sukun
dengan Tepung Ubi Jalar dan Sunaryo, E. (1985). Pengolah Produk
Suhu Pemanggangan Terhadap Serealia dan Biji-bijian, Jurusan
Karakteristik Cookies Sukun, TPG, FATETA, IPB, Bogor.
Universitas Pasundan, Bandung.

17
Artikel Penelitian Teknologi Pangan Universitas Pasundan

Winarno FG, Fardiaz S. (1980).


Pengantar Teknologi Pangan.
Jakarta: Gramedia.

Winarno, F. G. (1996). Kimia Pangan


dan Gizi. Penerbit PT. Gramedia
Pustaka Utama: Jakarta.

Winarno FG, (1997). Naskah Akademis


Keamanan Pangan. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.

Winarno, F. G. (2002). Kimia Pangan


dan Gizi. PT Gramedia. Jakarta.

Winarno, F. G. (2003). Kimia Pangan


dan Gizi. PT Gramedia. Jakarta.

Yanti Meldasari Lubis, dkk (2013),


Pengaruh Konsentrasi Rumput
Laut (Eucheuma Cottonii) dan
Jenis Tepung pada Pembuatan
Mie Basah.

18

You might also like